BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
PERATURAN
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 05 TAHUN 2020 TENTANG
TATA CARA PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tentang Tata Cara Penunjukan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6374);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);
5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322);
6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11);
7. Keputusan Presiden Nomor 6/TPA Tahun 2019 tentang Pemberhentian Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;
8. Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 12 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1543);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Negeri Sipil Badan Pengkajian Penerapan Teknologi yang selanjutnya disingkat PNS BPPT adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai PNS di BPPT secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
2. Pejabat adalah PNS BPPT yang menduduki jabatan pimpinan tinggi dan jabatan administrasi.
3. Pelaksana Tugas (Plt.) adalah PNS BPPT yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dari Pejabat definitif yang berhalangan tetap.
4. Pelaksana Harian (Plh.) adalah PNS BPPT yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dari Pejabat definitif yang berhalangan sementara.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) adalah Pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai ASN dan pembina manajemen ASN di BPPT.
6. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi, tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS di BPPT.
BAB II
LINGKUP KEWENANGAN
Pasal 2
(1) Plt. dan Plh. berwenang melaksanakan tugas, menetapkan keputusan, melakukan tindakan rutin yang menjadi wewenang jabatannya, dan melaporkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Keputusan dan/atau tindakan rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan atau hal yang menjadi tugas Pejabat definitif yang diduduki oleh Plt. dan Plh. yaitu:
a. menetapkan sasaran kinerja pegawai dan penilaian prestasi kerja;
b. menetapkan kenaikan gaji berkali;
c. menetapkan cuti selain cuti di luar tanggungan negara;
d. menetapkan surat penugasan pegawai;
e. menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; atau
f. memberikan izin tugas belajar, izin pelatihan, izin mengikuti seleksi Jabatan pimpinan tinggi atau Jabatan administrator atau Jabatan pengawas, dan izin tidak masuk kerja.
Pasal 3
(1) Plt. dan Plh. tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran.
(2) Keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keputusan dan/atau tindakan yang memiliki dampak besar berupa:
a. perubahan rencana strategis; atau b. perubahan rencana kerja pemerintah.
(3) Perubahan status hukum pada aspek kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pengangkatan pegawai;
b. pemindahan pegawai; atau c. pemberhentian Pegawai.
BAB III PENUNJUKAN
Pasal 4
(1) Plt. ditunjuk apabila Pejabat berhalangan tetap.
(2) Plh. ditunjuk apabila Pejabat atau Pejabat yang ditunjuk sebagai Plt. berhalangan sementara.
Pasal 5
Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) apabila Pejabat:
a. pensiun;
b. meninggal dunia;
c. perpindahan Jabatan;
d. mutasi Jabatan;
e. diberhentikan dalam Jabatan;
f. tugas belajar atau pelatihan lebih dari 6 (enam) bulan;
atau
g. cuti di luar tanggungan Negara.
Pasal 6
Berhalangan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) adalah apabila Pejabat tidak dapat melaksanakan tugas dalam jabatannya paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 7 (1) Plt. ditunjuk oleh Kepala BPPT.
(2) Plh. ditunjuk oleh atasan langsung atau pimpinan Unit Kerja.
Pasal 8
Pengangkatan Plt. atau Plh. dilakukan dengan cara:
a. dirangkap oleh Pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung;
b. ditunjuk dari Pejabat yang setingkat;
c. ditunjuk dari Pejabat satu tingkat di bawahnya; atau
d. ditunjuk dari Pejabat Fungsional yang setingkat atau lebih tinggi.
BAB IV STATUS JABATAN
Pasal 9
(1) Plt. dan Plh. bukan Jabatan definitif.
(2) Plt. dan Plh.:
a. tidak dilantik dan diambil sumpahnya; dan b. tidak dibebaskan dari Jabatan definitifnya.
(3) Penunjukan sebagai Plt. atau Plh. dituangkan dengan surat perintah.
(4) Penunjukan sebagai Plt. atau Plh. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tugas tambahan yang diperhitungkan dalam sasaran kinerja pegawai.
Pasal 10 Plt. berakhir jabatannya apabila:
a. telah dilantiknya Pejabat definitif;
b. meninggal dunia;
c. berdasarkan penilaian atasan Plt. terkait dianggap tidak kompeten dalam menjalankan tugas;
d. diberhentikan dalam Jabatan definitifnya;
e. mengundurkan diri;
f. menjalani tugas belajar, pelatihan, atau tugas kedinasan lebih dari 6 (enam) bulan;
g. menjalani cuti di luar tanggungan Negara;
h. tidak memenuhi kesehatan jasmani dan/atau rohani untuk melanjutkan tugasnya sebagai Plt.; dan/atau
i. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat.
Pasal 11 Plh. berakhirnya jabatannya apabila:
a. berakhirnya jangka waktu penugasan;
b. meninggal dunia;
c. berdasarkan penilaian atasan Plh. terkait dianggap tidak kompeten dalam menjalankan tugas;
d. diberhentikan dalam Jabatan definitifnya;
e. mengundurkan diri;
f. menjalani tugas belajar, pelatihan, atau tugas kedinasan lebih dari 6 (enam) bulan;
g. menjalani cuti di luar tanggungan Negara;
h. tidak memenuhi kesehatan jasmani dan/atau rohani untuk melanjutkan tugasnya sebagai Plh.; dan atau
i. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat.
Pasal 12
(1) Plt. melaksanakan tugasnya sampai dengan ditetapkan Pejabat definitifnya.
(2) Perpanjangan masa tugas Plt. dituangkan dengan surat perintah.
BAB V
PEMBERIAN TUNJANGAN
Pasal 13
Plt. atau Plh. tidak mendapat tunjangan struktural pada jabatannya sebagai Plt. atau Plh.
Pasal 14
(1) Plt. setingkat dengan Jabatan definitifnya, diberikan tunjangan kinerja sebesar 100% (seratus persen) dari tunjangan kinerja Jabatan definitifnya ditambah 50%
(lima puluh persen) dari tunjangan kinerja Jabatan sebagai Plt.
(2) Plt. setingkat lebih tinggi dari Jabatan definitifnya, diberikan tunjangan kinerja sebesar 100% (seratus persen) dari tunjangan kinerja Jabatan sebagai Plt. dan tidak menerima tunjangan kinerja Jabatan definitifnya.
(3) Plt. setingkat lebih rendah dari Jabatan definitifnya, diberikan tunjangan kinerja sebesar 100% (seratus persen) dari tunjangan kinerja Jabatan definitifnya ditambah 50% (lima puluh persen) dari tunjangan kinerja Jabatan sebagai Plt.
(4) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibayarkan apabila Plt. telah menjabat paling sedikit selama 1 (satu) bulan.
Pasal 15
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 2 Januari 2020.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 2020
KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, ttd
HAMMAM RIZA
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM, KERJA SAMA, DAN HUMAS,
ARDI MATUTU P.