• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang

(

Terminalia Catappa Linn

)

Oleh:

1.

Febriana Irawati

(0931010007)

2.

Nita Prastica

(0931010017)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

2012

(2)
(3)
(4)

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul

Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Terminalia Catappa Linn”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan dan dapat disusun berkat adanya kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Sintha Soraya S., MT, selaku Dosen Pembimbing Penelitian.

4. Ibu Ir. Tatiek Sri Hajati, MT selaku Dosen Penguji.

5. Ibu Ir. Nana Dyah S., Mkes selaku Dosen Penguji.

6. Kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak dukungannya baik materiil

maupun spiritual demi terselesainya laporan ini.

7. Teman-teman, sahabat kami serta saudara-saudara kami yang tidak dapat kami sebutkan

satu persatu yang telah memberikan dukungannya sehingga laporan ini dapat

terselesaikan.

     v 

(5)

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Desember 2012

Penyusun

     vi 

(6)

DAFTAR ISI ...i

(7)

3.2 Alat yang digunakan………....17

3.3 Peubah……….18

3.4 Rangkaian Alat………19

3.5 Prosedur Penelitian…...………...20

3.6 Skema Jalannya Penelitian………...………...21

BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Tabel Pengamatan...22

4.2 Grafik dan Pembahasan...23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan...25

V.2 Saran...25

DAFTAR PUSTAKA………..……….26

APPENDIX...28

LAMPIRAN...30

ii

(8)

Tabel 1. Permintaan Impor Tanin Dunia Tahun 2000 – 2007...2

Tabel 4.1 Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak...24

iii

(9)

Gambar 2.1 Struktur Inti Tanin...7

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi...21

Gambar 3.2 Skema Jalannya Penelitian...23

Gambar 4.2.1 Hubungan antara Konsentrasi Pelarut dengan Kadar Tanin yang dihasilkan...25

Gambar 4.2.2 Hubungan antara Waktu Ekstraksi dengan Kadar Tanin yang dihasilkan...26

iv

(10)

Jurusan Teknik Kimia 

Fakultas Teknologi Industri – UPN  Veteran  Jatim      vii 

INTISARI

Penelitian Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dilakukan dengan tujuan menentukan kondisi terbaik ekstraksi tanin dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) ditinjau dari konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol.

Proses Ekstraksi dilakukan secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu yang ditentukan yaitu 30, 60, 90, 120, 150 (menit) dengan konsentrasi pelarut (etanol) 60%, 70%, 80%, 85%, 90% sebagai variabel peubah. Sedangkan variabel tetap yaitu berat sampel 10 gram, ukuran partikel ± 200 mesh, suhu ekstraksi 85⁰C, kecepatan pengadukan 200 rpm, Jenis pelarut Etanol, waktu pengendapan ± 30 menit, volume pelarut 250 ml, bahan pembantu aquadest.

Dari Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil ekstraksi terbaik adalah 12,45% dari pelarut etanol 85% selama 120 menit. Presentase hasil tanin yang teresktrak adalah 98,97%

(11)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara beriklim tropis memiliki keanekaragaman

flora. Meskipun demikian sumber daya alam ini belum sepenuhnya dikelola dan

dimanfaatkan untuk menunjang kemajuan bangsa. Salah satu jenis tanaman yang

potensial untuk dikembangkan pemanfaatannya adalah pohon ketapang (Terminalia

Catappa Linn.). Pohon ini hampir tumbuh di seluruh indonesia. Pohon ketapang ini

biasanya tumbuh liar di pantai dan di pinggir jalan sebagai pohon peneduh jalan. Oleh

karena itu, pohon Ketapang (Terminalia Catappa Linn) adalah tumbuhan liar sehingga

pohon ini bukan termasuk pohon yang dibudidayakan. Pohon Ketapang (Terminalia

Catappa Linn) tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia

kecuali Sumatra dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Namun sangat

disayangkan, pohon ketapang di Indonesia saat ini masih belum dimanfaatkan dengan

baik padahal tingkat produksi daun ketapang di Indonesia tinggi. Pohon ini merontokkan

daunnya dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari – Februari – Maret dan pada

bulan Juli – Agustus – September. Daun ketapang hanya dibiarkan jatuh lalu mengering

dan menjadi limbah di negeri ini.

Daun ketapang dapat diolah lebih lanjut menghasilkan tanin dengan proses

ekstraksi. Dalam daun ketapang terkandung tanin sebesar 12,58% ( Hasil analisa awal di

Balai Penelitian dan Konsultasi Industri, Laboratorium Penelitian dan Konsultasi Industri

Surabaya – Jawa Timur ). Tanin merupakan komponen penting di dalam tumbuhan untuk

melindungi terhadap serangan jamur dan bakteri. Di dalam proses penyamakan kulit,

(12)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 2

tanin digunakan untuk menghasilkan kulit samak bermutu tinggi. Selain itu tanin dapat

juga dimanfaatkan untuk pewarna tekstil. Berdasarkan data UN Comtrade (2008)

permintaan impor tanin dunia dari tahun 2000 – 2007 mengalami peningkatan, kondisi

tersebut juga menunjukkan semakin besarnya kebutuhan dunia terhadap tanin. Permintaan

impor tanin dunia tahun 2000 – 2008 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Permintaan Impor tanin Dunia Tahun 2000 – 2007

No Tahun Impor (Kg)

Sumber : UN Comtrade, 2008.

Data diatas dapat di ekstrapolasi agar dapat mengetahui data impor tanin pada

tahun 2009 - 2013 sehingga dapat mengetahui permintaan perkembangan tanin yang

dibutuhkan pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 impor tanin yang dibutuhkan sebesar

164.945.056 kg, tahun 2010 sebesar 180.018.343 kg, tahun 2011 sebesar 195.091.630 kg,

tahun 2012 sebesar 210.164.917 kg dan tahun 2013 sebesar 225.238.204 kg. Sehingga

permintaan impor tanin dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Sebelumnya telah dilakukan pengambilan tanin dengan proses ekstraksi

diantaranya: Ekstraksi dari kulit akasia dengan menggunakan pelarut air menghasilkan

(13)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 3

tanin 78,64% berdasarkan berat ekstrak (Risnasari, 2002). Ekstraksi dari biji pinang

menghasilkan tanin terbanyak pada waktu ekstraksi 48 jam dengan kadar 19,9% dan

29,76% dengan memakai air dan alkohol 96% sebagai pelarut. (M. N. Usman, dkk,1980).

Ekstraksi tanin dari biji pinang menghasilkan tanin terbaik pada rasio perbandingan biji

pinang dengan pelarut (aseton) 1 : 2 sebesar 21,77% dengan waktu ekstraksi 1 jam. (G.

Safetri,2001). Kajian proses pembuatan tanin dari kulit buah asam menghasilkan kadar

tanin terbaik sebesar 11,60% selama 1 jam dengan pelarut aseton 99,8%. (P. W.

Setyawan, 2003).

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan dari penelitian sebelumnya,

menggunakan dua variable yang divariasikan yaitu konsentrasi pelarut dan waktu

ekstraksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik ekstraksi tanin dari

daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) ditinjau dari konsentrasi pelarut dan waktu

ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol.

1.3 Manfaat Penelitian

Memberikan masukkan dan informasi mengenai manfaat lain dari daun ketapang

(Terminalia Catappa Linn) yaitu sebagai bahan dasar penghasil tanin. Sehingga hasil

penelitian ini diharapkan dari yang tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi mempunyai

nilai ekonomi dan meningkatkan produktivitas daun Ketapang di Indonesia.

(14)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pohon Ketapang

Pohon ketapang atau Terminalia catappa Linn ditanam sebagai pohon peneduh di

taman ataupun pinggir jalan. Pohon ketapang mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang

khas. Cabangnya mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda.

Selain disebut ketapang, pohon ini memiliki berbagai nama daerah seperti

hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas

(Timor), atapang (Bugis), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu

(Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris

(Papua).

Pohon ketapang (Terminalia catappa L.) bertajuk rindang dengan cabang-cabang

yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti

pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter. Ketapang merupakan tumbuhan dari famili

combreataceae dilaporkan bahwa di dalam daun memiliki aktivitas antioksidan secara in

vitro yang ditentukan dengan metode peredaman warna radikal bebas

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) yang berwarna ungu menjadi kuning (Pauly, 2001).

Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan

ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya

meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan

terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang

sekitar 8–25 cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda

(15)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 5

buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat

matang.

Ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara,

dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.

Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia, India, Madagaskar hingga Amerika

Tengah dan Amerika Selatan.

Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk

daerah pantai hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga

dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan

yang kering.

Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit luar) dan

daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya

mempunyai kualitas cukup baik sehingga rentan terhadap rayap.

Klasifikasi ilmiah

Spesies : Terminalia catappaLinn

(Alamendah, 2011)

(16)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 6

2.2Daun ketapang

Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada ujung cabang, biasanya

membundar telur sungsang, kadang-kadang agak menjorong, mengertas sampai

menjangat tipis, mengkilap, terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus).

Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya,

helaian daun berbentuk bulat telur sungsang (obovatus), ujung dan pangkal daun tumpul

(obtusus), tulang daun menyirip (penninervis). Ada beberapa kandungan alami yang

terkandung dalam daun ketapang (dan buah), antara lain: flavonoids 20 - 25% (sama

halnya dengan kaempferol atau quercetin) atau dikenal dengan vitamin P atau citrin, tanin

11-23% (punicalin, punicalagin atau tercatin seperti halnya pada teh, anggur, strawberry,

delima, pomegranate, aren-arenan), saponin 20% yang dipakai sebagai surfaktan, dan

phytosterol 10 - 15% (kolesterol tumbuhan dengan sedikit kandungan alkohol). unsur lain

yang terdapat dalam daun ketapang antara lain 20% ; Sulfur, Nitrogen dan fosfor di dalam

bobot beragam. Sementara daun – daunnya Ketapang juga mengandung logam 5% terdiri

dari Ca, Mg, Cu, Zn, dll. (Kea, 2012).

2.3Tanin

Tanin adalah senyawa organik yang sangat kompleks dan banyak terdapat dalam

bermacam - macam tanaman. Jenis tanaman yang banyak mengandung tanin adalah

tanaman berkeping dua (dikotil) antara lain mahoni,akasia, bakau, pinang, pinus dan

gambir dan bakau – bakauan yang tumbuh di hutan mangrove yang tersebar dari aceh

sampai irian jaya (Karsini dan Burnawi, 1994). Tanin dapat diambil dari kulit kayu

dengan ekstraksi padat cair menggunakan pelarut air (Geankoplis,1997). Ekstraksi dari

(17)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 7

tanin tidak dapat murni 100%, karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin

seperti glukosa dan hidrokoloid yang memiliki berat molekul tinggi (Pizzi, 1983).

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah

yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin

digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.Tanin

yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tanin juga dapat dijumpai pada hampir

semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun

tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda – beda.

Gambar 2.1 Struktur inti tanin (Harborne, 1987)

2.3.1 Sifat-sifat Tanin

Tanin berupa serbuk amorf, berkeping mengkilap atau massa ringan. Mempunyai

rasa atau kharakteristik yang sangat sepat. Tanin berwarna putih kekuningan sampai

coklat muda. Warna akan berubah menjadi gelap apabila terkena sinar matahari (The

Merck Index,1983).

Tanin jika dipanaskan pada suhu 210-215oC akan terurai menjadi pirogallol dan CO2. Satu gram tanin dapat larut dalam 0,35 ml air, 1 ml gliserol panas, sangat mudah

larut dalam alkohol, aseton dan praktis tidak larut dalam benzene, kloroform, ether,

petrolium ether, karbon disulfide, dan karbon tetrakolorida (The Merck Index, 1983).

Tanin juga dinamakan asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna

tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat. Berikut adalah sifat – sifat dari tanin :

(18)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 8

1. Memiliki rumus molekul C76H52O46

2. Memiliki berat molekul 1701,22

3. Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi

4. Merupakan padatan berwarna kuning atau kecoklatan

5. Memiliki titik leleh 305oC 6. Memiliki titik didih 1271oC

7. Merupakan senyawa yang sukar dipisahkan

8. Kelarutan dalam etanol 0,82 gr dalam 1 ml (70oC) 9. Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC) 10. Kelarutan dalam aseton 0,90 gr dalam 1 ml (70⁰C)

Selain sifat tanin diatas, tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau

etanol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat

logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Carter et al,1978).

2.3.2 Kegunaan Tanin

Tanin banyak dimanfaatkan oleh beberapa industri sebagai:

1. Penyamak kulit

Proses penyamakan kulit adalah suatu proses yang mengubah kulit mentah

(hide/sknis) menjadi kulit tersamak (leather). setelah diberi perlakuan dengan

tanin, kulit mentah terwarnai dan terhindar dari pembusukan. Penyamakan nabati

dapat mengawetkan serat-serat kulit dari serangan bakteri. Juga di dalam serat itu

terbentuk sifat-sifat tertentu seperti kelenturannya dan terasa padat, yang bukan

saja khas menurut semacam kulit, melainkan juga bergantung pada bahan

penyamak dan cara penyamakannya. Hasilnya berupa kulit samak yang banyak

sekali manfaatnya.

(19)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 9

2. Pewarna

Tanin sebagai pewarna sangat dibutuhkan terutama dalam industri tekstil. Dalam

proses pewarnaan ini pemakaian mordan diperlukan untuk membantu pengikatan

zat warna. Mordan berupa garam-garam logam,, seperti garam besi, chrom,

aluminium dan timah. Selain digunakan untuk bahan pewarna tekstil, tanin juga

dipakai untuk bahan pewarna cat, pernis, kulit, kertas dan tinta. Pada pembuatan

tinta kombinasi tanin dengan garam-garam besi menghasilkan warna biru tua atau

hijau kehitaman

3. Obat

Pada industri farmasi, tanin dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit gula, untuk

pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, sebagai obat

cacing dan obat antibiotik.

4. Penambah cita rasa dalam minuman

Tanin yang terkandung di dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir,

berguna sebagai penyedap dan pemberi aroma.

2.4 Ekstraksi Padat cair

Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut

(solute) pada suatu campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering

disebut Leaching.

Proses ini biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat dari suatu

solute (konstituen) dalam solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu solute inert

dari kontaminannya dengan bahan (konstituen) yang dapat larut (washing).

(20)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 10

Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah

konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan

ukuran partikelnya.

Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu, akibatnya sisa solid

akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan solid

untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan eekstraksi akan

menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut ditembus.

Tetapi bila konstituen yang akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid,

maka sisa solid yang berpori-pori akan segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan

menghalangi perembesan pelarut ke lapisan yang lebih dalam.

Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian :

1. Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari

bentuk padat menjadi liquid.

2. Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan dari

partikel.

3. Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam lapisan

keseluruhannya (bulk).

Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi,

namun karena bagian pertama berlangsung dengan cepat, maka terdapat kecepatan

ekstraksi secara overall dapat diabaikan.

Pada beberapa solid atau sistem yang akan di ekstraksi, konstituen yang

akan dilarutkan terisolasi oleh suatu lapisan yang sangat sulit ditembus oleh

pelarut, misalnya biji emas didalam rock (batu karang) maka solid ini harus

dipecah terlebih dahulu.

(21)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 11

Demikian pula bila solute berada dalam solid yang berstruktur selluler

akan sulit di ekstraksi karena struktur yang demikian merupakan tahanan

tambahan terhadap rembesan liquid, misalnya pada ekstraksi gula beet. Untuk

mengatasi solid semacam ini terlebih dahulu dipotong tipis memanjang hingga

sebagian dari sel –sel solid pecah. Pada ekstraksi minyak dari biji – bijian,

walaupun bentuk selnya celluler, ekstraksi tidak terlalu solid karena solute

(konstituen) sudah berbentuk liquid (minyak).

Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang

membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui

pori-pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh.

Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan

keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan

pengadukan dalam proses.

Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi padat cair:

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas

permukaan kontak antara partikel dengan liquid, akibatnya akan

memperbesar heat transfer material, disamping itu juga akan

memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan

membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan, disamping

itu juga akan mempersulit drainage solid residu. Jadi harus ada range

tertentu untuk ukuran-ukuran partikel dimana suatu partikel harus

cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang

sama,tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal dan

menyulitkan aliran.

(22)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 12

2. Pelarut

Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan

merusak kontituen atau solute yang diharapkan(residu). Disamping itu

juga tidak boleh pelarut dengan viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi

bebas dapat terjadi.

Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan

murni,tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute didalamnya akan

bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun,pertama karena

gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan

bertambah pekat.

3. Suhu operasi

Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan

bertambah dengan bertambah tingginya suhu, demikian juga akan

menambah besar difusi,jadi secara keseluruhan akan menambah

kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain harus diperhatikan

apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.

4. Pengadukan

Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan

bertambah,dan perpindahan material dari permukaan pertikel ke dalam

larutan (bulk) bertambah cepat,disamping itu dengan pengadukan akan

mencegah terjadinya pengendapan.

(23)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 13

2.5 Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol

saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan

merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa

ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan

termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.

Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH

dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol

sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol).

Kelarutan dalam air : tercampur penuh

Keasaman : 15,9 pKa

Viskositas : 1,200 cP (20⁰C) Momen dipol : 1,69 D (gas)

Titik Nyala : 13⁰C (55,4⁰F) (http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol)

(24)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 14

2.6 Landasan Teori

Ekstraksi tanin adalah proses ekstraksi untuk mengeluarkan tanin dari jaringan

tanamannya dengan mempergunakan pelarut. Ekstrak dari tanin tidak dapat murni 100%,

karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid

yang memiliki berat molekul tinggi (Pizzi, 1983).

Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak dengan kualitas

dan kuantitas yang tinggi, maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengn

perbandingan volume air yang sebanding.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah:

1. Jenis Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik (Etanol). Pelarut organik sangat

cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan tanin akan

semakin banyak, disamping itu titik didih lebih rendah akan mempermudah

proses pemisahan. Menurut Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk

memperoleh ekstrak tanin dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi maka

umumnya digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan volume yang

sebanding.

2. Perbandingan pelarut

Yang dimaksud perbandingan pelarut adalah perbandingan antara berat contoh

(gr) yang diproses terhadap pemakaian pelarut. Dengan bertambahnya jumlah

pelarut maka akan mendapatkan hasil yang lebih banyak, tapi bahan

mempunyai batas maksimum yang dapat terekstraksi sehingga penggunaan

jumlah pelarut yang berlebihan kurang efisien. Menurut Browning (1966)

menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak tanin dengan kualitas dan

(25)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 15

kuantitas yang tinggi maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengan

perbandingan volume yang sebanding.

3. Konsentrasi Pelarut

Semakin tinggi konsentrasi pelarut akan memperbesar kecepatan ekstraksi. Ini

disebabkan karena gradient konsentrasi antara solute dengan pelarut

bertambah besar akibatnya akan memperbesar laju perpindahan massa dengan

cara diffusi pada bidang antar muka solute dan pelarut sehingga terjadi pelarut

ekstrak yang banyak, dan larutan bertambah pekat.

4. Waktu Ekstraksi.

Semakin lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan tanin yang lebih

banyak, karena sirkulasi uap akan semakin sering kontak antara solut dengan

pelarut lebih lama.

5. Volume pelarut

Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan tanin yang sedikit

karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan sebaliknya.

Oleh karena itu, volume pelarut menggunakan 250 ml agar dapat

menghasilkan tanin yang banyak karena terjadinya kontak uap pelarut dengan

sampel.

6. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga

perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa.

7. Ukuran partikel

Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam

mendapatkan tanin karena dapat memperbesar luas permukaan kontak antara

(26)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 16

partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material,

disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi.

8. Pengadukan

Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara

pelarut dengan solut.

2.7Hipotesis

Untuk mendapatkan tanin dari daun Ketapang dapat dilakukan dengan proses

ekstraksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah waktu

ekstraksi dan konsentrasi pelarut. semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol dan waktu

ekstraksinya akan menghasilkan tanin dengan kadar yang lebih besar.

(27)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 17

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi untuk mendapatkan tanin

dalam daun Terminalia Catappa Linn atau yang disebut dengan Ketapang. Metode

ekstraksi yang dilakukan adalah secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan

prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu

yang ditentukan (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit) dengan suhu

ekstraksi 85⁰C.

3.1 Bahan – bahan yang digunakan

Bahan baku utama penelitian digunakan daun Ketapang (Terminalia

Catappa Linn) dari UPN “VETERAN” Jawa Timur surabaya. Selain daun Ketapang

(Terminalia Catappa Linn), memerlukan bahan etanol digunakan sebagai bahan

pelarut yang diperoleh dari toko kimia Brataco Chemica jalan Tidar Surabaya.

Adapun bahan pembantu yang digunakan adalah aquadest dari toko bahan kimia

Medokan Ayu I-A Surabaya.

3.2. Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan seperangkat peralatan ekstraksi. Peralatan ini

terdiri atas labu leher tiga, motor pengaduk, termometer, kondensor, corong, oven

waterbath, statif, klem, beaker glass, erlenmeyer, labu ukur dan gelas ukur. Proses

ekstraksi dilakukan secara batch.

(28)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 18

Persiapan bahan dilakukan sebelum proses ekstraksi. Daun Ketapang

(Terminalia Catappa Linn) dikeringkan dalam oven. Setelah kering dihaluskan

kemudian ditimbang sampai berat yang diinginkan. Kemudian melalui proses

ekstraksi tanin. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar, Setelah itu

disaring kemudian ampasnya dibuang dan filtratnya di analisa untuk mengetahui

kadar tanin yang terkandung dalam filtrat tersebut.

3.3 Peubah

Ekstraksi tanin dari daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dipengaruhi

oleh beberapa peubah. Dalam pelaksanaan penelitian ini dijalankan dengan beberapa

peubah, sebagai kondisi tetap adalah :

a. Suhu Ekstraksi : 850C

(29)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 19

3.4 Rangkaian Alat

1

1 2

3

6

5

V-1

4 P-1

Gambar 3.1 Rangkaian alat ekstraksi

Keterangan :

1. Statif dan kleim

2. Waterbath

3. Thermometer

4. Kondensor

5. Motor pengaduk

6. Labu leher tiga

(30)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 20

3.5 Prosedur Penelitian

Pertama daun Ketapang (Terminalia catappa Linn) dikeringkan dahulu dalam

oven dengan suhu 100oC selama 1 jam. Setelah kering lalu dihaluskan sampai ukuran menjadi halus, kemudian di ayak ± 200 mesh. Daun ketapang yang telah halus (serbuk)

ditimbang sampai berat 10 gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat eksraksi ditambah

pelarut etanol dengan konsentrasi yang ditentukan dengan volume 250 ml. Saat proses

ekstraksi suhu dijaga sampai 85oC, kecepatan pengadukan 200 rpm, dan waktu ekstraksi ditentukan. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar kemudian disaring

dengan kertas saring menghasilkan filtrat dan ampas, lalu ampas dibuang dan filtrat di

taruh pada wadah botol untuk di analisa kadar tanin dalam filtrat tersebut. Analisa

dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Dan Konsultasi Industri Surabaya dengan

metode Spectro Fotometri

(31)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 21

3.8 Skema Jalannya Penelitian

Gambar 3.2. Skema Jalannya Penelitian Ekstraksi dengan suhu 850C

Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)

Dikeringkan dengan oven 100oC

Dihaluskan ± 200 mesh

(32)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 22

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

IV.1 Tabel Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan sesuai dengan prosedur yang

tercantum pada BAB III diperoleh hasil seperti dibawah ini

Tabel 4.1. Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak

Pelarut Waktu

(33)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 23

IV.2 Grafik dan Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan

Gambar 4.2.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Berdasarkan Grafik 4.1 terlihat bahwa kadar tanin yang didapatkan dari

ekstraksi daun ketapang dengan pelarut etanol sangat tergantung pada konsentrasi

etanol sebagai pelarut, dimana semakin besar konsentrasi etanol, kadar tanin yang

didapatkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi etanol yang

tinggi akan cepat menguap sehingga tanin yang terekstrak bertambah banyak

seiring dengan bertambah besarnya konsentrasi etanol.

Namun pada konsentrasi pelarut 90% kadar tanin yang dihasilkan

mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut mengalami

titik kejenuhan sehingga didapatkan kondisi terbaik berdasarkan grafik diatas

yaitu konsentrasi pelarut 85% dimana kadar tanin yang didapatkan adalah 12,45%

(34)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 24

4.2.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Gambar 4.2.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap banyaknya tanin yang terambil.

Semakin lama waktu ekstraksi semakin banyak tanin yang didapat, hal ini

dikarenakan sirkulasi uap dimana semakin sering kontak antara solut (daun

ketapang) dengan pelarut (etanol) lebih lama sehingga volume larutan akan

semakin berkurang dan tanin yang terekstrak semakin banyak. Namun apabila

waktu yang diperlukan sedikit maka hasil tanin yang terambil juga sedikit pula.

Oleh karena itu, waktu ekstraksi sangat mempengaruhi terhadap tanin yang

terekstrak pada saat proses ekstraksi berlangsung. Sehingga pada pengamatan

waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang terekstrak menghasilkan waktu terbaik

adalah 120 menit.

(35)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Hasil analisa awal kadar tanin (serbuk Daun Ketapang) adalah 12,58%. Kadar

tanin terbaik yang diperoleh setelah diekstraksi adalah 12,45%. Hasil ini didapatkan dari

proses ekstraksi dengan pelarut etanol 85% dan waktu ekstraksi 120 menit. Persentase

kadar tanin yang terekstrak adalah 98,97% .

V.2 Saran

Disarankan agar penelitian ini dapat dilanjutkan karena pada penelitian ini dengan

variable waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut belum mendapatkan hasil yang optimum

. Disamping faktor-faktor waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut masih ada faktor lain

yang masih dapat dipelajari seperti ukuran partikel, jenis pelarut, dan kecepatan

pengadukan yang bervariasi, dengan demikian hasil yang diperoleh akan lebih baik.

Penelitian ini perlu dilanjutkan karena melihat potensi daun ketapang bisa dikembangkan

terutama pemanfaatan taninnya sebagai bahan penyamak dalam industry penyamak kulit.

(36)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 26

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah, 2011. (http://Pohon Ketapang atau Terminalia catappa _ Alamendah's

Blog.htm. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 2:58:26 PM).

Browning, B.L., 1966, Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience,

Publishers. New york.

Brown, G.G., 1978, “ Unit Operations”, modern asia edition, p. 277, John Willey

& Sons, Inc., New York.

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley, 1978, Termiticidal Components of

Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal

Agriculture Food Chemistry. 26(4) : 869-873.

GeanKoplis, C.J., 1997, “Transport Processes and Unit Operation”, thirt edition,

p.727-730, Prentice-Hall of India Pravate Limited, New Delhi.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Bandung :Penerbit ITB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol. Diakses pada tanggal 23 November 2012,

10.30 AM.

http://www.cem.msu.edu/-reusch/VirtualText/alcohol1.htm#alcnom.Diakses pada

tanggal 23 November 2012, 11:00 AM

Karsini dan Burnawi, 1994, “Ekstraksi Tanin Dari Limbah Kayu Mahoni”, vol 2,

hal 1-13, BPPI Buletin Samarinda, Samarinda.

(37)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 27

Kea, 2012. (http://kajidirilebihdalamlagi.blogspot.com/2009/12/hubungan unik

antara ketapang dan.html. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 3:03:20

PM).

Pauly, G., 2001, Cosmetic, Dermatologycal And Pharmaceutical Use of An

Extract Of Terminalia catappa, United State Patent Application no.

200100022665.

Pizzi, A., 1983, Wood Adhesive, Chemistry and Technology, Marcel Dekker, New

York.

Risnasari, Iwan, 2002, Ekstraksi Tanin Dari Kulit Akasia, USU, Sumatra Utara.

Safetri, Grace, 2001, Ekstraksi Tanin Dari Biji Pinang, UPN, Jawa Timur.

Setyawan W. Ponco, 2003, Kajian Proses Pembuatan Tanin Dari Kulit Buah

Asam. UPN, Jawa Timur.

Slamet Sudarmadji, B. Haryono, Suhardi, 1997, Produser Analisa Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan

dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”,

Tenth edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

Usman, M. N., Salomba, P., Basri, 1979 / 1980, Laporan Penelitian Pemanfaatan

Buah Pinang Asal Kalimantan Selatan.

(38)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 28

APPENDIX

Diketahui :

- Konsentrasi Etanol = 96%

- Volume larutan = 250 ml

(39)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 29

N1V1 = N2V2

90 . 250 = 96 . x

x = = 234,375 ml

Tanin yang terekstrak :

Contoh perhitungan tanin yang terekstrak :

Dengan cara perhitungan yang sama maka didapatkan tanin yang terekstrak seluruhnya

seperti pada tabel 4.1.

(40)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 30

LAMPIRAN

Daun Ketapang Pelarut Etanol 96%

Daun Ketapang sudah ditimbang 10 gr

(41)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 31

Daun ketapang yang di haluskan Daun Ketapang yang tealah halus

Menimbang daun Ketapang Memasukkan daun Ketapang kedalam labu lehar tiga

(42)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 32

Pengenceran pelarut etanol 96% Penyaringan filtrat hasil ekstraksi

Proses Ekstraksi

Contoh filtrat hasil ekstraksi daun ketapang

(siap untuk dianalisa kadar tanin).

(43)

Alamendah, 2011. (http://Pohon Ketapang atau Terminalia catappa _ Alamendah's

Blog.htm. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 2:58:26 PM).

Browning, B.L., 1966, Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience, Publishers.

New york.

Brown, G.G., 1978, “ Unit Operations”, modern asia edition, p. 277, John Willey & Sons,

Inc., New York.

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley, 1978, Termiticidal Components of Wood

Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food

Chemistry. 26(4) : 869-873.

GeanKoplis, C.J., 1997, “Transport Processes and Unit Operation”, thirt edition,

p.727-730, Prentice-Hall of India Pravate Limited, New Delhi.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Bandung :Penerbit ITB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol. Diakses pada tanggal 23 November 2012, 10.30 AM.

http://www.cem.msu.edu/-reusch/VirtualText/alcohol1.htm#alcnom.Diakses pada tanggal

23 November 2012, 11:00 AM

Karsini dan Burnawi, 1994, “Ekstraksi Tanin Dari Limbah Kayu Mahoni”, vol 2, hal

1-13, BPPI Buletin Samarinda, Samarinda.

Kea, 2012. (http://kajidirilebihdalamlagi.blogspot.com/2009/12/hubungan unik antara

ketapang dan.html. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 3:03:20 PM).

(44)

Safetri, Grace, 2001, Ekstraksi Tanin Dari Biji Pinang, UPN, Jawa Timur.

Setyawan W. Ponco, 2003, Kajian Proses Pembuatan Tanin Dari Kulit Buah Asam.

UPN, Jawa Timur.

Slamet Sudarmadji, B. Haryono, Suhardi, 1997, Produser Analisa Untuk Bahan Makanan

dan Pertanian, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan

dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”, Tenth

edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

Usman, M. N., Salomba, P., Basri, 1979 / 1980, Laporan Penelitian Pemanfaatan Buah

Pinang Asal Kalimantan Selatan. iii

Gambar

Tabel 1. Permintaan Impor tanin Dunia Tahun 2000 – 2007
Gambar 2.1 Struktur inti tanin (Harborne, 1987)
Gambar 3.1 Rangkaian alat ekstraksi
Tabel 4.1. Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dan bukti adanya setan di tengah- tengah kita sekarang, dialah yang membujuk aku sekarang supaya merenggut tempat tinta yang didepanmu ini dengan cara begini... ( Cepat-Cepat

agar penyusunan serta penulisan laporan akhir ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan di bahas, maka penulis membatasi ruang lingkup

Ucapan puji dan syukur selalu dihaturkan Kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini

Kristal Cu-BTC yang diperoleh berupa serbuk padatan bertekstur halus berwarna biru muda yang menunjukkan kesamaan dengan kristal Cu-BTC yang pernah

Hasil penelitian dari analisis bivariat berdasarkan Tabel 2, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signi fi kan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku

Kemudian, penulis juga menemukan dokumen sebagai pedoman penyelenggaraan program generasi berencana Kabupaten Mesuji oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Apabila kontribusi biaya tenaga kerja dari dalam keluarga diasumsikan tidak diperhitungkan di dalam biaya produksi, maka nilai R/C ratio dalam usahatani pada 4 pola tanam

Dalam kaitannya, Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV menggunakan bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa Sansekerta yang dipandang sebagai bahasa indah (bahasa Kawi) secara lingual