KAJIAN ECOBRICK SEBAGAI PEMBENTUK PINTU
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD RIZKY ANUGRAHA 130406052
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KAJIAN ECOBRICK SEBAGAI PEMBENTUK PINTU
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD RIZKY ANUGRAHA 130406052
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KAJIAN ECOBRICK SEBAGAI PEMBENTUK PINTU
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD RIZKY ANUGRAHA 130406052
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
PERNYATAAN
KAJIAN ECOBRICK SEBAGAI PEMBENTUK PINTU
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 09 Maret 2020
(Muhammad Rizky Anugraha)
Judul Skripsi : Kajian Ecobrick sebagai Pembentuk Pintu………
………
………
Nama Mahasiswa : Muhammad Rizky Anugraha……….…
Nomor Pokok : 130406052……..………
Departemen : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Novrial M.Eng.
NIP. 19660303199031002
Ketua Program Studi,
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. IPM NIP. 196305271993032005
Tanggal Lulus: 28 Januari 2020
Tanggal Lulus : 28 Januari 2020 Telah diuji pada
Tanggal : 28 Januari 2020
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. Novrial, M.Eng.
Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Sri Gunana Sembiring, MT.
2. Ir. N Vinky Rahman, MT.
SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI
Nama : Muhammad Rizky Anugraha………..
Nim : 130406052………
Judul Skripsi : Kajian Ecobrick sebagai Pembentuk Pintu
Rekapitulasi Nilai:
A B+ B C+ C
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan:
No Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing 1 Langsung Lulus
2 Lulus dengan Perbaikan Kecil (maksimal 1 minggu)
3 Lulus dengan Perbaikan Sedang (maksimal 2 minggu)
4 Lulus dengan Perbaikan Besar (maksimal 1 bulan)
Medan, 09 Maret 2020
Ketua Departemen Arsitektur
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. IPM
ABSTRAK
Plastik memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua komponen dalam kehidupan manusia di zaman modern menggunakan plastik.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, penggunaan plastik juga meningkat. Hal ini tidak disertai dengan penanganan sampah plastik yang memadai.
Permasalahan sampah plastik dapat berdampak negatif terhadapap manusia dan lingkungan. Beberapa upaya dilakukan untuk menangani permasalahan sampah plastik. Beberapa upaya penanganan sampah plastik membutuhkan biaya yang besar dan dapat mencemari lingkungan, sehingga diperlukan solusi yang aman bagi lingkungan dan menggunakan biaya yang murah. Solusi ini seharusnya dapat dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Dalam sudut pandang arsitektur, permasalah sampah dapat diatasi melalui arsitektur hijau. Arsitektur hijau dapat diwujudkan dengan penggunaan material dan metode yang sesuai dengan prinsip arsitektur hijau. Salah satu material yang sesuai dengan prinsip arsitektur hijau adalah material daur ulang (recycle).
Ecobrick merupakan material hasil daur ulang (recycle). Ecobrick dapat mengurangi jumlah sampah plastik dan dapat digunakan sebagai bata untuk berbagai kebutuhan. Dalam penggunaannya, ecobrick dapat menjadi elemen dalam arsitektur. Elemen pembentuk ruang seperti dinding dan perabot (seperti kursi, meja kecil dan panggung) dapat dibuat menggunakan ecobrick. Penggunaan ecobrick sebagai elemen pembentuk ruang masih dapat dieksplorasi untuk memaksimalkan penggunaan ecobrick. Ecobrick memiliki potensi sebagai material pengisi elemen pintu. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ecobrick sebagai material pembentuk panel pintu.
Kata Kunci: Ecobrick, material, pintu, panel
ABSTRACT
Plastic has an important role in human life. Almost every part in modern human life need plastic. As human population increase, plastic usage is also increasing.
These happen without proper plastic waste management. Plastic waste problem has negative impact toward human and environment. Several effort done to overcome plastic waste problem. Several effort need a huge amount of cost and environment polluting, therefore need safe solution that everyone can do.
In perspective of architecture, green architecture can solve waste. Green architecture need proper material usage and method of green architecture principles. One of the material that suitable for green architecture is recycled material.
Ecobrick is recycled material. Ecobrick able to decrease amount of plastic waste and usable as a brick for many purpose. In it’s application, architectural element part can use ecobrick. Ecobrick can build element of space such as wall and furnishing (such as chair, coffee table and stages). Exploring ecobrick usage as a part of space element in order to maximized ecobrick usage. Ecobrick has a potential as a door filler material. This research purpose is reviewing ecobrick as material that form door panel.
Keyword: Ecobrick, material, door, panel
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berekah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarga beliau. Adapun penelitian ini dengan judul “KAJIAN ECOBRICK SEBAGAI PEMBENTUK PINTU” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjan (S1) pada Program Studi Arsitektur Fakultas Tenknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skrpsi ini terutama kepada
1. Kedua Orang tua penulis, Yusuf Tenang dan Mira Rahman yang terus memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 2. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. IPM selaku Ketua Jurusan
Arsitektur
3. Bapak Ir. Novrial, M. Eng. Selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
4. Ibu Ir. Sri Gunana Sembiring, MTselaku Dosen Penguji atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
5. Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT selaku Dosen Penguji atas bimbingan dan masukan dalam pembuatan skripsi ini
6. Ibu Hilma Tamiami Fachrudin, ST., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Perwalian atas bimbingan selama masa perkuliahan penulis.
7. Ibu dan Bapak dosen serta staf Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
8. Teman-teman angkatan 2013 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang yang telah berjuang bersama dari awal hingga akhir perkuliahan.
9. Teman-teman dari komuntas Medan Osoji Club (MOC) yang menginspirasi penulis dalam membangkitkan kesadaran akan sampah plastik, sehingga tercipta ide penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Medan, 09 Maret 2020 Penulis
(Muhammad Rizky Anugraha)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
1. BAB I ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Batasan Penelitian ... 7
1.6 Kerangka Berpikir ... 8
1.7 Sistematika Penulisan ... 8
1.7.1 BAB I Pendahuluan ... 9
1.7.2 BAB II Tinjauan Pustaka ... 10
1.7. 3 BAB III Metodologi Penelitian... 13
1.7.4 BAB IV Hasil dan Pembahasan ... 14
1.7.5 BAB V Kesimpulan ... 17
1.7.6 Daftar Pustaka ... 17
2. BAB II ... 18
2.1 Arsitektur Hijau ... 18
2.2 Material Arsitektur Hijau ... 19
2.3 Material Daur Ulang (Recycle) ... 31
2.4 Ecobrick ... 32
2.4.1 Sejarah Ecobrick ... 33
2.4.2 Pembuatan Ecobrick ... 34
2.4.3 Karakteristik Ecobrick ... 37
2.4.4 Penerapan Ecobrick ... 38
2.5 Elemen Pembentuk Ruang ... 46
2.6 Elemen Pintu ... 48
2.6.1 Bagian Pintu ... 50
2.6.2 Jenis Pintu ... 62
2.6.3 Material Pintu ... 91
2.6.4 Standar Ukuran Pintu ... 98
2.6.5 Berat Pintu ... 100
3. BAB III... 102
3.1 Jenis Penelitian ... 102
3.2 Lokasi Penelitian ... 103
3.3 Sampel Penelitian ... 103
3.4 Variabel Penelitian ... 105
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 110
3.6 Metode Analisis Data ... 111
4. BAB IV ... 112
4.1 Karakteristik Pintu Ecobrick ... 112
4.1.1 Desain Pintu Ecobrick ... 114
4.1.2 Berat Pintu Ecobrick ... 123
4.1.3 Perbandingan Persentase Ecobrick pada Pintu ... 126
4.1.4 Biaya Pembuatan Pintu Ecobrick ... 137
4.1.5 Konstruksi Pintu Ecobrick ... 149
4.1.6 Cara Pintu Ecobrick Beroperasi ... 155
4.1.7 Penempatan Pintu Ecobrick ... 158
4.2 Perbandingan Pintu Ecobrick dengan Pintu Kayu ... 160
4.2.1 Perbandingan Desain Pintu ... 161
4.2.2 Perbandingan Berat Pintu ... 164
4.2.3 Perbandingan Biaya Pembuatan Pintu ... 165
4.2.4 Perbandingan Konstruksi Pintu ... 167
4.2.5 Perbandingan Cara Pintu Beroperasi ... 170
4.2.6 Perbandingan Penempatan Pintu ... 170
5. BAB V ... 172
5.1 Kesimpulan ... 172
5.1.1 Karakteristik Pintu Ecobrick ... 172
5.1.2 Perbandingan Pintu Ecobrick dengan Pintu Kayu ... 173
5.2 Saran ... 175
DAFTAR PUSTAKA ... 176
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 8
Gambar 2.1 Kronologi sejarah ecobrick ... 34
Gambar 2.2 Contoh botol yang dapat digunakan sebagai Ecobrick ... 36
Gambar 2.3 Pembuatan Ecobrick ... 36
Gambar 2.4 Ecobrick ... 38
Gambar 2.5 Penerapan modul perabot dari ecobrick ... 40
Gambar 2.6 Membuat modul perabot dari ecobrick ... 41
Gambar 2.7 Kombinasi ecobrick dan material tanah (cob) ... 42
Gambar 2.8 Panduan pembuatan dinding ecobrick... 43
Gambar 2.9 Ecoblock ... 44
Gambar 2.10 Ecoblock ... 45
Gambar 2.11 Metode konstruksi Pura Vida Atitlan ... 46
Gambar 2.12 Elemen pembentuk ruang ... 47
Gambar 2.13 Elemen pintu ... 49
Gambar 2.14 Bagian kosen pintu ... 51
Gambar 2.15 Architrave ... 52
Gambar 2.16 Jenis sponing pada kosen ... 53
Gambar 2.17 Kisi-kis pada pintu ... 54
Gambar 2.18 Bagian Pintu ... 55
Gambar 2.19 Engsel ... 56
Gambar 2.20 Kunci Pintu ... 56
Gambar 2.21 Kunci Pengaman ... 57
Gambar 2.22 Closer ... 58
Gambar 2.23Bel pintu ... 59
Gambar 2.24 Ketukan pintu ... 59
Gambar 2.25 Grendel rantai pintu ... 60
Gambar 2.26 Kaca lubang intip pada pintu ... 61
Gambar 2.27 Penahan pintu ... 61
Gambar 2.28 Pintu Langkan dan Papan (Ledge and Batten) ... 63
Gambar 2.29 Pintu Langkan, Papan dan Penguat (Ledge, Batten and Brace) ... 64
Gambar 2.30 Pintu Langkan, Papan dan Kosen (Ledge, Batten and Frame)... 65
Gambar 2.31 Pintu Langkan, Papan Penguat dan Kosen (Ledge, Batten, Brace and Frame) dan detail sambungan pada rail ... 66
Gambar 2.32 Sambungan papan (batten) pada pintu ... 67
Gambar 2.33 Sambungan papan (batten) pada pintu ... 67
Gambar 2.34 Pintu Panel... 68
Gambar 2.35 Potongan Pintu Panel ... 69
Gambar 2.36 Variasi panel pada pintu ... 69
Gambar 2.37 Pintu Kaca (Glazed Door) ... 71
Gambar 2.38 Pintu Kaca dan Panel( Sash Door) ... 72
Gambar 2.39 Sambungan lubang dan purus (mortise and tenon) pada pintu. ... 73
Gambar 2.40 Pintu Flush ... 75
Gambar 2.41 Potongan Pintu Flush ... 76
Gambar 2.42 Pintu Collapsible ... 77
Gambar 2.43 Pintu Putar (Revolving door) ... 78
Gambar 2.44 Pintu Ayun (Swing door) ... 79
Gambar 2.45 Pintu Rolling Shutter ... 80
Gambar 2.46 Pintu Kisi-kisi (Louvere door) ... 81
Gambar 2.47 Pintu Kipas ... 82
Gambar 2.48 Pintu Sorong Berkantung ... 83
Gambar 2.49 Pintu Sorong Biasa ... 84
Gambar 2.50 Pintu Bertumpu ... 85
Gambar 2.51Pintu Lipat Ganda... 86
Gambar 2.52 Pintu Lipat Akordeon ... 87
Gambar 2.53 Pintu Lipat Khusus ... 88
Gambar 2.54 Pintu Lipat Ke Atas ... 89
Gambar 2.55 Pintu Kayu ... 92
Gambar 2.56 Pintu Kaca ... 93
Gambar 2.57 Pintu dengan Lapisan Plywood ... 93
Gambar 2.58 Pengaku (stiffener) pada pintu baja. ... 94
Gambar 2.59 Kosen pintu logam ... 95
Gambar 2.60 Kosen Pintu Beton Bertulang (Reinforced Concrete Cement)... 96
Gambar 2.61 Pintu PVC ... 97
Gambar 3.1 Botol PET 600 ml ... 104
Gambar 3.2 Dimensi Ecobrick ... 104
Gambar 3.3 Skema Pengolahan Data ... 111
Gambar 4.1 Desain Panel Ecobrick 1 ... 113
Gambar 4.2 Desain Panel Ecobrick 2 ... 114
Gambar 4.3 Rancangan Pintu 1 ... 115
Gambar 4.4 Rancangan Pintu 2 ... 116
Gambar 4.5 Rancangan Pintu 3 ... 117
Gambar 4.6 Rancangan Pintu 4 ... 118
Gambar 4.7 Rancangan Pintu 5 ... 119
Gambar 4.8 Rancangan Pintu 6 ... 120
Gambar 4.9 Rancangan Pintu 7 ... 121
Gambar 4.10 Rancangan Pintu 8 ... 122
Gambar 4.11 Rancangan Pintu 9 ... 123
Gambar 4.12 Pintu 1 ... 127
Gambar 4.13 Pintu 2 ... 128
Gambar 4.14 Pintu 3 ... 129
Gambar 4.15 Pintu 4 ... 130
Gambar 4.16 Pintu 5 ... 131
Gambar 4.17 Pintu 6 ... 132
Gambar 4.18 Pintu 7 ... 133
Gambar 4.19 Pintu 8 ... 134
Gambar 4.20 Pintu 9 ... 135
Gambar 4.21 Komponen kerangka pintu ecobrick ... 150
Gambar 4.22 Rencana pintu ecobrick ... 151
Gambar 4.23 Tahap pembuatan pintu ecobrick ... 152
Gambar 4.24 Pembuatan pintu ecobrick ... 153
Gambar 4.25 Pintu ecobrick ... 154
Gambar 4.26 Pintu kipas ... 155
Gambar 4.27 Pintu beroperasi dengan cara geser ... 156
Gambar 4.28 Pintu beroperasi dengan cara berputar ... 157
Gambar 4.29 Penempatan pintu sebagai penghubung ruang dengan taman belakang ... 158
Gambar 4.30 Penempatan pintu geser ... 159
Gambar 4.31 Penempatan pintu sebagai penghubung dapur dan meja bar... 159
Gambar 4.32 Pintu ecobrick dan pintu panel kayu ... 160
Gambar 4.33 Pintu ecobrick dan pintu panel kayu ... 161
Gambar 4.34 Detil sambungan pintu ecobrick ... 162
Gambar 4.35 Detil sambungan pintu panel kayu ... 163
Gambar 4.36 Konstruksi pintu panel ... 168
Gambar 4.37 Sambungan panel pada pintu ecobrick ... 169
Gambar 4.38 Sambungan panel pada pintu panel kayu ... 169
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Material Arsitektur Berkelanjutan ... 25
Tabel 2.2 Berat Pintu Kayu per m2 berdasarkan pintu berukuran 90 x 210 ... 101
Tabel 2.3 Berat Pintu Metal Hollow per m2 berdasarkan ketebalan/ gauge ... 101
Tabel 4.1 Perbandingan Persentase Ecobrick ... 136
Tabel 4.2 Uraian Upah dan Bahan ... 138
Tabel 4.3 Harga Satuan Ecobrick... 139
Tabel 4.4 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 1 ... 140
Tabel 4.5 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 2 ... 141
Tabel 4.6 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 3 ... 142
Tabel 4.7 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 4 ... 143
Tabel 4.8 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 5 ... 144
Tabel 4.9 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 6 ... 145
Tabel 4.10 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 7 ... 146
Tabel 4.11 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 8 ... 147
Tabel 4.12 Harga Satuan Pintu Panel Ecobrick 9 ... 148
Tabel 4.13 Uraian Upah dan Bahan ... 165
Tabel 4.14 Harga Satuan Pintu Panel Kayu ... 166
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Plastik memiliki peran penting dalam dimensi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Gaya hidup modern tidak akan dapat diwujudkan tanpa plastik. Plastik memenuhi kebutuhan sosial dengan berbagai produk bernilai seperti kemasan pelindung, komponen keamanan pada mobil, telepon genggam, insulasi pada bangunan, peralatan medis, dan komponen pada alat yang memproduksi energi terbarukan (PlasticEurope, 2008).
Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia, kebutuhaan akan plastik juga meningkat. Hal ini juga meningkatkan permasalahan sampah, terkhusus sampah plastik. Timbunan sampah padat sebagian besar berasal dari sampah plastik. Sekitar 10 persen sampah padat adalah plastik. Sampah yang berada di daratan, pantai atau lautan yang merupakan sampah plastik mencapai 80 persen bahkan lebih. Ada peningkatan jumlah sampah plastik pada belahan bumi utara hingga tahun 1990an. Jumlah sampah di lautan menjadi stabil salama beberapa dekade terakhir, namun terjadi peningkatan jumlah plastik pada garis pantai. Ada indikasi sampah plastik yang memasuki lautan berkurang, namun sampah plastik yang sudah berada di laut berpindah ke pantai atau tenggeam ke dasar laut. Dengan bantuan organisme dan endapan, plastik dapat tenggelam ke dasar laut. Plastik mencapai tempat paling terpencil dan terdalam di bumi (Barnes et al., 2009).
Lebih dari setengah sampah yang berasal dari daratan bersumber dari lima negara: China, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Negara-negara ini berada pada fase pertumbuhan ekonomi dimana jumlah konsumen yang menuntut produk sekali lebih cepat dibandingkan jumlah infrastruktur pengelolaan sampah.
Penanganan sampah plastik yang memadai tidak mengiringi tingginya penggunaan plastik sehingga menghasilkan banyak sampah plastik di lingkungan.
Tiga per empat dari plastik lautan yang berasal dari daratan berasal dari sampah yang tidak dikumpulkan.Delapan puluh persen sampah plastik memiliki nilai residu rendah, dan plastik ini memiliki jumlah persentase tinggi pada tempat pembuangan akhir (TPA) yang berakhir di lautan. Sampah bernilai residu tinggi kemungkinan besar akan dikumpulkan dari TPA untuk dijual lagi. Sampah bernilai residu rendah (contohnya kantung belanja plastik) menjadi salah satu penyumbah terbesar pada plastik lautan (McKinsey, 2015).
Tren pertumbuhan ekonomi juga terus mengalami peningkatan, dengan kontribusi terbesar dari sektor manufaktur. Produk Domestik Bruto yang dihasilkan dari sektor ini sebesar 2.739,4 triliun di 2017, meningkat dari tahun 2000 yang hanya sebesar 385,5 triliun. Pertumbuhan pesat di sektor industri juga merupakan imbas dari meningkatnya pendapatan rumah tangga dan makin beragamnya pola serta jenis konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan bertambahnya volume, beragamnya jenis, dan karakteristik sampah dan limbah.
Menurut KLHK dan Kementrian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun (Safitri et al., 2018).
Manajemen sampah berhubungan dengan dampak lingkungan dan ekonomi.
Pada tingkat lokal dan regional, pengumpulan sampah yang tidak memadai, pembuangan yang tidak tepat dan fasilitas yang tidak layak memiliki dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan publik. Pada tingkat global, sampah padat dapat berkontribusi pada perubahan iklim dan menjadi salah satu sumber polusi di lautan. (Kaza et al., 2018).
Menurut Balakrishnan dan Flora (2017), dampak lingkungan plastik terhadap lingkungan di laut terbagi menjadi dampak langsung, maupun tidak langsung.
Dampak langsung dari plastik di lingkungan dapat berupa plastik secara tidak sengaja dikonsumsi oleh binatang laut, plastik di laut dapat membelit binatang laut, dan plastik dapat menyebabkan perubahan ekosistem. Sedangkan dampak tidak langsung dari plastik di lingkungan yaitu upaya membersihkan sampah plastik dapat merubah ekosistem, munculnya spesies invasif dari satu lokasi ke lokasi lain, Sampah dapat membahayakan tiga komponen penting dalam ekonomi, yaitu pariwisata, perikanan dan navigasi. Pada sektor pariwisata, sampah laut dapat menyebabkan pantai ditutup. Biaya membersihkan pantai dapat menjadi mahal dan kerugian pariwisata menjadi sangat tinggi. Pada sektor perikanan, ikan komersil dan kerang terperangkap pada jaring ikan atau peralatan memancing yang hilang. Pada sektor navigasi, sampah yang mengapung dapat menyangkut baling-baling dan menyumbat katup kapal. Memperbaiki kapal yang rusak memakan waktu dan biaya.
Selain di laut, plastik juga memiliki dampak di daratan. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Zat beracun dilepaskan melalui pembakaran plastik memberikan ancaman pada area sekitar termasuk vegetasi dan kesehatan manusia. Pembakaran PVC melepaskan halogen yang dapat mencemari udara. Pembakaran PE, PP, PS dan PVC dapat menyebabkan masalah seperti karbon monoksida (CO) dan asap.
Hasil dari pembakaran ini berupa dioxin dan zat beracun lainnya (Verma, 2016) Hingga saat ini, ada tiga metode pembuangan sampah pada skala besar, yaitu tempat pembuangan akhir (TPA), pembakaran dan daur ulang. Setiap teknik memiliki kekurangan dan dampak. TPA dan pembakaran menghasilkan polutan berbahaya pada lingkungan. Dan TPA juga membutuhkan lahan yang luas. Daur ulang relatif tidak efisien dan mengurangi kualitas polimer yang dihasilkan. Daur ulang juga kurang efektif pada pembiayaan dan memiliki insentif yang kurang dari pembuatan fasilitas daur ulang (Webb et al., 2013). Pendekatan manusia dalam produksi, penggunaan dan pembuangan sampah plastik tidak berkelanjutan. Hal ini dapat membahayakan kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia (Thompson, 2009).
Dari kendala pengelolaan sampah pada skala besar, diperlukan upaya pengelolaan sampah dengan meminimalisir dampak negatif baik pada lingkungan, maupun terhadap manusia. Solusi ini juga membutuhkan biaya yang relatif murah agar dapat dilakukan di mana saja. Penengerjaan solusi yang mudah tanpa memerlukan banyak peralatan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan upaya penaganan sampah pada seluruh lapisanan masyarakat.
Dalam sudut pandang arsitektur, permasalah sampah dapat diatasi melalui arsitektur hijau. Arsitektur hijau menghasilkan manfaat pada lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pada lingkungan, arsitektur hijau membantu mengurangi polusi, menjaga sumber daya alam dan mencegah kerusakan alam. Secara ekonomi , arsitektur hijau mengurangi biaya penggunaan air dan energi, serta memperbaiki produktivitas pengguna bangunan. Secara sosial, arsitektur hijau diciptakan agar terlihat indah dan membaur dengan infrastruktur lokal. (Ragheb et al.,2015).
Arsitektur hijau dapat diwujudkan dengan penggunaan material dan metode yang sesuai dengan prinsip arsitektur hijau. Ada empat manfaat dari penggunaan material bangunan dan metode konstruksi hijau. Pertama, metode konstruksi hijau dapat melestarikan sumber daya alam dan mengurangi sampah yang dihasilkan dari pembongkaran struktur lama dengan menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) meterial bangunan yang sudah ada. Hal ini mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Kedua, konstruksi hijau menjaga sumber daya alam dengan menggunakan material yang sudah ada.
Ketiga, konstruksi hijau dapat mengurangi energi yang dibutuhkan dalam konstruksi dan operasi bangunan. Keempat, konstruksi hijau memanfaatkan material yang tidak berbahaya untuk kesehatan manusia dan dapat diperbarui dengan cepat (Baker et al.2010).
Salah satu material hasil dari daur ulang (recycle) adalah ecobrick. Ecobrick dapat menjadi solusi sampah plastik dengan biaya yang relatif murah dan tanpa perlu keahlian khusus. Hal ini dapat diaplikasikan pada seluruh lapisan masyrakat.
Ecobrick dapat digunakan sebagai material ramah lingkungan, baik sebagai
material bangunan maupun material interior. Ecobricks dapat disatukan menggunakan karet ban bekas, silikon, plester tanah liat dan semen untuk membangun furnitur, kebun, dan elemen bangunan (Maier, 2017).
Ecobrick dapat menjadi material yang memberikan dampak positif pada lingkungan. Ecobrick dan arsitektur hijau memiliki visi yang sama dalam upaya memberikan dampak positif pada lingkungan. Dalam penggunaannya, ecobrick dapat menjadi elemen arsitektur dalam membentuk ruang. Elemen pembentuk ruang seperti dinding atau perabot seperti kursi, meja kecil dan panggung dapat dibuat menggunakan ecobrick. Penggunaan ecobrick sebagai elemen pembentuk ruang masih dapat dieksplorasi untuk memaksimalkan penggunaan ecobrick
Penggunaan ecobrick pada elemen pembentuk ruang banyak di gunakan pada elemen dinding. Pada elemen dinding, ecobrick menjadi material pengisi non- struktural pada dinding. Dengan karakteristik ini, ecobrick memiliki potensi sebagai material pengisi panel pintu. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ecobrick sebagai material pembentuk pintu.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik pintu ecobrick?
2. Bagaimana penggunaan sampah plastik pada pintu ecobrick?
3. Bagaimana perbandingan pintu ecobrick dengan pintu material kayu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik pintu ecobrick.
2. Mengetahui penggunaan sampah plastik pada pintu ecobrick.
3. Mengetahui perbandingan pintu ecobrick dengan pintu material kayu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini berguna untuk mengetahui penggunaan ecobrick pada pintu.
2. Penggunaan ecobrick pada pintu dapat mengurangi jumlah sampah plastik.
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, botol yang digunakan pada ecobrick adalah botol PET 600 ml. Pembahasan pada pintu ecobrick berfokus pada bagian panel pintu. Penelitian dilakukan melalui simulasi pembuatan panel pintu ecobrick dengan CAD (Computer-aided design) dan pembuatan satu pintu skala 1:1. Pembuatan pintu skala 1:1 dilakukan sebagai pendukung hasil rancangan dari simulasi desain pintu.
Metode Penelitian 1.6 Kerangka Berpikir
Keranga berpikir pada penelitian ini terbagi menjadi tujuh tahap. Tahap ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, kajian literatur, metode penelitian, analisis, hasil analisis dan kesimpulan. Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas penelitian ini, materi yang tertera pada laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab. Pada sertiap bab terdapat sub bab yang menjabarkan masing-masing bab. Penjelasan dari susunan bab pada penelitian ini sebagai berikut:
Analisis
Hasil Analisis Kesimpulan
Kajian Literatur
Rumusan Masalah Latar Belakang
1.7.1 BAB I Pendahuluan
Pada bab I, pembahasan mencakup hal-hal yang menjadi latar belakang , arah penelitian dan bagaimana penelitian ini dilakukan. Bab I terdiri dari 6 sub bab, yaitu latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan kerangka berpikir.
A. Latar Belakang
Latar belakang merupakan hal yang menjadi penyebab dilakukan penelitian ini. Secara umum, latar belakang pada penelitian ini yaitu plastik dalam penggunaannya menghasilkan sampah plastik yang berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Untuk mengatasi sampah pplastik. arsitektur hijau digunakan melalui penggunaan material daur ulang. Salah satu material daur ulang ini adalah ecobrick yang dikaji penggunaannya pada salah satu elemen pembentuk ruang, yaitu pintu.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah membahas tentang masalah yang didapat berdasarkan latar belakang. Identifikasi masalah menjadi salah satu dasar dalam penentuan variabel penelitian. Identifikasi masalah akan berkaitan dengan tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
C. Tujuan Penelitian
Tujunan penelitian berkaitan dengan identifikasi masalah. Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dan menetukan hasil penelitian. Tujuan penelitan merupakan salah satu dasar dalam penentuan variabel penelitian. Tujuan penelitian berkaitan dengan manfaat penelitan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitan merupakan kegunaan dari pelaksaan penelitan ini. Manfaat penelitian berkaitan dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitan berkaitan dengan variabel yang akan dibahas pada bab empat. Manfaat penelitian akan dijawab pada bab kesimpulan.
E. Batasan Penelitian
Batasan penlitian merupakan hal yang tidak dapat dilampaui pada penelitian terkait dengan keterbatasan sumber daya untuk menunjang penelitian. Batasan penelitian merupakan ruang lingkup dilakukan penelitian.
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan garis besar bagaimana pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tahap-tahap yang menyusun keseluruhan bagian pada penelitian.
1.7.2 BAB II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan sumber rujukan teori yang digunakan pada penelitian.
A. Arsitektur Hijau
Pembahasan mengenai arsitektur hijau mencakup defenisi arsitektur menurut beberapa teori yang disimpulkan. Aspek pada teori ini dikumpulkan dan dirangkum untuk digunakan sebagai acuan pada penelitian. Salah satu aspek pada arsitektur hijau adalah material. Pembahasan mengenai material arsitektur hijau akan dibahas pada sub bab berikutnya.
B. Material Arsitektur Hijau
Material arsitketur hijau merupakan penjabaran dari salah satu aspek pada arsitktur hijau. Pembahasan mengenai material arsitektur hijau mencakup beberapa aspek. Salah satu aspek tersebut adalah material daur ulang (recycle) yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
C. Material Daur Ulang (Recycle)
Material daur ulang merupakan penjabarandari salah satu aspek pada material arsitektur hijau.. Pembahasan mengenai material daur ulang mencakup beberapa teori yang disimpulkan. Kesimpulan ini digunakan sebagai acuan pada penelitian.
D. Ecobrick
Pembahasan mengenai ecobrick sebagai salah satu material daur ulang.
Ecobrick memiliki beberapa aspek yaitu sejarah, pembuatan, karakteristik dan penerapan ecobrick. Masing-masing aspek akan dibahas tersendiri.
-Sejarah Ecobrick
Sejarah ecobrick membahas mengenai sejarah pembentukan ecobrick dan orang-orang penting yan gmelatarbelakangi terbentuknya ecobrick beserta organisasi pendukungnya.
-Pembuatan Ecobrick
Pembuatan ecobrick membahas proses pembuatan ecobrick dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan ecobrick.
-Karakteristik Ecobrick
Karakteristik ecobrick membahas ciri khusus yang terdapat pada ecobrick berdasarkan teori yang dikumpulkan dan disimpulkan untuk penelitian.
-Penerapan Ecobrick
Penerapan ecobrick membahas bagaimana ecobrick dapat digunakan.
Penerapan ecobrick membahas aplikasi ecobrick yang sudah diterapkan.
E. Elemen Pembentuk Ruang
Pembahasan elemen pembentuk ruang membahas aspek-aspek penyusun ruang. Pembahasan ini akan mengambil satu aspek yaitu pintu yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
F. Elemen Pintu
Pembahasan elemen pintu menjabarkan karakteristik pintu. Elemen pintu merupakan salah satu aspek pada elemen pembentuk ruang yang akan dibahas pada penelitian ini. Penjabaran mengenai elemen pintu menggunakan berbagai sumber yang akan dijadikan sumber referensi. Pembahasan mengenai elemen pintu terdiri dari bagian pintu, jenis pintu, material pintu, standar ukuran pintu dan berat pintu.
-Bagian Pintu
Bagian pintu membahas bagian-bagian pembentuk pintu. Bagian pintu terdiri dari pembahasan mengenai bagian daun pintu, kosen dan bagian pendukung.
-Jenis Pintu
Jenis pintu membahas pintu berdasarkan bentuk, cara beroperasi dan penempatan pintu pada ruang.
-Material Pintu
Material pintu membahas berbagai jenis bahan yang dapat digunakan pada pintu.
-Standar Ukuran Pintu
Standar ukuran pintu membahas tentang ukuran pintu berdasarkan teori terkait ukuran pintu.
-Berat Pintu
Berat pintu membahas tentang beat pintu berdasarkan teori terkait berat pintu.
Pembahasan mengenai berat pintu jug amembahas tentang bagaimana cara menghitung berat pintu.
1.7. 3 BAB III Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian membahas tentang bagaimana cara penlitian dilakukan.
Metodologi penelitian mencakup beberapa aspek yaitu jenis penelitian, lokasi penelitian, sampel penelitain, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian membahas tentang kategori penelitian yang akan dilakukan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian membahas tentang lokasi tempat penelitian dilakukan.
C. Sampel Penelitian
Sampel penelitian membahas objek yang diteliti pada penelitian.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian digunakan untuk mengukur sampel penelitian. Variabel ditentukan berdasarkan tinjauan pustak pada bab 2. Variabel bertujuan menhawab latar belakang permasalahan penelitian.
E.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data membahas bagaimana data pada penelitian dikumpulkan.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data membahas bagaimana data penelitian yang sudah terkumpul dianalisis dan diproses sehingga dapat dicapai kesimpulan penelitian.
1.7.4 BAB IV Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan merupakan hasil pembahasan berdasarkan variabel penelitian pada obyek penelitian. Sub bab pada bagian hasil dan pembahsan merupakan variabel dan indikator pada penelitian. Hasil dan pembahasan mencakup karakteristik pintu ecobrcik dan perbandingan pintu ecobrick dan pintu kayu.
A. Karakteristik Pintu Ecobrick
Karakteristik pintu ecobrick merupakan variabel pertama pada pembahasan penelitian. Karakteristik pintu terdiri dari beberapa indikator yaitu desain pintu ecobrick, perbandingan persentase ecobrick, berat pintu ecobrick, biaya pembuatan pintu ecobrick, konstruksi pintu ecobrick dan penggunaan pintu ecobrick.
-Desain Pintu Ecobrick
Desain pintu membahas alternatif desain pintu yang dihasilkan pada penelitian beserta penjelasannya.
-Berat Pintu Ecobrick
Berat Pintu membahas berat pintu pada alternatif desain pintu yang dihasilkan.
-Perbandingan Persentase Ecobrick pada Pintu
Perbandingan persentase ecobrick membahas mengenai perbandingan volume dan perbandingan berat ecobrick dengan pintu secara keseluruhan.
-Biaya Pembuatan Pintu Ecobrick
Biaya pembuatan pintu ecobrick membahas berapa perkiraan biaya yang dibutuhkan pada apembuatan pintu ecobrick.
-Konstruksi Pintu Ecobrick
Konstruksi pintu ecobrick membahas konstruksi pintu ecobrick skala 1:1.
Konstruksi pintu menjelaskan rencana pintu, bahan yan gdibutuhkan dan proses pembuatan pintu ecobrick.
-Cara Pintu Ecobrick Beroperasi
Cara pintu ecobrick beroperasi didapatkan berdasarkan kajian teori dan indikator karakteristik pintu ecobrick.
-Penempatan Pintu Ecobrick
Penempatan pintu ecobrick didapatkan berdasarkan indikator karakteristik pintu ecobrick. Indikator dianalisis sehingga didapatkan penempatan pintu ecobrick.
B. Perbandingan Pintu Ecobrick dengan Pintu Kayu
Perbandingan pintu ecobrick dengan pintu kayu merupakan variabel kedua pada penelitian. Perbandingan pintu ecobrick dengan pintu kayu terdiri beberapa indikator, yaitu perbandingan desain pintu, perbandingan berat pintu,
perbandingan biaya pembuatan pintu, perbandingan konstruksi pintu dan perbandingan penggunaan pintu.
-Perbandingan Desain Pintu
Perbandingan esain pintu membahas perbandingan pintu ecobrick yang dihasilkan pada penelitian dengan pintu kayu beserta penjelasannya.
-Perbandingan Berat Pintu
Perbandingan berat Pintu membahas perbandingan berat pintu ecobrick dengan pintu kayu.
-Perbandingan Biaya Pembuatan Pintu
Perbandingan biaya pembuatan pintu membahas perbandingan biaya yang dibutuhkan pada pembuatan pintu ecobrick dan pintu kayu.
-Perbandingan Konstruksi Pintu
Perbandingan konstruksi pintu membahas perbandingan sambungan pintu, bahan yang dibutuhkan dan pengerjaan pada pintu ecobrick dan pintu kayu.
-Perbandingan Cara Pintu Beroperasi
Perbandingan cara pintu beroperasi membandingkan cara pintu ecobrick dan pintu panel kayu beroperasi berdasarkan kajian teori.
-Perbandingan Penempatan Pintu
Perbandingan penempatan pintu didapatkan berdasarkan indikator mengenai perbandingan pintu. Indikator pada variabel kedua dianalisis dan didapatkan perbandingan penggunaan pintu ecobrick dan pintu kayu.
1.7.5 BAB V Kesimpulan
Kesimpulan merupakan hasil akhir pada penelitian. Pembahasan pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Kesimpulan didapat dari hasil pembahasan penelitian. Kesimpulan berguna untuk menjawab latar belakang masalah pada bab 1. Pembahasan mengenai kesimpulan dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan pembahasan pada bab 4.
-Karakteristik Pintu Ecobrick
Karakteristik pintu ecobrick membahas kesimpulan pada sub bab karakteristik pintu ecobrick pada bab 4. Bagian ini menjawab perumusan masalah bagaimana karakteristik pintu ecobrick dan penggunaan sampah plastik pada pintu ecobrick.
-Perbandingan Pintu Ecobrick dengan Pintu Kayu
Perbandingan pintu ecobrick dengan pintu kayu membahas kesimpulan pada sub bab perbandingan pintu ecobrick dengan pintu kayu pada bab 4. Bagian ini menjawab perumusan masalah bagaimana perbandingan pintu ecobrick dengan pintu kayu.
B. Saran
Saran merupakan pembahasan mengenai pertimbangan penelitian berikutnya dalam melakukan pemahaman yan glebih baik terkait penelitian.
1.7.6 Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar refensi sumber penggunaan teori pada penelitian.
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal (Sudarwani, 2012).
Arsitektur hijau dapat diartikan sebagai sebuah karya rancangan urban yang memiliki throughput maksimal dengan dampak kerusakan lingkungan yang minimal. Throughput merupakan hasil perancangan arsitektur yang dihasilkan dari welfare (keselamatan) mencakup safety (keamanan), relief (sokokngan), heath (kesehatan), comfort (kenyamanan), sense (rasa) dikurangi dampak lingkungan (environmental damage) (Kusumawanto dan Astuti, 2018).
Arsitektur hijau yang diwujudkan dalam bangunan hijau dapat dideskripsikan sebagai gerakan, yang meliputi prinsip kesadaran lingkungan. Gerakan ini berupa praktik mengubah dan menginovasi standar perancangan dan konstruksi untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Hal ini merupakan upaya menggabungkan material dan metode konstruksi yang ramah lingkungan.
Arsitektur hijau bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan jejak karbon yang dihasilkan dari konstruksi bangunan, penggunaan dan perawatan. Arsitektur hijau juga merupakan upaya untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental
pengguna bangunan dengan udara dalam ruangan yang lebih bersih, mengurangi bahan kimia berbahaya dan memperbaiki sistem pencahayaan alami (Stempler dan Dorfman, 2014).
Arsitektur hijau meminimalkan penggunaan sumber daya alam oleh manusia untuk menjamin generasi mendatang dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut bagi kehidupannya kelak. Arsitektur hijau juga meminimalisir dampak negatif bangunan terhadap lingkungan di mana manusia hidup (Karyono, 2014).
Dari beberapa teori ini, arsitektur hijau berkaitan dengan beberapa hal, yaitu (1) Meminimalisir dampak terhadap lingkungan dan manusia,
(2) Efisiensi penggunaan sumber daya, (3) Bangunan yang memiliki performa tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa arsitektur hijau adalah upaya atau praktik menghasilkan bangunan yang dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia dengan memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya untuk menghasilkan bangunan yang memiliki performa tinggi.
2.2 Material Arsitektur Hijau
Salah satu aspek penting dari arsitektur hijau adalah material. Material pada arsitektur hijau pada umumnya terdiri dari material terbarukan dan ramah lingkungan karena dampaknya dipertimbangkan selama masa pakai produk tersebut. Selain itu, material pada arsitektur hijau pada umunya menghasilkan pengurangan biaya perawatan dan penggantian selama masa pakai bangunan, menghemat energi, dan meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuni.
Menutut Howe (2010), bahan bangunan hijau dapat dipilih dengan mengevaluasi karakteristik seperti
(1) Material yang digunakan kembali (reused) dan didaur ulang (recycled), (2) Nol atau rendah emisi gas buangan berbahaya,
(3) Nol atau toksisitas rendah,
(4) Bahan baku material yang terbarukan secara cepat dan berkelanjutan, (5) Dapat didaur ulang,
(6) Memiliki daya tahan dan umur panjang, (7) Diproduksi secara lokal.
Menurut El Kordy et al. (2016), pemilihan material dalam desain harus mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu
(1) Material lokal untuk memperpendek jarak transportasi, sehingga mengurangi polusi udara yang dihasilkan kendaraan yang mengantar material.
(2) Material yang digunakan harus tersedia di sekitar tapak untuk meminimalisir biaya dan polusi dari transportasi.
(3) Material yang digunakan kembali (reused) dan daur ulang (recycled).
(4) Material di area tapak dapat digunakan dalam desain, sehingga mengurangi konsumsi energi dan material mentah.
(5) Material yang sesuai dengan iklim regional untuk bertahan pada iklim lokal agar dapat bertahan lama.
(6) Menggunakan material alam memiliki tiga manfaat. Manfaat ekologis karena material ini lebih tidak beracun. Manfaat ekonomis karena pengurangan
konsumsi energi. Dan manfaat sosial kerana material ini tidak memiliki emisi berbahaya.
(7) Menggunakan material yang tidak beracun untuk menghindari berdampak buruk pada kualitas udara selama masa penggunaannya.
(8) Material yang tahan lama dapat menghemat pengeluaran dibandingkan material yang harus diganti lebih sering.
(9) Material dengan perawatan yang rendah mengurangi perawatan berarti mengurangi biaya. Perawatan yang rendah dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penggunaan material alam yang tahan lama.
(10) Dan material nano dapat memperbaiki kekuatan, ketahanan, dan mengurangi material beracun. Material dan produk baru berdasarkan teknologi nano dapat ditemui pada insulasi yang dapat dicat atau disemprot dalam bentuk lapisan.
Calkins (2009) menekankan empat prinsip material pada bangunan, yaitu.
(1) Pemilihan material dan produk yang menggunakan sumber daya secara efisien. Mengurangi (reduce), menggunakan ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) material dalam rangka mengurangi konsumsi sumber daya dan perusakan ekosistem yang disebabkan dari pengambilan sumber daya.
(2) Pemilihan material dan produk yang meminimalisir energi yang dibutuhkan dan karbon yang dihasilkan. Penggunaan material lokal dapat mendukungprinsip ini. Material diproduksi dengan sumber energi terbarukan.
(3) Menghindari material dan produk yang dapat mengancam kesehatan manusia atau lingkungan pada setiap fase dari siklus hidupnya. Material atau
produk sampingan dari material yang berpotensi mengeluarkan racun, polutan, dan logam berat ke udara, air atau tanah yang berdampak pada kesehatan manusia dan ekologi harus dihindari.
(4) Pemilihan material yang membantu strategi perancangan tapak secara berkelanjutan. Beberapa material belum tentu ramah lingkungan, tetapi material ini dapat menjadi ramah lingkungan digunakan untuk membangun perancangan tapak yang berkelanjutan.
Menurut Siagian (2005), beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memilih material bangunan adalah
(1) Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan sampah/ buangan bangunan saat pemakaian. Pada fase perancangan, diperlukan identifikasi terhadap potensi sampah yang akan dihasilkan.
(2) Bahan bangunan tersebut dapat dipakai kembali. Menggunakan kembali bahan bangunan pada lokasi pembangunan memberikan manfaat pada alam dibandingkan membuang seluruh sampah dari lokasi pembangunan.
(3) Keaslian material. Material berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui dan pertimbangan jarak dari sumber ke lokasi pembangunan.
(4) Energi yang diwujudkan. Energi ini dihitung dari proses pembuatan, pengepakan, pengiriman hingga pemasangan pada bangunan.
(5) Produksi material. Proses produksi material tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
(6) Efek racun dari material terhadap pengguna bangunan.
(7) Memprioritaskan material alam.
(8) Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk.
Kriteria material arsitektur berkelanjutan menurut Ardiani (2015) adalah (1) Tahan lama
(2) Dapat dibangun kembali (3) Tidak beracun
(4) Biodegradable
(5) Material yang sedikit memberikan emisi ke udara (6) Memiliki umur panjang dan dapat diperbaiki (7) Material yang jika diambil cepat tumbuh kembali
Menurut Roaf et al. (2007), faktor yang menentukan kualitas material adalah
(1) Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi material rendah (2) Emisi karbon dioksida (CO2) rendah
(3) Dampak ke lingkungan lokal saat ekstraksi material rendah (4) Tidak beracun
(5) Transportasi material
(6) Tingkat polusi yang dihasilkan dari material
Standar GREENSHIP yang dibuat oleh Green Building Council Indonesia (2014) mencakup delapan aspek, yaitu
(1) Refrigeran bukan perusak ozon, untuk menghindari penipisan lapisan ozon.
(2) Penggunaan material bekas.
(3) Material dari sumber yang ramah lingkungan. Hal ini dapat mencakup penggunaan perabot dari sumber terbarukan, daur ulang, atau bekas.
(4) Material dengan proses produksi ramah lingkungan.
(5) Penggunaan kayu bersertifikat dari lembaga independen nasional atau internasional.
(6) Material pre fabrikasi pada komponen bangunan untuk mengurangi sampah dari konstruksi.
(7) Penggunaan material lokal untuk mengurangi jejak karbon dari penggunaan kendaraan dalam transportasi material.
(8) Jejak Karbon dari penggunaan material bangunan.
Kim dan Rigdon (1998) menjabarkan siklus hidup material terbagi menjadi tiga fase, yaitu
(1) Fase pra-pembangunan yang mencakup proses manufaktur material.
(2) Fase pembangunan yang mencakup proses operasional bangunan.
(3) Fase paska-pembangunan yang mencakup manajemen sampah.
Setiap fase memiliki aspek yaitu:
(1) Proses manufaktur - Pengurangan sampah -Pencegahan polusi - Produk hasil daur ulang
- Pengurangan energi terkandung (embodied energy) - Material alam
(2) Operasional bangunan -Efisiensi energi
-Penanganan dan konservasi air -Material tidak beracun
-Sumber energi terbarukan -Material tahan lama (3) Manajemen Sampah
-Dapat terdegradasi secara alami (biodegradable) -Dapat didaur ulang (recycleble)
-Dapat digunakan lagi (reusable)
Interpretasi mengenai teori material arsitektur berkelanjutan dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Material Arsitektur Berkelanjutan Howe (2010) -Digunakan kembali
(reused) dan didaur ulang (recycled)
-Rendah emisi gas buangan berbahaya -Toksisitas rendah -Terbarukan secara cepat dan berkelanjutan -Dapat didaur ulang
-Material Reused dan recycled
-Material lokal -Material alam -Berumur panjang -Tidak Beracun -Dapat terdegradasi secara alami
(Biodegradable)
-Memiliki daya tahan dan umur panjang
-Materi lokal El Kordy et al. (2016) -Materi Lokal
-Ketersediaan -Digunakan kembali (reused) dan didaur ulang (recycled),
-Material di sekitar tapak -Sesuai dengan iklim regional
-Material alami -Tidak beracun -Berumur panjang -Perawatan rendah -Material nano Calkins (2009) -Efisen dalam
menggunakan sumber daya
-Meminimalisir energi dan karbon
-Tidak berbahaya
-Membantu strategi perancangan tapak secara berkelanjutan
Siagian (2005) -Dapat dipakai kembali dan memperhatikan sampah/ buangan
bangunan saat pemakaian -Dapat dipakai kembali -Keaslian material -Energi yang diwujudkan -Produksi material -Efek racun dari material -Memprioritaskan
material alami -Mempertimbangkan durabilitas dan umur dari produk
Ardiani (2015) -Tahan lama
-Dapat dibangun kembali -Tidak beracun
-Dapat terdegradasi secara alami
(Biodegradable)
-Material yang sedikit memberikan emisi ke udara
-Memiliki umur panjang dan dapat diperbaiki -Material yang jika diambil cepat tumbuh kembali
Roaf et al. (2007) -Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi material rendah
-Emisi karbon dioksida (CO2) rendah
-Dampak ke lingkungan lokal saat ekstraksi material rendah -Tidak beracun
-Transportasi material -Tingkat polusi yang dihasilkan dari material Green Building
Council (2014)
-Refrigeran bukan perusak ozon
- Penggunaan material bekas
- Material dari sumber yang ramah lingkungan - Material dengan proses produksi ramah
lingkungan
- Kayu bersertifikat - Material pre fabrikasi -Material lokal
-Jejak Karbon Kim dan Rigdon
(1998)
A. Proses manufaktur - Pengurangan sampah -Pencegahan polusi - Produk hasil daur ulang - Pengurangan energi terkandung (embodied energy)
- Material alam
B. Operasional bangunan -Efisiensi energi
-Penanganan dan konservasi air
-Material tidak beracun -Sumber energi
terbarukan
-Material tahan lama C. Manajemen Sampah -Dapat terdegradasi secara alami
(Biodegradable) -Dapat didaur ulang (recycleble)
-Dapat digunakan lagi (reusable)
Berdasarkan berbagai aspek yang telah dikumpulkan, penulis menyimpulkan enam aspek material arsitektur hijau, yaitu
(1) Material yang digunakan kembali (reused) dan daur ulang (recycled), (2) Material lokal,
(3) Material yang berasal dari alam, (4) Material yang berumur panjang, (5) Material yang tidak Beracun
(6) Material yang dapat terdegradasi secara alami (Biodegradable).
2.3 Material Daur Ulang (Recycle)
Daur ulang mencakup tiga alur yang berbeda: down-cycle (daur ulang dengan hasil memiliki kualitas lebih rendah), daur ulang (recycle), dan up-cycle (daur ulang dengan hasil memiliki kualitas lebih baik). Setiap alur ini membutuhkan masukan energi dan menghasilkan limbah dan emisi tergantung dari material tersebut (Saleh, 2009).
Dengan mendaur ulang material, energi yagn terkandung (embodied energy) dapat dijaga. Energi yang digunakan untuk mendaur ulang sebagian besar material lebih sedikit dibandingkan energi yang dibutuhkan untuk membuat material asli. Material bangunan yang memiliki potensi untuk diadur ulang mencakup kaca, plastik, logam, beton atau bata, dan kayu. Beton atau bata dapat dihancurkan dan digunakan sebagai agregatat untuk dinding bata yang baru. Kayu bisa digunakan sebagai material komposit.
Tingkat daur ulang mengukur kapasitas material untuk digunakan sebagai sumber daya dalam menghaasilkan produk baru. Banyak material bangunan yang tidak dapat digunakan ulang secara keseluruhan dibongkar menjadi komponen yang dapat didaur ulang. Salah satu permasalahannya adalah kesulitan saat memisahkan puing dari pembongkaran yang menghambar proses daur ulang (Kim dan Rigdon, 1998).
Manfaat utama dari daur ulang untuk menghemat material mentah alami, menghemat energi, mengurangi emisi berbahaya dan mengurangi ruang yang dibutuhkan untuk tempat pembuangan akhir (TPA). Tingkat manfaat bervariasi dengan jenis material dan bentuk daur ulang (Thormark, 2000).
Beberapa indikator dari kajian teori pada pembahasan material daur ulang (recycle) adalah
(1) Penggunaan energi yang lebih sedikit dibandingkan memproduksi material baru.
(2) Penghematan material mentah.
(3) Mengurangi limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
2.4 Ecobrick
Ecobrick merupakan material daur ulang dari sampah plastik. Ecobrick adalah bata yang dibuat dengan cara mengisi botol PET (polietilena tereftalat) dengan bahan non-biodegradable seperti plastik, bungkus kemasan, selofan, dan lain-lain yang dipadatkan. Bila dipadatkan dengan tepat, ecobrick dapat digunakan berkali- kali (Maier, 2015).
Prinsip membangun menggunakan ecobrick yaitu cradle to crade yang memungkinkan ecobrick dapat digunakan kembali setelah masa penggunaannya pada konstruksi selesai. Penggunaan kembali dilakukan pada konstruksi berikutnya. Pembangunan berbasis ecobrick didukung oleh gerakan kolaboraksi komunitas. Pembuatan ecobrick menggunakan material lokal yang ada di sekitar (Maier, 2017).
Plastik merupakan material penting yang melalui proses panjang dalam pembuatannya, namun sampah plastik memiliki dampak buruk pada lingkungan, sehingga perlu upaya untuk menahan dampak tersebut pada lingkungan. Ecobrick tidak menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang umur
plastik-plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna. Sehingga bisa digunakan untuk kepentingan manusia ( Suminto, 2017).
Menurut Valencia et al. (2012), keuntungan konstruksi menggunakan material botol PET sebagai bata adalah:
(1) Material dapat bertahan lama
(2) Material memiliki insulasi thermal yang baik (3) Material memiliki harga yang lebih murah
(4) Pembuatan material dapat dikonstruksi secara sendiri
(5) Pembuatan material dapat menggunakan berbagai jenis botol
2.4.1 Sejarah Ecobrick
Andreas Foese, arsitek dan pendiri ECO-TEC mengembangkan konsep bata dari botol PET pada tahun 2001 di Honduras saat menyadari banyaknya sampah botol di taman. Botol tersebut diisi dengan pasir dan campuran tanah. Konsep botol PET yang diisi tanah ini sudah menyerupai ecobrick namun terdapat perbedaan material pada bahan pengisi.
Pada tahun 2004, Susana Heisse di Guatemala, Amerika Tengah mengkampanyekan ecobrick sebagai solusi permasalahan sampah plastik yang berada di sekitar danau Atitlan sehingga muncul gerakan Pura Vida Atitlan.
Gerakan Pura Vida Atitlan dimulai tahun 2005 di desa San Marcos la Laguna.
Pada tahun 2010, Russell Maier dan Irene Bakisan membuat kurikulum panduan ecobrick di Filipina. Pembuatan kurikulum ini menjadi cikal bakal dari Global Ecobrick Alliance. Kurikulum ecobrick berawal dari Russell Maier yang
mempelajari konsep penggunaan “sampah” pada masyarakat lokal. Terdapat istilah “ayyew” yang merujuk pada penggunaan kembali (recycle) pada setiap benda sehingga benda tersebut selalu memiliki nilai dan tidak berakhir menjadi sampah. Panduan ini disebarkan ke ratusan sekolah. Pada tahun 2015, sekitar tiga ribu sekolah sudah mengimplementasikan program ecobrick pada Departemen Pendidikan bagian utara Filipina. Ecobrick dapat dibuat oleh siapa saja dan di mana saja dengan peralatan yang sederhana. Secara ringkas, kronologi sejarah ecobrick dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Kronologi sejarah ecobrick
2.4.2 Pembuatan Ecobrick
Melalui Global Ecobrick Alliance, Maier (2015) mengungkapkan botol PET dapat bertahan hingga 300- 500 tahun jika dihindarkan dari sinar matahari. Jika
2001 – Andreas Froese (ECO-TEC), Honduras
2004 – Susana Heisse (Pura Vida Atitlan), Guatemala
2010 – Russell Maier (Global Ecobrick Alliance), Filipina
padatkan, botol PET dapat digunakan sebagai bata. Bata ini adalah ecobrick.
Ecobricks dapat digunakan berulang kali. Ecobricks yang sudah rusak dapat dimasukkan ke dalam botol yang baru. Sehingga menjadi pertimbangan untuk meghindari kontak langsung ecobrick dengan semen.
Pembuatan Ecobrick dapat dilakukan dengan cara:
(1) Isi botol dengan bahan yang tidak dapat diuraikan oleh organisme alam (non-biodegradables). Beberapa jenis ukuran botol yang dapat digunakan yaitu botol ukuran 300 ml, 600 ml, 1500 ml seperti pada gambar 2.2. Botol yang digunakan merupakan botol yang berukuran sama. Material yang dimasukkan ke dalam botol mencakup plastik, busa, kemasan, dan selofan.
Material yang tidak dapat dimasukkan ke dalam botol adalah kertas, kaca, bahan organik dan logam tajam. Bahan organik dapat menghasilkan gas metana sehingga merusak botol
(2) Menggunakan tongkat untuk memadatkan botol. Untuk memaksimalkan kepadatan ecobrick, plastik dipotong hingga menjadi bagian yang lebih kecil. Plastik dengan ukuran kecil dapat menghasilkan ecobrick yang lebih padat.
(3) Menggunakan plastik berwarna untuk mengisi bagian bawah botol.
(4) Menggunakan satu jenis merek botol yang paling banyak. Hal ini untuk mempermudah konstruksi.
Gambar 2.2 Contoh botol yang dapat digunakan sebagai Ecobrick
Berat jenis minimal untuk ecobrick adalah 0,33 gr/ml atau 333 kg/m3. Berat jenis dapat diukur dengan cara mengukur berat ecobrick dibagi dengan volume botol yang digunalan. Sebagai contoh, untuk botol bervolume 600 ml, berat minimal adalah 200 gr dan pada botol bervolume 1500 ml memiliki berat minimal 500 ml.
Gambar 2.3 Pembuatan Ecobrick
2.4.3 Karakteristik Ecobrick
Ecobrick sebaiknya diisi oleh material yang sejenis dan dilakukan oleh orang yang terlatih unutuk meminimalisir variasi kekuatan pada ecobrick (Antico, et al., 2017). Perbedaan material juga dapat menghasilkan variasi kekuatan pada ecobrick..
Ecobrick memiliki kekuatan tekan yang cukup bagus, dibandingkan dengan kubik beton. Berat ecobrick ringan tetapi cukup kuat. Berat yang ringan dapat mengurangi biaya transportasi. Ecobrick memiliki indeks reduksi suara (sound reduction index) yang cukup tinggi, dibandingkan blok beton yang lebih padat.
Berat ecobrick yang ringan mengurangi potensi terjadinya cedera karena mengangkat beban berat. Ecobrick tidak rapuh seperti blok beton. Ecobrick memiliki kekurangan pada daya tahan api, namun dapat dibantu dengan pelapisan dengan semen atau lumpur (Taffe, et al. 2014).
Menurut Manisha (2017), ecobrick memiliki berat yang ringan. Ecobrick dapat dikonstruksi dengan mudah. Ecobrick juga memiliki ketahanan dan kekuatan yang baik. Bagian botol plastik dapat menahan air sehingga dapat menghindari masalah kelembapan. Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan ecobrick dibandingkan bata relatif lebih murah. Bentuk ecobrick dapat dilihat pada gambar 2.4.
Berdasarkan kajian teori mengenai karakteristik pada ecobrick, karakteristik ini dapat disimpulkan menjadi:
(1) Ecobrick memiliki berat yang ringan (2) Memiliki daya tekan yang cukup bagus
(3) Memiliki indeks reduksi suara (sound rection index) yang cukup tinggi (4) Tahan terhadap air
(5) Biaya pembuatan yang murah
Gambar 2.4 Ecobrick
2.4.4 Penerapan Ecobrick
Berdasarkan visi panduan konstruksi ecobrick, Maier (2017) mengungkapkan hal dasar yang perlu diperhatikan saat membangun menggunakan ecobrick adalah penggunaan botol berukuran 1.5 L untuk membuat kursi. Botol 600 ml cocok untuk membuat taman. Botol yang lebih kecil sesuai untuk pembuatan dinding.
Dianjurkan untuk menggunakan botol berukuran sama pada setiap konstruksi untuk menghasilkan struktur yang rapih, kuat dan meminimalisir penggunaan
mortar. Untuk dinding yang memiliki ketinggian 5 lapisan,membutuhkan batangan besi / kayu secar horizontal untuk menopangnya.
Ecobricks dapat direkatkan dengan karet ban, silikon, lempung dan semen untuk membangun berbagai hal seperti furnitur, taman, hingga struktur bangunan.
Dalam penggunaan semen, perlu diperhatikan untuk meminimalisir penggunaan semen, karena penggunaan semen dapat meneyebabkan keretakan pada lapisan ecobrick, sehingga menambah sampah saat pembongkaran ecobrick. Ecobrick dapat dikreasikan sesuai dengan kreatifitas pengguna. Beberapa penggunaan ecobrick yaitu:
A. Modul Perabot
Ecobrick dapat disatukan dengan silikon atau karet ban untuk membentuk modul (Maier, 2017). Modul dapat dibuat dengan berbagai jumlah dan berbagai bentuk. Modul-modul yang sudah jadi dapat disatukan untuk membuat berberbagai hal seperti meja, kursi, panggung, dan lain sebagainya. Modul yang dibuat dari botol yang sama akan menghasilkan bentuk yang saling mengikat seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Penerapan modul perabot dari ecobrick (Sumber Ecobricks.org )
Gambar 2.6 Membuat modul perabot dari ecobrick (Sumber Ecobricks.org )
B. Bangunan tanah botol (Earth Bottle Building)
Material tanah sebagai material bangunan memiliki berbagai nama tergantung pembuatannnya. Secara ilmiah, material tanah disebut lempung. Lempung merupakan campuran tanah liat, lanau, pasir dan beberapa agregat seperti batu Teknik pembuatan gumpalan lempung disebut cob (Minke, 2006). Dengan menggabungkan tanah liat, pasir dan jerami dapat menghasilkan Cob. Campuran tanah liat ini sudah lama digunakan dalam konstruksi manusia dan dapat bertahan lama. Ketika struktur ini perlu dibongkar, Cob dapat dipisahkan dengan ecobrick tanpa harus merusak permukaan ecobrik, jika dibandingkan dengan perekatan oleh semen. Pembuatan ecobrick dengan tanah liat dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Kombinasi ecobrick dan material tanah (cob)
Gambar 2.8 Panduan pembuatan dinding ecobrick (Sumber Ecobricks.org)
C. EcoBlocks
Ecoblock adalah unit modular dengan ecobrick yang digagas oleh arsitek Johanesburg, Ian Domisse. Ian domisse juga mendirikan Ecobrick Exchange yang membantu pembuatan sekolah menggunakan sampah plastik. Modul ini menggunakan lembar plywood untuk menyatukan ecobrick. Ecoblock sesuai untuk penggunaan dalam ruangan. Ecoblock adalah penggabunga sepuluh ecobrick dengan papan dan kawat. Ecobrick diletakkan tegak dan terbalik secara selang seling, sehingga menyediakan ruang untuk ecoblock lain untuk saling menempati (Kuhn, 2015).
Gambar 2.9 Ecoblock (Sumber Ecobricks.org)
Gambar 2.10 Ecoblock (Sumber Ecobrickexchange.org)
D. Metode Konstruksi Pura Vida Atitllan
Metode ini mengkombinasikan struktur beton dan ecobrick yang dikembangkan oleh gerakan ecobrick Pura Vida Atitlan di Guatemala. Kawat digunakan diantara dua balok beton untuk menyusun ecobrick secara vertikal seperti pada gambar 2.11. Penggunaan kawat memiliki beberapa fungsi yaitu untuk menstabilkan penempatan ecobrick di dalam ruang di antara kolom dan balok. Kawat juga berguna untuk penguatan dan menambah kekakuan dinding.
Setelah dinding diisi dengan ecobrick, kawat diplester dengan semen (Heisse dan Arias, 2011). Organisasi HugItForward menggunakan metode ini untuk membangun sekolah yang disubsidi oleh relawan ekowisata.