• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Program Sosial Bank Indonesia (PSBI)

Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk kepedulian atau empati sosial Bank Indonesia untuk berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat.

Melalui program sosial, Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan Bank Indonesia.

Kontribusi yang diberikan sejak tahun 2005 tersebut, kini memasuki babak baru. Sejalan dengan program transformasi Bank Indonesia, PSBI juga berubah. Dengan semangat Dedikasi Untuk Negeri, Bank Indonesia didukung 45 Kantor Perwakilan di seluruh Indonesia berkomitmen untuk terus berkontribusi, berempati dan peduli dalam membantu mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi di masyarakat yang dapat memberikan nilai bagi negeri dan institusi.

PSBI meliputi dua jenis program, yakni program strategis dan kepedulian sosial. Program strategis mencakup program pengembangan ekonomi dan program peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang tujuan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Sementara program kepedulian sosial, merupakan kegiatan kepedulian atau empati terhadap permasalahan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, keagamaan, dan penanganan musibah dan bencana alam.

Tahun 2016, PSBI memiliki tema strategis tahunan "Mendukung Pemulihan Ekonomi Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan Inklusif"

Dalam rangka mendukung fokus pemberdayaan kepada ekonomi rumah tangga, Bank Indonesia juga mengimplementasikan Program

(2)

Unggulan yang terdiri Program Indonesia Cerdas dan Program Pemberdayaan Perempuan. Program Unggulan ini diharapkan dapat menjadi identitas dari Program Sosial Bank Indonesia (www.bi.go.id).

Dengan adanya Program Sosial Bank Indonesia yang ada di KPw BI Cirebon salah satunya di bidang kewirausahaan berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat hal tersebut yang terjadi di Desa Wisata Sidamukti Majalengka dimana desa dengan potensi salah satu desa penghasil mangga gincu terbesar di Majalengka, tetapi tidak dapat memanfaatkan dengan baik potensi tersebut.

Masyarakat hanya bisa menjual buah mangganya saja baik dalam keadaan harga mahal atau murah. Hal tersebut berubah setelah adanya Program Sosial Bank Indonesia KPw BI Cirebon di Desa Wisata Disamukti Majalengka yang memberikan berupa pelatihan pengolahan mangga gincu di Desa Wisata Sidamukti Majalengka.

Menurut Dokumentasi Peraturan Dewan Gubernur Tentang Program Sosial Bank Indonesia menyatakan:

1. Ketentuan Umum PSBI

Program sosial bank indonesia yang selanjutnya disebut PSBI adalah bantuan bank indonesia sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab social untuk memecahkan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian bank indonesia.

Sasaran strategis bank indonesia adalah sasaran organisasi yang sifat strategis dalam rangka mewujudkan misi, visi dan nilai-nilai strategis bank indonesia.

2. Tujuan dan Prinsip PSBI PSBI bertujuan untuk:

(1) Membantu upaya pemecahan permasalahan social termasuk upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan pencapaian tujuan bank indonesia, dan

(3)

(2) Mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan bank indonesia.

Prinsip PSBI meliputi:

(1) Menjunjung keterbukaan (transparency)

(2) Mengutamakan pertanggungjawaban (accountability) yang jelas terhadap public, dan

(3) Menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) 3. Jenis dan Ruang Lingkup PSBI

Jenis PSBI meliputi:

(1) Program pengembangan bidang ekonomi dan peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan Bank indonesia, dan

(2) Kegiatan kepedulian Bank indonesia terhadap permasalahan social di masyarakat.

Ruang lingkup PSBI meliputi:

(1) Ruang lingkup PSBI sebagaimana dimaksud dalam jenis psbi poin 1 meliputi pemberian atau penyaluran bantuan diantaranya pengembangan bidang ekonomi dan peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyrakat terhadap pelaksanaaan tugas serta pencapaian tujuan Bank indonesia.

(2) Ruang lingkup PSBI berdasarkan jenis PSBI poin 2 meliputi pemberian atau penyaluran bantuan dibidang pendidikan,kesehatan,lingkungan hidup,kebudayaan,keagamaan dan kerukunan hidup beragama serta penanganan musibah bencana alam.

(4)

4. Pelaksanaan dan Penerima PSBI

(1) Pelaksanaan PSBI terdiri dari satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumasan dan kantor perwakilan Bank indonesia dalam Negeri (KPw BI DN).

(2) wilayah kerja pelaksanaan PSBI sebagaimana dimaksud dalam poin 1 meliputi:

a. kantor pusat untuk satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumasan,

b. KPw BI DN untuk KPw BI DN setempat,

c. KPw BI DN untuk satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumasan sepanjang berkordinasi dengan KPw BI DN setempat, dan

d. KPw BI DN wilayan kerjanya untuk KPw B DN setempat.

(3) PSBI diberkan kepada pihak-pihak yang memenuh kriteria dan persyaratan yang ditetapkan,

(4) Kriteria dan persyaratan penerma PSBI diatur lebh lanjut dalam surat Edaran Bank indonesia.

5. Tahapan PSBI

Tahapan PSBI meliputi perencanaan program, pelaksanaan program,dan evaluasi program.

(1) Perencanaan program

a. Perencanaan program tahunan PSBI disusun oleh forum perumusan yang dituangkan dalam bentuk pedoman tahunan PSBI. Susunan kegiatan forum perumus adalah:

1. Ketua: pemimpin satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumasan,

2. Anggota:

a. Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan kegiatan pengembangan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah, b. Pimpinan satuan keja yang melaksanakan kegiatan

kebijakan moneter,

(5)

c. Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan kegiatan stabilitas system keuangan, dan

d. Pimpinan satuan kerja yang melaksankan kegiatan pendidikan dan study kebanksentralan.

b. Pedoman Tahunan PSBI seb agaimana dimaksud pada poin 1 memuat arah,prioritas,dan targe indikatif anggaran PSBI.

c. Satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumsan menyampaikan pedoman Tahunan PSBI sebagaimana dimaksud pada poin 1 kepada Gubernur Bank indonesia untuk mendapat persetujuan,

d. Pedoman Tahunan PSBI yang telah disetujui oleh Gubernur Bank indonesia sebagaimana dimaksud pada poin 3 menjadi acuan bagi pelaksanaan PSBI dalam menyusun program kerja Tahunan,

e. Prosedur penyusunan pedoman Tahunan PSB diatur lebih lanjut dalam surat Edaran Bank indonesia.

(2) Pelaksanaan Program

Pelaksanaan PSBI dapat dilakukan sendiri oleh pelaksana PSBI atau melalui kemitraan dengan pihak lain.

(3) Program Pembinaan Wirausaha Binaan KPw Bank Indonesia Cirebon

(6)

Gambar 2.1

Framework pengembangan UMKM oleh Bank Indonesia

Misi: meningkatkan akses dan jangkauan UMKM terhadap jasa keuangan melalui pengembangan UMKM dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pilar 1

Meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM 1. Produktivitas

2. Daya saing 3. Inovasi Pilar 2

Meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan UMKM 1. Infrastruktur

2. Kapasitas

3. Instrumen kebijakan Pilar 3

Mendorong pemanfaatan teknologi untuk efisiensi transaksi keuangan dan peningkatan akses pasar UMKM

1. GNNT

2. Inklusi keuangan melalui elektronifikasi

Visi: menjadi suatu kerja yang kompeten dan dipercaya dalam meningkatkan akses

dan jangkauan UMKM terhadap jasa keuangan serta dalam pengembangan.

(7)

3. Financial teknologi Pilar 4

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama kelembagaan serta pengembangan sistem informasi UMKM BI

1. Kerjasama dan koordinasi 2. Sistem informasi

Gambar 2.2 Latar Belakang Program Perkembangan Internal

- Peran BI dalam pengembangan UMKM untuk mendukung pencapaian tugas BI.

- Dalam PDG Kebijakan ekonomi dan keuangan negara (KEKDA), peningkatan akses keuangan dan pengembangan UMKM merupakan salah satu strategi untuk

mendukung kebijakan utama bank indonesia.

Perkembangan Eksternal - Globalisasi : perlu peningkatan

daya saing lokal.

- Desentralisasi : kewenangan mengatur daerah.

- Nawacita : memperkuat daerah desa.

- Keragaman karakteristik,

permasalahan dan potensi UMKM di daerah yang antara lain

dipengaruhi oleh unsur lokasi dan sumber daya lokal.

Pengembangan UMKM Unggulan dengan pendekatan pengembangan ekonomi local (Local Economic Development atau LED)

(8)

B. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 1. Pengertian Corporate Social Responsibility

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Dengan melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia erat kaitannya dengan tingkat perekonomian Indonesia, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang ekonomi yang pesat. Menurut Pambudi (2017: 120) akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena di Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya merupakan negara tingkat ekonomi yang rendah. Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan menjadi tugas yang harus diperhatikan oleh pemerintah, salain dari pihak pemerintah dibantu juga dengan berdirinya perusahaan-perusahaan di suatu daerah dari sektor swasta yang memberikan CSR kepada masyarakat baik dalam bidang ekonomi atau yang lainnya yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatakan bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk berlaku etis, dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Triple Bottom Line) dalam rangka untuk mencapai tujuan yang berkelanjutan. Sedangkan menurut Busyra dalam Putra pada jurnal Kartikasari (2017: 9).

(9)

Djunaedi (2016: 104) CSR merupakan sebuah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis dan kontribusi sumberdaya perusahaan secara sukarela.

Menurut Wibisono dalam jurnal Sari (2016: 4) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya”.

Muhtar (2013: 91) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang menunjukkan bentuk perhatian dan kepedulian serta tanggung jawab organisasi perusahaan terhadap lingkungan dan sosial masyarakat dalam segala aspek operasional perusahaan.

Menurut Gunawan dan Suhartini dalam jurnal Sulistyawati (2016: 467) corporate social responsibility (CSR) yang merupakan bentuk kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Hal ini mengandung makna bahwa meskipun secara umum tujuan persahaan adalah profit oriented, namun tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Artinya, apabila perusahaan secara konsisten menerapkan CRR maka diharapkan kontinuitas usaha perusahaan bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

CSR sendiri mempunyai definisi yang dikemukakan oleh McWilliams dan Siegel dalam bukunya Banerjee yang terdapat pada jurnal Halim (2015: 3) yaitu “Actions that appear to further some social good beyond the interests of the firm and that which is required by law”. Yang berarti suatu aksi yang muncul untuk kebaikan sosial melampaui ketertarikan dari perusahaan tersebut yang dibutuhkan oleh hukum.

(10)

CSR adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar, sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui program-program sosial, yang ditekankan adalah program pendidikan dan lingkungan. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi menurut Sunandar (2016:

30).

Menurut Suharto dalam jurnal Nelly (2017: 10) CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan.

Menurut Darwin Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate SocialResponsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegraskan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum Arianti (2018: 24).

CSR (Corporate Social Responsibility) ialah bukan hanya sekedar tanggung jawab karena bersifat sukarela, tetapi harus dilakukan sebagai kewajiban karena disertai dengan sanksi. Komitmen bersama untuk mewujudkan pembangunan keberlanjutan dan menciptakan iklim investasi bagi penanam modal untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakan dapat tercapai melalui pelaksanaan CSR Rahmayuni (2018 ,37).

Menurut Ningrum (2018, 64) tanggung jawab sosial atau dapat disebut Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perseroan atau perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

(11)

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat.

Menurut Bertens dalam jurnal Pambudi (2017, 121) Tanggung jawab (Responsibillity) berarti suatu keharusan seseorang sebagai makhluk rasional dan bebas untuk tidak untuk mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrospektif dan prospektif. Corporate social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan tarap hidup pekerja serta keluarganya meurut Wibisono dalam jurnal Pambudi (2017 ,121).

CSR merupakan salah satu bentuk tangggung jawab perusahaan untuk pembangunan ekonomi mapan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. CSR juga merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholder dalam arti yang luas, bukan hanya kepentingan perusahaan saja Yusuf (2017: 3).

Menurut Radyati (2014: 77) Banyak perusahaan menganggap melakukan tanggung jawab sosial atau Corporate Sosial Responsibilty (SCR) adalah demi membangun citra. Oleh karena motivasi tersebut, CSR biasanya diletakkan dibawah departemen hubungan masyarakat (humas). Sebenarnya CSR merupakan upaya menciptakan dampak (Positive impact building) untuk komunitas dan perusahaan. Dengan demikian CSR adalah suatu keputusan strategis.

Menutur kotler dalam buku said dkk (2015: 47) mengatakan bahwa CSR adalah kesediaan perusahaan untuk mengembangkan lingkungan yang baik melalui kegiatan bisnis yang terarah, dan terlibat dalam pengembangan sumberdaya perusahaan, tujuannya adalah untuk memperkecil dampak negatif dari operasi perusahaan, sebagaimana yang banyak terjadi pada praktik perusahaan yang mengejar keuntungan semata.

(12)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) menurut penulis ialah dana sosial yang diberikan dari Perseroan Terbatas, Instansi Pemerintah, Instansi Non Kepemerintahan, ataupun Swasta kepada lembaga atau kelompok masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dan menambah pendapatan masyarakat.

2. Prinsip Corporate Social Responsibility

Menurut Crowthet David dalam jurnal Lubis (2016: 65) mengurai prinsip tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga yaitu: 1) Prinsip Suistainability dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktifitas (Action) dengan tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan ; 2) Prinsip Accountability merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktifitas yang dilakukan; 3) Prinsip Transparency merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal dimana transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas beserta dengan dampaknya terhadap pihak eksternal. Sedangkan menurut Yakovleva dalam jurnal Lubis (2016: 65) mengemukakan beberapa prinsip penting yang melandasi CSR seperti Accountability, Responsiveness, Proactive Corporate Behavior, dan Voluntarism.

Menurut Jalal dalam jurnal purwanto (2018: 497) prinsip tanggung jawab sosial adalah 1) akuntabilitas, 2) transparansi, 3) perilaku Etis, 4) penghormatan kepada kepentingan Stakeholder, 5) kepatuhan kepada Hukum, 6) penghormatan kepada norma perilaku internasional, 7) penegakan HAM.

Menurut Alyson Warhurst Pakar corporatesssocial responsibility dari University of Bath Inggris, yang diikutip oleh Wahyudi dan Azheri dalam jurnal Novarianto (2017, 53) menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsipmmyang harusmmdiperhatikan dalam pelaksanaan CSR.mmAdapunnnprinsip-prinsip tersebut adalah sebagaii berikut: prioritas perusahaan; manajemen terpaadu; proses

(13)

perbaikan; pendidikann karyawan; pengkajiaan; produk dan jaasa;

informasi publikk; fasilitas dan operasi; penelitiann; prinsip pencegahan; kontraktor danmpemasok; siaga menghadapi darurat;

TransferbbBest Practice; memberikan sumbangann; keterbukaan (disclosure); pencapaian dan pelaporan.

Menurut Solihin dalam jurnal Novriza (2017: 4-5) menjelaskan adanya tiga prinsip CSR yang disesuaikan dengan orientasi pelaksanaan prinsip CSR, ketiga prinsip CSR tersebut adalah sebagai berikut: (1) The principle of legitimacy. Prinsip ini didasari oleh adanya legitimasi dan pemberian kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat kepada pelaku bisnis untuk menjalankan operasi perusahaan, menggunakan berbagai jenis sumber daya, serta memasarkan produk yang mereka hasilkan. (2) The principle of public responsibility. Public responsibility adalah fungsi manajemen organisasi dalam suatu konteks khusus kebijkan publik. Melalui prinsip ini, Wood mencoba membumikan konsep CSR dimana didalam hal ini perusahaan tidak bertanggung jawab untuk mengatasi seluruh masalah sosial yang ada di lingkungannya. Perusahaan hanya bertanggung jawab atas hal-hal yang diakibatkan oleh pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan (produksi, pemasaran, personalia, keuangan, dan lain-lain) dan dampak dari pelaksanaan fungsi tersebut. Dengan adanya prinsip ini, maka akan memberikan panduan yang lebih spesifik kepada perusahaan mengenai area CSR yang di mana mereka bisa berperan. (3) The principle of managerial discretion. Prinsip ini menyatakan bahwa para manajer selaku agen yang memiliki pertimbangan pribadi (discretions), selayaknya mampu

menjalankan pertimbangannya tersebut dalam setiap area yang menjadi dominan CSR yang akan menghasilkan manfaat sosial.

(14)

3. Peraturan Undang-Undang Corporate Social Responsibility

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas BAB V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pasal 74 menyatakan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas. Peraturan Pemerintah ini melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya maupun Perseroan itu sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut dimaksudkan untuk: (1) meningkatkan kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia; (2) memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan; dan (3) menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial

(15)

dan lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha Perseroan yang bersangkutan.

4. Corporate Social Responsibility Menurut Islam

Menurut yusuf (2017: 43) tanggung jawab sosial dalam Islam bukanlah merupakan perkara asing. Tanggung jawab sosial sudah mulai ada dan dipraktekan sejak 14 abad yang silam. Pembahasan mengenai tanggung jawab sosial sangat sering disebutkan dalam Alqur’an. Alqur’an selalu menghubungkan antara kesuksesan berbisnis dan pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh moral para pengusaha dalam menjalankan bisnis sesuai dengan firman Alla SWT Al-Quran Surat Al-Isra 17: 35:

َت ۡ سُمۡلا ِسا َط ۡسِقۡل ِبِ اۡوُنِز َو ۡ ُتُۡ ِکِ اَذِا َلۡیَکۡلا اوُفۡوَا َو ًلۡیِوۡ َتَ ُن َسۡحَا َّو ٌ ۡیَۡخ َکِلٰذ ؕ ِ ۡیِۡق

Artinya: “dan sempurnakanlah timbangan apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. Al-Isra 17: 35)

Penjelasan dari Q.S Al- Isra Ayat 35 menurut Tafsir Kementerian Agama RI (2017) menyatakan bahwa dalam ayat ini, Allah swt mengecam orang Yahudi karena mereka berselisih tentang kedudukan hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari jatuhnya murka Allah kepada sebagian Bani Israil karena kedurhakaan mereka melanggar kewajiban pada hari itu, seperti diterangkan Allah swt: Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka,

"Jadilah kamu kera yang hina!" (al-Baqarah/2: 65) Allah swt mewajibkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan ibadah pada hari Sabtu serta melarang mereka dan hewan-hewan mereka melakukan pekerjaan lain. Akan tetapi, sebagian mereka tidak menaati larangan Allah dan mencari-cari jalan untuk membenarkan perbuatan mereka pada hari itu. Karena mereka menghalalkan yang haram, jatuhlah azab

(16)

Tuhan dengan mengubah mereka menjadi seperti kera. Ketetapan hari Sabtu sebagai hari mulia dan untuk ibadah bukanlah warisan dari syariat Nabi Ibrahim, tetapi ketentuan syariat Nabi Musa, sebagaimana hari Ahad bagi syariat Nabi Isa dan hari Jumat bagi syariat Nabi Muhammad saw. Allah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka untuk orang Yahudi hari Sabtu dan untuk orang Nasrani hari Ahad, maka datanglah Allah kepada kita yang diberi-Nya kita petunjuk untuk hari Jumat lalu Allah menjadikan hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan demikianlah mereka menjadi pengikut kita pada hari kiamat. Kitalah orang yang terakhir dari penghuni dunia tapi orang pertama pada hari kiamat dan diadili di antara mereka sebelum makhluk-makhluk lain diadili. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan hudzaifah) Keterangan hari-hari mulia itu tidak merupakan masalah pokok dari syariat yang diturunkan Allah kepada para nabi, tetapi termasuk masalah furuiyah (cabang). Masing- masing mereka mempunyai ketentuan sendiri. Nabi Muhammad saw tidaklah diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa a.s., tetapi beliau diperintahkan mengikuti Nabi Ibrahim a.s. Perselisihan di antara golongan dalam agama Yahudi tidak dapat diselesaikan antara mereka sendiri, karena sudah mengakar dan meluas. Hanya Allah swt yang menentukan keputusan di antara mereka pada hari kiamat kelak, tentang masalah-masalah yang mereka perselisihkan. (124) Dalam ayat ini, Allah swt mengecam orang Yahudi karena mereka berselisih tentang kedudukan hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari jatuhnya murka Allah kepada sebagian Bani Israil karena kedurhakaan mereka melanggar kewajiban pada hari itu, seperti diterangkan Allah swt: Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (al-Baqarah/2: 65) Allah swt mewajibkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan ibadah pada hari Sabtu serta melarang mereka dan hewan-hewan mereka

(17)

melakukan pekerjaan lain. Akan tetapi, sebagian mereka tidak menaati larangan Allah dan mencari-cari jalan untuk membenarkan perbuatan mereka pada hari itu. Karena mereka menghalalkan yang haram, jatuhlah azab Tuhan dengan mengubah mereka menjadi seperti kera.

Ketetapan hari Sabtu sebagai hari mulia dan untuk ibadah bukanlah warisan dari syariat Nabi Ibrahim, tetapi ketentuan syariat Nabi Musa, sebagaimana hari Ahad bagi syariat Nabi Isa dan hari Jumat bagi syariat Nabi Muhammad saw. Allah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka untuk orang Yahudi hari Sabtu dan untuk orang Nasrani hari Ahad, maka datanglah Allah kepada kita yang diberi-Nya kita petunjuk untuk hari Jumat lalu Allah menjadikan hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan demikianlah mereka menjadi pengikut kita pada hari kiamat. Kitalah orang yang terakhir dari penghuni dunia tapi orang pertama pada hari kiamat dan diadili di antara mereka sebelum makhluk-makhluk lain diadili. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan hudzaifah) Keterangan hari-hari mulia itu tidak merupakan masalah pokok dari syariat yang diturunkan Allah kepada para nabi, tetapi termasuk masalah furuiyah (cabang). Masing- masing mereka mempunyai ketentuan sendiri. Nabi Muhammad saw tidaklah diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa a.s., tetapi beliau diperintahkan mengikuti Nabi Ibrahim a.s. Perselisihan di antara golongan dalam agama Yahudi tidak dapat diselesaikan antara mereka sendiri, karena sudah mengakar dan meluas. Hanya Allah swt yang menentukan keputusan di antara mereka pada hari kiamat kelak, tentang masalah-masalah yang mereka perselisihkan.

Menurut Arifin (2016: 38) Dengan kompetisi yang ketat, pasar yang lebih maju, dan permintaan dari stakeholder untuk lebih transparan, salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan berbasis syariah untuk menangani masalah-masalah tersebut ialah dengan mengkomunikasikan secara detail mengenai aktivitas investasi dan produk-produk barunya apakah sudah disetujui oleh Dewan Pengawas

(18)

Syariah dan juga keterangan dasar syariah yang digunakan. Cara pandang pemangku kepentingan yang mengedepankan ridha Ilahi telah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah (perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad S.A.W.) sebagai pedoman dalam pelaksanaan aktivitas CSR. Pernyataan yang terkait dengan hal tersebut ditemukan dalam Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 77:

َن َسْحَٱ ٓ َ َكَم ن ِسْحَٱَو ۖ اَيْنُّلد ٱ َنِم َكَبيِصَن َسنَت َلََو ۖ َةَرِخاَءْل ٱ َراَّلد ٱ َُّللَّ ٱ َكٰىَتاَء ٓاَيمِف ِغَتْب ٱَو َكْيَل ا ُ َّللَّ ٱ ِ َننِِ ِسَُْمْل ٱ ُُّّ ُُِ َلَ ََّللَّ ٱ ََّّ ا ۖ ِِْرَ ْْ ٱ ِِ ََا َسََْل ٱ ِغْبَت َلََو ِ ۖ

Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash ayat 77)

Ada beberapa tafsiran mengenai QS Al Qashash ayat: 77, diantaranya:

1. Tafsir Al Maraghi.

Kaum Qarun mengemukakan beberapa nasehat:

َةَرِخاَءْل ٱ َراَّلد ٱ َُّللَّ ٱ َكٰىَتاَء ٓاَيمِف ِغَتْب ٱَو

Pergunakanlah harta dan nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepadamu ini untuk mentaati Tuhanmu dan mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam cara pendekatan yang mengantarkanmu kepada perolehan pahala- Nya di dunia dan akhirat. Ditegaskan dalam hadits:

“Pergunakanlah lima perkara sebelum lima perkara lain datang, yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu,

(19)

kesengganganmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.”

اَيْنُّلد ٱ َنِم َكَبيِصَن َسنَت َلََو

Janganlah kamu meninggalkan bagianmu dari kesenangan dunia dari perkara makan, minum dan pakaian, karena Tuhanmu mempunyai hak terhadapmu, dirimu mempunyai hak terhadapmu, demikian pula keluargamu, mempunyai hak terhadapmu.

َكْيَل ا ُ َّللَّ ٱ َن َسْحَٱ َٓ َكَم ن ِسْحَٱَو ِ

Berbuat baiklah kepada makhluk Allah, sebagimana Dia telah berbuat baik kepadamu dengan nikmat-Nya yang Dia limpahkan kepadamu, karena itu, tolonglah makhluk-Nya dengan harta kemuliaanmu, muka manismu, menemui mereka secara baik, dan memuji mereka tanpa sepengetahuan mereka.

ِِْرَ ْْ ٱ ِِ ََا َسََْل ٱ ِغْبَت َلََو

Dan janganlah kamu tumpukkan segenap kehendakmu untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan berbuat buruk kepada makhluk Allah. Nasehat-nasehat ini dikemukakan dengan alasan:

َننِِ ِسَُْمْل ٱ ُُّّ ُُِ َلَ ََّللَّ ٱ ََّّ

ِ ا

Karena sesungguhnya Allah tidak akan memuliakan orang-orang yang suka mengadakan kerusakan, malah menghinakan dan menjauhkan mereka dari dekat kepada-Nya dan tidak memperoleh kecintaan serta kasih sayang-Nya.

(20)

2. Terjemah Kementerian Agama RI

Menurut Terjemahnya Kementrian Agama RI (2017) Mengatakan Pada ayat ini, Allah menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Orang yang mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat. 1. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan akhirat.

Sabda Nabi saw: Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu. (Riwayat al-Baihaqi dari Ibnu 'Abbas) 2. Setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah. Baik Allah, diri sendiri, maupun keluarga, mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakannya. Sabda Nabi Muhammad: Kerjakanlah seperti kerjanya orang yang mengira akan hidup selamanya. Dan waspadalah seperti akan mati besok. (Riwayat al-Baihaqi dari Ibnu 'Umar) 3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya, misalnya membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali silaturrahim, dan lain sebagainya. 4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat kepada sesama makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

(21)

C. BANK INDONESIA 1. Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 4 (1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. (2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini. (3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undangundang ini.”

2. Tujuan Bank Indonesia

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia “Pasal 7 (1) Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.”

Tujuan Tunggal menurut situs resmi Bank Indonesia menyatakan dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,

(22)

tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. berikut tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk gambar berisi tiga pilar.

Gambar 2.3 Tiga Pilar Bank Indonesia

Arti dari tiga pilar bank indonesia menurut (www.bi.go.id) yaitu:

1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate).

(23)

Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan. Pendekatan pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah dilakukan sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang disesuaikan dengan dinamika perkembangan pasar uang di dalam negeri.

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu- satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya misalnya sistem pembayaran berbasis kartu.

Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang diarahkan pada pengurangan risiko pembayaran antar bank dan peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran.

Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran sebagian besar dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening bank di Bank Indonesia,

(24)

hubungan bilateral antar bank maupun melalui jaringan internal bank yang dimilikinya. Layanan pembayaran dana antar nasabah tersebut biasanya dilakukan melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Dari sisi piranti pembayaran, secara historis sistem pembayaran non tunai di Indonesia didominasi oleh piranti pembayaran berbasis warkat, namun dalam perkembangannya piranti elektronik mulai banyak berperan terutama sejak dioperasikannya sistem BI-RTGS pada bulan November untuk penyelesaian transaksi bernilai besar atau urgent.

Sementara itu dalam kaitannya dengan pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar Bank Indonesia.

3. Mengatur dan Mengawasi Bank

Sementara itu dalam kaitanya dengan pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggungjawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan dibidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik

(25)

yang dilakukan oleh bank Indoensia maupun pihak lain diluar Bank Indonesia.

Sebagai salah satu bentuk upaya dari mewujudkan tujuan Bank Indonesia, Bank Indonesia memiliki program yaitu Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk kepedulian atau empati sosial Bank Indonesia untuk berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat. Melalui program sosial, Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan Bank Indonesia (www.bi.go.id).

3. Visi dan Misi Bank Indonesia Visi

Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

Misi

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

(26)

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia (www.bi.go.id).

D. UMKM

1. Pengertian UMKM

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah bab satu pasal satu mengatakan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(27)

UMKM merupakan kekuatan strategis, karena mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama dalam penyediaan lapangan kerja serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemeratakan pendapatan menurut Sandriana dalam jurnal puryono (2017: 3).

Sebuah usaha dikatakan UMKM dapat dilihat dari beberapa karakteristik Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bab IV Pasal 6 menyatakan:

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Menurut Isnaini dalam jurnal Diahnisa (2017: 239) Adapun yang dinyatakan sebagai UMKM Terdapat ciri khas, yaitu modal yang kecil, jumlah pekerja yang sedikit, risiko yang sedikit tinggi tetapi

(28)

return tinggi, biasanya digerakkan dari rumah tangga, dan membawa kewirausahaan bagi pemiliknya.

Menurut Tambunan dalam jurnal Diahnisa (2017: 239) diketahui bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi.

Hal ini didukung dengan kondisi tingkat pendidikan pengusaha yang mayoritas tergolong rendah. Akan tetapi, beberapa pengusaha menjalankan bisnis keluarga secara turun-temurun.

2. Pengembangan UMKM

Penelitian ini mencakup beberapa aspek yang menyangkut pada rumusan strategi pengembangan usaha yang efektif untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi kompetitif pasar bebas, pada UMKM di desa Wisata Sidamukti Majalengka. Menurut Ariani (2017: 104) Dimana pada tahap ini yang perlu diperhatikan dan dikembangkan adalah aspek pemasaran, aspek modal dan pendanaan usaha, aspek pemanfaatan teknologi informasi dan inovasi, aspek pemakaian bahan baku, aspek peralatan produksi, aspek penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, aspek organisasi dan manajemen usaha, aspek birokrasi dan peran pemerintah dan aspek eksternalitas dan lain-lain:

1) Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran ini ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi responden yaitu segi produk, harga, tempat, promosi, dan lain-lainnya terkait pemasaran.

2) Aspek Modal dan Pendanaan Usaha

Aspek modal dan pendanaan usaha dapat berasal dari modal sendiri, pinjaman, hasil kerjasama dan bantuan hibah seperti adanya pendampingan UMKM dari KPw Bank Indonesia Cirebon yang terletak di kota Cirebon. Biasanya modal tambahan yang berasal dari kerjasama sangat kecil sekali karena banyak yang beranggapan bahwa usaha dari UMKM ini

(29)

keuntungannya sangat kecil dan hanya beberapa UMKM saja yang melakukan hal tersebut.

3) Aspek Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Inovasi

Pemanfaatan teknologi dan inovasi merupakan suatu alat penunjang dalam perkembangan usaha dari UMKM di kota Tarakan, sehingga dapat dilihat respon dari responden mengenai beberapa indicator antara lain yaitu: Dalam usaha menggunakan komputer, Ada upaya-upaya mendesain produk baru yg lebih berkualitas, Melakukan perubahan pelayanan pada konsumen, Mencari pasar baru/peluang baru, Mencari pembelian bahan baku yang lebih baik.

4) Aspek Pemakaian Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu pertimbangan dalam dunia usaha, baik dalam hal penggunaan, ketersediaan maupun harga perolehan dari bahan baku itu sendiri. Karena sedikit banyaknya akan mempengaruhi dari penentuan harga produk yang diproduksi oleh suatu usaha khususnya UMKM.

5) Aspek Peralatan Produksi

Aspek peralatan produksi merupakan salah satu asset bagi para pelaku UMKM baik itu yang tradisional maupun yang sudah modern atau menggunakan teknologi canggih. Peralatan produksi dapat berupa barang bergerak maupun barang tak bergerak, tanpa peralatan produksi yang memadai akan sulit bagi pelaku UMKM untuk dapat tumbuh berkembang dalam menjalankan usahanya.

6) Aspek Penyerapan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

Pengembangan UMKM di desa Wisata Sidamukti Majalengka diharapkan mampu memberi sumbangsi bagi kabupaten Majalengka khususnya dalam hal penggurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Sehingga dari UMKM

(30)

ini dapat dilihat besarnya aspek dari penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja.

7) Aspek Organisasi dan Manajemen Usaha

Keterlibatan pelaku usaha UMKM dalam aspek organisasi dan manajemen usaha dapat dilihat dari: Terlibat dalam asosiasi usaha (Paguyuban), Memiliki rencana pengembangan Usaha, Memisahkan keuangan usaha danpribadi, Melakukan antisipasi resiko pencurian dan penyimpangan kecurangan dari karyawan.

8) Aspek Birokrasi dan Peran Pemerintah

Bagi para pelaku UMKM rata-rata tidak mau dipusingkan oleh masalah birokrasi dan mempertanyakan peran pemerintah tentang andil pemerintah terhadap peningkatan usahanya. Maka dapat diamati mengenai aspek birokrasi dan peran pemerintah terhadap pengembangan UMKM di daerahnya melalui beberapa unsur yaitu: Proses perizinan usaha cukup mudah, tidak terdapat Pungutan atas usaha yang dilakukan, Pernah Ikut dilibatkan dalam kebijakan UMKM, Infrastruktur yang dibangun pemerintah memadai dan membantu jalannya usaha, Terdapat Pendanaan bunga lunak oleh pemerintah, Pernah memperoleh pembinaan program kemitraanusaha dari pemerintah, Pemerintah memberikan perlindungan usaha baik dari monopoli maupun dari ekspansi eksternal.

9) Aspek Eksternalitas dan Lain-lain

Eksternalitas merupakan efek yang dirasakan oleh responden atau pelaku usaha UMKM baik eksternalitas positif maupun eksternalitas negatif.

(31)

3. Strategi Peningkatan Kemampuan UMKM

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.

Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah ialah: Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Menurut BPS Indonesia dalam (Maryati, 2014) Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu komponen pelaku usaha yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia.

(32)

4. Daya Saing Produksi

Menurut Council of Competitiveness, Washington DC dalam jurnal Meliala (2014: 644) , daya saing adalah kapasitas bangsa untuk menghadapi tantangan persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan pendapatan riil-nya.

Tingkat persaingan yang tinggi menuntut perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga murah, sehingga perusahaan perlu memberikan perhatian serius terhadap kualitas produknya.

Menurut Muhardi dalam jurnal Choirullah (2017: 40), daya saing operasi merupakan fungsi operasi yang tidak saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni merespon pasar sasaran usahanya dengan proaktif. Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler dalam jurnal Choirullah (2017:

40) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan.

Faktor-faktor tersebut dianalisis berdasarkan Porter’s Diamond Model dalam jurnal Nurzamzami (2014: 19), seperti faktor kondisi, faktor kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri, peran pemerintah dan peran kesempatan.

Menurut European Commission dalam jurnal Meliala (2014:

644), daya saing diartikan sebagai kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.

Permasalahan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia pada umunya relatif sama. Namun penentuan strategi untuk peningkatan daya saing, tetap harus meneliti UKM secara detail dan berkesinambungan agar tercipta suatu solusi dalam memenangkan

(33)

persaingan yang ada. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang bisa ditawarkan, agar UKM bisa menjaga dan memenangkan persaingan, yaitu: Konsisten menjaga kualitas produk, Tambahkan daya saing UKM melalui packaging produk yang menarik, Berani bersaing dari segi harga, Menjaga loyalitas konsumen.

Menurut Tambunan dalam jurnal Diahnisa (2017: 240) indikator-indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran daya saing, yaitu pertumbuhan nilai atau volume output, pangsa PDB, pangsa pasar, nilai omset, profit, tingkat pendidikan ratarata pekerja dan pengusaha, pengeluaran R&D, jumlah sertifikat standardisasi yang dimiliki dan jumlah paten yang dibeli, standardisasi, jenis teknologi yang digunakan, produktivitas atau efisiensi, nilai mesin dan peralatan produksi atau nilai aset, jumlah pengeluaran promosi, dan jaringan kerja atau kerja sama dengan pihak lain.

5. Peningkatan Pendapatan

Kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran akhir bagi program yang telah dirancang oleh suatu lembaga. Baik itu dalam lingkup negara maupun lingkup daerah. Suatu program belum bisa dikatakan berhasil sepenuhnya bila belum mampu membuat masyarakatnya hidup lebih sejahtera. Untuk itu maka perlu adanya pemahaman tentang kesejahteraan itu sendiri sehingga bisa diambil langkah-langkah untuk mencapainya.

Terdapat beberapa teori yang membahas tentang kesejahteraan Albert dan Hahnel menurut Sugiarto yang ditulis dalam jurnal Ratnawati (2018: 83) mengklasifikasikan teori kesejahteraan menjadi tiga macam, yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian approach. Teori welfare theory juga dituliskan kembali menurut Darussalam dalam jurnal Ratnawati (2017: 60) Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan (pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan bertambah. Tingkat kesenangan yang berbeda yang dirasakan oleh

(34)

individu yang sama dapat dibandingkan secara kuantitatif. Prinsip bagi individu adalah meningkatkan sebanyak mungkin tingkat kesejahteraannya, sedangkan bagi masyarakat, peningkatan kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupannya.

Neoclassical welfare theory merupakan teori kesejahteraan yang mempopulerkan prinsip Pareto Optimality. Prinsip Pareto Optimality menyatakan bahwa the community becomes better off if one individual becomes better off and non worse off. Prinsip tersebut merupakan necessary condition untuk tercapainya keadaan kesejahteraan sosial maksimun. Selain prinsip Pareto Optimality, neoclassical welfare theory juga menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu.

Teori kesejahteraan masyarakat pada dasarnya menjelaskan ada dua perbedaan, yaitu: teori kesejahteraan sosial (welfare social) dan teori kesejahteraan ekonomi (welfare economics). Menurut Midgley dalam jurnal Jannah (2016: 341) mendefinisikan kesejahteraan sosial (welfare social) sebagai “a condition or state of human well-being.”

Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resikoresiko utama yang mengancam kehidupannya.

Menurut Todaro dan Smith dalam jurnal Putry (2017: 28) kesejahteraan masyarakat menunjukan ukuran hasil pembangunan masyarkat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan, peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai

(35)

kemanusiaan, dan memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu dan bangsa.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan berasal dari kata sejehtera yang berarti keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun dalam jurnal Azhari (2017: 97) Sistem Sosial Indonesia dapat dirumuskan dari 4 (empat) indikator yaitu : 1. Rasa aman (security), 2.

Kesejahteraan (welfare), 3. Kebebasan (freedom) dan 4. Jati Diri (Identity)

Menurut Todaro dalam jurnal Azhari (2017: 97) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat.Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP) dalam jurnal Hamid (2018: 45), pembangunan manusia merupakan suatu model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk. Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan yang menitik-beratkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, berupa umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif serta mendapat penghasilan yang mencukupi dengan daya beli yang layak.

Ciri bahwa sekelompok orang dinyatakan kesejahtera yaitu dilihat dari beberapa faktor diantaranya yaitu terpenuhinya makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan, peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih baik. Dari

(36)

beberapa faktor tersebut yang biasa terlihat jelas menurut penulis yaitu pendapatan dimana ketika pendapatan naik maka seseorang tersebut akan bisa memenuhi kebutuhannya. Yang dinyatakan pendapatan yaitu sebagai berikut.

Menurut Sukirno dalam jurnal Hakim (2018: 5), mengatakan bahwa pendapatan adalah sebagai kelebihan penerimaan dari biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Namun demikian bagi ekonomi kekayaan modal hanya di pandang sebagai sumber daya yang di bayar jika modal tersebut digunakan oleh suatu perusahaan.

Menurut Mubyarto dalam jurnal Hakim (2018: 5) pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasinya yang diserahkan berupa pendapatan dari pekerjaan, profesi yang dilakukan sendiri atau dari usaha perorangan. Menurut Soemarso dalam jurnal Hakim (2018: 5) pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambah aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh setelah penerimaan dikurangi dengan pengeluaran meurut Gittinger dalam jurnal Pakage (2018: 198).

Disamping itu, Simangunsong dalam jurnal Anwar (2014: 48) mengemukakan bahwa, “pendapatan adalah bertambahnya aktiva perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah”.

Menurut Basu Swastha dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan adalah semua penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau orang dalam kegiatan perekonomian pada suatu periode tertentu.

Setiap orang dalam melakukan aktivitas ekonomi termasuk dalam hal ini petani kakao selalu mengharapkan hasil yang maksimal. Kemudian pendapatan yang diperoleh seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-

(37)

faktor produksi yang dimiliki seperti jumlah modal, luas areal, tingkat kecakapan yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Komarudin dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: besar kecilnya usaha, kuantitas dan kualitas produksi, modal yang digunakan dan tingkat pengetahuan masyarakat. Selain dari pada itu, Sueharjo dalam jurnal Anwar (2014: 48), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan seseorang yaitu: luas lahan, biaya produksi dan tenaga kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menunjukkan bahwa hasil penelititian terdahulu yang tidak konsisten, maka penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari

Kegiatan pelatihan ini mendapat respon positif dari peserta pelatihan, adapun manfaat yang didapat oleh peserta pelatihan adalah menumbuhkan minat guru dalam

Permainan stacko telah diterapkan dalam pembelajaran pelafalan bahasa mandarin kelas XI oleh Sholihah (2017: 6) dengan hasil pada proses pembelajaran pelafalan bahasa

Dalam menentukan kriteria kerjasama tim pada permainan sepak takraw (sesudah diberikan model pembelajaran kooperatif), didasarkan dari hasil kuesioner dimana semua

Pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1977 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan