• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATA KULIAH INOVASI KURIKULUM Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATA KULIAH INOVASI KURIKULUM Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kolompok

MATA KULIAH

INOVASI KURIKULUM

“ Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum”

OLEH :

KELOMPOK I

Darman

Adwan

Anggra iniwwinarti

Asep Firman Nurdin

Alwas Muis

Dermawan

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KOSENTRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHMMADIYAH KENDARI

2014

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga akan memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karenaa begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.

Dalam memngembangkan kurikulum tentunya tidak secara spontan dikembangkan tetapi harus mempunyai pendekatan dan model yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum.Dengan demikian dalam pembahasan makalah ini kami menbahas tentang “Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum”.

B. Rumusan masalah

Dari uaraian dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adala Bagaimana konsep pendekatan dan model pengembangan kurikulum?

C. Tujuan

Dari uraian masalah diatas, yang menjadi tujuan dalam makalh ini adalah untuk memahami konsep pendekatan dan model pengembangan kurikulum.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.

Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan

(4)

hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Dilihat dari cakupan pengembangannya apakah curriculum

constructions atau curriculum improvement, ada dua pendekatan yang dapat

diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

a. Pendekatan Top Down

Pendekatan Top Down adalah pendekatan dengan system komando dari atas kebawah. Dikatakan top down disebabkan pengemangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan seperti kementrian pendidikan, Dirjen pendidikan atau para kepala kantor wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan garis komando, pengembangan kurikulum menetes kebawah.

Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di Negara-negara yang memiliki system pendidikan sentralisasi.

Dilihat dari cakupan pengembangannya pendekatan top down bisa dil barakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum construction) maupun penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curriculum improvement).

Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini adalah seperti di gambarkan pada gambar berikut ini :

(5)

Pejabat/Pengarah : Keputusan dan Kebijakan Pengembangan Kurikulum

Tim Panitia Konsep Umum

Landasan Rujukan

Kepalah sekolah, Guru-Guru Uji Coba, Sosialisasi,

Penyebar Luasan

- Revisi dan Penyempurnaan - Persiapan Uji Coba

Kurikulum Operasional - Tujuan Pendidikan/ Pembelajaran - Subtansi Materi - Alternatif Metode - Evaluasi Produk 1 2 3

Gambar Pendekatan Top Down

Dari Gambar diatas, maka tampak jelas bahwa inisiatif perubahan dan penyempurnaan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum atau para pejebat yang berhubungan dengan pendidikan, sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan. Oleh karena itulah proses pengembangan dengan pendekatan top down dinamakan juga dengan pendekatan system komando.

b. Pendekatan Grass roots

Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan top down yaitu inisiatif pengembagan yang dimulai dari lapangan atau dimulai dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan pendekatan dari bawah keatas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum, walaupun dalam skala yang terbatas mungin juga digunakan dalam mengembangkan kurikulum baru.

Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini yaitu :

(6)

1) Menyadari adanya masalah. Pendekatan Grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya didasarka ketidak cocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganngu. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. 2) Mengadakan Refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka

selanjutnya mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalahyang kita hadapi.

3) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan hasil kajian refleksim serta menetapkan berbagai kemugkinan munculnya masalah dengan cara penanggulangannya.

4) Menertukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan dengan situasi dan kondisi lapangan.

5) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi.

6) Membuat dan menyusun hasil pelaksanaan pengembangan melalui Grass roots. Langkah ini sangat pendting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat diterapkan oleh orang lain yang pada giliranya hasil pengembangan dapat tersebar.

Manakala kita perhatikan, peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass roots sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan dengan pendekatan ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengemabangan akan tetapi sebagai motivator dan fasilitator.

(7)

B. Model Pengembagan Kurikulum

1. Pengertian Model Pengembangan kurikulum

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii). Jadi, Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan.

Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutya menjelaskan manfaat model adalah sebagai berikut :

a. Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia.

b. Model dapat mengintegrasikan selurh pengetahuan hasil obserfasi dan penelitian.

c. Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks d. Model dapat digunakansebgai pedoman untuk melakukan kegiatan.

2. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya adalah :

a. Model Tyler

Pengembangan Model Kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengemabngan

(8)

kurikulum dalam bentuk langkah-langkah kongkret atau tahapan-tahapan secar rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum yaitu:

1. Menentukan Tujuan

2. Menentukan Pengalaman Belajar (Learning Experiences) 3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar

4. Evaluasi b. Model Taba

Model ini merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru 2) menguji unit eksperimen

3) mengadakan revisi dan konsolidasi

4) pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum 5) implementasi dan desiminasi

c. Model Oliva

Model Oliva, yang berprinsip bahwa kurikulum itu harus sederhana,

komprehensif dan sistematis. Secara siklus garis besar dan berurutan terdiri atas uraian filosofis, uraian tujuan pembelajaran umum (goals), dan tujuan pembelajaran khusus (objectives), desain perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Model Oliva:

Langkah-langkah model kurikulum ini dikenal sebagai The Twelve-Components, tetapi dapat diuraikan menjadi 17 (tujuh belas) langkah, yaitu:

1) Merinci kebutuhan-kebutuhan peserta didik secara umum 2) Merinci kebutuhan-kebutuhan masyarakat

3) Menuliskan pernyataan filosofis dan tujuan pendidikannya.

(9)

5) Merinci kebutuhan-kebutuhan komunitas tertentu

6) Merinci kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan mata pelajaran 7) Merinci Tujuan Institusional

8) Merinci Tujuan Kurikuler

9) Mengorganisasi dan mengimplementasikan kurikulum 10) Merinci Tujuan Pembelajaran Umum

11) Merinci Tujuan Pembelajaran Khusus 12) Memilih strategi-strategi pembelajaran 13) Memulai menyeleksi strategi-strategi evaluasi 14) Melaksanakan strategi-strategi pembelajaran

15) Melakukan seleksi terakhir atas strategi-strategi evaluasi

16) Mengevaluasi dan memodifikasi komponen-komponen pembelajaran 17) Mengevaluasi dan memodifikasi komponen-komponen kurikulum d. Model Beauchamp

Kurikulum model sistemik Beauchamp mengidentifikasi serangkaian pembuatan keputusan penting dalam dunia pendidikan yang saat ini masih terpakai dalam pengimplementasian rangkaian materi ajar. Ada beberapa pemikiran Beaucham yang berpengaruh terhadap penerapan kurikulum, diantaranya sebagai berikut:

1. Adanya arena rekayasa kurikulum. Untuk mengimplemntasikan kurikulum pendidikan harus ada wadah yang tepat berupa wadah/lembaga pendidikan guna bagaimana menerapkan, mengevaluasi dan merevisi pengembangan rekayasa kurikulum tersebut. Dengan adanya arena rekayasa kurikulum maka diharapkan mampu menunjukkan perbandingan ketepatan-mana yang bisa terpakai dan mana yang memerlukan perbaikan yang berlanjut.

2. Memilih dan melibatkan: 1) spesialis, tenaga spesialis merupakan tenaga ahli dalam bidang rancang bangun kurikulum pendidikan. Tenaga spesialis ini mampu menciptakan bentuk yang tepat dengan membaca perkembangan zaman sehingga pendidikan secara terus menerus berkembang, 2) guru kelas, tenaga pendidik sebagai ujung tombak

(10)

pendidikan karena guru yang mengajar di kelas paling banyak mengetahui perkembangan materi ajar, dengan demikian guru 99% keterlibatannya dalam me-update kurikulum pendidikan setiap saat, 3) para profesional dalam sistem sekolah, tenaga profesional bisa menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan pendidikan karena dengan hadirnya tenaga profesional berarti melakoni satu bidang ilmu dengan sebaik dan seoptimal mungkin dengan tujuan menerampilkan peserta didik itu sendiri, dan 4) para profesional ditambah beberapa anggota masyarakat dari berbagai lapisan yang diambil secara refresentatif. Tenaga profesional dan masyarakat sebagai pemilik product pendidikan maka sangat diperlukan saran kritikan yang hadir dari mereka.

3. Organisasi dan prosedur perencanaan kurikulum, yakni langkah-langkah yang harus diikuti dalam merumuskan tujuan, menganalisis kompetensi, memilih materi dan kegiatan belajar. Tujuan merupakan hakikat dari sebuah rancangan, peserta didik mampu melakukan, terampil mengerjakan sesuatu yang ada dari materi ajar, peserta didik mampu mengembangkan bermacam-macam tiori sesuai dengan perkembangan. Lalu, menganalisis perkembangan kurikulum terkait dengan materi ajar-apakah relevan dengan kekinian atau tidak. Selanjutnya, memilih materi pelajaran perlu dilakukan karena menyesuaikan dengan konteks yang ada, dan melakukan kegiatan belajar dengan berbagai usaha dengan tujuan agar peserta didik dengan mudah memahami, menguasai, memperaktikkannya, menyenangkan dan terus menerus senang belajar (Darul Aman, 2011).

4. Implementasi kurikulum. Penerapan kurikulum merupakan reaksi masukan dari berbagai elemen dan sesuai dengan perkembangan pendidikan sehingga akan menghasilkan pengetahuan objektif dan mampu/trampil meningkatkan tarap hidup masyarakat.

5. Evaluasi kurikulum. Dalam hal ini minimal memiliki empat dimensi: 1) evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan guru, 2) evaluasi desain kurikulum, 3) evaluasi lulusan, 4) evaluasi sistem kurikulum.

(11)

Gambaran di atas, menunjukkan bahwa evaluasi terhadap pengembangan kurikulum modelBeaucham ini digunakan untuk memberikan kesinambungan serta pertumbuhan dari tahun ketahun atau perseuaian dengan konteks. Secara umum, model ini sudah dianggap lengkap (ada rancangan, tujuan, analisis, dan evaluasi), namun masih terdapat berbagai pertanyaan yang tak terjawab dalam proses rekayasa kurikulum. Dalam beberapa hal, model ini hampir sama dengan model administratif, terutama dalam orientasinya dari atas kebawah (bersifat sentralistik).

e. Model Wheeler

Menurut Wheeler, pengembangan kerikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Menurut wheeler proses pengembangan kurikulum merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan. Wheeler berpendapat bahawa proses pengembangan kurikulum terjadi dari lima fase atau tahap. Setiap tahap dalam proses ini merupakan suatu pekerjaan yang harus berlangsung secara berurut atau sistematis. Maksudnya disini adalah kita tidak mungkin dapat menjalankan atau menyelesaikan tahap kedua kalau tahap pertama belum terselesaikan atau dikerjakan. Namun demikian manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali lagi ke tahap awal. Demikian seterusnya sehingga proses pengembangan daripada sebuah kurikulum berlangsung secara terus menerus tanpa ada ujungnya.

Tahap-tahap pengembangan kurikulum menurut Wheeler teridri dari 5 tahap yaitu:

1. Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus.

Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin,

(12)

merumuskan tujuan merupakan hal yang harus dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai akan menjadi tidak.

2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.

3. Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman belajar yang di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal. 5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian

tujuan.Disini setelah proses pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting, hal itu karena proses penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian

(13)

daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi karena evaluasi suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya,yang mana informasi ini akan sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.

Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran) yang mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu system yang terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling berhubungan satu sama lain.

f. Model Nicholls

Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus. Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:

(14)

1. Analisis sesuatu

2. Menentukan tujuan khusus

3. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran 4. Menentukan dan mengorganisasi metode 5. Evaluasi

g. Model Dinamic Skilbeck

Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,b adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development) Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis sesuatu 2) Memformulasikan tujuan 3) Menyususn program

4) Interpretasi dan implementasi

(15)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pendekatan pengembangan kurikulum ada 2 jenis, yaitu Pendekatan Top Down sebagai pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan Pendekatan Grass-Root sebagai inisiatif pengembangan kurikulum yang dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, atau disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.

Model-model pengembangan kurikulum meliputi: 1. Model Tyler, 2. Model taba 3. Model Oliva 4. Model beauchamp 5. Model Wheeler 6. Model Nicholls

7. Model dynamic skilbeck B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan para calon pendidik tentang pendekatan dan model pengembangan kurikulum.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

http://www.scribd.com/doc/32248702/Prinsip-Pengembangan-Kurikulum-Endick http://www.lintasgayo.com/8893/pengembangan-kurikulum-model-sistemik-dari-beauchamp.html http://ernywati.blogspot.com/2011/06/model-pengembangan-kurikulum-menurut.html

Gambar

Gambar Pendekatan Top Down

Referensi

Dokumen terkait

Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifkasi nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam pembelajaran, (b) guru lebih sedikit member informasi dan

Peran stakeholders dalam pengembangan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat dioptimalkan melalui pendekatan ’grass -roots ‟ yang pelaksanaannya

Inisiatif pengembangan kurikulum model ini berada di tangan guru- guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari beberapa

Ada beberapa model pengembangan kurikulum, (1) Model Ralph Tyler; (2) Model Administratif; (3) Model Grass Roots; (4) Model Demonstrasi; (5) Model Miller-Seller;

Dewasa ini telah banyak dikemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya: Model Ralph Tyler, Model Administratif, Model Grass Roots,

Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah sekaligus5.

pendekatan grass roots. Pengembangan kurikulum ini dimanifestasikan pada penambahan jam pelajaran dan materi ajar, yaitu pada mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang

Implementasi dalam Pengembangan Proses dan Penilaian Hasil Belajar Proses pembelajaran dengan menggunakan pengembangan kurikulum model grass roots berlandaskan pada aktivitas dan