• Tidak ada hasil yang ditemukan

kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru (Yuniar, Rakhmat, and Saepulrohman 2015). Tes Formatif adalah salah satu jenis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru (Yuniar, Rakhmat, and Saepulrohman 2015). Tes Formatif adalah salah satu jenis"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Tes Formatif

Tes adalah salah satu instrument yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru (Yuniar, Rakhmat, and Saepulrohman 2015). Tes Formatif adalah salah satu jenis evaluasi pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk mengukur pemahaman peserta didik setelah mempelajari suatu materi belajar. Tes formatif sering dikenal dengan ulangan harian. Tes Formatif juga memiliki tujuan dan manfaatnya.

a) Pengertian Tes Formatif

Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan oleh guru (Supriyadi 2021). Tes formatif merupakan tes yang berfungsi untuk mengetahui pencapaian peserta didik setelah mempelajari topik tertentu dan untuk mengetahui proses pembelajaran telah berhasil atau tidak (Susetyo, 2015) yang dituliskan oleh (Pertiwi, Arini, and Widiana 2016). Tes formatif dilakukan setiap setelah melakukan pembahasan akan suatu materi untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik paham akan materi yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan Tes Formatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang dilakukan setiap menyelesaikan pembelajaran satu

(2)

unit materi / kompetensi dasar pada mata pelajaran. Sehingga guru dapat mengetahui tujuan pembelajaran mana saja dalam satu pembelajaran yang telah terpenuhi. Serta guru dapat mengetahui peserta didik yang membutuhkan bimbingan kembali ataupun yang tuntas dalam pembelajaran yang disampaikan.

b) Manfaat Tes Formatif

Pelaksanaan suatu tes pasti memiliki tujuan dan manfaat, begitupun Tes Formatif memiliki manfaat. “Menurut Anita Diahmawarni (2015:19) manfaat Tes Formatif meliputi, 1) Manfaat bagi Guru …. 2) Manfaat bagi siswa….”

(Pertiwi, Arini, and Widiana 2016). Penjelasan sebagai berikut : 1) Manfaat bagi Guru

a. Mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik terhadap materi atau bahan yang disampaikan.

b. Mengetahui konsep-konsep yang belum dipahami oleh peserta didik c. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran

yang diberikan.

2) Manfaat bagi Peserta didik

a. Penguatan kepada peserta didik terkait bahan atau materi yang disampaikan

b. Guna mendiagnosis peserta didik yang berhasil dan masih perlu perbaikan atau penjelasan mendalam.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpukan bahwa Tes formatif memiliki banyak manfaat bagi guru maupun untuk peserta didik. Sehingga hendaknya guru memberikan tes formatif setelah memberikan atau menjelaskan

(3)

suatu pembelajaran. Serta dengan diterapkannya kurikulum 2013 diharapkan soal evaluasi pembelajaran lebih berbasis HOTS.

c) Bentuk Tes Formatif

Bentuk Tes memiliki beberapa macam yaitu, 1) Tes Benar Salah… 2) Tes Pilihan Ganda… 3) Menjodohkan… 4) Tes Uraian…(Arikunto 2013).

Penjelasan sebagai berikut :

1) Tes Benar salah, adalah tes yang sekarang lebih dikenal dengan tes pilihan ganda kompleks yaitu peserta didik diminta untuk memilih pernyataan mana yang benar atau yang salah. Memiliki 2 pernyataan yang benar pada setiap soalnya dengan jara menjawab mencentang pada kotak yang telah disediakan.Tersedia minimal setiap soal 3 pernyataan.

Tes Benar Salah dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menganalisis sebuah pernyatan yang benar atau salah dari soal yang diberikan.

2) Tes Pilihan Ganda adalah tes yang sering digunakan untuk evaluasi pembelajaran. Tes ini berisi 4 pilihan a, b,c,dan d yaitu peserta didik menjawab dengan menyilang salah satu jawaban yang benar pada setiap soal.

3) Menjodohkan adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didi dalam mencocokkan sebuah pernyataan. Bentuk tes ini yaitu terdiri dari 2 lajur dengan krir berisi pernyataan dan kanan jawaban.

4) Tes Uraian, adalah tes yang menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengemukakan suatu gagasan pemecahan masalah dalam bentuk hitungan maupun kalimat.

(4)

Menurut Sudjono ( dalam Zaim, 2016 : 80), Karakteristik tes uraian secara umum dibagi menjadi empat yaitu :

a)Tes Uraian berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan yang umumnya cukup panjang, b) Tes uraian menuntut penjelasan, penafsiran, emmebandingkan, membedakan, emmeberikan komentar dsb c) Jumlah soal tes uraian umunya terbatas, berkisar antara lima sampai sepiluh pertanyaan dan d) Pertanyaan tes uraian biasanya berisi kata-kata seperti : jelaskan, bandingkan, uraikan, mengapa, bagaimana dsb (Soro, Faradillah, and Hadi 2020)

d) Menuliskan Soal Tes Formatif

Menuliskan suatu soal harus memperhatikan beberapa hal, karena jika hanya membuat dan tidak mengikuti kaidah akan mengakibatkan hal fatal. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menuliskan soal tes. “Hal-hal yang harus diperhatikan: 1) Bahasa… 2) Penafsiran Ganda…3) Memenggal Kalimat… 4) Petunjuk pengerjaan… (Arikunto 2013). Penjelasan sebagai berikut :

1) Bahasa, bahasa yang digunakan dalam membuat tes harus bahasa yang benar sehingga mudah dipahami, bahasa tidak terlalu membelitkan dan sederhana. Bahasa tidak boleh menjadi penghambat dalam menyelesaikan soal

2) Penafsiran ganda, soal yang dikembangkan tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau memiliki 2 arti yang berbeda karena akan membingungkan dalam pemahaman soal.

3) Memenggal kalimat, dalam membuat soal pemenggalan kalimat juga harus disesuaikan agar tidak terjadi penafsiran yang salah dalam memahami soal.

(5)

4) Petunjuk pengerjaan, petunjuk pengerjaan dapat membantu peserta didik menyelesaikan soal-soal yang diberikan sesuai dengan cara yang dicontohkan sehingga peserta didik lebih mudah dalam mengerjakan soal yang diberikan.

e) Komponen- Komponen Tes

Komponen yang harus ada dalam membuat sebuah tes terdiri atas : “ 1) Buku tes… 2) Lembar Jawaban Tes…. 3) Kunci Jawaban tes …. 4) Pedoman Penilaian… (Arikunto 2013). Penjelasan Sebagi Beikut :

1) Buku tes, buku tes ini dapat berupa kumpulan soal-soal yang harus dikerjakan peserta didik dapat juga diberikan rangkuman materi guna menunjang pengerjaan soal.

2) Lembar jawaban tes, lembar ini digunakan untuk peserta didik menjawab soal-soal yang diberikan.

3) Kunci Jawaban tes, kunci jawaban berisi tentang jawaban-jawaban yang dihendaki atau yang benar .

4) Pedoman penilaian, berisi tentang perincian skor dan pemberian nilai atau skoring terhadap jawaban dari peserta didik.

2. High Order Thinking Skills (HOTS)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah aspek yang sangat penting di dalam proses pembelajaran dari tingkat sekolah sampai perguruan tinggi, adanya latihan ketrampilan berpikir adalah ketrampilan dasar yang harus ditanamkan kepada semua peserta didik di semua jenjang pendidikan.

a) Pengertian HOTS / Kemampuan berpikir tingkat tinggi.

(6)

Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian atau implikasi baru yang dituliskan (Purnomo 2019). Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah cara berpikir yang tidak hanya sekedar menghafal namun dibutuhkan cara bepikir yang analisis,sintesis, mengasosiasi hingga dapat menarik kesimpulan. Menurut Emi Rofiah (2013), HOTS adalah suatu kemampuan mengaitkan, menafsirkan serta mentransformasikan pengetahuan / pengalaman yang sudah dimiliki agar dapat berpikir kritis, berpikir kreatif dalam upaya mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah pada konsdisi actual atau terkini (Yuliantaningrum and Sunarti 2020).

Berdasarkan Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir yang didalamnya terdapat analisis, evaluasi, hingga menciptakan suatu kesimpulan kreatif sehingga dapat memecahkan masalah yang tidak hanya memberikan jawaban melalui mengingat dan menyatakan kembali. Serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi pesera didik juga menumbuhkan ketrampilan berpikir kritis, kreatif dan mampu memecahkan permasalahan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat tumbuh baik dengan melakukan pembiasaan berlatih mengerjakan soal HOTS, guru sebaiknya lebih sering memberikan soal HOTS untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.

b) Indikator HOTS

Kurikulum Nasional 2013 mengharuskan kemampuan pendidikan di Indonesia ditujukan untuk dikembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,

(7)

dan kedua kemampuan tersebut adalah kemampuan ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Kemampuan HOTS adalah kemampuan berpikir yang menggabungkan aspek kognitif dari taksonomi bloom yaitu analisis (C4), Evaluasi (C5), dan kreasi (C6). Krathwol (2002) berkata bahwa domain proses kognitif yang termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah domain analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan mencipta (create) ysng dituliskan (Ansari and Abdullah 2020). Menganalisis dalam HOTS seperti dikaitkan dengan proses kognitif seperti menghubungkan, mengatur, menvalidasi, mengevaluasi seperti memeriksa, berhipotesis dan eksperimen, dan kreasi seperti mengahasilkan, merancang. Conklin (2012) mendefinisikan kemampuan berpikir tingkat tinggi terbagi dalam tiga kategori, (1). Transfer, yaitu mengharuskan peserta didik untuk memahami dan dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari, (2) pemikiran kritis dan (3). Pemecahan masalah disampaikan oleh (Ansari and Abdullah 2020).

Gambar 2. 1 Tingkatan Taxonomy Bloom Sumber :(Anderson et al. 2001)

“Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy : An revision theory into practice menyatakan bahwa indikator untuk mengukur HOTS meliputi

Create (mencipta)

Evaluate (mengevaluasi) Analysis (menganalisis)

Apply (Menerapkan) Understand (Memahami)

Remember (Mengingat)

= High Order Thinking skills

= Lower Order Thinking skills

(8)

: 1) Menganalisis…. 2) Mengevaluasi…. 3) Mencipta….”(Purnomo 2019). Detail sebagai berikut :

1) Menganalisis, dalam menerima informasi harus dianalisis dengan membagi bagi kedalam bagian-bagian untuk mengenali pola dan hubungannya, serta mampu mengetahui akibat dan penyebab dari sebuah scenario yang rumit.

2) Mengevaluasi, mampu memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metode dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitasnya.

3) Mencipta, yaitu membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu, merancang suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Tabel 2. 1 Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Indikator Deskripsi Kemampuan

Menganalisis a. Menganalisis Informasi yang diterima dan menggolongkan atau menyusun informasi dalam bagian lebih kecil untuk mengenal hubungannya b. Mengenali dan membedakan penyebab dan

akibat dari informasi yang diperoleh

Mengevaluasi a. Memberikan penilaian dalam sebuah solusi atau gagasan untuk menentukan nilai keefektivitas dan manfaat

b. Merancang hipotesis dan melaksanakan pengujian

Mencipta a. Merangkai cara dalam menyelesaikan masalah b. Membuat sebuah ide generalisasi atau cara

pandang.

Sumber : (Anderson et al. 2001) Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan tingkatan taksonomi bloom kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam aspek

(9)

kognitif meliputi kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

Penerapan HOTS memiliki manfaat. “ Secara garis besar, paling tidak ada tiga manfaat HOTS seperti dikemukakan oleh Nugroho (2019) meliputi, Pertama Mengembangkan Sikap Positif…., Kedua Meningkatkan Motivasi…., Ketiga Meningkatkan Prestasi Belajar….” (Suparman 2021). Penjelasan sebagai berikut :

1) Mengembangkan Sikap Positif

Menumbuhkan sikap positif dalam diri peserta didik sangat membantu dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki sikap positif daapt menodorong mereka bersemangat dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mencari pemecahan masalah bukan karena paksaan namun dorongan dari sikap positif yang ditumbuhkannya. Pembiasaan latihan soal menggunakan HOTS akan membuat peserta didik menumbuhkan sikap positif mereka dalam menghadapi soal HOTS.

2) Meningkatkan Motivasi

Brookhart (2010) menemukan bahwa pelatihan HOTS bisa meningkatkan motivasi peserta didik (Suparman 2021). HOTS dapat mengembangkan kemampuan peserta didik membuat gagasan-gagasan dari informasi yang mereka peroleh, karena peserta didik tidak hanya mengingat ataupun menghafal dari konsep-konsep yang mereka pelajari. Soal HOTS lebih merujuk pada kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan menggunakan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif.

3) Meningkatkan Prestasi belajar

(10)

Prestasi belajar dalam proses belajar adalah indikator yang penting, dengan prestasi belajar peserta diidk meningkat mengartikan bahwa proses belajar berjalan dengan sempurna. Kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat nenbantu dalam meningkatkan berpikir kritis siswa, prestasi belajar dan motivasi belajar, dalam HOTS peserta didik diasah proses mental yang dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam merencanakan, mengkomunukasikan dan menilai kemampuan berpikir.

Berdasarkan Penjelasan tersebut dapat simpulkan bahwa penerapan HOTS dalam sebuah pembelajaran sangatlah penting, dengan mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, tidak hanya membentuk siswa dalam aspek kognitif namun juga afektifnya.

c) Soal HOTS

Soal- soal HOTS adalah soal yang memiliki ranah level kognitif menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, yang dikaitkan dnegan kehidupan sehari-hari. Menurut Widana (2017) Pada konteks penilaian soal HOTS digunakan untuk mengukur kemampuan meliputi :

1) Tranfer satu konsep ke konsep yang lain namun saling berhubungan, 2) Memproses sebuah informasi kemudian menerapkannya, 3) Mencari, menggolongkan kaitannya dengan informasi yang berbeda-beda, 4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, 5) Menelaah ide dan informasi secara kirits (Ansari and Abdullah 2020).

Soal HOTS menuntut siswa agar dapat bepikir kritis dan komprehensif terhadap soal. Soal HOTS adalah instrument pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa pengolahan (Purnomo 2019).

Berdasarkan Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Soal-Soal HOTS adalah soal-soal yang memiliki level kognitif mulai dari C4 hingga C6,

(11)

dalam penyelesaiannya dibutuhkan ketrampilan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah. Peserta didik tidak lagi hanya menghafal dan memahami soal yang diberikan namun juga menalar, menelaah, menciptakan, mengevaluasi dalam pemngambilan kesimpulan pemecahan masalah.

1) Karakteristik Soal HOTS

Soal – soal HOTS juga memiliki karakteristik yang membedakannya dengan soal-soal pada umumnya. “Kemdikbud (2017:9-13) secara rinci memaparkan karakteristik soal-soal HOTS meliputi a) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi… b) Berbasis Permasalahan Kontestual…. c) Tidak Rutin (Tidak Akrab)…. d) Menggunakan Bentuk soal yang beragam….” (Toheri and Muchyidin 2019). Penjelasan sebagai berikut :

a. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki cakupan kemampuan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah dan beragumen. Level Taksonomi Bloom meliputi kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Kemampuan ini tidak lagi hanya sekedar memahai, mengetahui, menghafal maupun mengulang.

b. Berbasis permasalahan Kontestual

Soal HOTS mengaitkan dengan permasalahan kontekstual yang ada dalam masyarakat, sehingga diharapkan perserta didik mampu menghubungkan konsep-konsep pembelajran di kelas untuk pemecahan masalah.

c. Tidak Rutin (Tidak Akrab)

(12)

Soal HOTS adalah soal yang memang masih ajarang ditemui dan dikenal karena pada soal HOTS lebih mengarahkan peserta didik pada pemikiran kritis, kreatif, dan pemecahan masalah.

d. Menggunakan bentuk soal yang beragam

Soal HOTS beragam agar guru dapat mengetahui informasi rinsi dan fakta tentang kemampuan peserta didik.

Dalam menyelesaikan soal berbentuk uraian matematika langkah- langkahnya adalah :

1) Mengidentifikasi apa yang ada / informasi apa yang terdapat dalam soal

2) Identifikasi pertanyaan apa yang ditanyakan dalam soal

3) Menyelesaikan soal uraian dengan rinci sampai menemukan pemecahan masalah.

2) Bentuk Soal HOTS

Bentuk soal yang bisa diterapkan dalam menulis atau membuat butir soal HOTS adalah : a) Pilihan Ganda…. b) Pilihan Ganda Komples ( benar/salah atau ya/tidak)….c) Uraian…. (Fanani 2013). Penjelasan sebagai berikut :

a. Pilihan Ganda, dalam membuat pilihan ganda harus ada pengecoh dalam menemukan jawabannya sehingga peserta didik akan terkecoh dengan jawaban yang salah jika peserta(Fanani 2013) didik tidak memahami materi pembelajaran.

b. Pilihan Ganda Kompleks (Benar / salah, atau ya/ tidak), peserta didik diberikan sebuah stimulus pada situasi kontekstual dalam bentuk pernyataan, kemudian peserta didik harus memilih pernyataan man yang

(13)

benar. Setiap pertanyaan memiliki 2 pernyataan yang benar sehingga peserta didik harus memilih 2 pernyataan dari 4 pernyataan yang benar atau salah.

c. Uraian, menuntut peserta didik menjawab dengan rinci masalah yang diberikan mulai dari mengemukakan gagasan menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk hitungan maupun tulisan.

3) Penyusunan Soal HOTS

Soal High Order Thinking Skills umumnya menggunakan stimulus, karena stimulus merupakan hal dasar untuk membuat pertanyaan. Stimulus dapat diangkat dari permasalahan di lingkungan sekitar. “Berikut dipaparkan langkah –langkah penyusunan soal soal HOTS meliputi, 1) Menganalisis KD….2) Menyusun Kisi-kisi….3) Memilih Stimulus…. 4) Menulis butir pertanyaan….5) Membuat pedoman penskoran….”(Purnomo 2019).

Penjelasan sebagai berikut :

a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

Guru terlebih dahulu harus memlih KD yang akan dibuat soal-langkah soal HOTS, tidak semua KD dapat dibuatkan soal-soal HOTS

b. Menyusun Kisi-Kisi Soal

Guru dapat lebih mudah membuat butir-butir soal HOTS , seperti memilih materi pokok, mencari KD yang terkait dan merumuskan indikator serta menentukan level kognitif

c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang diberikan diharpakan dapat mendorong peserta didik membaca stimulus bisa berbentuk kontekstual atau sesuai dengan

(14)

kehidupan nyata atau sehari-hari dan menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk membaca soal yang diberikan.

d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi –kisi soal

Dengan guru membuat kisi-kisi soal, akan lebih memudahan dalam menulis pertanyaan yang akan diberikan

e. Membuat pedoman penskoran (Rubrik) atau kunci jawaban

Setelah membuat soal hendaknya guru melengkapi dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban.

3. Pembelajaran Matematika

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam pendidikan serta dalam menghadapai masalah kehidupan sehari- hari. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa matematika adalah teknik atau teori yang berharga untuk alat tolak ukur ilmu pengetahuan teknologi dan lainnya. Maka dari itu matematika adalah pembelajaran yang diberikan se jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi karena untuk menumbuhkan siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis kritis dan kreatif serta kerjasama.

Brown dan Mcnamara (2016:21) berpendapat bahwa pengukuran prestasi belajar matematika dapat dilakukan dengan tes yang dibuat berdasakan indikator- indikator yang sesuai dengan kemampuan yang diukur (Sholihah and Mahmudi 2015).

Tujuan pembelajaran matematika bukan hanya agar siswa mampu menyelesaikan soal –soal rutin matematika. Namun tujuan pembelajaran matematika harus diarahkan kepada tujuan yang lebih komprehensif (Kamarullah

(15)

2017). Kurikulum 2013 menentapkan tuntutan pada pembelajaran matematika meliputi :

1) Memahami konsep matematika serta menjelaskan keterkaitan antarkonsep serta pengaplikasian konsep atau algoritma secara luwes, efektif dan tepat 2) Pemecahan masalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat membuat keimpulan atau generalisasai dengan menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dna pernyatan matematika

3) Pemecahan masalahan dengan melewati memahami permasalahan, merancang dengan menggunakan metode matematika hingga mneyelesaikannya dengan model dan solusi diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan menggunakan symbol, tabel, diagram atau media yang memeprjelas keadaaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sangat bermanfaat diberikan kepada semua peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka dengan melatih menggunakan soal-soal berbasis HOTS, ataupun pembelajaran yang berbasis HOTS. Ruang Lingkup Pembelajaran matematika Kelas 4 semester 1 memuat 3 materi pembelajaran. Berikut rincian Kompetensi dasar :

Tabel 2. 2 Kompetensi Dasar Pembelajaran Semester 1 kelas IV Matematika

Bab Kompetensi Dasar

Bab 1 Pecahan 3.1 Menjelaskan Pecahan-pecahan senilai dengan gambar dan model kongkret

3.2 Menjelaskan berbagai bentuk pecahan (biasa, campuran, decimal, dan persen) dan hubungan di antaranya

3.3 Menjelaskan dan melakukan penaksisran dari jumlah selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah maupuan pecahan dan decimal

(16)

Bab Kompetensi Dasar

4.1 Mengidentifikasi pecahan-pecahan senilai dengan gambar dan model kongkret

4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan (biasa, campuran, decimal dan persen) dan hubungan di antaranya.

4.3 Menyelesaikan Masalah penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah maupuan pecahan dan decimal.

Bab 2 FPB dan KPK

3.4 Menjelaskan factor dan kelipatan suatu bilangan 3.5 Menjelaskan bilangan prima

3.6 Menjelaskan dan menentukan factor persekutuan, factor persekutuan terbesar (FPB), Kelipatan Persekutuan dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

4.4 Mengidentifikasi factor dan kelipatan suatu bilangan 4.5 Mengidentifikasi bilangan prima

4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan factor persekutuan, factor persekutuan terbesar (FPB), Kelipatan Persekutuan dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Bab 3 Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat

3.7. Menjelaskan dan melakukan pembulatan hasil pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat

4.7 Menyelesaikan masalah pembulatan hasil pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat

Sumber : (Buku Pegangan Guru Kelas IV Sekolah Dasar) Berdasarkan kompetensi dasar tersebut peneliti mengerucutkan pengembangan tes formatif menggunakan materi yang sedang diajarkan di kelas 4 yaitu bab 3 tentang Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat.

a) Pembulatan Hasil Pengukuran Panjang dan Berat.

Pembulatan adalah mengurangi cacah bilangan namun nilainya hampir sama.

Cara membulatkan bilangan satuan, puluhan dan ratusan serta ribuan adalah dengan melihat angka satuan yang akan dibulatkan. Apalabila nilainya kurang dari 5 (4,3,2,1) maka, satuan tersebut dihilangkan. Apabila nialainya sama dengan 5 atau lebih dari 5 (6,7,8,9) maka, satuan tersebut dihilangkan dan dibulatkan ke atas.

Contoh :

1) Pembulatan ke Satuan terdekat, contoh 8,7 km dibulatkan menjadi 9 km,

(17)

karena nilai satuannya adalah 7 (lebih dari 5) maka dibulatkan ke atas dengan menambahkan satu angka menjadi 9. (angka satuan berada di belakang koma).

23, 41 km dibulatkan menjadi 23

Karena nilai satuannya adalah 4 ( kurang dari 5) maka dibulatkan ke bawah sehingga satuan tersebut dihilangkan menjadi 23.

2) Pembulatan ke Puluhan Terdekat

Pembulatan ke puluhan terdekat, dilihat dalam nilai satuannya. Hasil pembulatan, satuan di ubah menjadi 0.

87 km dibulatkan menjadi 90 km,

Karena nilai satuannya adalah 7 ( lebih dari 5) maka dibulatkan ke atas sehingga angka satuannya diganti 0 dan angka depannya ditambah 1 menjadi 90.

563 dibulatkan menjadi 560

Karena nilai satuannya adalah 3 (kurang dari 5) maka dibulatkan ke bawah menjadi 560, angka satuannya diganti dengan 0.

3) Pembulatan ke Ratusan Terdekat

Jika angka puluhannya kurang dari 5 maka dibulatkan menjadi 0, dan jika angka puluhannya lebih dari 5 maka dibulatkan ke atas dengan menambah 1 pada angka ratusannya. Hasil pembulatan pada puluhan dan satuan diganti dengan 0

238 km dibulatkan menjadi 200

Karena nilai puluhannya 3 (kurang dari 5) maka dibulatkan ke bawah menjadi 200 dengan angka puluhan dan satuannya diganti dengan 0

(18)

761 dibulatkan menjadi 800

Karena nilai puluhannya 6 ( lebih dari 5 ) maka dibulatkan ke atas menjadi 800 dengan angka puluhan dan satuannya diganti 0 dan angka ratusannya ditambah 1 menjadi 800.

4) Pembulatan ke Ribuan Terdekat

Jika angka ratusan kurang dari 5 maka dibulatkan menjadi 0, dan jika angka ratusan lebih dari 5 maka dibulatkan ke atas dengan menambah 1 pada angka ribuan.

1925 dibulatkan menajdi 2000

Karena nilai ratusannya 9 ( lebih dari 5) maka dibulatkan ke atas dengan menambah 1 pada angka ratusannya dan nilai puluhan ratusan serta satuan diubah dengan 0.

b) Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika

Ahmad Thonthowi ( 2019:58) menyatakan bahwa kemampuan adalah proses dalam mendapatkan solusi, dimengerti serta dipahaminya suatu persoalan secara bermakna (Ramli 2020). Pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan menyelesaikan soal yang diberikan. Kemampuan peserta didik pun tidak hanya sekedar menghafal dan memahami namun peserta didik harus bisa menalar, mengevaluasi, menganailsis, mencipta dan mengkomunikasikan.

Dengan guru memberikan secara rutin pengerjaan soal matematika dari level LOTS ke HOTS akan membuat peserta didik terbiasa dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Guru harus paham akan kemampuan yang dimiliki peserta didik, dimana setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan yang berbeda. Namun dengan guru mengetahui kemampuan peserta didik maka

(19)

dapat dikembangkan secara bertahap, pembiasaan harus dijalakan sejak dini.

Menurut Soedjadi (Muncarno 2008) terdapat beberapa langkah dalam menyelesaikan soal matematika meliputi :

1)Mencermati soal agar dapat mengetahui makna atau tujuan dari setiap kalimat, 2) Mengungkap serta membedakan yang diketahui dan ditanyakan 3) Merancang model matematika yang terbentuk 4) Menyelesaikan soal dnegan mengikuti aturan matematika untuk memperoleh jawaban 5) Mengembalikan jawaban yang diperoleh ke pertanyaan (Ramli 2020).

Berdasarkan penjelasan tersebut disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal matematika memiliki 5 tahapan mulai dari memahami hingga dapat memecahkan suatu permasalahan dimana dalam mengerjakan membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, tidak hanyak soal menghafal rumus namun juga menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, dan guru hendaknya memberikan soal HOTS disetiap evaluasi pembelajaran agar peserta didik terbiasa mengerjakan dan menemui soal HOTS.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

1 Pengembangan Soal Tes Berbasis HOTS Pada Model Pembelajaran Latihan Penelitian di Sekolah Dasar (Lestari,

Saepulrohman, and Hamdu 2016)

Penelitian

mengembangkan soal HOTS pada materi tema selalu berhemat energy subtema macam macam sumber energy kelas IV SD, soal hots yang dikembangkan sebanyak 13 butir soal essay yang valid, praktis dan layak digunakan. Hasil kemampuan peserta didik baik dalam

Persamaan penelitian ini adalah

mengembangkan soal tes HOTS pada kelas IV SD

Perbedaaan

penelitian adalah pada penelitian ini menggunakan materi IPA dikelas 4 sedangkan

penelitian yang akan dilakukan menggunakan materi matematika di kelas 4

(20)

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan mengerjakan soal

berbasis HOTS.

2 Pengembangan Soal HOTS Materi Luas Bangun Datar

dan Volume

Bangun Ruang untuk siswa kelas V SD

(Febiana 2019)

Penelitian ini mengembangkan soal hots pada materi luas bangun datar dan volume bangun ruang untuk peserta didik kelas V SD, soal yang dikembangkan

sebanyak 15 soal.

Berdasarkan hasil kemampuan peserta didik mengerjakan soal dapat dikatakan cukup baik meskipun ada beberapa yang membutuhkan bantuan memahami kalimat soal

Persamaan penilitan ini adalah

mengembangkan soal berbasis

HOTS pada

materi matematika sekolah dasar

Perbedaan

penelitian adalah jenjang kelas sekolah dasar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan materi bangun datar kelas V sedangkan pada peneltian yang akan dilakukan menggunakan materi pembulatan hasil pengukuran kelas IV SD.

3 Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Materi Bilangan di Sekolah Menengah Pertama

(Cayani 2021)

Penelitian ini peniliti mengembangkan soal HOTS pada materi pola bilangan untuk kelas VIII SMP, hasil pengembangan soal HOTS sebanyak 10 soal berbentuk essay dengan diperoleh validitas sebesar 3,73 yang memiliki kriteria valid, praktis dan layak digunakan serta hasil kemampuan peserta

didik dalam

mengerjakan soal berbasis HOTS cukup baik.

Persamaan penelitian ini adalah

mengembangkan soal berbasis HOTS pada mata pelajaran

matematika

Perbedaan

penelitian ini adalah memgembangka soal pada jenjang sekolah yang mana penelitian ini mengembangkan soal pada jenjang SMP sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenjang sekolah dasar

(21)

C. Kerangka Berpikir

.

Kondisi Sekolah

Pada SDN 1 Karanganyar ditemui bahwa dikelas 4 guru belum mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal HOTS, meskipun sebagian peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan LOTS dengan baik, serta kurangnya buku yang memuat soal-soal berbasis HOTS khususnya matematika.

Kondisi Ideal

Sesuai dengan kurikulum 2013 diharuskan dalam pemberian evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, guna mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Analisis Kebutuhan

Dibutuhkan pelatihan soal-soal berbasis High Order Thinking Skills untuk menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik guna melatih ketrampilan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah. Sehingga peserta didik terbiasa mengerjakan soal tidak hanya menggunakan hafalan namun juga menganalisis, mengevaluasi dan mencipta serta guru dapat lebih memahami bentuk soal HOTS mata pelajaran matematika dan mengetahui kemampuan peserta didik.

Model Pengembangan ADDIE 1. Analisis (Analyze) 2. Desain (Desaign ) 3. Pengembangan

(Development) 4. Implementasi

(Implementation) 5. Evaluasi ( Evaluation)

Pengembangan Tes Formatif berorientasi High Order Thinking Skills mata pelajaran matematika ditunjukan untuk peserta didik kelas 4 SDN 1 Karanganyar

Gambar 2. 2 Kerangka Pikir Penelitian Pengumpulan Data :

1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket 4. Tes Tertulis 5. Dokumentasi

Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif 2. Analisis Kuantitatif

Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi 2. Pedoman Wawancara 3. Angket Validasi

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak, -XGXO³ Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 01 Sebetung Menyala´ WXMXDQ penelitian untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan lahan di sekitar sungai, untuk mengetahui konsentrasi nitrat dan fosfat serta untuk mengetahui status

Sebagai Salah Satu SD Negeri yang memiliki misi untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan, melalui Gerakan Gemar Menabung Sampah

Berbatang kayu dengan warna hijau kotor yang bulat tebal dan tegak dengan diameter batang 45 cm memiliki daun tunggal yang berwarna hijau dan berbentuk

Berdasarkan kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural yang telah diketahui diatas, kesalahan utama yang menjawadi penyebab siswa kurang memahami konsep dari

asperellum pada lignit mentah (B) lebih tinggi dibandingkan dengan lignit iradiasi gamma (A) berdasarkan karakteristika produk biosolubilisasi batubara lignit yang meliputi

Dari data analisa yang telah dilakukan oleh penulis dan ditampilkan pada diagram batang seperti gambar di atas maka dapat dinyatakan bahwa perubahan luasan Hutan

Pada frekuensi kadar Troponin yang meningkat sebanyak 43 orang (63,2%) dan yang normal sebanyak 25 orang (36,8%), dari seluruh data penelitian, jumlah pasien yang mengalami