• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG MINAT, REMAJA, DAN PENGAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG MINAT, REMAJA, DAN PENGAJIAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG MINAT, REMAJA, DAN PENGAJIAN 2.1. Pengertian minat

Minat adalah gariah atau keinginan. Pengertian lain minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ( Anton M, Moeliono, 1988: 583 ).

Menurut Slameto ( 2003:180 ) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu akan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka rasa takut dan kecendrungan-kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. ( Andi Mapiare, 1982: 62 )

Minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar , minat atau interes bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang aktif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan ( Abd. Rachman Abror, 1982: 112 )

Suatu minta dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan pernyataan yang menujukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula di manifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Minat tidak bahwa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal bukan merupakan hal yang hakiki untuk mempelajari hal tersebut, asumsi umum

(2)

menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. (Slamento, 2003:180)

Dalam masa remaja, minat dan cita-cita berkembang, dan hal itu bersifat pemilihan dan berarah tujuan. Pilihan remaja pada suatu minta tertentu atau cita-cita tertentu dalam suatu jangka waktu, maka perasaan dan pikiran mereka tertuju atau terarahkan pada objek yang dimaksud. (Andi Mappiare, 1982:62)

Pengaruh sosial berperan dalam memantapkan minat remaja terhadap sesuatu hal. Misalnya penguat/dukungan ataupun celaan dari orang lain terhadap objek minat atau cita-citanya dapat memperkuat ataupun memperlemah minat atau cita-cita itu.

Menurut Sukardi (1988:61), minat dapat di artikan sebagai suatu kesuksesan,kegemaran atau kesenanganakan sesuatu. Adapun menurut Sardiman ( 2007:77) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cici-ciri atau artis sementara situasi yang di hubungkan dengan keinginan-keinginan sendiri, oleh karena itu apah saja yang di lihat oleh seseorang barang tentu akan membangkitkan sejauh apah yang dilihatitu mempunyai hubungan dengan kepentinganyasendiri. Hal ini menujukan bahwa minat merupakan kecendrungan jiwaseseorangterhadap sesuatu objek, biasanya di sertai dengan perasan senang, karena itu merasa ada kpentingan dengan sesuatu itu. ( Drs. Ahmad Susanto, M.Pd 2007: 57)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah atau keinginan (Purwadarminta,2007:744).Minat mempengaruhi hasil belajar tidak diragukan lagi.Kalau seseorang tidak berminat dalam mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan berhasil dengan baik dalam mempelajari sesuatu.Menurut Sardiman (2001:74) “Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang meliha Minat merupakan suatu kecenderungan untuk tingkah laku yang berorientasi pada

(3)

objek, kegiatan atau pengalaman tertentu, dan kecenderungan tersebut antara individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama intensifnya.

Minat diartikan pula sebagai kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu masalah ataupun suatu situasi yang mempunyai sangkut paut dengan dirinya yang dilakukannya dengan sadar serta diikuti rasa senang. Minat adalah sambutan yang sadar, jika tidak demikian maka minat tersebut tidak mempunyai nilai sama sekali. Kesadaran terhadap suatu objek disusul dengan meningkatnya perhatian (Witherington, 1986). Pendapat ini didukung oleh Setiadi (1987) yang menyebutkan bahwa minat merupakan aktivitas psikis manusia yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada suatu objek yang selanjutnya akan diikuti oleh kecenderungan untuk mendekati objek tersebut dengan perasaan senang.

Nugroho (1982) menyatakan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Minat juga dipandang sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi sesuatu objek, merupakan bagian dari sikap yang bisa dibedakan berdasarkan sumber munculnya minat yaitu perilaku , sasaran, situasi dan waktu. Minat bisa muncul secara spontan, wajar, selektif dan tanpa paksaan ketika individu memberikan perhatian .

Kartikawati (1995) menyatakan minat merupakan sikap yang membuat individu merasa senang terhadap objek, situasi atau ide – ide tertentu sehingga individu berusaha memperoleh objek yang disenangi dan menarik perhatian. Keinginan untuk memperoleh objek yang menarik perhatian bagi seseorang akan menjadi faktor penentu internal yang benar – benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya

(4)

sehingga kekuatan motif individu untuk memusatkan perhatian kepada objek kepuasan bisa diketahui dari minat individu tersebut.

Minat dipandang sebagai pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian terhadap orang, sesuatu, aktivitas – aktivitas tertentu . Sementara itu minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu disertai keinginan untuk mengetahui, mempelajari dan membuktikan lebih lanjut.

Sukirin (1986) menyatakan minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tetarik pada suatu objek. Seseorang yang berminat besar terhadap pekerjaan tertentu maka akan senang mengerjakan pekerjaan itu. Pendapat ini didukung oleh As’ad (1995) yang menyatakan minat merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan tindakan seseorang.

Adanya minat pada seseorang memungkinkan ketertiban yang lebih besar dalam suatu kegiatan. Woodword dan Marquis (1957) menyatakan bahwa apabila seseorang menaruh minat pada sesuatu, maka minat tersebut berfungsi sebagai pendorong yang kuat untuk terlibat secara aktif pada objek yang menarik perhatiannya tersebut. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Winkel (1983) yang menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Minat dapat dipahami untuk menunjukkan kekuatan motif yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian kepada orang, benda atau aktifitas tertentu. Minat menggambarkan alasan – alasan mengapa seseorang lebih tertarik kepada benda, orang atau aktivitas tertentu dibandingkan dengan yang lain. Minat juga dapat membantu seseorang untuk memutuskan apakah ia akan melaksanakan aktivitas yang ini atau aktivitas yang lain (Crow dan Crow, 1976).

(5)

Slameto (1988) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara dirinya dengan sesuatu diluar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan itu, maka akan semakin besar minatnya.

Minat merupakan pernyataan psikis yang belum dapat diamati secara langsung, yang dapat diamati adalah dinamikanya atau manifestasinya dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang. Menurut Tanunihardjo & Santoso (1988), minat akan ditunjukkan oleh tindakan sebagai berikut:

a. Orang tersebut akan berusaha mendapatkan informasi yang lengkap b. Orang tersebut akan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada c. Orang tersebut akan berusaha memperhatikan.

Pintrich dan Schunk (1996) membagi defenisi minat menjadi tiga yaitu:

a. Minat pribadi, yaitu minat yang berasal dari pribadi atau karakteristik individu yang relatif stabil. Biasanya minat pribadi diasumsikan langsung ke beberapa aktivitas atau topik.

b. Minat situasi, yaitu minat yang berhubungan dengan kondisi lingkungannya seperti ruangan kelas, komputer dan buku teks yang dapat membangkitkan minat.

c. Minat dalam rumusan psikologi,yaitu perpaduan antara minat pribadi dengan minat situasi.

ciri-ciri kebutuhannya sendiri.

2.2. Aspek-aspek Minat

Pintrich dan Schunk (1996) menyebutkan aspek – aspek minat adalah sebagai berikut:

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity) sikap umum disini maksudnya adalah sikap yang dimiliki oleh individu, yaitu perasaan suka atau tidak suka terhadap aktivitas.

(6)

b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesific preference for or liking the activity). Individu akan memutuskan pilihannya untuk menyukai aktivitas tersebut.

c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu perasaan senang individu terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitasnya.

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personel importance or significance of the activity to the individual) individu merasa bahwa aktivitas yang dilakukannya sangat berarti.

e. Adanya minat intrisik dalam isi aktivitas (instrinsic interest in the content of activity). Dalam aktivitas tersebut terdapat perasaan yang menyenangkan.

f. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participation in the activity). Individu akan berpartisipasi dalam aktivitas itu karena menyukainya

2.3 Dinamika Terbentuknya Minat

Minat dibentuk melalui perhatian dan belajar. Apabila seseorang memperhatikan sesuatu hal secara sukarela dan cenderung untuk mengingatnya, maka apa yang diingatnya tersebut merupakan petunjuk dari munculnya minat. Minat bersifat pribadi atau berkaitan dengan perbedaan individual dan berkembang sejak awal kanak-kanak . minat sering dihubungkan dengan sikap dan menjadi dasar prasangka terhadap suatu hal. Sikap minat bukanlah bawaan tetapi muncul dan berubah seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu dalam perkembangannya, oleh karena itu dapat dikatakan minat terbentuk melalui proses belajar.

Di Vesta dan Thompson (1970) mengutip pendapat Bandura dan Kupers yang menyatakan bahwa minat terbentuk melalui identifikasi. Prosesnya bermula sejak individu mencari perhatian dari orang yang disukainya seperti orang tua, guru atau yang lainnya dan sebagai konsekuensinya ia berusaha untuk dapat menjadi seperti mereka. Pada tahap peniruan ini sering individu mempelajari inti peran baru hanya dengan sedikit usaha. Keberhasilan dalam peran tiruan tersebut akan menjadi faktor yang mempengaruhi berkembangnya minat terhadap peran baru yang berbeda dari peran sebelumnya (Super dalam Di Vesta dan Thompson, 1970).

Dalam pengertian sebagai perhatian, minat dapat diamati pada tingkah laku awal seorang anak. Pada masa kanak – kanak, tingkah laku yang muncul lebih banyak disebabkan oleh stimulasi atau rangsangan indera dan selalu mencari rangsangan tersebut dengan cara waspada terhadap sekelilingnya. Kesenangan muncul dari perhatiannya terhadap gerakan – gerakan orang atau objek.

(7)

Pada mulanya aktivitas ini bersifat biologis, tetapi kemudian muncul suatu persepsi dan konsep yang merupakan komponen psikologis yang penting. Anak akan belajar menolak aktivitas yang menimbulkan ketidaksenangan dan cenderung untuk mengulang aktivitas yang menimbulkan kecemasan pada anak sehingga akan mempengaruhi perkembangan minatnya terhadap suatu objek atau aktivitas tertentu (Skinner, 1977).

Suryabrata (1981) membedakan minat menjadi dua, yaitu:

1. Minat Instrinsik, yaitu kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan aktivitas itu sendiri.

2. Minat ekstrinsik, yaitu kecenderungan seseorang untuk memilih aktivitas berdasarkan pengaruh orang lain atau tujuan harapan orang lain.

Individu dapat dikatakan menaruh minat terhadap suatu objek ditandai dengan : a. Kecenderungan untuk memikirkan objek yang diminati.

b. Keinginan untuk memperhatikan objek yang diminati.

c. Rasa senang terhadap objek yang diminati.

d. Keinginan untuk mengetahui atau mengikuti objek yang diminati.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Minat

Mappiare (1982) mengemukakan bahwa bentuk minat seseorang dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman.

Minat seseorang dapat berkembang sebagai akibat perubahan fisik dan sosial masyarakat.

Proses terbentuknya minat menurut Wells dan Prensky (1996) berasal dari perpaduan internal dan eksternal. Faktor internal berupa sikap untuk melakukan sesuatu yang terbentuk dari keyakinan bahwa perilaku akan mengarahkan ke tujuan yang diinginkan dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa norma subjektif yang terbentuk dari keyakinan bahwa kelompok referensi untuk melakukan atau tidak dan motivsi untuk identifikasi dengan kelompok referensi.

Surachmad (1980) menyatakan minat dipengaruhi oleh jenis kelamin, inteligensi, kesempatan, lingkungan, teman sebaya, kesanggupan dan banyak faktor lainnya. Hadipranata (1989) menyatakan bahwa minat adalah perpaduan antara kebutuhan (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social need).

(8)

Crow dan Crow (1972) menyatakan bahwa minat dapat merupakan sebab atau akibat dari suatu pengalaman. Oleh karena itu minat berhubungan dengan dorongan, motif – motif dan respon – respon manusia. Selanjutkan Crow dan Crow menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi minat, yaitu;

1. Faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu akan menimbulkan minat tertentu. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan faktor – faktor biologis yaitu faktor – faktor yang berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan fisik yang mendasar.

2. Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini menimbulkan seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan termasuk di dalamnya faktor status sosial, harga diri, prestise dan sebagainya.

3. Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan – dorongan, motif – motif, respon – respon emosional dan pengalaman – pengalaman yang diperoleh individu.

Dari pendapat – pendapat yang dikemukakan oleh Engel (1994), Kotler (1994), dan Loudon & Bitta (1993), faktor – faktor yang berpengaruh pada minat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan, serta konsep diri. Faktor eksternal meliputi budaya, sosial, kelompok referensi dan keluarga. Faktor internal individu berupa pengalaman merupakan hasil dari proses belajar yang akan menambah wawasan individu. Pada saat proses terjadi, individu akan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan objek. Hasil pemrosesan akan menentukan sikap individu terhadap objek.

Beberapa pendapat tentang pengertian minat dikemukakan sebagai berikut:

1. Minat adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang mimiliki perhatian yang besar terhadap sesuatu objek yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut (Bimo Walgito 2004:38)

2. Minat adalah suatu pemusatan perhatian ym,jhang lahir karena penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.

(9)

3. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bagian-bagian tertentu dan merasa berkecimpung pada bidang itu (Winkel, 2004:272).

4. Minat atau interes adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan seseorang pada individu.

5. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. (Slameto 2003 : 57)

Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu.Secara terminologi, minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Sedangkan menurut para ahli pengertian Minat adalah:

a. Hillgard

Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas (Slameto 2003).

b. Andi Maprare

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu ( Slameto, 2003: 58).

c. Slameto

Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatiakan dan mengenang beberapa kegiatan.(Slameto,2003:180). Pengertian minat secara keseluruhan dalam karya tulis ini ialah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa minat dapat ditunjukkan melalui beberapa aspek yaitu kemauan atau keinginan, rasa senang, rasa

(10)

tertarik dan rasa keterikatan atau keterpautan. Dengan demikian orang yang berminat pada sesuatu, misalnya mata pelajaran, akan ditunjukkan oleh sikap-sikap diatas terhadap mata pelajaran tersebut.

Sebagai motor penggerak, minat mempunyai pengaruh besar dalam proses belajar. Minat merupakan kunci vital bagi banyak situasi penting dalam kehidupan social penyesuaian pribadi dalam pendidikan dan pekerjaan.Dengan demikian untuk dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik, sangat perlu untuk membangkitkan minat belajarnya.

2.6 Unsur-unsur Minat

Abdul Rachman Abror (1989:112) mengemukakan bahwa minat itu sebenarnya mengandung unsur-unsut diantaranya adalah :

- Kognisi (mengenal) - Emosi (perasaan) - Konasi (kehendk)

Unsur kognisi, dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan atau informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu ( biasanya perasaan senang ). Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk untuk melakukan suatu kegiata

2.7 Meningkatkan minat

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat seseorang yang telah ada.

Di samping manfaatkan minat yang telah ada, tanner dan tanner yang dikutip oleh slameto ( 2003:181 ) menyarankan: agar para pengajar juga membentuk minat –

(11)

minat baru pada diri siswa, ini dapat di capai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara sesuatu bahan pengajaran yang akan di berikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikannya bagi siswa yang akan datang.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil pengajar dapat memakai insentif dalam dalam usaha mencapai tujuan pengajar. Insentif merupakan alat yang di pakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau tidak dilakukannya dengan yang baik. Di harapkan dengan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yang di ajarkan akan muncul ( slameto : 181 )

2.8 TEORI AIDA ATAU AIDDA

Konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari attention (perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan) dan action (kegiatan). AIDDA itu sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya agar terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan attention Effendy, 2007: 51 – 52).

Lebih lengkap teori ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Attention (Perhatian)

Perhatian yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya. Pertama dapatkan perhatian mereka. Tanpa perhatian, Anda tidak bisa membujuk mereka apa-apa. Anda bisa mendapatkan perhatian dalam banyak cara – cara.

Ketika Anda berbicara dengan mereka, beberapa detik pertama sangat penting karena mereka akan mendengarkan paling cepat dan kemudian memutuskan apakah Anda layak memberikan perhatian lebih lanjut. Jangan buang momen berharga pada sopan santun, menarik perhatian orang lain dengan segera.

2. Interest (Minat)

Minat, yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi suatu hal.

Setelah Anda memiliki perhatian mereka, pertahankan perhatian itu dengan mendapatkan orang lain yang tertarik. Anda mungkin bisa mendapatkan seseorang yang tertarik, tetapi Anda tidak bisa berharap untuk perhatian mereka selama- lamanya.

(12)

3. Desire (Hasrat)

Hasrat, yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan memiliki keinginan untuk memperolehnya. Setelah mereka tertarik pada Anda, maka langkah selanjutnya adalah menciptakan keinginan dalam diri mereka untuk apa yang Anda ingin mereka lakukan. Mereka memiliki kebutuhan, tapi ini bukan keinginan. Desire adalah motivasi untuk bertindak dan mengarah menuju tahap berikutnya.

4. Decision (Keputusan)

Keputusan, yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal yang diinginkannya itu.

5. Action (Tindakan)

Tindakan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencapai keinginannya dalam mendapatkan suatu hal. Proses tahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini, Majalah Trubus harus mampu menarik perhatian khalayak pembacanya khususnya khalayak atau komunikan yang benar-benar membutuhkan informasi mengenai dunia pertanian. Ini adalah tahap sihir ketika mereka mengambil tindakan terhadap keinginan mereka dan benar-benar membeli produk atau menyetujui proposal Anda. Titik yang paling menakutkan adalah di mana Anda meminta penjualan atau meminta mereka apakah mereka benar-benar setuju sepenuhnya dengan Anda.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan. Dalam hal ini, minat akan menimbulkan hasrat khalayak pembaca untuk membaca pesan- pesan yang terdapat dalam Majalah Trubus.

Hasrat yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk membaca Majalah Trubus.

Dengan adanya hasrat, kemudian harus dilanjutkan dengan dating nya keputusan (decision). Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan. Pada akhirnya keputusan tersebut dilanjutkan dengan

(13)

mengambil suatu tindakan (action). Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi sesuatu.

Teori AIDDA atau AIDA adalah singkatan sederhana yang telah dibuat lama sebagai pengingat dari empat tahapan proses penjualan (Strong, 1925). AIDA singkatan dari Attention, Interest, Desire, Action. Ini merupakan model yang cukup sederhana dan dapat digunakan sebagai pedoman.

Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap tindakan pembelian).

Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38).

Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007) yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh Konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan

(14)

kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.

2.9 Remaja

a. pengertian dan makna masa remja

Masa remaja, menurut mapiare (1982) berlangsung atara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya “ tumbuh atau tumbuh buat kematangan” perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya miliki arti yang luas mencakup kematangan mental emosional, sosial dan fisik. Remaja sebetulnya tidak punya tempat yang tak jelas, mereka sudah tidak termasuk pada golongan anak-anak tetapi lum juga di terima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa, oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase” mencari jati diri” atau fase “ topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan mempungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya ( Muhammad Ali, Muhammad Asrori 1999: 9)

Menurut anton m, moeliono, dalam kamus besar bahasa indonesia, tahun 1988. Pengertian remaja adalah mulai dewasa. Istilah adolesence atau remaja berasal dari kata bendnya, adolescentia yang berarti remaja yang tumbuh atau tumbuh jadi remaja dewas ( Elizabeth B. Hurlock, 1996: 206 ). Remaja adalah anak dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun, mempunyai problematika hidup dan mudah terpengaruh dengan lingkungan, baik itu bersifat positif atau negatif (mahdiyah kahruddin ,1993:9 )

Secara tentatif para ahli umumnya sependapat bahwa rentang massa berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 menurut kalender kelahiran seseoang (Abin Samsuddin, 2003: 130). Masa remaja adalah sosok manusia yang

(15)

sedang mengalami tahapan perkembangan yang khas. Khas karena masa remaja dikatakan sebagai masa perahlihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasan.

(koesmarwati, 2002:111)

Dalam masa remaja bahwa masa berlangsung kira-kira dari tugas belas tahun sampai enam belas dan tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun yaitu usia matang secara hukum.dengan demikian akhir masa remaja preode. Remaja sangat sensitip dalam setiap permasalahn, sering kali remaja salah memilih langkah dalam setiap tujuan hidupnya, kebanyakan remaja belum memikirkan masa depanya oleh karena ituh remaja cenderung hura-hura bersama temanya.

Sering kali orang dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai priode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku seperti susah diatur mudah terangsang perassaanya dan sebagainya.

Elizabeth B.Hurlock menulis bahwa jika dibagikan berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang Nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan kehidupan terdiri atas sebelas masa yaitu:

Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir.

Masa neonates : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.

Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir

tahun kedua.

Masa Kanak-Kanak awal : 2 tahun – 6 tahun.

Masa Kanak-Kanak akhir : 6 tahun – 10 atau 11 tahun.

Pubertas/Predolescence : 10 atau 12 tahun – 13 atau 14 tahun.

(16)

Masa remaja awal : 13 atau 14 tahun – 17 tahun.

Masa remaja akhir : 17 tahun – 21 tahun.

Masa dewasa awal : 21 tahun – 40 tahun.

Masa setengah baya : 40 tahun – 60 tahun.

Masa tua : 60 tahun – meninggal dunia

Dalam pembagian rentang usia menurut Hurlcok diatas, terlihat jelas rentangan usia remaja antara 13 -21 tahun yang di bagi pula dalam masa remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun ( Andi Mappiare, 1982: 24-25).

Piaget mengatakan :

” Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintregrasi dengan masarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bahwa tingkat orang- orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang- kurangnya dalam massalah hak………. Intregrasi dalam masarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber…….

Termasuk juga perubahan intelektual mencolok……. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi hubungan social orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini "(Elizabeth, 1996,206)

Harold Alberty ( 1957:86) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai satu periode dalam perkembangan yang di jalani seorang yang terbentang sejak berakhirnya masa anak-anaknya sampai datangnya awal masa dewasanya. Pandangan beberapa ahli tentang masa remaja:

1. freud ( yg teori kepribadiannya berorintasikan kepada seksual libido: dorongan seksual) menafsirkan masa remaja sebagi suatu sama mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitive karena perpaduan (unifikasi) hidup seksual yang banyaknya ( polymorph) dan infantile ( bersifat ke kanak – kanakan)

2. Carlotte buhler ( yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan manusia) menafsirkan masa re,aja sebagai masa kebutuhan ini mengisi individu

(17)

menjadi gelisah dalam, kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dengan ini tercipta syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain.

3. Spranger ( teori yang kepribadiannya berorentasikan pada sikap individu terhadap nilai-nilai), menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pertumbuhan dengan perubahan stuktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku.

Berangsur – angsur menjadi jelasnya tujuan hidup. Pertumbuhan kearah dan kedalam berbagai lapangan hidup.

4. Hoffman ( beroriontasikan kepada teori Resonansi Psikis) menafsirkan bahwa masa remaja itu adalah suatu masa pembentukan sikap – sikap segala sesuatu yang di alami individu. Perkembangan fungsi – fungsi psikofisiknya pada masa remaja itu berlangsung amat pesat sehingga di tuntut kepadanya untuk melakukan tindakan – tindakan intregratif demi terciptanya harmoni di antara fungsi – fungsi tersebut di dalam dirinya.

5. Conger ( yang menekankan pada pendekatan interdisipiner dalam dalam pemahamnya terdapat kehidupan remaja masa kini) sejalan dengan pendapat erikson ( yang kepribadianya beroentasi kepada psychological crisis development) menafsirkan masa remaja itu sebagai sesuatu masa yang amat keritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang secara integrative, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya sebaliknya, kalau gagal, ia akan berada pada krisis identitas ( identity crisis) yang bekepanjangan ( Abin Syamsuddin, 2003: 131 – 132)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat di ambil suatu pengertian bahwa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak – kanak dan dewasa,dimana masa ini setiap individu yang bersangkutan seringkali di hadapan kedalam situasi yang membingungkan

(18)

Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresifsejalan. Sejalan dengan perkembangan jasmani daan rohaninya maka agama pada para remaja turut di pengaruhi perkembangan itu, maksudnya para remaja terhadap ajaran agama dan tindakan ke agamaan yang tampak para remaja banyak berkaitan dengan paktor perkembangan tersebut.

Perkembangan remaja di tandai beberapah paktor perkembangan rohani dan jasmani perkembangan itu antara lain menurut W.Starbuck adalah

Pertumbuhan pikiran dan menta

Ide dan keyakinan beragama yang di terima menjadi remaja dari masa kanak- kanak sudah tidak begituh menarik bagi mereka sipat kritus pada ajaran agama cepat timbul, selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial ekonomi daan norma-norma kehidupan yang lainya.

Perkembangan perasaan

Berbagai perasan telah berkembang pada masa remaja, perasa sosial, etis dan estesis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan relijius akan cenderung mendorong ke arah hidup relijius pula ( Dr. Jalaluddin 1997:72 .73)

2.8.1 Ciri-ciri masa remaja Pengertian remaja dan dewasa

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adoloscentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Kata itu mengandung aneka kesan, ada yang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang potensinya dapat dimanfaatkan dan kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa depan. Masa remaja merupakan masa perkembangan menuju kematangan

(19)

jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Masa remaja kadang panjang kadang pendek tergantung lingkungan dan budaya di mana remaja itu hidup.

2.8.2 Faktor-yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa

Jiwa keagamaan juga mengalami proses perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan. Dengan demikian jiwa keagamaan tidak luput dari berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Pengaruh tersebut baik yang bersumber dari dalam diri seseorang (intern) maupun yang bersumber dari faktor luar (ekstern).

1. Faktor intern

Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain:

Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka hanya mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa memperdalaminya lebih lanjut.

Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama maka akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan seseorang.

Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya konversi agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.

Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.

Kondisi kejiwaan, seorang yang mengidap schizoprenia akan mengisolasi diri dari kehidupan sosial serta persepsinya tentang agama akan dipengaruhi oleh berbagai halusinasi. Demikian pula pengidap phobia akan dicekam oleh perasaan

(20)

takut yang irasional sedangkan penderita infantil autisme (berperilaku seperti anak- anak) akan berperilaku seperti anak-anak di bawah usia sepuluh tahun.

2.8.2 Faktor ekstern

Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:

Lingkungan keluarga,konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya.

Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan.

Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.

Lingkungan institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.

Lingkungan masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab kehidupan

(21)

keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan warganya.

Masa Remaja sebagai priode yang penting 2.8.2 Pengertian remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu melepaskan diri secara emosional dan orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustian, 2006).

2.8.3 Masa-masa remaja

a. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja dimulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokalitas dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi

(22)

matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri-ciri dari tahap ini (Agustian, 2006).

Pada priode remaja, mau akibatnya langsung maupun akibatnya jangka panjang tetap penting. Ada prode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi akibat psikolgis, pada periode remaja kedua- duanya sama- sama penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting di sertai cepatnya perkembangan mental yang cepat.

Terutama pada awal masa remaja semuah perkembangan itu menimbulkan perlunya penyusuiaan mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2.8.4 Masa remaja sebagai masa peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau perubahan dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap, perkembangan dari tahap berikutnya. Perubahan fisik yang terjadi selama satu tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perlaku individu dan mengakibatkan di adakannya penilaianya kembali penyusaiaan yang telah bergeser.

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus di lakukan di masa ini, remaja bukan lagi seseorang anak dan juga bukan orang dewasa status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status member waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

2.8.5 Masa Remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan Fisik, selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik tejadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

Ada empat yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, intentitasny bergantung pada tingkatan perubahan fisik dan psokologi yang

(23)

terjadi. Kedua. Perubahan tumbuh, minat dan peran yang di harapakan oleh kelompok social untuk di pesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga. Dengan berubahnya minat dan pola prilaku, maka nilai – nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.

2.8.6 Masa Remaja sebagai usia bermasalah

Setiap priode mempunyai masalahanya sendiri – sendiri, namun masalah masa remaja sering jadi masalah yang sulit diatasi olah hak anak laki – laki maupun anak perempuan. Tedapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak – kanak, masalah anak – anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru – guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena masa remaja diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnyana sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru – guru.

2.8.7 Masa Remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang paling di cari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya , apa perananya di masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa?

Apakah nantinya ia dapat jadi seorang suami ayah? apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakangnya ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapah orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri dari sebagai individu, adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk mobil, pakaian, dan pemilik barang – barang lain yank mudah terlihat. Dengan cara ini. Remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar di pandang sebagai individu , sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.

2.8.9 Masa Remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

(24)

Seperti yang ditujukan oleh majeres, “ Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang popular, dan sayangnya, banyak diantaranya yang bersipat negatip” anggapan stereotip budaya bahwa remaja anak – anak yang tidak rapih, yang tidak di percaya dan cendreung merusak dan berprilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbingnya dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersifat simpatik dalam perilaku remaja yang normal.

Menerima sterotif dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit, Hal ini menimbulkan banyak pertentangan dengan orang tua dan antara orang tua dan anak terjadi terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta.

2.8.10 Masa Remaja sebagai masa yang tidak realistic

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu ia melihat Dirinya dan orang lain sebagaimana yang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita- cita yang tidak realitak ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi dirinya dan teman-temanya, semakin tidak realistic cita – citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apah bila orang lain mengecewakan atau kalau ia tidak berasil mencapai tujuan yang di tetapkan sendiri.

2.8.11Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatkanya usia kematangan yang sah, para remaja jadi gelisah untuk meninggalkan setereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka hamper dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang deawasa ternyata belumlah cukup, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri dan perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum- minuman keras, obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks, mereka menganggap bahwa ini akan membrikan citra yang mereka inginkan. (Elizabeth, 1996:207-209).

(25)

2.8.11. Perubahan fisik dan psikomotorok selama masa remaja dan permasalahnya.

(1) Adanya variasi yangar mencolok dalam temo dab iramaserta kepesatan laju perembangan fisik antar individual atau kelompok ( wanita lebih cepat sekitar 1-2 tahun dari pria ) dapat menimbulkan kecanggungan – kecanggungan bergaul satu sama lain.

(2) Perkembangan ukuran tinggi dan berat bada yang kurang proposinal, juga dapat membawa ekses psikologis tertentu, umpamanya munculnya nama – nama cemoohan (nickname), seperti si congcorag, sigendut dan sebagainya, yang lebih jauh lagi dapat membawa kearah self-rejection body-image-nya tidak sesuai dengan self-picture yang di harapkannya.

(3) Perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejala- gejala emosional tertentu seperti perasaan malu.

(4) Matangnya organ reproduksi, menimbulkan pemuasan biologis, kalau tidak terbimbing oleh norma – norma tertentu dapat mendorong remaja melakukan mastrubasi, homosexsual, yang mungkin berakibat lebih jauh lagi atas norma kesusilaan, ( Abin Syamsuddin, 2003:136)

2.8.12 Keadaan emosi selama masa remaja

Secara tradisional masa remaja di anggap sebagai periode “ badai dan tekanan”suatu masa di mana ketagangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga sebagain besar remaja mengalami ketidaksetabilan dari waktu ke waktu sebagai kosekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan social yang baru.

Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesel dan kawan – kawan, remaja empat belas tahun mengatakan bahwa “ tidak punya keprihatinan.” Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

(26)

2.9 Pola Emosi Pada Masa Remaja

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak – kanak.

Perbedaanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khusunya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka.

Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak- ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

2.9.1 Kematangan emosi

Anak laki – laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhirnya masa remaja idak “meledak” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tepat untuk menungkapkan emosinya dengan cara – cara yang lebih cepat utuk mengungkapkan emosinya dengan cara – cara yang lebih dapat di terima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi krtutus terlebih sebelumnya beraksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak – anak atau orang yang tidak matang.

( Elizabeth, 1996:212-213) 2.9.2 Permasalahan remaja

1. Masalah – masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan bahsa dan perilaku kognitif.

a. Bagi individu – individu tertentu, mempelajari bahasa asing bukanlah hal yang menyenangkan. Kelemahan-kelemahan dalam fonetik misalnya, juga dapat merupakan bahan cemoohan, yang bukan mustahil berakibat sikap negatip terhadap pelajaran dan guru bahsa asing yang bersangkutan, benci pelajaranya dan juga terhadap gurunya.

b. Intelegensi juga merupakan kapasitas dasar belajar, bagi yang di anugrahi IQ yang tinggi atau d bawah rata – rata, kalau kurang bimbingan kurang memadai akan membawa ekses psiokologis (prestasinya di bawah kapasitasnya karena males atau nakal ; inferiority

(27)

complex – ras renda dari karena tidak pernah mastery atau mencapai hasil yang di harapkan dalam belajarnya).

c. Kadang-kadang terjadi ketidak selarasan, antara keinginan atau minat seseorang dengan bakat khusus, sering membawa kesulitan juga dalam memilih program/jurusan/jenis sekolahyang akan di massukinya.

Banyak kegagalan studi mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat ini.

2. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan perilaku afetif, konatif dan kepribadianya

a. Keterikatan hidup dalam yang tidak terbimbing mudah menimbulkan kenakalan remaja yang berbentuk perkelahihan kelompok, pencurian protitusi dan bentuk-bentuk anti social yang lainnya.

b. Konflik dengan orang tua, yang mngkin berakibat tidak senang di rumah. Bahkan minggat (melarikan diri dari rumah).

c. Melakukan perbuatan – pebuatan yang justru bertententangan dengan norma masyarakat atau agamanya,seperti mengisap ganja,narkotika dan sebagainya.

3. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan perlaku efektif, konatif dan keperibadian.

a. Mudah sekali digerakan untuk melakukan gerakan atau, kegiatan destruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya meskipun ia tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari tindakan – tindakannya itu, mudah terlibat kegiatan – kegiatan masa eremaja.

b. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar teritergrasikan dan sintesis fungsi – fungsi psikofisiknya, yang berlanjut akan sukar pula menemukan identitas pribadinya. Ia akan hidup dalam suasana adolescentime (remaja yang berkepanjangan) meskipun usianya sudah menginjak dewasa.

(28)

2.9.3Perlaku Menyimpang Pada Remaja 1. Pengertian perlaku Menyimpang

Salah satu untuk mendefinisikan penyimpangan perlilaku remaja dalam arti kenakalan anak (juvenile delinquency) di lakukan oleh M. Gold dan J. petronio (weiner, 1980:497) yaitu sebagai berikut:

Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum yang di ketahui oleh anak itu sendiri bahwa perbuatan itu sempat di ketahui oleh petugas hokum ia bisa di kenakan hukuman . (Sarwono,2002:203)

2.9.4Asal Mula Perlaku Menyimpang Pada Remaja

Philip Graham menggolongkan penyebab perilaku menyimpang pada remaja ke Dalam 2 golongon (Graham, 1989), yaitu

1. Faktor lingkungan :

a. Malnutrisi ( kekurangan gizi) b. Kemiskinan di kota-kota besar

c. Gangguan lingkungan ( polusi,kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain- lain)

d. Migrasi ( urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain).

e. Factor sekolah ( kesalahan mendidik, factor kurikulum, dan lain-lain).

f. Keluarga yang tercerai-berai.

g. Gangguan dam pengasuhan oleh keluarga:

1. Kematian orang tua.

2. Orang tua sakit berat atau cacat .

3. Hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis.

4. Orang tua sakit jiwa.

(29)

5. Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat-syarat.

2.9.4 Factor pribadi:

a. Factor bakat yang mempengaruhi temperamen ( menjadi pengaruh, hiperaktif dan lain-lain)

b. Cacat tubuh

c. Ketidak mampu untuk menyusaikan diri.

( Sarwono,2002:206-207) 2. Kenakalan remaja

Jensen ( 1985:417) membagai kenakalan remaja menjadi 4 jenis, yaitu

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahihan, perkosaan, pembunuhan, dan lain-lain.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahihan, pencopetan dan lain-lain

3. Kenakalan social yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain:

pencurian, penyalahgunaan obat dan senagainya.

4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pijar dengan cara mengingkari status anak sebagai plajar dengan cara membolos, membantu perintah orang tua dan lain segainya. ( Sarwono, 2002:207-208)

2.9 Minat Remaza Terhadap Agama

Suatu keadan jiwa yang dapat kita pastikan tentang remaja adalah penuh kegoncangan. Keada seperti itu sangat seperti itu sangat memerlukan agama dan membutuhkan suatu pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam mengatasai dorongan dan keinginana baru yang belum pernah mereka kenal sebelum itu. Keinginan dorongan tersebut seringkali bertentangan dengan nilai yang di anut oleh orang tua atau selingkuhan dimana ia hidup.

(30)

Banyak mulai meragukan konsep dari keyakinan akan religiusnya pada masa anak-anak dan oleh karna itu, priode remaja di sebut sebagai keraguan religious, namun wagner berpendapat bahwa apa yang sering di tafsirkan sebagai “kurangan rligius”kenyatannya merupakan Tanya-jawab religious, menurut wagner (170) yang di kutif Elizabeth ( 1996:222) beliau mengungkapkan:

Banyak remaja menyelidiki agama sebagai sumber dari rangsangan emosional dan intelektual, para pemuda ingin mempelajari berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan bukan karena bukan ingin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagi sesuatau yang bermakna berdasarakan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.”

Perubahan dalam minat religius selama masa remaja lebih radikal dari pada perubahan dalam minat dalam perkejaan, seperti halnya pekerjaan kanak – kanak tentang agama pada dasarnya tidak realistic, dan remaja menjadi kritis terhadap keyakinannya dimasa depan.

2.9.1 Pola Perubahan Minat Religius:

1. Periode Kesadaran Religius

Apabila agama yang di terima oleh remaja dalam hidupnya. Terasa bertentangan dengan pengetahuan yang di pelajarinya, maka ia akan gelisah dan mencoba mencari-cari keyakinan lain kepuasan hatiya.

2. Periode Keraguan Religius

Berdasarkan penelitian secara kritis kritis terhadap keyakinan kanak-kanak remaja sering bersikap skeptic pada perbagai bentuk religius, seperti berdo’a dan upacara-upacara keagamaan yang formal, kemudian mulai meragukan isi religius, seperti ajaran mengenai sifat tuhan dan hidup setelah mati. Bagi beberapa remaja

(31)

keraguan ini dapat membuat mereka kurang taat pada agama, sedangkan remaja yang lain dapat lebih memenuhi kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan dari pada kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan dari pada kepercayaan yang di anut oleh keluarganya.

Pada masa remaja, remaja mulai ragu-ragu akan keyakinan agamanya. Berikut beberapa persoalan keagamaan yang ditunjukan oleh remaja dalam penelitian H.H Remmers & C. G. Hacket di Amerika Serikat. Yang di kutip oleh Zakiyah Daradjat ( 1989: 68), sebagai berikut :

- 10 % remaja mengatakan bahwa mereka ragu akan keyakinan agamnya.

- 10% remaja menyatakan bahwa pikiran mereka tentang surge dan neraka menyebabkan kecemasan pada mereka

- 32% remaja mengatakan bahwa meeka hidup tidak sesuai dengan prinsip agama mereka.

- 22% remaja mengatakan bahwa pemikiran tentang kehidupan di akhirat membingungkan mereka.

3. Preode Rekonstruksi agama

Lambat atau cepat remaja membutuhkan keyakinan agama meskipun ternyata keyakinan pada kanak-kanak tidak lagi memuaskan .Bila hal ini terjadi, ia mencari kepercayaan baru, kepercayaan pada sahabat karib sesama jenis atau lawan jenis, atau kepercayan pada salah satu kultus agama baru. Kultus ini selalu muncul di berbagai Negara dan mempunya daya tarik yangkuat bagi remaja dan remaja yang kurang mempunyai kekuatan ikan religius. Pemuda biasanya merupakan mangsa bagi setiap kultus religius yang berbeda atau baru. (Elizabeth,1996:222)

Hampir dapat di pastikan bahwa setiap masa remaja tiba, maka seseorang mengalamai kegoncangan jiwa, timbulnya kegoncangan jiwa menurut akiyah darajat ( 1978:35) di sebabkan adanya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupannya.

(32)

Yaitu aspek rohani, jasmani aspek pemikiran dan aspek social. Akibatnya mereka segera terhadap pengaruh factor-faktor ekstern baik negatif maupun positif.

Dengan melihat keadan remaja yang demikian itu, maka arriffin m. (1982:72) menjeskan bahwa mereka sangat membutuhkan bimbingan, Pembina dan penyuluhan yang dapat menenangkan ketenangan batinnya.

Pembina dan penyuluhan yang sangat mendasar dan baik adalah melalui pembinaan agama, karena pembinaan agama dapat memberikan pedoman dan peraturan yang pasti, dan juga dengan bekal agama dapat:

a. Menumbuhkan benang pribadi remaja dalam menghadapi segala tantangan dan rongrongan dari luar dirinya, baik mental maupun material.

b. Menumbuhkan iman remaja sehingga terjalin hunbunganya dengan tuhan, masyarakat dan alam sekitar.

c. Menjernih kehidupan batin remaja sehingga segala masalah dapat diatasi dan dihadapi dengan mudah.

d. Peranan dakwah sangat penting bagi remaja agar mereka punya jati diri , semangat hidup tidak akan positif dinamis dalam menghadapi kehidupan.

Oleh karena ituh berdakwah sangat penting sekali terhadap remaja, agar mereka dapat mengetahui mana yang hak dan mana yang batil, sehingga mereka akan dinamis dalam menghadapi kehidupannya.

2.10 Pengajian/ dakwah a. Pengrtian /pengajian

Dakawah secara etimologi adalah sebagai bentuk madassar dari kata (Fiilmadi) dan (fiil mudhari) yang artinya adalah memanggil ( to call), mengajak (to summer), menyeruh (to tropo) memohon (to pray), ( muriah, 2000:1)

Kata dakwah di lihat dari segi kosan katanya berbentuk kata benda (ism). Dan pengertiannya, karena termasuk diambil (mustaq) dan fi’il muta’adi, mengandunng nilai dinamika, yakin ajakan, seruan, panggilan ( Asep Muhyiddin, 2002 :27)

Dalam kamus Arab-indonesia, yunus (1972:127) menjelaskan tiga idiom kata da’a, yaitu :

1. yang mempunyai arti mengajak ( kepada).

2. yang mempunya arti mendo’akan kejahatan.

(33)

3. yang mempunyai arti mendo’akan kebaikan.

Dan ketiga artinya idiom diatas penulis lebih lebih cenderung kepada yang berarti mengajak karena sesuai dengan objek kajian dakwah.

Menurut Shaleh ( 1993:7) kata dakwah dalam pengertian tersebut dapat di jumpa dalam ayat-ayat Al-Qur’an antara lain:

a. Dakwah yang mempunyai mengajak, yakin firman allah dalam QS. Yusuf (12) ayat 33:

دٕك سىع فسصت لا ا َ ًٕنا ٓىو ُع دٔ اٍم ٓن ا ةح ا هجسن ب ز ل اق هٕهٍج ا هم هك ا َ هٍٕن ا ةصا هٌ

Artinya:

“Yusuf berkata wahai tuhanku, penjara lebih aku suka dari pada memuenuhi ajakan mereka kepadaku”, ( Hasbi Ashiddiqi, dkk, 1989:359)

b. Dakwah yang mempunyai arti menyeru, firman Allah dalam QS, Yunus (10) ayat 25:

مٕقتسم ط اسص ّن ا ء اشٔ هم ْ دٍٔ َ مهسن ا ز اد ّن ا اُع دٔ لله َ

Arttinya:

“ Allah menyeruh (manusia) ke darusalam (surga) dan menunjukan orang yang dikehendaki-nya kepada jalan yang lurus (islam). (Hasby

Ashiddiq,dkk,1989:310)

c. dakwah yang mempunyai arti memanggil, yakini firman Allah SWT. Dalam QS Al-Anfal (8) ayat 24

(34)

مكٕٕحٔ امن مك اع د ا ذ ا ل ُس سهن َ لله ا ُثٕجتس ا ا ُىم ا هٔ رنا أٍ أ

ن َ سشكت ًٕن ا تو ا َ ًثهق َ ءسمن ا هٕت ل ُحٔ لله ا ن ا ُمهعَ

Artinya;

“Hai orang-orang yang beriman sambutlah kepada tuhan dan Rasulmu apahbila keduanya memanggil kamu kepada apa yang dapat menghidupkan kamu”.(Hasbi ashiddiqi, dkk, 1989;264)

d. Dakwah yang berarti do’a atau pemohonan firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 186:

ن اع ا ذ ا ع ا دن ا ج ُع د ةٕج ا ةٔ سق ٓو اف سىع ِ د اثع كن اس ذ ا َ ن َ دش سٔ مٍهعن ٓو ا ُىم ُٕن َ ٓن ا ُثٕجتسٕهف

Artinya

“Dan apahbila hamba-hamba ku bertinya kepadamu tentang aku maka (jawablah) bahwasanya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-ku. Hendaklah mereka beriman kepada-ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. ( Hasbi Ashiddiqi, dkk, 1989,45)

Sedangkan dakwah secara terminology terhadap define yang di kemukakan oleh beberapah ahli, di antaranya adalah menurut DR Wardi Bachtiar ( 1997:31) Dakwah situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-islam.

Dalam islam di mensi ini menunjukan seberapah jauh tingkatan muslim berprilaku dan mematuhi oleh ajaranya, yaitu sebagai mana individu berelassi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain dalam berislaman dimensi ini meliputi suka

(35)

menolong, berkejasama, menegakan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, menjaga amanat, tidak mencuri mematuhi norma-norma agama dan seterusnya.

Sedangkan menurut H.M Arifin (1990:6), Dakwah mengandung suatu pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang di lakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun secara kelompok agar supayah timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap pengkahayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang sisampikan kepada dengan tanpa adanya umur-umur paksaan.

Raf’udin dan Djaliel mengutip bebeapah definisi yang ddijelaskan oleh beberapah ahli yaitu:

1. HMS. Nasarudin LATIF;

Dakwah artinys setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeuh mengajak , memanggil manusia lainya untuk beriman dan mentati allah SWT sesuai garis-garis aqidah dan syariah sera ahlak islamiyah.

2. syekh Ali Mahfudz

Dakawah adalah mengajak, mendorong manusia untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeruh mereka untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka dari pebuatan agar mereka mendapat kebahagiaan dinia dan diakhirat.

3. prof. H.M Thoha Yahya Omar.

Dakwah ialah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perinah tuhan segala kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan di akhirat (Rafi’udin & Jalil, 1997:24-25). Dengan demikian maka eseni dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama penuh dengan kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah.

(36)

2.10.1 Dasar Hukum Dakwah

Diperlukan pelaksanaan dakwah atas dasar hokum dan peraturan yang telah di tetapkan oleh Al-Quran dan sunnah rpsul serta ulim amri, denga demikian ada komitmen peting yang kaitanya di perhatikan dengan hokum dakwah, yaitu:

1. Dakwah hukumnya wajib, yaitu bagi orang yang mempunyai kemampuan melakukan dakwah disebabkan sebelum ada yang mengisi dakwah.

2. Dakwah hukumnya fardu kifayah ( wajib kifayah ), yaitu apabila si dalam dakwah suatu masarakat terhadap seseorang yang akif melaksanakan dakwah.

3. Dakwah hukumnya sunnah mukad yaitu dakwah yang di lakukan oleh seseorang dalam lingkungan per gaulan, baik berupa lisan atau tindakan.

4. Dakwah yang dilarang adalah melaksanakan dakwah terhadap seseroang yang telah melakukan agama lain. Singkatanya berdakwah untuk mengajak pemeluk agama lain secaram paksa. (Rafi’udin 7 Djalil, 1997:27-29)

2.10.2 Tunjuan Dakwah

Menurut Al-Quran, salah satu tujuan dkwah dapat ditemukan dalam surat yusuf (120 ayat 108:

هٕك سشمن َ لله ا هكثس َ او ا ج سٕصت ّهع لله ا ّن اا ُع د ا مٕثس ي رٌ مق

Artinya;

“Katakanlah, “inilah jalan (agama) ku, aku dan orang- oang yang mengikuti mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musrik.” (Hasbi as-Shiddiqi, dkk, 1989:365)

Menurut ayat dia atas, salah satu ujuan dakwah ialah membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui umat Manusia. Berdasarkan dari ayat diatas, Abdul Rosyid Saleh membagi tujuab dakwah menjadi dua, yakin tujuan utama dakwah dan tujuan departemental ( tujuan perantara). Ia menulis:

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir nilai atau yang ingin dicapai atau di peroleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama iniah maka semuah penyusunan semuah rencana tindakan dakwah harus harus di tunjukan dan di arahkan. Tujuan ujuan utama dakwah sebagaiman telah dirumuskan ketika

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan para siswi pengetahuan tentang menstruasi dengan upaya penanganan dismenorea, serta meningkatkan kemampuan

Dari pembahasan dan temuan foto dokumentasi dari tahun ke tahun dapat disimpulkan bahwa Grand Hotel Preanger yang digagas pertama kali oleh Deeterkom mengalami

Higher Order Thinking Skills (HOTS) sebagai keterampilan berpikir siswa dalam memperoleh informasi baru yang disimpan dalam memorinya, selanjutnya menghubungkan dan

Dengan demikian, dapat diduga fenomena ledakan populasi ulat bulu dan tomcat yang terjadi di beberapa kota di Indonesia disebabkan oleh tidak optimalnya peran

Hasil penelitian menunjukan penciptaan proposisi nilai baru pada perancangan model bisnis dimasa depan berupa program hiburan eduwisata untuk anak dan keluarga di

 Adverse trading, terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan megambil kebijakan melakukan pengeluaran tetap (fixed costs) yang besar setiap tahunnya,

Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam meningkatkan pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA