• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum tentang Perdagangan Elektronik (E-commerce) a. Pengertian Perdagangan Elektronik (E-commerce)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum tentang Perdagangan Elektronik (E-commerce) a. Pengertian Perdagangan Elektronik (E-commerce)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum tentang Perdagangan Elektronik (E-commerce) a. Pengertian Perdagangan Elektronik (E-commerce)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dagang merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan, sedangkan perdagangan diartikan sebagai perihal berdagang, urusan berdagang yang segala sesuatunya berhubungan dengan dagang.

Menurut Triton E-commerce sebagai transaksi perdagangan baik membeli maupun menjual yang dilakukan melalui elektronik pada jaringan internet.1Perdagangan Elektronik (E-commerce) merupakan bentuk sistem perdagangan barang dan/atau jasa yang menggunakan internet sebagai media perantaranya.2

Dalam Pasal 1 Angka 24, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, dijelaskan bahwa “Perdagangan melalui Sistem Elektronik adalah Perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik”.

1 Ummah, L. D. 2018. Rancang Bangun E-Commerce pada Toko Kerudung Nuri Collection Berbasis Customer Relationship Management. Jurnal Nuansa Informatika, vol. 12 (2), hal. 14.

2 Nainggolan, I. 2021. Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Usaha E-Commerce Ditinjau dari Hukum Positif Indonesia. Procesing Seminar Nasional Kewirausahaan, vol. 2 (1), hal. 1065.

(2)

17 Dalam Pasal 65, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, dijelaskan bahwa:

(1) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar.

(2) Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

(4) Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi;

b. persyaratan teknis Barang yang ditawarkan;

c. persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang ditawarkan;

d. harga dan cara pembayaran Barang dan/atau Jasa; dan e. cara penyerahan Barang.

(5) Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa

(3)

18 dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.

(6) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.

Perdagangan Elektronik juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.

2. Tinjauan Umum tentang Marketplace a. Pengertian Marketplace

Marketplace adalah tempat para penjual dapat menjual barang melalui media elektronik dengan keuntungan tidak perlu lagi membuat situs pribadi untuk berjualan.3

Corrot, P. menjelaskan bahwa marketplace adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang dapat melakukan transaksi barang ataupun jasa. Transaksi dikelola langsung oleh pihak manajemen marketplace. Marketplace menyediakan pengelolaan pembayaran,

3 Mubarok, Ali, dkk. 2021. Strategi Pemasaran Melalui Marketplace dalam Upaya Peningkatan Penjualan pada UMKM Desa Pabuaran. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 2 (3).

(4)

19 adapun katalog penjualan, stok produk serta informasi mengenai pembeli dan penjual yang sudah diverifikasi oleh pihak manajemen marketplace. Marketplace hanya sebagai tempat transaksi antara penjual dan pembeli, dimana pembeli akan melakukan pemesanan melalui marketplace, kemudian akan diteruskan ke penjual dan penjual akan mengirimkan produk yang dipesan kepada pembeli melalui ekspedisi yang telah diatur oleh marketplace.4

b. Macam-macam Marketplace

Berikut ini adalah marketplace besar yang terkenal di Indonesia.5 1) Tokopedia, marketplace yang muncul pada tahun 2009. Tokopedia

sudah banyak digunakan oleh pelaku usaha di Indonesia dalam memasarkan dan menjual produk mereka. Tokopedia sudah mendapatkan funding sampai dengan series G. pada bulan November 2018 lalu dari Softbank Vision Fund.

2) Shopee, marketplace dengan keanekaragaman produk, jasa yang muncul pada tahun 2015. Shopee memberikan banyak voucher gratis ongkir dan cashback kepada pelanggan shopee. Pada tahun 2021, shopee merilis shopee food sebagai layanan pesan antar makanan.

3) Blibli, marketplace dengan beragam produk dari komputer dan gadget, kesehatan, kecantikan, fashion, kebutuhan ibu dan anak,

4 Imam, Rozul dan Nugraha, A. R. 2018. Perancangan Sistem Informasi E-Marketplace Original Clothing Indonesia Berbasis Web. JUMANTAKA, vol. 01 (01).

5 Artaya, I Putu dan Purworusmiardi, Tubagus. 2019. Efektifitas Marketplace dalam Meningkatkan Konsentrasi Pemasaran dan Penjualan Produk bagi UMKM di Jawa Timur.

(5)

20 rumah dan dekorasi, serta otomotif. Blibli juga memberikan berbagai promosi khusus, tiket, dan voucher untuk pengunjung dan pelanggan Blibli.

4) Bukalapak, marketplace yang juga menyediakan tempat berjualan secara online, mengutamakan kemudahan dan keandalan platform- nya agar pengguna bukalapak mendapatkan user experience yang terbaik.

5) JD.ID, marketplace yang diluncurkan pada November 2015 dan merupakan anak perusahaan e-commerce dari China JD.com. JD.ID juga memiliki variasi barang yang cukup luas, seperti kategori produk fashion, elektronik, dan gadget.

6) Elevenia, memiliki lebih dari 30 ribu penjual dan lebih dari 4 juta produk dari kategori peralatan rumah tangga, keluarga, keseharan, kecantikan, fashion, komputer, gadget, peralatan olahraga, makanan, minuman serta menyediakan promosi dan e-kupon.

7) Lazada, merupakan jaringan retail online Lazada di Asia Tenggara tahun 2012. Lazada merupakan anak perusahaan asal Jerman yaitu perusahaan jaringan Rocket Internet. Lazada menyediakan sekitar 12 jenis produk yang hampir semua dibutuhkan setiap orang.6 c. Macam-macam Metode Pembayaran di Marketplace

Metode Pembayaran menurut Pusat Bantuan marketplace, yaitu:

6 Budhi, Galih Setiyo. 2016. Analisis Sistem E-commerce pada Perusahaan Jual-Beli Online Lazada Indonesia. Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO), vol. 1 (2), hal. 78 dan 82.

(6)

21 1) Transfer Bank, pembeli dapat membayar produk yang dibeli menggunakan Transfer Bank Virtual Account secara penegcekan manual ataupun otomatis.

2) Kartu Kredit/Debit, pembayaran ini di proses dengan memasukkan data dan proses pembayaran secara otomatis dilakukan. pembayaran menggunakan kartu kredit juga mendapatkan voucher menarik seperti potongan harga.

3) Alfamart/Alfamidi, pembayaran pesanan dapat dilakukan melalui counter Alfamart/Alfamidi di seluruh Indonesia.

4) Indomaret, pembayaran pesanan dapat dilakukan melalui counter Indomaret di seluruh Indonesia.

5) Go Pay, merupakan uang elektronik yang dapat digunakan untuk membayar pesanan.

6) GPayLater, merupakan fitur pembayaran melalu layanan “beli sekarang bayar nanti”.

7) Ovo, merupakan uang elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan, isi ulang (top up), diakses melalui aplikasi Ovo.

8) ShopeePay, fitur layanan uang elektronik yang dimiliki oleh Shopee.

9) SPayLater, merupakan pinjaman instan hingga Rp. 6.000.000 dari Shopee yang memberikan kemudahan untuk membayar dalam 1 bulan tanpa bunga atau dengan fasilitas cicilan 2, 3, 6 atau 12 bulan tanpa memerlukan kartu kredit.

(7)

22 10) DANA, merupakan platform digital yang dapat melakukan transaksi

secara non tunai, baik online maupun offline.

11) Cash On Delivery (COD), merupakan metode pembayaran yang dilakukan secara tunai di tempat Pembeli berada setelah pesanan dari kurir ekspedisi diterima oleh Pembeli.

3. Tinjauan Umum tentang Media Sosial a. Pengertian Media Sosial

Menurut Hermawan, media sosial dapat dengan mudah membentuk suatu wadah untuk berkomunikasi dan bertukar pikiran antara individu satu dengan individu yang lain.7 Menurut Wikipedia, media sosial merupakan media dalam jaringan yang penggunanya dapat secara mudah bergabung, berbagi dan menggunakan jejaring sosial lainnya dengan pengguna lain di seluruh dunia.

Media sosial merupakan kumpulan perangkat lunak yang dapat memudahkan penggunanya berbagi, berkomunikasi, dan berkolaborasi dalam unsur suara, gambar, ataupun video.8

b. Macam-macam Media Sosial

Menurut Nasrullah, media sosial dikategorikan menjadi enam kategori besar, yaitu:9

7 Setiawan, Andi. 2021. Media Sosial Sebagai Sarana Kebebasan Berpendapat Bagi Penganut Ateis Menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jurnal Lentera ICT, vol. 7 (1), hal.

4.

8 Suyati. 2021. Dampak Media Sosial Terhadap Konflik di Masyarakat. Jurnal PETIK, vol. 7 (1), hal. 31.

9 Normuliati, Sri dan Istiqamah. 2020. Pengaruh Media Sosial dan Televisi terhadap Keterampilan Berbicara pada Siswa SMKN 2 Marabahan. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, vol. 5 (1), hal.

29.

(8)

23 1) Media Jejaring Sosial (social networking)

Jejaring sosial merupakan media yang paling banyak digunakan pengguna untuk melakukan interaksi sosial dengan pengguna lainnya, misalnya Facebook, Twitter, Ask.fm, Linkedin.

2) Jurnal online (blog)

Blog merupakan media sosial yang penggunanya dapat mengunggah cerita keseharian, saling berbagi, mengomentari, memberikan informasi. Misalnya www.wordpress.com, www.blogspot.com.

3) Jurnal online sederhana atau microblog (microblogging)

Microblogging merupakan media sosial yang memberikan penggunanya fasilitas untuk menulis dan membagikan tulisan atau pendapat, dan biasanya kurang dari 200 karakter.

4) Media Berbagi (media sharing)

Media berbagi merupakan media sosial yang memberikan penggunanya fasilitas untuk berbagi media yang menekankan pada video, audio, dan gambar seperti Instagram, Youtube, Tiktok, dan lainnya.

5) Penanda Sosial (social bookmarking)

Penanda sosial merupakan media sosial yang penggunanya dapat mengatur, mengelola, menyimpan, mencari informasi secara online.

6) Media konten bersama atau wiki

(9)

24 Media konten bersama atau wiki merupakan media sosial berupa konten hasil Kerjasama dari para penggunanya. Wiki menghadirkan pengertian, sejarah, arti kata, serta rujukan buku kepada pengguna.

4. Tinjauan Umum tentang Perjanjian dalam Transaksi Jual Beli a. Pengertian Perjanjian dalam Transaksi Jual Beli

Menurut Steven Emanuel, “Perjanjian adalah sebuah persetujuan yang mengikatkan diri terhadap satu pihak atau lebih, yang terkadang dibuat secara tertulis maupun lisan, dan juga dapat dibuat sebagian secara tertulis dan sebagian secara lisan”.10

Menurut Prof. R. Subekti, Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana seorang berjanji kepada seorang lain untuk melaksanakan suatu hal”.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, “Perjanjian adalah hubungan hukum mengenai harta benda antara pihak, dimana satu pihak berjanji atau melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.11

Perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak yang saling mengikatkan diri, dan mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara pihak yang membuatnya. Bentuk perjanjian berupa suatu rangkaian

10 Zamroni, M. 2020. Penafsiran Hakim dalam Sengketa Kontrak: Kajian Teori dan Praktik Pengadilan. Surabaya: Scopindo Media Pustaka, hal. 8-9.

11 Luthfi. 2017. Implementasi Yuridis tentang Kedudukan Memorandum of Understanding (mou) dalam Sistem Hukum Perjanjian Indonesia. Jurnal Syaruah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, vol 7 (2), hal. 183.

(10)

25 perkataan yang megandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.12

Perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1233 KUH Perdata bahwa Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.

Menurut C. Asser, ciri utama dari perikatan adalah “hubungan hukum antara para pihak, dari hubungan hukum tersebut akan menimbulkan hak (prestasi) dan kewajiban (kontra prestasi) yang saling dipertukarkan oleh para pihak”.13

Adanya hubungan antara perjanjian dan perikatan, dimana suatu perjanjian merupakan suatu perbuatan antara satu pihak yang berjanji kepada pihak lain untuk melaksanakan suatu hal sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”.

Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata dijelaskan bahwa, “Tiap-tiap perikatan dilahirkan karena persetujuan, baik karena undang-undang”. Perikatan yang lahir karena

12 Pikahulan, Rustan Magun. 2019. Hukum Perikatan. Pareapare: IAIN Parepare Nusantara Press, hal. 19.

13 Hernoko, A. Y. 2010. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial.

Jakarta: Prenadamedia Group, hal. 19-20.

(11)

26 persetujuan misalnya kegiatan perekonomian, maka penting untuk diperhatikan perikatan-perikatan yang lahir dari adanya perjanjian.

Perjanjian yang dibuat, akan melahirkan konsekuensi hukum bagi para pembuatnya. Perikatan yang lahir karena undang-undang misalnya ketika terjadi peristiwa hukum yaitu lahirnya seorang anak ke dunia, maka sejak itu lahirlah perikatan antara orangtua dan anak.14

Hapusnya perikatan terdapat dalam Pasal 1381 KUH Perdata, antara lain:

1) Karena pembayaran;

2) Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;

3) Karena pembaruan utang;

4) Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

5) Karena pencampuran utang;

6) Karena pembebasan utang;

7) Karena musnahnya barang yang terutang;

8) Karena kebatalan dan pembatalan;

9) Karena berlakunya syarat batal;

10) Karena lewat waktu.

Perjanjian jual beli dijelaskan dalam Pasal 1457 KUH Perdata, dimana “Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang

14 Shidarta, dkk. 2019. Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Prenadamedia Group, hal 57.

(12)

27 lain untuk membayar harga yang dijanjikan”. Dalam Pasal 1458 KUH Perdata, dijelaskan bahwa “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”.

b. Syarat sahnya suatu Perjanjian

Menurut Herlin Budiono, suatu perjanjian harus memenuhi unsur- unsur, antara lain:

1) Kata sepakat dari dua pihak atau lebih;

2) Kata sepakat yang tercapai harus bergantung kepada para pihak;

3) Keinginan atau tujuan para pihak untuk timbulnya akibat hukum;

4) Akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas beban yang lain atau timbal balik;

5) Dibuat dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan.

Syarat-syarat Sahnya Perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata yang terdiri dari 4 syarat, yaitu:

1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya

Artinya pihak-pihak yang mengadakan perjanjian harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian.

Untuk menyepakati suatu perjanjian maka para pihak yang membuat perjanjian harus punya kebebasan berkehendak. Menurut Badrulzaman, dkk, terdapat beberapa hal yang dapat membuat suatu

(13)

28 perjanjian dianggap cacat menurut syarat subjektif, yaitu a) adanya kekhilafan/kesesatan; b) adanya paksaan; c) adanya penipuan.15 2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Dalam Pasal 1329 KUH Perdata dijelaskan bahwa, “Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap”. Tidak cakap menurut hukum artinya mereka dilarang oleh undang-undang untuk melakukan tindakan hukum, meskipun mereka yang dilarang ini mampu untuk memahami konsekuensi atas tindakannya.16

Disebutkan dalam pasal 1330 KUH Perdata, orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian, yaitu:

a) Orang-orang yang belum dewasa;

b) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

c) Orang perempuan yang telah kawin (adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, ketentuan ini tidak berlaku lagi). Menurut Pasal 330 KUH Perdata, bahwa belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin.

3) Suatu hal tertentu

15 ibid, hal. 53.

16 ibid, hal. 54.

(14)

29 Artinya barang yang menjadi obyek perjanjian paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak dipermasalahkan. Syarat-syarat untuk menjadi objek perjanjian antara lain:

a) Barang-barang yang telah diperdagangkan (Pasal 1332 KUH Perdata);

b) Barang-barang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUH Perdata). Tidak dipermasalahkan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal jumlah barang di kemudian hari dapat dihitung jumlahnya;

c) Barang-barang yang akan ada dikemudian hari (Pasal 1334 ayat (1) KUH Perdata), kecuali warisan yang belum terbuka untuk dibagikan (Pasal 1334 ayat (2) KUH Perdata);

Barang-barang yang tidak boleh menjadi objek perjanjian adalah:

a) Barang-barang diluar perdagangan, artinya oleh undang-undang dilarang untuk menjadi objek perjanjian, seperti senjata resmi yang dipakai negara dan narkoba;

b) Barang-barang yang tidak ditentukan jenis maupun ukurannya, seperti beli beras Rp. 100,000,- (seratus ribu rupiah), tanpa menyebutkan jenis beras dan beratnya berapa;

c) Warisan yang belum terbuka, yaitu belum ada kesepakatan dari para ahli waris untuk membagi warisan yang ditinggalkan oleh pewaris;

(15)

30 4) Suatu sebab yang halal

Artinya sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat isi perjanjian itu sendiri, yang sebab atau causanya halal, dasar yang sah, serta patut atau pantas. Dalam Pasal 1335 KUH Perdata dijelaskan bahwa, “Semua perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyaii kekuatan”. Kemudian, dalam Pasal 1337 KUH Perdata dijelaskan bahwa, “Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”. Dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian harus memuat suatu sebab atau hal tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum dan kesusilaan. Dapat dibatalkannya suatu perjanjian dilakukan pembatalan oleh salah satu pihak atau para pihak, sehingga perjanjian menjadi tidak berlaku. Batal demi hukum yang berarti perjanjian tersebut menjadi batal dan tidak berlaku saat itu juga, ketika isi perjanjian bertentangan dengan syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.17

Dalam hal ini, kesepakatan dalam sahnya perjanjian merupakan syarat subjektif, karena syarat tersebut harus dipenuhi oleh subjek dalam perjanjian. sedangkan suatu hak tertentu dan suatu sebab yang halal

17 ibid, hal. 55-56.

(16)

31 merupakan syarat objektif, karena syarat tersebut harus dipenuhi oleh objek perjanjian.18

c. Unsur-Unsur Perjanjian

Suatu perjanjian harus memenuhi 3 macam unsur, yaitu:

1) Essentialia, yaitu unsur yang sangat penting dalam suatu perjanjian yang harus ada. Misalnya, di dalam perjanjian harus ada kata sepakat antara para pihak; di dalam perjanjian jual beli harus ada barang dan harga barang.

2) Naturalia, yaitu unsur perjanjian yang sewajarnya ada jika tidak dikesampingkan oleh kedua belah pihak. Misalnya, menurut pasal 1474 KUH Perdata menjelaskan bahwa penjual wajib menjamin cacat tersembunyi, namun kewajiban ini tidak harus dilakukan dengan kesepakatan para pihak.

3) Accidentalia, yaitu unsur perjanjian yang ada jika dikehendaki oleh para pihak. Misalnya, perjanjian tidak dibutuhkan suatu bentuk tertentu, dimana perjanjian boleh dibuat secara tertulis maupun lisan.

Unsur dari suatu perjanjian adanya suatu isi atau tujuan, yakni suatu prestasi yang terdiri 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Memberikan sesuatu, seperti membayar harga dan menyerahkan barang, contohnya jual beli dan sewa menyewa;

18 Komariah. 2019. Hukum Perdata. Malang: Umm Press, hal. 162-164.

(17)

32 2) Berbuat sesuatu, seperti memperbaiki barang yang rusak dan

membangun rumah;

3) Tidak berbuat sesuatu, seperti perjanjian untuk tidak mendirikan suatu bangunan, dan perjanjian untuk tidak menggunakan merek dagang tertentu. 19

d. Asas-Asas Perjanjian a) Asas Konsensualisme

Dalam asas konsensualisme, perjanjian dianggap telah terjadi saat adanya kesepakatan oleh para pihak (konsensus). Asas ini tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menjelaskan adanya kata sepakat diantara para pihak yang membuat perjanjian.

b) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yaitu “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Kata “Semua” meliputi seluruh perjanjian baik yang namanya dikenal maupun tidak dikenal oleh undang-undang.

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, asas kebebasan berkontrak meliputi:

(1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat kontrak;

(2) Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat kontrak;

19Ibid, hal. 139 dan 158.

(18)

33 (3) Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari kontrak

yang akan dibuat;

(4) Kebebasan untuk menentukan objek kontrak;

(5) Kebebasan untuk menentukan bentuk kontrak;

(6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional.

c) Asas Pacta Sunt Servanda/Kekuatan Mengikat Suatu Kontrak Para pihak di dalam asas pacta sunt servanda/kekuatan mengikat suatu kontrak diharuskan untuk memenuhi apa yang telah menjadi ikatan mereka satu sama lain dalam kontrak yang mereka buat. Dalam Pasal 1338 KUH Perdata, dijelaskan yaitu “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

d) Asas Itikad Baik

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) yang menjelaskan bahwa “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.20

e. Proses terjadinya Jual Beli

Proses terjadinya jual beli terdapat dalam Pasal 1458 KUH Perdata, bahwa “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya

20 Shidarta, dkk, Op.cit. hal. 49-50.

(19)

34 belum dibayar”. Maka, setelah ada kata sepakat dari para pihak yang membuat perjanjian, sudah dianggap telah terjadi perjanjian jual beli.

Tahapan-tahapan transaksi dapat dibedakan dalam tiga tahap:21 1) Tahap Pratransaksi

Tahap Pratransaksi adalah tahap sebelum adanya perjanjian atau transaksi konsumen, dimana keadaan atau peristiwa yang terjadi sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan memakai produk yang diedarkan atau ditawarkan oleh pelaku usaha.

Dalam tahap pratransaksi terdapat hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, dimana konsumen mencari informasi terkait harga, komposisi, kegunaan, khasiat, manfaat, keunggulannya dibanding dengan produk lain sejenis, cara pemakaian, serta syarat yang harus dipenuhi untuk membeli produk.

Sedangkan, pelaku usaha memberi informasi dengan promosi melalui berbagai media agar konsumen tertarik untuk membeli.

2) Tahap Transaksi (Yang Sesungguhnya)

Setelah konsumen memperoleh informasi terkait apa yang akan dibeli, maka konsumen tersebut dapat mempergunakan salah satu haknya untuk menentukan pilihan dalam hal membeli atau tidak membeli.

21 Sidabalok, Janus. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, hal. 58-64.

(20)

35 Apabila konsumen sudah menyatakan persetujuannya, maka pada saat itu lahir sebuah perjanjian, dimana terdapat jenis perjanjian konsensual yang pada waktu tercapainya (persesuaian kehendak) di antara para pihak.

Di dalam hukum perdata, kesepakatan lahir karena bertemunya penawaran (offer) dengan penerimaan (acceptance), sebab keduanya adalah pernyataan kehendak. Maka, apa yang telah disepakati tersebut menjadi hak dan kewajiban untuk para pihak.

3) Tahap Purnatransaksi

Transaksi (dalam wujud perjanjian) yang dibuat oleh para pihak masih harus dilaksanakan, dengan pemenuhan hak dan kewajiban sesuai isi perjanjian yang telah dibuat.

Dalam perjanjian jual beli, pelaku usaha memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan produk yang dijualnya kepada konsumen dan sebaliknya konsumen membayar harganya.

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pihak di dalam perjanjian dinamakan prestasi. Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dengan baik sesuai dengan perjanijan, maka pihak tersebut telah melakukan wanprestasi yang kemudian menimbulkan hak baru bagi pihak lawan untuk mengajukan tuntutan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1267 KUH Perdata, yaitu “Pihak kepada siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi

(21)

36 persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan persetujuan, disertai penggantian biaya, rugi, dan bunga”.

5. Tinjauan Umum tentang Perjanjian dalam Transaksi Jual Beli secara Elektronik

a. Pengertian Perjanjian dalam Transaksi Jual Beli secara Elektronik Transaksi jual beli secara elektronik diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dijelaskan bahwa “Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan/atau media elektronik lainnya”. Menurut Suherman, “Jual beli via internet yaitu sebuah akad jual beli yang dilakukan dengan menggunakan sarana eletronik (internet) baik berupa barang maupun berupa jasa”.22

Skema dasar dari Jual Beli secara elektronik adalah: a) Terjadinya transaksi antar dua pihak; b). Adanya pertukaran barang, jasa maupun informasi; c) Internet adalah media utama dalam proses jual beli.

Terdapat 2 jenis internet sebagai media utama dalam proses jual beli yaitu 1) Sesuai perjanjian, dimana pembayaran dilakukan sebelum barang dikirim; 2) Bentuk pembayaran yang menunggu hingga barang dikirim (cash on delivery).23

22 Fitria, T. N., 2017. Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 03 (01), hal. 55.

23 Ibid., hal. 56.

(22)

37 b. Pelaksanaan Perjanjian dalam Transaksi Jual Beli secara

Elektronik

Pelaksanaan transaksi jual beli secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu 1) Penawaran yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui internet; 2) Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi; 3) Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4) Pengiriman, suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang dibeli, dan pembeli berhak atas penerimaan barang tersebut. Kemudian, dalam praktek jual beli secara elektronik, terdapat beberapa tindakan yaitu 1) Antara penjual dan pembeli tidak melakukan tatap muka; 2) Kesepakatan dicapai secara tertulis dalam media elektronik; 3) Dalam transaksi elektronik, hak dan kewajiban dari isi perjanjian dibagi kepada para pihak yang terlibat dalam jual beli tersebut; 4) Sedikitnya ada empat pihak yang terlibat di dalam transaksi elektronik yaitu perusahaan penyedia barang (penjual), pembeli, perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan jasa pembayaran. 24

6. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum a. Pengertian Perlindungan Hukum

24 Dewi, S. A. K. 2015. Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com). Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA), vol. 9 (2), hal. 3.

(23)

38 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Perlindungan berasal dari kata dasar lindung yang memiliki arti tempat berlindung ataupun hal yang dapat melindungi.25

Beberapa unsur kata Perlindungan :26

a. Melindungi : Menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat,

menyelematkan (memberi pertolongan) b. Melindungkan : Membuat diri terlindungi, mempergunakan

sesuatu untuk melindungi

c. Terlindung : Tertutup oleh sesuatu hingga tidak terlihat, diselematkan

d. Lindungan : Yang dilindungi, tempat berlindung e. Perlindungan : tempat berlindung, hal yang dapat

melindungi

f. Memperlindungi : menjadikan atau menyebaban berlindung g. Pelindung : Orang yang melindungi, alat untuk

melindungi

Perlindungan Hukum adalah perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang dapat melindungi subyek hukum dari hal lainnya.

Menurut Setiono, Perlindungan Hukum merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan penguasa yang sewenang-

25 KBBI. 2 Arti Perlindungan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBBI). Diakses dari https://kbbi.lektur.id/perlindungan, tanggal 16 Januari 2022, pukul 08.55 WIB.

26 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses dari https://kbbi.web.id/lindung, tanggal 16 Januari 2022, pukul 9.00 WIB.

(24)

39 wenang, yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman bagi manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.27

Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman terhadap HAM yang dirugikan oleh orang lain, dimana dengan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.28 b. Macam-macam Perlindungan Hukum

Menurut Muchsin, sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut:

1) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan Hukum Preventif merupakan perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah dalam peraturan perundang- undangan yang bertujuan untuk mencegah pelanggaran dan memberikan perintah atau batasan dalam melakukan kewajiban.

2) Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan Hukum Represif merupakan perlindungan yang berupa sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan

27 Alydrus, S. M. Z, dkk. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen PT. PLN (Persero) Balikpapan Terkait Adanya Pemadaman Listrik. Jurnal Lex Suprema, vol 2 (1), hal. 364-365.

28 Wahyuni, S dan Masri, E. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasioanl Online & Call for Paper.

(25)

40 yang diberikan apabila terjadi sengketa atau telah dilakukannya suatu pelanggaran.29

7. Tinjauan Umum tentang Pelaku Usaha a. Pengertian Pelaku Usaha

Pengertian Pelaku Usaha dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Pelaku Usaha membuat keperluan-keperluan manusia dengan memproduksi produknya yang bertujuan untuk mendapat keuntungan dari konsumen yang ingin menikmati barang yang diinginkan meskipun harus mengeluarkan dana yang cukup besar hanya untuk menikmati barang yang diminati.30

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hak Pelaku Usaha diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

29 Asri, D. P. B. 2018. Perlindungan Hukum Preventif Terhadap Ekspresi Budaya Tradisional Di Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Jurnal of Intellectual Property, vol. 1 (1), hal. 18.

30 Mutmainah, Aulia. 2018. Hukum Perlindungan Konsumen; Dimensi Hukum Positif dan Ekonomi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, hal. 49.

(26)

41 1) hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2) hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

3) hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

4) hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

5) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Kewajiban Pelaku Usaha diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

(27)

42 5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

8. Tinjauan Umum tentang Konsumen a. Pengertian Konsumen

Pengertian Konsumen dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 2 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, bahwa

“Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Sedangkan Pengertian Konsumen secara harfiah merupakan orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Menurut Inosentius Samsul “Konsumen adalah pengguna atau pemakai terakhir

(28)

43 suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti pemberian, hadiah, dan undangan”. Sedangkan Konsumen menurut Mariam Darus Badul Zaman adalah “Semua individu yang menggunakan barang dan jasa secara konkret dan riil”. Diketahui pada umumnya, para ahli hukum sepakat memaknai konsumen sebagai seorang pemakai terakhir dari benda dan jasa (uitendelijke gebruiker ven geode ren en diensten) yang diserahkan kepada mereka oleh pelaku usaha (ondernemer).31

b. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak Konsumen diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

31 Ibid., hal. 49-50.

(29)

44 6) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Kewajiban Konsumen diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1) membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2) beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

9. Tinjauan Umum tentang Prestasi dan Wanprestasi a. Pengertian Prestasi

Objek perjanjian adalah suatu prestasi. Prestasi adalah isi perjanjian, dimana terdapat kewajiban yang harus di penuhi oleh debitur dalam setiap perikatan atau perjanjian. Jenis prestasi terdapat dalam Pasal 1234

(30)

45 KUH Perdata yaitu “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Maka, perikatan dapat dibedakan menjadi tiga hal yaitu:32

1) Memberikan sesuatu

Misalnya dalam perjanjian jual beli hand phone, maka pihak penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan hand phone yang dijualnya dan pihak pembeli mempunyai kewajiban untuk menyerahkan uang pembayaran pembelian hand phone.

2) Berbuat sesuatu

Misalnya perjanjian yang dibuat antara seorang aktor/aktris dengan produser film. Maka, aktor/aktris berkewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu (memainkan peran dalam film).

3) Tidak berbuat sesuatu

Terkadang isinya berupa larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh salah satu pihak. Misalnya, dalam perjanjian distributor sebuah barang biasanya diperjanjikan bahwa produsen barang tersebut tidak boleh mengadakan perjanjian distributor dengan pihak lain dalam wilayah dan waktu yang sama.

b. Pengertian Wanprestasi

Pengertian Wanprestasi dijelaskan dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yaitu:

32 Shidarta, dkk, Op.cit, hal. 57-58.

(31)

46

“Penggantian biaya, kerugian, dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.

Menurut Yahya Harahap, “Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban terhadap isi perjanjian yang tidak tepat pada waktu yang telah telah lalai atau dalam melaksanakan prestasi tidak sebagaimana mestinya”.33

Menurut Wirjono Prodjodikoro SH, bahwa “wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian tersebut”.34

Wanprestasi juga merupakan keadaan dimana seseorang telah lalai untuk memenuhi kewajiban yang diharuskan oleh Undang-Undang, akibat daripada tidak dipenuhinya perikatan hukum. Ada 4 (empat) macam bentuk wanprestasi yaitu a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali; b) Terlambat memenuhi prestasi; c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sempurna; d) Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban atau isi perikatan.35

33 Slamet. 2013. Tuntutan Ganti Rugi dalam Perbuatan Melawan Hukum: Suatu Perbandingan dengan Wanprestasi. Lex Jurnalica, vol. 10 (2), hal. 111.

34 Firdaus, Riza. 2017. Perlindungan Hukum bagi Pembeli dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Yang Masih Berstatus Hak Pengelolaan. Lambung Mangkurat Law Journal, vol 2 (1), hal.

119.

35 Komariah, Op cit., hal. 141.

(32)

47 10. Tinjauan Umum tentang Upaya Hukum

Upaya Hukum yang terdapat dalam Perdagangan Elektronik (E- commerce), yaitu:36

a. Upaya Hukum Preventif

Upaya Hukum Preventif merupakan upaya untuk mencegah kondisi yang tidak diharapkan dalam transaksi seperti timbulnya kerugian, baik secara materiil maupun immateriil.

b. Upaya Hukum Represif

Upaya Hukum Preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dalam transaksi. Ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan oleh para pihak dalam penyelesaian perselisihan, yaitu:

1) Peradilan Umum (Litigasi)

Proses penyelesaian sengketa melalui litigasi dilakukan di muka peradilan, di mana para pihak bertemu di pengadilan dengan memberikan hak dasar pembelaan yang dimiliki para pihak di hadapan majelis hakim.

2) Di luar Pengadilan (Non Litigasi)

Proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU AAPS). Apabila para

36 Adelia, T., dan Marpaung, D. S. H. 2021. Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa Jual Beli melalui E-commerce. JUSTITIA: Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, vol. 8 (6), hal. 1443-1446.

(33)

48 pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di luar pengadilan, berarti penyelesaian diselesaikan oleh para pihak tanpa adanya unsur paksaan.

Arbitrase dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 1 UU AAPS, bahwa “Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”.

Sedangkan, Alternatif Penyelesaian Sengketa dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 10 UU AAPS, bahwa “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”.

Alternatif penyelesaian sengketa terdiri dari:37

a. Konsultasi, merupakan suatu proses antara satu pihak dengan konsultan sebagai pihak yang dapat memberikan pendapat tentang sesuatu hal yang bersifat pribadi.

b. Negosiasi, merupakan suatu proses untuk mencapai kesepakatan, di mana hasil kesepakatan dituangkan dalam bentuk tertulis sebagai komitmen yang harus dilaksanakan antara kedua belah pihak yang bersengketa.

37 Hutagalung, S. M. 2019. Praktik Peradilan Perdata, Kepailitan, & Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta Timur: Sinar Grafika, hal. 289-291.

(34)

49 c. Mediasi, merupakan suatu proses damai, di mana para pihak yang bersengketa melibatkan pihak ketiga yaitu mediator untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya yang terlalu besar dan tetap efektif serta dapat diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

d. Konsiliasi, merupakan suatu proses penyelesaian sengketa melalui musyawarah, terdapat konsiliator yang bertugas untuk memfasilitasi pengaturan tempat dan waktu pertemuan, serta mengarahlan subjek pembicaraan, membawa pesan-pesan dari salah satu pihak ke pihak lain, termasuk memberikan pendapat- pendapat dalam sengketa tersebut, baik disampaikan secara langsung atau tidak langsung sesuai kesepekatan para pihak.

e. Penilaian ahli, merupakan bentuk pendapat ahli yang dapat dipahami dan diterima oleh para pihak yang bersengketa.38

38 Talib, I. 2013. Bentuk Putusan Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Mediasi. Lex et Societatis, vol. 1 (1), hal. 23.

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Berdasarkan analisa hasil penulisan yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh brand image yang terdiri dari variabel corporate image (citra pembuat), user

Berdasarkan observasi pembelajaran yang dilakukan di SD Inpres Mangga Dua Kabupaten Merauke pada bulan Agustus 2016 terdapat beberapa permasalahan dalam proses

Sedangkan menurut istilah al-qard} adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan

Sebaliknya jumlah individu yang rendah terdapat pada titik sampling 1,2 dan 3 yaitu berkisar antara 95 – 199 individu yang terletak pada Stasiun II yang mana

Oleh yang demikian, pendedahan perniagaan penjagaan warga emas sebagai satu peluang kepada koperasi untuk membantu menyumbang kepada Keluaran Dalam Negara Kasar (KDNK) dapat

Alat analisis yang digunakan dalam riset ini adalah analisis faktor dan uji Paired Sample T test kedua analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai

Set data mungkin terdiri dari objek data yang ganda (duplikat), atau hampir selalu terjadi duplikasi antara satu dengan yang lainnya. Persoalan utama ketika menggabungkan data