• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab ini yang menjadi objek penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat wajib pajak menggunakan e-filling dan pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan pajak pada KPP Pratama Cibeunying Bandung yang berlokasi di Jl.

Purnawarman No. 21, Babakan Ciamis, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117.

3.1.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying Pada masa penjajahan oleh pemerintah belanda telah dikenal adanya sistem pemungutan Pajak yang pada saat itu dikenal dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan) , pengelolaan Pajak ini dilakukan oleh suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah belanda dengan nama Deinspetie van Vinancian.

Setelah jepang berhasil menguasai Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, jepang mengganti badan yang mengelola Pajak dari semula Deinspetie van Vinancian menjadi Zeinenbu

Pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu pada hari dilaksanakannya proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, maka Zainenbu diganti namanya oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi Kantor Inspeksi Keuangan yang berkedudukan di Bandung dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di jalan Asia Afrika.

(2)

Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Soreang dengan alasan keamanan, namun perang yang semakin berlarut-larut hingga akhirnya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Tasikmalaya.

Bersamaan dengan kejadian tersebut,kekuasaan Republik Indonesia terpecah menjadi dua ,yaitu :

1. Kelompok yang bekerja dengan pemerintah Belanda dan menolak pindah ke Tasikmalaya .Kelompok ini disebut menganut system Cooperatif. Inspeksi keuangan Bandung yang beraliran ini berkedudukan tetap di Bandung.

2. Kelompok yang menganut system Non Cooperatif , yaitu kelompok yang ikut pindah ke Tasikmalaya dan tidak bekerja sama dengan Belanda .

Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda II ,Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang berada di Tasikmalaya kembali bergabung dengan Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Bandung. Kantor Inspeksi Keuangan Bandung pada saat itu diserahterimakan oleh menteri yang pertama, Mr.

Safrudin Prawiranegara, dan kemudian menteri Negara ini menunjuk Bapak Sahid Koesoemosarminto sebagai kepala Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang pertama ,periode 1947-1950 berkantor di km ”0” (Groofpostweg) ,saat ini di jalan Asia Afrika 114, Bandung.

(3)

Dengan semakin berkembangnya perekonomian dan pembangunan yang disertai dengan pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat maka pemerintah mengganti nama Kantor Inspeksi Keuangan menjadi Kantor Inspeksi Pajak dan sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/KMK01/1979 tanggal 6 April 1979 Kantor Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi dua bagian yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat yang berkantor di Jalan Sukarno Hatta Bandung

2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur yang berkantor di Jalan Asia Afrika Bandung

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI nomor Kep-48/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor baru yang diberi nama Kantor Inspeksi Bandung Tengah beralamat Jalan Purnawarman no.21 Bandung dengan Drs. Untung Rivai sebagai kepala kantornya .Sejak berlakunya keputusan tersebut maka di Bandung dibagi atas tiga Kantor Inspeksi Pajak, yakni :

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur 2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah 3. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/1989 terhitung mulai tanggal 1 April 1989 seluruh Kantor Inspeksi Pajak diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak dimana Kantor Pelayanan Pajak yang berlokasi di Bandung yang terdiri dari :

(4)

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur yang beralamat di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung.

2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah yang beralamat di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.

3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung.

4. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi yang beralamat di Jalan Raya Barat Cimahi Untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan pelayanan pajak kepada masyarakat maka diberlakukanlah Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993, tanggal 3 Agustus 1993 yang telah disempunakan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994 tangal 29 Maret 1994 serta penyesuaian dengan wilayah Pemerintah Tingkat II Kotamadya Bandung, maka kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kotamadya Bandung dilakukan pemecahan kembali menjadi 5 (lima) Kantor Pelayanan Pajak yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Tegallega yang berlokasi di Jalan Sukarno Hatta No.216 Bandung dengan wilayah kerja meliputi kecamatan :

a. Kecamatan Astana Anyar b. Kecamatan Bojongloas Kaler c. Kecamatan Bojongloa Kidul d. Kecamatan Babakan Ciparay e. Kecamatan Bandung Kulon

(5)

2. Kantor Pelayanan Pajak Karees yang berlokasi di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung dengan wilayah kerja meliputi :

a. Kecamatan Regol

b. Kecamatan Bandung Kidul c. Kecamatan Lengkong d. Kecamatan Batununggal e. Kecamatan Kiaracondong

3. Kantor Pelayanan Pajak Cibeunying yang berlokasi di Jalan Purnawarman No.21 Bandung dengan wilayah kerja meliputi :

a. Kecamatan Cibeunying Kaler b. Kecamatan Cidadap

c. Kecamatan Coblong

d. Kecamatan Sumur Bandung e. Kecamatan Bandung Wetan f. Kecamatan Cibeunying Kidul

4. Kantor Pelayanan Pajak Bojonagara yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung dengan wilayah kerja meliputi :

a. Kecamatan Andir b. Kecamatan Cicendo c. Kecamatan Sukasari d. Kecamatan Sukajadi

5. Kantor Pelayanan Pajak Cimahi yang berlokasi di Jalan Raya Barat Cimahi dengan wilayah kerja meliputi :

(6)

a. Kota Cimahi

b. Kabupaten Bandung Barat

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 112/PJ./2007 tanggal 9 Agustus sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan " Good Governance" dan meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak maka Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.

Berikut ini adalah Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying:

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara terbaik di wilayah Asia Tenggara.

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang- undang perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.

(7)

Gambar 3.1

Peta Administrasi Wilayah Cibeunying

(8)

3.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

KPP Pratama Bandung Cibeunying terdiri dari seksi seksi dan memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal

Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan kepatuhan internal.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

(9)

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan Penyuluhan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Seksi Pengawasan dan Konsultasi masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

(10)

8. Kelompok Jabatan Fungsional / Pemeriksa Pajak.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Tabel 3.1

Strutur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

No. NAMA SEKSI JML

PEGAWAI

1 Kepala Kantor 1

2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

8 3 Seksi Pelayanan

20 4 Seksi Penagihan

4 5 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

9 6 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9 7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

9 8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

8 9 Seksi Pemeriksaan

4 10 Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

9 11 Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal

11 12 Fungsional Pemeriksa Pajak

10 Total

102

(11)

3.1.3. Aktivitas/Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying melaksanakan tugas Pokok Direktorat Jendral Pajak dalam penerimaan Negara. Pengolahan yang berasal dari pajak ini meliputi administrasi penerimaan Pajak Negara, Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak serta Penetapan dan Penagihan Pajak serta masalah-masalah lain yang berkenan dengan permohonan keberatan dan restisusi pajak Negara.

Dalam melakukan aktivitas tersebut diatas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying mempunyai tugas dan fungsi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

KPP Pratama Bandung Cibeunying mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

(12)

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan Pajak.

h. Pelaksanaan pemeriksaan Pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan intensifikasi.

l. Pembetulan ketetapan Pajak.

m. Pelaksanaan administrasi kantor.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik. Menurut Sugiyono (2012:8) dalam jurnal penelitian (Serliana & Widjaja, 2011) menyatakan bahwa : Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah survey, yaitu mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran.

(13)

Melalui metode ini, data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada responden berupa pernyataan mengenai setiap jawaban mempunyai skor tertentu yang diukur berdasarkan skala Likert, Sugiyono (2015). Adapun kriteria penelitian jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Arti Pembobotan Dengan Skala Likert

Bobot Nilai Arti

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Cukup Setuju

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

Sumber : Sugiyono (2015:183)

Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk memudahkan penilaian rata-rata tersebut, maka menggunakan interval untuk menentukan panjang kelas interval, dan menggunakan rumus menurut Sudjana (2009:79) sebagai berikut :

P= Rentang Banyak kelas

Dimana:

P = Panjang kelas interval Rentang = Data terbesar – data terkecil Banyak Kelas = 5

Jadi, panjang kelas interval adalah :

(14)

P = 𝟓−𝟏

𝟓

= 0,8

3.2.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan dari fakta-fakta yang muncul pada situasi dengan melakukan analisis data-data angka yang diolah.

Menurut Sugiyono (2012:147) dalam sebuah penelitian (Serliana & Widjaja, 2011) menyatakan bahwa “Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif yang digunakan peneliti disini adalah untuk mendeskripsikan variabel-variabel independen dan dependen.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Menurut (Sugiyono, 2013:59) Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Sesuai dengan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel Bebas (independent variable)

(15)

Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas (dependent variable). Menurut (Sugiyono, 2013:59) menyatakan bahwa “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

a. Keamanan (X1) b. Kerahasiaan (X2) c. Kemudahan (X3)

Variabel intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner. Intensitas perilaku merupakan ukuran kekuatan untuk menunjukkan bahwa seberapa sering wajib pajak melaporkan pajaknya melalui e-filing.

Berikut ini adalah jenis pertanyaan penelitian mengenai intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing.

a. Kemudahan :

1) Mempelajari penggunaan e-filing adalah mudah bagi saya.

2) Menggunakan e-filing adalah mudah bagi saya.

3) Interaksi saya dengan e-filing adalah jelas dan terpahami.

4) Saya mudah beradaptasi dengan e-filing.

5) Saya mudah untuk menjadi terampil dalam menggunakan e-filing.

6) Secara keseluruhan e-filing adalah mudah digunakan.

(16)

b. Keamanan :

7) Pemanfaatan layanan pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing adalah aman bagi saya.

8) Pemanfaatan layanan pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing dapat memberikan tingkat jaminan yang tinggi.

9) Saya tidak khawatir dengan masalah keamanan e-filing.

c. Kerahasiaan :

10) Saya percaya bahwa e-filing dapat menjaga kerahasiaan saya.

11) Saya tidak khawatir dengan masalah kerahasiaan data saya.

12) Saya percaya bahwa kerahasiaan data saya tidak akan disalahgunakan.

2. Variabel Terikat (dependent variabel)

Menurut (Sugiyono, 2013:59) menyatakan bahwa “Variabel terikat merupakan variabel yang Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain (independent variabel). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kepatuhan pajak.

Berikut ini adalah jenis pernyataan penelitian mengenai kepatuhan pajak.

a. Kepatuhan Pajak :

1) Saya mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajiban saya sebagai warga negara yang baik.

2) Saya akan melaporkan SPT tepat pada waktunya.

3) Saya akan menghitung pajak terhutang dengan jujur dan benar.

4) Saya membayar pajak dengan harapan akan berfungsi untuk kemajuan daerah.

(17)

5) Setiap wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk NPWP.

Tabel 3.3

Pengukuran Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Keamanan (X1) kemanan berarti bahwa penggunaan sistem

informasi itu aman, resiko hilangnya data atau

informasi sangat kecil, dan resiko pencurian rendah.

(Desmayanti, 2012)

1. Jaminan Keamanan.

2. Resiko hilangnya data informasi kecil.

3. Resiko pencurian kecil.

Ordinal

Kerahasiaan (X2) Data pengguna sistem informasi ini harus terjaga kerahasiaannya, tidak ada pihak ketiga yang dapat mengetahuinya. Dengan cara data disimpan oleh sistem sehingga pihak lain tidak dapat mengakses data pengguna secara bebas. (Desmayanti, 2012)

1. Jaminan Kerahasiaan.

2. Informasi pribadi dijamin dan dilindungi.

Ordinal

Kemudahan (X3) persepsi kemudahan yaitu 1. Fleksibilitas. Ordinal

(18)

mempersepsikan bahwa sistem ini mudah

digunakan dan bukan merupakan beban bagi para Wajib Pajak.

(Desmayanti, 2012)

2. Mudah dipahami.

3. Mudah untuk digunakan.

4. Mudah untuk berinteraksi.

Kepatuhan Pajak (Y) Kepatuhan Wajib Pajak adalah perilaku dari seorang wajib pajak dalam

melakukan semua

kewajiban perpajakan dan

menggunakan hak

perpajakannya dengan tetap berpatokan kepada peraturan perundang- undangan perpajakan (Susmita & Supadmi, 2016)

1. Wajib Pajak mengisi SPT dengan jujur, lengkap, dan benar sesuai ketentuan.

2.

Menyampaikan SPT ke KPP sebelum batas waktu akhir.

Ordinal

3.2.3. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Dalam penelitian ini diperlukan data-data untuk dijadikan sebagai

(19)

bahan penelitian. Data yang diperoleh untuk kepentingan dalam proses penelitian ini dikelompokan dalam dua golongan, yaitu :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pengamatan langsung pada perusahaan yang dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari perusahaan yang diteliti dengan menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak KPP Pratama Cibeunying Bandung.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mempelajari literature-literatur baik berupa buku-buku perpustakaan, karya ilmiah, literatur, jurnal, dan referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian.

3.2.4. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2008:115) mengemukakan pengertian populasi sebagai berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Cibeunying.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan Convenience Sampling, merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel secara bebas. Metode pengambilan sampel ini dipilih untuk memudahkan pelaksanaan riset dengan alasan bahwa jumlah populasi yang diteliti tidak diketahui sehingga terdapat kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah.

Sampel menurut Sugiyono (2010:116) adalah bagian dari jumlah dan

(20)

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini akan mengambil sampel wajib pajak KPP Pratama Cibeunying sebanyak 98 orang.

3.2.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Observasi, Wawancara, Studi Pustaka dan Kuesioner.

1. Observasi

Menurut (Sugiyono, 2013:203) observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

2. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara, untuk mengetahui informasi mengenai data yang diteliti. Wawancara yang dilakukan pada KPP Pratama Cibeunying merupakan jenis wawancara terstruktur, dikatakan terstruktur dikarenakan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan.

3. Studi Pustaka (Library research)

Merupakan penelitian secara teoritis untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan untuk mendapatkan teori yang diperlukan sebagai landasan teori masalah yang akan diteliti.

4. Kuesioner

Yaitu penelitian lapangan yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan cara membuat daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis dan diberikan kepada responden secara acak.

(21)

      

) ) ( )(

) ( (

(

) (

) (

2 2

2

2 X N Y Y

X N

Y X XY

N

3.2.6. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis 1. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Ada dua syarat penting yang berlaku untuk sebuah kuesioner yaitu valid dan reliabelnya instrument yang ada dalam kuesioner tersebut, untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2015:109).

Pengujian validitas menurut Simamora (2008:172) yaitu :

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang ingin di ukur, dengan kata lain mampu memperoleh data yang dapat dari variabel yang diteliti.”

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu di uji validitasnya kepada responden dengan menggunakan rumus teknik korelasi pearson, Umar (2011:114) sebagai berikut :

rhitung =

Keterangan :

r = korelasi product moment/korelasi pearson X = tiap item pertanyaan

Y = jumlah dari setiap pertanyaan

(22)

Semua item kuesioner yang digunakan untuk mengukur Keamanan, Kerahasiaan, Kemudahan, Tingkat Kesiapan Teknologi, Tingkat Pendidikan akan diuji validitasnya. Nilai validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Correct item-Total Correlation masing masing butir pertanyaan.

Apabila data perhitungan SPSS koefisien korelasi (r) diketahui bahwa seluruh kolerasi item variabel X lebih besar dari r tabel maka instrument dinyatakan valid.

Begitu pula untuk variabel Y, jika seluruh korelasi item variabel Y lebih besar dari r tabel maka instrument dinyatakan valid.

Kriteria pengujian validitas menurut Simamora (2008:174) keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :

• Jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

• Jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2015:109)

Pengertian Reliabilitas menurut Simamora (2008:177), adalah Tingkat kehandalan kuesioner yang apabila diuji cobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Pengujian reliabiliatas dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua (split half method) ganjil genap dimana peneliti mengelompokkan skor butir

(23)

b b

i 1 r

r x r 2

= +

bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok butir genap sebagai belahan kedua. Adapun rumus yang digunakan menurut Umar (2011:118) adalah dengan menggunakan rumus spearman-brown :

Keterangan :

ri = Reliabiliatas internal seluruh instrumen.

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua.

Untuk kuesioner yang mempunyai item banyak (Multi item quetionnaire) umumnya diukur melalui Cronbach Alpha. Pengukuran reliabilitas yang digunakan oleh penulis adalah one shoot atau pengukuran sekali saja yaitu pengukuran yang dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan skor total. Aplikasi SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas, dengan uji statistik cronbach alpha. Menurut Umar (2011:120) Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0.6.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul, yaitu kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang di teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, menurut (Sugiyono, 2013:206) Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan metode kuantitatif.

(24)

Menurut (Sugiyono, 2013:206) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :

“Dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic. Terdapat dua macam statistic yang digunakan yaitu data statistic deskriptif dan statistic inferensial”. Statistik deskriptif adalah yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan, sedangkan statistik inferensial atau statistik induksi adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Adapun langkah-langkah dalam analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

a. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Uji asumsi klasik dilakukan agar data sampel yang diolah benar-benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terdapat beberapa uji asumsi klasik yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

b. Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Sehingga layak dilakukan pengujian statistik. Dimana dalam

(25)

penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan dengan bantuan software SPSS. Pengambilan keputusan pada pengujian ini dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance) sebagai berikut:

• Asymp. Sig < 0.05 = Distribusi Tidak Normal

• Asymp. Sig > 0.05 = Distribusi Normal

Analisis normalitas data dengan menggunakan grafik histrogram berada di tengah-tengah atau tidak. Apabila posisi histogram sedikit menceng ke kiri ataupun ke kanan, maka data tidak berdistribusikan secara normal.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.

Model regresi yang baik seharusnya adalah yang tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel bebas. Cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan cara melihat tabel VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih dari 10 maka ada indikasi adanya multikolinieritas yang sebenarnya perlu dihindari.

Rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai VIF adalah :

Tolerance VIF= 1

(26)

d. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastis. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis.

Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastis dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dengan dasar analisis sebagai berikut :

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan terjadinya heteroskedastis.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastis.

e. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

(27)

pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Autokorelasi terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

a) Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel bebas yang terus menerus sehingga akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai variabel- variabel bebasnya.

b) Terjadinya penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel bebas lain yang tidak dimasukan dalam model.

c) Bentuk fungsi yang salah.

d) Adanya tenggang waktu.

e) Memanipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test) untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dengan ketentuan Makridakis dalam Gujarati (2006:90) sebagai berikut :

Tabel 3.4 Uji Durbin-Watson

DW Kesimpulan

< 1,414 Ada autokorelasi positif

1,414 – 1,724 Tanpa kesimpulan

1,724 – 2,276 Tidak ada autokorelasi

2,276 – 2,586 Tanpa kesimpulan

>2,586 Ada autokorelasi negative Sumber : Gujarati (2006 : 90)

(28)

f. Model Regresi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, yaitu dengan melihat pengaruh persepsi Keamanan, Kerahasiaan, Kemudahan penggunaan e-filing terhadap kepatuhan pajak.

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Keterangan :

α = Konstanta

X1 = Persepsi Keamanan X2 = Persepsi Kerahasiaan X3 = Persepsi Kemudahan β = Koefisien regresi ε = Error

3.2.7. Rancangan Uji Hipotesis

Untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen atau tidak, dilakukan dengan melakukan Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), dan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) (Ghozali, 2011).

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

(29)

dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen sangat terbatas. Nilai yang mendekati variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 akan meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Adjusted R2 seperti yang banyak dianjurkan oleh peneliti.

Dengan menggunakan nilai Adjusted R2 dapat mengevaluasi model regresi mana yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Dalam kenyataan, nilai Adjusted R2 dapat bernilai negative, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapatkan nilai Adjusted R2 negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap bernilai nol.

Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan program Microsoft/SPSS atau secara manual dengan rumus koefisien determinasi adalah :

Kd = r2 x 100%

Dimana :

Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi

(30)

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian ini adalah bahwa semua varabel independen yang dipergunakan dalam model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Maka pedoman yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak hipotesis nol (Ho) yang berarti koefisien signifikan secara statistik (Ghozali, 2011).

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternative (H1) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini.

Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut :

• H0 : β1= β2= 0 artinya tidak dapat pengaruh secara bersama-sama

• H1 : β1≠β2 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama b. Menentukan tingkat signifikasi sebesar α = 5%

(31)

Tingkat signifikansi 0.05 atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. Dengan DF

= n – (k+1)

c. Menghitung Uji (F-Test)

N R² / k

F =

(1 – R²) / (n – k – 1) Sumber: Sugiyono (2015:257) Keterangan :

R2 : Koefisien determinasi gabungan k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

d. Kriteria Pengambilan Keputusan

• Ho tidak berhasil ditolak apabila F hitung ≤ F tabel, dengan demikian secara individu tidak ada pengaruh dari variabel yang diteliti.

• Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, dengan demikian secara individu ada pengaruh dari variabel yang diteliti.

Atau perhitungan dengan menggunakan software SPSS : H0 ditolak atau pengaruh signifikansi apabila :

Significance F Change < α = 0.05

H0 diterima atau pengaruh tidak signifikansi apabila : Significance F Change > α = 0.05

(32)

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (b1) sama dengan nol.

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) adalah parameter suatu variabel tidak sama dengan nol.

Artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :

1. Quick lock : apabila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan 5%, maka H0 yang menyatakan b1 = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, hipotesis alternatif (HA) yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar disbanding t tabel, maka hipotesis alternatif (HA) diterima yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat).

(33)

Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh.

Sedangkan hipotesis alternatif (H1) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Hipotesis Pertama

H0 : r1 < 0, artinya tidak terdapat pengaruh H1 : r1 > 0, artinya terdapat pengaruh

b. Hipotesis Kedua

H0 : r2 < 0, artinya tidak terdapat pengaruh H2 : r2 > 0, artinya terdapat pengaruh 4. Menentukan tingkat signifikasi sebesar α = 5%

Tingkat signifikasi 0.05 atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%.

DF = n-(k+1) 5. Menghitung Uji t (t-test)

1 2

2 r r n

t

= −

Dimana:

n = Jumlah sampel

rs = Nilai koefisien korelasi 6. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. Ho tidak berhasil ditolak apabila t hitung ≤ t tabel, dengan demikian secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel yang diteliti.

(34)

b. Ho ditolak apabila t hitung > t tabel, dengan demikian secara individu ada pengaruh yang signifikan dari variabel yang diteliti

Atau perhitungan dengan menggunakan software SPSS : H0 ditolak atau pengaruh signifikansi apabila:

Significance < α = 0.05

H0 diterima atau pengaruh tidak signifikansi apabila:

Significance > α = 0.05

Gambar 3.2 Uji distribusi t

Daerah Penerimaan Ho

ttabel

0

Daerah Penolakan Ho

thitung

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki beberapa tujuan yaitu untuk melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logikal ke dalam kegiatan yang sebenarnya dari sistem informasi yang akan dibangunnya atau

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana metode kuantitatif menurut Sugiyono (2014) adalah metode penelitian yang digunakan

Berdasarkan hasil kuesioner terdapat 36,67% responden pria dan wanita mengganggap bahwa elemen pohon peneduh tidak perlu diperbaiki/ditambahkan karena taman yang

Dalam pengukuran awal ini yang diukur adalah kecerdasan motorik kasar anak meliputi mampu berjalan di pematang sawah dengan seimbang, mampu berjalan di atas papan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Penyusun Pertanggungjawaban

Skripsi dengan judul “Analisis Representasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Bangun Datar” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah skripsi ini tidak

k. Jumlah koperasi yang masih sangat sedikit yaitu rata-rata hanya 2 koperasi di setiap kecamatan Sedangkan faktor-faktor yang merupakan karakteristik kemiskinan yang juga

Secara khusus temanya adalah penyambutan bayi yang baru lahir, yang diharapkan akan berguna bagi agama, bangsa, dan negara, yang dalam peradaban Islam menjadi bahagian dari