• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan perilaku pada anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gangguan perilaku pada anak"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Gangguan perilaku pada anak

Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog

(2)

Gangguan Perilaku

Anak

tempertantrum

ADHD

enkopresis

enuresis konstipasi

gangguan makan

(3)

Tempertantrum

(4)

Tempertantrum

• Hurlock (2000), temper-tantrum adalah sebuah ledakan amarah yang kuat, yang merupakan ketakutan hebat dan iri hati namun tidak

masuk akal.

• Hal ini terlihat sangat mencolok pada anak usia sekitar 2,5 hingga 6,5 tahun.

• Perilaku temper-tantrum dapat diartikan sebagai suatu ledakan emosi anak yang merupakan ekspresi kemarahan dan frustrasi yang ekstrim sehingga lepas kendali.

• Manifestasi perilaku dari temper-tantrum ditandai dengan menangis, berteriak, gerakan tubuh yang agresif, berguling-guling di lantai, dan perilaku lainnya yang bersifat menyakiti diri sendiri atau sekitarnya.

(5)

Jenis Tempertantrum, Hildayani (2008)

• Verbal Frustration Tantrum

• ketika anak tahu apa yang ia inginkan, tapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya dengan jelas.

• Menghilang ketika kemampuan komunikasi meningkat

• Manipulative Tantrum

• ketika seseorang anak tidak memperoleh apa yang diinginkan.

• Perilaku ini akan berhenti saat keinginan anak dituruti.

• Temperamental Tantrum

• ketika tingkat frustasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi, anak menjadi sangat tidak terkontrol dan sangat emosional.

• Pada tantrum jenis ini anak sulit untuk berkonsentrasi dan mendapatkan kontrol terhadap dirinya sendiri.

(6)

Karakteristik tempertantrum, Hasan (2011)

• Kurang dari tiga tahun

• menangis, menggigit, menendang, menjerit, memekik-mekik, melengkungkan pungung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan,

membenturkan kepala, dan melempar-lempar barang.

• Usia tiga sampai empat tahun

• perilaku yang ada pada kelompok umur bawah tiga tahun ditambah dengan menghentak-hentakan kaki, berteriak, meninju, membanting pintu,

mengkritik dan merengek

• Usia lima tahun ke atas

• perilaku kelompok usia pertama dan kedua ditambah dengan memaki,

menyumpah, memukul, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan mengancam

(7)

Penyebab tempertantrum

• Terhalang keinginannya anak mendapatkan sesuatu

• Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri

• Tidak terpenuhinya kebutuhan

• Pola asuh orangtua

• Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit

• Anak sedang stress akibat tugas sekolah dan lain-lain

(8)

Penanganan Tempertanrum

• Berusaha tenang : tarik nafas dalam dan cobalah menenangkan diri menghadapi perilaku temper tantrum saaitu.

• Identifikasi temper tantrum anak : identifikasi kembali apa yang dirasakan anak dengan bertanya atau mengatakan sesuatu kepada anak, misalnya “apakah kata-kata mama membuatmu marah tidak enak hati ? “

• Buat anak menyatakan keinginannya : bantu anak untuk menyatakan apa yang diinginkan atau apa yang tidak diinginkan anak, dengan harapan agar anak tahu bahwa orang tuanya memahami,

mengerti perasaan dan keinginannya.

• Beri alternatif : tawarkan beberapa alternatif lain misalnya sekarang ibu tidak menginginkan kamu beli es krim, tapi kamu bisa beli roti, atau susu bagaimana ?

• Beri pelukan cinta :bila temper tantrum berlangsung terus bahkan reaksi emosi anak semakin kuat, cobalah untuk memeluk anak dengan penuh rasa cinta dan sayang. Tentunya hasil ini bila anak

tidak bertindak agresif seperti memukul atau menendang pada orang tua.

(9)

ADHD

(10)

ADHD=ATTENTION DEFISIT HIPERACTIVE DISORDER

• Di indonesiakan GPPH =gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktif

(11)

Deteksi Dini GPPH/ADHD

Gejala-gejala yang perlu diperhatikan :

1. Tidak dapat memusatkan perhatian

• tidak mampu memberikan perhatian/konsentrasi untuk waktu lama

• mudah terpengaruh oleh stimulus lain.

• tidak mampu menyelesaikan tugas/permainan

• tidak mampu mematuhi instruksi

• sulit menata kembali mainannya 1. Impulsivitas

• Selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

• Suka menyela pembicaraan atau giliran

• Cepat mengambil kesimpulan sebelum selesai mendapat informasi.

(12)

3. Hiperaktivitas

• selalu bergerak tanpa lelah, seolah

• digerakkan oleh mesin.

• tidur bergerak dan tidak bisa tenang.

• Suka memanjat-manjat.

• anak tidak bisa duduk tenang.

GPP – Gangguan Pemusatan Perhatian yg tdk disertai hiperaktivitas cenderung nampak dg gejala anak lamban, pelamun, pengantuk, kurang bisa bergaul.

(13)

Penanganan GPPH /ADHD

• multidisipliner dan jangka panjang

• rujuk pada dr sp anak/neurologi anak

• rujuk pada dr sp psikiatri

• rujuk pada dr sp Rehabilitasi medik

• Konseling pada ortu untuk penanganan di rumah.

• Evaluasi psikologis pada anak . IQ dan potensi-potensi yang lain .

• Terapi perilaku

• Pendidikan khusus untuk GPPH.

(14)

Enuresis

(15)

Enuresis

• Enuresis atau mengompol merupakan kondisi yang biasanya terjadi karena saraf dalam menyuplai kandung kemih lambat matangnya, sehingga si anak tidak berhasil terbangun ketika kandung kemih penuh dan butuh dikosongkan.

• Enuresis berlangsung melalui proses berkemih yang normal (normal voiding), tetapi pada tempat dan waktu yang tidak tepat, yaitu :

berkemih di tempat tidur atau menyebabkan pakaian basah,

• dapat terjadi saat tidur malam hari (enuresis nocturnal),

• siang hari (enuresis diurnal)

• pada siang dan malam hari.

(16)

• Klasifikasi enuresis itu sederhana. Hanya dua aspek yang perlu diketahui:

periode kering terpanjang dan terdapat gejala saluran kemih bagian bawah

• Enuresis primer

• Digunakan pada anak yang belum pernah berhenti mengompol sejak masa bayi

• Enuresis primer berarti bahwa anak telah kering kurang dari 6 bulan (atau tidak semuanya)

• Enuresis sekunder

• Digunakan pada anak berusia lebih dari 5 tahun yang sebelumnya pernah bebas masa mengompol minimal selama 12 bulan

• Enuresis sekunder berarti kambuh/relaps setelah masa kering minimal 6 bulan telah terjadi. Masa kering bisa terjadi pada usia berapapun; tidak masalah jika itu terjadi secara spontan atau diraih dengan pengobatan

(17)

Dampak enuresis pada anak

• Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur berhubungan erat dengan factor psikologis.

• Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat enuresis sungguh mengganggu kehidupan seorang anak.

• Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas hidup anak saat dewasa.

Karena itu sudah selayaknya bila masalah ini tidak dibiarkan

berkepanjangan. Bila diabaikan, hal ini akan berpengaruh bagi anak.

• Biasanya anak menjadi tidak percaya diri, malu dan hubungan sosial dengan teman terganggu

(18)

Penanganan Enuresis

• Penanganan enuresis didasarkan pada 4 prinsip berikut di bawah ini. Tata laksana harus dimulai dengan terapi perilaku. Farmakoterapi merupakan

terapi lini kedua dan hanya diperuntukkan bagi anak yang gagal di tatalaksana dengan terapi perilaku, diantaranya;

• Meningkatkan motivasi pada anak untuk memperoleh kesembuhan, antara lain dengan system ganjaran atau hadiah (reward system). Menghukum atau

mempermalukan anak, baik oleh orangtua atau orang lain, tidak boleh dilakukan factorfaktor perancu seperti anak dalam keluarga broken home, masalah social, orangtua yang kurang toleran, serta masalah perilaku anak harus diidentifikasi sebagai factor yang mungkin mempersulit penyembuhan.

• Pengaturan perilaku (behavioural treatment). Berupa minum dan berkemih secara teratur dan berkemih sebelum tidur, lifting dan night awakening, retention control training, dry bed training, dan hipnoterapi.

(19)

Penanganan Enuresis

• Penggunaan enuresis alarm. Metode ini cukup efektif dalam

penanganan enuresis nocturnal, lebih baik dibandingkan dengan dry bed training.

• Farmakoterapi antara lain dengan desmoperin (DDAVP) dengan dosis 5-40 mikrogram sebagai obat semprot hidung. Impramin meskipun cukup efektif tapi angka kekambuhan cukup tinggi dan mudah terjadi efek samping dan kelebihan dosis sehingga pemakaiannya sangat

dibatasi yaitu khusus pada kasus attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

(20)

Diagnosis banding enuresis

• Infeksi saluran kemih (ISK) : banyak pd ♀.

• Malformasi anatomis atau lesi obstruksi (penyumbatan yang terjadi di dalam usus, baik usus halus maupun usus besar)

• Enuresis yang disengaja : berkaitan dengan masalah psikologis.

• Komorbid dengan ADHD.

• Enuresis memberi dampak negatif pada citra diri anak : memiliki perasaan yang lebih negatif tentang gangguan ini.

(21)

Enkopresis

(22)

Enkopresis

• pengeluaran feses yang tidak sesuai secara berulang, biasanya involunter (di luar kesadaran).

• terjadi minimal 1x/bulan, min. 3 bulan.

• usia mental atau usia kronologis 4 tahun.

• eksklusi zat atau kondisi medis sebagai penyebab.

• Bertahun2 literatur penelitian & klinis membedakannya menjadi:

• retentive encopresis.

• nonretentive encopresis, biasanya merupakan masalah dengan pelatihan toilet yang buruk atau tidak lengkap atau masalah diare

(23)

Tipe klinis enkopresis

• Tipe kontinyu : anak tidak pernah diberi latihan kebersihan; biasanya terjadi anak terlantar dan “golekmah”; sifat anak: tidak pernah patuh aturan, agresif, tidak punya rasa malu

• Tipe diskontinyu: anak yang terlalu dipaksa dan dikontrol pengeluaran tinjanya

• Tipe retentif : anak yang ketika ditanya reaksinya negatif dan menahan keinginan

(24)

Tipe enkopresis (DSM IV)

• dengan konstipasi & overflow incontinence.

• tanpa konstipasi & overflow incontinence.

(25)

Penyebab enkopresis

• Karena mempunyai adik baru

• Pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolah

• Orang tua / guru kurang peka terhadap tanda-tanda khusus

• Jadwal toilet training terlalu ketat

(26)

Usaha untuk mencegah encopresis

• Melatih pengaturan refleks

• Mengontrol pengeluaran tinja

(27)

Diagnosis banding enkopresis

• Stenosis rektum atau anus.

• Abnormalitas endokrin.

• Smooth muscle disease (penyakit otot polos)

• Penyakit Hirschsprung (gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di dalam usus, penyakit bawaan lahir,

kelainan saraf yang mengontrol pergerakan usus besar)

• Anak RM atau PDD.

• Anak dengan gangguan pengendalian impuls atau ADHD tipe inatensi.

• Anak yang mengalami stres berat.

(28)

Konstipasi

(29)

Konstipasi

• Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu istilah yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat.

• Baru pada abad 16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah tinja terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi.

• Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis.

• Konstipasi lebih merupakan suatu gejala klinis dibanding sebagai suatu penyakit tersendiri.

(30)

Klasifikasi konstipasi (berdasar patofisiologis)

• konstipasi akibat kelainan struktural

• terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja

• konstipasi fungsional

• berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal

(31)

Kriteria menentukan konstipasi

• Anak usia sama atau kurang dari 4 tahun, min salah satu gejala klinis berikut,

• (1) defekasi kurang dari 3 kali seminggu,

• (2) nyeri saat b.a.b,

• (3) impaksi rektum, dan

• (4) adanya masa feses di abdomen.

• Kriteria untuk anak berusia di atas 4 tahun agak berbeda, digunakan kriteria sebagai berikut,

• (1) frekuensi b.a.b kurang atau sama dengan dua kali seminggu tanpa menggunakan laksatif,

• (2) dua kali atau lebih episode soiling/enkopresis dalam seminggu,

• (3) teraba masa feses di abdomen atau rektum pada pemeriksaan fisis

(32)

Penyebab konstipasi organik

• kelainan organik, yaitu neurologis (penyakit Parkinson, multiple sclerosis, spinal cord lesions, distrofia muskular, neuropati), endokrin (hipotiroid, diabetes),

• psikologis (depresi, kesulitan makan),

• obat-obatan (narkotik, antikolinergik, antipsikosis, calcium channel blockers, anti-parkinson, antikonvulsan, tricyclic antidepressants, besi, calcium,

aluminum antacids, sucralfate)

• metabolik (hiperkalsemia, hipokalemia).

• gangguan pada kolon dan dasar pelvis seperti kelainan struktur dan obstruksi perlu dipertimbangkan

(33)

Penanganan Konstipasi

• Edukasi kepada orangtua maupun pasien mengenai dasar fisiologis terjadinya konstipasi dan soiling,

• untuk menjalin kerjasama antara dokter, orangtua dan pasien

• untuk mengurangi rasa bersalah dan saling menyalahkan.

• dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapi

• Perlu kolaborasi dokter, orang tua dan anak

• dokter memberi bimbingan dan pengobatan,

• orangtua bertanggung jawab terhadap kepatuhan anak, menyediakan rasa aman bagi anak, serta menyediakan waktu untuk anak berdefekasi dengan nyaman

• Anak sendiri harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjalankan pengobatan dan harus selalu melakukan usaha untuk b.a.b

• Catatan harian dapat menimbulkan motivasi anak untuk melakukan b.a.b lebih sering dan mengurangi soiling

• Latihan b.a.b (toilet training)

• Makanan berserat : dapat meningkatkan retensi air sehingga dapat melunakkan tinja, mempercepat waktu singgah di dalam kolon, dan meningkatkan frekuensi b.a.b

• Terapi laksatif diberikan karena obat tersebut mempunyai efek terhadap peningkatan sekresi elektrolit, penurunan absorpsi air dan elektrolit, peningkatan osmolaritas intraluminal, dan peningkatan tekanan hidrostatik usus

(34)

Kesulitan Makan

(35)

Kesulitan makan

• Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.

• Makan tidak mau ditelan.

• Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan.

• Penolakan atau melawan pada waktu makan.

• Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika).

• Hanya mau makan jenis tertentu saja.

• Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan.

• Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan.

• Dan keluhan lain.

(36)

Faktor Penyebab

Kesulitan Makan

Nutrisi

penyakit/kelainan organik penyakit/kelainan

kejiwaan

(37)

Nutrisi

• Konsumer pasif : bayi (0-1 tahun)

• disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik

• Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita (1-5tahun)

• berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama

penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya

• Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja (6-12tahun dan remaja)

• usia 6-12 tahun : berkurangnya nafsu makan di samping karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan (utk mengurangi berat badan dan berlebihan yg mengarah pada obesitas)

• Kesulitan makan pada usia remaja biasanya karena faktor kejiwaan (anoreksia nervosa).

(38)

Penyakit / Kelainan Organik

• Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut

• Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis, labiognatopaltoschizis, frenulum lidah yang pendek, makroglossi.

• Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.

• Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis

• Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.

• Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum, penyakit Hirschsprung

• Penyakit infeksi : akut/kronis

• Diare akut, diare kronis, cacingan

(39)

Penyakit / Kelainan Organik

• Penyakit infeksi pada umumnya

• Akut : infeksi saluran pernafasan.

• Kronis : tuberkolosis paru, malaria.

• Penyakit/kelainan non infeksi, Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :

• Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.

• Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.

• Penyakit keganasan : tumor Willems.

• Penyakit hematologi : anemia, leukemia.

• Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.

• Penyakit kardiovaskuler.

(40)

Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis

• Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya

• blm merasa lapar shg kurang motivasi utk makan

• makanan terlalu asin/pedas, menyuapi dgn keras

• Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai.

• Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan

• Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola

interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik.

(41)

Dampak Kesulitan Makan

• Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada

kesehatan dan tumbuh kembang anak.

• Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak.

• Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang.

• Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A.

• Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi.

• Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).

(42)

Penanganan kesulitan makan

• Identifikasi faktor penyebab

• Dapat dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada keadaan yang berat mungkin penyebabnya tidak hanya satu faktor (multi faktorial).

• Evaluasi tentang faktor dan dampak nutrisi

• Wawancara yang cermat, khususnya riwayat pengelolaan makan, jenis

makanan, jumlah makanan yang dikonsumsi, makanan yang disukai dan yang tidak, cara dan waktu pemberian makan, suasana makan dan perilaku makan.

• Pemeriksaan fisik khusus untuk menilai status gizi.

• Pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

• Pemeriksaan kejiwaan bila diperlukan

(43)

Penanganan kesulitan makan

• Melakukan upaya perbaikan

• Nutrisi

• Memperbaiki gangguan gizi yang telah terjadi.

• Memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan

• Mengoreksi keadaan defisiensi gizi yang ditemukan.

• Upaya mengobati faktor-faktor penyebab

• Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya akibat penyakit stomatitis atau tuberkulosis akan cepat dapat diatasi.

• kesulitan makan yang berat misalnya pada gangguan perkembangan neuromuskuler, kelainan bawaan misalnya kelainan pada bibir sumbing atau celah langit-langit perlu kerjasama dengan keahlian yang terlibat di antaranya ahli bedah, rehabilitasi medik, psikolog, ahli gizi dsb.

(44)

Referensi

Dokumen terkait

BAGI YANG MASIH TERDAPAT KETIDAKSESUAIAN DATA, SILAHKAN HUBUNGI ADMIN REPORT CENTER.. PENGUMUMAN DAN PENETAPAN JUARA DILAKUKAN PADA TANGGAL

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 144 dengan mengurangi frekuensi kerja Terminal utama mengalirkan arus ke / dari konduktor Tidak dapat mengalirkan arus ke /

Berdasarkan bagan pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Tahap pertama : analisis dan pengumpulan data, di

Hasil penelitian menunjukan bahwa formula 4 (dengan konsentrasi Avicel PH101 4%) dapat menghasilkan co-process dengan sifat fisik-mekanik dan kompresibilitas yang

Berdasarkan analisis SWOT-Kuantitatif telah dikemukakan penilaian terhadap kondisi saat ini atas kekuatan, kelemahan ancaman dan potensi pengembangan agroindustri halal yang

Pada penelitian ini digunakan imbal hasil rata-rata yang dihitung dimulai dari imbal hasil ( t-2 ). Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan perusahaan yang memiliki daftar

Berdasarkan penjelasan para responden penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa para pengelola perusahaan pers cetak di Kota Solo (Harian Solopos, Harian Joglosemar,

Alat analisis yang digunakan adalah analisis asumsi klasik, koefisien regresi linier berganda, uji t dan uji moderated regression analysis (MRA) dengan menggunakan