• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang siswa dituntut memiliki pemahaman terhadap pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan menempuh mata pelajaran di lembaga pendidikan umum dan juga harus mengamalkan apa yang telah dipahaminya.

Mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti yang terdapat di lembaga pendidikan umum tentu tidak sama seperti madrasah yang memang sudah dikenal sebagai sekolah yang mengutamakan pendidikan Islam.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Rouf, 2015) bahwasanya pelaksanaan program pendidikan agama Islam dan budi pekerti di berbagai sekolah di Indonesia, keberadaannya belum berjalan seperti yang diharapkan serta perlu terus menerus diawasi dan diupayakan perbaikan konsep dan implementasinya.

Saat situasi seperti ini maka diperlukan konsentrasi penuh untuk mendapatkan pemahaman kognitif yang maksimal dari pencapaian belajar mata pelajaran yang diajarkan. Konsentrasi merupakan perubahan perbuatan yang dinyatakan dalam bentuk kemampuan, pengaplikasian, serta penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, keahlian dan kecakapan dasar yang terdapat pada berbagai bidang studi dalam kegiatan terfokusnya suatu perhatian. Akan tetapi, jika konsentrasi siswa tersebut rendah maka akan berdampak penyerapan dan pemahaman materi yang berkurang (Aviana & Fitria Fatichatul Hidayah, 2015).

Faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep seorang siswa ialah faktor individu dan faktor sosial (Purwanto, 2007). Hal ini diperkuat oleh (Halomuan, 2021) bahwa salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi siswa terhadap gaya mengajar guru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Vinallia, 2018) gaya mengajar guru memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Gaya mengajar guru yang bervariasi mampu memotivasi siswa agar tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.

(2)

2

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ialah gaya mengajar, yang mana berkaitan dengan karakteristik kepribadian guru, serta kemampuan berinteraksi dengan seluruh siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuan implementasi gaya mengajar ialah untuk mentransferkan ilmu pengetahuan berupa pendidikan agama Islam dan budi pekerti, serta nilai- nilai moral di dalamnya kepada siswa, agar apa yang disampaikan oleh guru mudah dipahami dan dipelajarinya. Adapun macam-macam gaya mengajar guru menurut (Ali, 2010) ialah gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.

Melihat beberapa macam gaya mengajar di atas, maka gaya mengajar guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti memerlukan beberapa variasi untuk digunakan dalam proses pembelajaran dengan memudahkan siswa dalam memahami materi pendidikan Islam. Gaya mengajar merupakan suatu cara bagaimana guru menyampaikan informasi kepada siswa (Djauhari, 2016). Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan yang harus dikuasai untuk dapat mentransferkan ilmu pendidikan Islam kepada siswa, karena juga akan memberikan nilai-nilai moral di dalamnya dengan memvariasi beberapa macam gaya mengajar di atas agar siswa selalu berpartisipasi dan antusias pada saat proses pembelajaran.

Bagi seorang guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti, prestasi belajar siswa sangat penting sekali karena merupakan indikator keberhasilan dalam kegiatan memberikan pemahaman ilmu pengetahuan. Sebagaimana pernyataan yang dikemukakan oleh (Anwar et al., 2020) yang menyatakan bahwa seorang guru yang berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian tujuan khusus dan umum instruksional. Yang secara tidak langsung juga dilihat dari hasil belajar atau perkembangan kemampuan siswa.

Melalui gaya mengajar guru, siswa akan mampu menunjukkan ketekunan dalam belajarnya untuk mencapai ketuntasan belajar (Anwar et al., 2020). Oleh karena itu, guru harus sering memberikan latihan-latihan pemahaman materi kepada siswa karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak

(3)

3

memberikan tindak lanjut secara terus menerus, karena proses pembelajaran tidak dibebankan pada guru saja melainkan juga para siswa yang harus turut andil dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai keberhasilan yang sudah ditentukan.

SDN Pagarbatu II sebagai salah satu lembaga pendidikan umum yang terletak di Kabupaten Sumenep belum menerapkan sistem variasi gaya mengajar, yaitu menggunakan gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional. Dalam hal ini, gaya mengajar klasik di sini ialah menggunakan metode ceramah dan hanya guru yang dominan pada saat pembelajaran. Sedangkan gaya mengajar teknologis ialah pembelajaran yang menggunakan perangkat atau media. Gaya mengajar personalisasi ialah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk dapat mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Adapun gaya mengajar interaksional ialah dengan cara berdialog antara guru dengan siswa, sehingga guru dan siswa sama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi sementara yang peneliti lakukan di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep, guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti di sekolah tersebut masih kurang mengerti mengenai gaya mengajar, sehingga membuat guru kurang memperhatikan gaya mengajarnya. Bahkan yang sering terjadi di lapangan guru hanya sekedar menyampaikan materi atau memberikan tugas saja tanpa memperhatikan gaya mengajar yang digunakannya. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor penyebab guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SDN Pagarbatu II tanpa sadar menggunakan gaya mengajar yang sama dan tidak bervariasi. Dalam pengamatan lapangan, ditemukan bahwa di sekolah tersebut masih terdapat beberapa siswa yang mengalami kesusahan dalam memusatkan perhatiannya terhadap penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Beberapa di antaranya ialah mudah merasa bosan dan jenuh sehingga tidak memperhatikan guru, serta masih terdapat 12 dari jumlah total 20 siswa kelas 5 yang masih mendapatkan nilai di bawah rata-rata pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

Melihat beberapa fakta lapangan tersebut, penelitian ini akan berfokus untuk mengkaji gaya mengajar guru dan pemahaman siswa. Peneliti ingin

(4)

4

mengetahui pengaruh atau keterkaitan antara gaya mengajar guru terhadap pemahaman siswa kelas 5 di SDN Pagarbatu II karena adanya gaya mengajar yang berbeda, maka tentu akan menghasilkan pemahaman siswa yang berbeda dan dapat dilihat pada hasil belajarnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gaya mengajar guru terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta di lapangan yang sudah diamati secara seksama dan memperhatikan kerangka berpikir dari berbagai referensi yang sudah dikumpulkan peneliti, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar klasik terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas V di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep?

2. Apakah terdapat pengaruh gaya mengajar personalisasi terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas V di SDN Pagarabatu II Kabupaten Sumenep?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagaimana di bawah ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar klasik terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas V di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep.

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar personalisasi terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas V di SDN Pagarabatu II Kabupaten Sumenep.

D. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui beberapa hal yang sudah dijabarkan di atas mulai dari latar belakang hingga tujuan penelitian, yang akan dilanjut hingga hasil akhir

(5)

5

penelitian, maka terdapat beberapa manfaat yang bisa diambil oleh berbagai pihak dan untuk banyak kepentingan, di antaranya:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dapat menjadi konsep teori atau gagasan ilmiah yang mampu memberikan sumbangsih ilmu baik secara langsung dan tidak langsung, khususnya di bidang pendidikan pada kajian tentang gaya mengajar dan pemahaman siswa di mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa dalam proses pemahaman materi serta konsep pendidikan agama Islam dan budi pekerti, juga dapat menjadi motivasi bagi seluruh siswa.

b) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk menambah wawasan guru dalam memvariasi gaya mengajar agar berpengaruh pada pemahaman siswa, dapat meningkatkan keterampilan dan kreatifitas guru sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti lebih kreatif, efektif, dan menarik sesuai karakteristik siswa sehingga pembelajaran pendidkan agama Islam dan budi pekerti lebih bermakna.

c) Bagi Sekolah

Selain bisa digunakan untuk mengetahui gaya mengajar guru di dalam kelas dan efektivitasnya dalam meningkatkan pemahaman siswa, pihak sekolah juga bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai evaluasi agar lebih baik kedepannya.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah diperlukan dalam sebuah penelitian yang berfungsi untuk memperjelas sekaligus memudahkan peneliti dalam mengkaji pemaknaan, pendefinisian, penafsiran, dan penyimpulan kajian yang dilakukan. Sehingga dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Mengajar Guru Terhadap

(6)

6

Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep” akan lebih mudah menggambarkan hal-hal yang lebih konkrit. Berikut ini merupakan batasan istilah yang digunakan oleh peneliti:

1. Gaya Mengajar Guru

Suatu cara, metode, tampilan, proses menyampaikan yang dilakukan guru selama pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk mencapai tujuan dapat disebut dengan gaya mengajar guru (Laily et al., 2020). Sedangkan menurut (Al Khumaero, 2017) adalah sebuah seni atau cara khas dan ciri khas guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau transfer ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan khusus dan umum dari proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan cara, metode, dan bentuk penampilan seorang guru dalam menambahkan pengetahuan, mengembangkan kemampuan, serta membimbing perilaku dan kepribadian setiap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam penelitian ini, gaya mengajar guru yang dimaksud ialah cara, metode, serta bentuk penampilan yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam di SDN Pagarbatu II pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

2. Pemahaman Siswa

Pemahaman dapat digambarkan sebagai suatu kemampuan seseorang dalam membuat arti, makna, penafsiran, menerjemahkan, dan menjelaskan terkait suatu hal yang telah diketahuinya melalui proses belajar dan mampu mengaitkannya dengan nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya (Afriani, 2018). Menurut Em Zul dkk dalam (Kholidah &

Sujadi, 2018) pemahaman berasal dari kata “paham” atau mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses agar dapat memahami. Adapun menurut Purwanto dalam (Nurdyansyah et al., 2018) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.

(7)

7

Berdasarkan pendapat di atas, maka pengertian pemahaman siswa dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan siswa dalam memahami arti atau konsep, seperti memaknai, menafsirkan, serta menyatakan sesuatu yang telah diketahui dengan caranya sendiri. Pemahaman siswa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kemampuan siswa untuk mengerti atau memahami arti atau konsep yang telah diketahui dan diingat dari apa yang telah disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam di sekolah.

3. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan memiliki kata dasar “didik” yang memiliki makna sebagai sebuah perbuatan atau cara dalam menuju tujuan atau suatu hal.

Sementara itu arti “pendidikan agama” sendiri apabila merujuk dalam istilah religion education (bahasa Inggris), maka dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau cara yang bertujuan untuk membuat seseorang lebih mendalami agama (Ahyat, 2017). Itulah mengapa seseorang yang memiliki agama juga disebut orang beragama (umat beragama).

Menurut Zakia dalam (Solehudin, 2017) disebutkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu perbuatan atau cara yang mengajarkan ajaran-ajaran atau ilmu pengetahuan agama Islam, berhubungan dengan peserta didik untuk memahami, menghayati, hingga mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan pengetahuan agama sebagai pedoman untuk kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Adapun pengertian budi pekerti menurut (Hidayat et al., 2018) dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan sebagai moralitas, yaitu ialah perilaku, sopan santun, dan adat istiadat. Sedangkan berdasarkan sinonimnya juga dapat dinyatakan sebagai tabiat, adab, akhlak, watak, karakter, dan juga sifat kejiwaan.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha didikan, bimbingan, dan asuhan terhadap siswa agar mereka dapat mengamalkan ajaran agama yang telah dipahami, dihayati dan

(8)

8

diyakininya, serta agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam keselamatan dan kesejahteraan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengartikan bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah satu kegiatan pada mata pelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di SDN Pagarbatu II Kabupaten Sumenep untuk dapat dipahami, dihayati dan diyakininya, serta dijadikan pedoman dalam keselamatan dan kesejahteraan hidupnya sehingga dapat diamalkan oleh masing-masing siswa yang telah mendapat pengetahuan terkait mata pelajaran pendidikan agama Islam.

4. SDN Pagarbatu II

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pagarabatu II Kabupaten Sumenep. Dengan memperhatikan populasi homogen demi kelancaran penelitian, peneliti menggunakan sampel siswa kelas V yang sedang menempuh mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan dibimbing guru yang menggunakan beberapa macam gaya mengajar sebagai objek penelitian.

F. Asumsi Dasar Penelitian

Dengan berbagai hal yang sudah diuraikan di dalam latar belakang masalah dan turunannya, maka dapat disusun asumsi dasar dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, sebagaimana berikut:

1. Guru yang menggunakan gaya mengajar klasik akan menjadikan siswa lebih cepat dalam memahami materi pelajaran.

2. Guru yang tidak menggunakan gaya mengajar klasik akan membuat siswa lambat dalam memahami materi pelajaran.

3. Guru yang menggunakan gaya mengajar personalisasi akan menjadikan siswa lebih cepat dalam memahami materi pelajaran.

4. Guru yang tidak menggunakan gaya mengajar personalisasi akan membuat siswa lambat dalam memahami materi pelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil inilah maka timbul tantangan untuk memperbaiki promosi ini di promosi ulang ini dan juga diharapkan dengan berhasilnya promosi ini maka jumlah pemakai produk ini

Biakan bakteri uji diambil menggunakan jarum steril dan diinokulasikan dengan cara ditusukan pada medium agar padat pada tabung reaksi kemudian diinkubasi pada

kepentingan kelompok tertentu saja. Sehingga, segala bentuk hambatan dapat terselesaikan, termasuk hambatan akses bagi golongan tertentu. Bucy dalam Media Access

Menyerahkan copy sah ijazah atau Surat Keterangan dari Kepala Sekolah bahwa telah mengikuti Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015 bagi calon peserta didik dari SD/MI,

1) Kurikulum implementatif TKA-TPA memuat 3 materi pokok, yaitu: Akidah, Akhlak dan Ibadah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Asngari, Direktur TPA Masjid

Berfungsi untuk memfasilitasi transmisi informasi, dimana perlengkapan komunikasi terdiri dari modem yang memfasilitasi transmisi data lewat jaringan telefon pada processor

Kesalahan penggunaan frasa dalam pengumuman-pengumuman untuk mahasiswa yang ditempel pada papan pengumuman di lingkungan STKIP Santu Paulus Ruteng berjumlah empat

[r]