• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Dirjen Bea dan Cukai, P - 15/BC/2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peraturan Dirjen Bea dan Cukai, P - 15/BC/2007"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 15/BC/2007

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN ATAS JAM TANGAN DAN PERHIASAN

YANG PADA SAAT PEMASUKANNYA KE DALAM DAERAH PABEAN INDONESIA BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN PABEANNYA

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka penegakan hukum dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat luas, akan dilaksanakan penindakan secara tegas sesuai ketentuan yang berlaku terhadap barang dengan karakteristik mempunyai nilai ekonomi tinggi berupa jam tangan dan perhiasan yang pada saat pemasukannya ke dalam Daerah Pabean Indonesia belum diselesaikan kewajiban pabeannya;

b. bahwa upaya penindakan tersebut dimulai dengan pendekatan fiskal dengan memberi kesempatan kepada pemilik atau penjual barang sebagaimana dimaksud huruf a untuk menyelesaikan kewajiban pabean dengan cara melunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor;

c. bahwa berdasarkan persetujuan Presiden Republik Indonesia, Menteri Keuangan menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk menyiapkan petunjuk pelaksanaan dalam rangka penyelesaian kewajiban pabean dengan pendekatan fiskal;

d. bahwa berdasarkan hal tersebut pada huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kewajiban Pabean Atas Jam Tangan Dan Perhiasan Yang Pada Saat Pemasukannya Ke Dalam Daerah Pabean Indonesia Belum Diselesaikan Kewajiban Pabeannya;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4661);

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.05/1997 tentang Pemberitahuan Pabean;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 112/KMK.03/2003;

4. Surat Menteri Keuangan Nomor S-167/MK.04/2007 tanggal 19 April 2007;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN ATAS JAM TANGAN DAN PERHIASAN YANG PADA SAAT PEMASUKANNYA KE DALAM DAERAH PABEAN INDONESIA BELUM DISELESAIKAN

(2)

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini, yang dimaksud dengan:

1. Jam tangan dan perhiasan adalah jam tangan dan perhiasan yang pada saat pemasukannya ke dalam Daerah Pabean Indonesia belum diselesaikan kewajiban pabeannya.

2. Pengusaha adalah pihak yang menjual dan/atau menyimpan barang untuk diperdagangkan berupa jam tangan dan/atau perhiasan di toko, outlet, tempat/gudang penyimpanan, atau tempat lain semacam itu;

3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai;

Pasal 2

(1) Terhadap jam tangan dan perhiasan yang belum diselesaikan kewajiban pabean pada saat pemasukannya ke dalam daerah Pabean, wajib diselesaikan

kewajiban pabeannya.

(2) Penyelesaian kewajiban pabean sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pengusaha dengan melunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

(3) Jumlah dan Jenis barang yang wajib diselesaikan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah saldo akhir

persediaan eks impor per tanggal 30 April 2007 ditambah importasi sampai dengan tanggal permohonan.

Pasal 3

(3)

(1) Pengusaha atau kuasanya mengajukan permohonan penyelesaian kewajiban pabean kepada Direktur Jenderal u.p.

Direktur Teknis Kepabeanan sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal ini.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri:

a. Fotokopi identitas pemilik (KTP/Paspor);

b. Fotokopi NPWP;

c. Fotokopi sertifikat/brosur (apabila ada);

d. Laporan Saldo Akhir Persediaan jam tangan dan/atau perhiasan eks impor per 30 April 2007 dan per tanggal permohonan sesuai dengan format yang ditetapkan

dalam Lampiran II;

e. Daftar barang yang meliputi jumlah, jenis, merek, dan spesifikasi barang

beserta harganya dan/atau bukti-bukti pembelian sesuai dengan format yang ditetapkan dalam Lampiran III;

f. Surat kuasa, apabila pengurusannya

dikuasakan kepada pihak lain.

(3) Untuk menguji kebenaran laporan saldo akhir persediaan persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan pemeriksaan persediaan barang yang terdapat di toko, outlet, tempat/gudang penyimpanan, atau tempat lain semacam itu.

(4)

(4) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdapat indikasi ketidakbenaran pemberitahuan laporan saldo akhir persediaan, dapat dilakukan audit oleh Direktorat Jenderal.

Pasal 4

(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) diproses sepanjang telah diterima pada tanggal 1 Juli 2007 sampai dengan 31 Agustus 2007.

(2) Terhadap jam tangan dan perhiasan yang tidak diajukan permohonan

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) sampai dengan tanggal 31 Agustus 2007 dilakukan penindakan sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pasal 5

(5)

(1) Atas permohonan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) diterbitkan

Keputusan Direktur Jenderal tentang pemberian izin penyelesaian kewajiban pabean yang ditandatangani oleh Direktur Teknis Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal sesuai contoh sebagaimana ditetapkan

dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal ini.

(2) Dalam Keputusan Direktur Jenderal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan penetapan klasifikasi, pembebanan, dan nilai pabean sesuai ketentuan yang berlaku pada saat penetapan.

(3) Untuk kepentingan Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk, Nilai Tukar mata uang yang digunakan adalah Nilai Tukar Mata Uang pada saat penetapan Nilai Pabean.

Pasal 6

Pengusaha atau kuasanya mengajukan Pemberitahuan Impor Barang Tertentu(PIBT) secara manual disertai bukti pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yang ditunjuk, yaitu KPBC Medan, KPBC Teluk Bayur, KPBC Palembang, KPBC Bandung, KPBC Soekarno Hatta, KPBC Tanjung Emas, KPBC Surakarta, KPBC Juanda, KPBC Balikpapan, KPBC Ngurah Rai, KPBC Manado, atau KPBC Makassar.

Pasal 7

(6)

(1) Pelunasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor dilakukan melalui bank devisa persepsi/pos persepsi.

(2) Pelunasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal Keputusan Direktur Jenderal sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

(3) Apabila sampai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang belum dilunasi, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) dari bea masuk dan pajak dalam rangka impor setiap bulan, bagian bulan dihitung satu bulan, dengan pelunasan paling lambat pada tanggal 31 Desember 2007.

(4) Terhadap jam tangan dan perhiasan yang tidak dilunasi sampai dengan tanggal 31 Desember

2007 dilakukan penindakan sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pasal 8

(7)

Pasal 9

(1) Kepala KPBC tempat

penyelesaian kewajiban pabean melaporkan realisasi penyelesaian kewajiban pabean kepada Direktur Teknis

Kepabeanan setiap bulan.

(2) Direktur Teknis Kepabeanan melaporkan realisasi penyelesaian kewajiban pabean kepada Direktur Jenderal.

Pasal 10

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Juni 2007

Direktur Jenderal Bea Dan Cukai, ttd,

Anwar Suprijadi NIP 120050332

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jakarta, 02 Agustus 2013 Unit Layanan Pengadaan Kementerian Perindustrian Kelompok Kerja

Aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap radikal bebas DPPH Aktivitas penangkal (scavenging) radikal bebas dari ketiga ekstrak daun kunyit dievaluasi dengan pengujian radikal

[r]

Unit Layanan Pengadaan Kementerian Perindustrian melalui http://ipse .kemenperin.go.id1. Demikian Pengumuman ini, untuk diketahui oleh seluruh Peserta Pelelangan

Jika ada anggota keluarga yang tidak pergi maka ada pintu rumah yang tidak dikunci rapat.. Jika ada pintu rumah yang tidak di kunci rapat maka ada anggota keluarga yang

Suspensi atau disebut juga suspensi kasar merupakan campuran heterogen antara fase terdispersi dalam medium pendispersi.. Secara umum, terdispersi adalah padatan, sedangkan

1) Penyusunan rencana Kegiatan UKS terdiri dari pembentukan tim pelaksana UKS, dan penyusunan rencana kegiatan UKS yang meliputi: Dana kegiatan UKS, perencanaan sarana dan