• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI TENTANG METODE DISKUSI DAN PRESTASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI TENTANG METODE DISKUSI DAN PRESTASI BELAJAR"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi a. Metode

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dalam melakukan sesuatu”.

Karena metode berarti cara yang paling tepat, maka uruta kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen suatu konsep yang dierksperimenkan haruslah telah melalui uji teori dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh dieksperimenkan (Ahmad Tafsir, 1992: 9). Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 80) metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetakan. Dalam kegiatan belajar menngajar, metode dperlukan oleh guru, dan penggunaanya pun bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan Metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran (Bassyiruddin Usman, 2002:1)

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.

Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahamai dan dimanfaatkan oleh siswa

(2)

dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan. (Abu Ahmadi, Joko, 1997 : 52)

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Dimana sebelumnya sudah dirancanakan dan disusun sedemikian rupa agar penggunaan metode dan penyampaian materi berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Metode Diskusi

Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu sistuasi di mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. (Trianto, 2014 : 155)

Metode diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Morgan (dalam Ahmad Munjin Nasih, 2013 : 57) menegaskan bahwa diskusi yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atu tindakan lebih lanjut. Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. (Zakiah Darajat, 2011 : 292)

Adapun pengertian metode diskusi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1) Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Jumanta Hamdayama, 2014 : 131)

2) Menurut Basyirudin Usman (2002 : 36) metode diskusi ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan

(3)

memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara nasional dan objektif.

3) Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar (1997 : 44) metode diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan bersama, dengan jalan musyawarah untuk mufakat. Memperluas pengetahuan dan cakrawala pemikiran.

4) Arends (dalam Trianto, 2014 : 154) mendefinisikan Diskusi sebagai komunkasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Adapun menurut Suryosubroto diskusi adalah suatu percakapan ilmiah yang tergabung dalam dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah, atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

5) Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya. (Abu Ahmadi, Joko, 1997 : 57) 6) Menurut Killen (dalam Abdul Majid, 2013 : 200) Diskusi

adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permaslaahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

7) Zuhairini, dkk. (2005: 89), menyatakan pendapatnya tentang pengertian metode diskusi sebagai berikut:

(4)

“Metode diskusi ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikanya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan- kemungkinan jawabanya”.

8) Menurut Muhibbin Syah (2003 : 205) pada umumnya metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa berfikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, medorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama, serta mengambil ssatu alternative jawaban atau beberapa alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah metode pembelajaran di mana letak orientasinya ada pada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siwsa lainya, interaksi tersebut bisa berupa bertukar informasi dan bertukar pendapat mengenai materi pelajaran tertentu yang bertujuan untuk mencapai pemahaman bersama yang lebih jelas dan teliti tentang suatu materi.

2. Langkah-langkah Penerapan metode Diskusi

Menurut Supriyanto (dalam Ahmad Munjin, 2013 : 60) Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci keberhasilan diskusi terletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih dengan baik.

Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

(5)

a. Langkah Persiapan

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun khusus.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dingin dicapai.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan- aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau ilkim beajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

2) Mereview jalanya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. (Jumanta Hamdayama, 2014 : 134-135)

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah diskusi meliputi langkah persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Langkah persiapan berupa penyiapan materi atau permasalahan yang akan didiskusikan, jenis diskusi yang akan digunakan, tata ruang kelas, dan petugas-petugas diskusi. Kemudian pada langkah pelaksanaan adalah menjalankan diskusi sesuai yang telah dipersiapkan pada langkah persiapan. Dan kemudian menutup diskusi, di mana pada langkah terakhir ini hal yang paling pokok adalah evaluasi dari kegiatan

(6)

pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi.

3. Jenis-jenis Diskusi

Ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa, antara lain:

a. Diskusi informal

Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari murid-murid yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturanya agak longgar. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada pembantu-pembantu, seangkan yang lain-lainnya hanya sebagai anggota diskusi.

b. Diskusi formal

Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang guru atau seorang murid yang dianggap cakap. Karena semua telah diatur maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja berbicara (bicara spontan), semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi. Kebaikan metode diskusi ini di antaranya ialah:

1) Adanya partisipasi murid yang terarah terhadap pelajaran tersebut.

2) Murid harus berpikir secara kritis, tidak sembarang bicara.

3) Murid dapat meningkatkan keberanian.

Kelemahanya antara lain:

1) Banyak waktu yang terbuang.

2) Diskusi kebanyakan berlangsung di antara murid yang pandai-pandai saja.

c. Diskusi panel

Diskusi ini dapat diikuti oleh banyak murid sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta aktif yaitu langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta tidak aktif adalah sebagai pendengar.

d. Diskusi simposium

Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantarkan oleh seorang atu lebih pembicara dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap suatu masalah, sedangkan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi yang telah ditemukan oleh pemrasaran (Zakiah Darajat, 2011: 293-294)

Dari uraian di atas tentang macam-macam diskusi penulis menyimpulkan bahwa diskusi terbagi menjadi empat macam diskusi, yaitu diskusi informal, formal, panel, dan simposium. Dari berbagai macam diskusi tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan,

(7)

mulai dari kelola tata ruang, pelaksanaan jalanya diskusi, petugas- petugas diskusi, dan lain sebagainya.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelebihan Metode Diskusi

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja)

b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnyasendiri dan membiasakan bersikap toleran.

d. Membiasakan anak didik untuk berpikir kritis dan mau mengungkapkan ide-ide kritisnya.

Kekurangan Metode Diskusi

a. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak efektif.

d. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

e. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

f. Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu.(Jumanta Hamdayama, 2014 : 134)

Dari ruaian di atas penulis menyimpulkan bahwa sebuah metode juga memiliki sebuah kelebihan dan kekurangan. Termasuk pada metode diskusi. Metode diskusi ini mempunyai kelebihan yang paling menonjol adalah siswa diberikan kesempatan aktif, memberikan argumen, dan berfikir kritis. Sedangkan kelemahan yang paling umum terlihat pada metode diskusi ini adalah bahwa metode ini sangat memakan waktu yang banyak.

(8)

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian dan Kegunaan Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar berasal dari dua suku kata, yaitu “prestasi dan

“belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah : Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 101). Sedangkan belajar dalam prespektif psikologis merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Tohirin, 2005: 59). Hal tersebut senada dengan pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 2008: 110)

Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh (Rusman. 2015: 67)Hasil belajar atau prestasi belajar sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2002: 45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”. Misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara utuh. Belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadinya perubahan perilaku pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan penilaian. Guru harus dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Tolok ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah siswa melakukan sebuah proses yang panjang dalam jangka waktu yang telah

(9)

ditentukan. Dan selanjutnya mengikuti sebuah tes akhir, kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajarnya.

Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2004: 141) adalah alat- alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Berbeda dengan pendapat Nurkencana (2005: 62) yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai ataudiperoleh anak berupa nilai mata pelajaran, ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

Berkaitan dengan pendapat tokoh di atas, Marsun dan Martinah dalam Sia Tjundjing (2000: 71) berpendapat bahwa, prestasi belajar amerupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan pengertian prestasi belajar menurut para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud prestasi belajar adalah kemampuan atau penguasaan beberapa aspek seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan, di mana hal tersbut ditunjukan dengan hasil tes atau angka setelah menempuh proses pembelajaran.

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik (2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah

(10)

ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.

Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Zainal Arifin (1991:2) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

(11)

internal maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pegenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. (Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, 2014, 138)

Menurut (Slameto, 2003: 54) Secara garis beras faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti keadaan jasmani, psikologis, intelektual (kecerdasan), minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sarana dan fasilitas belajar. Kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya adalah saling berkaitan dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Sedangkan menurut (Muhibbin Syah 2003: 130-136) faktor-faktor yang dapat mempengauhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

(12)

a) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.

c) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Jadi secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

(13)

e) Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah sperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

2) Lingkungan Non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Ngalim Purwanto (1990: 104-105), mengatakan bahwa faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang paling penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengejarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaiman hasil belajar yang dapat dicapai anak.

Dari uraian di atas tentang faktor yag mempengaruhi prestasi belajar penulis simpulkan bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi prestasi ada tiga macam. Yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar Siswa

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi baik

(14)

hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Aspek ini berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif

Aspek ini berkenaan denngan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik

Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana. 2002 : 22-23)

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa aspek prestasi belajar ada tiga macam. Aspek ini yang biasa di gunakan oleh guru dalam menilai siswa dari setiap kategori atau bagian sesuatu yang di nilai. Yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

4. Teknik Pengukuran Prestasi Belajar Siswa

Cara yang paling sesuai untuk melihat perkembangan hasil atau prestasi belajar adalah dengan cara melakukan evaluasi. “Evaluasi pada dasarnya adalah proses nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

Dalam proses tersebut tercakup usaha mencari dan mengumpulkan data atau informasi. (Nana Sudjana. 1997: 127)

Seorang guru yang melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek (misal prestasi belajar siswa) harus menyadari hakekat dari kegiatan kegiatan tersebut dan melaksanakan prinsip-

(15)

prinsip pelaksanaanya secara konsekuen, sehingga diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakili sifat objek tersebut. Agar dapat diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakoili sifat suatu objek, maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat pengukur yang bermutu. Untuk dapat menggunakan suatu alat pengukur yang bermutu secara tepat, maka seorang guru perlu memahami dan mengerti berbagai hal seperti teknik tes dan non-tes, ciri-ciri tes perencanaan dan penyusunan tes yang dibuat guru.

Dalam penilaian hasil seseorang guru menggunakan alat pengukur yakni disebut tes, sedangkan dalam penilaian proses ia menggunakan alat pengukur yang disebut alat pengukur non-tes, seperti observasi, wawancara kuesioner skala nilai, daftar cek, catatan anekoda, dan sebagainya. (Masijdo, 1995 : 38)

Pada garis besarnya teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Teknik Tes

Menurut Prof. Dr, Arikunto (1999: 145) menjelaskan dalam bukunya “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan” bahwa, “tes itu mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyimpan suatu standar prestasi prestasi di mana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu”.

Alat pengukur tes banyak dipergunakan dalam bidang pengukur prestasi belajar di sekolah, khususnya untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran intruksional. Tes sebagai alat pengukur mempunyai bermacam-macam arti. Salah satu artinya yakni tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarkan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.(Masijdo, 1995 : 38-39)

(16)

b. Teknik Non Tes

Dalam pengukuran sifat suatu objek dapat dipakai alat pengukur tes dan non tes. Dipakai alat pengukur tes apabila sifat suatu objek yang diukur lebih berupa perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, apa yang dipahami atau proses psikis lainya yang tidak dapat diamati dengan indera-indera, yang bersifat abstrak. Sedangkan perubahan tingkah laku yang lbih berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan yang dapat diamati indera-indera yang bersifat konkret dapat diukur dengan alat pengukur non tes.

Karena perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan, yang dapatdiamati lebih bersifat konkret, situasi pengukuranya sangat tergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala. Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar diperisapkan.

Suatu pengukuran dengan alat pengukur non tes terjadi dalam situasi yang kurang distandarisasikan, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa, tata tertib pengukuran yang tidak ketat.

Pengukuran non tes berupa rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang kurang distandarisasikan dan dimaksudkan untu mengukur kemampuan atau hasil belajar yang dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok. Berbagai alat pengukur non tes yang dimaksud antara lain adalah observasi, catatan anekdota, daftar cek, skala nilai, angket, wawancara. (Masidjo, 1995: 58-59)

Dari pemaparan di atas mengenai cara menentukan prestasi belajar penulis simpulkan bahwa secara garis besar cara menentukan prestasi belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes ini bisa berupa mencari nilai siswa dengan cara siswa menjawab serangkaian pertanyaan yang diberikan oleh guru,

(17)

hal ini biasanya dengan menggunakan tes tertulis. Sedangkan teknik non tes biasanya berupa angket, daftar cek, dan observasi.

C. Urgensi Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam dunia pendidikan metode diskusi mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merasngsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri. (Zakiyah Darajat, 2011 : 292)

Diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi peran guru tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan terhadap jalanya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis.

Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri.

Tiap siswa diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepada paham terakhir sebagai hasil karya bersama (Ahmad Munjin Nasih, & Lilik Nur Kholidah, 2013 : 58).

Diskusi merupakan titik sentral dalam semua aspek pembelajaran, maka diskusi kelas merupakan pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran. Atas alasan demikian diskusi kelas merupakan salah bagian penting dalam suatau proses pembelajaran. Dengan kata lain, interaksi anatara guru-siswa, siswa-siswa dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana proses diskusi kelas dioptimalisasi. Dengan diskusi kelas ini guru dapat mengubah beberapa pola komunikasi yang tidak produktif yang menjadi ciri kebanyakan kelas pada saat ini. (Trianto, 2014 : 153)

Secara normatif al-Qur’an telah memberikan penegasan akan pentingnya metode ini dalam pengajaran. ( Ahmad Munjin & Lilik, 2013:

57), Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran [03], 159 :

(18)































































“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Departmen Agama RI, 2012 : 90)

Jika kita lihat dari segi pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip pada metode diskusi dibandingkan dengan metode ceramah dan demonstrasi. Materi dalam metode ceramah dan demonstrasi sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikanya. Sedangkan pada metode diskusi bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri karena tujuan utama metode ini adalah bukan hanya sekedar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.

(Abdul Majid, 2013 : 200-201)

Pada umumnya metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama, serta mengabil alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan seksama. (Muhibbin Syah, 2003 : 205)

(19)

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa urgensi penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang penulis simpulkan dari beberapa penjelasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Mendorong siswa untuk mengorganisir sendiri materi pelajaran yang akan didiskusikan.

2. Mendorong siswa berpikir kritis.

3. mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

4. mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria seleksi untuk ketahanan terhadap bercak daun digunakan karakter persentase panjang batang utama berdaun hijau, sedangkan untuk kriteria daya hasil digunakan

Skripsi ini berjudul : “PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium Graveolus L.)” yang merupakan salah

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.

Dengan menggunakan sistem operasi Android dan metode Hidden Markov Model(HMM), penulis akan menciptakan program aplikasi penerjemah dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

Hal tersebut didukung oleh pendapat (Berlo, 1960) yang mengemukakan bahwa persepsi seseorang dalam membuat sendiri keputusan tentang apa yang diterima dan ditolaknya. Persepsi

karya ilmiah, diantaranya penetapan toleransi tindakan plagiasi 30%. 3) Melakukan cek plagiasi secara online. Untuk tingkat artikel pengecekan plagiasi dilakukan dengan

Pada implementasi kelima, penulis menyerahkan sistem akuntansi yang telah ditambahkan fitur login agar sistem akuntansi tetap aman. Pada tahap ini, pemilik sudah tidak

Dalam penelitian tersebut, penulis menguraikan beberapa putusan MK yang dinilai progresif, yaitu putusan MK tentang pengembalian hak pilih WNI eks PKI dan