SKRIPSI
Oleh :
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN
TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
Telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal :………..
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Manajemen
Dr. Muhadjir Anwar, MM
SKRIPSI
PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN
TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal :………..
Mengetahui Wakil Dekan I
SEKTOR OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh : LENI NUR LAILIA 0812010202 / FE / EM
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ma najemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur pada tanggal : 31 Mei 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji:
Ketua
Dr . Muhadjir Anwar , MM Dr . Muhadjir Anwar , MM
Sekretar is
Dr a. Ec Nur janti, Msi Anggota
Dr s. Ec. Pa ndji S, MM
Mengetahui
Dekan Fa kultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN TERHADAP
LEVERAGE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Mei 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
ABSTRAKSI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori... 12
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan ... 13
2.2.2. Leverage ... 16
2.2.3. Dividen ... 22
2.2.4. Pengeluaran Modal ... 28
2.3. Kerangka Konseptual ... 33
2.4. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel ... 35
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perusahaan ... 41
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 41
4.2. Deskripsi Variabel ... 44
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 46
4.3,1. Uji Outliers ... 46
4.3.2. Uji Normalitas ... 47
4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 48
4.4. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 51
5.1. Kesimpulan ... 56
5.2. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Pengeluaran Modal... 44
Tabel 4.2. Data Dividen Perusahaan ... 45
Tabel 4.3. Data Leverage Perusahaan ... 45
Tabel 4.4 : Uji Outliers ... 47
Tabel 4.5 : Normalitas Data Masing-masing Variabel ... 48
Tabel 4.6 Data Autokorelasi ... 49
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 50
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 51
Tabel 4.9 Koefisien Regresi ... 51
Tabel 4.10 Hasil Uji F ... 53
LEVERAGE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Leni Nur Lailia
ABSTRAK
Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam persaingan. Kecenderungan hutang yang semakin naik pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive tersebut menandakan juga masalah leverage Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive juga tinggi. Kenaikan leverage dalam penelitian ini terkat dengan oleh dividend dan pengeluaran modal.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh pengeluaran modal dan dividen terhadap leverage pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang
Go Public di BEI
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi Perusahaan Otomotives yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan sampel penelitian ini sebanyak 10 Perusahaan Otomotives yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 - 2011. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Capex memberikan kontribusi terhadap leverage, karena ekspansi penggunaan aktiva dari dana internal perusahaan otomotive berkembang baik sehingga perusahaan mempunyai dana internal yang cukup untuk melakukan ekspansi. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Dividen tidak memberikan kontribusi terhadap leverage karena perusahaan otomotive dalam membayar dividen dalam jumlah yang besar, tidak menjadikan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibanmembayar utang,
1.1. Latar Balakang
Penggunaan modal eksternal yang sering kali digunakan oleh
perusahaan, rentan terhadap konflik antara stockholder dan manajemen.
Terjadinya konflik yang disebut agency conflict ini disebabkan karena
adanya perbedaan kepentingan antara pihak terkait. Agency conflict yang
terjadi antara pemegang saham dan manajer menyebabkan timbulnya
biaya agensi. Beberapa alternative yang dapat dilakukan untuk mengurangi
agency cost yaitu dengan cara meningkatkan dividend payout ratio,
dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan
manajemen terpaksa mencari dana dari luar untuk membiayai investasi.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan keputusan investasi dan pendanaan suatu perusahaan. Dalam
melakukan penilaian investor sangat membutuhkan informasi–informasi
yang berkaitan dengan perusahaan tersebut, diantaranya adalah informasi
mengenai kebijakan dividen. Pengumuman perubahan pembayaran dividen
mengandung informasi yang dapat digunakan para investor untuk
mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memprediksi prospek
perusahaan pada masa mendatang. Peningkatan dividen yang dibagikan
negatif. Peningkatan dividen diartikan sebagai sinyal positif ketika
pembayaran dividen dapat digunakan sebagai sinyal bahwa perusahaan
mempunyai prospek dan kinerja baik dan penurunan dividen mempunyai
prospek buruk. Argumen ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan
membayarkan dividen yang disesuaikan dengan laba bersih. (Zahro, 2008 :
1)
Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan mengenai seberapa
besar laba perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham atau
menahannya untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Apabila
dividen yang dibayarkan secara tunai semakin tinggi, maka dana yang
tersedia untuk investasi semakin rendah. Kebijakan dividen ini selanjutnya
dapat menyebabkan terjadinya perilaku pecking order dimana perusahaan
lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal dalam aktivitas
pendanaan yang akan mempengaruhi penggunaan laba ditahan (retained
earning). Dividen dapat berpengaruh positif terhadap leverage keuangan
karena pembayaran dividen menyebabkan dana internal berkurang. Dana
internal yang berkurang mendorong perusahaan untuk memperoleh
pendanaan eksternal yaitu utang untuk melakukan aktivitas sehari-hari
perusahaan. Pada kasus yang lain, perusahaan yang tidak memiliki dana
internal yang memadai tetapi bermaksud membayarkan atau
mempertahankan atau meningkatkan pembayaran dividen akan berupaya
semakin tinggi dividen yang ingin dibayarkan maka semakin tinggi pula
utang yang harus diperoleh. (Zahro, 2008 : 4)
Dana dapat diperoleh dan luar perusahaan (external financing)
maupun dan dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal
dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan modal
sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang
akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi
dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu
(Baridwan, 2004). Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan
modal yang dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya
rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang
mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat
dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan
hutang, (b) pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian
tetap (Masdupi, 2005)
Untuk membatasi tindakan manajer perusahaan yang oportunis,
pemegang saham memerlukan upaya pengawasan. Salah satu mekanisme
yang dapat meminimumkan biaya keagenan adalah melalui kebijakan
utang atau leverage. Penggunaan dana dengan utang dapat dimaksudkan
untuk menempatkan perusahaan pada kondisi diawasi oleh pihak lain
meningkatkan nilai perusahaan maka selain membuat kebijakan dividen
perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan
menggunakan kesempatan investasi dengan baik. Sesuai dengan
pernyataan Adam dan Goyal (2006) bahwa set kesempatan investasi
mempunyai peranan yang penting dalam kebijakan keuangan perusahaan.
Hubungan kebijakan investasi dan kebijakan dividen dapat diidentifikasi
melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam satu
periode tertentu, semakin kecil dividen yang dibagikan, karena perusahaan
bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow
rendah. (Zahro, 2008 : 2)
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
dengan utang. Utang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari
kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor (Sudarmadji dan
Sularto, 2007). Dalam bahasa lebih mendasar, leverage adalah sejauh
mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan dengan
menggunakan dana milik sendiri atau modal sendiri. Hal ini dapat diukur
dengan membandingkan antara jumlah utang dan jumlah modal sendiri.
Leverage dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang
diharapkan. Tingkat leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk
menunjukkan perubahan yang menonjol akibat dari perubahan lain yang
kecil. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan
tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva
pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas
keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan
yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan
menurunkan keuntungan pemegang saham.
Salah satu factor yang mempengaruhi leverage adalah
Pengeluaran modal. Pengeluaran modal atau capital expenditure
merupakan salah satu konsep penting dalam pengambilan keputusan
keuangan dalam suatu badan usaha. Hal ini penting karena berkaitan
dengan fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu investment
decision, financing decision, serta managerial decision. Putusan pertama
yang dilakukan seorang manajer keuangan adalah menentukan tingkat
investasi serta nilai investasinya sehingga dapat diketahui kebutuhan
pengeluaran modalnya (investment decision). Selanjutnya sebagai
pengelola badan usaha akan melakukan aktivitas pencarian kebutuhan
dana (financing decision) untuk menutup pengeluaran modal tersebut.
Pengeluaran modal yang dilakukan oleh perusahaan harus dikelola dengan
sangat bijaksana (managerial decision) karena tingkat dana yang
diinvestasikan dalam capital expenditure akan berpengaruh terhadap
keputusan produksi dan pembuatan rencana strategik dalam badan usaha
(Mansor dan Hamidi, 2008). Selain itu, pengambilan keputusan mengenai
pengeluaran modal yang akan dilakukan oleh badan usaha merupakan
pengeluaran modal yang diputuskan oleh pihak pengelola akan menunjang
pertumbuhan badan usaha itu sendiri.
Penelitian ini mengambil sampel Perusahaan Manufaktur Sektor
Otomotive yang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena terdapat
fenomena pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang go public
di BEI, yaitu laba dan estándar deviasi yang cenderung menurun seperti
terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Leverage Perusahaan Automotive And Components
2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp)
Astra International. Tbk 1.17 1.21 1 1.1
Indo Kordsa. Tbk 0.52 0.48 0.23 0.3
Indo Spring. Tbk 6.61 7.45 2.75 2.92
Intraco Penta. Tbk 1.7 2.46 1.91 2.61
Goodyear Indonesia. Tbk 0.94 2.45 1.71 1.76
Gajah Tunggal. Tbk 2.54 4.28 2.32 2.94
Multrisada Arah Sarana. Tbk 0.4 0.85 0.74 0.75
Selamat Sempurna. Tbk 0.66 0.63 0.8 0.8
Tunas Ridean. Tbk 2.91 2.5 0.77 0.78
United Tractors. Tbk 1.26 1.05 6.76 7.84
Sumber : Bursa Efek Indonesia (diolah penulis)
Berdasarkan data pada tabel 1 diatas, kecenderungan naik
hutang Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive tersebut menandakan
juga masalah leverage Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive juga
dan pengeluaran modal. Deviden merupakan kebijakan dalam menentukan
jumlah laba bersih yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan dan
menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada
pemegang saham dalam bentuk kas (Horne dan Machowicz, 1998:496).
Kebijakan deviden dapat mendorong timbulnya perilaku pecking order,
yaitu apabila internal equity yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi
untuk mengatasi masalah kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan
akan menggunakan sumber dana eksternal, yaitu dengan menggunakan
hutang. Apabila deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham
jumlahnya semakin besar, maka akan semakin mendorong perusahaan
untuk memperoleh dana dari pihak luar dengan cara berhutang, Dengan
demikian, kebijakan deviden dapat berpengaruh positif terhadap leverage.
Hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap leverage adalah hasil penelitian yang
dilakukan oleh Baskin (1989) dan Adedeji (1998) dalam Karsana (2005).
Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive digunakan dalam
penelitian ini, karena perusahaan ini merupakan kelompok perusahaan
yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan
Manufaktur Sektor Otomotive memiliki iklim persaingan yang sangat
ketat, Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin
masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu
perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah pengeluaran modal berpengaruh terhadap leverage pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI ?
b. Apakah dividen berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI ?
1.3. Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa pengaruh pengeluaran modal terhadap leverage
pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI
b. Untuk menganalisa pengaruh dividen terhadap leverage pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjelaskan secara empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi leverage yang terdaftar di Bursa
2. Manfaat Bagi penelitian selanjutnya
Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa
sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa
PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN
TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN
TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
Telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal :………..
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Manajemen
Dr. Muhadjir Anwar, MM
SKRIPSI
PENGARUH PENGELUARAN MODAL, DIVIDEN
TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIVE YANG
GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
LENI NUR LAILIA
0812010202 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal :………..
Mengetahui Wakil Dekan I
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
a) Windijarto, (2009) dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Hutang
Mata Uang Asing Dan Mata Uang Lokal Serta Pengaruhnya Terhadap
Pendapatan Saham Dan Risiko Perusahaan Publik Di Indonesia
Variabel dalam penelitian ini adalah Hutang dalam mata uang asing ,
Pendapatan saham, Risiko perusahaan. obyek pada penelitian ini
perusahaan public di Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di
Bursa Efek Jakarta yang memiliki hutang dalam mata uang asing.
Sampel penelitian, sebanyak 50 perusahaan dengan periode penelitian
sejak 2004 sampai 2008. Model analisis yang digunakan adalah model
path analysis.
Hasil dalam penelitian ini adalah hutang dalam mata uang asing tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan saham, namun
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap resiko perusahaan.
Sedangkan, hutang dalam mata uang lokal tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap pendapatan saham dan resiko perusahaan. Hubungan
antara hutang mata uang asing dengan pendapatan saham perusahaan
hutang ini. Sedangkan, hubungan antara hutang mata uang lokal
dengan resiko dan pendapatan saham perusahaan menunjukkan
bahwa jumlah hutang lokal perusahaan belum mencapai titik optimal
hutang sehingga belum sampai pada titik dimana investor bereaksi atas
peningkatan hutang perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada data rata-rata
local debt to total asset yang masih rendah sebesar 21,5%. Hutang dalam
mata uang asing dan hutang dalam mata uang lokal memiliki korelasi
negatif yang berarti bahwa hutang lokal dan asing saling bersubtitusi.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan substitusi atau saling
menggantikan antara pendanaan hutang mata uang asing dengan hutang
mata uang lokal.
b) Murhadi, (2008) dengan judul : Hubungan Capital Expenditure, Risiko,
Struktur dan Tingkat Kemampulabaan terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian ini mengunakan variabel Capital Expenditure, Risiko, Struktur
Modal, Tingkat Kemampulabaan dan Nilai Perusahaan. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam sektor utama
periode 2006-2007 di Bursa Efek Indonesia, dengan 40 tahun observasi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa hanya struktur modal dan tingkat
kemampulabaan yang berdampak pada nilai perusahaan. sementara itu,
asset tidak berwujud yang diukur melalui ada tidaknya penelitian dan
perusahaan. risiko sistematis tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2.2Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:3) Pada dewasa ini manajer keuangan
memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya,
tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan,
mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana.
Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana,
mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian
keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu
perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya.
Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut
Dividen merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan risiko
finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan
secara keseluruhan.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka
memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan
perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk
perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang
menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa
diupayakan oleh manajer keuangan.
Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut
pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan
biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan
dana tersebut secara efisien Usaha mendapatkan dana sering disebut
pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva,
sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di
neraca akan terlihat di sisi aktiva. Fungsi manajemen keuangan tidak bisa
dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti
pemasaran, produksi, maupun sumberdaya manusia. Kegagalan dalam
mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat
program-program pemasaran yang telah ditetapkan menghambat dalam
penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan
mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.
Manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber
daya manusia, akuntansi, maupun lingkungan ekonomi berpengaruh terhadap
keputusan keuangan. Oleh karena itu manajer keuangan harus bekerja sama
dengan semua menajer-manajer fungsi tersebut. Apalagi dengan
perkembangan perekonomian dan semakin meningkatnya kesadaran
yang besar bagi perusahaan untuk memperkecil kemungkinan negatif yang
timbul sebagai akibat kelalaian perusahaan. Manajer keuangan harus saling
bekerjasama dengan manajer produksi dan pemasaran dalam
menterjemahkan kebijakan perusahaan, misalnya dalam program
pengembangan produk baru, rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga
jangan sampai produk baru tersebut nantinya tidak diterima oieh masyarakat
hanya arena melalaikan lingkungan, demikian pula dengan program
pemasaran.
2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:4) Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik, kemakmuran
para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga
saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi,
pendanaan, dan Dividen. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang
saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dari tindakan rasional dalam
proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang memaksimumkan laba
dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat
mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham.
Yang tebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham
(earning per share). Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan
dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan
menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas
risiko (misalnya deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan
cara semacam ini akan meningkatkan nilai saham, tentu saja tidak, karena
pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar bunga deposito
yang relatif lebih kecil, sementara mereka harus menanggung risiko.
Jika hal ini terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru
akan menurun. Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar
saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu
maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor
risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak
mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi dividen.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa
tujud memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai
riil perusahaan. Harga pasar saham. sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor
yakni (1) laba per lermbar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko, dan (3)
tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan
investasi yang bersifat spekulatif ada kecenderungan harga saham akan
2.2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2001:5) Fungsi manajemen keuangan terdiri dari
tiga keputusan utama yang hanya dilakukan oleh suatu perusahaan: keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masing-masing
keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan.
Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan.
Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan
sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu
meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga
saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya
makin bertambah.
2.2.2 Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama
dengan rasio sovabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam pembayaran kewajibannya jika perusahaan
tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang tidak sovabel yaitu perusahaan yang
total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut
struktur keuangan perusahaan, struktur keuangan adalah bagaimana
perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai
Dana dapat diperoleh dan luar perusahaan (external financing)
maupun dan dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal
dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan modal
sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang
akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi
dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain
dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu
(Baridwan, 2004).
Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang
dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang
dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua
keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan
pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b) pemegang
hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005).
Penggunaan hutang memiliki kelemahan (a) hutang yang semakin
tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi
pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan
operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga
kekayaan pemilik berk-urang. Pada kondisi ekstrim, kerugian tersebut
dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. pemegang saham lebih
dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan
berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan
alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen
perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besamya dengan pihak lain (Masdupi, 2005).
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
dengan utang. Utang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari
kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor (Sudarmadji dan
Sularto, 2007). Dalam bahasa lebih mendasar, leverage adalah sejauh
mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan dengan
menggunakan dana milik sendiri atau modal sendiri. Hal ini dapat diukur
dengan membandingkan antara jumlah utang dan jumlah modal sendiri.
Menurut Hanafi (2004: 327) leverage dapat digunakan untuk
meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat leverage
merupakan kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perubahan yang
menonjol akibat dari perubahan lain yang kecil. Perusahaan menggunakan
operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang
diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumber dananya, dengan
demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham.
Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas keuntungan,
karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih
rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan
tingkat sejah mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan
hutang (Weston dan Copeland, 1995: 238) dalam Dewi (2007). Dengan
mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang: (a) Posisi perusahaan
terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, (b) Kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap, dan (c)
Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.
a. Leverage Operasi (Operating Leverage)
Operating Leverage bisa diartikan sebagai sebearapa besar
perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap
operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan
pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Perusahaan
yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif
terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating leverage yang
tinggi atau dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki degree of
operating leverage (DOL) yang tinggi pula. DOL merupakan salah satu
komponen yang dapat menunjukkan resiko bisnis perusahaan. DOL
perusahaan memperbesar dampak dari faktor lain pada variabilitas laba
operasi. Meskipun DOL itu sendiri bukan sumber variabilitas. DOL yang
tinggi tidak akan berpengaruh bila perusahaan dapat memelihara penjualan
dan struktur biaya yang konstan.
Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban
tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar
pendapatan per lembar saham (Martono&Harjito, 2003). Masalah leverage
keuangan baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan
beban tetap. Beban tetap yang dikeluarkan dari penggunaan dana misalnya
hutang obligasi harus mengeluarkaan beban tetap berupa bunga,
sedangkan penggunaan dana yang berasal dari saham preferen harus
mengeluarkan beban teteap berupa dividen.
Leverage keuangan (financial leverage) dapat diartikan sebagai
besarnya beban tetap keuangan (financial) yang digunakan oleh
perusahaan (Hanafi, 2004). Beban tetap keuangan tersebut biasanya
berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan oleh
perusahaan. Oleh karena itu leverage keuangan berkaitan dengan struktur
modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga)
yang tinggi berarti perusahaan tersebut menggunakan utang yang tinggi,
dengan kata lain perusahaan tersebut mempunyai leverage keuangan yang
tinggi yang berarti degree of financial leverage (DFL) yang tinggi pula.
Degree of financial leverage (DFL) mempunyai implikasi terhadap earning
per share. Perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi, perubahan EBIT
(earning before interest and taxes) akan menyebabkan perubahan EPS
yang tinggi. Jadi, jika EBIT meningkat, maka EPS juga akan meningkat
secara signifikan. DFL dapat diartikan sebagai efek perubahan EBIT
terhadap pendapatan (profit).
2.2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Lever age
Menurut Mamduh (2004) terdapat beberapa faktor yang memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang, antara lain :
a. Struktur Aktiva
Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya
penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam
jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena
aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.
b. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya
akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang
tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
c. Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan
hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.
d. Struktur kepemilikan institusional
Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan
risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih
e. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang
dalam suatu perusahaan.
2.2.3. Dividen
Dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan
dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai
perusahaan. Pembayaran dividen sering diikuti dengan kenaikan harga
saham. Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa
perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan
pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang buruk.
Untuk mengurangi biaya keagenan diperlukan pembayaran dividen. Akan
tetapi pembayaran dividen akan berpengaruh terhadap kebijakan
pendanaan perusahaan, karena pembayaran dividen akan mengurangi arus
kas perusahaan sehingga dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya
perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif sumber pendanaan yang
relevan.
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai
pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan
(retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan.
Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari Earning
persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah
modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor
sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran.
Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan deviden yang akan
dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kebijakan deviden berkaitan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan di
dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam
perusahaan (Riyanto, 1997). Dalam merumuskan kebijakan deviden
manajer dihadapkan pada masalah investasi dan memilih paduan
utang-modalnya untuk mendanai investasi. Keputusan untuk membayar deviden
besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba,
jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar
pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan
keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan
berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana
modal yang dihasilkan dari luar. Setiap perusahaan selalu menginginkan
adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat
membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi
Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai
alat monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden
mensyaratkan manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai
investasi baru atau memenuhi kebutuhan dana dari hutang, investor baru
atau kreditur mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika perusahaan
memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal atau pinjaman akan
digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran deviden secara tak
langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi
manajemen.
Penentuan besarnya Devidend akan menentukan besar kecilnya
laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada
penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.
2.2.3.1. Pengertian Dividen
Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan
kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan
jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). Semua
keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha
dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang
saham dalam suatu rapat pemegang saham.
Yang termasuk dalam pengertian Dividen adalah:
1. Pembagian laba secara langsung atau tidak langsung, dengan nama
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal
disetor.
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk
yang berasal dari kapitalisasi agio saham.
4. Pembagian Laba dalam bentuk saham.
5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham
oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.2.3.2. J enis Dividen
Perusahaan dapat membagikan dividen dalam bentuk kas, aktiva lain, atau
saham bonus. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian dividen adalah
masalah:
1. Kapan utang dividen harus dicatat
2. Kepada siapa dividen akan diterimakan
3. Kapan pembayaran dividen akan dilakukan.
Agar perusahaan dapat membagikan dividennya, maka perusahaan tersebut harus:
1. Mempunyai saldo laba yang ditahan cukup besar
2. Jumlah kas yang cukup
Dividen tunai tidak boleh dibagikan kepada pemilik saham treasury
sedangkan dividen saham dapat dibagikan kepada pemilik saham treasury dapat
pula tidak. Pembagian dividen tunai akan menyebabkan laba yang ditahan
berkurang dan aktiva perusahaan berkurang. Sedangkan pembagian dividen saham
tidak akan mengurangi jumlah modal saham. Pembagian ini hanya akan
mengakibatkan perubahan bentuk modal dari laba yang ditahan menjadi modal
saham. Pemecahan saham adalah usaha perseroan untuk menurunkan harga pasar
sahamnya dengan cara menambah jumlah lembar saham yang beredar.
Penambahan ini dilakukan dengan cara menurunkan nilai nominal saham.
Kejadian ini tidak akan mempengaruhi bentuk susunan modal dan untuk itu tidak
perlu dicatat dalam pembukuan.
2.2.3.3. J enis-jenis Dividen
Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi
kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Menurut Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa dividen yang
dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
1. Dividen Kas
Dividen yang paling umum digunakan oleh perusahaan adalah dalam bentuk
kas. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar
dikalikan dengan jumlah lembar yang dimiliki. Yang perlu diperhatikan oleh
adalah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen
tersebut.
2. Dividen Aktiva Selain Kas
Dividen yang dibagikan tidak selalu dalam bentuk uang tunai tetapi dapat juga
berupa aktiva surat-surat berharga atau saham perusahaan, barang-barang hasil
produksi perusahaan yang membagi dividen tersebut, atau aktiva-aktiva lain.
3. Dividen Utang
Dividen utang timbul apabila saldo laba tidak dibagi mencukupi untuk
pembagian dividen, sedangkan saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga
pimpinan perusahaan akan mengeluarkan dividen utang yaitu janji tertulis
untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Dividen utang ini
bisa dikenai bunga bisa juga tidak.
4. Dividen Likuidasi
Adalah dividen yang dibagikan sebagian merupakan pembagian laba dan
sebagian lagi merupakan pengembalian modal. Perusahaan yang membagikan
dividen likuidasi biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang akan
menghentikan usahanya misalnya dalam bentuk joint venture. Karena usaha
perusahaan akan diberhentikan maka tidak perlu memperbesar modal.
Pembagian dividen kepada pemegang saham dapat berakibat sebagai
1. Pembagian aktiva perusahaan dan suatu penurunan dalam jumlah modal
perusahaan seperti dalam hal dividen kas, aktiva selain kas, dan dividen
likuidasi.
2. Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal perusahaan
seperti dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi
belum dibayar.
3. Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal perusahaan, tetapi
hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam
modal perusahaan seperti dalam hal dividen saham.
2.2.4. Pengeluaran Modal
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan
perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Capital expenditure/pengeluaran modal
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang
akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi dan akan dicatat dalam
rekening aset (dikapitalisasi).
2. Revenue expenditure/pengeluaran pendapatan
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang
hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam
Namun dengan alasan kepraktisan, dilakukan penyimpangan antara lain:
1. Sebagai revenue expenditure apabila:
a. jumlah pengeluaran relatif kecil
b. manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti
c. sulit mengukur manfaat di masa yang akan datang
2. Sebagai capital expenditure apabila pengeluaran di atas jumlah tertentu dan
jelas-jelas memberikan manfaat untuk periode-periode yang akan datang.
Secara sederhana Capital expenditure adalah alokasi yang direncanakan
(dalam budget) untuk melakukan pembelian/perbaikan/penggantian segala
sesuatu yang dikategorikan sebagai aset perusahaan secara akuntansi. Perlu
diingat tidak semua perusahaan menggunakan capital expenditure dalam
budget. Umumnya adalah perusahaan yang telah memiliki basis konsumen
jangka panjang maupun jangka pendek (namun stabil) serta menggunakan
modal (kapital) dalam jumlah yang besar. Seperti industri minyak dan gas,
telekomunikasi dan alat-alat berat.
Capital expenditure adalah pengeluaran menciptakan manfaat masa depan.
Sebuah belanja modal tersebut terjadi ketika sebuah bisnis menghabiskan
uang baik untuk membeli aktiva tetap atau untuk menambah nilai aset tetap
yang ada dengan masa manfaat yang meluas dari tahun pajak Capital
expenditure digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh atau
meng-upgrade fisik aset seperti peralatan , properti , atau bangunan industri. Dalam
akuntansi , suatu belanja modal ditambahkan ke akun aktiva
yang telah disesuaikan untuk tujuan perpajakan).. Capital expenditure
umumnya ditemukan pada laporan arus kas sebagai "Investasi di Plant Aktiva
Tetap" atau sesuatu yang serupa dalam ayat Investasi.
Untuk tujuan pajak, belanja modal biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam
tahun di mana mereka dibayar atau ditanggung dan harus dikapitalisasi
Aturan umum adalah bahwa jika properti yang dibeli memiliki masa manfaat
lebih dari tahun pajak, biaya tersebut harus dikapitalisasi.
2.2.5. Pengaruh Pengeluaran Modal terhadap Leverage
Pengeluaran modal juga mendasari keputusan investasi.
Pengeluaran modal adalah dana yang dikeluarkan perusahaan, dengan
pengeluaran modal perusahaan akan memperoleh manfaat lebih dari satu
tahun. Motif dasar pengeluaran modal adalah untuk ekspansi, penggantian,
atau memperbaharui aktiva tetap atau mencari manfaat yang mungkin less
tangible dalam jangka panjang. (Windjinarto, 2009 : 177)
Untuk membatasi tindakan manajer perusahaan yang oportunis,
shareholder memerlukan upaya pengawasan (monitoring) termasuk
meminimumkan biaya keagenan adalah melalui kebijakan utang atau
leverage. (Karsana, 2005:44)
Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak. Salah satu mekanisme
untuk mengurangi tindakan inefisiensi manajer terhadap pengeluaran modal
adalah dengan kebijakan utang. Kebijakan utang diharapkan dapat berfungsi sebagai alat monitoring atas tindakan manajemen dalam mengelola aliran kas bebas. Dengan memiliki utang, maka perusahaan dipaksa untuk mengeluarkan kas yang digunakan untuk membayar kewajibannya dari kelebihan kas (free
cash flows) yang ada, sehingga mengurangi kesempatan untuk melakukan
investasi baru. Disamping itu, pemilik perusahaan juga mengizinkan manajemen untuk menggunakan utang agar pemilik dapat bersama-sama dengan kreditur untuk melakukan pengawasan. Kondisi ini akan menjadikan manajemen lebih berhati-hati dalam melakukan operasionalnya. Windjinarto
(2009 : 177)
Dari uraian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengeluaran modal berpengaruh positif terhadap leverage. Dan hal ini
didukung oleh teori Windjinarto (2009 : 177) yangmenyatakan bahwa
emakin tinggi kebutuhan pengeluaran modal semakin tinggi kebutuhan
dana. Semakin tinggi pengeluaran modal (dengan asumsi perolehan
sumber dana internal relatif tetap) maka semakin tinggi sumber dana
2.2.6. Pengaruh Deviden Terhadap Leverage
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan
hutang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2000,127). Financial
leverage menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Financial
levarege dapat digunakan sebagai penaksir resiko yang ada pada suatu
perusahaan, yaitu apabila financial levarege semakin besar maka
menunjukkan resiko investasi dalam perusahaan tersebut juga semakin
besar pula (Kusumawati dan Sudento, 2005). Menurut Jensen (1986)
dalam Karsana (2005), leverage (hutang) dapat digunakan sebagai alat
untuk mendisiplinkan manajer dalam menggunakan sumber daya
perusahaan. Adanya resiko atas penggunaan hutang akan memaksa
manajer untuk melakukan pengurangan terhadap pengeluaran untuk
kegiatan yang tidak perlu sehingga hal ini dapat meningkatkan efisiensi
perusahaan.
Dari uraian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dividen berpengaruh positif terhadap leverage. Dan hal ini didukung oleh
teori dari Easterbrook (1984) dalam Karsana (2005), kenaikan dividen
akan diikuti oleh kenaikan hutang perusahan, hal ini dikarenakan untuk
mengurangi biaya pengawasan terhadap manajemen, pemegang saham
akan menggunakan kebijakan leverage (hutang) yang menyertakan adanya
yang digunakan oleh pemegang saham adalah dengan meminta
pembayaran deviden yang lebih tinggi. Hal ini akan mengurangi kas
perusahaan dan merubah struktur pendanaan, sehingga memaksa pihak
manajemen untuk membiayai investasinya dari pihak luar yaitu lender.
Dengan demikian, lender akan melakukan pengawasan terhadap manajer
perusahaan karena mereka berkepentingan untuk memastikan keamanan
atas dana yang ditanamkannya.
2.3Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
a. Pengeluaran modal berpengaruh positif terhadap leverage pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI
b. Dividen berpengaruh positif terhadap leverage pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Otomotive yang Go Public di BEI Pengeluaran Modal
(X1)
Dividen
(X2)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengeluaran Modal(X1)
Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran kas yang
diharapkan untuk menghasilkan keuntungan arus kas pada masa akan
datang lebih dari satu tahun (Windjinarto,2009:177).Skala yang
digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen Pengeluaran modal
(capital expenditure) diukur dengan rumus sebagai berikut :
CAPEX =
Asset Total
Modal n Pengeluara
2. Dividen (X2).
Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen juga bisa
dikaitkan dengan nilai perusahaan (Inneke 2008 : 282). Skala yang
digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen Dengan dividen
payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai
perusahaan.
DPR =
Pajak Setelah Bersih
Laba
3. Leverage(Y)
Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber
dana yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus
ditanggung perusahaan. Skala yang digunakan adalah skala rasio,
dengan satuan persen, diukur dengan rumus :
(Inneke 2008 : 283)
Leverage =
Asset Total
Debt Total
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah Perusahaan Otomotives yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008 sampai tahun 2011 sejumlah
17 perusahaan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi,
(Sumarsono, 2002 : 44) Pengambilan sampel dengan menggunakan
metode purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non
probabilitas yang menyeleksi responden – responden berdasarkan
criteria atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel sebagai bagian dari
1. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2008 - 2011yang aktif memberikan laporan keuangan pada
periode tersebut.
2. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di
Bursa Efek Indonesia
3. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2008 – 2011 yang mengalami peningkatan leverage
Jadi sampel penelitian ini sebanyak 10 Perusahaan Otomotives yang
go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 - 2011
3.3. J enis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan
data yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan Otomotives di Indonesia
yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari :
a. Metode Dokumentasi
Yaitu mempelajari dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan.
b. Studi Pustaka
Yaitu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini dari
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah análisis
regresi linier berganda.Di dalam regresi linier berganda upaya mempelajari
pengaruh antar variabel tidak pernah mempermasalahkan mengapa
pengaruh tersebut ada atau tidak. Selain itu tidak pernah dipermasalahkan
apakah pengaruh yang ada antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas
(X) disebabkan oleh variabel X-nya sendiri atau ada variabel lain diantara
kedua variabel tersebut sehingga variabel X tidak secara langsung
mempengaruhi variabel Y tetapi ada variabel lain sebagai variabel
perantara. Pada analisis regresi linier berganda variabel penyebab kausal
antara X dan Y diteliti. Dalam penelitian ini teknik analisis regresi linier
berganda dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan
teknik analisis yang menggunakan model regresi linier berganda dan
pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai
berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat
dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang
diperlukan untuk analisis.
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = b0 + b 1 X1 + b 2 X2 + ei
Keterangan:
Y = Leverage
X1 = Pengeluaran Modal
X2 = Kebijakan Dividen
β 0 = Konstanta
ei = Standart Error
3.6.2Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi linier berganda,maka
perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi
klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).
Model regresi linier berganda yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat
dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier berganda terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat
heteroskedastisitas. Metode regresi linier berganda yang baik seharusnya
tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria
pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang
tersusun dalam rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau
cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu regresi linier berganda ada korelasi
kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan
distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL dL < DW < du du < DW < 4-du 4-du < DW < 4-dL 4-dL < DW < 4-
Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2001 : 61
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang
memiliki prosedur sebagai berikut:
a. Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Hi : β i ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Perusahaan
4.1.1. Gambaran Umum Bur sa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO
seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia
khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992,
Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993
Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE)
mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi
di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu
mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten
obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002
hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di
bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah,
dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah
emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh
Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal
tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia
a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu
keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan
tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive
Bourse”.
b. Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu
menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. to produce variety of sellable high standard capital market
product.
2. to provide high technology infrastructures.
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human
resource.
4.2. Deskr ipsi Variabel
Berikut ini adalah penjelasan variabel-variabel penelitian, yang
meliputi :
Tabel 4.1. Data Pengeluaran Modal
Perusahaan Otomotives Tahun 2008-2011
No. Per usahaaan 2008 2009 2010 2011
1 Astra International. Tbk 0.04 0.03 0.03 0.02
2 Indo Kordsa. Tbk 0.21 0.26 0.23 0.21
3 Indo Spring. Tbk 0.16 0.24 0.19 0.79
4 Intraco Penta. Tbk 0.15 0.17 0.11 0.05
5 Goodyear Indonesia. Tbk 0.07 0.04 0.04 0.04
6 Gajah Tunggal. Tbk 0.69 0.68 0.58 0.52
7 Multrisada Arah Sarana. Tbk 0.78 0.73 0.61 0.39 8 Selamat Sempurna. Tbk 0.22 0.21 0.19 0.18
9 Tunas Ridean. Tbk 0.07 0.14 0.12 0.10
10 United Tractors. Tbk 0.07 0.06 0.05 0.03 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa untuk
pengeluaran modal yang tertinggi diperoleh pada tahun 2011 Indo Spring.
Tbk sebesar 0.79, sedangkan yang terendah adalah PT. Astra International.
No. Per usahaaan 2008 2009 2010 2011 1 Astra International. Tbk 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001 2 Indo Kordsa. Tbk 0.0013 0.0017 0.0009 0.0009 3 Indo Spring. Tbk 0.0016 0.0043 0.0021 0.0013 4 Intraco Penta. Tbk 0.0009 0.0008 0.0007 0.0004 5 Goodyear Indonesia. Tbk 0.0021 0.0739 0.0019 0.0038 6 Gajah Tunggal. Tbk 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 7 Multrisada Arah Sarana. Tbk 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 8 Selamat Sempurna. Tbk 0.0011 0.0007 0.0004 0.0007 9 Tunas Ri