• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DI KOTA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DI KOTA PEKANBARU"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH

BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG NARKOTIKA DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

HIDAYATUL HUSNA NIM. 11820720467

PROGRAM S1

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022 M/ 1444 H

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH

BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG NARKOTIKA DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syariah dan Hukum

HIDAYATUL HUSNA NIM. 11820720467

PROGRAM S1

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022 M/ 1444 H

(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Hidayatul Husna (2022) :Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru

Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi yaitu meningkatnya korban penyalahgunaan narkotika, bahkan anak dibawah umur juga menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika. Setiap korban penyalahgunaan narkotika haruslah mendapatkan perlindungan hokum.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika Oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Di Kota Pekanbaru dan apa yang menjadi faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika. Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat terhadap bagaimana pentingnya perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan faktor apa saja yang menyebabkan seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian lapangan (field research) yang bertitik tolak dari data primer dan sekunder atau data yang diperoleh langsung dari tempat wawancara yang dilakukan kepada kepala Badan Narkotika Nasional Kota Pekanbaru, kasubag umum BNNK Pekanbaru, Kasi Rehabilitasi dan Kasi P2M dan kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan metode pngumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi.

Hasil pembahasan dari penelitian ini adalah pertama, perlindungan hukum yang diberikan terhadap anak korban penyalahgunaan narkotika berupa perlindungan hukum dengan di rehabilitasi yang bertujuan untuk membebaskan dari ketergantungan narkotika, kedua yaitu ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak menjadi korban penyalahgunaan narkotika.

Kata Kunci: Perlindungan, Narkotika, Anak.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya untuk Allah Yang Maha Kuasa Tuhan semesta alam, karena berkat limpahan Rahmat serta nikmat kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dikota Pekanbaru” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana pada jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Tidak lupa pula Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, seorang yang luar biasa yang menjadikan membuat perubahan peradaban dari zaman yang penuh kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak dengan kontribusi dan masukan yang berbagai macam yang diberikan, baik secara moril maupun materil. Dengan kerendahan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Ayahanda H. Ali Mansur (Alm) dan ibunda tercinta Nuraini yang senantiasa selalu mendoakan, memberi restu, dan mengharapkan keberhasilan penulis.

Juga abang laki-laki penulis Afrizaini dan kakak perempuan Mustika Dewi A.Md.Keb.dan keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan seluruh dukungan, cinta, dan kasih sayangnya, dengan

(8)

iii

ikhlas serta ketulusan doa, serta pengorbanan tiada hentinya demi keberhasilan penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Hairunnas Rajab M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta jajarannya.

3. Bapak Dr. Zulkifli M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Wakil Dekan I,II,III.

4. Bapak Asril, SHI, MH, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum serta, dan Dr. M Alpi Syahrin, SH, MH, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum UIN Suska Riau

5. Bapak Nurhidayat, SH. MH selaku Penasehat Akademis yang telah memberikan bimbingan dan nasehat akademis dan moril.

6. Bapak Peri Pirmansyah, SH, MH Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Basir SHI., MH selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritikan kepada ananda sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Bapak dan ibu dosen serta civitas akademika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan menyediakan waktu untuk ananda selama kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

8. Sahabat-sahabat yang sama-sama berjuang di Ilmu Hukum angkatan 2018 khususnya sahabat-sahabat di Ilmu Hukum H dan sahabat-sahabat di Hukum Tata Negara D, yang menemani serta membantu saya selama dikampus.

(9)

iv

9. Sahabat saya, Aisyah Hanun dan Annisa Muthmainnah yang telah banyak membantu saya dalam penulisan skripsi ini.

10. Terimakasih kepada kakak seperjuangan Dila Artika Sari, SH. Yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.

Dan sebagai manusia insan yang memiliki keterbatasan serta kekurangan, maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan dan penulisannya. Untuk itu, penulis sangat berharap adanya kritik serta saran yang membangun dalam perbaikan Skripsi selanjutnya. Namun penulis sangat berharap bahwa tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, November 2022 Penulis

HIDAYATUL HUSNA NIM. 11820720467

(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB II PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Teori Negara Hukum ... 10

1. Pengertian Negara Hukum ... 10

2. Bentuk-bentuk Negara Hukum ... 13

3. Asas-asas Negara Hukum ... 14

B. Teori Pelindungan Hukum ... 15

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 15

2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum ... 16

C. Teori Korban ... 23

D. Teori Narkotika ... 24

1. Pengertian Narkotika ... 24

2. Bentuk-bentuk Narkotika ... 26

3. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Narkotika ... 29

E. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Sumber dan Jenis Data ... 36

(11)

vi

F. Metode Pengambilan Data ... 37

G. Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika Oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru ... 40

B. Faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika ... 48

BAB V PENUTUP ... 52

A. Kesimpulan... 52

B. Saran ... 53

DAFTARPUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan pancasila dan Undang-Undang tersebut telah menetapkan aturan- aturan yang berasal dari hukum untuk menciptakan ketertiban dan keamanan, dan segala perbuatan dan tingkah laku yang di lakukan harus sesuai dan sejalan dengan masyarakat serta aturan hukum yang berlaku. Penegakan hukum merupakan poin penting dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Penegakan hukum dapat dikatakan alat sebagai bentuk melawan segala jenis kejahatan yang semakin hari semakin meningkat, terutama sekali dalam perkembangan era globalisasi akhir-akhir ini.1

Era globalisasi merupakan era dimana kita dipermudahkan oleh teknologi yang semakin meningkat, yang tumbuh dan berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi dari berbagai negara hingga belahan dunia. Dengan mudahnya seseorang mengakses informasi, di era globalisasi ini akan memberikan dampak yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Perilaku tersebut yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Salah satu dampak dari perilaku negatif yaitu mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang mulai tidak sesuai

1Andi Dipo Alam, Skripsi: “Tinjauan Yuridisterhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak” (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2017), h.1

(13)

dengan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut, dengan kata lain menyimpang dari kultural masyarakat. Dampak negatif yang awalnya merupakan penyimpangan biasa, namun lama-kelamaan menjadi kebiasaan dalam masyarakat yang kemudian diiringi dengan terjadinya kenakalan bahkan kejahatan. Kenakalan yang awalnya dianggap biasa, namun jika terus dibiarkan akan menjadi suatu hal yang tidak biasa karena sampai menyalahi aturan bahkan menyimpang dari budaya masyarakat. 2

Penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu kenakalan yang menyimpang dari budaya yang ada dalam masyarakat. Menurut pasal 1 Angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak dan melawan hukum.3 Narkotika sendiri sebenarnya merupakan obat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, sehingga ketersediannya perlu dijamin. Namun, yang menjadi permasalahan kini adalah penyalahgunaan dari obat-obatan ini.

Dewasa ini permasalahan mengenai penyalahgunaan narkotika merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Narkotika ini bukan hanya menjadi masalah di Indonesia saja, tetapi negara-negara lain juga ikut dalam masalah narkotika ini, sebut saja negara yang sangat maju seperti Amerika Serikat. Dalam peredarannya setiap tahun narkotika ini marak terjadi. Jumlah penggunanya lebih besar faktanya dari data yang tertulis, didukung oleh

2Adimas Bagus Mahendra, Skripsi: “Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dalam Prespektif Kriminologi” (Magelang: UMM, 2020), h. 1-2

3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 1

(14)

3

pencatatan tingkat kematian yang tinggi.4 Yang lebih memperhatinkan yaitu, banyaknya anak-anak yang masih dibawah umur juga terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika. Narkotika perlahan-lahan mulai menghancurkan generasi penerus bangsa dan menjadi penghambat perkembangan anak.

Anak adalah bagian dari generasi penerus bangsa yang merupakan salah satu sumber daya manusia yang memiliki potensi dalam meneruskan cita-cita serta perjuangan bangsa. Anak-anak sangat butuh pembinaan dan perlindungan guna menjamin kelangsungan pendidikan yang baik dan serta perkembangan dan pertumbuhan fisik, mental, dan sosial mereka. Memelihara dan memperhatikan berlangsungnya kehidupan seorang anak merupakan suatu hal yang wajib dipertanggung jawabkan oleh semua orangtua dan tidak boleh diabaikan. Orang tua berkewajiban mendidik serta memelihara anak yang belum dewasa sampai anak itu tumbuh dewasa atau dapat berdiri sendiri.5

Anak adalah amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dilahirkan untuk dilindungi. Bahkan anak dianggap sebagai aset yang paling berharga dibandingkan dengan aset lainnya. Oleh karena itu, anak sebagai amanah Tuhan yang harus selalu dilindungi serta dijaga karena pada diri anak tersebut melekat martabat serta harkat sebagai manusia yang diakui haknya oleh negara dan harus dijunjung tinggi.6

4Irwan Jasa Tarigan, Peran Badan Narkotika Nasional dengan Organisasi Sosial Kemasyarakatan dalam Penanganan Pelaku Penyalahgunaan Narkotika” (Sleman: CV Budi Utama, 2017), h.1

5Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.1

6Devi Siti Hamzah Marpaung, “ Bahaya Narkoba Serta Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Penyalahgunaan Narkoba”, Jurnal Hukum, Vol.4 No. 1 (Juni, 2019), h. 98- 115

(15)

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, dimana dalam pasal 67 dinyatakan perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dan anak yang terlibat dalam produksi dan distribusinya dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan dan rehabilitasi.7

Undang-undang tersebut menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang bertujuan mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosialnya.

Memberikan pembinaan dan perlindungan khusus terhadap anak-anak, pemerintah, masyarakat, dan khususnya keluarga harus mempertimbangkan kedudukan a nak dari segala ciri dan sifat dari anak tersebut, meskipun anak dapat menentukan sendiri arah tujuannya sesuai dengan fikiran, perasaan, dan kehendak, tetapi pergaulan dapat mempengaruhi perilakunya.8

7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1

8Gloryus Adventus Mandiangan, Skripsi: “Pelindungan Hukum Terhadap Anak yang menjadi Kurir dan Penyalhgunaan Narkotika Golongan 1” (Jogjakarta: Universitas Atma Jaya Jogjakarta, 2020), h.2

(16)

5

Anak-anak yang sedang dalam tahap pendewasaan membuat mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Ditambah lagi rasa keingintahuan yang tinggi oleh anak-anak yang membuat mereka mudah dipengaruhi baik hal positif bahkan hal negatif sekalipun. Posisi anak sebagai pihak yang belum cakap dan belum bisa dijatuhkan hukum, dimanfaatkan oleh para pengedar untuk menjadi perantara pengedaran narkotika. Ini merupakan masalah serius bagi suatu negara, khususnya Indonesia. Apalagi kita tahu bahwa mayoritas masyarakat kita beragama Islam, yang jelas-jelas melarang masuknya narkoba di negara ini.

Penyalahgunaan narkotika di kota pekanbaru menjadi suatu permasalan dikalangan anak di bawah umur. Berikut data anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika di kota pekanbaru yang di tangani oleh SAT RESNARKOBA POLRESTA PEKANBARU.

Tabel I.1

NO Tahun Jumlah LP Jumlah Tersangka Ket

1 2018 - -

2 2019 1 1

3 2020 6 7

4 2021 2 2

Sumber data : Polresta Pekanbaru (2022)

Berdasarkan data tersebut diatas dapat dilihat bahwa, masih banyaknya anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika di kota pekanbaru.

Perkembangan penyalahgunaan narkotika di kota pekanbaru mengalami peningkatan pada tahun 2020. Di tahun 2019 terdapat 1 orang anak dalam laporan polisi dan 1 orang jumlah tersangka, selanjutnya di tahun 2020 jumlah anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika meningkat yaitu terdapat

(17)

6 orang anak dalam laporan polisi dan 7 orang dalam jumlah tersangka, dan pada tahun 2021 laporan polisi berjumlah 2 orang dan tersangka berjumlah 2 orang.

Oleh sebab itu, Badan Narkotika Nasional Kota pekanbaru mempunyai peran penting dalam memerangi narkotika baik bagi kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Karena dampak dari penyalahgunaan narkotika bisa mengakibatkan masa depan bangsa. Dalam pasal 70 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika BNN mempunyai kewajiban untuk:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap dan prekursor narkotika;

3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat;

5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

(18)

7

6. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

7. Melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral, baik regional maupun interansional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

8. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika;

9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;dan

10. Membuat laporan tahunan mengnai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik meneliti tentang “Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika di Kota Pekanbaru”

B. Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Adapun batasan masalah penelitian ini hanya pada Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan

(19)

Narkotika Oleh Badan Narkotika Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat memberikan rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh Badan Narkotika Nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru?

2. Apa yang menjadi faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh Badan Narkotika Nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru;

b. Untuk mengetahui faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika;

(20)

9

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu;

a. Secara teoritis

1) Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan mengenai perlindungan yang diberikan terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh Badan Narkotika Nasional.

2) Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk memberi informasi dan pemikiran dalam mengembangkan ilmu hukum.

b. Secara praktis 1) Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai syarat memperoleh gelar sarjana hukum (S.H.) pada jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN SUSKA RIAU.

2) Bagi masyarakat

Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua mengenai pentingnya perlindungan hukum terhadap anak.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan penjelasan terhadap isi tulisan ini maka penulis menggambarkan dalam sistematika sebagai berikut:

(21)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat uraian tentang Landasan Teori, Tinjauan Umum Tentang Negara Hukum, Perlindungan Hukum, Korban, Narkotika, dan Penelitian Terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Populasi dan Sampel, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang perlindungan yang diberikan terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh Badan Narkotika Nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Kota Pekanbaru dan faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika.

BAB V : PENUTUP

Berisi penutup dan keseluruhan rangkaian pembahasan meliputi kesimpulan dan saran.

(22)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Negara Hukum

1. Pengertian Negara Hukum

Pemikiran atau konsep yang dibuat oleh manusia adalah anak zaman yang lahir dan berkembang dalam segala situasi, berbagai pengaruh serta sejarah yang ada. Konsep yang dimunculkan manusia tentang negara hukum juga tercipta dan terus mengalami perubahan sesuai situasi sejarah.

Meskipun konsep tentang negara hukum dianggap sebagai konsep universal, tetapi pada implementasi ada karakteristik yang beragam. Selain pengaruh falsafah bangsa, ideologi negara, terjadinya karakteristik tentang negara hukum ini disebabkan pengaruh situasi sejarah, Secara sejarah dan prakteknya, berbagai konsep negara hukum muncul dalam bentuk seperti negara hukum menurut Al-Qur'an dan Sunnah juga nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa kontinental yang disebut rechtstaat, negara hukum. hukum menurut konsep Anglo-Saxon (rule of law) tentang legalitas sosialis dan konsep negara hukum pancasila.9

Menurut F.R Bothlingk Negara hukum adalah ’’De taat waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt doorgrenzen van recht’’

(negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum).Negara hukum di identikkan dengan keberadaan konstitusi dalam suatu Negara, yang kemudian oleh A. Hamid S. Attamimi

9Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta:Rajawali Pers, 2014),h.1

(23)

mengatakan bahwa dalam abad ke 20 hampir tidak suatu negara pun yang menganggap sebagai Negara modern tanpa menyebutkan dirinya ‟‟ negara berdasar atas hukum‟‟. Dengan demikian, dalam batas-batas minimal negara hukum identik dengan negara yang berkonstitusi atau negara yang menjadikan konstitusi sebagai aturan main kehidupan kenegaraan, pemerintah dan masyarakat.10

Mutiaras memberikan definisi negara hukum sebagai negara yang susunannya diatur dengan sebaik-baiknya dalam Undang-undang sehingga segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya didasarkan hukum.

Rakyat tidak boleh bertindak sendiri-sendiri menurut semaunya yang bertentangan dengan hukum. Negara hukum itu ialah negara yang diperintah bukan oleh orang-orang, tetapi oleh undang-undang. Karena itu, didalam negara hukum hak-hak rakyat dijamin sepenuhnya, kewajiban- kewajiban rakyat harus dipenuhi seluruhnya dengan tunduk dan taat kepada segala peraturan pemerintah dan undang-undang negara.

Kemudiam R. Soepomo mengartikan Negara hukum sebagai negara yang menjamin adanya tertib hukum dalam masyarakat, artinya memberi perlindungan hukum kepada masyarakat, dimana antara hukum dan kekuasaan ada hubungan timbal balik.11

Dalam sejarah ketatanegaraan republik Indonesia, istilah Negara hukum dipakai dengan resmi dalam konstitusi Indonesia tahun 1949 (konstitusi RIS) dan dalam konstitusi Indonesia tahun 1950 (UUDS) baik

10Ibid,h.6-7

11 Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung:Nuansa,2012),h.24

(24)

mukoddimahnya maupun dalam salah satu pasalnya. Sedangkan dalam kepustakaan Eropa didalam bahasa inggris dipergunakan istilah “rule of law atau government of justice” untuk menyatakan negara hukum.12

Dalam kepustakaan, yang disebut negara hukum sering di artikan dengan istilah rule of law atau rechtstaat. pengertian rule of law didasarkan pada sistem hukum Anglo Saxon atau common law system, sedangkan pengertian rechtstaat didasarkan pada sistem hukum Eropa kontinental, ide rechtstaat menjadi populer pada abad XVII sebagai akibat dari situasi sosial politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme kerajaan. Pengertian rechtstaat dikembangkan oleh para ahli hukum Eropa kontinental seperti Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl. Sedangkan pengertian rule of law baru dikenal setelah Albert Vann Dicey menerbitkan bukunya yang berjudul Introduction to study of the law of the Constitution pada tahun 1885. Dalam bukunya Albert Vann Dicey mengetengahkan tiga arti rule of law, yaitu:

a. Supremasi absolut atau predominasi dari regular law untuk menentang pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang- wenangan, jadi berupa discretionary authority yang luas dari pemerintah;

b. Persamaan dihadapan hukum atau penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court, ini berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas

12Manan Sailan, Istilah Negara Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, No.2 (2011). h.229

(25)

hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa berkewajibhan untuk mentaati hukum yang sama, jadi tidak perlu ada peradilan administrasi negara.

c. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi bukanlah sumber, tetapi merupakan konsekuensi.13

2. Bentuk-Bentuk Negara Hukum

Ditinjau dari perspektif sejarah hukum (historical law) peradaban awal dunia hukum hanya mengenal dua tipe bentuk Negara hukum, yaitu tipe Anglo Saxon dengan Rule Of Law dan tipe eropa kontinental dengan rechtstaat. Terdapat perbedaan antara konsep rechtstaat dengan konsep rule of law, namun saat ini sudah tidak dipermasalahkan lagi sebab secara substansi keduanya tidak memiliki perbedaan, namun berdasarkan asal muasalnya, keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Terlihat bahwa konsep rechtstaat bertumpu pada sistem hukum eropa continental (civil law) atau modern law yang berkarakter administratif, kemudian konsep rule of law bertumpu pada sistem hukum common law yang berkarakter judicial. Laurence M. friedman mengatakan bahwa Negara hukum lebih identik dengan rule of law, sedangkan istilah rechstaat mengandung arti pembatasan kekuasaan negara oleh hukum. Atas dasar itu kemudian, negara hukum muncul dalam berbagai model dan karakteristik, seperti negara hukum menurut islam yang disebut nomokrasi islam, konsep Negara hukum sosialis legality yang ada di negara-negara sosialis, dan

13 Bahder Johan Nasution,NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, (Bandung:CV.Mandar Maju,2011),h.3

(26)

negara hukum pancasila yang ada di Indonesia, yang kesemuanya memiliki dimensi kesejarahan yang berbeda, namun sejatinya memiliki esensi yang sama yakni pemerintah berdasarkan hukum dan dijaminnya hak-hak rakyat.14

3. Asas-asas Negara Hukum

Menurut Arief Sidharta, Scheltema, merumuskan pandangannya tentang asas-asas negara hukum, yaitu meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut:

a. Pengakuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).

b. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat.

Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat „predictable’.

c. Berlakunya persamaan (similia atau Equality before the law)

Dalam Negara hukum, pemerintah tidak boleh, mengkhususkan orang atau kelompok orang tertentu, atau mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung adanya jaminan persamaan bagi semua orang dihadapan hukum dan pemerintah, serta tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

14Lukman santoso AZ, Negara Hukum Dan Demokrasi : Pasang Surut Negara Hukum Indonesia Pasca Reformasi, (Yogyakarta: IAIN Po PRESS, 2016), h. 8-9

(27)

d. Asas demokrasi, dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.

e. Pemerintah dan pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan.15

B. Teori Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada setiap individu guna dapat menikmati hak-hak yang diberikan oleh hukum berupa hak asasi manusia, jadi bisa dikatakan perlindungan hukum adalah segala suatu berupa perlindungan untuk menciptakan rasa aman yang diberikan oleh penegak hukum, berupa rasa aman dari kekerasan fisik ataupun ancaman non fisik . 16

Sedangkan menurut C.S.T. Kansil perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara fikiran maupu fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.17

Kemudian Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah suatu kondisi subjektif yang mengatakan hadirnya kekeharusan pada diri sejumlah subjek untuk segera memperoleh sumber

15https://www.pn-gunungsitoli.go.id

16Satjipto Raharjo, IlmuHukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 54

17 C.S.T. Kansil, PengantarIlmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.102.

(28)

daya, guna kelangungan eksistensi subjek hukum yang dijamin dan dilindungi oleh hukum, agar kekuatannya secara terorganisir dalam proses pengambilan keputusan politik maupun ekonomi, terkhusus pada distribusi sumberdaya, baik pada peringkat individu maupun stuktural.18

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah upaya atau tindakan mempertahankan hak masyarakat dari kesewenang-wenangan penguasa atau yang memiliki kewenangan hukum yang melenceng dari ketentuan aturan hukum, agar terciptanya ketertiban sehingga memungkinkan manusia untuk mendapatkan haknya sebagai manusia.19

2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum a. Perlindungan Anak

1) Pengertian

Perlindungan anak ialah upaya yang bertujuan untuk hal perkembangan dan pertumbuhan seorang anak agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai anak perlindungan baik secara fisik, mental serta sosial harus didapatkan oleh seorang anak. Keadilan dalam suatu masyarakat dapat dilihat dari perlindungan terhadap anak yang diberikan, dalam pemenuhan hak perlindungan anak diberikan dalam berbagai bentuk dan berbagai cara dikehidupan bermasyarakat.

18 Ratri Novita Erdianti, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, (Malang:UMM Press, 2020), h.9

19Setiono, rule Of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), h. 3

(29)

Kegiatan tersebut akan menimbulkan akibat hukum, baik dalam hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.20

Perlindungan hukum terhadap anak merupakan segala upaya yang dilakukan guna melindungan kesejahteraan dan hak asasi anak mencakup kebebasan,hak berpartisipasi, hak untuk berkembang. Dapat disimpulkan bahwa masalah perlindungan hukum bagi anak sangat luas cangkupannya.21

Pasal 1 Angka 2 UU No.23 Tahun 2002 menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan beserta hak-hak mereka agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak juga dapat diartikan sebagai segala upaya ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tidak perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental dan sosial.22

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin antara lain : 1. hak untuk hidup

2. hak untuk berkembang

20Liza Agnesta Krisna, Hukum Perlindungan Anak (Panduan Memahami Anak yang Berkonflik Dengan Hukum), (Jogjakarta: CV Budi Utama, 2018), h.92

21Ibid,h.93

22Ibid,h.96

(30)

3. hak untuk berprestasi

4. hak dari terbebasnya atas kekerasan serta diskriminas hal tersebut bertujuan agar terwujudnya kualitas, akhlak serta kesejahteraan yang bisa didapatkan oleh anak seluruh indonesia.23

2) Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak

Prinsip-prinsip dasar perlindungan anak di Indonesia tercantum dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,yaitu: penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak anak meliputi:

a) Nondiskriminasi

Asas nondiskriminasi adalah asas yang tidak membedakan, membatasi, atau mengucilkan, atau mengucilkan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan agama, suku, ras, status social, status ekonomi, budaya, ataupun jenis kelamin yang dapat memengaruhi pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak.24

b) Kepentingan yang terbaik bagi anak

Merupakan asas yang menekankan bahwa dalam semua tindakan yang berkaitan dengan anak yang dilakukan oleh

23Ibid,h.97

24Ibid,h.102

(31)

pemerintah, masyarakat, ataupun badan legislative, kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.

c) Hak untuk hidup, dan perkembangan

Asas yang mendasarkan pada hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah asas yang menekankan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup dengan aman, tentram, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin, serta berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak, dan hak untuk mencapai standar hidup bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak.25

d) Penghargaan terhadap pendapat anak.

Merupakan asas yang memberikan hak kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak meliputi:

1) hak mengeluarkan pendapat dan mendapat jawaban atas pendapatnya;

2) hak dalam mendapatkan informasi dan dapat ber ekspresi atau suatu hal;

3) hak untuk terlindung dari informasi yang buruk.

25Ibid,h.103

(32)

b. Perlindungan Perempuan

Latar belakang perlunya perlindungan terhadap perempuan, bahwa perempuan wajib mendapatkan hak asasinya atas sesuatu yang dimilikinya secara prosedur sebagai suatu hal yang wajib karena tergolong kelompok dalam masyarakat di dalam suatu negara, Dalam hidup dan berkehidupan perempuan selalu mendapatkan tindakan atau perbuatan yang tidak adil dalam menjalani kehidupannya dan tidak jarang pula mendapatkan berbagai bentuk tindakan diskriminasi, hal ini disebabkan oleh keadaan individu seorang perempuan yang lemah yang pandangan masyarakat yang salah memahami status seorang perempuan.26

Kedudukan yang kurang menguntungkan pada umumnya disebabkan oleh salah artinya masyarakat terhadap status perempuan banyak masyarakat yang mengira perempuan adalah suatu kelompok yang lemah dan tidak memiliki daya, oleh karena itu dalam hal perlindungan atas hak perempuan ini harus ada kekhususan agar terjamin hak-haknya, agar hal-hal rentang terkait perlindungan serta keamanan terhadap perempuan tetap terjaga, dan inilah alasan mengapa perempuan lebih banyak mendapat kekeresan dan sering menjadi korban kekerasan.

26Rahman Amin, Hukum Perlindungan Anak Dan Perempuan Di Indonesia, (Yogyakarta:

Grup Penerbitan CV Budi Utama,2021), h.12

(33)

c. Perlindungan Hak Asasi Manusia

Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan yang merupakan anugerahnya yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, pemerintah, hukum27 dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Setiap warga negara hak asasinya berhak yang diberikan oleh negara kepada setiap individu manusia. pemerintah juga harus berupaya memberikan perlindungan hak asasi manusia kepada seluruh warga negara Indonesia, Dalam rangka pelaksanaannya pemerintah mempersiapkan, menyusun,menyediakan perangkat hukum HAM, mendirikan kelembagaan HAM agar terjaminnya HAM setiap individu masyarakat Indonesia. Jaminan hak asasi manusia yang sering di langgar yaitu “perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Perlakuan yang sama didepan hukum diatur dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi “ semua orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Ayat ini menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari negara.

27Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1

(34)

Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlakuan dihadapan hukum yang adil dan sama tanpa ada perbedaan sedikitpun.28

d. Perlindungan Konsumen

Menurut Az. Nasution perlindungan konsumen berisikan hal serta asas-asas yang bertujuan mengatur ikatan konsumen dengan penjual, seperti hal dalam melindungi keperluan konsumen.

Perlindungan konsumen juga sepatutnya diterima dan melekat para konsumen.29

Perlindungan konsumen adalah suatu sistem yang digunakan dalam upaya memberikan sesuatu kepada konsumen dalam bentuk perlindungan hukum, perlindugan tersebut berupa hal-hal yang tidak menguntungkan bagi konsumen yang dirugikan. Peraturan tentang perlindungan konsumen menyebutkan, perlindungan konsumen ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan kepastian, keamanan serta jaminan hukum bagi konsumen yang merasa dirugikan. Luasnya cakupan adalah salah satu perlindungan bagi konsumen, perlindungan tersebut meliputi atas barang dan jasa, dimulai dari bagian untuk mendapatkan barang serta jasa yang disediakan sampai dengan akibat dari digunakannya barang dan jasa tersebut.

Perlindungan tersebut memiliki dua Cakupan yang berbeda, yaitu perlindungan terhadap pemaksaan kondisi yang tidak adil

28Susana Andi Meyrina, “Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Masyarakat Miskin Atas Penerapan Asas Peradilan Sederhana Cepat Dan Biaya Ringan”, Jurnal HAM, Vol.8 No.1 (Juli,2017),h.27-28

29Abdul Atsar, Rani Apriani, Buku Ajar Hukum Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta:

CV Budi Utama,2019), h.33

(35)

terhadap konsumen serta terhadap perlindungan yang kemungkinan dari konsumen setelah menerima barang oleh penjual tidak sesuai dengan yang dijanjikan30

C. Teori Korban

Korban penyalahgunaan narkotika dalam pasal 54 undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan korban penyalahgunaan narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dibujuk, atau diancam untuk menggunakan narkotika.

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang perlindungan saksi dan Korban, korban adalah orang yang mengalami penderitaan fisik mental dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 31 Korban berhak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta benda, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikan.

Menurut Arif Gosita, Korban adalah orang yang menderita rohani dan jasmaninya atas perlakuan orang lain yang berlawanan dengan keinginan orang lain maupun keinginan dirinya, yang bertentangan atas hal tersebut.32

Di tinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban dalam terjadinya kejahatan, Ezzat Abde Fattah mengatakan beberapa tipologi korban, sebagai berikut:

30Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana,2016), h.21-22

31Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 1

32Shelin, Analisis yuridis terhadap tindak pidana perdagangan orang(human traffcking) di kota batam ditinjau dari perspektif viktimologi, (UIB Repository:2016), h.18

(36)

1. Nonparticipating victims, adalah mereka yang mengelak/menolak kejahatan dan penjahat tetapi tidak turut berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan.

2. Latent or predisposed victims adalah mereka yang mempunyai karakter tertentu cenderung menjadi korban pelanggaran tertentu.

3. Provocative victims adalah mereka yang menimbulkan kejahatan atau pemicu kejahatan.

4. Participating victims adalah mereka yang tidak memiliki perilaku lain sehingga memudahkan dirinya menjadi korban.

5. False victims adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya sendiri.33

D. Teori Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menyebutkan bahwa narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat mengakibatkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilanng rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri serta dapat menyebabkan ketergantungan dan dibedakan dalam beberapa golongan.34

33Ibid,h.20

34Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(37)

Narkotika berbahaya apabila disalahgunakan dapat memberikan efek samping pada penurunan atau hilangnya rasa sakit serta nyeri pada tubuh pengguna.

Narkotika adalah suatu zat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dapat menimbulkan ketergantungan yang berasal dari tanaman sintesis atau bukan tanaman sintesis ataupun semi sintesis. Pengertian Narkotika dari etimologi berasal dari bahasa yunani narke yang berarti beku, dungu, atau lumpuh. Pengertian tersebut diambil dari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan narkotika.35

Menurut istilah kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada, rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam keadaan masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan.

Narkotika adalah suatu yang bermanfaat dan berkhasiat yang dinamakan zat, yang penting bagi manusia terutama di dunia medis.

Narkotika menurut Soedjono adalah zat yang bisa menyebabkan hal tertentu bagi seseorang yang memakai dengan mengkomsumsinya ke dalam tubuh. Pengaruh tubuh berupa hilangnya rasa sakit, pembiusan, halusinasi atau khayalan serta rangsangan semangat. rekasi tersebut diketahui dan ditemui dalam dunia medis bertujuan untuk kepentingan manusia seperti menghilangkan rasa sakit di bidang pembedahan dan

35Hervina Puspitosari dan yana Indawati, Frans Simangungsong, Hukum Perlindungan Anak Korban Narkotika (Perspektif Viktimologi dan Harmonisasi Peraturan), (Makassar:PT Nas Media Indonesia, 2021), h.10

(38)

pengobatan lainnya. Oleh karena itu akan menimbulkan dampak berbahaya bagi pemakai narkotika apabila terjadi penyalahgunaan, dan pemakai akan menjadi si pecandu karena menimbulkan ketergantungan Sedangkan secara terminologis di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) narkotika atau narkoba adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang. Sedangkan Smith Kline dan Frech Clinical Staff mengemukakan Narkotic are drugs which product insensibility or stuporduce to their depressant offer on the central nervous system, inclided in this definition are opium-opium derivativis (morphine, codein, methadone). Narkotika adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. Narkotika ini sudah termasuk candu, zat yang dibuat dari candu (morphine,codein,methadone).36

2. Bentuk-Bentuk Narkotika a. Narkotika Golongan I

Maksud dari Narkotika Golongan I adalah jenis ini biasanya digunakan hanya untuk pembelajaran ilmu pengetahuan karena jenis ini bisa mengakibatkan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika Golongan I antara lain sebagai berikut:37

1) Tanaman papaversomniferumL dan semua bagian-bagianya termasuk buah dan jerami, kecuali biji.

36Ramon Nofrial, Problematika Keadilan, (Yogyakarta: CV Budi Utama,2017),h.41-42

37Beniharmoni Harefa, Kapita Selekta Perlindungan Hukum Bagi Anak, (Jogjakarta: CV Budi Utama, 2019), h.14

(39)

2) Opium mentah, merupakan getah membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman papaversoniferumL yang mengalami pengelohan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar motifnya.

3) Opium masak terdiri dari:

a) Candu, diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khusus dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubah menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.38

b) Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

c) Jicingko,hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4) Tanaman Koka, tanaman dari semua genus erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan biji.

5) Daun Koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus erythroxylon yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.39

6) Kokain Mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

38Ibid.

39Ibid, h.15

(40)

7) Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina

8) Tanaman Ganja, semua tanaman genus-genus cannabisdan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9) Tetrahydrocannabinol dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.

10) Delta 9 Tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya.

b. Narkotika Golongan II

Merupakan narkotika pilihan terakhir yang memiliki tujuan untuk pengobatan dapat juga untuk sebagai pengembangan ilmu pengetahuan narkotika ini memiliki potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan dan biasanya juga digunakan dalam terapi seseorang.

c. Narkotika Golongan III

Jenis narkotika hampir sama dengan yang sebelumnya hanya saja dalam potensi mengakibatkan ketergantungannya sangat ringan.

Narkotika golongan ini : asetildihidrokodena, dekstropropksifena, dihidrokodena, etilmorfina, kodena, nikodikodina norkodena, pokodina, propiram, bupenorfina, garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika.

(41)

3. Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika adalah segala bentuk kegiatan penggunaan narkotika yang tidak tepat sasaran yang menyebabkan terjadinya dampak hukum bagi penggunanya, dan penyalah gunaan narkotika ini menyalahi budaya masyarakat kita. Berikut bentuk-bentuk penyalahgunaan narkotika:

a. Mengkonsumsi narkotika/pemakai

Narkotika adalah Zat kimia yang bisa mengubah keadaan psikologis seseorang seperti pikiran, perasaan, perilaku, serta suasana hati seseorang jika dikonsumsi oleh seseorang, baik dikonsumsi dengan cara diminum, dimakan, disuntikkan, dihirup, dan sebagainya.

Sebenarnya narkotika ini biasanya dipergunakan oleh pihak rumah sakit, seperti narkotika yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit pada pasien saat dilakukan operasi. Untuk dosis pada penggunaan narkotika harus digunakan sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter dengan benar. Rasa tenang dan nyaman pada jiwa menjadi efek yang ditimbulkan pada narkotika tersebut, timbullah rasa dan upaya untuk sebagian orang menyalahgunakan narkotika tersebut, untuk menghilangkan beban dan jiwa yang terasa galau. Namun nyatanya Masalah lain akan timbul bila pemakainya merasa ketagihan, yaitu dapat rusaknya sistem syaraf, kemandulan dan penurunan gairah seksual.40

40Warso sasongko, Narkoba, (Yogyakarta:Relasi Inti Media,2017),h. 19

(42)

b. Mengedarkan narkotika/pengedar

Narkotika adalah zat yang sangat berbahaya namun tidak sedikit orang yang tergiur untuk menjadikan narkotika sebagai sumber penghasilan dengan bekerja sebagai penjual/pengedar narkotika, karena memberikan keuntungan yang besar. Namun mereka tidak memikirkan keuntungan yang didapatkan sebagai pengedar tidak sebanding dengan sanksi hukuman yang diterima sebagai pelaku kejahatan narkotika, sesuai dengan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, pada pasal 114 disebutkan:41

“setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan 1, di pidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dipidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

c. Memberikan narkotika

Yang dimaksud dengan memberikan narkotika adalah memberikan narkotika kepada orang lain untuk digunakan oleh orang tersebut, yang mana tindakan tersebut merupakan bentuk kejahatan narkotika. Dalam pasal 115 undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika menyebutkan bahwa: “setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan 1, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun

41Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, pasal 114

(43)

dan dipidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliyar rupiah).42

E. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian pertama, skripsi yang ditulis oleh RisnaY. Sawali yang berjudul

“Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Melakukan Penyalahgunaan Narkotika di Kota Gorontalo”. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah, sama-sama membahas tentang bagaimana perlindungan yang diberikan terhadap anak penyalahgunaan narkotika. Dan perbedaanya, penelitian oleh Risna Y. Sawali ini membahasa tentang faktor penghambat upaya perlindungan hukum terhadap anak tindak penyalahgunaan narkotika, sedangkan penulis membahas tentang faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika.

2. Penelitian kedua, skripsi yang ditulis oleh Gloryus Adventus Mandiangan yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Menjadi Kurir dan Penyalahguna Narkotika Golongan I. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Klas 1A Jayapura Nomor : 121/Pid.B/2012/PN.Jpr). persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menjadikan anak sebagai subjek dari penelitian ini. kemudian perbedaanya yaitu, pada penelitian terdahulu membahas tentang sanksi yang dapat dikenakan kepada anak yang menjadi kurir dan penyalahgunaan narkotika golongan 1, sedangkan

42ibid, pasal 115

(44)

penelitian ini membahas tentang perlindungan yang diberikan dan faktor seorang anak melakukan penyalahgunaan narkotika.

3. Penelitian ketiga, artikel ilmiah yang ditulis oleh Satria Ramadhana Putra yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika menurut Undang-Undang Narkotika”. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu ruang lingkup pembahasannya sama-sama membahas perlindungan hukum terhadap korban penyalahgunaan narkotika. Dan perbedaannya yaitu, pada penelitian terdahulu tidak hanya menjadikan anak sebagai subjek penelitian, namun juga semua lapisan yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, sedangkan penelitian ini khusus menjadikan anak sebagai subjek pembahasan mengenai perlindungan terhadap korban penyalahgunaan narkotika.

(45)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini apabila dilihat dari jenis penelitiannya, metode penelitian yang dipakai adalah penelitian yang menggunakan jenis penelitian sosiologis atau empiris, yaitu penelitian untuk mengetahui efektifitas hukum. Penelitian sosiologis atau empiris terdiri atas penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.43 Dengan cara survey atau meninjau langsung ke lokasi penelitian dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu wawancara. Dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta, kemudian dilanjutkan dengan menemukan masalah, selanjutnya mengarah kepada identifikasi masalah dan pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.

B. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan, maka penelitian ini berlokasi di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pekanbaru, Jl. Tengku Zainal Abidin No.7, Sekip, Kec.Lima Puluh, Kota Peknbaru, Riau 28111, Nomor Telepon: 0761-849110, Email: [email protected].

Adapun alasan penulis dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu karena lokasi tersebut berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan tentang perlindungan hukum terhadap anak korban penyalahgunaan narkotika.

43Suratman dan Philips Dillah,metode Penelitian Hukum,(Malang:Alfabeta,2012)h.35

(46)

35

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) kota Pekanbaru, Kasi Rehabilitasi, Kasi P2M dan anak korban penyalahgunaan narkotika. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan orang, benda (hidup atau mati), kejadian kasus-kasus, waktu, atau tempat, dengan atau ciri yang sama. Misalnya penduduk suatu kota atau kecamatan, mahasiswa disuatu institute atau universitas, narapidana disuatu lembaga permasyarakatan, anak-anak usia sekolah dari kalangan broken home (perceraian), dan lain-lain. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Pekanbaru, Kasi Rehabilitasi, Kasi P2M, dan anak korban penyalahgunaan narkotika.

2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi.

Dalam suatu penelitian padaumumnya observasi dilakukan tidak terhadap populasi, akan tetapi dilaksanakan pada sampel. Dalam menetapkan sampel perlu juga memperhatikan kerangka sampling, yaitu daftar dari

(47)

seluruh unsur sampel dalam populasi sampling.44 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan menetukan kriteria- kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalaha penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pekanbaru, Kasi Rehabilitasi, Kasi P2M, dan anak korban penyalahgunaan narkotika.

Tabel III.l

Populasi dan Sampel Penelitian

No Responden Populasi Sampel Persentase 1. Kepala Badan

Narkotika Nasional Kota Pekanbaru

1 1 100%

2. Kasi Rehabilitasi 1 1 100%

3. Kasi P2M 1 1 100%

4. Anak korban penyalahgunaan narkotika

43 3 11,6

Jumlah 46 5 -

Sumber: Data Lapangan E. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber data. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Dalam hal ini peneliti langsung memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan instrument yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini

44Ibid,h. 93.

(48)

37

sumber datanya adalah dari responden dan wawancara yang berkaitan dengan yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.45 Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal hukum, penelitian hukum, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Data Tersier

Data tersier adalah bahan-bahan materi penjelasan terhadap data primer dan data sekunder. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus besar bahasa Indonesia, ensiklopedia serta kamus besar bahasa inggris.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah tidak lain untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya tentang pokok masalah yang diteliti. Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode:

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah bagian dari pengumpulan data yang merupakan cara yang banyak dilakukan oleh para peneliti, sehingga metode ini sangat

45Sandu Siyoto dan M.Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: Literasi Media Publishing, 2015), h. 68.

(49)

popular. Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan subjek penelitian atau responden. Wawancara merupakan proses percakapan dengan respoden yang memiliki maksud untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi perasaan dan sebagaimana yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan orang lain yang diwawancarai. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pekanbaru, Kasi Rehabilitasi, Kasi P2M, dan anak yang menjadi korban penyalahgunaan nakotika.

2. Metode Observasi

Observasi merupakan kegiatan langsung yang dilakukan dengan melihat dan meneliti kasus yang terjadi. Observasi juga merupakan metode pada saat pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan juga sistematik. Data yang di observasi berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia dan lai-lain. Dalam hal ini peneliti mengamati langsung dilapangan dan mencocokkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan data yang diamati sendiri dilapangan.

Dalam menggunakan metode observasi cara paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.46

46Ibid,h.77

(50)

39

3. Studi Kepustakaan

Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, hasil penelitian, dan lain-lain untuk melengkapi data dalam penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yang diambil bertujuan agar legalitas penelitian ini semakin kuat.

G. Analisis Data

Metode analisi data merupakan tahapan proses penelitian dimana data yang sudah dikumpulkan dikelola untuk diolah dalam rangka menjawab permasalahan yang ada.47 Analisis data merupakan metode dalam memproses data menjadi informasi. Setelah semua data diperoleh dan dikumpulkan, baik data primer maupun data sekunder, kemudian data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis dari ketiga masalah pokok yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang membuat gambaran (deskriptif) mengenai situasi-situasi atau peristiwa-peristiwa.

Metode deskriptif kualitatif ini data dihasilkan dari proses wawancara dengan informasi dideskripsikan secara keseluruhan, setelah itu data digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.

47 https://www.dglab.id/macam-macam-metode-data-2-macam-metode-penting-dalam- mengolah-data, Di akses pada hari kamis, 6 januari 2022 pukul 23.00 WIB

(51)

53 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika oleh badan narkotika nasional berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, Perlindungan hukum terhadap korban penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) kota pekanbaru yaitu perlindungan hukum preventif yang dilakukan melalui upaya pencegahan dan pengawasan yaitu berupa sosialisasi dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Dalam hal ini korban penyalahgunaan narkotika perlu mendapatkan perlindungan hukum yaitu dengan di rehabilitasi. Rehabilitasi yang dilakukan bertujuan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan akan narkotika.

Selama rehabilitasi dilakukan, itu dihitung sebagai masa menjalani hukuman bagi korban penyalahgunaan narkotika. Rehabilitasi yang diberikan terhadap korban penyalahgunaan narkotika yaitu berupa rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Setiap korban penyalahgunaan narkotika berhak untuk mendapatkan rehabilitasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pasal 67 undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak. Namun masih terdapat anak

Referensi

Dokumen terkait

TIC )Tourism Information Center) yang kurang memahami KKTJ ini secara keseluruhan. Selain itu, mereka tidak menggunakan atribut guest service officer yang sesuai seperti

Hal ini dikarenakan perhitungan Ecological Footprint berdasarkan data tahunan yang telah berlalu, dan tidak dapat benar-benar tepat mengukur kemampuan daya dukung lingkungan hidup

 Setelah melakukan percobaan, peserta didik dapat membuat laporan hasil penyelidikan prinsip kerja termometer dengan benar..  Setelah melakukan percobaan, peserta

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah

Pada permasalahan ini studi kasus yang diangkat adalah peta Jawa Timur yaitu bagaimana membentuk suatu graf coloring dari sebuah peta, dengan kota sebagai vertexnya dan

Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah sambungan balok kolom yang berdasarkan PBI 1971 mampu menahan kapasitas beban siklik sampai dengan 7,47 tf untuk beban tekan dan 5,19

Ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh untuk membangun kemitraan Polri dengan Masyarakat, yaitu: (1) Mengoptimalkan fungsi forum kemitraan polisi dan masyarakat

Tabel 3 FMEA Jenis Cacat Botol Pecah Modus Kegagalan Potensial Efek Kegagalan Potensial Penyebab Potensial Nilai RPN Rekomendasi Penanggulangan S O D Setting