PENERAPAN SAK ETAP PADA UNIT LAYANAN AIR BERSIH BUMDES WRINGINSONGO
Annisa Fitriana1), Eliza Noviriani2)
1Sistem Informasi Akuntansi, Politeknik Negeri Malang email: aninis08@gmail.com
2Akuntansi Keuangan Perusahaan, Politeknik Negeri Sambas email: eliza.noviriani@poltesa.ac.id
Abstract
As an busniness entity, BUMDes need to get special attention regarding for management, especially in the context of accountability. The success of BUMDes where in fact that BUMdes has a role as economic leverage for the community and village government. BUMDes Wringinsongo which has a water service unit, has 200 customers, but still has not carried out financial recors properly. Based on the preliminary study and direct observation to the post-training research site, the researcher wants to provide overview of financial statement based on SAK ETAP at BUMDES Wringinsongo on April 2021. Using transcendental phenomenological approach, this study explores based on individual experience. The results isstarting from the identification of accounts and transactions, preparation of general journals, ledgers, trial balances after adjustments to financial statements. It was seen that in April 2021 the BUMdes Wringinsongo has profit. This means that income are greater than expense.
Keywords: BUMDes, Financial Statement, SAK ETAP.
1. PENDAHULUAN
Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa (dikenal dengan nama Undang-undang Desa) menjadi upaya pemerintah dalam mempertegas kewenangan desa untuk menangani urusan pemerintahan desa, salah satunya yaitu untuk pemberdayaan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes diartikan sebagai“badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa” (Undang-undang Nomor 6 tahun 2014).
Terdapat dua poin penting dari definisi diatas yaitu :1. Terkait kekayaan negara yang dipisahkan, yang artinya pertanggungjawaban dan kepengurusan BUMDes akan berbeda dengan pertanggungjawaban pemerintah desa terutama terkait dengan neraca. 2. Terkait hak guna dalam kelolaan aset, jasa pelayanan dan usaha lain dimana usaha BUMDes minimal merupakan diversifikasi dari tiga kegiatan tersebut. Jika dilihat dari tujuan BUMDes yang tertuang dalam Permendesa PDT dan
Transmigrasi no 4/2015 yaitu peningkatan ekonomi dan meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi desa, pendirian BUMDes sejatinya memiliki peranan penting dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintah desa, dan tentunya diharapkan desa memiliki daya ungkit bagi ekonomi lokal bahkan regional (Ridlwan, 2015). Dengan demikian, BUMDes memerlukan pengelolaan yang baik.
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa desa dapat berperan dalam pengembangan dirinya melalui BUMDes. Begitu pula yang terjadi pada Desa Wringinsongo, yang merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Memiliki jarak tempuh 43 KM dari pusat Ibukota Kabupaten Malang (Kepanjen) dan 20 km dari pusat Kota Malang, Desa Wringinsongo memiliki beberapa potensi kewilayahan karena memiliki beberapa sumberdaya alam yang mumpuni, serta berkembangnya UMKM di Desa Wringinsongo menjadikan BUMDes di Desa Wringinsongo sangat potensial untuk dikerjakan. BUMDes Wringinsongo memiliki beberapa unit jasa layanan seperti pengelolaan sampah dan layanan air bersih untuk warga.
Desa Wringinsongo memang memiliki sumber
daya alam melimpah, terutama sumber mata air yang sedianya dengan sumber mata air tersebut membuat Desa Wringinsongo juga memiliki pemandian umum. Tentunya penyaluran air bersih ke rumah-rumah warga membutuhkan teknis dan instalasi air, sehingga kehadiran Unit Pelayanan Air Bersih yang dikelola sendiri oleh BUMDes Wringinsongo memenuhi 2 syarat BUMDes yaitu hak kelolaan aset dan pertanggungjawaban yang terpisah dari pemerintah desa.
Dalam kegiatan operasionalnya, unit jasa pengelolaan air ini masih menjadi satu-satunya unit BUMDes yang sudah memiliki pendapatan dari layanan yang diberikan ke warga dan biaya operasional untuk gaji pegawai yang dibayarkan secara rutin serta pemeliharaan alat namun tidak dilakukan secara berkala. Laporan yang disusun selama ini oleh pengurus Unit Pengelola Air Bersih BUMDes Wringinsongo hanya menggunakan catatan pribadi karena belum adaya pengetahuan terkait catatan keuangan. Padahal sebagai entitas bisnis, tentu unit usaha layanan air bersih Desa Wringinsongo memiliki kewajiban memberikan informasi laporan keuangan sebagai wujud transparansi dan dapat mempermudah pengelola dalam melihat keuntungan bersih yang diperoleh unit usaha tersebut. Selain itu laporan keuangan untuk sektor usaha kecil juga tetap dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan dasar pengukuran kinerja. (Cristianingrum, (2021), Kasim (2022), Frimansyah dan Rosalina (2019) ).
Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan PPM Polinema yang dilakukan oleh peneliti dan tim pada tahun 2021 lalu, dimana saat itu tim PPM polinema dan peneliti telah melakukan perhitungan penerapan tarif dasar air sebagai rekomendasi karena penentuan tarif dasar air saat ini hanya sebatas kesepakatan tanpa adanya perhitungan beban pokok / beban operasional yang terjadi. Oleh karena itu, baik pengelola dan perangkat desa membutuhkan wawasan / pemahaman mengenai pentingnya pencatatan /pembukuan yang lebih akuntabel untuk menimbulkan kepercayaan antar warga dan pengelola. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pencatatan dan penagihan yang dilakukan secara akuntabel menunjukkan adanya peningkatan kualitas layanan pada Unit Pengelola Air Bersih. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pencatatan yang lebih
akuntabel yaitu dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban yang sesuai dengan SAK ETAP untuk memberikan informasi keuangan yang akuntabel dan transparan. .
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penyusunan laporan keuangan berdasarkamn SAK ETAP pada Unit Pengelola Air bErsih BUMDes Wringinsongo pada periode Maret 2022.
2. KAJIAN LITERATUR
SAK ETAP seperti yang tertuang dalam peraturannya, dimaksudkan untuk entitas tanpa akuntablitas publik, yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Hal ini identik dengan BUMDes yang diteliti.
Perbedaan mendasar antara SAK Umum dan SAK ETAP adalah komponen laporan keuangan. SAK ETAP menggunakan istilah Neraca, sedangkan SAK Umum berubah menjadi Laporan Posisi Keuangan. Selain itu, pada SAK ETAP hanya menggunakan Laporan Laba Rugi, sedangkan SAK Umum selain menggunakan Laporan Laba Rugi juga menggunakan Laporan Laba Rugi Komprehensif. Namun untuk Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan, tetap menggunakan.
Dalam penilaian asset SAK ETAP hanya menggunakan historical cost dan melakukan revaluasi jika diizinkan. Selain itu, SAK ETAP tidak perlu menyajikan CALK mengenai modal dan dividen karena penyajian kondisi keuangan tidak perlu disajikan secara detail untuk investor terkait harga saham dan dividen.
SAK ETAP mensyaratkan laporan keuangan entitas meliputi : a. neraca, b.
laporan laba rugi, c. laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan seluruh perubahan dalam ekuitas atau perubahan ekuitas selain perubahan ynag timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, d. laporan arus kas, e. Catatan atas Laporan Keuangan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi transendental dimana peneltii menerima informasi bebas dari segala persepsi dan pemikiran penulis sehingga segala hal yang diperoleh harus berdasarkan pengalaman pribadi informan terpilih. Sesuai dengan
konsep Husserl, yakni epoche (bracketing) membutuhkan eliminasi atas prasangka dan pengetahuan terdahulu peneliti sehingga fenomena yang dituturkan bebas campur tangan peneliti murni pengalaman dari informan (Creswell & Creswell, 2017).
Penelitian ini mengeksplorasi berdasarkan pengalaman individu (Noviriani, 2021;
Lusiono and Noviriani, 2019; Noviriani, Ludigdo, and Baridwan, 2015).
Pada saat interaksi dengan informan, peneliti menghindari keterlibatan pemberina informasi (dari peneliti terhadap informan) untuk menghindari bias dalam proses transfer pengalaman (dari informan kepada peneliti) dengan pendekatan transedental. Sehingga dapat dipastikan bahwa peneliti tidak menyampaikan informasi maupun menggiring opini terhadap apapun yang disampaikan oleh informan terkait pengalaman pengelola BUMDes terutama untuk pengelola unit usaha layanna air bersih dalam proses penyusunan pertanggungjawaban keuangan unit usaha air bersih. Hal ini sesuai dengan konsep Husserl pada Creswell & Creswell (2017).
Adapun tahapan dalam analisis data dalam penelitian ini dengan mengadopsitahapan analisis data Miles & Huberman (1994) yang terdiri dari reduksi data, peyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi seperti terlihat pada Gambar 3 sebagai berikut:
Sumber: Miles & Huberman (1994)
Gambar 3. Model Analisis Data Peneliti melakukan reduksi data yang merupakan proses seleksi, menyederhanakan dan menemukan highlight atas data, kemudian data diorganisir dan disajikan. Selanjutnya pada tahap kesimpulan dan verifikasi, peneliti menarik kesimpulan akhir atas data yang telah dianalisis.
Sumber data diperoleh dari observasi dan wawancara sehingga menghasilkan kata-kata dan tindakan dari informan. Teknik
wawancara dilakukan dengan mendalam (indepth interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang disarankan dalam penelitian fenomenologi (Creswell &
Creswell, 2017). Data lain didapatkan dari dokumen catatan uang masuk dan uang keluar yang telah disusun oleh pengelola uit usaha air bersih pada bulan Mei 2022.
Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi sumber data dengan cara membandingkan informasi dari informan dengan dokumen catatan keuangan yang tersedia. Juga membandingkan hasil wawancara dengan observasi secara langsung, kemudian ditarik kesimpulan dari beberapa data yang telah diperoleh.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting
Desa wringinsongo merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Secaratipologi, Desa Wringinsongo terbentang dan memanjang dari timur ke barat dengan luas wilayah +126.98 Ha. Secara administratif, Desa Wringinsongo terbagi menjadi 2 dusunya itu Sumberingin dan Longkosongo yang terbagi lagi menjadi 19 RW dan 35 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas Utara: Desa Sukoanyar
Batas Selatan: Desa Bokor dan Tumpang Batas Timur: Desa Malangsuko dan Jeru Batas Barat: Desa Slamet dan Sukoanyar
Penelitian ini dilakukan di Dusun Sumberingin dikarenakan titik sumber mata air berada di daerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 3.186 jiwa yang terdiri dari 798 KK dengan jumlah usia produktif yang cukup besar yaitu 42,3%, Desa Wringinsongo dapat melakukan pengembangan Bersama UMKM dan BUMDesnya.
Sementara, unit layanan air bersih yang sudah rutin memperoleh pendapatan untuk pemakaian air bersihnya, menetapkan tarif sebagai berikut : untuk pemakaian air dibawah 10 m
3, tetap membayar sebesar Rp10.000, dan jika pemakaiannya diatas 10 m
3, maka tarif yang diberlakukan adalah Rp. 1000/m
3. Pemanfaatan fasilitas air bersih ini tidak ada iuran administrasi.
Setiap tanggal 20 hingga akhir bulan
dilakukan pengecekan meteran, dan per
tanggal 1 bulan berikutnya melakukan
pembayaran. Penarikan iuran tersebut dari 6 RW pada dua desa.
Pencatatan Keuangan pada Unit Layanan Air Bersih BUMDes Wringinsongo
Hasil wawancara peneliti dengan informan, yaitu salah satu pengelola unit layanan air bersih BUMDes Wringinsongo- Henny- mengatakan bahwa “ya selama ini karena saya sendirian bu, jadi ya begini ini catatannya” (Gambar 1).
Gambar 1. Data Transaksi Bulan April 2021.
Informasi dari Gambar 1, ada transaksi berjudul “Ampra Sugeng” dan “biaya pemasangan”. Berdasarkan observasi, peneliti sudah dapat memahami bahwa ini terkait dengan biaya pemasangan (instalasi air) bagi pelanggan baru, yaitu sebesar Rp. 750.000,00.
Namun tidak terlihat adanya beban operasional lain. Sehingga peneliti melanjutkan melakukan observasi dan wawancara lain dengan pengelola.
Kemudian ketika peneliti menanyakan terkait kendala, memang pengelola unit usaha air selama ini merangkap, menjadi pencatat meteran, merekap, menagih dan melakukan pembukuan sederhana untuk 200 pelanggan yang tercatat hingga April 2021. Dalam catatan Bu Henny selaku pengurus air bersih, beliau mencatat by name, dimana terdapat kolom meteran (awal dan akhir), penggunaan (berapa meter air yang digunakan), serta
penerimaan uang kasnya, seperti yang terlihat pada Gambar 2.
“Jadi saya door to door ke 6 RW Bu, biasanya di awal bulan antara tanggal 1-10 per bulannya, kadang ada yang nunggak juga”ujar Bu Henny. Dalam pengelolaannya, tergambar bahwa penagihan dan pembukuan yang dilakukan Bu Henny untuk 200 pelanggan masih sangat sederhana. Ditambah lagi ternyata dari gambar 1, tidak ada informasi terkait biaya operasional. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana mekanisme jika ada pengeluaran selain “biaya pemasangan” diatas.
“Ada bu, pengelola air itu ada lima, satu teknisi, empat yang lain admin seperti saya.
Kami dibayar sesuai pendapatan perbulan itu, 30% dari pendapatan. Selain itu juga ada biaya listrik, rutin perbulan dianggarkan Rp.
450.000,00.” Namun biaya operasional rutin tidak tercatat sama sekali di pembukuan. Hal ini tentu tidak memenuhi akidah akuntansi yang benar, sehingga menjadi catatan perbaikan di laporan keuangan yang kami rancang.
Gambar 2. Pencatatan rekening air per pelanggan, per RW.
Pada Gambar 2, sistem pencatatan Bu Henny sudah terlihat rapi dan akuntabel, karena setiap RW perbuku dan sudah dibuat perbulan, hanya saja kendalanya biaya operasional rutin dan kas tersedia yang belum sesuai sehingga laporan keuangan diatas belum bisa disebut ideal menurut SAK ETAP.
Pada pembahasan selanjutnya, penulis akan melakukan perbaikan laporan keuangan agar sesuai dengan SAK ETAP.
Usulan Perbaikan Laporan Keuangan Langkah pertama dalam perbaikan laporan keuangan ini adalah penulis melakukan identifikasi atas aset, utang maupun aset neto periode tersisa periode lalu yang belum tercatat dalam laporan keuangan.
Identifikasi dilakukan melalui proses wawancara dengan informan.
Adapun laporan keuangan yang diusulkan menjadi perbaikan Laporan Keuangan untuk unit layanan air bersih pada BUMDes Wringinsongo sesuai dengan SAK ETAP adalah sebagai berikut :
1. Sample jurnal
Gambar 3. Sampel Jurnal Perbaikan 2. Neraca dengan klasifikasi aset lancar.
Berikut ini tampilan neraca BUMDes Wringinsongo :
Gambar 4. Neraca Perbaikan Berdasarkan gambar 4, aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tetap. Sementara itu, BUMDes
Wringinsongo tidak memiliki hutang yang tercatat.
3. Laporan LR
Pendapatan yang tercatat di Gambar 5 sebesar Rp. 5.014.000 terdiri dari pendapatan pokok dan pendapatan lain- lain. Sedangkan beban-beban merupakan beban gaji, listrik dan beban lain-lain.
Untuk tahun yang berakhir periode 30 April 2021, BUMDes Wringinsongo mencatatkan laba sebesar Rp. 3.086.600.
Gambar 5. Laporan L/R Perbaikan 4. Laporan perubahan ekuitas
Gambar 6. Laporan Perubahan Ekuitas Perbaikan
Pada Gambar 6, BUMDesWringinsongo mendapatkan tambahan sumber modal dari laba tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp. 3.086.600 sehingga saldo modal akhir per 30 April 2021 sebesar Rp. 6.903.500.
5. Laporan arus kas
DEBET KREDIT
01 April 2021 KAS Rp 367.000,00
PENDAPATAN Rp 367.000,00
209.000,00 Rp
PENDAPATAN Rp 209.000,00
02 April 2021 KAS Rp 486.000,00
PENDAPATAN Rp 486.000,00
PIUTANG USAHA Rp 370.000,00
PENDAPATAN Rp 370.000,00
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 2)
03 April 2021 KAS Rp 101.000,00
PENDAPATAN Rp 101.000,00
PIUTANG USAHA Rp 178.000,00
PENDAPATAN Rp 178.000,00
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 3)
04 April 2021 KAS Rp 705.000,00
PENDAPATAN Rp 705.000,00
PIUTANG USAHA Rp 709.000,00
PENDAPATAN Rp 709.000,00
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 4)
05 April 2021 KAS Rp 819.000,00
PENDAPATAN Rp 819.000,00
PIUTANG USAHA Rp 554.000,00
PENDAPATAN Rp 554.000,00
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 5)
06 April 2021 Rp 310.000,00
PENDAPATAN Rp 310.000,00
PIUTANG USAHA Rp 161.000,00
PENDAPATAN Rp 161.000,00
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 6)
30 April 2021 KAS Rp 750.000,00
PENDAPATAN LAIN-LAIN Rp 750.000,00
BEBAN GAJI Rp 1.061.400,00
KAS Rp 1.061.400,00
BEBAN LISTRIK Rp 450.000,00
KAS Rp 450.000,00
BEBAN LAIN-LAIN Rp 416.000,00
KAS Rp 416.000,00
7.646.400,00
Rp Rp 7.646.400,00 Jumlah
(Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari pemasangan ampra)
(Untuk mencatat pembayaran biaya pemasangan) (Untuk mencatat pembayaran biaya listrik) (Untuk mencatat pembayaran gaji (30% dari pendapatan)) KAS
(Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 6) (Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 5) (Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 4) (Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 3) (Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 2) (Untuk mencatat penerimaan pendapatan dari RW 1) PIUTANG USAHA
(Untuk mencatat pendapatan yang belum dibayar oleh RW 1)
TANGGAL TRANSAKSI REF SALDO
BUMDes WRINGINSONGO JURNAL UMUM
30 April 2021
ASET 2021
Aset Lancar
Kas Rp 4.722.500
Piutang Usaha Rp 2.181.000
Total ASET Rp 6.903.500
HUTANG
Total HUTANG Rp 0
EKUITAS
Modal Rp 6.903.500
Total EKUITAS Rp 6.903.500
Total HUTANG-EKUITAS Rp 6.903.500
BUMDes WRINGINSONGO NERACA Per 30 April 2021
PENDAPATAN 2021
Pendapatan Rp 4.264.000
Pendapatan Lain-Lain Rp 750.000
Total Pendapatan Rp 5.014.000
BEBAN-BEBAN
Beban Gaji Rp 1.061.400
Beban Listrik Rp 450.000
Beban Lain-Lain Rp 416.000
Total Beban Rp 1.927.400
Laba/Rugi Tahun Berjalan Rp 3.086.600
BUMDes WRINGINSONGO LAPORAN LABA-RUGI Untuk Tahun yang Berakhir 30 April 2021
Modal Awal Rp 3.816.900
Ditambah :
Laba Tahun Berjalan Rp 3.086.600
Penambahan Modal Rp 3.086.600
Modal Akhir, 30 April 2021 Rp 6.903.500
BUMDes WRINGINSONGO LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Per 30 April 2021
Gambar 7. Laporan Arus Kas Perbaikan Aliran kas masuk dan keluar tercatat dari aktivitas operasi bersumber dari pendapatan dan beban-beban serta aktivitas pendanaan yang berasal dari modal akhir. Pada periode tahun yang berakhir 30 April 2021, BUMDes WRINGINSONGO mengalami kenaikan kas sebesar Rp. 2.374.500 dari semula bernilai Rp. 2.348.000 menjadi berjumlah Rp. 4.722.500.
6. CALK
Gambar 8. CALK Perbaikan
Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Unit Layanan Air Bersih BUMDes Wringinsongo memberikan penjelasan atas Kas, Piutang, Modal, Pendapatan lain-lain yang berasal dari pemasangan ampra, serta beban-beban yang menjadi beban operasional serta beban lain- lain yang harus dikeluarkan dalam memasang ampra untuk pelanggan baru.
Rp 2.181.000,00 Rp 4.264.000,00 Rp 1.061.400,00 Rp 416.000,00 Rp 1.927.400,00 5. KESIMPULAN
BUMDes Wringinsongo memiliki banyak potensi pengembangan unit usaha dengan
“pekerjaan rumah” nya yaitu tata kelola BUMDes yang baik. Tata kelola BUMDes ini dapat dimulai dari sistem pencatatan rekening air yang transparan dan sistem pencatatan laporan keuangan yang akuntabel seperti yang telah diusulkan oleh peneliti dalam perbaikan laporan keuangan unit usaha layanan air BUMDes Wringinsongo berdasarkan SAK ETAP mengingat Unit Layanan Air Bersih pada BUMDes Wringinsongo memenuhi klasifikasi entitas tanpa akuntabilitas publik dimana unit layanan air bersih sebagai entitas wajib ber-akuntabilitas namun tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan.
Bagaimanapun, Laporan Keuangan dapat membantu entitas dalam pengambilan keputusan, begitu pula yang terdapat di BUMDes Wringinsongo untuk mencerminkan kondisi keuangan selama periode tertentu (Irawati, 2017)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merekomendasikan : 1). Unit bisnis pada BUMDes Wringinsongo berpotensi untuk berkembang dan sustain karena menghasilkan laba. Laporan keuangan dapat menunjang sustainibility entitas ini. 2). Jika dilihat banyaknya piutang serta belum adanya transparansi terkait rekening awal dan akhir pada masing-masing pelanggan, maka pengelola membutuhkan sistem pencatatan yang lebih baik.
Pendapatan Rp 4.264.000
Beban Gaji Rp 1.061.400
Beban Listrik Rp 450.000
Beban Lain-Lain Rp 416.000
Total Beban Kegiatan Operasional -1.927.400
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi Rp 6.191.400
0
Arus Kas Bersih Aktivitas Inventasi Rp 0
Modal Rp 3.816.900
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan Rp 3.816.900
Rp 2.374.500
Rp 2.348.000
Rp 4.722.500
Kas pada Akhir Periode, 30 April 2021
BUMDes WRINGINSONGO LAPORAN ARUS KAS
Per 30 April 2021
30 April 2021 Keterangan
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas Aktivitas Investasi
Arus Kas Aktivitas Pendanaan
Kenaikan (Penurunan) Arus Kas
Kas pada Awal Periode,1 April 2021
6. REFERENSI
Christianingrum, et al.,(2021). Sosialisasi Pendampingan Pembuatan Laporan Keuangan dengan APlikasi LAMIKRO BUMDes Mayang. Ikraith-ABdimasi, Vol.4, No.2. 2021
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. 2017.
Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches: Sage Publications.
Firmansyah, Muhammad Ali. (2019) Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan Standart AKuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Mennengah (Studi Kasus pada Toko Meuble Zulfa Gallery). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009.
Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
Jakarta. Dewan Standart Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Irawati, Dina. 2017. Transparansi Pengelolaan Laporan Keuangan BUMDes terhadap Pelaporan Aset Desa (Studi Fenomenologi pada BUMDes Desa Karangbendo Kec Ponggok Kab Blitar).
SNAPER-EBIS 2017
Kasim, NUrfadila (2022). Penyusunan Laporan Keuangan Badan Usaha. Ilik Desa (BUMDES) Desa Batu Mila (Analisis Akuntansi Syariah). Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Intitut Agama Islam Negeri ParePare
Lusiono, E. F., & Noviriani, E. (2019).
Menumbuhkan Jiwa Sherlock Holmes Seorang Calon Akuntan. Journal of Applied Accounting and Taxation, 4(1), 28-38.
Ridlwan, Z. (2015). Urgensi Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes)
DalamPembangunPerekonomianDesa.
Fiat Justisia
Noviriani, E., Ludigdo, U., & Baridwan, Z.
(2015). Studi Fenomenologi Atas Dilema Etis Auditor Internal Pemerintah.
EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), 19(2), 217-240.
Noviriani, E. (2021). Eksplorasi Kecerdasan Daya Juang (Adversity Quotient) Mahasiswa Akuntansi dalam Tinjauan Fenomenologi. Sebatik 25(2):418-425.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Teringgal no 4 Tahun 2014 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa