• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Perdagangan Internasional

Faktor utama penyebab timbulnya perdagangan internasional adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran (Nopirin, 2007). Perdagangan internasional terjadi karena dua alasan: (1) negara- negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain, sehingga setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang lebih baik; (2) negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi yang berarti negara dapat menghasilkan barang tertentu dengan skala lebih besar dan efisien dibanding harus memproduksi segala jenis barang (Faisal Basri, 2010:32-33).

Beberapa keuntungan melakukan perdagangan antara lain (Sadono Sukirno, 2010) :

a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, karena setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang- barang yang dibutuhkan.

b. Memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.

Walaupun suatu negara dapat memproduksikan sesuatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tetapi ada kalanya adalah lebih baik apabila negara mengimpor barang tersebut dari luar negeri. Dengan mengadakan spesialisasi dan

(2)

perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan: (a) faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan efisien dan (b) setiap negara dapat menikmati lebih banyak dari yang diproduksikan di dalam negeri.

c. Memperluas pasar industri-industri dalam negeri.

d. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas, karena perdagangan internasional memungkinkan negara tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik.

Beberapa pandangan mengenai perdagangan mengalami banyak perubahan, dimulai dari kaum merkantilisme yang berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan banyak ekspor dan sedikit impor. Surplus ekspor yang dihasilkan berupa logam mulia, khususnya emas dan perak, sehingga semakin banyak logam mulia maka semakin kaya dan kuat negara tersebut. Peran negara dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan menjadi sangat dominan guna mendorong atau meningkatkan ekspor dan menekan atau membatasi impor. Untuk memperoleh banyak logam mulia maka kebijakan ekonomi negara banyak yang diarahkan untuk bekerjasama dengan pada pedagang.

Sedangkan pada masa teori klasik, Adam Smith mengemukakan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keuntungan absolut (absolute advantage). Bahwa, jika dalam memproduksi sebuah komoditi sebuah negara lebih efisien atau memiliki keunggulan absolut daripada

(3)

negara lain namun kurang efisien dalam memproduksi komoditi lainnya, maka untuk memperoleh keuntungan, setiap negara harus memproduksi masing-masing komoditi yang memiliki keunggulan absolut kemudian menukarkan dengan komoditi lain yang kurang efisien dengan negara lain yang dengan keuntungan absolutnya mampu memproduksi komoditi lain tersebut. Jadi setiap negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage) (Hady, 2001:29).

Kemudian David Ricardo pada tahun 1817 menjelaskan mengenai hukum keunggulan komparatif dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dalam memproduksi komoditi dibandingkan dengan negara lain, masih tetap dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Hukum keunggulan komparatif ini didasarkan pada sejumlah asumsi tertentu yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi dan (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja atau nilai maupun harga sebuah komoditi tergantung dari jumlah tenaga kerja yang digunakan.

(4)

Dalam teori modern dijelaskan bahwa fungsi produksi itu sama dan faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam comparative advantage adalah proporsi dari kepemilikan faktor produksi. Teori tersebut disebut juga dengan faktor proportions theory oleh Hecksher & Ohlin, bahwa terdapat perbedaan dalam opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki tiap negara (Hady, 2001). Ketika negara tersebut dalam proses produksi barang terdapat faktor produksi yang relatif lebih langka atau mahal maka akan melakukan impor barang yang lebih murah. Sebaliknya, jika suatu negara memiliki faktor produksi yang relatif banyak sehingga biaya produksinya rendah maka akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor barang tersebut.

Selain itu, ada pula Wessily Leontief (1953) seorang pelopor dalam analisis input-output melalui studi empiris yang dilakukannya (Hady, 2001: 43). Sistem pemikirannya mencakup tabel-tabel mengenai input (faktor produksi) dan output (hasil produksi). Susunan tabel tersebut menunjukkan kegiatan satu sektor yang dikaitkan dengan sektor lain atau arus barang yang dihasilkan tiap sektor kemudian diteruskan ke sektor lain (dijual) akan memberikan hasil penjualan sebagai penerimaan dari sektor semula.

2. Model perdagangan Intra-Industry Trade (IIT)

Memasuki tahun 1980an tren perdagangan internasional mulai bergeser ke perdagangan produk dari industri sejenis (Intra-Industry Trade), baik pada negara maju maupun baru (Arifin, 2008: 79). Intra

(5)

Industry Trade (IIT) dapat diartikan sebagai perdagangan barang manufaktur yang berbeda tetapi industrinya sama (Wibowo, 2009).

Proporsi intra-industry trade di dunia secara terus-menerus berkembang lebih selama setengah abad terakhir, sehingga sumbangannya bertambah dari seperempat menjadi setengah dari perdagangan dunia (Krugman, 2012: 199).

Menurut Krugman dan Obstfeld dalam Wibowo 2009, keuntungan dalam perdagangan internasional dari intra-industri akan lebih besar dibandingkan dengan inter-industri karena pasar bertambah besar.

Menurut Austria (2004) terdapat lima penyebab terjadinya intra-industry trade (Arifin, 2008: 79):

a) Industri tersebut merupakan industri weight gaining, yang berarti produk tersebut memiliki nilai tambah seiring dengan bertambahnya kegiatan produksi.

b) Cara produksi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan mengalokasikan segmen hasil produksi yang bersifat padat karya ke negara berkembang guna memperoleh pendapatan lebih karena adanya upah buruh yang lebih murah. Kemudian produk jadi hasil produksi di negara berkembang diekspor kembali ke negara maju semula.

c) Produk termasuk dalam kategori musiman dan terdapat perbedaan siklus musin antara negara-negara yang berdagang. Sehingga suatu negara akan memproduksi produk tersebut kemudian

(6)

mengekspornya, kemudian pada musim lain negara tersebut akan mengimpor dari negara lain.

d) Produk diproduksi secara simultan, misalnya minyak dan turunannya. Produksi tersebut biasanya dilakukan melalui proses bertingkat dan kapasitas produksinya tidak sama, sehingga negara dengan kapasitas berlebih akan mengekspor produk tersebut.

Sebaliknya, akan melakukan impor produk dengan kapasitas produksi yang tidak mencukupi permintaan dalam negri.

e) Adanya entrepot trade yang biasa terjadi pada produk impor bukan untuk konsumsi dalam negri melainkan untuk diekspor kembali.

Dengan adanya al tersebut, negara akan memberikan jasa tertentu seperti packaging dan labeling sebelum diekspor kembali.

3. Kebijakan dalam perdagangan internasional

Kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional (Nopirin, 2007:49). Mencakup tindakan pemerintah tentang ekspor dan impor barang maupun jasa terhadap neraca pembayaran internasional.

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/ mendorong pertumbuhan industri

(7)

dalam negeri dan penghematan devisa, sedangkan di bidang ekspor untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara (Hamdy Hady, 2001: 66).

Kebijakan perdagangan internasional dapat dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan :

a. Kebijakan tarif

Tarif adalah biaya masuk yang dikenakan oleh suatu negara atas barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis. Ditinjau dari mekanisme penghitungannya, dibedakan menjadi :

1) Tarif ad valorem (ad valorem tariff) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Misalnya, suatu negara memungut 25% atas nilai atas harga dari setiap unit mobil.

2) Tarif spesifik (specific tariff), dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Misalnya, pungutan 10 dolar untuk setiap unit mobil.

3) Tarif campuran (compound tariff) adalah gabungan dari tarif ad valorem dan spesifik.

Tujuan kebijakan tarif adalah untuk mencegah dan membatasi impor barang tertentu (proteksi) dan meningkatkan penerimaan negara (revenue).

b. Non tarif

Kebijakan non tarif adalah berbagai kebijakan perdagangan selain penerapan biaya masuk yang dapat menimbulkan distorsi,

(8)

sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Hady, 2001: 72).

1) Kuota

Kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap kuota atau jumlah impor yang bertujuan untuk melindungi produksi dalam suatu negara pada sektor-sektor tertentu dan melindungi neraca negara. Beberapa jenis kuota impor diantaranya:

a) Absolute atau unilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain.

b) Negotiated atau bilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih.

c) Tariff quota adalah gabungan antara tarif dan quota. Untuk sejumlah barang tertentu barang diizinkan masuk dengan tarif tertentu, tambahan impor masih diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

d) Mixing kuota adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir.

2) Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringangan, pengembalian pajak, fasilitas kredit,

(9)

subsidi harga dan lain-lain yang bertujuan untuk menambah produksi dalam negeri, mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri dan menjual produk dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk impor (Hamdy Hady, 2001).

Apabila pemerintah bertujuan menaikkan produksi dalam negeri atau menurunkan impor, penggunaan subsidi dipandang lebih baik daripada dengan kebijakan tarif. Subsidi secara periodik harus dianggarkan dalam anggaran belanja, oleh karena itu manfaatnya harus ditinjau setiap tahun sejalan dengan perkembangan atau perubahan keadaan sosial ekonomi.

3) Dumping

Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran atau penjualan suatu komoditi ke luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Jika telah dilakukan penyidikan tentang apakah telah terjadi perdagangan luar negeri yang tidak jujur (unfair trade) dan menyebabkan kerugian bagi industri dalam negerinya atau disebut juga injury test, maka negara dapat mengenakan anti-dumping duties (Hady, 2001:81)

4) Kartel-kartel internasional

Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai negara (atau organisasi yang menghimpin pemerintahnya) yang sepakat untuk membatasi

(10)

outputnya dan mengandalikan ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan atau meningkatkan keuntungan mereka.

5) Voluntary Export Restraint (VER)

Dilakukan dalam bentuk kesepakatan di antara negara- negara pengekspor untuk membatasi pengapalan komoditas mereka ke negara pengimpor (Arifin, 2008: 64).

6) Domestic Concent Requirement

Dilakukan melalui penggunaan regulasi kandungan domestik yang bertujuan membatasi impor dan mendorong perkembangan industri domestic (Arifin,2008: 65). Pengaturan domestik khusus dengan melakukan penerapan ketentuan persentase tertentu dari nilai total suatu produk harus diproduksi di dalam negeri agar produk tersebut dapat dijual di pasar dalam negeri.

7) Precautionary Principles and Sanitary Barriers to Trade

Diusulkan sebagai justifikasi atas pembatasan perdagangan oleh pemerintah dalam konteks kesehatan dan lingkungan, yang terkadang sering disertai bukti ilmiah (Arifin, 2008: 66).

8) Import Licenses

Merupakan salah satu bentuk hambatan non tarif dimana importir suatu komoditas tertentu diminta memiliki izin untuk dapat melakukan pengiriman atas barang yang akan diimpor (Arifin, 2008: 65).

(11)

9) Import State Trading Enterprises (ISTEs)

Merupakan agen-agen yang dimiliki oleh pemerintah yang bertindak sebagai importir pembeli tunggal secara penuh atau sebagian atas komoditas tertentu atau satu set komoditas tertentu (Arifin, 2008: 65).

10) Technical Barriers to Trade

Dilakukan dalam bentuk penerapan peraturan teknis mengenai packaging, definisi produk, labelling dan lain-lain (Arifin, 2008: 65).

11) Certificate of Origin (CoO)

Dilakukan dalam bentuk memberikan kepastian jaminan atas reputasi dan kualitas suatu produk. CoO merupakan salah satu bentuk dari subsidi biaya untuk memodifikasi kualitas investasi suatu perusahaan dan kuantitas untuk produk yang ditawarkan (Arifin, 2008: 64).

12) Exchange Rate Management Policies

Diterapkan dengan menggunakan kebijakan nilai tukar untuk menghambat impor pada saat yang sama mendorong ekspor suatu komoditas (Arifin, 2008: 66).

Hambatan-hambatan non tarif penting lainnya adalah hambatan non tarif non kuantitatif. Hambatan non tarif non kuantitatif ini dapat dikelompokkan sebagai berikut (Donald., dkk, 2004 : 165) : 1) Partisipasi pemerintah langsung dalam perdagangan

(12)

Partisipasi pemerintah secara langsung biasanya adalah melalui subsidi. Kebijakan pengadaan barang pemerintah merupakan salah satu yang menghambat pembelian barang impor oleh instansi pemerintah. Selain itu kebijakan pemerintah lainnya adalah memberi persyaratan produk-produk yang dibeli oleh instansi pemerintah harus memiliki ketentuan kandungan lokal minimum.

2) Prosedur pabean dan administratif lainnya

Meliputi beraneka ragam kebijakan dan prosedur pemerintahan baik yang mengadakan diskriminasi terhadap impor maupun yang menguntungkan eskspor. Misalnya, produk yang diimpor dikenakan tarif bea masuk yang berbeda.

3) Standar

Pemerintah maupun swasta menetapkan standar yang rumit dan diskriminatif terhadap perusahaan ekspor untuk melindungi kesehatan dan keselamatan warga negaranya.

4. Teori Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi diartikan sebagai satu kawasan ekonomi tanpa frontier (batas antar negara) dimana setiap penduduk maupun sumber daya dari setiap negara anggota bisa bergerak bebas (Achsani dalam Santosa, 2008). Menurut Balassa integrasi merupakan konsep dinamis melalui penghapusan diskriminasi di antara negara yang berbeda maupun dalam konsep statis dengan melihat ada tidaknya perbedaan diskriminasi (Arifin, 2008: 25).

(13)

Secara umum integrasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dimana sekelompok negara berupaya untuk meningkatkan tingkat kemakmurannya (Arifin, 2008: 26). Enam tahapan dalam integrasi ekonomi menurut Bela Balassa (Arifin, 2008 : 33) :

a. Prefential Trading Area (PTA)

Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk produk- produk tertentu dari negara tertentu dengan melakukan pengurangan tarif namun tidak menghilangkan sama sekali.

b. Free Trade Area (FTA)

Suatu kawasan dimana tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing-masing negara tetap menetapkan tarif mereka masing-masing terhadap negara bukan anggota.

c. Custom Union (CU)

Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara anggota dan menetapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota.

d. Common Market (CM)

Merupakan custom union (CU) yang juga meniadakan hambatan- hambatan pada pergerakan faktor-faktor produksi (barang, jasa, aliran modal). Kesamaan harga dari faktor-faktor produksi diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien.

e. Economic Union (EU)

(14)

Merupakan suatu common market (CM) dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan (termasuk kebijakan struktural).

f. Total Economic Integration

Penyatuan moneter, fiskal dan kebijaka sosial yang diikuiti dengan pembentukan lembaga supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat seluruh negara anggota.

Beberapa dampak dari integrasi ekonomi adalah (Hosny, 2013):

a. Teori integrasi ekonomi tradisional (analisis statis)

Dampak integrasi ekonomi oleh Viner (1950) atau dikenal dengan analisis statis adalah trade creation dan trade diversion.

Trade creation adalah ketika dua negara atau lebih membuat perjanjian perdagangan sehingga akan terjadi pergeseran dari negara supplier dengan harga yang tinggi menjadi supplier dengan harga yang lebih rendah dari negara anggota. Dengan adanya trade creation maka negara anggota dalam sebuah kesepakatan akan mendapat barang-barang yang lebih efisien dalam proses produksinya dari negara anggota lainnya.

Trade diversion adalah ketika terdapat pergeseran impor atau supplier dengan harga yang lebih murah dari negara bukan anggota ke supplier dengan harga yang lebih tinggi dari negara anggota.

Hal ini terjadi karena terdapat tarif yang lebih tinggi untuk negara non anggota daripada tarif bagi negara anggota. Jadi bisa dikatakan bahwa trade creation merupakan dampak positif, sedangkan trade

(15)

diversion adalah dampak negatif dari integrasi ekonomi terhadap kesejahteraan.

b. Teori baru integrasi ekonomi (analisis dinamis)

Konsep integrasi yang diperkenalkan Balassa (1962) serta Cooper dan Massell (1965), yaitu konsep integrasi ekonomi dinamis. Teori Balassa tentang integrasi ekonomi secara dinamis membuktikan bahwa analisis statis pada trade creation dan trade diversion secara sederhana belum mencakup dalam menganalisis keuntungan bagi kesejahteraan dari integrasi ekonomi.

Menurut Balassa (1962) dalam Allen (1963) bahwa dampak analisis dinamis dari integrasi ekonomi adalah economics of scale, perubahan teknologi, meningkatkan persaingan, serta berdampak pada struktur pasar dan persaingan, pertumbuhan produktivitas, risiko dan ketidakpastian dan kegiatan investasi. Persaingan dengan produk luar negeri bisa mendorong produsen dalam negeri untuk memproduksi barang lebih efisien. Semakin luasnya pasar baik bagi produsen maupun tenaga-tenaga profesional sehingga dapat mendorong timbulnya spesialisasi yang menurunkan biaya produksi. Konsumen dapat menikmati barang yang harganya lebih murah sehingga kesejahteraan akan meningkat.

Selain itu, meluasnya pasar juga mendorong persaingan dan akan mengembangkan penelitian serta pengembangan. Dengan hal tersebut selanjutnya dapat menumbuhkan iklim untuk perubahan teknologi. Persaingan yang terus meningkat dan adanya perubahan

(16)

teknologi menjadi peluang melakukan investasi untuk memanfaatkan kesempatan atau iklim yang baik tersebut. Schiff dan Winters (1998) menyimpulkan bahwa definisi dari efek dinamis integrasi ekonomi merupakan sesuatu yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.

Integrasi ekonomi akan menimbulkan beberapa manfaat dan kerugian, antara lain (Arifin, 2008 : 55):

a. Manfaat Integrasi Ekonomi

1) Proses integrasi ekonomi akan terjadi peningkatan kompetisi aktual dan potensial di antara pelaku pasar, baik pelaku pasar di dalam negara maupun luar negara atau pelaku pasar dalam sekelompok negara maupun di luar kelompok negara. Dengan adanya kompetisi tersebut diharapkan akan mendorong harga barang dan jasa yang sama lebih rendah, meningkatkan variasi kualitas dan pilihan yang lebih luas bagi kawasan yang terintegrasi.

2) Desain produk, metode pelayanan, sistem produksi dan distribusi serta aspek lain akan menjadi tantangan, sehingga akan mendorong perubahan arah dan intensitas dalam inovasi dan kebiasaan kerja dalam suatu perusahaan.

3) Tercapainya skala ekonomi melalui pasar yang lebih luas akan mendorong peningkatan efisiensi perusahaan melalui berkurangnya biaya produksi.

(17)

4) Integrasi ekonomi akan menstimulasi aliran investasi dan perdagangan intra-regional yang lebih tinggi serta munculnya perusahan-perusahaan yang mampu berkompetisi secara global.

b. Kerugian Integrasi Ekonomi

1) Integrasi ekonomi internasional akan membatasi kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri.

2) Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau pengorbanan sebesar yang diberikan oleh masing-masing negara yang berintegrasi dalam satu kawasan.

3) Kemungkinan hilangnya pekerjaan dan potensi menjadi pasar bagi negara yang tidak mampu bersaing.

4) Berpotensi menimbulkan pengangguran di dalam negeri dan ketergantungan akan produk impor yang lebih murah, karena hambatan masuk yang lebih rendah untuk tenaga kerja dan produk dari negara lain dalam satu kawasan.

5. ASEAN Economic Community (AEC)

ASEAN Economic Community merupakan tujuan akhir dari realisasi integrasi ekonomi sesuai dengan visi ASEAN 2020. Pembentukan AEC ditujukan untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi, lebih dinamis dan kompetitif melalui mekanisme baru untuk memperkuat dan mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas, pergerakan tenaga kerja yang lebih mudah dan memperkuat mekanisme intitusi ASEAN. Selain itu ditujukan pula untuk mengatasi

(18)

kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi dari Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam (CMLV). Karakteristik utama ASEAN Economic Community, yaitu: (a) pasar tunggal dan basis produksi: (b) kawasan ekonomi dengan daya saing tinggi; (c) kawasan yang pembangunan ekonominya merata: dan (d) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

Dalam mewujudkan ASEAN sebagai kawasan pasar tunggal dan basis produksi terdapat lima elemen utama, yaitu: (1) Aliran bebas barang; (2) Aliran bebas jasa; (3) Aliran bebas investasi; (4) Aliran bebas modal dan (5) Aliran bebas tenaga kerja terampil.

Selain itu juga mencakup dua komponen penting yakni Priority Integration Sectors (PIS) yang mencakup 12 sektor meliputi: (1) Produk berbasis kayu [Wood based product]; (2) Otomotif [Automotives]; (3) produk berbasis karet [Rubber based product]; (4) Tekstil dan pakaian [Textile and apparels]; (5) Produk berbasis pertanian [Agro based products]; (6) Perikanan [Fisheries]; (7) Elektronik [Electronics]; (8) e- ASEAN; (9) Kesehatan [Healthcare]; (10) Perjalanan udara [Air travel];

(11) Pariwisata [Tourism] dan (12) Jasa Logistik [logistic] dan kerjasama di bidang pangan, pertanian dan kehutanan.

Skema Penurunan Tarif dan Non-Tarif

Skema penurunan tarif untuk mewujudkan ASEAN Economic Community sudah dimulai melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Untuk mempercepat proses ASEAN dalam integarasi ekonomi 2015, maka jadwal penurunan tarif dan non tarif sesuai dengan persetujuan Common

(19)

Efective Prevential Tariff for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) yang sudah dikaji ulang.

a) Penghapusan tarif

Tindakan yang dilakukan diantaranya adalah:

1) Penghapusan biaya masuk barang kecuali yang terdaftar dalam Sensitive List (SL) dan Highly Sensitive List (HSL). Untuk ASEAN-6 selambat-lambatnya pada 2012, CMLV pada 2015 dengan fleksibilitas pada 2018.

2) Penghapusan biaya masuk produk Priority Integration Sectors (PIS).

3) Penahapan produk-produk Sensitive List dengan tariff 0-5%

selambat-lambatnya pada 2010 untuk ASEAN-6, 2013 untuk Vietnam, untuk Laos dan Myanmar 2015 serta untuk Kamboja pada 2017.

b) Penghapusan non-tarif

1) Peningkatan transparasi dengan mematuhi Protocol on Notification Procedure dan penyusunan Surveilance Mechanism dengan efektif.

2) Penghapusan seluruh hambatan non-tarif selambat-lambatnya untuk ASEAN-5 pada 2010, Filipina pada 2012 dan CMLV pada 2015 dengan fleksibilitas 2018.

3) Peningkatan transparasi langkah-langkah kebijakan non-tarif.

c) Menetapkan Rule of Origin (ketentuan asal barang) sesuai dinamika perubahan dalam proses produksi global sehingga mempermudah perdagangan dan investasi ASEAN, memperluas produksi kawasan,

(20)

mendorong UMKM, mengatasi kesenjangan pembangunan dan meningkatkan pemanfaatan skema CEPT-AFTA.

d) Dalam hal fasilitas perdagangan yakni menyederhanakan, menyelaraskan dan menstandarisasi mulai dari proses, prosedur serta informasi terkait kepabeanan dan perdagangan. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi ASEAN sehingga dapat meningkatkan daya saing dan mempermudah proses integrasi ASEAN.

e) Dalam hal sistem standar, jaminan mutu, regulasi teknik, akreditasi dan prosedur lain diselaraskan. Selain itu peningkatan dalam infrastruktur teknis serta pengujian barang berdasarkan prosedur dan pedoman diakui baik secara regional maupun internasional.

f) Dalam sektor jasa salah satunya adalah dengan mengurangi hambatan dalam perdagangan pada sektor prioritas jasa, yakni transportasi udara, e-ASEAN, pariwisata dan kesehatan pada 2015.

g) Dalam upaya meningkatkan daya saing ASEAN dalam penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/ FDI) maka tata aturan investasi dibuat bebas dan terbuka. Perlindungan investasi diperbaiki menjadi lebih baik bagi investor serta investasi yang akan dicakup.

Serta pembuatan prosedur, regulasi, peraturan dan kebijakan investasi yang lebih transparan, dapat diprediksi dan konsisten.

6. Teori Keseimbangan Umum

Pengembangan model keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis dampak dari suatu kebijakan secara kuantitatif yang dipelopori oleh Leontief, Manne, Johansen, Jorgensen, Adelman, Shoven

(21)

dan Whalley (Dixon et al. dalam Hadiyanto, 2012). Teori keseimbangan umum dinilai lebih unggul dari teori keseimbangan parsial, karena analisisnya didasarkan atas teori ekonomi mikro, namun konstruksi model keseimbangan umum dapat menjembatani ekonomi mikro dan ekonomi makro (Oktaviani, 2000 dalam Haryadi, 2008).

Dalam perekonomian terdapat keterkaitan antara satu pasar dengan pasar lainnya yang menyebabkan perubahan pada satu pasar karena perubahan pasar lainnya. Keseimbangan umum tercapai ketika permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar berada dalam kondisi keseimbangan secara simultan, baik pasar komoditas maupun pasar faktor produksi (Haryadi, 2008). Jika terjadi gangguan yang mengakibatkan ketidakseimbangan (disequilibrium) maka secara parsial akan disesuaikan di pasar yang bersangkutan dan kemudian pasar lain akan menyesuaikan sehingga membawa perekonomian kembali pada keseimbangan baru secara keseluruhan (Haryadi, 2008).

Keseimbangan umum dapat tercapai bila perekonomian diasumsikan dalam kondisi pasar persaingan sempurna dan tidak terdapat kondisi increasing returns to scale (Sudarsono 1995 dalam Hadiyanto, 2012).

Keseimbangan yang terjadi di semua pasar pada suatu perekonomian membentuk model ekonomi yang disebut Computable General Equilibrium (CGE) (Hadiyanto, 2012). Dalam model CGE pada cakupan pasar komoditas maupun faktor produksi terdapat sekumpulan fungsi permintaan dan penawaran serta pula persamaan yang menentukan arus pendapatan dari setiap pelaku (Hadiyanto, 2012).

(22)

Computabel General Equilibrium Models (CGE) merupakan yang terbaik untuk menganalisis kebijakan pada struktur ekonomi sosial, harga dan fenomena makro ekonomi (Sadoulet, 1995). Dalam model CGE juga terdapat beberapa variabel makro seperti investasi dan tabungan, neraca pembayaran dan anggaran pemerintah. CGE bertujuan untuk mensimulasi dampak ekonomi dan sosial pada beberapa skenario diantaranya (Sadoulet, 1995):

a) Guncangan dari luar (foreign shock), misalnya kenaikan harga minyak impor atau harga barang di negara tujuan ekspor utama turun dan berkurangnya dukungan pinjaman dari luar negeri. Sehingga secara tidak langsung shock dari luar akan berdampak pada perekonomian.

Desain langkah-langkah stabilisasi secara empiris terdapat pada model CGE.

b) Berubahnya kebijakan ekonomi (changes in economic policies). Pajak dan subsidi merupakan instrument penting dalam kebijakan sektor perdagangan. Model ini digunakan untuk melihat besarnya perubahan dan komposisi dari pendapatan pemerintah dan investasi.

c) Perubahan pada struktur ekonomi dan sosial (changes in domestic economic and social structure), seperti perubahan teknologi pada sektor pertanian dan pembentukan sumber daya manusia.

Struktur model CGE (Sadoulet, 1995)

1. Agents and their behavior (Agent ekonomi dan perilakunya)

Agen-agen ekonomi dapat diidentifikasi pada SAM (Social Accounting Matrix), tapi tidak pada model CGE. Pada model CGE

(23)

perilaku yang digambarkan adalah perilaku produsen, pedagang (traders) dan rumah tangga. Pada model CGE, produsen menentukan keuntungan maksimum, besarnya produksi dan pembelian input produksi berdasarkan pada harga dasar. Produk domestik dan impor dianggap sebagai substitusi tidak sempurna dan komposisi penawaran domestik tergantung pada harga relatif. Rumah tangga pada model CGE memaksimalkan utilitas dan konsumsi berdasarkan pendapatan dan harga. Pengeluaran riil pemerintah dianggap konstan sedangkan pajak, tabungan dan distribusi pendapatan dianggap sebagai koefisien konstan.

2. Market Equilibrium

Pada model CGE, semua akun dianggap endogen dan harus berada dalam kondisi keseimbangan. Penjualan produk oleh produsen, besarnya pemasukan, pengeluaran perusahaan dan rumah tangga dan investasi tergantung pada besarnya tabungan (savings). Anggaran pemerintah selalu dalam keadaan seimbang tanpa melihat apakah masih tersedianya tabungan ataukah defisit, akan dihitung dari residunya. Tetapi untuk akun lain perlu dilakukan rekonsiliasi antara penawaran dan permintaan. Penawaran dan permintaan komoditi pada pasar barang, faktor produksi pada pasar faktor produksi dan valuta asing pada pasar valuta asing. Fleksibilitas harga dan determinan endogen pada harga keseimbangan dispesifikasi dari harga komoditas, harga faktor produksi dan nilai tukar.

(24)

3. Macroconstraints

Terdapat empat komponen makro ekonomi pada CGE yaitu neraca pembayaran, keseimbangan tabungan dan investasi, anggaran pemerintah dan penawaran agregat dari faktor produksi primer.

Kendala neraca pembayaran adalah tingkat defisit yang terjadi.

Beberapa perubahan pada pinjaman, kondisi ekspor impor akan mempengaruhi ekonomi karena adanya perubahan nilai tukar riil.

Tabungan dan investasi memainkan peran kecil dalam model CGE.

Sedangkan pada anggaran pemerintah akan diperhitungkan semua konsekuensinya dalam setiap kebijakan yang dibuat. Misalnya, liberalisai perdagangan tidak akan terimplementasi dengan baik jika tidak menaikkan pajak ataupun meningkatkan pendapatan pemerintah.

Sebaliknya, kebijakan pada tiap sektor dari pemerintah akan berdampak pada sektor lainnya.

4. Data Requirement

Data dalam model CGE merupakan replikasi dari data tahun dasar pada SAM, dimana terdapat transaksi antara rumah tangga dan transfer pemerintah baik dari atau ke rumah tangga.

B. Penelitian Terdahulu 1.

Makro dan Sektoral Ekonomi Indonesia: Pendekatan Model Ekonomi 011.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak dari liberalisasi perdagangan pada sektor pertanian berdasarkan agenda

(25)

DOHA-WTO. Dengan menggunakan GTAP versi 7, simulasi yang dilakukan adalah: (i) penurunan tarif bea masuk pada sektor pertanian pada negara maju 70% dan berkembang 36%; (ii) penurunan tarif bea masuk sektor pertanian sebesar 100% atau secara penuh baik negara maju ataupun berkembang. Sektor dan region diagregasi menjadi 19 sektor dan 14 region. Aspek makro yang dilihat meliputi kesejahteraan, PDB, neraca perdagangan, investasi, konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah. Sedangkan secara sektoral, akan dianalisis dampaknya terhadap output, harga, ekspor, impor dan kesempatan kerja di Indonesia.

Hasil menunjukkan bahwa peningkatan PDB tiap negara baik maju maupun berkembang relatif kecil pada semua simulasi yang dilakukan.

Baik ekspor maupun impor akan mengalami peningkatan di tiap negara.

Pertumbuhan impor akan lebih besar daripada pertumbuhan ekspor di Philipina, Brazil, Rusia, China dan Indonesia. Sedangkan Australia, Vietnam, Bangladesh, India, Amerika Serikat dan Thailand penigkatan ekspornya yang lebih besar. Investasi hanya akan berdampak positif di negara China, Bangladesh, Brazil dan Philipina. Output pertanian negara maju akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Sedangkan untuk Indonesia, liberalisasi perdagangan akan berdampak negatif terhadap output sektor pertanian.

2. an Sektor Pertanian

dkk., pada tahun 2008.

(26)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan WTO dalam penghapusan hambatan perdagangan terhadap PDB, ekspor, impor dan produksi dalam negeri khususnya sektor pertanian di negara-negara maju dan berkembang. Dengan menggunakan database GTAP dan simulasi penelitian berupa penghapusan segala tarif dan subsidi ekspor serta dukungan domestik di tiap negara maju dan berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua negara mengalami penurunan output dengan menghapus dukungan domestik dan penurunan ekspor setelah subsidi ekspor dihapus. Selain itu, ketika tarif impor dihapus maka setiap komoditi mengalami peningkatan impor hapir di tiap negara. Hampir semua negara mengalami penurunan output dan nilai ekspor tiap sektor khususnya pertanian, sedangkan untuk volume impor hampir semua negara mengalami peningkatan. Beberapa negara yang mengalami penurunan dalam impor diduga karena output dalam negeri meningkat. Oleh karena itu negara berkembang harus mampu meningkatkan daya saingnya agar mampu bersaing dengan negara maju.

3. Impacts of ASEAN Agricultural Trade Liberalization on ASEAN-6 Economies and Income Distribution in Indonesia eh Rina Oktaviani, dkk pada tahun 2008

Penilitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak dari liberalisasi perdagangan ASEAN terhadap variabel makro ekonomi di ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, Singapore dan Vietnam). Variabel ekonomi makro yang ingin diketahui adalah GDP, Terms of Trade (ToT), inflasi, ekspor, impor dan output dari sektor

(27)

pertanian. Dengan menggunakan GTAP, simulasi penelitian ini adalah menghapus tarif pada produk sektor pertanian kecuali sensitive dan highly list. Selain itu dilakukan pula simulasi dengan kombinasi antara penghapusan tarif dengan peningkatan fasilitas sebesar 10% pada sektor keuangan dan bisnis. Hasil penelitian menunjukkan dampak positif beberapa negara ASEAN pada GDP dan ToT kecuali Indonesia yang tidak menunjukkan perubahan (0%). Output, ekspor dan impor beberapa sektor pertanian negara ASEAN juga akan mengalami kenaikan dengan simulasi yang dilakukan. Jika tidak memasukkan sensitive list dan highly sensitive list, liberalisasi akan tetap memberi dampak positif terhadap GDP kecuali Philipines. Ketika fasilitas perdagangan ditingkatkan, hanya Indonesia dan Malaysia yang akan mengalami surplus perdagangan. Secara umum, kesejahteraan negara ASEAN dengan ketiga skenario akan meningkat dengan peningkatan terkecil yaitu negara Indonesia. Oleh karena itu proteksi produk sensitive dan highly sensitive perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, khususnya sektor pertanian.

4. Trans Pasific Stategic Economic Partnership With Japan, South Korea and China Integrate: General Equilibrium Approach

Todsadee Areerat, dkk., pada tahun 2012

Peneliti bertujuan untuk mengetahui dampak liberalisasi perdagangan sebelum dan sesudah Jepang, Korea Selatan dan China bergabung dengan Trans Pasific Strategic Economic Partnership Agreement (TPP). Dengan menggunakan model GTAP penelitian ini diagregasikan menjadi 15 sektor dan 17 region. Simulasi yang dilakukan adalah menghapus semua tarif

(28)

pada tiap sektor di negara anggota TPP. Hasil dari simulasi yang dilakukan adalah negara-negara anggota baru dalam TPP termasuk Jepang, Korea Selatan dan China akan memperoleh manfaat lebih dari GDP dan kesejahteraan akan meningkat. Produksi beras akan meningkat secara signifikan di sembilan negara kecuali Jepang, Korea dan Selandia Baru.

Pada sektor industri mengalami penurunan produksi kecuali sektor manufaktur di Jepang, Korea dan China yang mengalami sedikit peningkatan. Secara umum, simulasi menunjukkan bahwa ekspor yang dilakukan akan lebih besar daripada impor. Maka dengan adanya penghapusan tarif pada liberalisasi perdagangan TPP akan menguntungkan baik dari segi ekonomi dan kesejahteraan.

5. Assessing the Impact of the ASEAN Economic Community Hiro Lee dan Michael G. Plummer pada tahun 2011.

Dengan menggunakan Computable General Equilibrium (CGE), penelitian ini bertujuan untuk mencari dampak dari ASEAN Economic Community. Dampak yang dilihat adalah pada kesejahteraan ekonomi, arus perdagangan dan output sektoral. Skenario yang dilakukan pada penelitian ini adalah penghapusan hambatan perdagangan tarif dan non tarif, pengurangan biaya administrasi, teknis dan margin transportasi perdagangan serta kombinasinya. Hasil dari tiap skenario yang dilakukan menunjukkan kesejahteraan negara ASEAN akan meningkat dari adanya implementasi dari ASEAN Economic Community (AEC). Dari pengurangan biaya administrasi dan tarif impor berdampak pada meningkatnya impor di negara-negara ASEAN. Selain itu output sektoral

(29)

rata-rata tiap negara akan meningkat. Secara umum simulasi pemberlakuan AEC melalui penghapusan hambatan perdagangan, administrasi dan teknis serta peningkatan kompetisi dan perbaikan infrastruktur akan berdampak positif pada negara intra ASEAN.

C. Kerangka Teoritis

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Integrasi ekonomi kawasan dinilai mampu memberi manfaat bagi negara anggota. Namun integrasi ekonomi juga dapat membawa dampak negatif pada beberapa negara anggota. ASEAN Economic Community merupakan realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi kawasan ASEAN. Beberapa keputusan dalam ASEAN Economic Community (AEC) terkait perdagangan bebas barang, jasa dan investasi sesuai dengan komitmen dan jadwal Common Efective Preverential Tariff (CEPT) diantaranya adalah:

Database Awal GTAP versi 8

Database dengan agregasi

RunGTAP

Simulasi Shock Hasil Simulasi

Output, nilai ekspor dan nilai impor tiap sektor Kesejahteraan

Investasi dan GDP Arus

Perdagangan

Libealisasi non- tariff (menghapus hambatan di luar

tariff) Liberalisasi tariff

Menjadi 5% dan 0%

Eksekusi

Pengurangan biaya perdagangan Keputusan

AEC sesuai komitmen

CEPT

(30)

1. Penghapusan hambatan tarif

a. Menghapus bea masuk seluruh barang intra ASEAN dalam daftar Inclusion List.

b. Menghapus bea masuk produk Priority Integration Sectors (PIS).

c. Penahapan produk Sensitive List dengan tariff 0-5% sesuai dengan skema CEPT.

2. Penghapusan hambatan non-tarif untuk ASEAN.

3. Prosedur, proses dan arus informasi terkait kepabeanan dan perdagangan dibuat yang sederhana, terselaraskan dan terstandarisasi yang bertujuan dapat mengurangi biaya transaksi ASEAN.

Dengan menggunakan pendekatan Global Trade Analysis Project (GTAP) versi 8 hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana dampak keputusan ASEAN Economic Community bagi negara ASEAN maupun negara lain.

Dengan menggunakan GTAPAgg dilakukan agregasi region dan komoditas sesuai penelitian. Berdasarkan keputusan dalam CEPT dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community maka akan dibuat simulasi dan dieksekusi dengan RunGTAP. Simulasi dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dampak pemberlakuan ASEAN Economic Community terhadap arus perdagangan, PDB, investasi dan kesejahteran (welfare) tiap negara baik ASEAN maupun negara lain. Selain itu untuk mengetahui bagaimana dampak AEC terhadap output, nilai ekspor dan impor tiap sektor prioritas (Priority Integration Sectors/PIS).

Referensi

Dokumen terkait

mempunyai kepentingan dalam hal tidak dipenuhinya persyaratan itu, telah menghalangi pemenuhan itu. Penyebutan suatu alasan yang palsu harus dianggap tidak ditulis,

Kebutuhan tenaga non kesehatan di Rumah Sakit Khusus Mata Prima ision ditentukan dengan cara perhitungan sesuai standar yang telah ditetapkan yang kemudian dibuat

Protein ( asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “ yang paling utama” ) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer

Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan

Terdapat beberapa hal yang mendorong mun- culnya sistem borongan, antara lain: (1) jadwal tanam secara serentak untuk meng- hambat serangan hama wereng dan tikus

Pada hasil praktikum dapat diketahui bahwa beberapa sampel minyak goreng Hemart yang telah digunakan untuk menggoreng tempe 1 kali, tahu 1 kali dan 2 kali memiliki angka peroksida

sehingga timbul rasa iri dikalangan anggota yang belum mendapatkan fasilitas kredit. Secara makro tampak bahwa pemilihan jenis usaha yang sesuai dengan potensi daerah