• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Aksara, hal (diakses pada 24 maret 2017/

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Aksara, hal (diakses pada 24 maret 2017/"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

22

BAB II KAJIAN TEORI

A. KONSEP PEMBIAYAAN 1. Pengertian Pembiayaan

Menurut kasmir, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan tang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.34

Menurut M. Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.35

Menurut Veithzal Rivai, pembiayaan artinya sebuah kepercayaan (trust) yang berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan, dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.36

Sedangkan berdasarkan peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk teknik program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro pola syariah bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang di biayai atau penggunaan dan pembiayaan tersebut.37

Dalam perbankan konvensional, pembiayaan bisa disebut kredit. Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran sesuai

34Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, 2008, Jakarta: Raja Grafindo, hal.96

35 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 2001, Jakarta : Tazkia Institute, hal.160

36Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep,dan Aplikasi, 2010, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 698

37https:/izzanizza.wordprees.com/2013/03/28/pengertan-dan-tujuan-pembiayaan/ (diakses pada 24 maret 2017/

jam 10.45)

(2)

dengan perjanjian. Kredit bisa berbentuk barang atau berbentuk barang atau berbentuk uang. Baik kredit yang berbentuk barang atau uang dalam hal pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan.38

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan dalam perbankan syariah adalah transaksi penyaluran dana yang sesungguhnya dana tersebut didapatkan dari tabungan nasabah yang disalurkan untuk membiayai usaha nasabah sesuai syariah dengan sistem bagi hasil dalam rangka merealisasikan kepedulian sosial yang melekat pada perlindungan umat islam dan lembaga keuangan syariah.

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan 1) Tujuan Pembiayaan, yaitu :39

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah.

b. Safety, keaman dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan.

2) Fungsi Pembiayaan, yaitu:

a. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

b. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.

c. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat.

e. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi.

f. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

3. Unsur Pembiayaan

1) Adanya dua pihak yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib).

2) Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasrkan atas prestasi dan potensi mudharib

3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal. Janji

38Kasmir, Bank dan Lembaga keuangan .... hal. 72

39Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management,2008, Jakarta: PT. Raja Grafindo, hal. 05-09

(3)

membayar tersebut dapat janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa instrument (credit instrument).

4) Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib.

5) Adanya unsur waktu (time element).

6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal mupun di pihak mudharib.40

4. Jenis-jenis Pembiayaan

Pembiayaan pada lembaga keuangan syariah dapat digolongkan sebagai berikut:41

a. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder.42 Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Adapun sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer.

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :

a) Pembiayaan konsumen akad Murabahah

b) Pembiayaan konsumen akad IMBT ( Ijarah muntahiyah bitamlik) c) Pembiayaan konsumen akad Ijarah

d) Pembiayaan konsumen akad Istishna’

e) Pembiayaan Konsumen akad Qard dan Ijarah b. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif bertujuan untuk memungkinkan penerima pembiayaan dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa pembiayaan tersebut tidak mungkin dapat diwujudkan. Pembiayaan produktif adalah

40Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management .... hal.04

41 Adi warman karim, Bank Islam Analisis fiqh dan keuangan... hal.231-252

42Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah.... hal.168

(4)

bentuk pembiayaan yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan, dan sampai kepada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

b) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang- barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

c. Pembiayaan investasi

Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitas, pelunasan usaha, atau pendirian proyek baru.

Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah yang besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk syariah, pembiayaan investasi dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :

a) Pembiayaan investasi Murabahah

b) Pembiayaan investasi Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) c) Pembiayaan investasi Salam

d) Pembiayaan investasi Istishna d. Pembiayaan sindikasi

Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu.

Pada umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar.43

43 Adi warman karim, Bank Islam Analisis fiqh dan keuangan... hal.231-252

(5)

e. Pembiayaan berdasarkan Take Over

Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah. Dalam hal ini, atas permintaan nasabah, bank syariah melakukan pengambilan alihan hutan nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard, disesuaikan dengan ada atau tidaknya unsur bunga dalam hutang nasabah kepada bank konvensional.

f. Pembiayaan Letter of Credit (L/C)

Pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya, pembiayaan L/C dapat menggunakan beberapa akad yaitu:

a) Pembiayaan L/C Impor

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 34/DSN- MUI/XI/2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan L/C Impor adalah:

1) Wakalah bil Ujrah

2) Wakalah bil Ujrah dengan Qardh 3) Murabahah

4) Salam atau Istishna’ dan Murabahah 5) Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah 6) Musyarakah

7) Wakalah bil Ujrah dan Hawalah b) Pembiayaan L/C Ekspor

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 35/DSN- MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan L/C Ekspor adalah:

1) Wakalah bil Ujrah

2) Wakalah bil Ujrah dan Qardh 3) Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah 4) Musyarakah

5) Ba’i dan Wakalah44

44 Adi warman karim, Bank Islam Analisis fiqh dan keuangan... hal.231-252

(6)

5. Kualitas Pembiayaan45

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan terperinci atas:

1) Pembiyaan lancar (pass)

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:

a. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu.

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan angsuran tunai (cash collateral).

2) Perhatian khusus (special mention)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat angsuran pokok atau bunga bagi hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari.

b. Mutasi rekening relatif aktif.

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.

d. Didukung oleh pinjaman baru.

3) Kurang lancar (substandard)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bagi hasil, b. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari.

d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.

e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

45 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management .... hal. 33

(7)

4) Diragukan (doubtful)

Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bagi hasil b. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.

c. Terjadi kapitalisasi bunga.

d. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun peningkatan jaminan.

5) Macet (loss)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bagi hasil.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.46

B. JUAL BELI MURABAHAH

1. Pengertian Jual Beli Murabahah

Jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela.

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak , yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan di sepakati.47 Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Salah satu skim fiqh yang populer digunakan oleh lembaga keuangan syariah termasuk salah satunya BMT adalah skim jual beli murabahah

Menurut Sugeng Widodo, murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan, laba, atau tambahan. Murabahah faktanya adalah suatu istilah dalam fiqh islam yang menunjukan suatu jenis jual beli yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pembiayaan. Murabahah dalam pengertian aslinya menurut islam adalah “is simply a sale”, jual beli pembayarannya bisa dilakukan secara tunai (at

46Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management .... hal. 33

47 H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 2013, Jakarta: Rajawali Pers, hal.68

(8)

spot) atau nanti pada suatu tanggal yang telah disepakati (a subsequent date) para pihak.48

Menurut Sri Nurhayati & Wasilah, murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya di peroleh kesepakatan.49

Dalam murabahah, BMT dapat bertindak sebagai penjual dan juga pembeli.

Sebagai penjual apabila BMT menjual barang kepada nasabah, sedangkan sebagai pembeli apabila BMT membeli barang kepada supplier untuk dijual kepada nasabah. 50 Menurut Heri sudarsono, murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak lembaga keuangansyariah dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli , kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam dalam jumlah tertentu.51

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cara cicilan, yaitu penjual membeli barang yang dibutuhkan dari pemasok, kemudian menjualnya kepada pembeli dengan cicilan yang disepakati antara penjual dan pembeli.52

Menurut Adiwarman A. Karim, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.53 Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certain

48 Sugeng widodo, Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif, 2010, Yogyakarta: Asgar Chapter, hal.19

49 Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia, 2009, Jakarta: Salemba Empat, hal.160

50 Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan PSAK dan PAPSI, 2006, Jakarta: PT. Grasindo , hal. 81

51Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, 2008, Yogyakarta: Ekosinia, hal.69

52 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, 2014, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, hal. 193

53 Adiwarman karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, 2013, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.113

(9)

contracts (NCC), karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin di peroleh).54

Dalam exsposure draft (ED) PSAK 102, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.55

Secara sederhana murabahah dapat disimpulkan sebagai transaksi jual beli antara dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli atas suatu barang, yang secara jelas menyatakan harga barangnya beserta keuntungan atas penjualan barang tersebut yang didapatkan oleh penjual.

2. Landasan Hukum Akad Murabahah

Landasan hukum akad murabahah ini adalah:

a) Al-Qur’an

ﺎٰﻴ َ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﺍﻮﻠﺘﻘَﺘَﻻَﻮ ْﻢﻜْﻧِّﻤ ٍﺾﺍَﺮَﺘ ْﻦَﻋ ًﺓَﺮﺎَﺠِﺘ َﻦﻮُﻜَﺘ ْﻦﺃ ﱠﻻِﺍ ِﻞِﻄﺎَﺒْﻠ ﺎِﺒ ﻢُﻜَﻨْﻴَﺒ ْﻢُﻜَﻠﺍَﻮْﻤَﺍ ﺍﻭﻠُﻜﺄﺘَﻻ ﺍﻭُﻨَﻤٰﺍ َﻦْﻴِﺬّﻠﺍﺎَﻬُّﻴ ﷲﺍﻦﺇ ۚ

ﺎﻤﻴﺤﺮ ﻢﻜﺑﻦﺎﻜ

۝ Artinya:

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diriku kamu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang Kepadamu.”

(QS. An-Nisa: 29).

ﻮَﺑِّﺮلا َمﱠﺮَحَو َعْﻴَ ﺒْلا ُﷲا ﱠﻞَحَاَو اﻮَﺑِّﺮلا ﻞْثِم ُعْﻴَ ﺒْلا ﺎَﱠنَِّا ﻮُلﺎَق ْﻢُﻬﱠ ﻧَﺄِﺑ َكِلَذ ِّسَﻤْلا َﻦِم ُﻦَﻄْﻴﱠشلا ُﻪُﻄُّﺒَخَﺘَ ي ْيِﺬﱠلا ُمْﻮُﻘَ ي ﺎَﻤَك ّﻻِإ َنْﻮُﻤُﻘَ ي َﻻ اﻮَﺑِّﺮلا َنْﻮُﻠُكْﺄَي َﻦْيِﺬﱠلَا

ا

.

Artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit jiwa (gila). Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal

54 Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nomonal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, seperti 10% atau 20% .

55 Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102, tentang akuntansi murabahah, paragraf 05.

(10)

Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . . . (Q.S. Al- Baqarah: 275)

b) Hadits

Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:

َاﺎَق َﻢﱠﻠَ َو ِﻪِل َو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﱠلﻠَ ِ ﱠﻨلا ﱠنَ

ﺔَكَﺮَ ﺒلا ﱠﻦِﻬْﻴِف ٌثَلاَث : ٍﻞَ َ َ ِإ ُعْﻴَ ﺒلا :

ﺔَضَرﺎَ ﻘُلماَو , ِعْﻴَ ﺒْﻠِل َﻻ ِ ْﻴَ ﺒْﻠِل ِْ ِ ﱠشلﺎِﺑ ّﺮُ ﺒلا ُ ْﻠَ َو , .

ﻪَ ﺎَم ُﻦْﺑا ُﻩاَوَر(

)

Artinya :

Rasulullah Saw. bersabda,”Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).56

3. Jenis-jenis Murabahah

Ada dua jenis murabahah, yaitu:

1). Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.57 Dalam teori, murabahah dengan pesanan terbagi atas dua bagian yaitu murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesan

( PSAK102 paragraf 7). Dalam praktiknya, umumnya barang yang dipesan nasabah bersifat mengikat untuk dibeli oleh nasabah. Dengan pertimbangan kepraktisan dan menghindari kesalahan spesifikasi yang diinginkan nasabah, DSN membolehkan BMT atau bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga atas nama bank . Hal ini diperbolehkan dengan catatan akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi

56 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah.... hal.143-144

57Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia.... hal.163

(11)

milik bank. Transaksi mewakilkan pembelian barang kepada nasabah biasanya didasarkan atas akad wakalah (fatwa DSN Nomor 10 tahun 2000). Dalam hal ini, aspek syariah yang harus diperhatikan adalah pembelian tersebut adalah atas nama bank. Dengan demikian, saat jual beli antara bank dengan nasabah dilakukan, barang yang dijual adalah barang milik bank.58

2). Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan jual murabahah sendiri. Dengan kata lain dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak. Namun dalam prakteknya di indonesia yang berlaku adalah bentuk murabahah dengan pesanan.59

4. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dalam transaksi murabahah, yaitu:60 a. Penjual (Ba’i)

Penjual dalam hal ini adalah lembaga keuangan syariah, dapat berupa Bank Syariah, BPRS, BMT yang disebut juga dengan istilah KJKS.

b. Pembeli (Musytari)

Pembeli yang dimaksudkan disini adalah nasabah, baik berlaku sebagai pembeli akhir ataupun selalu pedagang. Para pihak yang berakad di persyaratkan harus menurut hukum. Dalam pengertian hukum syara’ harus sudah baligh, dan dalam kaitannya dengan hukum perdata sebagai hukum positif, yang bersangkutan minimal harus berusia 21 tahun atau orang yang sudah menikah.

c. Barang yang menjadi objek jual-beli (Mabi’)

Barang-barang yang menjadi obyek jual beli dipersyaratkan harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan diperjualbelikan termasuk halalan thoyiban, dan tidak tergolong pada barang yang haram atau mendatangkan mudharat. Selain itu sifat barang harus bernilai. Obyek murabahah

58Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah, 2016, Jakarta: Salemba Empat, hal. 160

59 Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah di indonesia, 2007, Yogyakarta: Pustaka SM, hal. 79

60Sugeng widodo, Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif... hal.25-26

(12)

dipersyaratkan telah menjadi milik dan dalam penguasaan si penjual.

Kepemilikan mana bisa bersifat faktual/fisikal, dapat pula bersifat konstruktif.

Menurut fatwa DSN, Bank atau BMT harus memiliki terlebih dahulu aset yang akan dijualnya kepada nasabah.

d. Harga barang (Tsaman)

Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas jumlahnya dan dalam mata uang apa ( rupiah atau mata uang/ valuta asing). Demikian juga cara pembayarannya, apakah dibayar secara tunai atau tangguh. Jika dibayar secara tangguh haruslah jelas waktunya berapa lama, dan waktu pembayarannya. Dalam konteks pembiayaan, harga jual barang adalah batas maksimal pembiayaan yang disebut plafon atau limit.

e. Kontrak/Akad (shighat / ijab kabul)

Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak para pihak yang bertransaksi, baik secara lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Dalam praktek ini dapat dibuat secara tertulis dibawah tangan, namun bisa pula dibuat dihadapan notaris (secara notarial). Perjanjian notarial adalah perjanjian otentik, dibandingkan perjanjian dibawah tangan, perjanjian notarial sangat kuat karena tidak memerlukan pembuktian lagi, sementara perjanjian dibawah tangan tidak demikian.61

Adapun syarat murabahah adalah:62

a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c) Kontrak harus bebas dari riba.

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

5. Ketentuan Umum

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No:04/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Murabahah menjelaskan ketentuan yang berkaitan dengan murabahah antara lain:

Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam bank syariah

61Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah ... hal. 161

62Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah.... hal.102

(13)

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yag diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual-beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah.

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual-beli.

4. Dalam jaul-beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

(14)

6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga : Jaminan dalam Murabahah

1. Jaminan dalam Murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Keempat : Utang dalam Murabahah

1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu di perhitungkan.

Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.

2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

(15)

Keenam : Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.63

6. Skema Pembiayaan Murabahah

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Murabahah

Teknis pelaksanaan sebagai berikut:

1. Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat itu, nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran perbulan.

2. Bank atau BMT sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam membayar piutang murabahah. Apabila rencana pembelian barang tersebut disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi jual beli yang dilakukan.

63Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya ... hal.195-197

1. Negosiasi

Lembaga Keuangan Syariah sebagai

penjual

Nasabah sebagai pembeli 2. Akad Murabahah

6. Bayar

PEMASOK 3. Beli

Barang

4. Kirim Barang 5. Kirim Dokumen

(16)

3. Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank atau BMT selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada murabahah tanpa pesanan, BMT atau bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada pemasok kepada BMT atau bank .

4. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok kepada nasabah pembeli.

5. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar kepada BMT atau bank. Pembayarannya kepada BMT atau bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.64

7. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Murabahah Tujuan Murabahah, adalah :65

1). Bank dapat membiayai keperluan modal kerja nasabahnya untuk membeli:

a. bahan mentah b. bahan setengah jadi c. barang jadi

d. stok dan persediaan

e. suku cadang dan penggantian

2).Bank dapat pula membiayai penjualan barang atau jasa yang dilakukan oleh nasabahnya, termasuk didalamnya biaya produksi barang, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Pembiayaannya meliputi:

a. biaya mentah b. tenaga kerja c. overheads cost d. margin keuntungan

3). Nasabah dapat pula meminta bank untuk membiayai stok dan persediaan mereka. Keperluan pembiayaan mereka ditentukan pada besarnya stok dan persediaannya (re-ordering level). Pembiayaan juga meliputi biaya bahan mentah, tenaga kerja, dan overhead.

64 Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah ... hal. 163

65Sarip Muslim,Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik., 2015, Bandung: CV. Pustaka Setia, hal.96-97

(17)

4). Dalam hal nasabah perlu mengimpor bahan mentah, barag setengah jadi, suku cadang, dan penggantian dari luar negeri menggunakan letter of creadit,bank dapat membiayai permintaan letter of creadit tersebut dengan menggunakan prinsip murabahah.

5). Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik kontrak kerja maupun kontrak pemasukan barang, dapat pula meminta pembiayaan dari bank. Bank dapat membiayai keperluan ini dengan prinsip murabahah dan untuk itu bank dapat meminta surat perintah kerja (SPK) dari nasabah yang bersangkutan.

Manfaat Murabahah, adalah :66

Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank atau BMT. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem Murabahah juga sangat sederhana.

Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank atau BMT.

Selain itu, dalam murabahah terdapat resiko yang diantisipasi antaralain sebagai berikut:

a) Default atau kelalaian nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank atau BMT membelikannya untuk nasabah. BMT atau Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

c) Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan hingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaliknya dilindungi dengan asuransi.

Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank atau BMT telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualannya, barang tersebut akan menjadi milik BMT atau bank. Dengan demikian, BMT atau bank mempunyai resiko untuk menjual kepada pihak lain.

d) Dijual, karena ba’i al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.

Jika terjadi demikian, resiko untuk default akan besar.

66Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah.... hal.106-107

(18)

8. Transaksi Murabahah dalam Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

Mengingat basis murabahah adalah jual beli, maka sifat transaksinya adalah bilateral (antara dua pihak, yakni pembeli dengan penjual). Namun seiring dengan kemajuan zaman serta variatifnya praktek perdagangan, maka untuk kondisi sekarang ini dan nanti, dimungkinkan bahwa secara keseluruhan, proses jual beli dimaksud tidak hanya melibatkan beberapa pihak terkait.67

Murabahah bisa dilakukan oleh perusahaan trading yang dilakukan aktivitas bisnisnya dengan cara membeli barang, kemudian menjual kembali tanpa melakukan perubahan barang tersebut. Lembaga keuangan syariah salah satunya BMT dapat mengadopsi transaksi ini, kaitannya dengan kebutuhan nasabah untuk memiliki barang tertentu, tetapi tidak cukup memiliki dana, sehingga lembaga keuangan syariah (BMT) bisa memenuhi kebutuhan nasabah dengan skim murabahah. Mekanisme transaksi ini, BMT melakukan akad dengan nasabah kemudian BMT membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah kepada supplier secara tunai, setelah itu BMT menjual kepada nasabah dengan pembayaran angsuran.68

Kalangan lembaga keuangan syariah salah satunya BMT di indonesia menggunakan murabahah secara berkelanjutan (roll over/evergreen) seperti untuk modal kerja, padahal sebenarnya murabahah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali akad (one short deal). Murabahah tidak tepat diterapkan untuk skema modal kerja. Akad murbahah lebih sesuai untuk skema tersebut. Hal ini mengingat prinsip murabahah memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi.69 Aplikasinya, pada transaksi pembiayaan murabahah merupakan transaksi jual beli antara bank syariah atau BMT (selaku penjual) dengan nasabah (selaku pembeli), yang harga beli beserta keuntungannya (margin) di beritahukan secara jelas.

C. Akuntansi Syariah

1. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi berasal dari kata account yang selanjutnya bahwa dikenal accounting yang lebih menujukan kegiatannya. Beberapa pengertian akuntansi diantaranya adalah sebagai berikut: dalam buku A Statemen of Basic Accounting Theory, dinyatakan akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur,dan

67Sugeng widodo, Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif... hal.27

68 Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan PSAK dan PAPSI...

hal.87

69Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah.... hal.106

(19)

menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya. AICPA (American institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan akutansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan, yang menafsirkan hasil- hasilnya. APB(Accounting Principles Board) Statement No.4 mendefinisikan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang dan suatu badan ekonomi yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi untuk memilih beberapa alternatif tindakan.70

Keputusan Menteri keuangan RI (No. 476/KMK/01/1991) menjelaskan bahwa akuntansi adalah proses pengumpulan, pencatatan, penganalisisan, peringkasan, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan.71

Secara sederhana, pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas dari akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan Allah SWT.72

Dalam bahasa Arab, akuntansi berasal dari kata muhasabah yang artinya menyusun, menghitung dan menimbang. Yang dimaksud disini adalah menghitung semua amalnya untuk dia balas sesuai dengan amalnya tersebut. Ahli fiqh menganggap istilah muhasabah sama artinya dengan catatan keuangan. Al- Qalqrasyandi mengatakan dalam bukunya, Shubhu Al-As’ya, bahwa lafadz kitabah dalam bahasa arab terbagi menjadi dua bagian utama yang pertama yaitu kitabul insya’ (menulis karangan), artinya menyusun kalimat-kalimat dan urutan-urutan.

70Dwi Suwiknyo,Pengantar Akuntansi Syariah: Lengkap dengan Kasus-kasus Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah, 2010, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.5

71Sarip Muslim,Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik .... hal.16

72Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia.... hal.2

(20)

Dan yang kedua yaitu kitabul amwal (menulis/ mencatat keuangan), artinya penulisan pemasukan uang dan pengeluaran serta proses lain yang semakna dengan ini, seperti catatan baitul maal dari kas negara terhadap jenis-jenis uang yang harus diambil dan didistribusikan, misalnya ongkos dan upah.73

Oleh sebab dapat disimpulkan bahwa akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan yang harus dilakukan sesuai syariah , karena tidak mungkin dapat menerapkan akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang dicatat oleh proses akuntansi tersebut tidak sesuai dengan syariah.

Akuntansi sebenarnya merupakan domain “muamalah” dalam kajian Islam.

Artinya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun karena pentingnya permasalahan ini maka Allah SWT bahkan memberikannya tempat dalam surat Al-Baqarah ayat 282 , ayat ini sebagai lambang komoditi ekonomi yang mempunyai sifat akuntansi yang dapat dianalogkan dengan “double entry”, dan menggambarkan angka keseimbangan atau neraca.74 Yang berbunyi:

ْبُﺘْﻜَﻴْﻠَ ف ُﷲا ُﻪَﻤﱠﻠَﻋ ﺎَﻤَك َبُﺘْﻜَي نَ ٌبِتﺎَك َبْﺄَي َﻻَو ِاْدَ ْلﺎِﺑ ٌبِتﺎَك ْﻢُﻜَﻨْ ﻴﱠ ﺑ بُﺘْﻜَﻴْلَو ُﻩﻮُﺒُﺘْكﺎَف لًّﻤَﺴُّم ٍﻞَ َ َ ِإ ٍﻦْيَدِﺑ ْﻢُﺘﻨَياَدَت اَذِإ اﻮُﻨَماَء َﻦيِﺬﱠلا ﺎَﻬُّ يَ آَي ُﻪُّﻴِلَو ْﻞِﻠْﻤُﻴْﻠَ ف َﻮُﻫ ﱠﻞُِيُ نَ ُعﻴِﻄَﺘْﺴَي َﻻْوَ ﺎًﻔﻴِ َض ْوَ ﺎًﻬﻴِﻔَ ُّقَْلْا ِﻪْﻴَﻠَﻋ يِﺬﱠلا َنﺎَك نِإَف ﺎًئْﻴَش ُﻪْﻨِم ْسَخْﺒَ ي َﻻَو ُﻪﱠﺑَر َﷲا ِقﱠﺘَﻴْلَو ُّقَْلْا ِﻪْﻴَﻠَﻋ يِﺬﱠلا ِﻞِﻠْﻤُﻴْلَو ﺎَُهُاَدْحِإ َﺮِّكَﺬُﺘَ ف ﺎَُهُاَدْحِإ ﱠﻞِضَت ْنَ ِءاَدَﻬُّشلا َﻦِم َنْﻮَضْﺮَ ت ﻦﱠِمِ ِنﺎَتَ َﺮْماَو ُُُﻞُ َﺮَ ف ِْيَْﻠُ َر ﺎَﻧﻮُﻜَي َْلَ ْنِإَف ْﻢُﻜِلﺎَ ِّر ﻦِم ِﻦْيَدﻴِﻬَش اوُدِﻬْشَﺘْ اَو ِاْدَ ْلﺎِﺑ ْنَ ﱠﻻِإ اﻮُﺑﺎَتْﺮَ ت ﱠﻻَ َنَْدَ َو ِةَدﺎَﻬﱠشﻠِل ُمَﻮْ قَ َو ِﷲا َدﻨِﻋ ُ َﺴْقَ ْﻢُﻜِلَذ ِﻪِﻠَ َ َ ِإ اً ِﺒَك ْوَ اً ِغَ ُﻩﻮُﺒُﺘْﻜَت ْنَ اﻮُﻤَئْﺴَت َﻻَو اﻮُﻋُدﺎَم اَذِإ ُء َدَﻬُّشلا َبْﺄَي َﻻَو ىَﺮْ ُلأْا ُﻪﱠﻧِإَف اﻮُﻠَ ْﻔَ ت نِإَو ُُُدﻴِﻬَش َﻻَو ُُُبِتﺎَك ﱠرآَضُي َﻻَو ْﻢُﺘْ َ يﺎَﺒَ ت اَذِإ اوُدِﻬْشَ َو ﺎَﻫﻮُﺒُﺘْﻜَت ﱠﻻَ ٌحﺎَﻨُ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َسْﻴَﻠَ ف ْﻢُﻜَﻨْ ﻴَ ﺑ ﺎَﻬَ ﻧوُﺮيِدُت ًةَﺮِضﺎَح ًةَرﺎَِتِ َنﻮُﻜَت ُُُﻢﻴِﻠَﻋ ٍءْيَش ِّﻞُﻜِﺑ ُﷲاَو ُﷲا ُﻢُﻜُﻤِّﻠَ ُ يَو َﷲا اﻮُﻘﱠ تاَو ْﻢُﻜِﺑ ُُُقﻮُﺴُف (

282 ) Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.

Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan-nya, maka hendaklah dia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan jangan-lah dia mengurangi sedikitpun

73Sarip Muslim,Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik .... hal.22

74Kariyoto, Akuntansi Dalam Perspektif Syariah Islam, (Jurnal: JIBEKA,Volume 7, No.2, 2013) hal.45

(21)

daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah de-ngan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulis-lah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS. Al-Baqarah: 282).

2. Prinsip Akuntansi Syariah

Prinsip akuntansi syariah dalam surat Al-Baqarah ayat: 282, ada tiga yaitu:75 1) Prinsip pertanggungjawaban (accountability), sangat berkaitan dengan konsep

amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan Allah SWT. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak- pihak yang berkaitan.

2) Prinsip keadilan, jika ditafsirkan lebih lanjut, surat Al-Baqarah ayat 282 mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam konteks

75Sarip Muslim,Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik .... hal.33

(22)

akuntansi, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar.

3) Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran, kebenaran ini kan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan.

3. Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional76 Persamaan kaidah akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:

a) Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi.

b) Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan.

c) Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal.

d) Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang.

e) Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya).

f) Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan.

g) Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok- Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain terdapat pada hal-hal sebagai berikut:

a) Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku,

76 Mukhlisul Muzahid, Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensionaldan Akuntansi Syariah,

http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdf/ (diakses pada 29 maret 2017/ jam 22.05)

(23)

dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas.

b) Modal dalam konsep Akuntansi Konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.

c) Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai.

d) Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko.77

e) Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal.

f) Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah

77 Mukhlisul Muzahid, Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensionaldan Akuntansi Syariah,

http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdf/ (diakses pada 29 maret 2017/ jam 22.05)

(24)

suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.78

4. Praktek Akuntansi Pemerintah Islam

Adapun praktek akuntansi pemerintah islam antara lain:79

a) Pada zaman Rasulullah SAW cikal bakal akuntansi dimulai dari fungsi pemerintah untuk mencapai tujuannya dan penunjukan orang-orang yang kompeten (Zaid,2000).

b) Pemerintah Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji, terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri (Hawary, 1998).

c) Perkembangan pemerintah islam hingga timur tengah, afrika,dan asia di zaman umar bin khatab, telah meningkatkan penerimaan dan pengeluaran negara.

d) Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran negara.

e) Umar bin Khatab mendirikan lembaga yang bernama Daiwan (dawwana=

tulisan).

f) Reliabilitas laporan keuangan pemerintah dikembangkan oleh umar bin abdul aziz (681-720M) dengan kewajiban mengeluarkan bukti penerimaan uang (Imam, 1951).

g) Al-waleed bin Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan tidak seperti sebelumnya (Lasheen,1973)

h) Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa Daulah Abbasiyah.

i) Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti akuntansi peternakan, akuntansi pertanian, akuntansi perbendaharaan, Akuntansi konstruksi, akuntansi mata uang, dan pemerikasaan buku/auditing (Al- Kalkashandy,1913).

j) Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi:80

1) Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivable subsidiary ledger), menunjukkan utang individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta uang

78Mukhlisul Muzahid, Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensionaldan Akuntansi Syariah,

http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pdf/ (diakses pada 29 maret 2017/ jam 22.05)

79http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196903272001121,ARIM/Akt_Syariah/akuntansi- syariah-sejarah-dan-perkembangan.pdf/(diakses pada 29 maret 2017/ jam 23.22)

80Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah ... hal. 03

(25)

hewan ternak dan cicilan. Utang individu dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen, 1973).

2) Jaridah Annafakat (Jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran negara.

3) Jaridah Al-Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran zakat.

4) Jaridah Al-Musadareen, mencatat penerimaan denda/sita dari individu yang tidak sesuai syariah, termasuk korupsi.

k) Laporan akuntansi yang berupa:

1) Al-Khitmah, menunjukan total pendapatan dan pengeluaran yang disebut setiap bulan (Bin Jafar, 1981)

2) Al-Khitmah Al jame’ah, laporan keuangan kompherensif gabungan antara income statemen dan balance sheet (pendapatan,pengeluaran, surplus/defisit, belanja untuk aset lancar maupun aset tetap), dialporkan pada akhir tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat diklasifikasikan pada laporan keuangan dalam 3 (tiga) kategori yaitu collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (Lasyin, dalam Zaid 2001).

5. Akad Murabahah Berdasarkan PSAK No.102 a. Standar Akuntansi Keuangan Murabahah

PSAK 102 paragraf 05, menjelaskan murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.81

Pengukuran,pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah yang sebelumnya tercantum dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, diganti dengan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.

Dalam PSAK 102 tentang murabahah menjelaskan ruang lingkup akuntansi yang diatur dalam PSAK tersebut adalah:82

1) PSAK 102 berlaku untuk transaksi Murabahah yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah dan pihak-pihak lain yang melakukan transaksi dengan lembaga keuangan syariah. PSAK ini diterapkan untuk LKS sebagai penjual dan LKS atau pihak lain yang bertransaksi dengan LKS sebagai

81 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, 2012, Padang: Akademia Permata, hal.141

82 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, 2011, Jakarta: IAI The Indonesian Institute of Accountants, hal.79

(26)

pembeli. Namun, PSAK ini tidak berlaku untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad Murabahah.

2) Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk penjual dan akuntansi untuk pembeli dalam transaksi Murabahah.

3) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi penjualan penyempurnaan dilakukan untuk:

a) Pengakuan keuntungan Murabahah pada saat terjadinya jika Murabahah secara tunai atau tangguh tidak melebihi satu periode laporan keuangan, sedangkan Murabahah secara tangguh melebihi satu periode laporan keuangan, keuntungannya diakui secara proporsional.

b) Pengakuan potingan pembelian dari pemasok.

c) Pengakuan pemberian potongan angsuran piutang Murabahah.

4) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli akhir penyempurnaan dilakukan untuk:

a) Pengakuan dan pengukuran beban Murabahah tangguhan.

b) Penerimaan diskon pembelian setelah akad Murabahah.

c) Pengakuan denda karena pembeli lalai dan potongan uang muka karena pembeli batal.

d) Pembeli akhir harus menyajikan utang Murabahah secara tersendiri.

b. Karakteristik Murabahah

Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah (paragraf 6 s/d 17) dijelaskan karakteristik murabahah sebagai berikut:83

1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli (PSAK No.102, paragraf 6).

2) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesananya.

Apabila asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami penuurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan

83Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102, tentang akuntansi murabahah, pargaraf 06-17.

(27)

nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad (PSAK No.102, paragraf 7).

3) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli , tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu (PSAK No.102, paragraf 8)84. 4) Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk

cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan (PSAK No.102, paragraf 9)

5) Harga yang di sepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli (PSAK No.102, paragraf 10)

6) Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:

a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian

barang.

c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang (PSAK No.102, paragraf 11)

7) Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut.

Jika diatur dalam akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual (PSAK No.102, paragraf 12)

8) Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutan murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual atau aset lainnya (PSAK No.102, paragraf 13).

9) Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal , maka uang muka dikembalika kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka itu lebih kecil

84 Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102, tentang akuntansi murabahah, pargaraf 08- 13

(28)

dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli(PSAK No.102, pargraf 14)

10) Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali jika dapat buktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.

Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda di peruntukkan sebagai dana kebajikan(PSAK No.102, paragraf 15)

11) Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:

a) Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu

b) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati(PSAK No.102, paragraf 16).

12) Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:

a) Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu

b) Mengalami penurunan kemampuan pembayaran (PSAK No.102, paragraf 17).

c. Regulasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 102 tentang Transaksi Murabahah

Ruang lingkup PSAK ini adalah untuk lembaga keuangan syariah koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli serta pihak lain yang melakukan transaski murabahah dengan entitas-entitas tersebut. Secara eksplisit disebutkan oleh IAI (Ikatan akuntan Indonesia), standar ini tidak mencakup obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad murabahah.85

1. Akuntansi Untuk Penjualan86

a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

Dr. Aset Murbahah xxx

85 Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah … hlm: 166

86 Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia.... hal.182

(29)

Kr. Kas xxx

b. Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi aset.Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnal:

Dr. Beban penurunan nilai xxx

Kr. Aset murabahah xxx

Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direslisasi, dan dipilih mana yang lebih rendah.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnal:

Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx

Kr. Aset Murabahah xxx

c. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya adalah sebagai berikut:

a) Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurangan biaya perolehan aset murabahah, jurnal:

Dr. Aset Murabahah xxx

Kr. Kas xxx

b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal:87

Dr. Kas xxx

Kr. Utang xxx

87 Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia.... hal.183

(30)

c) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, menjadi tambahan pendapatan murabahah, jurnal:

Dr. Kas xxx

Kr. Pendapatan Murabahah xxx

d) Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan operasional lain, jurnal:

Dr. Kas xxx

Kr. Pendapatan Operasional lain xxx

d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembilan diskon tersebut akan tereliminasi pada saat:

a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal:

Dr. Utang xxx

Kr. Kas xxx

b) Atau dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual, sehingga jurnal:

Dr. Utang xxx

Kr. Kas xxx

Dr. Dana Kebijakan – Kas xxx

Kr. Dana Kebijakan – Potongan Pembelian xxx e. Pengakuan keuntungan murabahah:

a) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguhan sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah:

Dr. Kas xxx

Dr. Piutang Murabahah xxx

Kr. Aset Murabahah xxx

Kr. Pendapatan Margin Murabahah xxx

b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai berikut:88

88 Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di indonesia.... hal.183-184

Referensi

Dokumen terkait

Hati merupakan organ yang memiliki fungsi detoksifikasi bagi tubuh, konsentrasi enzim ALAT yang berbeda nyata pada H+1 dan H+6 perlakuan dibandingkan dengan H-1

Penangkapan dan penahanan terhadap anak pelaku kejahatan atau anak nakal diatur dalam Pasal 43, 44, 45 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

GEMA – Volume VII, Nomor 1, Januari 2015 35 Menurut Lau dan Lee (1999:201), Karakteristik merek, karakteristik perusahaan, dan karakteristik hubungan pelanggan dengan

Penggunaan model pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI) disertai Peer Tutoring lebih efektif dibanding metode Modified Free Inquiry (MFI) terhadap prestasi belajar

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk: (1)menganalisis kebutuhan guru dijenjang SDN di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya; dan (2)merancang pemetaan kebutuhan

Forensik digital muncul dari banyaknya kriminal yang terjadi pada penggunaan sistem komputer sebagai objek atau sebagai alat yang digunakan untuk sebuah kejahatan

4 Social Mention es una herramienta que permite conocer qué se comenta en relación a un tema, marca o persona en Internet. En este caso, se buscaron los perfiles más influyentes en

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan kejadian kanker serviks diperoleh dari 42 responden dimana