• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagaian dari pembangunan nasional yang termasuk kedalam prinsip otonomi daerah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagaian dari pembangunan nasional yang termasuk kedalam prinsip otonomi daerah,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagaian dari pembangunan nasional yang termasuk kedalam prinsip otonomi daerah, untuk mendukung dalam penyelenggaraan otonomi tersebut dibutuhkan otoritas yang luas, nyata dan absolut serta bertanggungjawab di setiap daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai tindak lanjut penyelenggaraan otonomi daerah menjawab kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi dan semangat pembaharuan tentang demokratisasi antara hubungan pusat dengan daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Kita ketahui bahwasanya negara kita Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai macam potensi pariwisata, baik itu wisata alami, wisata buatan, dan wisata buatan dikarenakan Indonesia memiliki macam-macam kebudayaan, suku, dan adat istiadat ditambah dengan letak geografis Indonesia yang berada dijalur khatulistiwa dengan iklim tropis memiliki keindahan alam dan satwa yang berlimpah.

Pariwisata merupakan salah satu alternatif pemasukan bagi pendapatan daerah maupun negara. Bahkan di era sekarang negara-negara maju di belahan dunia memfokuskan bidang pariwisatanya untuk dikembangkan. Terkait dengan pernyataan diatas, bahwasanya kepariwisataan memiliki peran penting dalam memperluas dan meratakan kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan, memajukan pembangunan daerah, dan memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, serta memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaan dalam memperkokoh identitas bangsa dan menjalin tali persaudaraan antar bangsa.

Definisi pariwisata menurut (Yoeti, 1996) suatu perjalanan sementara waktu yang dilakukan dari satu tempat ketempat yang lain, dengan tujuan untuk mencari kenikmatan hidup guna bertamasya atau memenuhi keinginan batin yang beragam. Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa apriwisata merupakan kegiatan wisata yang

(2)

2 didukung fasilitas-fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah guna melayani kebutuhan wisatawan.

Sebagai negara yang memiliki potensi yang berlimpah, keanakaragaman budaya dan sejarah, Indonesia memiliki sumber daya alam bisa memberikan peningkatan ekonomi bagi negara dengan cara mengelola sumber daya tersebut dengan maksimal. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Melewati pariwisata dan pengembanganya sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya yang bernilai tinggi bagi suatu daerah apabila sumber dayanya dikelola dengan baik oleh manusia kompeten yang menjadikan suatu tempat wisata yang dapat memberikan nilai ekonomi dengan menarik pengunjung baik dalam maupun luar negeri. Tidak hanya nilai ekonomi yang didapat, dengan pariwisata dapat meningkatkan rasa bangga terhadap tanah air sehingga tumbuh rasa peduli terhadap suatu bangsa.

Dalam rangka pengembangan pariwisata, maka pembangunan pariwisata harus mengutamakan pemanfaatan sumber daya alam yang ada, makin besar sumber daya alam yang dimiliki suatu Negara sejalan dengan harapan untuk pembangunan dan pengembangan pariwisata. akan tetapi, bila keinginan hasil yang maksimal dari pembangunan dan pengembangan ini harus ditunjang oleh potensi daerah yang berupa obyek wisata baik alami maupun buatan.

Dasar hukum pengembangan pariwisata sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataaan, salah satu pengembangan pariwisata adalah pembangunan kepariwisataan dimana dalam pasal 6 cara mewujudkan pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata, dan pasal 11 disebutkan Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataaan.

Era indusri 4.0 sekarang ini, bidang pariwisata merupukan kegiatan yang stategis dalam menyokong pembangunan sektor ekonomi. Dalam pariwisata

(3)

3 selain sebagai salah satu sumber penghasilan devisa negara yang besar, juga merupakan sektor yang memberikan lapangan pekerjaan baru dan mendorong perkembangan investasi. Pengembangan sektor pariwisata diperlukan karena dari pariwisata memberikan pengaruh yang kuat kepada perbaikan kualitas ekonomi masyarakat di wilayahnya. Perbaikan kualitas ekonomi dipengaruhi salah satunya berkembangnya objek wisata, dengan demikian masyarakat dapat berkreasi dalam menyedikan barang atau jasa yang bernilai jual, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan (Qodriyatun, 2019). Dalam pengembangan sektor ini pemerintah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat rancana dan kebijakan yang mendukung sektor pariwisata, dengan kebijakan yang memuat menggali, mendata, dan mengembangkan objek-objek wisata yang ada sebagai daya tarik wisatawan.

Kabupaten Mojokerto yang dulunya merupakan pusat kerajaan majapahit memiliki potensi pariwisata yang besar dengan wisata alam dan peninggalan- peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi dan diteliti oleh wisatawan. Pembangunan sektor pariwisata pada dasarnya yakni upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik yang dimiliki suatu daerah. Ketapanrame salah satu desa yang berada di Kabupaten Mojokerto memiliki potensi pariwisata yang perlu dikembangkan guna meningkatkan pendapatan asli desa dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Desa Ketapanrame yakni Tanah Kas Desa dimana setelah adanya peraturan bahwasanya aparat desa memiliki gaji tetap yang diambil Dari APBDes tanah tersebut menjadi aset desa, dengan menunjuk BUMDes untuk mengelola Tanah Kas Desa tersebut dibangunalah Taman Ghanjaran yang sekarang ini menjadi icon Desa Ketapanrame. Taman Ghanjaran didirikan di atas Tanah Kas Desa seluas 1 hektar dari 2,8 hektar hal ini dalam pembangunanya disusun secara bertahap. Kedepanya dalam perencanaan pihak Desa akan membangun waterpark dan permainan anak serta apabila rancangan diterima oleh bupati akan ada pembangunan gedung serbaguna serta sarana penunjang.

Sejarah Pengelolaan tanah kas desa di Desa Ketapanrame dulunya merupakan lahan pertanian biasa. Akan tetapi di tanah seluas 2.8 Ha selama

(4)

4 dijadikan lahan pertanian tidak memberikan pemasukan bagi desa begitu signifikat.

“dulu sebelum tanah kas desa ini dekelola oleh BUMdes tanah ini hanya tanah pertanian biasa, ditanami tanaman palawija dan sejenisnya dan itu tidak memberikan pemasukan yang banyak bagi pemerintah desa hanya 100-300rb per bulan.” (Hasil wawancara dengan Bapak Herwanto selaku Ketua BUMDes Ketapanrame, 12 Desember 2020)

Banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi dalam proses pengembambangan tanah kas desa ini. Upaya-upaya lain dilakukan oleh Pemerintah Desa Ketapanrame dalam mengelola tanah kas desa demi meningkatkan pendapatan desa salah satunya dengan lahan Tanah Kas Desa tersebut dijadikan sirkuit trail. Dibangunya sirkuit ini awalnya memberikan pendapatan yang lumayan bagi Desa akan tetapi beberapa bulan selanjutnya pendapatanya nyaris tidak ada dan Tanah Kas Desa tersebut magkrak dikarenakan tidak ada event baru yang dijalankan.

Dari upaya pemerintah Desa Ketapanrame diatas, setelah beberapa kali melakukan percobaan dan inovasi akhirnya menemukan hasil dimana Tanah Kas Desa tersebut dibangun dengan Anggaran dari Pemerintah Daerah dan dijadikan tempat wisata yakni Taman Ghanjaran. Taman Ghanjaran merupakan objek wisata buatan yang dikelola oleh BUMDes dibawah naungan Pemerintahan Desa Ketapanrame yang berfokus pada taman dengan memanfaatkan lingkungan yang asri dan sejuk dalam menarik wisatawan.

Awal mula dari Taman Ghanjaran di tahun pertama peresmiannya hanya berupa taman biasa dengan food court yang menunjang wisatawan untuk bersantai. Ditahun selanjutnya setelah mendapakan anggaran dari Pemerintah Daerah Cair dibangunlah kolam renang dan perbaikan serta perawatan Taman Ghanjaran, dan pada tahun 2020 Pemdes mengajak masyarakat Desa Ketapanrame untuk ikut bergabung membangun dengan cara berinvestasi, dan dari dana investasi tersebut dibangunlah wahana bermain sebagai salah satu bentuk pengembangan pariwisata di Taman Ghanjaran.

(5)

5 Dengan adanya pengembangan sektor wisata di Taman Ghanjaran ini, memberikan peningkatan terhadap tunjangan gaji perangkat desa, dan membangun lapangan kerja serta mendongkrak perekonomian masyarakat.

Sebanyak kurang lebih 800 warga Ketapanrame bekerja dan membuka usaha di wisata Taman Ghanjaran. yang dimana seluruh pekerja didalamnya adalah warga Desa Ketapanrame. Dengan rincian pelaku usaha sebanyak 107 dengan fasitilas kios dan lapak, 80 tenaga parkir, 20 pengurus BUMDes dan karyawan, 10 pegawai KUB, dan 444 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi anggota dari investasi wahana bermain di Taman Ghanjaran. Hal ini sesuai dengan UU No.

6 Tahun 2014 bahwa Desa Ketapanrame sudah mandiri dan dapat mensejaterakan masyarakatnya. Tidak hanya itu dengan memanfaatkan tanah kas desa menjadi tempat wisata dapat menambah pendapatan asli Desa.

Tidak dapat dipungkiri bahwasnya Taman Ghanjaran ini menjadi objek wisata yang digadang-gadang menjadi icon Desa Ketapanrame dikarenakan letak yang strategis disamping jalan raya Trawas-Prigen dengan pemandangan diapit oleh Gunung Welirang dan Penanggungan, dan bisa memberikan objek wisata alternatif di Jawa Timur apabila di Kota Malang raya telah padat.

Diakses dari (Ginanjar, 2021) jumlah wisatawan di Taman Ghanjaran tidak pernah sepi, hampir setiap hari selalu dipadati oleh pengunjung dari luar kota.

Arifin sebagai Kepala Desa Ketapanrame menyatakan, jumlah pengunjung yang terdata itu tidak pasti dikarenakan tidak diberlakukan tiket masuk. Akan tetapi berdasarkan jumlah kendaraan yang terparkir setiap bulannya, rata-rata mampu menyedot kurang lebih 40-50 ribu wisatawan.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai

“Bagaimana pengembangan pariwisata di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah:

1. Bagaimana pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020)?

(6)

6 1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020)?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Mengetahui bagaimana dan apa saja faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020) yang diharapkan dapat menambah atau memperkaya pengetahuan tentang teori-teori pengembangan dan pariwisata.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan penelitian berikutnya dan yang sejenisnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi Pemerintah Desa dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020).

b. Menyebarluaskan informasi mengenai pengembangan pariwisata di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto kepada masyarakat.

1.5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual memberi gambaran secara umum dan mengisyaratkan maksud atau istial secara konstitutif yang telah disepakati oleh banyak pihak.

Dari judul skripsi “pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun

(7)

7 2018-2020)” dapat diambil beberapa konsep yang digunakan menjadi pedomal dalam menganalisa penelitian yang akan dilakukan. Konsep yang dimaksud diantaranya:

1. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan adalah tindakan usaha dengan berinovasi untuk memajukan apa yang sudah ada dikelola dan ditata menjadi suatu yang bernilai. Pengembangan patiwisata merupakan suaut proses yang dinamis dan berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih baik dengan cara melakukan penyesuaian dan pengupgradean dari hasil monitoring dan evaluasi serrta umpan balik dari implementasi rencana sebelumnya yang merupakan misi yang harus dikembangkan.

“dalam pengembangan pariwisata tidak hanya terjadi di masa itu, namun terus berkembang mengikuti pasar wisatawan sehingga dapat dikatakan pengembangan pariwisata adalah pengembangan yang berkelanjutan (Zakaria & Suprihardjo, 2014).”

Agar pariwisata bisa meningkatkan potensinya, yang perlu dilaksakan yakni dengan merencanakan pengembangan pariwisata tersebut dengan berinovasi dalam memberikan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Dalam pengembanganya dapat dilakukan melalui branding, advertising, selling sebagaimana penelitian ini berfokus pada pengembangan pariwisata di Desa Ketapanrame.

Adapun konsep pengembangan wisata yang diperkenalkan oleh Word Commission on Environment and Development (WCAD) tahun 1987 dimana pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yang melihat kebutuhan saat ini dengan memperhatikan kemampuan generasi kedepan dalam memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain pembangunan pariwisata ini dapat diartikan bahwa proses pembangunan pariwisata ini bertujuan untuk menjadi kegunaan dimasa yang akan datang. WTO (1993) mempunyai aspek pembangunan diantara lain:

(8)

8 1. perspektif ekologi berkelanjutan, yakni pembangunan pariwisata tidak boleh mengganggu ekosistem setempat. Selain itu, konservasi harus menjadi kebutuhan untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan kepariwisataan. Melestarikan dan mengelola sumber daya yang ada dibutuhkan tindakan untuk mengurangi polusi baik itu polusi udara, tanah, dan air serta untuk melestarikan keanekaragaman flora dan fauna.

2. Perspektif sosial berkelanjutan, yakni menghormati hak-hak manusia dan memberiakan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan juga memberikan manfaat terhadap masyarakat dalam pemberantasan kemiskinan dan juga melihat pada kemampuan masyarakat lokal dalam menyerap usaha pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial.

3. Perspektif ekonomi berkelanjutan, yakni dapat memberekan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan pariwisata memberikan keuntungan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (UNEP & WTO, 2015)

Adapun dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan memiliki sepuluh prinsip yaitu, (a) partisipasi, (b) keikutsertaan para pelaku atau stakeholder involvement, (c) kepemilikan lokal, (d) pemanfaatan sumber daya berkelanjutan, (e) mewadahi tujuan masyarakat, (f) daya dukung, (g) monitoring dan evaluasi, (h) akuntabilitas, (i) pelatihan, (j) promosi.

(Arida, 2014)

Ditarik benang merahnya, indikator yang dijelaskan dari konsep pariwisata berkelanjutan adalah aspek lingkungan, sosial budaya, serta ekonomi harus diperhatikan. Artinya, industri pariwisata harus melihat kondisi-kondisi yang ada, mulai dari aspek lingkungan yang menekankan dalam melestarikan ekosistem, pengelolaan limbah, penggunaan sumber daya alam, dan meminimalisir gangguan visual seperti kerusakan pemandangan yang diakibatkan dari pembabatan hutan. Aspek lain seperti sosial budaya harus perhatikan dalam pembangunanan pariwisata

(9)

9 berkelanjutan. Interaksi msayarakat yang tinggi dapat menjadi persentuhan budaya antar etnik. Pariwisata disini ikut andil dalam memberikan kontribusi persentuhan budaya antat bangsa. Karena itu, penekanan sosial budaya pariwisata mengedepankan terhadap ketahanan budaya, kebauran sosial antara masyarakat dan wisatawan, dan keamanan dan keselamatan. Aspek terakhir mengenai ekonomi. Penekanan aspek ini lebih mengedepankan pemerataan usaha, lowongan pekerjaan, persaingan usaha dan akuntabilitas (Subadra & Nadra, 2006).

2. Desa Wisata

Desa wisata adalah wilayah pedesaan yang mengedepankan keaslian kepada pengunjung mulai dari sisi sosial budaya, adat istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, sturkrur tata ruang desa yang dipadukan dengan atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung (Zakaria & Suprihardjo, 2014)”. Menurut (AJ, 2012) Desa wisata merupakan pengembangan suatu wilayah Desa dengan cara mengembangkan potensi desa yanag ada dengan melakukan pemanfaatan unsur-unsur yang dimiliki Desa yang berfungsi sebagai penunjang aktivitas atau kegiatan pariwisata dan mampu menyediakan serta memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik dari sisi daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukung.

Dikatakan desa wisata apabila sudah adanya pengembangan pariwisata yang didorong oleh beberapa faktor. Yang pertama, wilayah desa yang akan dijadikan desa wisata harus memiliki potensi alam dan budaya yang menarik dan mempunyai kekhasan daripada wilayah perkotaan, dan juga didalam masyarakat masih menjalanankan tradisi-tradisi leluhur atau ritual budaya sebagai daya tariknya. Kedua, wilayah pedesaan memiliki lingkungan fisik yang masih asli dan belum tercemar oleh ragam polusi dibandingkan kawasan perkotaan, dan yang terakhir pengembangan ekonomi disuatu desa yang relatif lambat, sehingga pemanfaatan potensi ekonomi, sosial budaya dan masyarakat lokal secara optimal merupakan alasan yang jelas dalam pengembangan pariwisata di Desa (Akbar, 2018).

(10)

10 3. Konsep Tentang BUMDes

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha Desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya meningkatkan perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh desa. Menurut Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, BUMdes didirikan dalam rangka peningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Sebagai lembaga ekonomi yang beroperasi di desa, BUMDes harus mampu memberikan kontribusi signifikat dalam peningkatan kesejahteraan warga Desa. Disamping itu, supaya tidak berkembangnya sistem usaha kapitalis yang dapat mengganggu nilai-nilai kehidupan bermasyarakat di pedesaan.

BUMDes sebagai lembaga ekonomi di Desa modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri, Maksudnya pemenuhan modal usaha bersumber dari masyarakat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan BUMdes mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar ataupun pihak ketiga dengan menganut UU nomor 32 Tahun 2004.

Tujuan dari pendirian BUMDes antara lain : 4. Meningkatkan perekonomian desa 5. Meningkatkan pendapatan asli desa

6. Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat

7. Menjadi tulang punggung peertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

Pendirian dan pengelolaan BUMDes merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi desa yang dilaksanakan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable.

Demikian perlu upaya serius untuk menjadikan BUMDes dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan cara memenuhi kebutuhan baik produktif maupun konsumtif masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Dinyatakan di dalam undang-undang bahwa

(11)

11 BUMDes didirikan karena faktor kebutuhan dan potensi desa. Maksudnya adalah kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok, tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan dipasar, tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola BUMDes sebagai penggerak perekonomian masyarakat, dan adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi. (Hasan & Gusnardi, 2018).

1.6 Definisi Operasional

Pengembangan pariwisata di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020).

a. Ekonomi berkelanjutan dalam pengembangan wisata Taman Ghanjaran

b. Sosial budaya berkelanjutan dalam pengembangan wisata Taman Ghanjaran

c. Lingkungan berkelanjutan dalam pengembangan wisata Taman Ghanjaran

d. Keikutsertaan pihak ketiga dalam pengembangan Taman Ghanjaran e. Monitoring dan evaluasi dalam pengembangan Taman Ghanjaran 1.7 Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan yakni deskriptif. Pengertian deskriptif menurut (Sugiyono, 2008) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Model penelitian deskriptif digunakan untuk memudahkan dan membantu menganalisis data dalam penulisan yang menggunakan metode penelitaian kualitatif. Creswell mengungkapkan bahwa penerapan metode penelitian kualitatif menganalisis permasalahan yang berangkat dari persoalan sosial dan juga kemanusiaan. Metode kualitatif mempu mendskripsikan masalah secara rinci dari isu yang diangkat., serta menganalisis secara jelas dengan

(12)

12 menampilkan data yang didapatkan dari fakta, contoh dan bukti.

Pemantapan masalah dapat diperoleh dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan dan pengumpulan data dari narasumber dan dari beberapa literatur sebagai rujukan dalam penelitian, sehingga diperoleh penelitian yang spesifik dan terperinci yang menyangkut tentang bagaimana pengembangan pariwisata di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto (Studi tentang pengembangan pariwisata Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame Tahun 2018-2020).

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini terbagi menjadi 2 sumber data yakni, data primer dan data sekunder. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung oleh peneliti sumber penelitian. Data tersebut berisi data catatan penelitian dari hasil observasi dan data hasil wawancara langsung dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini penulis mencari data primer dengan mewawancarai pengurus BUMDes Desa Ketapanrame dan aparat pemerintah Desa Ketapanrame, serta terjun langsung ke lokasi penelitian di Taman Ghanjaran Desa Ketapanrame.

b. Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang sifatnya melengkapi primer seperti perdes, buku, Koran dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan penelitan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan metode observasi, pecatatan dokumen dan wawancara yang selanjutnya akan di analisis secara deskriptif kualitatif.

Wawancara adalah salah satu pengumpulan data dengan melalui wawancara atau Tanya jawab langsung dengan objek penelitian yang memiliki pengetahuan dari rumusan masalah. Sebelum wawancara memberikan instrument daftar pertanyaan kepada objek wawancara.

a. Observasi

(13)

13 Observasi adalah tehnik pengumpulan data dengan mengguakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang langsung terdapat gejala-gejala dari peristiwa yang di teliti. Kegiatan observasi penulis langsung terjun ke Taman Ghanjaran untuk mengamati dan melihat secara rinci.

b. Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data dengan melalui pencatatan terhadap dokumen yang ada di lapangan yang berfungsi sebagai data pelengkap dan pendukung teknis, sejauh data tersebut masih berhubungan dengan masalah-masalah yang di teliti, seperti arsip, catatan-catatan, buku laporan, monografi, tipologi. Data yang diperoleh adalah laporan pertanggungjawaban tahun 2020, rekapitulasi keungan Taman Ghanjaran pada Tahun 2018-2020, stuktur organisasi dan pegawai di Taman Ghanjaran

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan dengan metode Tanya jawab kepada narasumber, peneliti dapat melakukan wawancara secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, sehingga kegiatan wawancara sesuai dengan instrument pertanyaan) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung (Anggito & Setiawan, 2018).

d. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang di tuju untuk di teliti oleh peneliti. Subjek peneltian adalah orang yang memberikan infoemasi atau keterangan mengenai fakta atau pendapat sesuai dengan penelitian yang bersangkutan (Arikunto, 2019). Adapun subjek yang menjadi informan penelitian ini yakni:

a. Kepala Desa Ketapanrame b. Ketua BUMdes Ketapanrame

(14)

14 c. Staff Bumbdes Ketapanrame

d. Masyarakat Desa Ketapanrame e. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempatuntuk mendapatkan data, pada penelitian ini lokasi penelitianya di Taman Ghanjaran bertepat di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

f. Analisis Data

Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan 38 penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis” (Silalahi, 2014). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

g. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema, dan polanya.

Secara garis besar penulis merangkum hal pokok yang akan penulis sampaikan untuk menjadi keselarasan secara sistematis, untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan secara jelas. Dalam hal ini reduksi data nantinya akan diambil dari peneliti diantaranya data pengelolaan tanah kas desa serta dokumen pendukung lainnya yang dapat menguatkan isi peneliti.

h. Penyajian Data / Display

Penyajian data deskriptif kualitatif dapat diartikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

(15)

15 Dengan melakukan penyajian data atau display, hal ini akan memudahkan dan menyederhanakan untuk memahami yang terjadi.

Peneliti akan melakukan penyederhanaan data kompleks menjadi narasi yang pendek sesuai dengan kriteria dan klasifikasi data berdasarkan rumusan masalah sehingga mudah untuk dipahami.

i. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti akan menjadi jelas. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian dilakukan.

Sejak awal penelitian ini dilakukan dan selama mendapatkan data otentik berusaha untuk menganalisis dan mencari analisis data yang telah dikumpulkan, yang nantinya data ini akan menjadi jawaban dari rumusan masalah yang telah di paparkan diatas. (Sangadji, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Saputra (2007) dan Nurkolisyah (2005) yang membedakan adalah bahwa di dalam penelitian yang dilakukan ini di dalam

Modul ini dikembangkan dengan tujuan agar mahasiswa mengerti, memahami masalah Penggunaan Obat yang Rasional ( POR ); memahami dan berkemampuan cara mengidentifikasi masalah POR;

Setelah mengamati, siswa dapat membuat karya tiga dimensi sesuai obyek yang telah ditentukan dengan benar.. KEGIATAN

Merupakan fitur yang digunakan untuk menambah elemen-elemen halaman blog (html, polling, kalender, slide show dan lain-lain), pengaturan font-color, edit html dan menganti

kemanusiaan 3agama4 se"ara indi+idu maupun pembenarannya, sebagai bagian dari makhluk  kemanusiaan 3agama4 se"ara indi+idu maupun pembenarannya, sebagai bagian dari

internal, dan lingkungan kerja fisik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap semangat kerja guru sehingga untuk mencapai semangat kerja guru yang tinggi

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Penelitian Sandi (2013) earnings response coefficient sangat berguna dalam analisis fundamental yaitu analisa untuk menghitung nilai saham sebenarnya