i
PENULISAN SKRIPSI
SINKRONISASI PERDA KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN PELACURAN TERHADAP CONVENTION ON
THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMINATION AGAINTS WOMAN ( CEDAW )
Diajukan oleh :
VIOLETA MEICELYA DAVID
NPM : 150511864
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Sistem Peradilan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2020
ii
PENULISAN SKRIPSI
SINKRONISASI PERDA KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN PELACURAN TERHADAP CONVENTION ON
THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMINATION AGAINTS WOMAN ( CEDAW )
Diajukan oleh :
VIOLETA MEICELYA DAVID
NPM : 150511864
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Sistem Peradilan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2020
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENULISAN SKRIPSI
SINKRONISASI PERDA KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN PELACURAN TERHADAP CONVENTION ON
THE ELIMINATION OFF ALL FORM OF DISCRIMINATION AGAINTS WOMAN ( CEDAW )
Diajukan Oleh :
VIOLETA MEICELYA DAVID
NPM : 150511864
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Sistem Peradilan
Telah Disetujui Untuk Ujian Pendadaran
Dosen Pembimbing Tanggal : 21 Mei 2020
Dr. G. Widiartana,S.H.,M.Hum. TandaTangan :………
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya yang telah dilimpahkan dalam kehidupan penulis, sehingga penulisan Hukum/ Skripsi dengan judul “SINKRONISASI PERDA KOTA TANGERANG NO 8 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN PELACURAN TERHADAP KONVENSI CEDAW” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan Hukum/ Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu, pada program studi Ilmu Hukum dengan Kekhususan Sistem Peradilan di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Penulisan Hukum/ Skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak yang senantiasa memberikan dukungan, dan bantuan, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Y. Sari Murti Widiyastuti, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2. Bapak Dr. G. Widiartana,S.H.,M.Hum. selaku dosen pembimbing Penulisan Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat yang berguna bagi penulis.
3. Tim Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
4. Orang Tua penulis Mama yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan telah sabar mendengarkan cerita dan keluh kesah penulis, serta terimakasih telah menjadi orang tua yang luar biasa bagi penulis.
vi
5. Talenta dan Putri yang sudah menjadi sahabat sekaligus mama kedua dan ke tiga selama 5 tahun, selalu memberikan perhatian, bantuan, motivasi, dukungan serta tekanan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
6. 3 Idiot 2 Princess ( Meylis, Rainhard, Gloryus, Andrew ), silvia, kristofyn selaku sahabat terbaik penulis yang selalu ada dan selalu memberikan dukungan serta perhatiannya kepada penulis.
7. Pitu squad ( Jemima, Vidya, Wulan, Eka, Clarita, Meyranthy), Banevel, Mariana, Ricky, Edward, Andre’Sarapil, Andika’Polimpung, Hendra, Carlos, Aldo, Ayen, Irfan, Arno, Erickson, Abang’Erick, kak’Riana, Jackward, Billy, Mika yang sudah menjadi saudara, sahabat, teman terbaik yang selalu ada dan selalu memberikan motivasi agar penulis cepat menyelesaikan penulisan skipsi ini.
8. Kurniyawan Abdulazis Loleh, Mama anti, Om Epeng yang selalu memberikan motivasi, tekanan serta desakan agar penulis segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman kelompok 44 Sendangrejo ( Helena, Diana, Tannya, Cicil, Jerry, Aldo, Leon, Marcel, Ino) dan Ibu dukuh yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
10. ASKO/ADPL dan Peserta KKN77 unit G yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
vii
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 21 Mei 2020
Violeta Meicelya David
viii ABSTRACT
This thesis is entitled "Synchronization of Tangerang Regional Regulation No. 8 of 2005 concerning Prohibition of Prostitution against the CEDAW Convention". This study aims to determine whether or not the Tangerang Regulation No. 8/2005 contradicts the Prohibition of Prostitution against the CEDAW Convention. This type of research is a normative study that focuses on positive law. The data in this study were collected with literature review study and the conclusions were drawn using the deductive thinking method. The results showed that Tangerang Regulation No. 8/2005 concerning Prohibition of Prostitution is contrary to the CEDAW Convention because the Regulation do not only limit the women rights but also it has the potential to judge without compromise leading to cases of wrongful arrests. The contents inside the Regional Regulation article are also discriminatory and unclear. Hence, the misinterpretation of the Legal Language or multiple interpretation is the cause of law enforcement lackness.
Keywords: Prohibition of Prostitution, CEDAW
ix DAFTAR ISI
PENULISAN SKRIPSI ... i
PENULISAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... xi
BAB I ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 6
F. Batasan Konsep ... 11
G. Metode Penelitian ... 11
BAB II ... 13
x
A. Tinjauan mengenai larangan pelacuran ... 14
1. Pengertian Pelacuran ... 14
2. Penyebab Timbulnya Pelacuran ... 15
3. Pengaturan tentang Pelacuran ... 18
4. Penanggulangan Pelacuran ... 20
B. Kajian tentang Konvensi CEDAW dalam rangka melindungi hak perempuan ... 25
1. Pengertian CEDAW ... 25
2. Prinsip-prinsip CEDAW ... 26
3. Pelaksanaan CEDAW di Indonesia dalam rangka melindungi hak perempuan ... 30
C. Analisis tentang Sinkronisasi PERDA kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran terhadap Konvensi CEDAW ... 31
BAB III ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA
xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum/skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis dan bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Yogyakarta, 15 Mei 2020 Yang menyatakan,
Violeta Meicelya David
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Hak Asasi Manusia (human right) merupakan hak manusia, yang melekat pada manusia, dimana manusia juga dikaruniai akal pikiran dan hati nirani. 1 Hak asasi manusia tidak bisa dicabut, karena merupakan anugerah Tuhan yang melekat pada diri manusia sejak masih dalam kandungan. Oleh karena itu, hak asasi manusia wajib dihormati dan dilindungi oleh negara, hukum, pemeritah dan setiap orang.
Hak asasi manusia bersifat universal, artinya berlaku umum tanpa memandang latar belakang kultural, agama, usia, jenis kelamin dan warna kulit. Prinsip-prinsip hak asasi manusia antara lain prinsip kesetaraan, prinsip non diskriminasi dan prinsip kewajiban untuk melindungi hak-hak tertentu. Larangan diskriminasi adalah salah satu bagian penting prinsip kesetaraan, karena akan menimbulkan kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya sama atau setara. Diskriminasi sering didasarkan pada alasan jenis kelamin, suku atau ras, warna kulit, paham politik, agama, kebangsaan, cacat tubuh dan lain sebagainya.
Selain sudah diatur dalam konstitusi, TAP MPR, UU HAM dan UU lainnya, pemerintah Indonesia juga meratifikasi beberapa instrumen HAM Internasional dan menjadi bagian dari hukum nasional Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang menandatangani konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi
1 Suryadi, 2002, Dasar-dasar Hak Asasi Manusia, PBHI, Jakarta, hlm 7
2
terhadap perempuan dan telah meratifikasinya melalui UU RI No.7 tahun 1984.
Konvensi ini mendefinsikan prinsip-prinsip tentang hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia, norma-norma dan standar-standar kewajiban, serta tanggung jawab negara dalam penghapusan segala diskriminasi terhadap perempuan. Dalam konvensi CEDAW sangat ditekankan tentang arti penting persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang kehidupan baik bidang ekonomi, sosial dan budaya, maupun bidang sipil dan politik. Perempuan mempunyai kedudukan yang rentan untuk mendapat perlakuan diskriminatif sehingga harus diberi perlindungan khusus. Diskriminasi terhadap perempuan melanggar asas persamaan dan penghargaan terhadap martabat manusia, karena menghambat pertumbuhan kemakmuran masyarakat dan tidak memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengembangkan potensinya dalam pengabdiannya kepada negara. Untuk menjamin penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, maka hak asasi perempuan tersebut harus diatur dalam asas-asas hukum, prinsip-prinsip hukum dan norma-norma hukum. Hal ini terkait dengan hubungan hukum dan hak asasi manusia (HAM). Hukum memiliki supremasi (supreme) kedudukan tertinggi untuk dipatuhi. Hal ini dengan tegas telah diungkapkan oleh pemikir-pemikir hukum dan negara. Teorinya dikenal dengan Rechtssouvereinteit (teori kedaulatan hukum) bahwa hukumlah yang mempunyai kedaulatan tertinggi dalam suatu negara. Negara harus tunduk pada hukum (konstitusi) Grondrecht dan pemerintah harus dijalankan berdasarkan hukum.2
2 Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi, Sinar Grafita, Jakarta, hlm.18
3
Diskriminasi terhadap perempuan masih banyak terjadi. Negara bertanggung jawab dalam perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia, karena yang berpotensi melakukan pelanggaran hak asasi manusia adalah aparat atau petugas yang memiliki kewenangan dan kekuasaan sehingga dapat disalah gunakan. Peraturan-peraturan yang dijadikan sebuah hukum oleh pemerintah salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan, namun hal itu belum terbukti. Carol Smart berpendapat bahwa :
“hukum tidak bisa secara mudah menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan. Bahasa dan sistem hukum yang baik adalah bahasa dan sistem hukum yang netral terhadap para pihak. Asas praduga tak bersalah terhadap tersangka dan terdakwa, alat bukti dan barang bukti seringkali mempersulit proses pembuktian terjadinya diskriminasi.”3
Sampai saat ini sudah banyak produk-produk hukum yang secara langsung mendiskriminasi perempuan melalui pembatasan hak kemerdekaan berekspresi seperti cara berpakaian, pengurangan hak atas perlindugan dan kepastian hukum karena mengkriminalisasi perempuan dan pengabaian hak atas penghidupan dan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Aturan tersebut bertentangan dengan dengan konstitusi dan melanggar hak asasi manusia. Dari hasil laporan yang disusun pada tahun 2014 oleh Komnas Perempuan, ditemui ada 154 peraturan daerah yang mendiskriminatif terhadap perempuan yang diterbitkan. Sebanyak 19 diantaranya diterbitkan pada tingkat provinsi, sementara tingkat kabupaten/kota ada 134 peraturan, dan 1 peraturan tingkat desa. Menurut ketua Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPP-RI) Ir.Hj.Andi Timo Pangerang, maraknya
3 https://www.jurnalperempuan.org/blog/diskriminasi-kekerasan-dan-hilangnya-hasrat-atas- kesetaraan-gender diakses tanggal 20 Oktober 2019, pukul 20.00
4
kebijakan diskriminatif terutama di daerah-daerah tidak terlepas dari persoalan keterwakilan perempuan.4
Salah satu peraturan daerah yang mendiskriminasi perempuan yaitu PERDA No.8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di kota Tangerang. Kasus seorang pelayan restoran bernama Lilis Lisdawati yang sedang hamil 2 bulan dituduh telah melanggar PERDA No.5 tahun 2005 sebagai seorang pelacur karena dia masih berada di jalan mencari angkot untuk pulang ke rumah pukul 23.00 WIB. Meski dia menyangkal sebagai pelacur, dia tetap dijatuhi hukuman 8 hari penjara dan denda Rp.300.000,- . Lilis Lisdawati dihukum berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PERDA pelarangan pelacuran yang berbunyi sebagai berikut : ”Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan, sehingga menimbulkan suatu anggapan bahwa ia/mereka pelacur dilarang berada di jalan-jalan umum, dilapangalapangan,dirumah penginapan, losmen, hotel,srama, rumah penduduk/kontrakan, warung-warung kopi, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, di sudut-sudut jalan atau di lorong-lorong atau tempat-tempat lain di daerah”.5 Tidak terima dengan kejadian salah tangkap dan tuduhan tersebut, Lilis Lisdawati kemudian Mengugat Walikota Tangerang namun gugatannya ditolak oleh Pengadilan Negeri Tengerang. Akibat dari kasus yang menimpa Lilis Lisdawati ini dia dikeluarkan dari tempat ia bekerja dan suaminya yang berprofesi sebagai seorang guru juga berhenti dari pekerjaannya, mereka terlilit hutang dan
4 https://tirto.id/perda-yang-menindas-perempuan-bx7s diakses tanggal 20 Oktober 2019, pukul 20.15
5 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KotaTangerang-8-2005.pdf diakses tanggal 20 Oktober 2019, pukul 20.35
5
akibatnya Lilis Lisdawati depresi hinga akhirnya meninggal dunia. Kasus salah tangkap yang dialami Lilis Lisdawati hanya salah satu contoh dari beberapa kasus salah tangkap yang terjadi terkait dengan PERDA Nomor 8 tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di kota Tangerang.
Banyak pihak yang menginginkan PERDA Nomor 8 tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran ini dibatalkan karena razia yang dilakukan pemkot Tangerang berupa penangkapan dan penahanan yang hanya didasarkan pada anggapan atau persangkaan. Oleh karena itu, masyarakat Tangerang meminta permohonan uji materi ke Mahkamah Agung, namun oleh hakim Mahkamah Agung permohonan uji materi terkait Perda tersebut ditolak sehingga Perda Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 hingga saat ini masih berlaku.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan yang sudah penulis sampaikan di atas, maka permasalahannya adalah :
Apakah PERDA Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran bertentangan dengan konvensi CEDAW?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang melandasi penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui dan menganalisis bertentangan atau tidaknya PERDA Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran terhadap konvensi CEDAW.
6 D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta bahan pemahaman untuk penelitian sejenisnya yaitu pembentukan peraturan daerah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau pembuat aturan-aturan dalam membuat peraturan khususnya peraturan daerah untuk melindungi hak dan kewajiban masyarakat serta menjaga tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan.
E. Keaslian Penelitian
Penulisan hukum yang berjudul “Sinkronisasi PERDA Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran terhadap Konvensi CEDAW” ini benar-benar merupakan hasil karya asli penulis sendiri, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat dari karya penulis lain. Keaslian penulisan hukum ini dapat dibuktikan dengan membandingkan dengan penulisan hukum atau skripsi yang telah ditulis oleh penulis sebelumnya sebagai bukti keaslian:
1. Titis Adityo Nugroho, 02400110 Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang 2007.
7
Menulis dengan judul Pelaksanaan Pasal 4 Ayat (1) Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran. Rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran yang dilakukan oleh Satpol PP? apa saja kendala yang dihadapi oleh Satpol PP Kota Tangerang dalam melaksanakan Pasal 4 ayat (1) PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran? Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dalam melaksanakan PERDA Nomor 8 tahun 2005 pada tahun 2006, Satpol PP dibantu pihak-phak lain, antara lain KPM (Kantor Pemberdayaan Masyarakat), pihak kepolisian, Garnizun, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS ) pada tahun 2006 telah menangkap 563 pelacur dalam operasi penertiban. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa Satpol PP dalam melaksanakan operasi penertiban pelacuran selama tahun 2006 dilaksanakan secara serius, karena banyaknya jumlah pelacur yang ditangkap. Adapun kendala-kendala yang dihadapi Satpol PP dalam pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan pelacuran adalah adanya interest group (orang yang berkepentingan lain) bocornya informasi operasi penertiban, alasan klasik (kesulitan ekonomi dan tidak memiliki keahlian), ancaman hukuman rendah, dan kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap PERDA Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran.
2. Linda Tri Handayani, 020710101047 Fakultas Hukum, Universitas Jember tahun 2007.
8
Menulis dengan judul Perlindungan Hukum Kaum Perempuan dengan Adanya Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tetang Pelarangan Pelacuran. Rumusan masalahnya adalah Apakah prosedur pembentukan PERDA No.0 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran tidak bertentangan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah?
Apakah PERDA Nomor 8 Tahun 2005 memberikan perlindungan khususnya bagi kaum perempuan?
Hasil penelitiannya menunjuk bahwa suatu peraturan daerah harus sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi serta tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya dan harus memberikan suatu perlindungan hukum kepada masyarakat khususnya kaum perempuan agar tercipta suatu keharmonisan hidup dalam daerah kota Madyah kota Tangerang khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kesimpulan yang didapat yaitu bahwa peraturan di kota tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran tidak sesuai dengan Pasal 137 dan Pasal 138 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang peraturan daerah, serta kurang memberikan perlindungan hukum khususnya terhadap kaum perempuan sehingga nantinya menimbulkan kerang harmonisan dalam berbangsa dan bernegara.
3. Naomi Febrina Sinaga, 141000274 Fakultas Hukum, Universitas Pasundan Bandung 2018.
9
Menulis dengan judul Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran di Kota Tangerang ditingkat Penyidikan Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Rumusan masalahnya adalah bagaimanakah implementasi peraturan daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang? Bagaimana proses penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang? Apa faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang? Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang masih kurang jelas dalam bahasa hukum yang tertulis dari isi pasal dalam Perda tersebut. Karena tidak memenuhi syarat sebagai tindak pidana, serta pengertiannya tidak boleh terlalu luas dan rumit.
Dari ketidakjelasan bahasa hukum tersebut penerapan PERDA susah untuk dimengerti dari sisi sanksi pidana maupun pelaku yang ditangkap.
Penyidikannya bahwa penyidik melakukan pergerakan non yustisia bukan pro yustisia, yaitu prosedurnya tidak sesuai KUHAP seperti yang seharusmya dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dan melalui prosedur penggeledahan dan melalui pengadilan.
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai karakterstik yang relatif sama. Penelitian ini difokuskan pada sinkronisasi antara PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
10
pelarangan pelacuran terhadap Konvensi CEDAW dengan menganalisis apakah PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran bertentangan atau tidak dengan Konvesi CEDAW. Penelitian terkait dan hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentanga pelarangan pelacuran (Titis, 2007). Perbedaannya yaitu terdapat pada rumusan masalahnya, rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) PERDA kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran yang dilakukan oleh Satpol PP? apa saja kendala yang dihadapi oleh Satpol PP Kota Tangerang dalam melaksanakan Pasal 4 ayat (1) PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran?
Penelitian lain yaitu Perlindungan Hukum Kaum Perempuan dengan Adanya Peraturan Daerah kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tetang Pelarangan Pelacuran (Linda Tri Handayani, 2007). Perbedaannya terdapat pada rumusan masalah, rumusan masalahnya yaitu Apakah prosedur pembentukan PERDA No.0 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran tidak bertentangan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah? Apakah PERDA Nomor 8 Tahun 2005 memberikan perlindungan khususnya bagi kaum perempuan?
Penelitian lain yang juga relatif sama yaitu berjudul Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran di Kota
11
Tangerang ditingkat Penyidikan Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Naomi, 2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terdapat dalam rumursan masalah, rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah implementasi peraturan daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang? Bagaimana proses penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang? Apa faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di Kota Tangerang?
F. Batasan Konsep 1. Sinkronisasi
Menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia, sinkron berarti pada waktu yang sama, serentak, sejalan, sejajar, sesuai, selaras. Sinkronisasi yaitu menyinkronkan, penyerentakan.
2. Pelacuran
Menurut Koentjoro, Pekerja Seks Komersial merupakan bagian dari kegiatan seks di luar nikah yang ditandai oleh kepuasan dari bermacam-macam orang yang melibatkan beberapa pria dilakukan demi uang dan dijadikan sebagai sumber pendapatan.6
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
6 Koentjoro, 2004, Op.Chit., hlm.24
12
Dalam penelitian yang dilaksanakan, Penulis mempergunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang dilakukan/ berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan.
2. Sumber Data
Dalam Penelitian hukum normatif, data berupa sekunder yang terdiri atas:
a. Bahan Hukum Primer,
Bahan Hukum Primer sebagai bahan hukum berupa peraturan perundang- undangan yang mengikat terdiri atas:
1) Konvensi CEDAW Tahun 1979 yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 2) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran di
Kota Tagerang
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder ialah pendapat hukum yang diperoleh dari literatur, jurnal, hasil penelitian, karya ilmiah dan media cetak maupun elektronik, serta fakta hukum. Bahan hukum sekunder erat kaitannya dengan hukum primer yang dapat membantu dalam menganalisa, memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer.
13 3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data diperoleh dengan dilakukannya studi kepustakaan. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan dan sedang diteliti. cara memperoleh data tersebut yaitu dengan mencari dan/atau menemukan pendapat hukum berupa literatur, dan dokumen, maupun hasil penelitian melalui studi kepustakaan.
4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari bahan hukum primer maupun sekunder diolah terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan mencari persamaan dan perbedaan pendapat hukumnya, kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan secara sistematis sehingga memperoleh gambaran yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti, lalu menarik kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Pada penelitian normatif, proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berpikir deduktif.
BAB II PEMBAHASAN
39 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum/skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa PERDA kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran bertentangan dengan Konvensi CEDAW, karena PERDA tersebut selain membatasi hak asasi perempuan juga berpotensi menghakimi tanpa ada kompromi yang menyebabkan terjadinya kasus salah tangkap. Norma dalam isi pasal diskriminatif dalam PERDA tersebut sangat subjektif dimana tidak memberikan patokan atau ukuran sehingga tidak ada batasan dan menimbulkan ketidakjelasan maka kesalahan pemaknaan bahasa hukum atau multitafsir menjadi penyebab penegakan hukum kurang maksimal.
Tabel Matriks
Konvensi CEDAW
PERDA Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan
Pelacuran
Hak yang dilanggar
Pasal 3 “Negara-negara peserta membuat peraturan-peraturan yang tepat, termasuk pembuatan undang-undang
Pasal 4 ayat (1) “Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan sehingga menimbulkan suatu anggapan bahwa ia/mereka pelacur
-Hak untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif
-Hak atas kedudukan yang sama di depan hukum
40 disemua bidang, khususnya
dibidang politik, sosial, ekonomi dan budaya, untuk menjamin perkembangan dan
kemajuan perempuan
sepenuhnya, dengan tujuan untuk menjamin mereka melaksanakan dan menikmati hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok atas dasar persamaan dengan laki-laki.”
dilarang berada di jalan-jalan umum, di lapangan-lapangan,di rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah penduduk/kontrakan, warung- warung kopi, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, di sudut-sudut jalan, di lorong-lorong atau tempat- tempat lain didaerah.”
-Hak perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia
-Hak atas penghidupan yang layak
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan saran yaitu, karena masih banyaknya tindakan diskriminatif terhadap perempuan melalui peraturan-peraturan yang telah dibuat, oleh karena itu diharapkan pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkrit seperti mulai mensosialisasikan isu-isu perempuan yang tercantum dalam konvensi CEDAW kepada pejabat pembuat kebijakan dan aparat penegak hukum, karena diskriminasi terhadap perempuan disebabkan masih kurangnya pemahaman dari para pejabat pembuat kebijakan dan
41
aparat penegak hukum terkait perlindungan hak perempuan. Pemerintah kota Tangerang juga diharapkan merevisi kembali PERDA kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran, karena isi pasal dalam PERDA tersebut harus menggunakan bahasa hukum yang jelas agar tidak terjadi multitafsir.
42
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achie Sudiarti Luhulima, 2000, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita dalam “Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita”, Alumni, Bandung.
Achie Sudiarti Luhulima, 2007, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.
Achie Sudiarti Luhulima, 2014, Cedaw Menegakkan Hak Asasi Perempuan, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.
Ani Hamzah, 2011, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta.
Boer Mauna, 2003, Hukum Inetrnasional, Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung.
Budiono Kusumohamidjojo, 1986, Suatu Studi terhadap Aspek Operasional Konvensi Wina Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional, Bina Cipta, Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Basa Indonesia Edisi ke 3, Balai Pustaka, Jakarta.
Kartini Kartono, 1981, Patologi Sosial Jilid 1, Raja Grafindo Persada, Bandung.
Kartini Kartono, 2005, Patologi Sosial, Grafindo Persada, Jakarta.
Koentjoro, 2004, On The Spot : Tutur Dari Seorang Pelacur, Qalams, Yogyakarta.
Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi, Sinar Grafita, Jakarta.
P.J De Bruine Van Amstel, 1997, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum san Kenyataan dalam Masyarakat, Karya Nusantara, Bandung.
Reno Bachtiar dan Edy Purnomo, 2007, Bisnis Prostitusi, PINUS Book Publisher, Yogyakarta.
Than Dam Truong, 1992, Seks, Uang, dan Kekuasaan, LP3ES, Jakarta.
Supratiknya, 1995, Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi, Kanisius,Yogyakarta.
Suryadi, 2002, Dasar-dasar Hak Asasi Manusia., PBHI, Jakarta.
43 Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165.
Sekretariat Kabinet. Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 74. Sekretariat Negara. Jakarta.
Konvensi CEDAW.
Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran, Tangerang.
Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun2005 Nomor Nomor 8. Sekretariat Daerah Kota Tangerang. Tangerang.
Internet
https://www.jurnalperempuan.org/blog/diskriminasi-kekerasan-dan-hilangnya-hasrat- atas-kesetaraan-gender, diakses 20 Oktober 2019
https://tirto.id/perda-yang-menindas-perempuan-bx7s diakses 20 Oktober 2019
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KotaTangerang-8-2005.pdf, diakses 20 Oktober 2019
https://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-pelacuran.html diakses 28 Oktober 2019
http://eprints.uny.ac.id/9718/2/Bab%202%20-07104241010.pdf diakses 28 Oktober 2019
http://digilib.uinsby.ac.id/669/4/Bab%201.pdf diakses 12 November 2019
http://repository.fisipuntirta.ac.id/769/1/EVALUASI%20PERATURAN%20DAERAH
%20KOTA%20TANGERANG%20NOMOR%208%20TAHUN%202005%20T ENTANG%20PELARANGAN%20PELACURAN%20DI%20KECAM%20-
%20Copy.pdf diakses 12 November 2019
http://repository.fisip-untirta.ac.id diakses 12 November 2019 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/ diakses 17 Januari 2020
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-konvensi-ciri-jenis-dan-contoh/ diakses 18 Januari 2020
https://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-pelacuran.html diakses tanggal 16 April 2020
44
http://eprints.uny.ac.id/9718/2/Bab%202%20-07104241010 diakses tanggal 19 April 2020
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S45063-Marcelina%20Resti%Permata diakses tanggal 20 April 2020
http://repository.fisip-
untirta.ac.id/769/1/EVALUASI%20PERATURAN%20DAERAH%20KOTA%2 0TANGERANG%20NOMOR%208%20TAHUN%202005%20TENTANG%20 PELARANGAN%20PELACURAN%20DI%20KECAM%20-%20Copy.pdf diakses tanggal 20 April 2020
http://repository.fisip-untirta.ac.id/ diakses tanggal 20 April 2020
https://referensi.elsam.or.id/2014/09/hak-asasi-perempuan-dan-konvensi-cedaw/ diakses tanggal 21 April 2020
https://dety2104.wordpress.com/hak-asasi-perempuan/ diakses tanggal 21 April 2020 https://tirto.id/menteri-pppa-negara-wajib-ratifikasi-konvensi-cedaw-8Mo diakses
tanggal 21 April 2020
https://www.liputan6.com/news/read/3696067/komnas-perempuan-ada-421-kebijakan- diskriminatif-333-ke-perempuan# diakses tanggal 21 April 2020
https://komnasperempuan.go.id/read-news-siaran-pers-komnas-perempuan-34-tahun- ratifikasi-konvensi-cedaw-di-indonesia diakses tanggal 21 April 2020
https://butew.com/2017/12/12/pengertian-pacta-sunt-servanda/ diakses tanggal 22 april 2020
CEDAW Working Initiative, 2007, Laporan Independen NGO : Implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia, https://docplayer.info/25299-Laporan-independen-ngo.html diakses tangga 23 April 2020
http://sejuk.org/2013/08/22/surat-terbuka-tentang-minimnya-kemajuan-dalam- mengimplementasikan-rekomendasi-rekomendasi-komite-pbb-untuk-
penghapusan-diskriminasi-terhadap-perempuan/ diakses tanggal 23 April 2020 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2005/KotaTangerang-8-2005.pdf diakses
tanggal 26 April 2020
https://www.komnasperempuan.go.id diakases tanggal 1 Mei 2020