• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bijih BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bijih BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Emas dan Perak

Secara umum proses pengolahan emas dan perak di PT Antam UBPE Pongkor disajikan di Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas

Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari tahap penghancuran, penggerusan dan klasifikasi. Penghancuran, penggerusan dan klasifikasi adalah proses

Penghancuran

Penggerusan

& Klasifikasi

Pelarutan selektif

Pelarutan dalam

Bijih

Pelepasan

ikatan Tailing

Electrowinning

Peleburan

Dore Bullion

Gravity Concentrate Circuit (GCC)  

   

 

   

   

   

(2)

memperkecil ukuran batuan bijih emas sampai didapat ukuran yang diinginkan.

Penghancuran merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memperkecil ukuran ore dari 400 mm menjadi 12,5 mm. Penggerusan dilakukan untuk menghasilkan

partikel menjadi ukuran 200 mesh sehingga mineral berharga dapat dibebaskan dari batuan induknya. Mill cyclone dipilih sebagai sebagai alat klasifikasi pada proses klasifikasi. Di mill cyclone terjadi pemisahan antara fraksi kasar (oversize) dan fraksi halus (undersize). Fraksi kasar dari mill cyclone akan dikembalikan ke ball mill, sedangkan fraksi halus akan masuk proses selanjutnya, yaitu pelindian.

Pelindian merupakan proses pelarutan selektif dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, dalam hal ini logam yang dilarutkan adalah Au dan Ag.

Pemilihan metode pelindian tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan karakteristik bijih, yaitu mudah tidaknya bijih di dalam proses pelindian oleh reagen kimia tertentu. PT Antam UBPE Pongkor memilih sianida sebagai reagen pada proses pelindian. Pada proses pelindian terjadi reaksi pelindian antara larutan sianida dengan Au, Ag dan logam-logam pengotor lainnya dan membentuk senyawa kompleks. Persamaan reaksinya adalah :

4 Au + 8 NaCN + O2 + H2O 4 NaAu(CN)2 + 4 NaOH... (1) 4 Ag + 8 NaCN + O2 + H2O 4 NaAg(CN)2 + 4 NaOH ... (2) Setelah proses pelindian selesai, Au dan Ag yang telah terlarut dan membentuk senyawa kompleks harus terkonsentrasi dan dipisahkan dari lumpur.

Metode yang dipakai untuk pengambilan logam Au dan Ag dari lumpur adalah dengan adsorpsi oleh karbon aktif atau biasa disebut dengan Carbon In Leach (CIL). Persamaan reaksinya :

2[Au(CN)2-] + Ca2+ + C Ca[C – Au(CN)2]2 ... (3) 2[Ag(CN)2-] + Ca2+ + C Ca[C – Ag(CN)2]2 ... (4) Selain Au dan Ag yang teradsorp pada karbon aktif, base metal seperti besi, seng, tembaga dan timbal juga akan ikut teradsorp pada karbon aktif.

Senyawa kompleks Au-Ag yang telah teradsorp oleh karbon aktif bersama pengotornya kemudian akan mengalami proses elusi. Proses elusi merupakan proses desorpsi atau pelepasan senyawa kompleks Au dan Ag dari loaded carbon atau karbon aktif yang sudah mengadsorp senyawa kompleks Au dan Ag, yang merupakan hasil dari proses CIL.

 

   

 

   

   

   

(3)

Produk dari penggerusan, selain masuk ke dalam proses CIL juga akan masuk ke proses Gravity Concentrate Circuit (GCC). GCC adalah proses pemisahan mineral-mineral berdasarkan berat jenisnya. Produk dari GCC dinamakan konsentrat. Konsentrat mengandung Au-Ag yang besar karena Au-Ag memiliki berat jenis yang besar sehingga akan terpisah dari tailing. Konsentrat hasil pemisahan di falcon gravity akan masuk ke dalam in line intensive leaching reactor (ILR) untuk mengalami proses pelindian dengan penambahan sianida

(NaCN) dengan konsentrasi 3.000-5.000 ppm.

Proses pelindian di ILR akan menghasilkan larutan yang kaya akan Au, Ag, serta logam lain yang akan diproses pada tahap selanjutnya, yaitu electrowinning. Electrowinning merupakan proses penangkapan logam-logam

yang ada di dalam air kaya dengan prinsip elektrolisa. Tahap terakhir adalah peleburan yang merupakan proses sampai didapatkan campuran Au 7-15% dan Ag 80-92% serta sisanya adalah pengotor, dimana produk yang dihasilkan dinamakan dore bullion.

2.2 Pemurnian

Pemurnian merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu zat atau senyawa, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pemurnian zat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu penyaringan (filtrasi), dekantasi, kristalisasi, destilasi, adsorpsi dan ekstraksi. Sifat zat atau senyawa yang diinginkan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau kegagalan pemisahan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

1. sifat khusus dari zat yang diinginkan dari larutannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih dan sebagainya,

2. standar kemurnian yang diinginkan,

3. zat pencemar dan larutannya yang mengotori beserta sifatnya, 4. nilai guna yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan,

5. kadar zat yang diinginkan terhadap larutannya, apakah kadarnya kecil atau besar.

 

   

 

   

   

   

(4)

Diantara metode di atas, adsorpsi adalah metode yang sangat baik untuk memurnikan larutan kaya dari pengotornya. Karena pada metode ini memanfaatkan adsorben untuk memisahkan Au-Ag dari logam lain. Sehingga ion Au-Ag akan menempel di dalam adsorben dan terpisah dengan base metal.

2.3 Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu atau adsorben (Treybal, 1980). Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Adanya gaya- gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorps. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar karena partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air. Kebalikan dari proses adsorpsi merupakan proses desorpsi. Pada proses pengolahan Au dan Ag, larutan senyawa kompleks Au dan Ag hasil pelindian diserao oleh adsorben yaitu karbon aktif. Pada penelitian ini, adsorben yang digunakan diganti menggunakan resin netral AF5 dengan menggunakan metode resin in column (RIC). Menurut M.T. Sembiring dkk, 2003 ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Luas permukaan adsorben

Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.

2. Ukuran partikel

Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.

 

   

 

   

   

   

(5)

3. Waktu kontak

Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organic akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.

4. Distribusi ukuran pori

Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengasorpsi atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.

5. pH larutan

Kestabilan pH lumpur pada tangki pelindian harus dijaga sekitar 10-10,5. Bila pH kurang dari 10 maka akan banyak sianida yang berubah menjadi gas HCN yang berbahaya (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara pH dengan CN- dalam HCN (Sumber : PT Antam Tbk. UBPE Pongkor, 2008)

2.4 Elusi

Elusi adalah proses desorpsi atau pelepasan kembali senyawa kompleks Au dan Ag dari loaded carbon. Proses elusi di PT Antam UBPE Pongkor menggunakan metode Anglo-American Research Laboratory (AARL) yang pertama kali digunakan pada tahun 1980 di Afrika dan Australia. Elusi terjadi  

   

 

   

   

   

(6)

secara batch di sebuah kolom elusi yang berdiameter 1,54 m dan tinggi 8,15 m dengan kapasitas bulk loaded carbon sekitar 12 m3. Elusi terdiri dari 6 tahap, yaitu acid wash, water wash, pre-treatment, recycle solution, water elution dan cooling.

Hasil dari proses elusi biasanya akan menjadi umpan untuk proses electrowinning pada proses pengolahan bijih emas. Proses elusi membutuhkan

suatu larutan yang disebut eluant untuk menyerap emas-perak yang telah terlepas dari resin. Pada penelitian ini, eluant yang digunakan adalah larutan kaustik sianida. Larutan kaustik berupa larutan NaOH. Kaustik berperan untuk memperlemah ikatan dari resin emas-perak. Sedangkan larutan sianida berupa NaCN berperan untuk mengikat logam emas-perak yang telah lemah ikatannya dengan resin. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses elusi yaitu ;

1. Suhu dan Tekanan

Semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi semakin tinggi. Akan tetapi, air harus tetap dijaga agar tidak menguap. Untuk menjaga air tidak menguap maka suhu harus < 100˚C dan tekanan harus dinaikkan.

2. pH

pH hanya berpengaruh untuk menjaga agar [CN-] tidak menjadi gas HCN akibat proses hidrolisis. Tetapi OH- yang dihasilkan dengan penambahan NaOH mempunyai pengaruh terhadap kecepatan proses desorpsi (v). semakin besar OH- maka kecepatan proses desorpsi akan semakin meningkat. Hal itu disebabkan karena OH- mempunyai sifat yang sama dengan CN- sehingga digunakan bersama karena sinergis. pH yang harus dijaga sekitar 12 atau 12,5.

3. Konsentrasi Sianida [CN-]

Semakin tinggi konsentrasi sianida maka kecepatan reaksi desorpsi juga akan meningkat, meskipun dengan menggunakan sianida berlebih peningkatan kecepatan reaksi tidak begitu signifikan pengaruhnya.

2.5 Gravity Concentrate Circuit (GCC)

Gravity Concentrate Circuit (GCC) adalah proses konsentrasi dengan

memanfaatkan perbedaan berat jenis. Produk GCC disebut dengan konsentrat yang kemudian akan dilindih di proses in line intensive leaching reactor (ILR).

 

   

 

   

   

   

(7)

Gravity concentration circuit digunakan untuk memisahkan mineral-mineral

dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Pada proses intensive leaching terjadi proses pelindian dengan menggunakan konsentrasi sianida yang lebih besar dari proses CIL. Proses intensive leaching menggunakan konsentrasi sianida sebesar 3.000-5.000 ppm. Besarnya konsentrasi sianida yang digunakan memungkinkan untuk terjadinya pelarutan logam Au-Ag yang lebih besar dibandingkan CIL yang menggunakan konsentrasi sianida sebesar 600-700 ppm. Kelebihan Gravity Concentrate Circuit dibandingkan dengan proses CIL yaitu :

1. meningkatkan total pengambilan logam,

2. meminimalkan emas berukuran besar di wilayah yang dapat diakses seperti sumps/pompa meningkatkan keamanan,

3. mengurangi reagen/konsumsi sianida, 4. pengurangan waktu tinggal,

5. pengurangan penanganan karbon, 6. mengurangi tingkat pemakaian karbon,

7. mengurangi kadar emas kasar di dalam sirkuit leach, 8. peningkatan pengambilan sampel dan rekonsiliasi,

2.6 Kolom Resin

Resin kolom penukar ion adalah proses penyerapan ion-ion oleh resin dengan cara ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin atau kolom tempat pertukaran ion- ion menggunakan adsorben. Di dalam kolom resin penukar ion terjadi pertukaran ion antara ion yang diserap oleh resin dengan ion resin tersebut. Ion yang ditukar (co-ion) dan ion resin (counter-ion). Resin kolom penukar ion selain itu juga berfungsi untuk menjaga resin agar tidak rusak karena apabila resin sampai kering maka resin dapat menjadi pecah dan secara otomatis fungsi dari resin yang dapat menukarkan ion tidak dapat berfungsi lagi dengan kata lain percobaan akan menjadi gagal. Aplikasi yang luas secara digambarkan sebagai berikut:

a. softening air,

b. demineralisasi (dengan atau tanpa pengangkatan silika), c. mixed bed,

 

   

 

   

   

   

(8)

d. aplikasi lain dalam pengolahan air :

• penghilangan nitrat,

• penghilangan logam berat,

• penghilangan zat organik / warna.

e. aplikasi industri :

• farmasi,

• makanan & minuman,

• pembangkit listrik tenaga nuklir,

• katalis dalam proses tertentu,

• pemulihan mulia logam.

Skema proses resin kolom penukar ion disajikan di Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Proses Resin In Column

Menurut SM Khopkar, 1990, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam resin penukar ion yaitu :

1. stabilitas mekanik yang tinggi,

2. tidak larut dalam air dan pelarut yang digunakan, 3. tahan terhadap asam dan basa yang mengoksidasi, 4. tahan terhadap panas,

5. tidak mempunyai daya adsorpsi terhadap ion lawan yang bergerak bebas, 6. dapat diregenerasi.

 

   

 

   

   

   

(9)

2.7 Atomic Absorption Spectrometry (AAS)

Spektometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau diserap. Salah satu bagian dari spektrometri adalah Atomic Absorption Spectrometry (AAS) merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al.,2000).

Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi (sinar) dan materi (atom). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom-atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untuk menyerap radiasi. Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom- atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari :

1. Hukum Lambert

Bila suatu sumber monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diluruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.

2. Hukum Beer

Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.

Pada alat AAS terdapat dua bagian utama, yaitu sel atom yang menghasilkan atom-atom gas bebas dalam keadaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk pengukuran sinyal. Skema umum dari alat AAS disajikan dalam Gambar 2.4.

Cara kerja dari AAS ini adalah :

a. sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga (Hollow Chatode Lamp) menghasilkan sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis resonansi, b. sampel diubah fasanya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam atomizer

dengan nyala api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan oksigen,

 

   

 

   

   

   

(10)

c. monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang berasal dari sumber sinar,

d. energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik dalam detektor,

e. energi listrik dari detektor inilah yang akan menggerakan jarum dan mengeluarkan grafik,

f. sistem pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca dari grafik.

Gambar 2. 4 Skema Umum Komponen pada Alat AAS (Sumber: Haswel,1991)

Kelebihan dari analisis dengan menggunakan AAS ini adalah : a. kepekaan lebih tinggi,

b. sistemnya relatif mudah,

c. dapat memilih suhu yang dikehendaki.

Sedangkan kekurangan dari analisis menggunakan AAS ini adalah : a. hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah, b. memerlukan jumlah larutan yang cukup relatif besar (10-15 ml), c. efisiensi nebulizer untuk membentuk aerosol rendah,

d. sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan secara langsung sampel padat.

2.8 Adsorben

Adsorben merupakan zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai di  

   

 

   

   

   

(11)

pabrik untuk menghilangkan zat

selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam padatan akan berubah terhadap waktu dan posisinya dalam kolom adsorpsi.

2.9 Resin

Resin mempunyai daya tahan yang kuat

operasi normal. Ukuran resin harus mempunyai diameter seragam, ukuran normal resin adalah

kompleks dari asam-asam resinat, alcoholresinat, resinotannol, ester

resene-resene. Mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan angus. Ada juga yang menganggap bahwa resin terd

dengan air menjadi dammar dan fitosterin.sifatnya tidak larut dal

larut dalam alkohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain lain. Struktur kimia resin

Gambar 2.5

pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam padatan akan berubah terhadap waktu dan posisinya dalam kolom

mempunyai daya tahan yang kuat dan tidak boleh larut dalam kondisi operasi normal. Ukuran resin harus mempunyai diameter seragam,

adalah antara 16 dan 50 mesh. Resin adalah larutan asam resinat, alcoholresinat, resinotannol, ester

resene. Mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan angus. Ada juga yang menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang dengan jalan adisi dengan air menjadi dammar dan fitosterin.sifatnya tidak larut dalam air, sebagian ohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain

a resin disajikan di Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur Kimia Resin.

larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam padatan akan berubah terhadap waktu dan posisinya dalam kolom

tidak boleh larut dalam kondisi operasi normal. Ukuran resin harus mempunyai diameter seragam, berbagai arutan yang asam resinat, alcoholresinat, resinotannol, ester-ester dan resene. Mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan angus. Ada juga yang zat terpenoid, yang dengan jalan adisi am air, sebagian ohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain-  

   

 

   

   

   

(12)

Product AF 5* AF 5 (highly activated)**

AF5

(highly porous)** Activated carbon Surface area

(BET) 1350 m2/g 1900 m2/g 1460 m2/g up to 1200 m2/g

Iodine-figure > 1180 mg/g > 1700 mg/g > 1300 mg/g ≈ 1100 mg/g

Water content < 1 % < 1 % < 1 % ≈ 4 %

Ash content 0,1 % 0,1% 0,3 % 4 – 6 %

Ball-Pan hardness >99 % >99 % >99 % 98 – 99 %

Pore volume 0,6 cm3/g 1,1 cm3/g 0,8 cm3/g 0,4 – 0,6 cm3/g

Bead size ≈ 0,60 mm ≈ 0,60 mm ≈ 0,60 mm > 1,3 mm

Bulk density 650 kg/m3 450 kg/m3 600 kg/m3 450 – 650 kg/m3

regeneration losses nearly none nearly none nearly none up to 15 %

mechanical stability very high very high very high moderate

* commercial product

** developing product

Berdasarkan bahan bakunya, resin penukar ion dapat diklasifikasikan sebagai resin organik dan anorganik. Resin organik biasanya berbahan dasar polistiren yang memiliki sifat stabil untuk suhu tinggi, dan sangat stabil terhadap bahan kimia/pelarut. Resin organik juga dapat dibuat oleh addition copolymeritation. Berdasarkan karakteristik pengoperasiannya, resin organik

dapat diklasifikasikan menjadi penukar kation asam kuat, penukar kation asam lemah, penukar anion basa kuat, dan penukar kation basa lemah. Resin anorganik dapat berbahan dasar alami (misalnya zeolit, feldspar, kaolin, aluminosilikat, chahabazite, analite), dan sintetik (dari bahan baku anorganik dengan proses

kristalisasi pada suhu dan tekanan tinggi). Keuntungan dari resin anorganik adalah harganya yang murah dan dapat digunakan pada suhu tinggi.

Karakteristik yang diperlukan resin penukar ion yaitu : - kapasitas muatan yang tinggi

banyaknya jumlah ion yang ditukarkan dalam resin per satuan berat resin (dinyatakan dalam ekivalen/gram resin),

- selektivitas yang tinggi,

- tidak larut dalam larutan pelindian, - tidak mudah aus.

Resin yang digunakan pada penelitian ini adalah resin netral AF5. Adapun karakteristik dari resin Lewatit AF 5 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakteristik Resin Lewatit AF5 dan Turunannya

Sumber : LANXESS, 2011  

   

 

   

   

   

(13)

Resin netral AF5 material resin yang dirancang untuk pemisahan dan pemurnian.

Bahan resin terbuat dari polimer sintetis dan mempunyai karasteristik serap dengan kondisi tertentu. Kondisi daya serapnya tinggi dan mempunyai tingkat selektifitas yang sangat baik untuk molekul polar kecil dengan menggunakan pelarut polar. Lewatit banyak digunakan untuk proses penyerapan dalam aplikasi pengolahan air dan untuk adsorpsi bahan organik seperti hidrokarbon terklorinasi, MTBE, phosphates organic, amina, pestisida, herbisida dan metabolit.

Kelebihan AF5 adalah mempunyai distribusi pori seragam, area permukaan yang besar, dan kapasitas serap yang tinggi. Mekanisme pemisahan ini melalui ikatan hydrogen energi rendah, sehingga metode elusi bisa digunakan untuk berbagai

larutan. AF5 umumnya dielusi dengan uap atau air panas, tanpa merusak permukaan AF5. Berbeda dengan adsorban butiran karbon, AF5 memiliki distribusi ukuran pori kecil dan stabilitas mekanik yang sangat baik. AF5 sangat baik untuk metode fixed bed atau fluidized adsorption beds.

2.10 Emas dan Perak 2.10.1 Sifat dan Kimia Emas

Emas merupakan unsur kimia dalam tabel periodik unsur dengan symbol Au (bahasa latin : Aurum) dan nomor atom 79. Emas adalah logam transisi dengan ciri fisik lembek, mengilap, kuning, malleable dan ductile. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi dapat bereaksi dengan kloron, flourin dan aqua regia.

Emas mudah ditempa dan berat jenisnya tergantung dengan jenis paduan emas dengan logam lain. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals) yang umumnya adalah kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non-logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas native, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon dan selenium. Jenis mineral pembawa emas di PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah emas elektrum. Emas  

   

 

   

   

   

(14)

elektrum merupakan jenis lain dari emas native akan tetapi kandungan emasnya kurang dari 20%.

Tabel 2.2 Sifat Fisik dan Kimia Emas

Sifat Nilai

Nomor atom 79

Massa atom relative 196,97 gram.mol-1 Konfigurasi electron [Xe] 4f14 5d10 6s1

Titik leleh 1.337 K (1.064°C)

Titik didih 3.081 K (2.808°C)

Jari-jari atom (Kisi Au) 0,14 nm

Massa jenis (pada 273 K) 19,32 gram.cm-3

Struktur Kristal Oktahedron dan Dodekahedron

Warna logam Kuning

Keelektronegatifan (skala Pauling) 2,54

Sifat magnetic Diamagnetik

Sumber : Wikepedia, 2011

2.10.2 Sifat Fisik dan Kimia Perak

Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel

merupakan sumber-sumber penting untuk menambang perak. Di PT Antam UBPE Pongkor, perak dan emas ada dalam bentuk elektrum.

Perak juga dapat diambil dalam proses pemurnian tembaga secara elektrolisis. Perak yang dijual secara komersil mengandung setidaknya 99,9%

perak. Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras dibanding emas dan sangat lunak dan mudah dibentuk, terkalahkan hanya oleh emas dan mungkin palladium. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air, tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang.

 

   

 

   

   

   

(15)

Tabel 2.3 Data Sifat Fisik dan Kimia Perak

Sifat Nilai

Nomor atom 47

Massa atom relative 107,87(2) g.mol-1 Konfigurasi electron [Kr] 4d10 5s1

Titik leleh 1.234,93 K (961,78 °C) Titik didih 2.435 K (2.162 °C) Jari-jari atom (Kisi Ag) 160 pm

Massa jenis (sekitar suhu kamar)

10,49 g.cm-³

Struktur Kristal kubus pusat muka

Warna logam Putih dan terang

Keelektronegatifan (skala Pauling)

1,93

Sifat magnetic Diamagnetik Sumber : Wikipedia, 2011

 

   

 

   

   

   

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan

Kimia Farmasi-Uji Kualitatif Senyawa Obat &amp; Bahan Pembantu Page 14 Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis kualitatif sederhana dengan hanya mereaksikan

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar seperti Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan peralatan medis yang prima dapat

Tempat penelitian adalah di SD Negeri 1 Wonokarto Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: 1) Kepala sekolah sebagai

• Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh

Efektifitas katalitik enzim lipase terimobilisasi pada zeolit alam akan dilihat dari kestabilan termal dan kestabilan penggunaan berulang melalui melalui reaksi hidrolisis

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

Sedangkan perlakuan terendah pada bagian P2, P3 dan P4 dengan level tepung 10, 15 dan 20% semakin banyak penambahan level tepung biji nangka maka akan semakin menurun