1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang pesat pada era saat ini, telah berperan besar dalam memberi pengaruh pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah industri konveksi. Industri konveksi adalah suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian jadi, seperti pakaian wanita, pria, anak, pakaian olahraga, maupun pakaian politik.
Seiring dengan berkembangnya usaha konveksi di Indonesia, banyak pengusaha yang membuat produksi konveksinya sendiri dengan berbagai variasi pelayanan salah satunya adalah pembuatan baju sesuai dengan keinginan pembeli.
Dengan banyaknya usaha konveksi yang bermunculan maka persaingan antar usaha konveksi juga semakin ketat. Usaha konveksi harus cepat dan tepat dalam melihat apa yang sedang pasar butuhkan. Permintaan terhadap produk – produk yang dihasilkan industri konveksi juga akan semakin tinggi. Para pengusaha industri konveksi harus lebih sensitif terhadap permintaan pasar agar tidak kalah saing dengan industri konveksi lainnya. Usaha konveksi akan menghadapi dua kemungkinan, yaitu peningkatan atau penurunan jumlah permintaan [1].
Dalam mengatasi peningkatan permintaan tersebut, usaha konveksi membutuhkan panduan jadwal untuk estimasi proses produksi yang akan dilakukan. Dengan panduan penjadwalan produksi maka usaha konveksi dapat menjalankan proses produksi konveksi yang efektif dan efisien agar tidak kalah saing dengan usaha konveksi lain dalam kecepatan produksi dan pelayanan terhadap pelanggan.
Menurut (Vollmann et al., 2005) deskripsi dari penjadwalan produksi adalah suatu proses pengalokasian sumber daya (resource) untuk setiap tahapan yang akan dilakukan. Sedangkan menurut (Nurhasanah et al., 2014) Penjadwalan produksi merupakan proses pengambilan keputusan untuk menghasilkan output melalui proses pengelompokan, pemilihan dan penentuan waktu penggunaan sumber daya (resource) yang dimiliki. Dari dua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penjadwalan produksi adalah proses untuk mengambil
2
keputusan kapan dan di mana pekerjaan akan dilakukan untuk menghasilkan output tertentu.
Manfaat dari penjadwalan produksi yaitu usaha konveksi menggunakan asetnya dengan efektif dan menghasilkan investasi lebih besar yang akan mengurangi biaya. Menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik, keuntungan kompetitif dengan pengiriman yang bisa diandalkan (Render dan Heizer, 2001:456).
Industri konveksi yang dapat menerapkan sistem penjadwalan produksi adalah industri dengan rata-rata skala menengah ke atas dengan jumlah produksi yang cukup besar. Pada skala tersebut metode yang digunakan adalah Sistem Penjahitan Secara Kelompok (Single Line System). Dalam metode ini, operator jahit diatur dalam kelompok-kelompok yang menjahit bagian atau komponen- komponen tertentu. Misalnya, kerah, kantong, manset, dan sebagainya untuk kemudian dijahit perakitan oleh kelompok yang lain sampai menjadi pakaian.
Urutan mesin diletakkan berdekatan sesuai dengan urutan proses pengerjaan, tidak berdasarkan jenis mesin yang digunakan. Metode ini dapat dikategorikan sistem spesialisasi dan prinsip kerjannya berdasarkan "product layout".
Karena sistem yang digunakan bersifat berkelanjutan maka informasi antar kelompok sangat penting dalam proses produksi tersebut. Saat ini estimasi pengerjaan yang dikerjakan oleh setiap kelompok masih dihitung secara manual atau terkadang hanya menggunakan intuisi sehingga kelompok pada tahapan selanjutnya tidak mendapat kejelasan informasi kapan pekerjaan mereka dapat dimulai segera setelah proses sebelumnya selesai melakukan tugasnya. Akibatnya pekerjaan yang dilakukan menjadi kurang efisien dan dapat menimbulkan keterlambatan dalam proses pengerjaan pesanan. Berdasarkan hasil pencarian peneliti pada beberapa sumber khususnya internet, aplikasi penjadwalan yang secara spesifik dikhususkan untuk penjahit konveksi atau yang sejenis belum ditemukan dan rata-rata aplikasi penjadwalan tersebut berupa aplikasi desktop(aplikasi yang berjalan pada komputer/laptop), mengingat akan kurangnya mobilitas dan tingginya biaya perangkat komputer/laptop maka penggunaan aplikasi yang bersifat mobile khususnya android akan lebih efisien untuk
3 diterapkan.
Sebagai contoh salah satu usaha konveksi yakni Sulis Collection adalah usaha rumahan yang bergerak dibidang konveksi jilbab yang terletak di Jalan Raya Bungah-Dukun, kec.Bungah, kab.Gresik. Usaha tersebut sudah berdiri sejak tahun 2003 dan telah memproduksi berbagai jenis dan model jilbab dan telah menjual produknya ke beberapa wilayah khususnya daerah sekitar Surabaya dan Malang.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik usaha tersebut, untuk mencatat pesanan yang harus dikerjakan, masih menggunakan cara-cara konvensional seperti menuliskan di kertas, menggunakan alarm, dan menggunakan aplikasi kalender di ponsel. Walaupun caranya berbeda-beda, namun intinya adalah bahwa masih dibutuhkan usaha proaktif untuk mengingatkan penjahit/pemilik akan pesanan tersebut. Hal tersebut juga berlaku untuk pencatatan laporan pendapatan dimana cara yang digunakan masih menggunakan metode manual. Akibatnya ada resiko kehilangan data-data transaksi pesanan dikarenakan beberapa faktor seperti kehilangan catatan transaksi, kelalaian penjahit dalam mencatat transaksi dan sejenisnya.
Penjadwalan pengerjaan pesanan di CV. Sulis Collection didasarkan pada metode FCFS (First Come First Serve). Pada penjadwalan FCFS, order yang datang lebih dahulu akan dilayani lebih dahulu (referensi). Metode yang digunakan memiliki beberapa kelemahan antara lain, memiliki waiting time yang terlalu tinggi sehingga pesanan yang memiliki waktu proses kecil diharuskan menunggu terlalu lama. Selain itu penentuan due date yang dilakukan hanya berdasarkan intuisi dan perkiraan. Penjahit tidak mengestimasi kapan pesanan tersebut selesai diproduksi dan dapat dikirim ke customer berdasarkan keadaan sistem produksi saat kedatangan pesanan. Hal tersebut menyebabkan ketidakpastian due date yang dijanjikan kepada customer dan berisiko dapat menimbulkan keterlambatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan perbaikan metode penjadwalan untuk penjahit yang dapat meminimasi waktu keterlambatan penyerahan order. Salah satu metode yang dapat menjalankan solusi tersebut adalah Algoritma Nawaz,Enscore and Ham (NEH). Algoritma NEH didasarkan
4
pada gagasan dimana suatu pekerjaan yang mempunyai total waktu proses lebih besar dari job lain dengan total waktu proses yang lebih kecil, seharusnya diberi bobot lebih tinggi.
Pada penelitian yang dilakukan Suryani, (2011), algoritma Nawaz, Enscore and Ham digunakan untuk mendapatkan sistem penjadwalan produksi yang baik dalam hal optimasi jadwal produksi dengan kriteria minimasi total tardiness.
Dengan kriteria minimasi total tardiness maka dapat menyelesaikan masalah keterlambatan waktu penyerahan order. Hasil yang diperoleh adalah besarnya keterlambatan order antara metode yang digunakan oleh usaha konveksi dan data hasil perhitungan program aplikasi. Total tardiness yang didapat dari metode sebelumnya adalah 39,37 jam. Sedangkan pada program aplikasi dengan menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH) didapat total tardiness 0 jam atau tidak mengalami keterlambatan.
Untuk mengimplementasikan algoritma tersebut agar dapat digunakan oleh penjahit, maka dalam penelitian ini akan dibangun sebuah aplikasi yang dapat melakukan penjadwalan secara sistematis dan menampilkan tugas apa saja yang harus dikerjakan sehingga penjahit mendapatkan kejelasan waktu mengenai kapan tugas tersebut harus mereka kerjakan. Aplikasi tersebut diberi nama nama “Tailor Scheduling” yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang telah dijelaskan pada uraian diatas. Dalam membangun aplikasi ini, metode pengembangan aplikasi yang akan dipergunakan adalah model prototyping. Tujuan dipergunakannya metode pengembangan aplikasi prototyping adalah untuk menghasilkan pengembangan sistem informasi yang lebih menghemat waktu dan sesuai dengan target yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana menyusun suatu aplikasi penjadwalan penjahit dengan menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH) untuk membantu penjahit dalam memanajemen pesanan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
5
menyusun suatu aplikasi penjadwalan penjahit dengan menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH) untuk membantu penjahit dalam memanajemen pesanan.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari pokok pembahasan dan mencapai sasaran, maka diperlukan batasan sebagai berikut:
a. Studi kasus penelitian ini menggunakan konveksi jilbab
b. Pesanan baru yang masuk setelah proses penjadwalan akan dimasukkan kedalam batch jadwal baru sehingga tidak merubah susunan pesanan yang telah dijadwalkan.
c. Berdasarkan kebijakan CV. Sulis Collection. Sistem tidak akan memproses pesanan yang ingin didahulukan dari pesanan yang sudah terjadwal.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya di bidang rancang
bangun aplikasi penjadwalan.
b. Meningkatan efisiensi pengerjaan agar tidak terjadi penumpukan pesanan.
c. Mempermudah penjahit melakukan penyusunan jadwal kerja secara efektif dan struktural.
d. Membantu penjahit mendapatkan kejelasan informasi mengenai pesanan yang akan dikerjakan.