• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk mewujudkan suatu wilayah menjadi daerah tujuan wisata adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pembentukan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif guna menggali potensi alam yang terpendam, upaya ini dimaksudkan agar dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Pengembangan kepariwisataan ditujukan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain aspek kelestarian budaya dan lingkungan, aspek peningkatan penduduk daerah, aspek pelayanan terhadap wisatawan. Industri pariwisata sering dianggap sebagai jawaban untuk menjawab berbagai masalah ekonomu, dipandang dapat menciptakan lapangan kerja baru yang jelas akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi.

(Gamal Suwantoro, 1997 : 14).

Blangkon merupakan sebuah penutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari busana adat Jawa tidak semua orang Jawa dapat membuat blangkon karena pembuatan blangkon memerlukan keterampilan dan keahlian khusus, maka dari itu blangkon memiliki nilai sebagai sebuah tradisi dan sebuah karya seni yang dapat dijadikan sebagai sebuah cinderamata khas Kota Solo yang menarik untuk diteliti. Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kota Solo pun mengapresiasikan karya seni yang unik dan

(2)

commit to user

menarik ini untuk mereka miliki sebagai cinderamata atau souvenir khas Kota Solo. Blangkon tidak hanya ada di Kota Solo di Yogyakarta, Kedu, Banyumas, Sunda juga memiliki blangkon tetapi tentu saja dengan bentuk yang berbeda-beda pada setiap daerah tersebut. (http://kebudayaanindonesia.net)

Karya Seni merupakan salah satu unsur budaya manusia yang keberadaannya telah mengalami berbagai perkembangan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Dimulai dari bentuk-bentuk seni yang sedarhana di zaman prasejarah hingga mencapai bentuk yang lebih kompleks di zaman modern seperti sekarang. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahan yang berbeda. Kata sebi berasal dari kata “SANI” yang artinya jiwa yang luhur atau ketulusan hati. Kata Art (Inggris) bermaksna kemahiran, art (s) dapat diartikan sebagai kegiatan atau hasil pernyataan perasaan keindahan manusia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Seni)

Dalam bahasa Sansekerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berati berwarna, dan kata jadinya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk- bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata bentuk cilpa berati pewarnaan, arti ini kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut dengan seniman. Saat itu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni sebagai ekspresi pribadi belum ada dan seni merupakan ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Pemahaman ini pada kenyataannya tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja tetapi juga terdapat di Barat pada masa lampau. Menurut Plato filsuf dari Yunani, seni adalah

(3)

commit to user

hasil tiruan alam (Ars Imitatur Narutam). Padangan Plato ini menganggap bahwa suatu karya seni merupakan tiruan obyek / benda yang ada di alam, atau karya yang sudah dibuat sebelumnya.

Dari beberapa uraian pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa seni adalah segala kegiatan manusia untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain, yang divisualisasikan dalam tata susunan yang indah dan menarik, sehingga dapat menimbulkan kesan rasa senang atau puas bagi yang menghayatinya (Ida Herawati, 1999 : 47).

Cinderamata adalah suatu karya hasil dari tangan manusia yang dibuat secara khusus untuk mencirikhaskan daerah tertentu dan dapat dikenang oleh seseorang yang memilikinya. Cinderamata sangat beragam wujudnya, baik dari bahan yang digunakan, wujud yang menarik atau unik dan bentuknya. Salah satu wujud cinderamata yang ada di Kota Solo adalah blangkon.

Keberadaan cinderamata blangkon ada nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. Blangkon merupakan sebuah tutup kepala yang digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Blangkon, sebagai bagian dari satu kesatuan pakaian lelaki dan yang merupakan unsur perlengkapan kebudayaan Jawa. Blangkon Di Kota Solo, ada dua jenis blangkon, yaitu blangkon untuk abdi dalem dan blangkon untuk masyarakat umum. Blangkon untuk abdi dalem diberi nama Cekok Mondol. Ciri khas blangkon ini terletak pada mondolan atau bulatan di belakang dan di atasnya terdapat bentuk dasi kupu-kupu. Sementara blangkon untuk masyarakat umum disebut Solo Ksatriyan, dengan ciri bulatan kecil pada bagian belakang. Dari blangkon yang awalnya sebuah kelengkapan untuk pakaian tradisional sekarang mulai mengalami perubahan blangkon dapat dijadikan sebuah

(4)

commit to user

souvenir khas Kota Solo. Dengan adanya perubahan ini membuat para pengrajin blangkon di Potrojayan menerima banyak pesanan dan blangkon yang di Potrojayan memiliki varian dan tampilan yang berbeda dengan beberapa kreasi baru sesuai dengan pemesanan. Terobosan ini dilakukan para perajin untuk merespon kepentingan pasar yang lebih luas agar dapat diterima oleh setiap lapisan masyarakat dari segala usia. Peminat blangkon Solo sendiri tidak hanya berasala dari wisatawan domestik tetapi juga wisatawan mancanegara. Seperti dari Jerman, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, dan Malaysia. Mereka membawa pulang blangkon Solo sebagai souvenir yang unik dan menarik. Sehingga blangkon Solo telah mengangkat nama Kota Solo dikenal luas di dunia.

(Wawancara dengan Ananta Ketua Paguyuban Blangkon Potrojayan pada tanggal 28/05/2015).

Semakin diminatinya blangkon untuk dijadikan sebuah cinderamaa khas Kota Solo menjadikan kampung Potrojayan yang terletak di Kecamatan Serengan ini sebagai pusat industri kerajinan blangkon sejak tahun 1970an. Nama Potrojayan sendiri berasal dari nama pendiri Pondok Pesantren Jamsaren yaitu Kyai Potro Jaya. Dulunya kampung Potrojayan merupakan tempat tinggal para prajurit keraton, dan awalnya pada masa Sri Susuhunan Paku Buwana V, Mbah Joyo warga di daerah ini diminta untuk membuat blangkon untuk para prajurit Keraton Kasunanan Solo jika ada acara jumenengan. Setelah melihat hasil pembuatannya bagus, lalu untuk pemesanan blangkon prajurit keraton di serahkan kepada warga Kampung Potrojayan kepada Mbah Joyo. Tidak diketahui secara pasti dari mana Mbah Joyo memiliki keterampilan membuat blangkon. Untuk model blangkon yang pertama dibuat oleh Mbah Joyo pada waktu itu bermotif

(5)

commit to user

Solo Cekok. Sedangkan pada waktu itu hanya terdapat beberapa pengrajin pembuat blangkon. Dan secara turun temurun para pengrajin mewariskan keahliannya kepada anak dan cucu mereka agar keterampilan membuat blangkon tidak terputus pada satu generasi dan hilang ditelan jaman tanpa bekas.

(Wawancara bapak Ananta ketua paguyuban blangkon Potrojayan 28/05/2015) Berdasarkan hal diatas, maka dapat diketahui lebih jauh tentang kerajinan blangkon di Potrojayan yang dapat dikembangkan menjadi sebuah cinderamata khas Kota Solo maka diadakan penelitian dengan judul “Kerajinan Blangkon di Potrojayan Sebagai Cinderamata Khas Kota Solo”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kampung Potrojayan dapat menjadi sentra kerajinan blangkon di Kota Solo?

b. Jenis-jenis dan varian blangkon apa saja yang ada di Potrojayan?

c. Bagaimana perkembangan industri kerajinan blangkon di Potrojayan sebagai cinderamata?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kampung Potrojayan dapat menjadi sentra kerajinan blangkon di Kota Solo.

(6)

commit to user

2. Untuk mengetahui Jenis-jenis dan varian blngkon apa saja yang ada di Potrojayan.

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan industri blangkon di Potrojayan sebagai cinderamata.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis

Memberikan masukan terhadap pengembangan pasar industri kerajinan blangkon di Kota Solo dalam mendatangkan wisatawan serta menerapkan masukan dan ide-ide baru dalam melaksanakan pengelolaan pasar industri kerajinan blangkon di Kota Solo, sehingga pembaca mengetahui gambaran mengenai industri wisata blangkon se sebagai suatu karya yang dapat menjadikannya sebagai cinderamata khas Kota Solo.

2. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kerajinan blangkon.

b. Mengembangkan dan mempromosikan kerajinan blangkon sebagai cinderamata khas Kota Solo.

3. Manfaat Akademik

a. Menambah ilmu pengetahuan tentang industri kerajinan blangkon di Kota Solo dalam rangka pengembangan diri untuk mencapai puncak sukses.

(7)

commit to user

b. Menambah wawasan dan pengalaman serta memberikan informasi kepada para pembaca.

E. Kajian Pustaka

Secara umum kepariwisataan adalah semua kegiatan dan urusan yang kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Secara khusus kepariwisataan adalah segala yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek wisata dandaya taril wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”.

Pari berarti berkeliling, sedangkan wisata berarti perjalanan. Jadi pariwisata

adalah perjalanan berkeliling (From one place to another palce).

Pariwsata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan berusaha dan mencari nafkah di suatu tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya atau rekreasi atau untuk mencari keinginan yang beraneka ragam.

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

(8)

commit to user

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebgai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

2. Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata yang lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau Negara yang dikunjungi. Apabila mereka di daerah atau Negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka bisa disebut palancong/excursionist (Gamal Suwantoro, 1997 : 4).

Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam dengan tujuan perjalanan dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini :

a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan olah raga.

b. Bisnis atau mengunjungi teman dan keluarga. (Happy Marpaung, 2002 : 36)

3. Kerajinan

Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan), kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerjinan tangan ini menghasikan hiasan atau benda seni

(9)

commit to user

maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan).

Arti lain dari kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya.

(Kadjim, 2011 : 10) 4. Cinderamata

Cinderamata adalah suatu kaya hasil dari tangan manusia yang dibuat secara khusus untuk mencirikhaskan daerah tertentu dan dapat dikenang oleh seseorang yang memilikinya. Cinderamata sangat beragam wujudnya, baik dari bahan yang digunakan, wujud yang menarik atau unik dan bentuknya. Di Indonesia cinderamata sering juga disebut dengan souvenir, oleh-oleh, atau buah tangan. Souvenir adalah barang –barang kerajinan tangan yang merupakan hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah benda- benda yang terbuang da tidak berharga menjadi produk-produk kerajinan tangan yang menarik dan diminati banyak orang terutama para wisatawan.

Cinderamata adalah sesuatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke rumahnya untuk kenangan yang terkait dengan benda itu. Cinderamata dapat berupa pakaian seperti kaos atau topi, dan peralatan rumah tangga seperti cangkir atau mangkok, asbak, sendok, jam pasir maupun piring. Benda-benda tersebut dapat ditulisi untuk menandai asalna. Wisatawan dapat pula membeli cindermata sebagai kenang-kenangan untuk orang lain. Di Jepang, cinderamata dikenal sebagai meibutsu (produk yang dikaitkan dengan

(10)

commit to user

kawasan tertentu) dan benda lain yang dapat dibagi bersama seseorang.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Cendera_mata)

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Industri pembuatan blangkon dan tempat penjualan kerajina blangkon yang terletak di Kota Solo.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun tugas akhir, untuk data yang diperlukan kebenaran maka disini peneliti mengumpulkan data dengan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya :

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Poerwandar, 1998).

Penelitian melakukan tanya jawab dengan pengrajin blangkon, pengelola industri kerajian blangkon dan wisatawan yang berkunjung.

Dengan adanya wawancara tersbut dapat menambah data atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan informan.

Wawancara melibatkan beberapa informan, yaitu antara lain :

(11)

commit to user

1) Ananta Ketua Paguyuban Blangkon di Potrojayan

2) Sugiyanto pengrajin blangkon dan wakil ketua paguyuban blangkon di Potrojayan

3) Djazuli pengrajin blangkon di Potrojayan 4) Wardoyo pengrajin blangkon di Potrojayan b. Obeservasi

Observasi merupakan cara pengumpulan suatu data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan ikut terlibat serta berpartisipasi dalam proses melihat langsung kerajinan blangkon di Potrojayan, serta mencatat langsung keadaanya berkaitan dengan keunikannya. Dengan metode ini data-data yang diperoleh akan lebih cermat dan dapat dipertanggung jawabkan. Observasi ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015

c. Studi Dokumen

Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berupa sumber tertulis sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam studi dokumen data yang dipergunakan penulis adalah Buku Panduan Blangkon dari Ketua Paguyuban Blangkon di Potrojyan, Foto Kerajinan Blangkon Tahun 2015.

d. Studi Pustaka

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang lebih akurat melalui buku-buku yang berhubungan dengan isi laporan. Studi pustakan dilakukan di perpustakaan jurusan Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

(12)

commit to user

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret dan dari Ketua Paguyuban Blangkon Potrojayan. Selain itu, data juga diperoleh dari buku-buku pribadi.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat.

(13)

commit to user

G. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan ini merupakan garis besar dari masalah yang akan dibahas lebih lanjut, kemudian disusun secara lebih urut dan sederhana. Garis besar tersebut yaitu:

Bab I Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Sejarah Potrojayan sebagai sentra industri blangkon di Kota Solo, Sejarah dan tradisi Blangkon, Jenis-jenis Blangkon.

Bab III Pengenalan Pembuatan Blangkon dan Pemenuhan Kebutuhan Lingkungan Sendiri, Kerajinan Blangkon sebagai Pemenuhan Busana Adat, Kerajinan Blangkon sebagai cinderamata.

Bab IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran terhadap semua rumusan masalah yang dibahas.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan top down yaitu inisiatif pengembagan yang dimulai dari lapangan atau dimulai dari guru-guru sebagai implementator,

Hasil yang dicapai adalah perangkat ajar Pengenalan Huruf dan Membaca dalam Bahasa Inggris, perangkat ajar yang berbasis multimedia yang dapat digunakan oleh

1) Leverage PT “X” berada pada posisi yang cukup baik, namun masih perlu perhatian, karena masih terjadi 1 kali peningkatan rasio hutang perusahaan. Namun secara

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Studio musik bisa juga diartikan sebagai sebuah ruang khusus kegiatan musik di dalamnya dengan sistem akustik yang baik sehingga kegiatan bermusik di dalamnya tidak akan

kembali meyakinkan jemaat tentang penyertaan Tuhan dan konsekuensi logis dari semua tindakan mereka (2 Kor. Argumen retorikal Paulus untuk menegur dan mengajak jemaat