• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah membuat rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sekolah membuat rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

95

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH MELALUI PENDAMPINGAN MANAJERIAL SECARA

KOLABORATIF PADA SEKOLAH BINAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Hasanah BT Abd Rahman

(Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Email:hasanahabd2020@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan pada SMP binaan kepengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2021/2022. PTS dilakukan oleh penulis dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan kinerja pengawas disekolah binaan yang berdampak pada sekolah binaan.

PTS ini dilakukan selama dua siklus melalui tahapan refleksi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kepala Sekolah harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) agar terwujud sekolah bermutu maka diperlukan pendampingan manajerial pengawas secara kolaboratif.

Pendampingan ini menyangkut manajemen sekolah yang bersifat sharing, kerja sama dan saling memberi atau menerima (tidak bersifat menggurui). Dengan dilaksanakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif penyusunan RKS yang dilakukan secara kekeluargaan , Kepala Sekolah merasa terbantu dalam melaksanakan tugas tugasnya selaku kepala sekolah khususnya dalam penyusunan perencanaan sekolah.

Disamping hal tersebut sekolah mimiliki RKS yang bertujuan untuk : (1)agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, (2)mendukung koordinasi antar pelaku sekolah, (3)adanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (4)mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan(5)penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif dan berkelanjutan. Hasil Dengan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif kemampuan Kepala Sekolah dapat ditingkatkan utamanya kemampuan menyusun RKS. Hal ini dibuktikan Yang semula Para Kepala Sekolah tidak mampu membuat RKS Kemudian Diadakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif dan bimbinga rata- rata perolehan nilai RKS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dari Siklus I sebesar 74,70 menjadi 81,37 Di Siklus II Terjadi pening katan sebesar 8,93%.

Kata Kunci : Kemampuan Kepala Sekolah, RKS, Pendampingan Manajerial, Kolaboratif Pendahuluan

Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku di sekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efisien. Dalam kerangka inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya manajemen berbasis sekolah, yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibelitas/keluwesan lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan pendidikan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Jika digambarkan dalam siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan mempunyai fungsi terpenting di antara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan.

Perencanaan pada intinya merupakan upaya penentuan ke mana sebuah organisasi akan menuju pada masa depan dan bagaimana bisa sampai pada tujuan tersebut. Hal ini menyebabkan setiap satuan pendidikan harus memiliki rencana kerja yang jelas dan terperinci untuk melaksanakan semua kegiatan sekolah agar lebih terarah.

(2)

96

Sekolah membuat rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. Namun realita di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah belum menyusun RKS (RKJM, RKT dan RKAS). Jika ada sekolah yang membuatnya, belum merupakan satu kesatuan yang urut, tetapi pembuat RKJM, RKT dan RKAS masing-masing masih secara terpisah dan tidak ada keterkaitan antara program kerja dengan kegiatannya. Karena penyusunan RKJM, RKT dan RKAS tidak diawali dari Evaluasi Diri.

Setiap kegiatan pada satuan pendidikan dikelola atas dasar Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang merupakan penjabaran rinci dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) satuan pendidikan yang meliputi masa empat tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Oleh karenanya satuan pendidikan wajib menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Sekolah yang akan menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Sekolah.

Untuk mengetahui teknik penyusunan rencana kerja sekolah tersebut, maka dalam Penelitian Tindakan sekolah (PTS) ini difokuskan pada dua persoalan utama, yaitu 1)bagaimana konsep dari Rencana Kerja Sekolah yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, dan landasan hukum Rencana Kerja Sekolah, dan 2)bagaimana teknik penyusunan Rencana Kerja Sekolah (rencana strategis sekolah dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah). Perencanaan sekolah umpamanya harus disusun sedemikian rupa memperhatikan semua aspek kehidupan sekolah agar memberi dampak bagi peningkatan mutu hasil belajar peserta didik atau pendek kata dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang antara lain ditunjukkan oleh prestasi akademis maupun non akademis peserta didik.

Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dan dapat menggambarkan bagaimana aktivitas sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. RKJM dan RKAS merupakan salah satu komponen input di sekolah. Input pendidikan yang menentukan kualitas pendidikan/pembelajaran meliputi: 1) Kebijakan sekolah (visi, misi, tujuan, dan sasaran mutu), 2) Sumberdaya yang tersedia dan siap, 3) Staf / guru yang kompeten dan berdedikasi, 4) Harapan yang tinggi, 5) Focus pada pelanggan, dan 6) Input manajemen berupa tugas yang jelas, rencana yang rinci, aturan main yang jelas, dan sistem pengendalian yang efektif dan efisien (Ditjen Dikdasmen, 2001 : 12). Agar kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyusun RKS maka diperlukan pendampingan manajerial pengawas secara kolaboratif, yaitu pendampingan yang menyangkut manajemen sekolah antara pendamping dengan yang di dampingi bersifat sharing, kerja sama dan saling memberi atau menerima tidak bersifat menggurui.

Dengan pendekatan kolaborasi maka pendampingan akan lebih berhasil karena yang didampingi dengan yang pendamping mempunyai kedudukan yang sama, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, jadi pendamping bersifat luwes, kekeluargaan dan tidak bersifat kaku. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut ”Apakah melalui pendampingan manajerial secara kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah”

Adapun tujuan yang diharapkan adalah : pendampingan manajerial secara kolaboratif menjadikan sarana komunikasi dan koordinasi yang lebih dekat antara yang dibimbing dengan pembimbing sehingga yang dibimbing tidak merasa dipaksa dapat menyusun RKS sesuai ketentuan dan kondisi yang diharapkan.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Binaan Kepengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2021/2022 yaitu diambil sampel 3 (tiga) sekolah binaan. Ketiga sekolah binaan tersebut yaitu 1)SMP Negeri 3 Gunungputri, 2)SMP An Nahl Islamic School, dan 3)SMP S Ananda. Performance Kepala Sekolah Binaan umumnya bagus namun perlu bimbingan Pengawas sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah agar sesuai target mutu perencanaan pendidikan.

(3)

97

Penelitian Tindakan sekolah (PTS) ini dilaksanakan selama dua siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi. Analisis data secara deskriptif dari hasil empiris terhadap hasil RKS yang dibuat para Kepala sekolah. Indikator keberhasilan dalam PTS ini yaitu 1)Kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah dengan baik, dan 2)Terdapat dokumentasikan dengan baik hasil RKS yang telah dibuat.

Hasil dan Pembahasan 1. Siklus I

Pada siklus I, pelaksanaan supervisi manajerial secara kolaboratif yaitu dengan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi di sekolah binaan kepengawasan. Monitoring bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan. Pada kegiatan Monitoring ini lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi kepala sekolah atau pihak lain yang terkait kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah.

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk 1)mengetahui tingkat keterlaksanaan program, 2)mengetahui keberhasilan program, dan 3)mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya. Observasi yang di lakukan peneliti adalah dengan menceklist lembar observasi yang telah di buat. Lembar observasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Observasi kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah Kode

Kepala Sekolah

Hasil Observasi Sikap

Nilai RKS

Kesiapan Bahan

Kerjasama Total Skor

Kategori

A 5 80 80 7 172 Baik

B 5 80 75 7 167 Baik

C 5 80 75 7 167 Baik

Data yang diperoleh dari hasil observasi dari siklus I ini, sikap Kepala Sekolah dengan Kode A yang merupakan kepala SMP Negeri 3 Gunungputri dalam menyusun RKS dengan Total Skor 172 artinya dalam kategori baik. Dan Kepala Sekolah dengan kode B yang merupakan kepala SMP An Nahl menyusun RKS dengan Total Skor 167 artinya dalam kategori baik, sedangkan Kepala Sekolah dengan kode C yang merupakan kepala SMP S Ananda dalam menyusun RKS dengan Total Skor 167 artinya dalam kategori baik. Hal ini berarti semua kepala sekolah sangat antusias melaksanakan penyusunan RKS. Sedangkan dari hasil penilaian terhadap RKS yang disusun oleh kepala sekolah diperoleh nilai 80 dengan katagori baik.

Berarti Nilai RKS 80 artinya kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS ” Baik”.

Memperhatikan hasil pada siklus I peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh.

Hambatan-hambatan yang ditemukan pada sikus I seperti efektivitas penyampaian informasi-informasi tentang cara penyusunan RKS yang masih bersifat umum dan belum optimalnya bimbingan/informasi yang diberikan dalam penyusunan RKS hal ini terbukti kepala sekolah belum mencapai nilai maksimal dalam menyusun RKS. Hambatan tersebut disempurnakan dalam siklus II.

2. Siklus II

Pada siklus II, observasi yang di lakukan peneliti adalah dengan menceklist lembar observasi yang telah di buat. Hasil observasi pada siklus II sebagai berikut:

(4)

98

Tabel 4.2 Observasi kemampuan kepala sekolah mampu menyusun rencana kerja sekolah Kode Kepala

Sekolah

Hasil Observasi Sikap

Nilai RKS

Kesiapan Bahan

Kerjasama Total Skor

Kategori

A 8 90 90 9 197 Sangat Baik

B 8 90 85 9 192 Sangat Baik

C 8 90 85 9 192 Sangat Baik

Data yang diperoleh dari hasil observasi dari siklus II ini, Kepala Sekolah dengan Kode A dalam menyusun RKS dengan Total Skor 197 artinya dalam kategori sangat baik. Dan Kepala Sekolah dengan kode B dalam menyusun RKS dengan Total Skor 192 artinya dalam kategori sangat baik, sedangkan Kepala Sekolah dengan kode C dalam menyusun RKS dengan Total Skor 192 artinya dalam kategori sangat baik,.

Sedangkan dari hasil penilaian terhadap RKS yang disusun oleh kepala sekolah diperoleh nilai 90 dengan kategori baik. Hal ini berarti nilai RKS 90 artinya kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS ” Sangat Baik”.

Memperhatikan hasil pada siklus I dan terhadap hasil yang diperoleh pada siklus II ini sudah ada peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS walaupun belum maksimal yaitu 8,93% . Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif Kepala Sekolah mampu menyusun RKS yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Yang pada awalnya sekolah tidak memiliki RKS dan tidak memiliki perencanaan, jadi setelah dibimbing melalui Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif menghsilkan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang sesuai dengan karakteristik sekolah masing masing, walaupun belum mencapai optimal namun sudah ada peningkatan.

Pelaksanaan pendampingan oleh pengawas sekolah dengan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif berlangsung dengan suasana kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan.

Disamping itu hubungan antara pengawas dengan Kepala Sekolah bersifat obyektif serta didasari hubungan manusiawi yang sehat. Selanjutnya interaksi antara pengawas dilandasi oleh nilai nilai tersebut melahirkan tanggungjawab bersama dalam upaya perbaikan pengelolaan sekolah .

Masalah yang dihadapi dalam penerapan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif ini adalah kurangnya waktu dalam penyusunan RKS mengingat tugas Kepala Sekolah sangat banyak dan komplek . Namun setelah terjadi proses pembinaan langung ke sekolah sekolah secara kekeluargaan, disamping pendampingan kelompok dan berdasarkan informasi kepala sekolah cara ini sangat efektif sehingga Kepala Sekolah bisa memiliki Rencana Kerja Sekolah ( RKS ) komprehensif. Hal ini sesuai dengan makna kata Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif pada dasarnya adalah suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan kemampuan seorang kepala sekolah atau sekelompok Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah ( RKS ).

3. Pembahasan

Memperhatikan hasil pada siklus I peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh.

Hambatan-hambatan yang ditemukan pada sikus I seperti efektivitas penyampaian informasi-informasi tentang cara penyusunan RKS yang masih bersifat umum dan belum optimalnya bimbingan/informasi yang diberikan dalam penyusunan RKS hal ini terbukti kepala sekolah belum mencapai nilai maksimal dalam menyusun RKS. Hambatan tersebut disempurnakan dalam siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif Kepala Sekolah mampu menyusun RKS yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Yang pada awalnya sekolah tidak memiliki RKS dan tidak memiliki perencanaan, jadi setelah dibimbing melalui Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif menghsilkan Rencana Kerja Sekolah ( RKS ) yang sesuai dengan karakteristik sekolah masing masing, walaupun belum mencapai optimal namun sudah ada peningkatan.

Pada siklus I diperoleh nilai rata terhadap RKS yang disusun yaitu 74,70 dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 8,93% sehingga nilai rata rata RKS yang dihasilkan pada siklus II adalah 81,37.

Pelaksanaan pendampingan oleh pengawas sekolah dengan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif berlangsung dengan suasana kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan. Disamping itu

(5)

99

hubungan antara pengawas dengan Kepala Sekolah bersifat obyektif serta didasari hubungan manusiawi yang sehat. Selanjutnya interaksi antara pengawas dilandasi oleh nilai nilai tersebut melahirkan tanggungjawab bersama dalam upaya perbaikan pengelolaan sekolah .

Masalah yang dihadapi dalam penerapan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif ini adalah kurangnya waktu dalam penyusunan RKS mengingat tugas Kepala Sekolah sangat banyak dan komplek . Namun setelah terjadi proses pembinaan langung ke sekolah sekolah secara kekeluargaan, disamping pendampingan kelompok dan berdasarkan informasi kepala sekolah cara ini sangat efektif sehingga Kepala Sekolah bisa memiliki Rencana Kerja Sekolah ( RKS ) komprehensif.

Hal ini sesuai dengan makna kata Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif pada dasarnya adalah suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan kemampuan seorang kepala sekolah atau sekelompok Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS ). Berikut adalah grafik peningkatan kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Rencana Kerja Sekolah.

Gambar 1. Peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RPS

Dengan dilaksanakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif penyusunan RKS yang dilakukan secara kekeluargaan, Kepala Sekolah merasa terbantu dalam melaksanakan tugas tugasnya selaku kepala sekolah khususnya dalam penyusunan perencanaan sekolah. Disamping hal tersebut sekolah mimiliki RKS yang bertujuan untuk : (1) agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai , (2) mendukung koordinasi antar pelaku sekolah, (3) adanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat, (5)penggunaan sumberdaya secara efisien, efektifan berkelanjutan. Dengan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif kemampuan Kepala Sekolah dapat ditingkatkan utamanya kemampuan menyusun RKS. Hal ini dibuktikanYang semula Para Kepala Sekolah tidak mampu membuat RKS Kemudian Diadakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif dan bimbingan.

Simpulan

Dengan dilaksanakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif penyusunan RKS yang dilakukan secara kekeluargaan , Kepala Sekolah merasa terbantu dalam melaksanakan tugas tugasnya selaku kepala sekolah khususnya dalam penyusunan perencanaan sekolah. Disamping hal tersebut sekolah mimiliki RKS yang bertujuan untuk : (1) agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai , (2) mendukung koordinasi antar pelaku sekolah, (3) adanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan pengawasn, (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat , (5) penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif dan berkelanjutan. Dengan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif kemampuan Kepala Sekolah dapat ditingkatkan utamanya kemampuan menyusun RKS. Hal ini dibuktikan Yang semula Para Kepala Sekolah tidak mampu membuat RKS Kemudian Diadakan Pendampingan Manajerial secara Kolaboratif dan bimbinga rata- rata perolehan nilai RKS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dari Siklus I sebesar 74,70 menjadi 81,37 di Siklus II Terjadi peningkatan sebesar 8,93%.

(6)

100 Daftar Pustaka

Adawiyah, Robiatul. 2016. Profesionalitas Guru dan Pendidikan Karakter Arikonto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rieka Cipta

Badudu,J.S. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Gramedia

Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, 2008. Pedoman Penelitian Tindakan

Sekolah (school Action Research) Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan.

Bandung, Remaja Rosdakarya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41, 2007. Standart Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan

Saukah, A. & Waseso, MG. 2006. Menulis Artikel Untuk Jurnal Ilmiah. Malang : Universitas Negeri Malang Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara

Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, Desertasi, Artikel, Laporan penelitian. Malang : UM Press

Dharma, Surya. Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008.

Makawimbang, Jerry H.Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alfbeta. 2011.

Sahertian,Piet A. Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2008

Sudrajat, Akhmad. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Jakarta : Musyawarah kerja pengawas, 2009), http//depdiknas, diakses tanggal 23 Maret 2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa remediasi menggunakan metode learning together memberikan perubahan positif yang signifikan

Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku pengorganisasian ( organizing behavior ) yakni bagaimana seorang bawahan terlibat dalam proses bertransaksi dan

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia (persentil 50). Tentu saja prinsip ini memiliki banyak kekurangan karena hanya bisa digunakan

DAS Blorong merupakan Daerah Aliran Sungai yang melintasi 2 kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kendal dan Kabupaten Kota Semarang. Perubahan penggunaan DAS Blorong, dimana

Sampel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah perusahaan LQ 45.. selama periode 2009-2011, sedangkan sampel yang digunakan

c) p e me nuhan ko nstruksi daya dukung muatan (bearing capacity) yang diperlukan untuk me nopang muatan (landfill dan limbahnya) diatasnya. Sistem pendeteksi kebocoran

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan

Dengan memvariasi prosentase penambahan zeolit, kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan, diharapkan dapat diperoleh kondisi optimum proses reduksi limbah melalui