• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN KETAPANG (TERMINALIA CATAPPA LINN).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN KETAPANG (TERMINALIA CATAPPA LINN)."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN

Oleh :

FEBRIANA IRAWATI NPM. 0931010007

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

PENELITIAN

Oleh : NITA PRASTICA NPM. 0931010017

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(3)
(4)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan penelitian

dengan judul “Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Terminalia Catappa Linn”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan dan dapat disusun berkat adanya kerja

sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Sintha Soraya S., MT, selaku Dosen Pembimbing Penelitian.

4. Ibu Ir. Tatiek Sri Hajati, MT selaku Dosen Penguji.

5. Ibu Ir. Nana Dyah S., Mkes selaku Dosen Penguji.

6. Kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak dukungannya baik materiil

maupun spiritual demi terselesainya laporan ini.

7. Teman-teman, sahabat kami serta saudara-saudara kami yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungannya sehingga laporan ini dapat

(5)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim ii

Akhirnya dengan segala kerendahan dan keterbukaan hati penyusun

mengharapkan saran dan kritik yang sekiranya dapat menyempurnakan laporan

penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Desember 2012

Penyusun

(6)
(7)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan – Bahan yang digunakan……….17

3.2 Alat yang digunakan………...……...17

3.3 Peubah………...………....…….18

3.4 Rangkaian Alat………..………19

3.5 Prosedur Penelitian…...………...……...………...20

3.6 Skema Jalannya Penelitian………...………...…...…………...21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan...22

4.2 Grafik dan Pembahasan...23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan...26

V.2 Saran...26

DAFTAR PUSTAKA ...27

APPENDIX ...30

LAMPIRAN ...32

(8)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Permintaan Impor Tanin Dunia Tahun 2000 – 2007...2

(9)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Inti Tanin...7

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi...19

Gambar 3.2 Skema Jalannya Penelitian...21

Gambar 4.1 Hubungan antara Konsentrasi Pelarut dengan Kadar Tanin yang

dihasilkan...23

Gambar 4.2 Hubungan antara Waktu Ekstraksi dengan Kadar Tanin yang

dihasilkan...24

(10)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim iii

INTISARI

Penelitian Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa

Linn) dilakukan dengan tujuan untuk mencari waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut

pada ekstraksi tanin dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan menggunakan

pelarut etanol.

Proses Ekstraksi dilakukan secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan

prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu

yang ditentukan yaitu 30, 60, 90, 120, 150 (menit) dengan konsentrasi pelarut (etanol)

60%, 70%, 80%, 85%, 90% sebagai variabel peubah. Sedangkan variabel tetap yaitu berat

sampel 10 gram, ukuran partikel ± 200 mesh, suhu ekstraksi 85⁰C, kecepatan pengadukan

200 rpm, Jenis pelarut etanol, waktu pengendapan ± 30 menit, volume pelarut 250 ml,

bahan pembantu aquadest.

Dari Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil ekstraksi terbaik adalah 12,45%

dari pelarut etanol 85% selama 120 menit. Rendemen hasil kadar tanin adalah 98,97%

(11)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara beriklim tropis memiliki keanekaragaman

flora. Meskipun demikian sumber daya alam ini belum sepenuhnya dikelola dan

dimanfaatkan untuk menunjang kemajuan bangsa. Salah satu jenis tanaman yang

potensial untuk dikembangkan pemanfaatannya adalah pohon ketapang (Terminalia

Catappa Linn.). Pohon ini hampir tumbuh di seluruh indonesia. Pohon ketapang ini

biasanya tumbuh liar di pantai dan di pinggir jalan sebagai pohon peneduh jalan. Oleh

karena itu, pohon Ketapang (Terminalia Catappa Linn) adalah tumbuhan liar sehingga

pohon ini bukan termasuk pohon yang dibudidayakan. Pohon Ketapang (Terminalia

Catappa Linn) tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia

kecuali Sumatra dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Namun sangat

disayangkan, pohon ketapang di Indonesia saat ini masih belum dimanfaatkan dengan

baik padahal tingkat produksi daun ketapang di Indonesia tinggi. Pohon ini merontokkan

daunnya dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari – Februari – Maret dan pada

bulan Juli – Agustus – September. Daun ketapang hanya dibiarkan jatuh lalu mengering

dan menjadi limbah di negeri ini.

Daun ketapang dapat diolah lebih lanjut menghasilkan tanin dengan proses

ekstraksi. Dalam daun ketapang terkandung tanin sebesar 12,58% (Hasil analisa awal di

Balai Penelitian dan Konsultasi Industri, Laboratorium Penelitian dan Konsultasi

Industri Surabaya – Jawa Timur). Tanin merupakan komponen penting di dalam

(12)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 2

penyamakan kulit, tanin digunakan untuk menghasilkan kulit samak yang bermutu tinggi.

Selain itu tanin dapat juga dimanfaatkan untuk pewarna tekstil. Berdasarkan data UN

Comtrade (2008) permintaan impor tanin dunia dari tahun 2000 – 2007 mengalami

peningkatan, kondisi tersebut juga menunjukkan dari tahun ke tahun semakin meningkat

kebutuhan dunia terhadap tanin. Permintaan impor tanin dunia tahun 2000 – 2008 dapat

dilihat pada tabel1.

Tabel 1. Permintaan Impor tanin Dunia Tahun 2000 – 2007

No Tahun Impor (Kg)

Sumber : UN Comtrade, 2008.

Data diatas dapat di ekstrapolasi agar dapat mengetahui data impor tanin pada

tahun 2009 - 2013 sehingga dapat mengetahui permintaan perkembangan tanin yang

dibutuhkan pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 impor tanin yang dibutuhkan sebesar

164.945.056 kg, tahun 2010 sebesar 180.018.343 kg, tahun 2011 sebesar 195.091.630 kg,

tahun 2012 sebesar 210.164.917 kg dan tahun 2013 sebesar 225.238.204 kg. Sehingga

(13)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 3

Sebelumnya telah dilakukan pengambilan tanin dengan proses ekstraksi

diantaranya: Ekstraksi dari kulit akasia dengan menggunakan pelarut air menghasilkan

tanin 78,64% berdasarkan berat ekstrak (Risnasari, 2002). Ekstraksi dari biji pinang

menghasilkan tanin terbanyak pada waktu ekstraksi 48 jam dengan kadar 19,9% dan

29,76% dengan memakai air dan alkohol 96% sebagai pelarut. (M. N. Usman, dkk,1980).

Ekstraksi tanin dari biji pinang menghasilkan tanin terbaik pada rasio perbandingan biji

pinang dengan pelarut (aseton) 1 : 2 sebesar 21,77% dengan waktu ekstraksi 1 jam. (G.

Safetri,2001). Kajian proses pembuatan tanin dari kulit buah asam menghasilkan kadar

tanin terbaik sebesar 11,60% selama 1 jam dengan pelarut aseton 99,8%. (P. W.

Setyawan, 2003).

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan dari penelitian sebelumnya,

menggunakan dua variable yang divariasikan yaitu konsentrasi pelarut dan waktu

ekstraksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut

pada ekstraksi tanin dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan menggunakan

pelarut etanol.

1.3 Manfaat Penelitian

Memberikan masukkan dan informasi mengenai manfaat lain dari daun ketapang

(Terminalia Catappa Linn) yaitu sebagai bahan dasar penghasil tanin. Sehingga hasil

penelitian ini diharapkan dari yang tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi mempunyai

(14)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pohon Ketapang

Pohon ketapang atau Terminalia catappa Linn ditanam sebagai pohon peneduh di

taman ataupun pinggir jalan. Pohon ketapang mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang

khas. Cabangnya mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda.

Selain disebut ketapang, pohon ini memiliki berbagai nama daerah seperti

hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas

(Timor), atapang (Bugis), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu

(Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris

(Papua).

Pohon ketapang (Terminalia catappa L.) bertajuk rindang dengan cabang-cabang

yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti

pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter. Ketapang merupakan tumbuhan dari famili

combreataceae dilaporkan bahwa di dalam daun memiliki aktivitas antioksidan secara in

vitro yang ditentukan dengan metode peredaman warna radikal bebas

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) yang berwarna ungu menjadi kuning (Pauly, 2001).

Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan

ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya

meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan

terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang

sekitar 8–25 cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda

buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat

(15)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 5

Ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara,

dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.

Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia, India, Madagaskar hingga Amerika

Tengah dan Amerika Selatan.

Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk

daerah pantai hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga

dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan

yang kering.

Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit luar) dan

daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya

mempunyai kualitas cukup baik sehingga rentan terhadap rayap.

Klasifikasi ilmiah

Spesies : Terminalia catappa Linn

(16)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 6

2.2 Daun ketapang

Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada ujung cabang, biasanya

membundar telur sungsang, kadang-kadang agak menjorong, mengertas sampai

menjangat tipis, mengkilap, terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus).

Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya,

helaian daun berbentuk bulat telur sungsang (obovatus), ujung dan pangkal daun tumpul

(obtusus), tulang daun menyirip (penninervis). Ada beberapa kandungan alami yang

terkandung dalam daun ketapang (dan buah), antara lain: flavonoids 20 - 25% (sama

halnya dengan kaempferol atau quercetin) atau dikenal dengan vitamin P atau citrin, tanin

11-23% (punicalin, punicalagin atau tercatin seperti halnya pada teh, anggur, strawberry,

delima, pomegranate, aren-arenan), saponin 20% yang dipakai sebagai surfaktan, dan

phytosterol 10 - 15% (kolesterol tumbuhan dengan sedikit kandungan alkohol). unsur lain

yang terdapat dalam daun ketapang antara lain 20% ; Sulfur, Nitrogen dan fosfor di dalam

bobot beragam. Sementara daun – daunnya Ketapang juga mengandung logam 5% terdiri

dari Ca, Mg, Cu, Zn, dll. (Kea, 2012).

2.3 Tanin

Tanin adalah senyawa organik yang sangat kompleks dan banyak terdapat dalam

bermacam - macam tanaman. Jenis tanaman yang banyak mengandung tanin adalah

tanaman berkeping dua (dikotil) antara lain mahoni,akasia, bakau, pinang, pinus dan

gambir dan bakau – bakauan yang tumbuh di hutan mangrove yang tersebar dari aceh

sampai irian jaya (Karsini dan Burnawi, 1994). Tanin dapat diambil dari kulit kayu

dengan ekstraksi padat cair menggunakan pelarut air (Geankoplis,1997). Ekstraksi dari

tanin tidak dapat murni 100%, karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin

(17)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 7

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah

yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin

digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.Tanin

yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tanin juga dapat dijumpai pada hampir

semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun

tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda – beda.

Gambar 2.1 Struktur inti tanin (Harborne, 1987)

2.3.1 Sifat-sifat Tanin

Tanin berupa serbuk amorf, berkeping mengkilap atau massa ringan. Mempunyai

rasa atau kharakteristik yang sangat sepat. Tanin berwarna putih kekuningan sampai

coklat muda. Warna akan berubah menjadi gelap apabila terkena sinar matahari (The

Merck Index,1983).

Tanin jika dipanaskan pada suhu 210-215oC akan terurai menjadi pirogallol dan

CO2. Satu gram tanin dapat larut dalam 0,35 ml air, 1 ml gliserol panas, sangat mudah

larut dalam alkohol, aseton dan praktis tidak larut dalam benzene, kloroform, ether,

petrolium ether, karbon disulfide, dan karbon tetrakolorida (The Merck Index, 1983).

Tanin juga dinamakan asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna

tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat. Berikut adalah sifat – sifat dari tanin :

1. Memiliki rumus molekul C76H52O46

(18)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 8

3. Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi

4. Merupakan padatan berwarna kuning atau kecoklatan

5. Memiliki titik leleh 305oC

6. Memiliki titik didih 1271oC

7. Merupakan senyawa yang sukar dipisahkan

8. Kelarutan dalam etanol 0,82 gr dalam 1 ml (70oC)

9. Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC)

10. Kelarutan dalam aseton 0,90 gr dalam 1 ml (70⁰C)

Selain sifat tanin diatas, tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau

etanol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat

logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Carter et al,1978).

2.3.2 Kegunaan Tanin

Tanin banyak dimanfaatkan oleh beberapa industri sebagai:

1. Penyamak kulit

Proses penyamakan kulit adalah suatu proses yang mengubah kulit mentah

(hide/sknis) menjadi kulit tersamak (leather). setelah diberi perlakuan dengan

tanin, kulit mentah terwarnai dan terhindar dari pembusukan. Penyamakan nabati

dapat mengawetkan serat-serat kulit dari serangan bakteri. Juga di dalam serat itu

terbentuk sifat-sifat tertentu seperti kelenturannya dan terasa padat, yang bukan

saja khas menurut semacam kulit, melainkan juga bergantung pada bahan

penyamak dan cara penyamakannya. Hasilnya berupa kulit samak yang banyak

(19)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 9

2. Pewarna

Tanin sebagai pewarna sangat dibutuhkan terutama dalam industri tekstil. Dalam

proses pewarnaan ini pemakaian mordan diperlukan untuk membantu pengikatan

zat warna. Mordan berupa garam-garam logam, seperti garam besi, chrom,

aluminium dan timah. Selain digunakan untuk bahan pewarna tekstil, tanin juga

dipakai untuk bahan pewarna cat, pernis, kulit, kertas dan tinta. Pada pembuatan

tinta kombinasi tanin dengan garam-garam besi menghasilkan warna biru tua atau

hijau kehitaman

3. Obat

Pada industri farmasi, tanin dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit gula, untuk

pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, sebagai obat

cacing dan obat antibiotik.

4. Penambah cita rasa dalam minuman

Tanin yang terkandung di dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir,

berguna sebagai penyedap dan pemberi aroma.

2.4 Ekstraksi Padat cair

Proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu senyawa kimia

dari matriks padatan ke dalam cairan. Ekstraksi padat cair (leaching) merupakan salah

satu unit operasi pemisahan tertua yang digunakan untuk memperoleh komponen zat

terlarut dari campurannya dalam padatan dengan cara mengontakkannya dengan pelarut

yang sesuai (Annadenina, 2010). Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada

(20)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 10

Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah

konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan

ukuran partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu,

akibatnya sisa solid akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan

larutan dipermukaan solid untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya

kecepatan eekstraksi akan menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut

ditembus.

Tetapi bila konstituen yang akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid,

maka sisa solid yang berpori-pori akan segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan

menghalangi perembesan pelarut ke lapisan yang lebih dalam.

Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian :

1. Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari

bentuk padat menjadi liquid.

2. Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan dari

partikel.

3. Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam lapisan

keseluruhannya (bulk).

Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi,

namun karena bagian pertama berlangsung dengan cepat, maka terdapat kecepatan

ekstraksi secara overall dapat diabaikan.

Pada beberapa solid atau sistem yang akan di ekstraksi, konstituen yang

akan dilarutkan terisolasi oleh suatu lapisan yang sangat sulit ditembus oleh

pelarut, misalnya biji emas didalam rock (batu karang) maka solid ini harus

(21)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 11

Demikian pula bila solute berada dalam solid yang berstruktur selluler

akan sulit di ekstraksi karena struktur yang demikian merupakan tahanan

tambahan terhadap rembesan liquid, misalnya pada ekstraksi gula beet. Untuk

mengatasi solid semacam ini terlebih dahulu dipotong tipis memanjang hingga

sebagian dari sel –sel solid pecah. Pada ekstraksi minyak dari biji – bijian,

walaupun bentuk selnya celluler, ekstraksi tidak terlalu solid karena solute

(konstituen) sudah berbentuk liquid (minyak).

Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang

membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui

pori-pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh.

Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan

keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan

pengadukan dalam proses.

Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi padat cair:

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas

permukaan kontak antara partikel dengan liquid, akibatnya akan

memperbesar heat transfer material, disamping itu juga akan

memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan

membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan, disamping

itu juga akan mempersulit drainage solid residu. Jadi harus ada range

tertentu untuk ukuran-ukuran partikel dimana suatu partikel harus

cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang

sama,tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal dan

(22)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 12

2. Pelarut

Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan

merusak kontituen atau solute yang diharapkan(residu). Disamping itu

juga tidak boleh pelarut dengan viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi

bebas dapat terjadi.

Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan

murni,tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute didalamnya akan

bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun,pertama karena

gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan

bertambah pekat.

3. Suhu operasi

Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan

bertambah dengan bertambah tingginya suhu, demikian juga akan

menambah besar difusi,jadi secara keseluruhan akan menambah

kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain harus diperhatikan

apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.

4. Pengadukan

Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan

bertambah,dan perpindahan material dari permukaan partikel ke dalam

larutan (bulk) bertambah cepat,disamping itu dengan pengadukan akan

(23)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 13

2.5 Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,

adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan

merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa

ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan

termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.

Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH

dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol

sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil atau

C2H5 (Anonim, 2012).

Kelarutan dalam air : tercampur penuh

Keasaman : 15,9 pKa

Viskositas : 1,200 cP (20⁰C)

Momen dipol : 1,69 D (gas)

Titik Nyala : 13⁰C (55,4⁰F)

(24)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 14

2.6 Landasan Teori

Ekstraksi tanin adalah proses ekstraksi untuk mengeluarkan tanin dari jaringan

tanamannya dengan mempergunakan pelarut. Ekstrak dari tanin tidak dapat murni 100%,

karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid

yang memiliki berat molekul tinggi (Pizzi, 1983).

Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak dengan kualitas

dan kuantitas yang tinggi, maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengn

perbandingan volume air yang sebanding.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah:

1. Jenis Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik (Etanol). Pelarut organik sangat

cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan tanin akan

semakin banyak, disamping itu titik didih lebih rendah akan mempermudah

proses pemisahan. Menurut Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk

memperoleh ekstrak tanin dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi maka

umumnya digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan volume yang

sebanding.

2. Perbandingan pelarut

Yang dimaksud perbandingan pelarut adalah perbandingan antara berat contoh

(gr) yang diproses terhadap pemakaian pelarut. Dengan bertambahnya jumlah

pelarut maka akan mendapatkan hasil yang lebih banyak, tapi bahan

mempunyai batas maksimum yang dapat terekstraksi sehingga penggunaan

jumlah pelarut yang berlebihan kurang efisien. Menurut Browning (1966)

(25)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 15

kuantitas yang tinggi maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengan

perbandingan volume yang sebanding.

3. Konsentrasi Pelarut

Menurut Brown, G.G., (1978) semakin tinggi konsentrasi pelarut akan

memperbesar kecepatan ekstraksi ini disebabkan, karena gradient konsentrasi

antara solute dengan pelarut bertambah besar akibatnya akan memperbesar

laju perpindahan massa dengan cara diffusi pada bidang antar muka solute

dan pelarut sehingga terjadi pelarut ekstrak yang banyak, dan larutan

bertambah pekat.

4. Waktu Ekstraksi.

Semakin lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan tanin yang lebih

banyak, karena sirkulasi uap akan semakin sering kontak antara solut dengan

pelarut lebih lama.

5. Volume pelarut

Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan tanin yang sedikit

karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan sebaliknya.

Oleh karena itu, volume pelarut menggunakan 250 ml agar dapat

menghasilkan tanin yang banyak karena terjadinya kontak uap pelarut dengan

sampel.

6. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga

perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa.

7. Ukuran partikel

Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam

(26)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 16

partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material,

disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi.

8. Pengadukan

Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara

pelarut dengan solut.

2.7Hipotesis

Untuk mendapatkan tanin dari daun Ketapang dapat dilakukan dengan proses

ekstraksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah waktu

ekstraksi dan konsentrasi pelarut. semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol dan waktu

(27)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 17

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi untuk mendapatkan tanin

dalam daun Terminalia Catappa Linn atau yang disebut dengan Ketapang. Metode

ekstraksi yang dilakukan adalah secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan

prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu

yang ditentukan (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit) dengan suhu

ekstraksi 85⁰C.

3.1 Bahan – bahan yang digunakan

Bahan baku utama penelitian digunakan daun Ketapang (Terminalia

Catappa Linn) dari UPN “VETERAN” Jawa Timur surabaya. Selain daun Ketapang

(Terminalia Catappa Linn), memerlukan bahan etanol digunakan sebagai bahan

pelarut yang diperoleh dari toko kimia Brataco Chemica jalan Tidar Surabaya.

Adapun bahan pembantu yang digunakan adalah aquadest dari toko bahan kimia

Medokan Ayu I-A Surabaya.

3.2. Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan seperangkat peralatan ekstraksi. Peralatan ini

terdiri atas labu leher tiga, motor pengaduk, termometer, kondensor, corong, oven

waterbath, statif, klem, beaker glass, erlenmeyer, labu ukur dan gelas ukur. Proses

(28)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 18

Persiapan bahan dilakukan sebelum proses ekstraksi. Daun Ketapang

(Terminalia Catappa Linn) dikeringkan dalam oven. Setelah kering dihaluskan

kemudian ditimbang sampai berat yang diinginkan. Kemudian melalui proses

ekstraksi tanin. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar, Setelah itu

disaring kemudian ampasnya dibuang dan filtratnya di analisa untuk mengetahui

kadar tanin yang terkandung dalam filtrat tersebut.

3.3 Peubah

Ekstraksi tanin dari daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dipengaruhi

oleh beberapa peubah. Dalam pelaksanaan penelitian ini dijalankan dengan beberapa

peubah, sebagai kondisi tetap adalah :

(29)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 19

3.4 Rangkaian Alat

1

1 2

3

6

5

V-1

4 P-1

Gambar 3.1 Rangkaian alat ekstraksi

Keterangan :

1. Statif dan kleim

2. Waterbath

3. Thermometer

4. Kondensor

5. Motor pengaduk

(30)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 20

3.5 Prosedur Penelitian

Pertama daun Ketapang (Terminalia catappa Linn) dikeringkan dahulu dalam

oven dengan suhu 100oC selama 1 jam. Setelah kering lalu dihaluskan sampai ukuran

menjadi halus, kemudian di ayak ± 200 mesh. Daun ketapang yang telah halus (serbuk)

ditimbang sampai berat 10 gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat eksraksi ditambah

pelarut etanol dengan konsentrasi yang ditentukan dengan volume 250 ml. Saat proses

ekstraksi suhu dijaga sampai 85oC, kecepatan pengadukan 200 rpm, dan waktu ekstraksi

ditentukan. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar kemudian disaring

dengan kertas saring menghasilkan filtrat dan ampas, lalu ampas dibuang dan filtrat di

taruh pada wadah botol untuk di analisa kadar tanin dalam filtrat tersebut. Analisa

dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Dan Konsultasi Industri Surabaya dengan

(31)
(32)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 22

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan sesuai dengan prosedur yang

tercantum pada BAB III diperoleh hasil seperti dibawah ini :

Tabel 4.1. Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak

(33)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 23

IV.2 Grafik dan Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan

Gambar 4.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Menurut Carter et al (1978), tanin memiliki sifat dapat larut dalam etanol

karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH sedangkan pada

gambar (4.1) terlihat bahwa kadar tanin yang didapatkan dari ekstraksi daun

Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan pelarut etanol sangat tergantung

pada konsentrasi etanol sebagai pelarut, dimana semakin besar konsentrasi etanol

maka kadar tanin yang didapatkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh

gradient konsentrasi antara zat terlarut (daun Ketapang) dengan pelarut etanol

bertambah besar akibatnya akan memperbesar perpindahan material tanin dari zat

terlarut (daun ketapang) ke pelarut etanol sehingga tanin yang terekstrak semakin

banyak, dan larutan bertambah pekat (Brown G.G., 1978).

Namun pada konsentrasi pelarut 90% kadar tanin yang dihasilkan

(34)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 24

titik kejenuhan atau fase kesetimbangan sehingga didapatkan kondisi terbaik

berdasarkan gambar (4.1) yaitu konsentrasi pelarut 85% dimana kadar tanin yang

didapatkan adalah 12,45% dengan rendemen hasil tanin sebesar 98,87%.

4.2.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Gambar 4.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap banyaknya tanin yang terambil.

Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak tanin yang didapat, hal ini

dikarenakan waktu kontak antara solut (daun ketapang) dengan pelarut (etanol)

semakin lama, sehingga solut (daun ketapang) akan semakin larut dalam pelarut

etanol dan kadar tanin dari zat solute (daun ketapang) ke pelarut etanol semakin

besar maka tanin yang terekstrak akan semakin banyak (Smith,1981).

Namun apabila waktu yang diperlukan sedikit maka hasil tanin yang

terambil juga sedikit pula. Oleh karena itu, waktu ekstraksi sangat mempengaruhi

terhadap tanin yang terekstrak pada saat proses ekstraksi berlangsung. Sehingga

pada pengamatan ini dapat dilihat pada gambar 4.2 yang ditandai dengan semakin

(35)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 25

terambil. Waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang terekstrak menghasilkan waktu

terbaik adalah 120 menit. Karena pada waktu 150 menit sudah mencapai

kesetimbangan atau dengan kata lain perpindahan massa zat terlarut (tanin) dari

padatan ke badan pelarut etanol tidak ada lagi meskipun waktu ekstraksi

ditambah. Menurut Houghton dan Raman (1998) pemanasan yang lebih lama dan

suhu yang lebih tinggi dari batas nilai optimal akan menghasilkan kadar tanin

yang lebih rendah karena tanin yang dihasilkan akan mengalami oksidasi.

Disamping itu juga akan menyebabkan tanin terhidrolisis menjadi asam – asam

polifenol yang tidak larut dalam pelarut, sehingga kandungan non tanin yang

terlarut semakin besar, dengan demikian kadar tanin yang diperoleh menjadi lebih

(36)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ekstraksi tanin dari daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dapat dimanfaatkan sebagai penghasil

tanin.

2. Pengambilan tanin dengan metode ekstraksi dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan

konsentrasi pelarut.

3. Semakin besar konsentrasi etanol dan semakin lama waktu ekstraksi, maka

semakin besar pula jumlah kadar tanin yang terambil. Jumlah kadar tanin terambil

terbesar adalah 12,45% pada konsentrasi etanol 85% dengan waktu ekstraksi 120

menit. Rendemen hasil terbesar yang dihasilkan adalah 98,97 %.

V.2 Saran

Disarankan agar penelitian ini dapat dilanjutkan karena pada penelitian ini dengan

variable waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut belum mendapatkan hasil yang optimum.

Disamping faktor-faktor waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut masih ada faktor lain

yang masih dapat dipelajari seperti ukuran partikel, jenis pelarut, dan kecepatan

pengadukan yang bervariasi, dengan demikian hasil yang diperoleh akan lebih baik.

Penelitian ini perlu dilanjutkan karena melihat potensi daun ketapang bisa dikembangkan

(37)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 27

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah, 2011, Pohon Ketapang. (http://Pohon Ketapang atau Terminalia catappa _ Alamendah's Blog.htm. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 2:58:26 PM).

Annadenina, 2010, Ekstraksi Kimia dan Ekstraksi Padat Cair. (http://Ekstraksi kimia_Annadenina’sBlog.htm. Diakses pada tanggal 30 November 2011, 3:00:00 PM).

Anonimous, 2009, Etanol dan Sifat Etanol. (http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol.

Diakses pada tanggal 23 November 2012, 10.30 AM).

Artati, Enny Kriswiyanti dan Fadilah. Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan dan Suhu Operasi pada Ekstraksi Tanin dari jambu Mete dengan Pelarut Aseton. Jurnal Ekuilibrium. Volume 6. No 1. Hal 33 – 38. Surakarta. 2007.

Browning, B.L., 1966, Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience, Publishers. New york.

Brown, G.G., 1978, “ Unit Operations”, modern asia edition, p. 277, John Willey

& Sons, Inc., New York.

Carter et al, 1978, Termiticidal Components of Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food Chemistry. 26(4) : 869-873.

GeanKoplis, C.J., 1997, “Transport Processes and Unit Operation”, thirt edition,

p.727-730, Prentice-Hall of India Pravate Limited, New Delhi.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Bandung :Penerbit ITB.

(38)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 28

Karsini dan Burnawi, 1994, “Ekstraksi Tanin Dari Limbah Kayu Mahoni”, vol 2, hal 1-13, BPPI Buletin Samarinda, Samarinda.

Kea, 2012, Pohon Ketapang dan Kandungan di dalam Daun Ketapang (http://kajidirilebihdalamlagi.blogspot.com/2009/12/hubungan unik antara ketapang dan.html. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 3:03:20 PM).

Pauly, G., 2001, Cosmetic, Dermatologycal And Pharmaceutical Use of An Extract Of Terminalia catappa, United State Patent Application no. 200100022665.

Pizzi, A., 1983, Wood Adhesive, Chemistry and Technology, Marcel Dekker, New York.

Risnasari, Iwan, 2002, Ekstraksi Tanin Dari Kulit Akasia, Jurnal Penelitian, USU , Sumatra Utara.

Rumokoi, M.M.M., 1992, “Pengaruh Cara Ekstraksi dan Ukuran Buah Pinang

Terhadap Kadar Tanin Buah Pinang”, Jurnal Penelitian Kelapa,Vol. 5, No. 2, 13-16, Balai Penelitian Kelapa.

Safetri, Grace, 2001, Ekstraksi Tanin Dari Biji Pinang, Jurnal Penelitian, UPN, Jawa Timur.

Santoso, A. & Sutigno, P. 1995. The effect of glue spread and precentage of filler of tanin formaldehyde resin on plywood bonding strenght. Forest Product Journal 13: 87-92.

Setyawan W. Ponco, 2003, Kajian Proses Pembuatan Tanin Dari Kulit Buah Asam, Jurnal Penelitian, UPN, Jawa Timur.

Slamet, S., et al, 1997, Produser Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Smith, J. M., 1981, Chemical Engineering Kinetics, Mc Graw Hill, Singapore.

(39)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 29

Sudarmadji, S., et al, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”,

Tenth edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

(40)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 30

APPENDIX

Diketahui :

- Konsentrasi Etanol = 96%

- Volume larutan = 250 ml

Contoh Menghitung Pengenceran Etanol 60%

(41)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 31

Pengenceran Etanol 90%

N1V1 = N2V2

90 . 250 = 96 . x

x = = 234,375 ml

Rendemen hasil tanin :

10 gram daun ketapang mengandung kadar tanin 12,48%.

gr

10 gram daun ketapang menghasilkan kadar tanin 9,6% (pelarut etanol 60% dan waktu ekstraksi 30menit)

= 0,96 gram

Rendemen hasil =

Dengan cara perhitungan yang sama maka didapatkan tanin yang terekstrak seluruhnya

(42)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 32

LAMPIRAN

Daun Ketapang Pelarut Etanol 96%

(43)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 33

Daun ketapang yang di haluskan Daun Ketapang yang tealah halus

Menimbang daun Ketapang Memasukkan daun Ketapang

(44)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 34

Pengenceran pelarut etanol 96% Penyaringan filtrat hasil ekstraksi

Proses Ekstraksi

Contoh filtrat hasil ekstraksi daun ketapang

Gambar

Tabel 1. Permintaan Impor tanin Dunia Tahun 2000 – 2007
Gambar 2.1 Struktur inti tanin (Harborne, 1987)
Gambar 3.1 Rangkaian alat ekstraksi
Tabel 4.1. Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak Tanin mula - Rendemen hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan konsentrasi dari ekstrak daun ketapang ( Terminalia catappa L.) dalam sediaan pewarna rambut yang dibuat yang dapat menghasilkan warna terbaik. Untuk

Nilai Efisiensi DSSC dari ekstrak daun ketapang dengan pelarut n-heksan, etil asetat, metanol dan campuran dapat diukur dengan menggunakan multimeter

Daun ketapang diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, fenolik, flavonoid, kuinon, resin, saponin, steroid, tanin dan triterpenoid (Munira

Hal ini diduga senyawa dalam daun alpukat yang terekstrak dengan pelarut etanol 95 % : aseton = 3:1 memiliki kepolaran yang sesuai sehingga dapat menghasilkan

Ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol dari daun ketapang dapat menurunkan viabilitas sel, dengan nilai toksisitas tergolong rendah sehingga daun ketapang memiliki potensi

Hasil uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun ketapang Terminalia catappa L terhadap bakteri Streptococcus mutans, menunjukkan adanya zona hambat disekitar cakram yang

PRAKATA Puji Syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya, penulis dapat menyusun Usulan Penelitian dengan judul “Valorisasi Daun Ketapang Terminalia

Ekstrak etanol daun ketapang yang diberikan pada konsentrasi 20 %, konsentrasi 40 %, konsentrasi 60 %, konsentrasi 80 %, dan konsentrasi 100 % tidak dapat menghambat pertumbuhan