DARMO) MENURUT TINJ AUAN STANDAR KELAYAKAN DAN
ASPEK AKSESIBILITAS
TUGAS AKHIR
`
OLEH :
HENRRY J ALADARA EKA ATMAJ A NPM : 0953010015
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
ANALISA OPERASIONAL HALTE BUS KOTA PADA RUTE TERMINAL PURABAYA-TANJ UNG PERAK (VIA J ALAN RAYA DARMO) MENURUT
TINJ AUAN STANDAR KELAYAKAN DAN ASPEK AKSESIBILITAS
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir Progam Studi Teknik Sipil FTSP UPN “Veteran” Jawa Timur
Pembimbing Utama
Masliyah, ST.,MT.,
Pembimbing Pendamping
Nugroho Utomo, ST.,MT., NPT. 3 7501 04 0195 1
Tim Penguji Penguji I
Ibnu Sholichin, ST.,MT., NPT. 3 7109 99 0167 1 Penguji II
Iwan Wahjudijanto, ST.,MT., NPT. 3 7102 99 0168 1
Penguji III
Ir. Hendrata Wibisana, MT., NIP. 19651208 199103 1 00 1
Mengetahui,
HENRRY J ALADARA EKA ATMAJ A NPM : 0953010015
ABSTRAK
Peningkatan volume kendaraan umum ikut berkontribusi terjadinya kemacetan dengan menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Salah satunya dengan meningkatkan sarana dan peningkatan sarana yakni berupa peningkatan fasilitas pemberhentian (halte) bus kota sehingga penggunaan bus kota dapat optimal.
Rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) saat ini terdapat 16 halte dan 9 halte pada rute sebaliknya. Dalam studi ini dilakukan dengan menganalisa data-data dari survey kondisi halte eksisting, survey jumlah penumpang pada setiap halte, dan kuisioner ke calon penumpang. Selain itu juga dilakukan studi perencanaan halte baru yang memenuhi standar kelayakan dan aksesibilitas.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh data bahwa hanya terdapat 4 halte yang memenuhi standar kelayakan dan juga hanya terdapat 4 halte yang memenuhi aspek aksesibilitas di sepanjang rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya. Sedangkan dari hasil perencanaan lokasi halte baru berdasarkan Peraturan Departemen Perhubungan, 1996, jumlah Demand dan Land Use diperoleh 9 halte baru pada rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan 7 halte baru pada rute sebaliknya.
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul ” Analisa Operasional Halte Bus Kota Pada Rute Terminal Purabaya - Tanjung Perak (Via Jalan Raya Darmo Di Kota Surabaya) Menurut Tinjauan Standar Kelayakan Dan Aspek Aksesibiltas “
Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN ”Veteran ” Jawa Timur.
Dalam menyesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan serta bantuan yang sangat bermanfaat untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir.Naniek Ratni Jar., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur. 2. Bapak Ibnu Sholichin, ST.MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Masliyah, ST. MT. selaku dosen pembimbing utama.
4. Bapak Nugroho Utomo, ST. MT. selaku dosen pembimbing kedua. 5. Para Dosen dan Staff pengajar yang telah memberikan bekal ilmu dan
pengetahuan yang amat berguna.
Dan sebagai akhir kata penulis harapkan agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Surabaya, 3 September 2013
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Permasalahan ...2
1.3 Tujuan Penelitian ...3
1.4 Batasan Masalah ...3
1.5 Lokasi Proyek ...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5
2.1 Umum ...5
2.2 Manajemen Lalu Lintas ...5
2.2.1 Definisi Manajemen Lalu Lintas ...5
2.2.2 Tujuan Manajemen Lalu Lintas ...6
2.2.3 Sasaran Manajemen Lalu Lintas ...6
2.2.4 Strategi dan Teknik ...7
2.2.5 Bentul-Bentuk Tindakan ...8
2.2.6 Proses integrasi Manajemen Lalu Lintas ...9
2.2.7 Elemen-elemen Manajemen Lalu Lintas ...9
2.3 Unsur-Unsur Lalu Lintas ... 10
2.3.1 Pemakaian Jalan ... 10
2.3.2 Kendaraan ... 11
2.3.3 Jalan ... 11
2.3.4 Lingkungan ... 12
2.4 Arus Lalu Lintas ... 12
2.4.1 Karakteristik Arus Lalu Lintas ... 12
2.6 Definisi Kemacetan lalu lintas ……….20
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Tahap Persiapan ... 22
3.2 Pengumpulan Data ... 22
3.3 Analisa Data ... 23
3.4 Flow Chart ... 28
1.1. Latar Belakang
Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah kota Jakarta. Salah
satu permasalahan yaang dihadapi kedua kota tersebut adalah kemacetan lalu lintas.
Kemacetan lalu-lintas di kota-kota besar adalah fenomena yang sering terjadi dan
bukan suatu hal yang baru. Salah satu penyebab kemacetan lalu-lintas yang melanda
kota Surabaya adalah pertumbuhan volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan
raya, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Peningkatan volume
kendaraan umum ikut berkontribusi terjadinya kemacetan dengan menaikkan dan
menurunkan penumpang di sembarang tempat.
Agar proses lalu lintas dapat berjalan dengan lancar maka perlu adanya
perhatian oleh pemerintah, khususnya pada sektor transportasi umum. Salah satunya
dengan meningkatkan sarana dan peningkatan sarana yakni berupa peningkatan
fasilitas pemberhentian (halte) bus kota sehingga penggunaan bus kota dapat optimal.
Untuk meningkatkan fasilitas halte bus kota tersebut diperlukan sistem operasional
yang baik agar para pengguna halte merasa nyaman sehingga pergerakan angkutan
umum dan penumpang dapat berjalan efektif. Dalam hal ini akan direncanakan
pengoptimalan operasional halte di sepanjang rute tersebut dan dengan
pengoptimalan ini diharapkan penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan sehingga
Rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via jalan Darmo) saat ini terdapat 16
halte dan 9 halte pada rute sebaliknya, aktifitas bus kota menaikkan dan menurunkan
penumpang pada umumnya dilakukan hampir di sepanjang rute yang dilaluinya
demikian juga yang memberhentikan bus di sepanjang rute yang dilalui oleh bus
tersebut. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kondisi lalu lintas di sepanjang rute
itu. Hal ini dikarenakan tata letak halte yang kurang strategis dan fasilitas halte
belum memenuhi standar kelayakan dan kurang memadai sehingga banyak calon
penumpang yang enggan menggunakan halte yang telah tersedia. Berdasarkan hal
tersebut tugas akhir ini akan mencoba mengkaji permasalahan tersebut dengan
melakukan analisa operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (lewat
jalan Darmo) dan rute sebaliknya.
1.2. Per masalahan
Adapun yang menjadi permasalahan pada studi analisa operasional halte bus
kota ini, adalah :
1. Apakah operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo) dan rute sebaliknya sudah memenuhi standar kelayakan ?
2. Apakah operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo) dan rute sebaliknya sudah memenuhi aspek aksesibilitas ?
3. Bagaimana meningkatkan kelayakan dan aksesibilitas operasional halte bus
kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan studi pada halte bus kota rute Purabaya – Tanjung Perak
(via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya, adalah :
1. Mengetahui tingkat kelayakan operasional halte bus kota rute Purabaya –
Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
2. Mengetahui tingkat aksesibilitas operasional halte bus kota rute Purabaya –
Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
3. Dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kelayakan dan
aksesibilitas operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via
Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut :
1. Survey dilakukan hanya kepada orang-orang yang berada di halte.
2. Survey hanya dilakukan pada halte bus kota rute Purabaya – Tanjung Perak
(via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
3. Tidak melakukan perencanaan struktur halte bus.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapat dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Memberikan masukan dalam hal masalah operasional halte bus.
2. Menciptakan kondisi halte yang memenuhi standar kelayakan.
3. Dengan adanya operasional halte yang baik yang baik diharapkan mampu
meningkatkan daya tarik pengguna transportasi umum untuk menggunakan
halte bus.
1.6. Lokasi Penelitian
Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian halte di sepanjang rute Purabaya- Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo di kota Surabaya).
uu
U
2.1. Definisi Halte
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan (1993), yang dimaksud dengan
halte adalah tempat pemberhentian kendaraan umum untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan dan rambu bergambar
bus.
2.1.1. Fasilitas Halte
Menurut Departemen Perhubungan (1996), terdapat dua jenis fasilitas
pemberhentian kendaraan penumpang umum, antara lain :
1. Fasilitas Utama
a. Halte
1. Identitas halte berupa nama atau nomor (atap)
2. Rambu petunjuk
3. Papan informasi trayek
4. Lampu penerangan
5. Tempat duduk
b. Tempat pemberhentian bus (TPB)
1. Rambu Petunjuk
2. Fasilitas Tambahan
1. Telepon umum
2. Tempat sampah
3. Pagar
4. Papan iklan/pengumuman
2.1.2. Tata Letak Dari Halte (Bus Stop)
Menurut Departemen Perhubungan (1996) tata letak dari halte (bus stop),
adalah :
a. Jarak
Untuk menentukan spacing antara halte perlu diperhatikan jarak
calon penumpang untuk berjalan kaki mencapai halte tersebut.
b. Lokasi
Menurut Vuchic (1981), ada tiga macam dasar penentuan lokasi halte
(bus stop), antara lain :
1. Far Side
Bus stop jenis FS ini diletakkan pada persimpangan jalan
setelah melewati jalan simpang (cross street).
Tipe FS adalah untuk kondisi lalu lintas yang belok ke kiri
lebih banayak, rute bus kota belok ke kanan.
2. Near Side
Untuk tipe NS diletakkan pada persimpangan jalan
Tipe NS adalah kondisi lalu lintas yang sedikit belok ke
kiri, dimana rute bus belok ke kiri dan volume penumpang
yang akan ditransfer ke kiri lebih banyak.
3. Mid Block (MB)
Tipe mid block terletak pada tengah-tengah suatu ruas
jalan yaitu pada tempat yang cukup jauh dari
persimpangan atau pada ruas jalan tertentu.
Tipe MB adalah untuk kondisi volume penumpang yang
naik dan turun lebih banyak pada ruas jalan tersebut.
Institute of Transpotation Engineers (1976), menyatakan bahwa
lokasi near side sangat cocok dipakai bila terdapat tempat parkir didekat
persimpangan jalan. Sedangkan lokasi far side akan meningkatkan jarak
pandangan pengemudi yang akan memasuki persimpangan jalan, meskipun
lebih baik lagi bila menggunakan lokasi mid block yang relatif jauh dari
persimpangan jalan. Berdasarkan tipe area, lokasi tempat pemberhentian bus
dibedakan oleh Confederation of British Road Transport (1981), antara lain :
1. Daerah pemukiman
2. Daerah industri
3. Pusat kegiatan bisnis
4. Fasilitas pendidikan dan kesehatan
5. Pusat hiburan
Kriteria penempatan pemberhentian bus untuk masing-masing lokasi diatas
diantaranya : koordinasi lampu pengatur lalu lintas, akses bagi penumpang, kondisi
lalu lintas dan pejalan kaki, geometri pemberhentian bus kota, dan gerakan
membelokkan bus kota.
Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi pemberhentian bus
adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi rambu lalu lintas, karena hal ini sangat mempengaruhi kecepatan
sebuah bus, sebuah bus dapat meninggalkan pemberhentian tipe near side
pada suatu persimpangan adalah selama fase hijau. Tetapi karena bus harus
berhenti maka bus tersebut beresiko kehilangan jalur untuk lewat dan
terperangkap hingga fase merah selanjutnya, sedangkan tipe far side, bus
tidak dipengaruhi fase hijau saat mengangkut atau menurunkan penumpang.
2. Akses penumpang pada saat penumpang berpindah ke rute lain, hal ini perlu
diperhatikan dengan seksama karena pada umumnya lokasi halte bus
diletakkan ditempat para penumpang terlindung dengan baik dari lalu lintas
dimana bus mendapat cukup ruang untuk bergerak dari lokasi pemberhentian
dan tidak menghalangi aliran pejalan kaki di trotoar.
3. Kondisi lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki disebuah persimpangan. Maka
perencanaan suatu lokasi halte diharapkan dapat meminimalisasi tingkat
bahaya keselamatan dan pelanggaran bus dengan kendaraan lain ataupun
dengan pejalan kaki.
4. Geometri bus saat belok dan berhenti, misalnya di suatu persimpangan
dimana arah harus berbelok kearah kiri, maka pemberhentian hate bus jangan
2.1.3. Bentuk Fasilitas Halte Bus
Menurut Departemen Perhubungan (1996), bentuk fasilitas halte bus adalah :
1. Kerb side
Merupakan tempat pemberhentian bus dengan memanfaatkan
trotoar yang ada disisi jalan sebagai tempat menampung penumpang
yang akan naik atau turun dan dilengkapi dengan rambu
pemberhentian bus. Bentuk ini banyak digunakan pada kondisi lahan
trotoar atau lebar jalan yang sempit, sehingga tidak penumpang dalam
waktu singkat untuk menghindari gangguan arus lalu lintas yang
timbu, memungkinkan bus berhenti terlalu lama. Bus hanya diijinkan
pada badan jalan untuk menaikkan dan menurunkan.
2. Lay-Bys
Digunakan pada lahan atau trotoar yang cukup lebar sehingga
dibuat suatu lekukan yang memungkinkan bus berhenti pada lekukan
tersebut diluar badan jalan. Bentuk ini memiliki keuntungan
mengurangi gangguan terhadap lalu lintas pada saat bus menaikkan
atau menurunkan penumpang dan juga memungkinkan bus berhenti
lebih lama.
3. Bus shelter
Calon penumpang yang menunggu bus mendapat fasilitas
tempat menunggu beratap yang memungkinkan terhindar dari sinar
matahari dan hujan. Sedangkan tempat pemberhentian bus kotanya
4. Rambu
Rambu diletakkan disebelah kiri menurut arah lalu lintas, di
luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan lalu lintas
kendaraan. Dengan pertimbangan teknis tertentu rambu dapat
ditempatkan di sebelah kanan atau di daerah manfaat jalan.
2.1.4. Tata Letak Halte dan Tempat Pemberhentian Bus (TPB)
Menurut Departemen Perhubungan (1996), tata letak halte dan tempat
pemberhentian bus (TPB) adalah :
a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki
adalah 100 meter
b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau
bergantung pada panjang antrian
c. Jarak minimal gedung (seperti : Rumah Sakit, Tempat Ibadah) yang
membutuhkan ketenangan adalah 100 meter
d. Perletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antar
sesudah persimpangan (FS) dan sebelum persimpangan (NS),
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1
halte ≤ 20 m
Arus lalu lintas
Jembatan Penyebrangan
halte ≤ 20 m ≤ 20 m
Jembatan Penyebrangan halte
Gambar 2.1 Perletakan Tempat Pemberhentian di Pertemuan Jalan Simpang
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996
Arus lalu lintas Arus lalu lintas
Arus pejalan kaki Arus pejalan kaki
Gambar 2.2 Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan Sumber : Departemen Perhubungan, 1996
a
2.1.5. Desain Halte
Menurut Departemen Perhubungan (1996), di dalam mendesain halte ini
harus diperhatikan mengenai :
1. Segi kelayakan
Dalam hal ini ditinjau mengenai kelayakan kondisi bangunan yang ada,
apakah sudah membuat para calon penumpang merasa aman dari lalu
lintas yang ada dan nyaman dari terik matahari dan hujan. Akan lebih
baik jika ada fasilitas komunikasi misalkan : adanya telepon umum.
2. Segi keefektifan
Bahwa halte yang ada mampu membuat para penumpang turun atau naik
dengan cepat dan aman, selain faktor kondisi dari bus kota itu sendiri.
3. Segi aksesibilitas
Di sini halte direncanakan di tempat yang strategis dan bisa dijangkau
dengan mudah oleh para calon penumpang sekitar jalan rute bus kota,
dalam antrian halte harus ada di tempat-tempat potensial bangkitan dan
tarikan penumpang.
4. Segi keamanan
Di dalam mendesain suatu halte harus juga diperhatikan mengenai segi
keamanan dari lalu lintas dan tidak mengganggu lalu lintas itu sendiri.
Perencanaan letak halte sebaiknya diluar jalur lalu lintas (off street),
misalnya dibuatkan lekukan pada jalur parkir. Hal ini terutama pada ruas
2.1.6. J enis Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), jenis tempat henti dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Tempat henti tanpa lindungan (bus stop)
2. Tempat henti dengan lindungan (shelter)
Penentuan yang digunakan untuk menentukan jenis tempat henti yang digunakan
berdasarkan kriteria, antara lain :
1. Tingkat pemakaian
2. Ketersediaan lahan
3. Kondisi lingkungan
2.1.7. J arak Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), seberapa jauh jarak antar tempat
henti direkomendasikan berdasarkan jarak berjalan penumpang, dimana untuk daerah
CBD (Central Business Distric) antara 200-400 meter, dan daerah untuk pinggiran
antara 300-500 meter. Selain ditentukan oleh hal-hal diatas juga ditentukan oleh
Berikut ini adalah tabel yang menyajikan jarak tempat henti berdasarkan
kegiatan dan tata guna lahan.
Tabel 2.1. Jarak tempat henti berdasarkan kegiatan dan tata guna lahan.
Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat
Henti (m)
1. Pusat kegiatan
sangat padat: Pasar, Pertokoan
CBD, Kota 200-300*)
2. Padat:
Perkantoran, Sekolah, Jasa
Kota 300-400
3. Pemukiman Kota 300-400
4. Campuran padat:
Perumahan, Sekolah, Jasa
Pinggiran 300-500
5. Campuran jarang:
Perumahan, Ladang, Sawah, Tanah kosong
Pinggiran 500-1000
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996
2.1.8. Kriter ia Penentuan Lokasi Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), untuk menentukan lokasi tempat
henti, harus diperhatikan syarat sebagai berikut :
1. Terletak pada jalur pejalan kaki.
2. Dekat dengan pusat kegiatan yang membangkitkan pemakai angkutan
umum.
3. Aman terhadap gangguan kriminal, sehingga tempat henti harus terbuka
(letaknya tidak tersembunyi).
4. Aman terhadap kecelakaan lalu lintas, sehingga harus ada pengatur
pergerakan kendaraan, pemakai tempat henti dan pejalan kaki.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, berikut ini diberikan pedoman praktis
penentuan lokasi tempat henti :
1. Tempat henti terletak pada trotoar dengan ukuran sesuai dengan
kebutuhan.
2. Tempat henti diletakkan di muka pusat kegiatan yang banyak
membangkitkan pemakai angkutan umum.
3. Tempat henti harus terbuka, untuk tujuan keamanan dari tindakan
kriminal.
4. Jarak maksimal tempat henti dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki
adalah 50 meter.
5. Agar tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas, apabila kecepatan
perjalanan cukup tinggi, maka sebaiknya disediakan bus lay by.
6. Jarak minimal tempat henti dari pertemuan jalan adalah 50 meter.
7. Jarak minimal tempat henti dari suatu gedung yang membutuhkan
ketenangan adalah 100 meter.
2.1.9. Kriter ia Tempat Henti Berdasarkan Kondisi Setempat
Menurut Departemen Perhubungan (1996), kriteria tempat henti berdasarkan
kondisi setempat dilihat dari berbagai kondisi yang ada di lapangan, seperti :
a. Ketersediaan lahan untuk membuat bus lay by
c. Tingkat permintaan penumpang yang menentukan perlu atau
tidaknya adanya lindungan
d. Kecepatan perjalanan
2.1.10. Kriter ia Fasilitas Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), fasilitas tempat henti terutama
diperlukan untuk menjamin pergerakan angkutan umum dan penumpang dapat
berlangsung dengan aman, efektif, dan efisien. Fasilitas yang utama pada setiap
tempat henti adalah :
1. Tempat menunggu penumpang yang tidak mengganggu pejalan kaki dan
aman dari lalu lintas.
2. Tempat berteduh yang berupa lindungan buatan atau alam.
3. Tempat henti kendaraan beserta rambu lebih aman dan melancarkan lalu
lintas dapat menggunakan bus lay by
4. Informasi tentang jadwal dan rute angkutan umum
5. Fasilitas penyeberangan bagi para pejalan kaki
2.2. Metode Survey
Pengambilan data di lapangan dilakukan mengetahui kondisi yang
2.2.1. Teknik Wawancara
Menurut Irawati Singarimbun (1989), salah satu metode pengumpulan data
ialah dengan jalan wawancara yaitu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada responden.
Teknik wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survey.
Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh
dengan jalan bertanya langsung kepada responden.
2.2.2. Konsep Wawancar a
Wawancara merupakan suatu proses intereksi dan komunikasi. dalam proses
ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Pewawancara
2. Responden
3. Topik penelitian
4. Situasi wawancara
2.2.3. Teknik Kuisioner (Angket)
Menurut Masri S. Dan Tri H. (1989), pada penelitian survey penggunaan
kuisioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner
tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian
serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa kuantitatif dilandaskan pada hasil
daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan
respons sesuai dengan permintaan pengguna dan lain-lainnya.
1. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey.
2. Untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi
mungkin.
Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka
senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan langsung berkaitan dengan
hipotesa dan tujuan penelitian tersebut. Alat ukur yang baik sudah menetapkan
tingkat pengukuran tertentu, yaitu dapat berupa :
1. Nominal
Ukuran nominal adalah tingkat pengukuran yang paling sederhana, tidak
ada asumsi tentang urutan antara satu dengan kategori lainnya.
2. Ordinal
Ukuran ordinal memungkinkan peneliti untuk mengurutkan responden
dari tingkatan “paling rendah” ketingkatan “paling tinggi”. Tingkat
ukuran ini banyak digunakan dalam penelitian sosial terutama untuk
mengukur kepentingan, sikap, atau persepsi. Peneliti dapat membagi
respondennya dalam urutan atas dasar sikap pada obyek atau tindakan
tertentu.
3. Interval
Ukuran interval adalah mengurutkan obyek berdasarkan suatu urutan
serta memberikan informasi tentang interval antara suatu obyek dengan
4. Ratio (NOIR)
Ukuran ratio adalah suatu bentuk interval yang jaraknya tidak
dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi memiliki nilai
nol mutlak (absolut).
Pada umumnya semua jenis angket paling sedikit mempunyai dua fungsi,
antara lain :
1. Deskriptif adalah informasi yang diperoleh melalui angket dapat
memberikan gambaran atau deskriptif tentang karakteristik dari individu
atau sekelompok responden.
2. Pengukuran adalah untuk melaksanakan pengukuran variabel-variabel
individual atau kelompok tertentu.
Menurut Ridwan (2002), penyusunan angket yang baik perlu memperhatikan
beberapa faktor berikut :
a. Populasi dan sampel
b. Tingkat sosial ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain-lain individu
dan kelompok sasaran yang hendak diteliti.
c. Kejelasan fakta apa saja yang diperlukan untuk mempelajari masalah
yang akan diteliti.
d. Tingkat jangkauan untuk memperoleh fakta dan data.
e. Bagaimana cara angket diadministrasikan.
f. Macam-macam alternatif dan model jawaban responden yang akan
digunakan dalam penelitian.
h. Bagaimana kontrol kita atau kendali yang bisa dilakukan oleh peneliti
agar responden dapat memberikan jawaban terhadap angket yang dibuat.
i. Dalam penyusunan pertanyaan, peneliti menggunakan pertanyaan yang
dipahami responden, singkat, padat dan sederhana. Hal ini harus
diperhatikan, anatar lain : panjang pendeknya angket, isi angket,
kerahasiaan jawaban dan faktor lain yang terkait.
2.3. Per encanaan Lokasi Halte
Dalam studi ini penentuan lokasi halte akan dikumpulkan seluruh
hasil analisa survey yang telah diolah. Perencanaan lokasi halte ini akan
ditentukan berdasarkan Peraturan Departemen Perhubungan, 1996, jumlah
Demand, dan Land use. Lokasi yang memiliki persentase jumlah demand di
atas 5% dianggap memiliki jumlah demand yang tetap tiap harinya serta
Metodologi penelitian adalah suatu perencanaan dan urutan kerja suatu
perhitungan untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun tahapan
penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini meliputi:
3.1. Identifikasi Per masalaha n
Penulisan tugas akhir ini mempelajari tentang latar belakang analisa operasional
halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak lewat Jalan Darmo. Juga bagaimana
mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan merumuskan menjadi suatu tujuan yang
harus diselesaikan untuk mengatasi permasalahan.
3.2. Studi Liter atur
Dalam tahapan studi literatur ini yang dilakukan adalah mempelajari berbagai
sumber literatur seperti peraturan-peraturan yang digunakan, buku acuan serta literatur
berupa laporan penelitian studi sebelumnya yang berjudul Study Evaluasi Kelayakan
dan Perencanaan Halte Bis Kota Pada Rute Purabaya-Tanjung Perak (Via Raya Darmo)
disusun oleh Puguh Agung Susanto, 2008 dengan hasil penelitian :
1. Dari hasil analisa korelasi supply and demand Penggunaan halte tidak resmi
pada rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya Darmo lebih tinggi dibandingkan
resmi sebesar 44,79%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa halte yang ada belum
bisa memenuhi demand yang ada.
2. Dari kedelapan belas halte yang ada di rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya
Darmo yang memenuhi segi kelayakan adalah halte PAY 4, PRD 2, PUS karena
bangunannya dalam kondisi baik, sedangkan untuk halte PAY 2, PWK, PRD 1,
PBR, PJM, PBT 2 dan PIN kurang memenuhi segi kelayakan karena kondisi
bangunannya rusak ditempati PKL. Dan dilihat dari segi keefektifan halte PWK
merupakan halte yang paling efektif dan halte PRD 1 merupakan halte yang tidak
efektif ditinjau dari banyaknya demand.
3. Terdapat 17 halte tidak resmi di rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya Darmo
yaitu: Jalan Raya Waru, Jalan Ahmad Yani (showroom nisssan), depan Giant,
depan Royal Plaza, depan Terminal Joyoboyo, depan Taman Bungkul, Mc.
Donald, Pandegiling, depan Gramedia,depan Hotel Tunjungan, depan UFO
factory outlet, Jalan Embong Malang (depan GO skate), Pom bensin, Kantor Pos
Besar, Palm Boom, Colombo, dan Pertamina.
4. Direncanakan 13 halte baru yaitu : samping showroom nissan (Jalan Ahmad
Yani), depan Giant, depan Royal Plaza, depan Terminal Joyoboyo, depan Mc.
Donald (Raya Darmo), Pandegiling, depan Gramedia (Basuki Rahmat), depan
Hotel Tunjungan, depan GO Skate (Jalan Embong Malang), samping Pom
Bensin Bubutan, depan Kantor Pos Besar, depan Palm Boom, dan depan
Perbedaan studi terdahulu dengan penelitian ini adalah :
Dalam penelitian ini akan diteliti semua halte bus di sepanjang rute
Purabaya–Tanjung Perak (via Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
3.3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan proses pengindentifikasian kondisi awal lokasi
studi yang ada hubungannya dengan rencana. Hal yang diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Identifikasi jumlah halte
Mengidentifikasi jumlah dan lokasi yang ada saat ini. Ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa banyak jumlah halte yang ada saat ini serta letak lokasi
halte tersebut, sehingga memudahkan penentuan lokasi eksisting halte.
2. Identifikasi rute
Mengidentifikasi rute angkutan umum yang melintasi lokasi studi.
3.4. Pengumpula n Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu melakukan survey
pendahuluan. Survey pendahuluan yang dilakukan adalah mengetahui headway setiap
pemberangkatan bus kota.
Selanjutnya untuk keperluan analisa data dibutuhkan beberapa data sebagai
3.4.1. Data Pr imer
Data primer ini diperlukan untuk menjelaskan analisa operasional halte bus kota
rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo di Kota Surabaya) menurut
standar kelayakan dan aksesibilitas, data primer ini diperoleh melalui kegiatan:
a. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan, hal-hal yang diamati dalam
kegiatan ini antara lain :
1. Jumlah dan lokasi halte
2. Lokasi eksisting halte
3. Survey kondisi halte
b. Kuisioner
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan (angket)
pada sampel, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan yang terkait dengan apa
yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
Data yang diperlukan adalah:
a. Data jadwal headway bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (lewat Jalan
3.5. Ana lisa Data .
Setelah data-data primer dan sekunder dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan
pengolahan data yang diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3.5.1. Ana lisa Standar Kelayakan
Analisa kelayakan adalah mengenai tingkat kelayakan suatu halte ditinjau dari
kondisi eksisting halte dan tingkat kenyamanan pengguna halte tersebut. Data ini
diperoleh berdasarkan survey observasi kondisi eksisting dan pembagian kuesioner
kepada para pengguna halte tersebut.
3.5.2. Ana lisa Aspek Aksesibilita s
Analisa tingkat aksesibilitas adalah analisa mengenai jarak ketersediaan halte
dengan berbagai pusat kegiatan. Data ini diperoleh berdasarkan survey naik bus untuk
mengetahui jumlah halte bayangan pada lokasi rute studi dan pembagian kuesioner
kepada pengguna halte.
3.5.3. Per encanaan Lokasi Halte
Pada tahap perencanaan, lokasi halte akan dikumpulkan seluruh hasil analisa
survey yang diolah. Perencanaan lokasi halte ini akan ditentukan berdasarkan Peraturan
Departemen Perhubungan,1996, jumlah Demand dan Land use. Lokasi yang memiliki
persentase jumlah demand di atas 5% dianggap memiliki jumlah demand yang tetap
baik adalah berada di luar jalur pengemudi, hal ini lebih aman dari tingkat masalah yang
ditimbulkan dengan kendaraan lain yang lebih rendah. Lokasi pemberhentian (halte)
bus yang umum adalah bertempat dilokasi parkir dan berlokasi di special bus bay
3.6. Flow Char t
Berikut diagram alurnya
Gamba r 3.1 Diagra m Alur Penelitian Pengumpulan Data
1. Analisa standar kelayakan 2. Analisa tingkat aksesibilitas 3. Memberi masukan halte yang
sesuai standar kelayakan dan aksesibilitas
MULAI
Selesai Identifikasi Masalah
Kesimpulan dan Saran
Data Sekunder : Data headway bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak Data Pr imer :
4.1. Kinerja Operasional
Jumlah armada bus adalah jumlah ketersediaan kendaraan atau bus yang
melayani rute yang sama. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan diketahui bahwa
jumlah armada bus kota yang melayani rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya
Darmo) akan ditampilkan pada tabel 4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Armada Bus Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo)
No. Kode Tr ayek OD Tr ayek Potensi
1. P.1 Purabaya – Darmo –
Perak (PATAS) PP
25
2. PAC. 1 Purabaya – Darmo –
Perak (RMB) PP
44
JUMLAH 69
Sumber : Dinas Perhubungan
Waktu tunggu diperoleh berdasarkan headway, yaitu selang waktu antara
kendaraan dengan kendaraan yang berurutan dibelakangnya pada satu rute yang
sama. Besarnya headway dan waktu tunggu kendaraan bus rute Purabaya – Tanjung
Perak adalah setiap 10 menit, diperoleh dari UPTD Terminal Purabaya.
Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan umum untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan dan rambu bergambar
rute Tanjung Perak-Purabaya (via Jalan Raya Darmo) yang berjarak 21,25 km hanya
terdapat 9 halte. Jadi total halte yang tersedia di sepanjang rute Purabaya-Tanjung
Perak (via Jalan Raya Darmo) adalah 25 halte.
4.2. Analisa Kelayakan
Pengertian analisa kelayakan adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauh
mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dimana
rasa aman dan nyaman yang diberikan sebagai tolak ukurnya (Agung Puguh, 2008).
4.2.1. Analisa Standar Kelayakan Menur ut Fasilitas Eksisting Halte
Di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak dan rute sebaliknya terdapat 25
halte, dalam bab ini akan menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas halte ke-25 tersebut.
Menurut Departemen Perhubungan (1996), halte memiliki 5 fasilitas utama,
antara lain :
a. Identitas halte berupa nama atau nomor (atap)
b. Rambu petunjuk
c. Papan informasi trayek
d. Lampu penerangan
e. Tempat duduk
Dengan kata lain halte yang belum memenuhi ke-5 fasilitas utama tersebut
belum memenuhi standar kelayakan halte.
Berdasarkan survey observasi kondisi kelengkapan fasilitas eksisting halte
sepanjang rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) pada hari Sabtu
Tabel 4.2. Jumlah Halte dan Fasilitas Halte Sepanjang Rute Purabaya–Tanjung Perak
Tabel 4.2. Jumlah Halte dan Fasilitas Halte Sepanjang Rute Purabaya–Tanjung Perak
Rambu Identitas Halte Sumber : Hasil Survey.
4.2.2. Analisa Keefektifan Halte-Halte Yang Ada.
Saat ini di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak terdapat 16 halte dan di
sepanjang rute sebaliknya Tanjung Perak-Purabaya terdapat 9 halte, Jadi total halte
yang tersedia di sepanjang Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo)
adalah 25 halte. Beberapa halte-halte tersebut berlokasi terletak di tepi sepanjang
jalan dan sebuah di depan Ubhara terletak di teluk bus. Pada bab ini, akan ditinjau
mengenai tingkat keefektifan ke 25 halte tersebut. Hal ini dimaksudkan agar halte
yang ada bisa lebih memenuhi demand penumpang dan efektif penggunaannya
sesuai dengan fungsi halte tersebut, parameter tingkat keefektifan suatu halte bus
adalah sebagai berikut:
1. Letak dan posisi halte terhadap land use dan kemudahan menjangkaunya.
2. Kelengkapan fasilitas dan kondisi di sekitar halte.
Berikut ini adalah tinjauan keefektifan halte bus di sepanjang rute Purabaya-Tanjung
1. Halte A. Yani 1
Halte ini adalah halte yang pertama yang kita temui di sepanjang ruas
Jalan A.Yani terletak 200 m dari JPO SMKN 3 Surabaya dan 200 m sebelum
Kantor Dishub Provinsi Jawa Timur. Lokasinya kurang strategis untuk
menghasilkan banyak calon penumpang. Dan kondisi halte ini kurang
nyaman dan belum memenuhi standar kelayakan, sehingga para calon
penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang lebih dekat
dan nyaman.
Gambar 4.1. Halte A. Yani 1.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 1 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini tidak memiliki tempat duduk, papan rute, lampu penerangan
dan juga halte ini sering disalahgunakan para petugas kebersihan untuk
2. Halte A. Yani 2
Halte ini adalah halte kedua di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan dealer Nissan sekitar 100 m dari fasilitas penyeberangan
Siwalankerto. Lokasinya strategis, dekat dengan land use sehingga banyak
dipergunakan oleh calon penumpang bus kota. Hanya saja kondisi halte ini
kurang nyaman dan belum memenuhi standar kelayakan, sehingga para calon
penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang lebih dekat
dan nyaman.
Gambar 4.2. Halte A. Yani 2.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 2 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini tidak ada papan rute dan tempat duduk dari gagang besi
3. Halte A. Yani 3
Halte ini adalah halte ketiga di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
dibawah JPO depan Dinas Pertanian A. Yani. Lokasinya sangat strategis
karena dekat dengan perkantoran dan bersebelahan dengan jembatan
penyeberangan, namun halte ini kurang efektif karena kondisinya terlalu
menjorok dan jauh dari jalan utama.
Gambar 4.3. Halte A. Yani 3.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 3 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini hanya tersedia tempat duduk pipa besi yang kurang nyaman,
kondisi atap yang mulai mengelupas, tidak adanya rambu bus stop, lampu
penerangan yang kurang, tidak adanya papan trayek, adanya PKL di samping
halte dan sering disalahgunakan sebagai tempat parkir taksi-taksi, sehingga
para calon penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang
4. Halte RS Bhayangkara
Halte ini adalah halte keempat yang kita temui di sepanjang ruas Jalan
A. Yani terletak di depan RS. Bhayangkara, lokasinya strategis, dekat dengan
land use sehingga banyak dipergunakan oleh calon penumpang bus kota.
Gambar 4.4. Halte RS Bhayangkara.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 4 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini memiliki kelengkapan fasilitas utama halte dan nyaman,
sehingga para calon penumpang banyak menggunakan halte ini.
5. Halte Ubhara A. Yani
Halte ini adalah halte kelima di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan kampus Ubhara di bawah JPO IAIN Sunan Ampel, Lokasinya
strategis, dekat dengan land use sehingga banyak dipergunakan oleh calon
Gambar 4.5. Halte Ubhara A. Yani.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 5 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman tapi belum dilengkapi
papan trayek, sehingga halte ini belum memenuhi standar kelayakan.
6. Halte RSI A. Yani
Halte ini adalah halte keenam di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan RS. Islam di dekat Flyover Wonokromo. Lokasinya sangat strategis.
Kelengkapan fasilitas halte RSI A. Yani yang ditunjukkan pada tabel
4.2. kondisi bangunan halte ini baru tapi belum tersedia papan trayek atau
papan rute petunjuk dan ditempati para pedagang kaki lima, tukang becak,
sehingga halte terkesan semrawut.
7. Halte Raya Darmo 1
Halte ini adalah halte pertama yang ada di sepanjang ruas Jalan Raya
Darmo terletak di dekat ex Museum Mpu Tantular.
Gambar 4.7. Halte Raya Darmo 1.
Kelengkapan fasilitas halte Raya Darmo 1 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2., kondisi bangunan halte yang baru dilengkapi dengan tempat duduk
dan papan trayek, sehingga halte ini memberikan kesan nyaman saat para
calon penumpang menunggu angkutan umum.
8. Halte Raya Darmo 2
depan RS. Darmo. Lokasinya strategis terletak pada land use sehingga
banyak dipergunakan oleh calon penumpang bus kota.
Gambar 4.8. Halte Raya Darmo 2.
Kelengkapan fasilitas halte Raya Darmo 2 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2., kondisi bangunan yang belum dilengkapi tempat duduk dan
terdapat selebaran iklan yang ditempelkan di dinding halte ini membuat
tampak tidak nyaman.
9. Halte Raya Darmo 3
Halte ini adalah halte ketiga di sepanjang ruas Jalan Raya Darmo
terletak sekitar 200 m setelah Perempatan Polisi Istimewa tepatnya di depan
Gambar 4.9. Halte Raya Darmo 3.
Kelengkapan fasilitas halte Raya Darmo 3 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2. kondisi belum dilengkapi dengan tempat duduk dan papan trayek,
sehingga belum memenuhi standar kelayakan.
10. Halte Raya Darmo 4
Halte ini adalah halte keempat di sepanjang ruas Jalan Raya Darmo
terletak sekitar 200 m sebelum JPO Keputran di depan Apotik Kimia Farma.
Lokasinya strategis terletak pada land use sehingga banyak dipergunakan
Kelengkapan fasilitas halte Raya Darmo 4 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2., kondisi halte belum dilengkapi dengan tempat duduk, papan
trayek, sehingga belum memenuhi standar kelayakan.
11. Halte Basra
Halte ini adalah halte pertama di sepanjang ruas Jalan Basuki Rahmat
terletak sekitar 200m sebelum JPO Basuki Rahmat 1 di depan hotel Bumi
Surabaya. Lokasinya strategis terletak pada land use sehingga banyak
dipergunakan oleh calon penumpang bus kota.
Gambar 4.11. Halte Basra.
Kelengkapan fasilitas halte Basra yang ditunjukkan pada tabel 4.2.
kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman.
12.Halte Jl. Basuki Rahmad
Gambar 4.12. Halte Jl. Basuki Rahmad 1.
Kelengkapan fasilitas halte Basuki Rahmad 1 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2. kondisi halte dengan tempat duduk yang terbuat dari pipa besi,
belum dilengkapi papan trayek dan banyak coretan, sehingga belum
memenuhi standar kelayakan.
13.Halte Jl. Basuki Rahmad 2
Halte ini adalah halte ketiga di sepanjang ruas Jalan Basuki Rahmat
terletak sekitar 10 m sebelum JPO Basuki Rahmat di depan Gelael.
Lokasinya sangat strategis terletak pada land use sehingga banyak
dipergunakan oleh calon penumpang bus kota karena terletak di dekat
Gambar 4.13. Halte Jl. Basuki Rahmad 2.
Kelengkapan fasilitas halte Basuki Rahmad 2 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2., kondisi halte tidak dilengkapi tempat duduk, sehingga belum
memenuhi standar kelayakan.
14.Halte Embong Malang
Halte ini adalah halte satu-satunya di sepanjang ruas Jalan Embong
Malang terletak 200 m setelah hotel JW. Marriot. Lokasinya terletak kurang
Kelengkapan fasilitas halte Embong Malang yang ditunjukkan pada
tabel 4.2. kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman tapi belum
dilengkapi papan trayek, sehingga halte ini belum memenuhi standar
kelayakan.
15.Halte Bubutan
Halte ini adalah halte satu-satunya di sepanjang ruas Jalan Bubutan
terletak 20 m setelah pertigaan Jalan Raden Saleh, terletak di depan Gereja
Stella Maris.
Gambar 4.15. Halte Bubutan.
Kelengkapan fasilitas halte Bubutan yang ditunjukkan pada tabel 4.2.
kondisi halte dilengkapi tempat duduk dan memiliki semua kelengkapan halte
16.Halte Indrapura
Halte ini adalah halte satu-satunya di sepanjang ruas Indrapura
terletak 100 m sebelum RS. Kelamin di depan sekolah Stella Maris,
Lokasinya kurang strategis karena terletak jauh dari pusat keramaian dan
perkantoran.
Gambar 4.16. Halte Indrapura.
Kelengkapan fasilitas halte Indrapura yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini adalah halte terakhir pada rute Purabaya-Tanjung Perak,
Kondisi halte dilengkapi tempat duduk dari pipa besi, atap yang rusak dan
ditempati oleh pedagang kaki lima, sehingga belum memenuhi standar
kelayakan.
`17 . Halte Perak Timur 1(arah Purabaya)
Halte ini adalah halte pertama di sepanjang ruas Jalan Perak Timur,
Gambar 4.17. Halte Perak Timur 1(arah Purabaya).
Kelengkapan fasilitas halte Perak Timur 1 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2., kondisi bangunan halte yang tampak penuh dengan tempelan
reklame, tidak adanya rambu dan hanya dilengkapi tempat duduk dari pipa
besi, sehingga halte ini belum memenuhi standar kelayakan.
17.Halte Perak Timur 2 (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte kedua di sepanjang ruas Jalan Perak Timur di
seberang sekolah Barunawati. Lokasinya sangat strategis sehingga
Gambar 4.18. Halte Perak Timur 2 (arah Purabaya).
Kelengkapan fasilitas halte Perak Timur 2 yang ditunjukkan pada
tabel 4.2. kondisi bangunan halte yang tidak adanya rambu dan hanya
dilengkapi tempat duduk dari pipa besi, sehingga halte ini belum bisa
memenuhi standar kelayakan.
18.Halte Rajawali(arah Purabaya).
Halte ini adalah halte satu-satunya di sepanjang ruas Jalan Rajawali di
seberang sekolah SMPN 5 Surabaya. Lokasinya strategis karena terletak di
Gambar 4.19. Halte Rajawali (arah Purabaya)
Kelengkapan fasilitas halte Rajawali yang ditunjukkan pada tabel 4.2.
kondisi bangunan halte yang atapnya mulai rusak, tidak adanya rambu dan
tidak dilengkapi tempat duduk, sehingga halte ini belum memenuhi standar
kelayakan.
20.Halte Gubernur Suryo (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte satu-satunya di sepanjang ruas Jalan Gubernur
Kelengkapan fasilitas halte Gubernur Suryo yang ditunjukkan pada
tabel 4.2. kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman tapi belum
dilengkapi papan trayek, sehingga halte ini belum memenuhi standar
kelayakan.
21.Halte Panglima Sudirman 1 (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte pertama di sepanjang ruas Jalan Panglima
Sudirman. Terletak di land use sehingga banyak dipergunakan oleh calon
penumpang bus kota.
Gambar 4.21. Halte Panglima Sudirman 1 (arah Purabaya)
Kelengkapan fasilitas halte Halte Panglima Sudirman 1 yang
ditunjukkan pada tabel 4.2. kondisi halte tidak dilengkapi tempat duduk,
22.Halte Panglima Sudirman 2 (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte kedua di sepanjang ruas Jalan Panglima
Sudirman. Lokasinya kurang strategis.
Gambar 4.22. Panglima Sudirman 2 (arah Purabaya)
Kelengkapan fasilitas halte Halte Panglima Sudirman 2 yang
ditunjukkan pada tabel 4.2. kondisi halte tidak dilengkapi tempat duduk,
sehingga belum memenuhi standar kelayakan.
23.Halte Panglima Sudirman 3 (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte ketiga di sepanjang ruas Jalan Panglima
Sudirman 100 m setelah JPO Keputran dekat IP halte ini adalah halte pertama
di sepanjang ruas Jalan Panglima Sudirman. Lokasinya strategis karena
Gambar 4.23. Halte Panglima Sudirman 3 (arah Purabaya)
Kelengkapan fasilitas halte Panglima Sudirman 3 yang ditunjukkan
pada tabel 4.2. kondisi halte tidak dilengkapi tempat duduk, sehingga belum
memenuhi standar kelayakan.
24.Raya Darmo 1 (arah Purabaya)
Halte ini adalah halte pertama di sepanjang ruas Jalan Raya Darmo
Kelengkapan fasilitas halte Halte Raya 1 yang ditunjukkan pada tabel
4.2. kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman tapi belum dilengkapi
papan trayek, sehingga halte ini belum memenuhi standar kelayakan.
25.Halte Raya Darmo 2 (arah Purabaya)
Halte ini halte kedua di sepanjang ruas Jalan Raya Darmo sebelum
KFC Darmo.
Gambar 4.25. Halte Raya Darmo 2 (arah Purabaya).
Kelengkapan fasilitas halte Halte Raya Darmo 2 yang ditunjukkan
pada tabel 4.2. kondisi halte tidak dilengkapi tempat duduk, sehingga belum
4.2.3. Sur vey J umlah Penumpang di Halte.
Survey jumlah calon penumpang di halte dilakukan untuk mengetahui tingkat
persentase tingkat penggunaan halte dalam sehari. Berikut pada tabel 4.3. adalah
hasil komulatif jumlah penumpang di masing-masing halte.
Tabel 4.3. Jumlah Penumpang Halte Rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
No. Halte Jumlah Calon Penumpang Di Halte
06.00 – 08.00 12.00 – 14.00 16.00 – 18.00
1. A. Yani 1 7 5 3
2. A. Yani 2 13 7 11
3. A. Yani 3 1 1 6
4. RS. Bhayangkara 29 8 13 5. Ubhara A. Yani 22 9 15 6. RSI A. Yani 45 15 36 7. Raya Darmo 1 5 3 4 8. Raya Darmo 2 13 6 11 9. Raya Darmo 3 5 4 10 10. Raya Darmo 4 17 5 7
11. BASRAH 14 4 8
12. Basuki Rahmat 5 7 9
13. Gelael 23 4 14
14. Embong Malang 2 2 1
15. Bubutan 8 6 10
16. Indrapura 5 1 7
17. Perak Timur 1 3 3 2 18. Perak Timur 2 8 17 10
29. Rajawali 6 14 8
20. Gub. Suryo 14 20 15 21. Panglima Sudirman 1 12 10 11 22. Panglima Sudirman 2 2 2 3 23. Urip Sumoharjo 4 6 8 24. Raya Darmo 1 9 18 19 25. Raya Darmo 2 6 7 6
Berikut pada tabel 4.4. adalah hasil kumulatif jumlah penumpang di
masing-masing halte tidak resmi.
Tabel 4.4. Jumlah Calon Penumpang Halte Tidak Resmi Rute Purabaya– Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
No. Halte Jumlah Calon Penumpang Di Halte
06.00 – 08.00 12.00 – 14.00 16.00 – 18.00 1. JPO A. Yani dekat bank Mandiri Dukuh
Menanggal
10 12 8
2. Lampu penyebrangan Siwalankerto 5 8 8 3. Setelah Pos polisi pertigaan Giant
Margerejo
11 9 9
4. SMA Kemala Bhayangkari 13 7 3
5. Depan UPTD joyoboyo 7 8 4
6. Lampu penyebrangan depan Taman Bungkul
19. Pertigaan jalan Rajawali dekat Holland Bakery
5 7 8
20. Lampu merah Arah Perak – jalan Gresik – JMP 28. Pertigaan jalan Branjangan BRI Rajawali 15 12 2 29. Bank Mandiri depan Tugu Pahlawan 9 7 5 41. Setelah pertigaan jemursari depan Taman
Pelangi
6 7 7
42. Kuburan sebelum pertigaan jalan Siwalankerto
6 10 5
43. JPO depan SMKN 3 Surabaya 4 3 9
4.3. Analisa Aksesibilitas
Menurut Black, (1981) aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau
sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Bahwa aksesibilitas adalah
ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan
perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari sebuah sistem.
4.3.1. Tata Letak Halte dan Tata Guna Lahan
Menurut Departemen Perhubungan, 1996, jauh jarak antar halte
direkomendasikan berdasarkan jarak berjalan penumpang, dimana untuk daerah CBD
(Central Business Distric) antara 200-400 m, dan untuk daerah pinggiran antara
300-500 m. Selain ditentukan hal-hal juga ditentukan oleh jumlah permintaan yang
dipengaruhi tata guna lahan.
Berikut ini pada tabel 4.5. akan menyajikan jarak halte berdasarkan kegiatan
dan tata guna lahan.
Tabel 4.5. Jarak tempat henti berdasarkan kegiatan dan tata guna lahan.
Zona Tata Guna L ahan Lokasi J ar ak Tempat
Henti (m)
1. Pusat kegiatan sangat
padat:
Pasar, Pertokoan
CBD, Kota 200-300*)
2. Padat: Perkantoran,
Sekolah, Jasa
Kota 300-400
3. Pemukiman Kota 300-400
4. Campuran padat:
Perumahan, Sekolah, Jasa
Pinggiran 300-500
5. Campuran jarang:
Perumahan, Ladang,
Sawah, Tanah kosong
Pinggiran 500-1000
Berdasarkan data Dinas Perhubungan diketahui bahwa penggunaan tata guna
lahan pada pada jalur tengah di kota Surabaya yang juga dilalui bus kota yang
melayani rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya
dapat dilihat pada tabel 4.6. sebagai berikut.
Tabel 4.6. Penggunaan lahan pada jalur tengah.
No. Ruas J alan J enis Penggunaan
1. Jalan A. Yani Fasilitas Umum, Perdagangan dan Jasa
2. Jalan Raya Wonokromo Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum,
Pemukiman
3. Jalan Raya Darmo Pemukiman, Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
4. Jalan Urip Sumoharjo Perdagangan dan Jasa
5. Jalan Basuki Rahmat Perdagangan dan Jasa
6. Jalan Embong Malang Perdagangan dan Jasa
7. Jalan Blauran Perdagangan dan Jasa
8. Jalan Bubutan Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
9. Jalan Indrapura Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
10. Jalan Rajawali Perdagangan dan Jasa
11. Jalan Perak Barat Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
12. Jalan Tanjung Perak Barat Perdagangan dan Jasa, Pergudangan, Fasilitas Umum
13. Jalan Tanjung Perak Timur Perdagangan dan Jasa, Pergudangan, Fasilitas Umum
14. Jalan Perak Timur Perdagangan dan Jasa
15. Jalan Jembatan Merah, Veteran
Perdagangan dan Jasa
16. Jalan Pahlawan Fasilitas Umum, Perdagangan dan Jasa
17. Jalan Gemblongan,
Kramatgantung
Perdagangan dan Jasa
18. Jalan Tunjungan Perdagangan dan Jasa
19. Jalan Gubernur Suryo Fasilitas Umum, Perdagangan dan Jasa 20. Jalan Panglima Sudirman Perdagangan dan Jasa
Sumber : Dinas Perhubungan 2006
4.3.2. J arak Antar Halte Resmi
Dari tabel 4.5., jarak tempat henti berdasarkan kegiatan dan tata guna lahan
ideal dan kemudian dibandingkan dengan jarak eksisting yang berada di sepanjang
rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
Berikut ini survey dinamis pada tabel 4.7. akan menunjukkan jarak eksisting
halte di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute
sebaliknya dengan menggunakan odometer sepeda motor pada pada hari Sabtu, 9
Maret 2013.
Tabel 4.7. Jarak Eksisting Halte Sepanjang Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo).
Fasilitas Umum,
Perdagangan dan
Jasa
Perdagangan dan
Jasa, Fasilitas
Umum, Pemukiman
Perdagangan dan
Jasa, Fasilitas Umum
300 - 400
Perdagangan dan
Jasa
Perdagangan dan
Jasa
Perdagangan dan
Jasa
300-400 m 1100m
16. Embong
Malang
Bubutan Jalan
Bubutan
Perdagangan dan
Jasa, Fasilitas Umum
300 - 400 m
800m
17. Bubutan Indrapura Jalan
Indrapura
Perdagangan dan
Jasa, Fasilitas Umum
300 - 400 m
1700m
Tabel 4.8. Jarak Existing Halte Sepanjang Rute Tanjung Perak-Purabaya (via Jalan
Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
Fasilitas Umum,
Perdagangan dan Jasa
300 - 400 m 4100 m
Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum
Fasilitas Umum,
Perdagangan dan Jasa
300 - 400 m 10700 m
Sumber : Hasil Survey
4.3.3. Analisa Halte Menur ut Aspek Aksesibilitas.
Berdasarkan peraturan yang Departemen Perhubungan, 1996, terdapat
beberapa peraturan yang mengatur tata letak halte :
1. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100
meter.
2. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter.
3. Jarak antar halte minimal 300 meter.
4. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) adalah 100
meter.
Berikut ini adalah hasil analisa lokasi halte berdasarkan Peraturan
Departemen Perhubungan, 1996.
Tabel 4.9. Analisa Lokasi Halte Berdasarkan Peraturan Depatemen Perhubungan
Tabel 4.9. Analisa Lokasi Halte Berdasarkan Peraturan Depatemen Perhubungan Sumber : Hasil Survey
4.3.4. Lokasi Halte Tidak Resmi.
Lokasi halte tidak resmi adalah lokasi dimana angkutan umum atau bus kota
menaikkan dan menurunkan penumpang bukan di halte yang telah disediakan di
sepanjang rute yang dilayani bus kota atau angkutan umum tersebut.
Dari hasil survey dinamis dapat diketahui lokasi-lokasi yang sering dijadikan
halte tidak resmi bagi penumpang maupun bagi sopir itu sendiri. Dari survey
didapatkan alasan yang mendasari lokasi tersebut dijadikan sebagai lokasi halte tidak
resmi, antara lain :
1. Letak halte tersebut sesuai dengan asal dan tujuan.
2. Cuaca saat melakukan perjalanan.
3. Faktor psikologi calon penumpang tersebut, kondisi pada saat
5. Kemudahan mendapat bus atau berapa lama mereka akan menunggu
sampai bus datang di lokasi tersebut.
6. Kondisi halte dan kelengkapannya.
7. Faktor keamanan, karena orang cenderung mencari yang ramai dan
tidak sepi.
Berikut ini adalah tabel tempat lokasi halte-halte tidak resmi di sepanjang rute
Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
Tabel 4.10. Halte Tidak Resmi Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
No. Rute Ruas Jalan Lokasi Halte Tidak Resmi 1. Purabaya – Tanjung
Perak
Jalan A. Yani JPO A. Yani dekat bank Mandiri Dukuh Menanggal
2. Lampu penyebrangan Siwalankerto
3. Setelah Pos polisi pertigaan Giant Margerejo 4. SMA Kemala Bhayangkari
5. Jalan Wonokromo Depan UPTD joyoboyo
6. Jalan Raya Darmo Lampu penyebrangan depan Taman Bungkul 7. Depan Mc. Donal Raya Darmo
8. Jalan Basuki Rahmat JPO pasar Keputran 9. JPO Urip Sumoharjo
10. Lampu penyebrangan Gramedia Expo 11. Jalan Embong Malang JPO depan Hotel Tunjungan
12. JPO depan UFO Embong Malang 13. Jalan Bubutan BG Junction Mall
14. Pertigaan dekat Polsek Bubutan
15. Jalan Indrapura Prisma Profesional depan Tugu Pahlawan 16. Pertigaan Kebonrojo
17. Lampu penyebrangan depan Ta’miriyah 18. Lampu Penyebrangan BKN
19. Jalan Rajawali Pertigaan jalan Rajawali dekat Holland Bakery 20. Jalan Perak Barat Lampu merah Arah Perak – jalan Gresik – JMP
21. Colombo
22. Taman Barunawati
23. Pertamina
24. Tanjung Perak - Purabaya
Jalan Perak Timur Stadion dekat RS. PHC 25. Pertigaan jalan Jakarta 26. Primagama Perak Timur 27. Jalan Rajawali Rel Kereta Api jalan Rajawali
28. Pertigaan jalan Branjangan BRI Rajawali 29. Jalan Pahlawan Bank Mandiri depan Tugu Pahlawan 30. Jalan Tunjungan Siola
31. JPO tunjungan
32. Jalan Panglima Sudirman Bank Danamon Bambu Runcing 33. Jalan Urip Sumoharjo JPO Keputran
Tabel 4.10. Halte Tidak Resmi Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya (Lanjutan).
No. Rute Ruas Jalan Lokasi Halte Tidak Resmi 37. Tanjung Perak -
Purabaya
Jalan A. Yani DTC
38. Depan RSAL
39. Setelah pertigaan giant
40. Depan Kampus IAIN Sunan Ampel
41. Setelah pertigaan jemursari depan Taman Pelangi 42. Kuburan sebelum pertigaan jalan Siwalankerto 43. JPO depan SMKN 3 Surabaya
Sumber : Hasil Survey
Berikut ini adalah gambar lokasi halte tidak resmi di sepanjang rute
Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan lokasi halte tidak resmi rute
Gambar 4.26. Lokasi halte bayangan di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak dan rute sebaliknya.
Keterangan :
= Terminal Purabaya.
= Terminal Tanjung Perak.
4.4. Sur vey Wawancar a Calon Penumpang.
Wawancara calon penumpang yang ada di sekitar halte, proses survey
ini dilakukan dengan membagikan form survey wawancara ke responden
dengan perincian sebagai berikut.
Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan
persamaan Slovin. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang cukup
representatif untuk mewakili populasi yang ada.
² . 1 Ne
N n
+
= ……….…………(4.1)
Dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan data
yang masih dapat ditolerir disebut dengan tingkat kepercayaan. Biasanya
diambil sebesar 1% sampai 10%. Pada penelitian ini digunakan standard
error sebesar 9% guna mengurangi kebiasaan yang terlampau besar
Perhitungan jumlah sampel :
Jumlah penduduk :
Surabaya Utara = 559584 jiwa
Surabaya Timur = 787209 jiwa
Surabaya Selatan = 725738 jiwa
Surabaya Pusat = 399448 jiwa +
2471979 jiwa
(Sumber : Surabaya Dalam Angka, tahun 2011)
e diambil sebesar = 9%
4.4.1. Identifikasi Identitas Responden Berdasar kan J enis Kelamin
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan
jenis kelamin diperoleh data yang ditabelkan seperti pada tabel 4.11. sebagai
berikut :
Tabel 4.11. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
WANITA PRIA
56 69
Gambar 4.27. Diagram berdasarkan jenis kelamin
4.4.2. Identifikasi Identitas Berdasar kan Pekerjaan
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan
pekerjaan diperoleh data yang ditabelkan seperti pada tabel 4.12. seperti
berikut:
Tabel 4.12. Identifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan PEKERJAAN
PELAJAR/ MAHASI SWA WI RASWASTA
PEGAWAI
Sumber : Hasil Survey
Dari data tabel berdasarkan pekerjaan diatas dapat digambarkan
seperti diagram pada gambar 4.28. sebagai berikut :
56
pelajar/ m ahsisw a
w irasw ast a
pegaw ai negeri
pegaw ai sw ast a
4.4.3. Uji Validitas
Pengujian validitas terhadap instrumen penelitian masing-masing
dilakukan untuk mengukur tingkat standar kelayakan halte bus kota.
Pengujian ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara satu item
dengan item keseluruhan dengan menggunakan dasar pengambilan keputusan
jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel (taraf signifikansi 0.05) maka
instrumen tersebut dinyatakan valid dan apabila r hitung tidak positif
(negatif), serta r hitung < r tabel (taraf signifikansi 0.05) maka instrumen
tersebut tidak valid. Untuk perhitungan r hitung digunakan software
Microsoft Excel 2007. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diuji dengan
nilai r tabel (N = 125, taraf signifikansi = 0.05) sebesar 0.176 sebagai angka
Tabel 4.13. Nilai-nilai r
N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.47 65 0.244 0.317
6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 35 0.334 0.43 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.21
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105
21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361
Sumber : Sugiyono
Hasil perhitungan uji validitas instrumen kuisioner secara detail dengan