KATA PENGANTAR
Kementerian Pertanian Republik Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) secara komprehensif, transparan dan akuntabel. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui perbaikan kualitas tandar kinerja, dalam hal ini Indikator Kinerja Utama (IKU), menuju IKU yang Specific, Measurable, Achievable Realistic, dan Time-bond (SMART).
Sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan upaya Kementerian Pertanian tersebut, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian telah melakukan perbaikan kualitas standar kinerja. Perbaikan IKU dilakukan secara berjenjang dari Level Eselon I sampai dengan Eselon III (Kepala Bagian Umum) Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian bekerjasama dengan tenaga profesional yang ahli dibidang manajemen kinerja pemerintah dalam mendampingi tim lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam penyusunan IKU dan Cascading Kinerja. Tenaga profesional dilibatkan karena keterbatasan Sumber Daya Manusia di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, khususnya dalam hal keahlian, waktu, dan pikiran terhadap substansi dimaksud.
Dengan adanya perbaikan kualitas standar kinerja melalui penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang baru ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam implementasi kinerja secara transparan dan
akuntabel lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Hal tersebut diharapkan dapat memperjelas tanggung jawab Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam mendukung capaian kinerja Menteri Pertanian.
Jakarta, Maret 2022 Direktur Jenderal
Ali Jamil
akuntabel lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Hal tersebut diharapkan dapat memperjelas tanggung jawab Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam mendukung capaian kinerja Menteri Pertanian.
Jakarta, Maret 2022 Direktur Jenderal
Ali Jamil
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... iii
KATA PENGANTAR ... i
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 2
C. Sasaran ... 3
II. .... INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN ... 5
A. Indikator Kinerja Utama ... 7
a. Sasaran Strategis (Level 0) ... 7
b. Sasaran Program (Level 1) ... 12
c. Sasaran Kegiatan (Level 2) ... 21
TIM PENYUSUN ... 40
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Pertanian Republik Indonesia berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) secara komprehensif, transparan dan akuntabel. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mewujudkan hal tersebut adalah melalui perbaikan kualitas standar kinerja, dalam hal ini Indikator Kinerja Utama (IKU), menuju IKU yang Specific, Measureable, Achievable, Realistic, dan Time-bound (SMART). Perbaikan kualitas standar kinerja telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian secara berjenjang perbaikan kualitas IKU dilakukan dari tingkat Menteri hingga ke staf. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Pertanian dalam mewujudkan hal tersebut diantaranya:
1. Keterkaitan antara IKU atasan dengan IKU bawahan belum terlihat secara menyeluruh;
2. Beberapa IKU masih belum SMART, dimana output dan outcome yang digunakan belum sepenuhnya mencerminkan output dan outcome organisasi;
3. Keselarasan beban kinerja antar unit kerja yang berada pada satu level yang sama belum berimbang, dimana ada unit kerja yang mendapatkan beban kinerja lebih berat dari unit kerja lainnya;
4. Pengukuran kinerja belum terkait antara atasan dengan bawahan, sehingga kinerja yang dicapai belum sepenuhnya merepresentasikan kinerja atasan langsungnya.
Permasalahan tersebut menyebabkan keselarasan (Alignment) baik antara unit kerja atasan dengan bawahan maupun antar
unit kerja bawahan belum dapat sepenuhnya terwujud. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendelegasian (Cascading) kinerja dari mulai tingkat Menteri ke bawah dengan menggunakan metode yang konsisten dan komprehensif sehingga akuntabilitas kinerja atasan dan bawahan dapat terwujud.
Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan adanya kegiatan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan cascading standar kinerja Kementerian Pertanian dari tingkat Menteri hingga Eselon II di Lingkungan Kementerian Pertanian, termasuk Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
B. Tujuan dan Manfaat
Penetapan Indikator Kinerja Utama Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian bertujuan untuk menghasilkan standar kinerja Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang mendukung standar kinerja Kementerian Pertanian. Hal tersebut untuk mendapatkan keterkaitan antara kinerja atasan dengan kinerja bawahan sesuai kewenangan serta tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja.
Manfaat penetapan Indikator Kinerja Utama Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, sebagai berikut:
1. Menghasilkan dokumen standar kinerja yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi kinerja secara transparan dan akuntabel Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sehingga tanggung jawab Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menjadi jelas dalam mendukung capaian Kinerja Menteri Pertanian.
unit kerja bawahan belum dapat sepenuhnya terwujud. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendelegasian (Cascading) kinerja dari mulai tingkat Menteri ke bawah dengan menggunakan metode yang konsisten dan komprehensif sehingga akuntabilitas kinerja atasan dan bawahan dapat terwujud.
Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan adanya kegiatan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan cascading standar kinerja Kementerian Pertanian dari tingkat Menteri hingga Eselon II di Lingkungan Kementerian Pertanian, termasuk Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
B. Tujuan dan Manfaat
Penetapan Indikator Kinerja Utama Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian bertujuan untuk menghasilkan standar kinerja Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang mendukung standar kinerja Kementerian Pertanian. Hal tersebut untuk mendapatkan keterkaitan antara kinerja atasan dengan kinerja bawahan sesuai kewenangan serta tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja.
Manfaat penetapan Indikator Kinerja Utama Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, sebagai berikut:
1. Menghasilkan dokumen standar kinerja yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi kinerja secara transparan dan akuntabel Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sehingga tanggung jawab Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menjadi jelas dalam mendukung capaian Kinerja Menteri Pertanian.
2. Menghasilkan dokumen standar kinerja yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja, sehingga perbaikan secara berkelanjutan dapat dilaksanakan dalam meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana pertanian secara konsisten.
3. Menghasilkan dokumen standar kinerja yang dapat digunakan dalam menyusun penganggaran, sehingga arah penggunaan anggaran dapat difokuskan untuk mencapai indikator kinerja tertentu (anggaran berbasis kinerja).
4. Menghasilkan dokumen standar kinerja yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang disusun setiap tahun.
5. Dokumen standar kinerja yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai bagian dari akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian.
C. Sasaran
Penetapan Indikator Kinerja Utama Lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian digunakan untuk:
1. Perencanaan pembangunan jangka menengah;
2. Perencanaan tahunan;
3. Penyusunan dokumen perjanjian kinerja;
4. Pelaporan akuntabilitas kinerja; dan
5. Evaluasi, pemantauan, dan pengendalian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
II. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA
PERTANIAN
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian memiliki tugas untuk merumuskan serta melaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang prasarana dan sarana pertanian dan memiliki fungsi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, kriteria, dan prosedur serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang prasarana dan sarana pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian terdiri dari 6 unit eselon II.
Keenam unit Eselon II tersebut ialah: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Pupuk dan Pestisida, dan Direktorat Alat dan Mesin Pertanian.
Selanjutnya, dalam rangka menindaklanjuti kebijakan Penyederhanaan Birokrasi yang menjadi salah satu fokus dari lima program prioritas Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin. Kementerian Pertanian menerbitkan Permentan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Kelompok Substansi dan Sub Kelompok Substansi pada Kelompok Jabatan Fungsional Lingkup Kementerian Pertanian. Dalam peraturan ini, Kementerian Pertanian melakukan penyederhanan birokrasi menjadi dua level eselon dengan mereformasi jabatan administrator (eselon III) dan pengawas (eselon IV) ke dalam Jabatan Fungsional (JF) yang mempunyai keahlian dan kompetensi khusus.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian prapanen.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitas irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian prapanen.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitas irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen.
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
A. Indikator Kinerja Utama (Terkait Tugas dan Fungsi Ditjen PSP)
a.
Sasaran Strategis 1 (Level 0):Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/ Uraian
SS.1 Meningkatnya Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas
IKSS.9 Tingkat Pemenuhan Prasarana Pertanian Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemenuhan prasarana pertanian yang sudah dibangun berdasarkan kebutuhan. Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, prasarana budi daya pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama dan pendukung budi daya pertanian. Prasarana tersebut meliputi lahan, jaringan irigasi dan atau drainase, serta akses pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian.
Sumber Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian: Lakin Ditjen PSP
Cara Menghitung:
(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 + 𝑐𝑐
3 ) 𝑥𝑥 100%
Ket:
1) Identifikasi tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian (a)
2) Identifikasi tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian (b)
3) Identifikasi tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian (c)
Rumus tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang mendapatkan suplai air melalui jaringan irigasi baik melalui rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan sumber air dan pengembangan embung pertanian (Ha) (a)
2) Identifikasi total kebutuhan pengairan berdasarkan luas lahan pertanian (Ha) (b)
Rumus tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang tersedia saat ini (Ha) (a)
2) Identifikasi total kebutuhan lahan pertanian berdasarkan target produksi pertanian (Ha) (b) Rumus tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian:
𝑎𝑎𝑏𝑏 + { 𝑐𝑐𝑒𝑒 +𝑑𝑑
2 }𝑓𝑓
2 𝑥𝑥100%
1)
Identifikasi total usaha pertanian yang mendapatkan akses pembiayaan (pelaku usaha) (a)2)
Identifikasi total usaha pertanian (pelaku usaha) (b)Rumus tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang mendapatkan suplai air melalui jaringan irigasi baik melalui rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan sumber air dan pengembangan embung pertanian (Ha) (a)
2) Identifikasi total kebutuhan pengairan berdasarkan luas lahan pertanian (Ha) (b)
Rumus tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang tersedia saat ini (Ha) (a)
2) Identifikasi total kebutuhan lahan pertanian berdasarkan target produksi pertanian (Ha) (b) Rumus tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian:
𝑎𝑎𝑏𝑏 + { 𝑒𝑒 +𝑐𝑐 𝑑𝑑
2 }𝑓𝑓
2 𝑥𝑥100%
1)
Identifikasi total usaha pertanian yang mendapatkan akses pembiayaan (pelaku usaha) (a)2)
Identifikasi total usaha pertanian (pelaku usaha) (b)3)
Identifikasi total lahan pertanian yang terlindungi asuransi pertanian (Ha) (c)4)
Identifikasi total ternak yang terlindungi asuransi pertanian (Ekor) (d)5)
Identifikasi total lahan pertanian (Ha) (e)6)
Identifikasi total ternak (Ekor) (f)Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Penanggungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
IKSS.10 Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemanfaatan sarana produksi pertanian yang sudah disalurkan ke kelompok tani/gabungan kelompok tani penerima manfaat.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, Sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian. Sarana tersebut meliputi benih tanaman dan benih hewan atau bibit hewan; pupuk, pestisida, pakan dan alsintan.
Sumber Data:
Ditjen PSP; Ditjen Hortikultura; Ditjen PKH (Diolah)
Cara Menghitung:
1. Mengambil data tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Ditjen Hortikultura.
2. Menjumlahkan seluruh data tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian.
3. Menghitung rata-rata tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian.
Tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian secara keseluruhan dihitung dengan rumus:
∑(tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian)
∑𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝐼𝐼 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦 𝑚𝑚𝑒𝑒𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑒𝑒𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑝𝑝𝑒𝑒𝑒𝑒𝑦𝑦𝑝𝑝𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑦𝑦𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑒𝑒𝑚𝑚𝑦𝑦𝑒𝑒𝑘𝑘𝑦𝑦𝑦𝑦𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑒𝑒𝑦𝑦𝑝𝑝𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑒𝑒𝑝𝑝𝑝𝑝𝑚𝑚𝑒𝑒𝑡𝑡
𝑝𝑝𝑒𝑒𝑝𝑝𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒
Pengukuran tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dihitung dengan rumus:
(𝑦𝑦 + 𝑏𝑏
2 ) 𝑋𝑋100%
1) Identifikasi tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida (a)
2) Identifikasi tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen (b)
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
𝑦𝑦 + 𝑏𝑏 𝑐𝑐 + 𝑝𝑝 + 𝑒𝑒
𝑘𝑘 2 𝑥𝑥100%
Cara Menghitung:
1. Mengambil data tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Ditjen Hortikultura.
2. Menjumlahkan seluruh data tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian.
3. Menghitung rata-rata tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian.
Tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian secara keseluruhan dihitung dengan rumus:
∑(tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian)
∑𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝐼𝐼 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦 𝑚𝑚𝑒𝑒𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑒𝑒𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑝𝑝𝑒𝑒𝑒𝑒𝑦𝑦𝑝𝑝𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑒𝑒𝑦𝑦𝑚𝑚𝑦𝑦𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑒𝑒𝑚𝑚𝑦𝑦𝑒𝑒𝑘𝑘𝑦𝑦𝑦𝑦𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒 𝑒𝑒𝑦𝑦𝑝𝑝𝑦𝑦𝑒𝑒𝑦𝑦 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑒𝑒𝑝𝑝𝑝𝑝𝑚𝑚𝑒𝑒𝑡𝑡
𝑝𝑝𝑒𝑒𝑝𝑝𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒𝑡𝑡𝑦𝑦𝑒𝑒
Pengukuran tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dihitung dengan rumus:
(𝑦𝑦 + 𝑏𝑏
2 ) 𝑋𝑋100%
1) Identifikasi tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida (a)
2) Identifikasi tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen (b)
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
𝑦𝑦 + 𝑏𝑏 𝑐𝑐 + 𝑝𝑝 + 𝑒𝑒
𝑘𝑘 2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total pupuk bersubsidi (ton) yang terdistribusi (a)
2) Identifikasi total pupuk non-subsidi (ton) yang terdistribusi (b)
3) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) bersubsidi (c)
4) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) non- subsidi (d)
5) Identifikasi total pestisida (ton) yang terdistribusi (e)
6) Identifikasi total kebutuhan pestisida (ton) (f) Rumus tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen:
Tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen dilakukan melalui survei secara langsung dan atau tidak langsung terhadap penerima manfaat (poktan/gapoktan/UPJA/Brigade) (t-1). Jumlah sampel alsintan prapanen dihitung dengan menggunakan metode Slovin dengan tingkat margin error 5%-10%.
Rumus Slovin: n = N / (1 + (N x e²)) dengan: N = Jumlah populasi; e = tingkat margin error yang digunakan.
Unit yang Terlibat:
1. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 2. Ditjen Hortikultura
3. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Penangungjawab Data:
Data dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan dengan melibatkan unit terkait yaitu:
1. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
2. Ditjen Hortikultura
3. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
b.
Sasaran Program (Level 1):1) Program: Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SP.16 Tersedianya Prasarana pertanian sesuai kebutuhan IKSP.1 Tingkat Pemenuhan Prasarana Pertanian
Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemenuhan prasarana pertanian yang sudah dibangun berdasarkan kebutuhan. Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, prasarana budi daya pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama dan pendukung budi daya pertanian. Prasarana tersebut meliputi lahan, jaringan irigasi dan atau drainase, serta akses pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian.
Sumber Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian: Lakin Ditjen PSP
Cara Menghitung:
(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 + 𝑐𝑐
3 ) 𝑥𝑥 100%
Ket:
1) Identifikasi tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian
2) Identifikasi tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian
2. Ditjen Hortikultura
3. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
b.
Sasaran Program (Level 1):1) Program: Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SP.16 Tersedianya Prasarana pertanian sesuai kebutuhan IKSP.1 Tingkat Pemenuhan Prasarana Pertanian
Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemenuhan prasarana pertanian yang sudah dibangun berdasarkan kebutuhan. Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, prasarana budi daya pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama dan pendukung budi daya pertanian. Prasarana tersebut meliputi lahan, jaringan irigasi dan atau drainase, serta akses pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian.
Sumber Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian: Lakin Ditjen PSP
Cara Menghitung:
(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 + 𝑐𝑐
3 ) 𝑥𝑥 100%
Ket:
1) Identifikasi tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian
2) Identifikasi tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian
3) Identifikasi tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian
Rumus tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang mendapatkan suplai air melalui jaringan irigasi baik melalui rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan sumber air dan pengembangan embung pertanian (Ha) (a);
2) Identifikasi total kebutuhan pengairan berdasarkan luas lahan pertanian (Ha) (b)
Rumus tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang tersedia saat ini (Ha) (a)
2) Identifikasi total kebutuhan lahan pertanian berdasarkan target produksi pertanian (Ha) (b) Rumus tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian:
𝑎𝑎𝑏𝑏 + { 𝑐𝑐𝑒𝑒 +𝑑𝑑
2 }𝑓𝑓
2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total usaha pertanian yang mendapatkan akses pembiayaan (pelaku usaha) (a) 2) Identifikasi total usaha pertanian (pelaku usaha) (b)
3) Identifikasi total lahan pertanian yang terlindungi asuransi pertanian (Ha) (c)
4) Identifikasi total ternak yang terlindungi asuransi pertanian (Ekor) (d)
5) Identifikasi total lahan pertanian (Ha) (e) 6) Identifikasi total ternak (Ekor) (f)
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
IKSP.2 Persentase lahan baku sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Deskripsi:
Perlindungan lahan yang dimaksud dalam indikator ini ialah perlindungan baik dalam konteks konservasi maupun alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan adalah pergeseran penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan untuk kepentingan lain, selain pertanian.
Indikator ini merujuk pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). PLP2B adalah system dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
3) Identifikasi total lahan pertanian yang terlindungi asuransi pertanian (Ha) (c)
4) Identifikasi total ternak yang terlindungi asuransi pertanian (Ekor) (d)
5) Identifikasi total lahan pertanian (Ha) (e) 6) Identifikasi total ternak (Ekor) (f)
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian; Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan; serta Direktorat Pembiayaan Pertanian)
IKSP.2 Persentase lahan baku sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Deskripsi:
Perlindungan lahan yang dimaksud dalam indikator ini ialah perlindungan baik dalam konteks konservasi maupun alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan adalah pergeseran penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan untuk kepentingan lain, selain pertanian.
Indikator ini merujuk pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). PLP2B adalah system dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
mengendalikan dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Sumber Data:
- Data luas sawah yang ditetapkan sebagai LP2B didapatkan dari Kelompok Substansi Perlindungan Lahan (Laporan Rekapitulasi/Dokumen LP2B) - Data luas baku sawah yang ditetapkan pemerintah
tahun ke-n (Kementerian ATR/BPN) Cara Menghitung:
Rumus Persentase lahan baku sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B):
(
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠𝐿𝐿ℎ 𝑦𝑦𝐿𝐿𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑦𝑦 𝐿𝐿𝑑𝑑𝑠𝑠𝐿𝐿𝑦𝑦𝐿𝐿𝑑𝑑 𝐿𝐿𝐿𝐿2𝐵𝐵
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑠𝑠𝐿𝐿𝑑𝑑𝐿𝐿 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠𝐿𝐿ℎ 𝑦𝑦𝐿𝐿𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑦𝑦𝑑𝑑𝐿𝐿ℎ 𝑑𝑑𝐿𝐿ℎ𝐿𝐿𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑 − 𝑦𝑦
) 𝑥𝑥 100%
Satuan Pengukuran: Persentase (%) Sifat Data IKU/Polarisasi: Maximize Periode Data IKU: Tahunan
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Penanggungjawab Data:
- Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
- Ditjen Penataan Agraria (Direktorat Penataagunaan Tanah) Kementerian ATR/BPN
SP.17 Termanfaatkannya sarana produksi pertanian sesuai dengan kebutuhan
IKSP.1 Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemanfaatan sarana produksi pertanian yang sudah disalurkan ke kelompok tani/gabungan kelompok tani penerima manfaat.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian. Sarana tersebut meliputi benih tanaman dan benih hewan atau bibit hewan; pupuk, pestisida, pakan dan alsintan.
Sumber Data:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Cara Menghitung:
Pengukuran tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dihitung dengan rumus:
(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏
2 ) 𝑋𝑋100%
a. Identifikasi tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida (a)
b. Identifikasi tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen (b)
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 𝑐𝑐 + 𝑑𝑑 + 𝑒𝑒
𝑓𝑓 2 𝑥𝑥100%
Deskripsi:
Indikator ini untuk mengetahui pemanfaatan sarana produksi pertanian yang sudah disalurkan ke kelompok tani/gabungan kelompok tani penerima manfaat.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian. Sarana tersebut meliputi benih tanaman dan benih hewan atau bibit hewan; pupuk, pestisida, pakan dan alsintan.
Sumber Data:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Cara Menghitung:
Pengukuran tingkat kemanfaatan sarana produksi pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dihitung dengan rumus:
(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏
2 ) 𝑋𝑋100%
a. Identifikasi tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida (a)
b. Identifikasi tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen (b)
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 𝑐𝑐 + 𝑑𝑑 + 𝑒𝑒
𝑓𝑓 2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total pupuk bersubsidi (ton) yang terdistribusi (a)
2) Identifikasi total pupuk non-subsidi (ton) yang terdistribusi (b)
3) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) bersubsidi (c)
4) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) non- subsidi (d)
5) Identifikasi total pestisida (ton) yang terdistribusi (e)
6) Identifikasi total kebutuhan pestisida (ton) (f) Rumus tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen:
Tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen dilakukan melalui survei secara langsung dan atau tidak langsung terhadap penerima manfaat (poktan/gapoktan/UPJA/Brigade) (t-1). Jumlah sampel alsintan prapanen dihitung dengan menggunakan metode Slovin dengan tingkat margin error 5%-10%
Rumus Slovin: n = N / (1 + (N x e²)) dengan: N = Jumlah populasi; e = tingkat margin error yang digunakan.
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pupuk dan Pestisida dan Direktorat Alat dan Mesin Pertanian)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pupuk dan Pestisida dan Direktorat Alat dan Mesin Pertanian)
2) Program: Dukungan Manajemen
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SP.1 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
IKSP.1 Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Nilai Reformasi Birokrasi (RB) Kementerian Pertanian merupakan gambaran proses maupun hasil atas upaya pelaksanaan rencana aksi RB yang dilakukan seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian sesuai kerangka Reformasi Birokrasi Nasional.
Sejak tahun 2020, evaluasi pelaksanaan RB menggunakan PermenPANRB nomor 26 tahun 2020 tentang pedoman evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi. Yang menjadi pembeda dalam pedoman ini adalah penekanan lebih kepada penilaian kemajuan delapan area perubahan yang telah dilakukan oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah melalui penambahan subkomponen Hasil Antara dan Reform.
Nilai RB dinilai berdasarkan 2 (dua) kriteria, yaitu kriteria pengungkit dengan bobot 60% serta kriteria hasil dengan nilai 40%. Kriteria pengungkit terdiri dari 8 (delapan) komponen yang merepresentasikan 8 (delapan) area perubahan dalam RB Kementerian Pertanian. Komponen penataan peraturan perundang- undangan, komponen penataan tata laksana, serta komponen manajemen perubahan memiliki bobot
2) Program: Dukungan Manajemen Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SP.1 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
IKSP.1 Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Nilai Reformasi Birokrasi (RB) Kementerian Pertanian merupakan gambaran proses maupun hasil atas upaya pelaksanaan rencana aksi RB yang dilakukan seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian sesuai kerangka Reformasi Birokrasi Nasional.
Sejak tahun 2020, evaluasi pelaksanaan RB menggunakan PermenPANRB nomor 26 tahun 2020 tentang pedoman evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi. Yang menjadi pembeda dalam pedoman ini adalah penekanan lebih kepada penilaian kemajuan delapan area perubahan yang telah dilakukan oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah melalui penambahan subkomponen Hasil Antara dan Reform.
Nilai RB dinilai berdasarkan 2 (dua) kriteria, yaitu kriteria pengungkit dengan bobot 60% serta kriteria hasil dengan nilai 40%. Kriteria pengungkit terdiri dari 8 (delapan) komponen yang merepresentasikan 8 (delapan) area perubahan dalam RB Kementerian Pertanian. Komponen penataan peraturan perundang- undangan, komponen penataan tata laksana, serta komponen manajemen perubahan memiliki bobot
terendah yaitu masing-masing sebesar 5%. Kemudian komponen penataan dan penguatan organisasi, peningkatan akuntabilitas, serta peningkatan kualitas pelayanan publik memiliki bobot masing-masing sebesar 6%. Komponen penguatan pengawasan memiliki bobot cukup besar dalam penilaian RB yaitu sebesar 12% serta komponen penataan sistem manajemen SDM memiliki bobot terbesar yaitu 15%.
Sedangkan untuk kriteria hasil memiliki 3 (tiga) komponen, yaitu kapasitas dan akuntabilitas organisasi dengan bobot 20%, pemerintahan yang bersih dan bebas KKN dengan bobot sebesar 10%, serta kualitas pelayanan publik dengan bobot sebesar 10%.
Hasil yang diharapkan dari reformasi birokrasi adalah terwujudnya pemerintahan bersih, akuntabel, dan kapabel, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, profesional, serta bersih dari praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) sebagaimana tercermin dalam tiga sasaran hasil utama program reformasi birokrasi.
Sumber Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal
Cara Menghitung:
Bandingkan antara target kinerja nilai RB dengan hasil evaluasi RB dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB)
Jika nilai RB dari MenPAN RB belum diterbitkan, maka gunakan hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Auditor Kinerja Internal Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penanggungjawab Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal (Inspektorat Jenderal)
SP.2 Terwujudnya Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Akuntabel dan Berkualitas
IKSP.1 Nilai Kinerja Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Kinerja anggaran adalah capaian kinerja atas penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga yang tertuang dalam dokumen anggaran. Evaluasi kinerja anggaran sebagai instrumen penganggaran berbasis kinerja untuk pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan fungsi peningkatan kualitas.
Sumber Data:
Kementerian Keuangan (DJA): SMART Cara Menghitung:
NK = (I X WI) + (CH X WCH); Dimana I = (P X WP) + (K X WK) + PK X WPK) + NE X WE)
• I = Nilai aspek implementasi
• WI = Bobot aspek implementasi
Jika nilai RB dari MenPAN RB belum diterbitkan, maka gunakan hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Auditor Kinerja Internal Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penanggungjawab Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal (Inspektorat Jenderal)
SP.2 Terwujudnya Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Akuntabel dan Berkualitas
IKSP.1 Nilai Kinerja Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Kinerja anggaran adalah capaian kinerja atas penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga yang tertuang dalam dokumen anggaran. Evaluasi kinerja anggaran sebagai instrumen penganggaran berbasis kinerja untuk pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan fungsi peningkatan kualitas.
Sumber Data:
Kementerian Keuangan (DJA): SMART Cara Menghitung:
NK = (I X WI) + (CH X WCH); Dimana I = (P X WP) + (K X WK) + PK X WPK) + NE X WE)
• I = Nilai aspek implementasi
• WI = Bobot aspek implementasi
• CH = Capaian hasil
• WCH = Bobot capaian hasil
• P = Penyerapan anggaran
• WP = Bobot penyerapan anggaran
• K = Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
• WK = Bobot konsistensi antara perencanaan dan implementasi
• PK = Pencapaian keluaran
• WPK = Bobot pencapaian keluaran
• NE = Nilai efisiensi
• WE = Bobot efisiensi Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penangungjawab Data:
Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Anggaran)
c.
Sasaran Kegiatan (Level 2):Program: Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas
1. Kegiatan: Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian Unit Kerja Eselon II: Direktorat Irigasi Pertanian Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi irigasi pertanian dalam mendistribusikan air ke seluruh lahan pertanian
IKSK.1 Tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian
Deskripsi:
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani dalam rangka memproduksi baik tanaman maupun hewan ternak.
Lahan pertanian yang dimaksud meliputi: lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Pengairan yang dimaksud adalah lahan pertanian mendapatkan suplai air. Jika belum terdapat data terkait kebutuhan jaringan irigasi, maka dapat digunakan asumsi dengan menggunakan jumlah irigasi per luas tanam sebagai dasar perhitungan. Suplai air bisa didapatkan dari hasil rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan embung pertanian, dan pengembangan sumber air yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Sumber Data:
Data terkait suplai air yang berasal dari rehabilitasi jaringan irigasi didapatkan dari Kelompok Substansi Pengembangan Jaringan Irigasi dan Perkumpulan Petani Pemakai Air;
Data terkait suplai air yang berasal dari pengembangan sumber air baru didapatkan dari Kelompok Substansi Pengembangan Sumber Air;
Data terkait suplai air yang berasal dari Pengembangan Embung Pertanian didapatkan dari Kelompok Substansi Iklim, Konservasi Air dan Lingkungan Hidup.
Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian:
Deskripsi:
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani dalam rangka memproduksi baik tanaman maupun hewan ternak.
Lahan pertanian yang dimaksud meliputi: lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Pengairan yang dimaksud adalah lahan pertanian mendapatkan suplai air. Jika belum terdapat data terkait kebutuhan jaringan irigasi, maka dapat digunakan asumsi dengan menggunakan jumlah irigasi per luas tanam sebagai dasar perhitungan. Suplai air bisa didapatkan dari hasil rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan embung pertanian, dan pengembangan sumber air yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Sumber Data:
Data terkait suplai air yang berasal dari rehabilitasi jaringan irigasi didapatkan dari Kelompok Substansi Pengembangan Jaringan Irigasi dan Perkumpulan Petani Pemakai Air;
Data terkait suplai air yang berasal dari pengembangan sumber air baru didapatkan dari Kelompok Substansi Pengembangan Sumber Air;
Data terkait suplai air yang berasal dari Pengembangan Embung Pertanian didapatkan dari Kelompok Substansi Iklim, Konservasi Air dan Lingkungan Hidup.
Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1) Identifikasi total lahan pertanian yang mendapatkan suplai air melalui jaringan irigasi baik melalui rehabilitasi jaringan irigasi, pengembangan sumber air dan pengembangan embung pertanian (Ha) (a);
2) Identifikasi total kebutuhan pengairan berdasarkan luas lahan pertanian (Ha) (b).
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Irigasi Pertanian)
2. Kegiatan: Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Tersedianya lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan secara berkelanjutan
IKSK.1 Tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian Deskripsi:
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani dalam rangka memproduksi baik tanaman maupun hewan ternak.
Lahan pertanian yang dimaksud meliputi: lahan
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Ketersediaan lahan berasal dari kegiatan optimasi, rehabilitasi dan perluasan areal baru.
Sumber Data:
Data total lahan pertanian yang tersedia berdasarkan perluasan areal didapatkan dari Kelompok Substansi Perluasan Areal
Data total lahan pertanian yang tersedia berdasarkan rehabilitasi dan optimasi didapatkan dari Kelompok Substansi Optimasi dan Rehabilitasi Lahan
Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1. Identifikasi total lahan pertanian yang tersedia saat ini (Ha) (a);
2. Identifikasi total kebutuhan lahan pertanian berdasarkan target produksi pertanian (Ha) (b).
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Ketersediaan lahan berasal dari kegiatan optimasi, rehabilitasi dan perluasan areal baru.
Sumber Data:
Data total lahan pertanian yang tersedia berdasarkan perluasan areal didapatkan dari Kelompok Substansi Perluasan Areal
Data total lahan pertanian yang tersedia berdasarkan rehabilitasi dan optimasi didapatkan dari Kelompok Substansi Optimasi dan Rehabilitasi Lahan
Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan ketersediaan lahan pertanian:
(𝑎𝑎
𝑏𝑏) 𝑥𝑥 100%
1. Identifikasi total lahan pertanian yang tersedia saat ini (Ha) (a);
2. Identifikasi total kebutuhan lahan pertanian berdasarkan target produksi pertanian (Ha) (b).
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
IKSK.2 Persentase lahan baku sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Deskripsi:
Perlindungan lahan yang dimaksud dalam indikator ini ialah perlindungan baik dalam konteks konservasi maupun alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan adalah pergeseran penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan untuk kepentingan lain, selain pertanian.
Indikator ini merujuk pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). PLP2B adalah system dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Sumber Data:
Data luas sawah yang ditetapkan sebagai LP2B didapatkan dari Kelompok Substansi Perlindungan Lahan
Data luas baku sawah yang ditetapkan pemerintah tahun ke-n (Kementerian ATR/BPN)
Cara Menghitung:
Rumus Persentase lahan baku sawah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B):
(
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠𝐿𝐿ℎ 𝑦𝑦𝐿𝐿𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑦𝑦 𝐿𝐿𝑑𝑑𝑠𝑠𝐿𝐿𝑦𝑦𝐿𝐿𝑑𝑑 𝐿𝐿𝐿𝐿2𝐵𝐵
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑠𝑠𝐿𝐿𝑑𝑑𝐿𝐿 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠𝐿𝐿ℎ 𝑦𝑦𝐿𝐿𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑𝑦𝑦𝑑𝑑𝐿𝐿ℎ 𝑑𝑑𝐿𝐿ℎ𝐿𝐿𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑 − 𝑦𝑦
) 𝑥𝑥 100%
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Penanggungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Ditjen Penataan Agraria (Direktorat Penataagunaan Tanah) Kementerian ATR/BPN
3. Kegiatan: Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Alat dan Mesin Pertanian
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Meratanya pemanfaatan alsintan di wilayah pertanian sesuai kebutuhan peningkatan produktivitas pangan strategis nasional
IKSK.1 Tingkat kemanfaatan alsintan Deskripsi:
Alat dan mesin pertanian (alsintan) adalah peralatan yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan termasuk kegiatan panen dan pasca panen.
Alsintan pra panen membantu dalam proses budidaya pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian memiliki tanggung jawab dalam penyediaan, pengecekan kualitas, pendistribusian, hingga pemanfaatan alsintan oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani/UPJA/Brigade. Fokus pada pemanfaatan
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Penanggungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan)
Ditjen Penataan Agraria (Direktorat Penataagunaan Tanah) Kementerian ATR/BPN
3. Kegiatan: Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Alat dan Mesin Pertanian
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Meratanya pemanfaatan alsintan di wilayah pertanian sesuai kebutuhan peningkatan produktivitas pangan strategis nasional
IKSK.1 Tingkat kemanfaatan alsintan Deskripsi:
Alat dan mesin pertanian (alsintan) adalah peralatan yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan termasuk kegiatan panen dan pasca panen.
Alsintan pra panen membantu dalam proses budidaya pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian memiliki tanggung jawab dalam penyediaan, pengecekan kualitas, pendistribusian, hingga pemanfaatan alsintan oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani/UPJA/Brigade. Fokus pada pemanfaatan
yaitu bagaimana alsintan yang sudah didistribusikan dapat digunakan dengan tepat guna oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani/UPJA/Brigade untuk mendukung produksi komoditas strategis pertanian nasional.
Sumber Data:
Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Cara Menghitung:
Tingkat kemanfaatan alat dan mesin pertanian prapanen dilakukan melalui identifikasi dengan survei secara langsung dan atau tidak langsung terhadap penerima manfaat (poktan/gapoktan/UPJA/Brigade) dalam kurun waktu (t-1). Jumlah sampel alsintan prapanen dihitung dengan menggunakan metode Slovin dengan tingkat margin error 5%-10%
Rumus Slovin: n = N / (1 + (N x e²))
dengan: N = Jumlah populasi; e = tingkat margin error yang digunakan.
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Alat dan Mesin Pertanian)
Penanggungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Alat dan Mesin Pertanian)
4. Kegiatan: Fasilitasi Pupuk dan Pestisida
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Pupuk Dan Pestisida Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Optimalnya distribusi pupuk dan pestisida dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional IKSK.1 Tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida
Deskripsi:
Pupuk dan pestisida merupakan komponen yang mempengaruhi produksi komoditas strategis pertanian.
Pupuk bagi pertanian sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pupuk bersubsidi yang merupakan program pemerintah dan pupuk non-subsidi baik pupuk organik maupun anorganik. Pupuk membantu dalam meningkatkan indeks pertanaman yang pada akhirnya mendorong peningkatan produksi. Pestisida pertanian terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu pestisida kimia dan hayati. Penggunaan pestisida diharapkan dapat mengurangi potensi gagal panen akibat Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang pada akhirnya berkontribusi terhadap luas panen pertanian.
Penyediaan tidak hanya dalam lingkup mengadakan, namun dalam cakupan yang lebih luas lagi meliputi bagaimana distribusi, kualitas dan pemanfaatan pupuk dan pestisida oleh petani.
Sumber Data:
Direktorat Pupuk dan Pestisida Cara Menghitung:
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
4. Kegiatan: Fasilitasi Pupuk dan Pestisida
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Pupuk Dan Pestisida Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Optimalnya distribusi pupuk dan pestisida dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional IKSK.1 Tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida
Deskripsi:
Pupuk dan pestisida merupakan komponen yang mempengaruhi produksi komoditas strategis pertanian.
Pupuk bagi pertanian sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pupuk bersubsidi yang merupakan program pemerintah dan pupuk non-subsidi baik pupuk organik maupun anorganik. Pupuk membantu dalam meningkatkan indeks pertanaman yang pada akhirnya mendorong peningkatan produksi. Pestisida pertanian terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu pestisida kimia dan hayati. Penggunaan pestisida diharapkan dapat mengurangi potensi gagal panen akibat Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang pada akhirnya berkontribusi terhadap luas panen pertanian.
Penyediaan tidak hanya dalam lingkup mengadakan, namun dalam cakupan yang lebih luas lagi meliputi bagaimana distribusi, kualitas dan pemanfaatan pupuk dan pestisida oleh petani.
Sumber Data:
Direktorat Pupuk dan Pestisida Cara Menghitung:
Rumus tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan pestisida:
𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 𝑐𝑐 + 𝑑𝑑 + 𝑒𝑒
𝑓𝑓 2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total pupuk bersubsidi (ton) yang terdistribusi (a)
2) Identifikasi total pupuk non-subsidi (ton) yang terdistribusi (b)
3) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) bersubsidi (c)
4) Identifikasi total kebutuhan pupuk (ton) non-subsidi (d)
5) Identifikasi total pestisida (ton) yang terdistribusi (e) 6) Identifikasi total kebutuhan pestisida (ton) (f) Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pupuk dan Pestisida)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pupuk dan Pestisida)
5. Kegiatan: Fasilitasi Pembiayaan Pertanian
Unit Kerja Eselon II: Direktorat Pembiayaan Pertanian
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Meningkatnya akses pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian
IKSK.1 Tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian
Deskripsi:
Pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian merupakan salah satu faktor pendukung keberlangsungan penyelenggaraan pertanian. Pemberian akses pembiayaan memudahkan petani untuk mendapatkan modal untuk menyelenggarakan dan mengembangkan usaha pertanian. Modal didapatkan dari berbagai sumber baik APBN maupun non-APBN melalui berbagai skema pembiayaan. Perlindungan usaha pertanian berguna untuk memberikan proteksi terhadap potensi kerugian usaha pertanian melalui asuransi usaha pertanian.
Sumber Data:
Direktorat Pembiayaan Pertanian Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian:
𝑎𝑎𝑏𝑏 + { 𝑒𝑒 +𝑐𝑐 𝑑𝑑
2 }𝑓𝑓
2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total usaha pertanian yang mendapatkan akses pembiayaan (pelaku usaha) (a) 2) Identifikasi total usaha pertanian (pelaku usaha) (b) 3) Identifikasi total lahan pertanian yang terlindungi
asuransi pertanian (Ha) (c)
4) Identifikasi total ternak yang terlindungi asuransi pertanian (Ekor) (d)
5) Identifikasi total lahan pertanian (Ha) (e) 6) Identifikasi total ternak (Ekor) (f)
Pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian merupakan salah satu faktor pendukung keberlangsungan penyelenggaraan pertanian. Pemberian akses pembiayaan memudahkan petani untuk mendapatkan modal untuk menyelenggarakan dan mengembangkan usaha pertanian. Modal didapatkan dari berbagai sumber baik APBN maupun non-APBN melalui berbagai skema pembiayaan. Perlindungan usaha pertanian berguna untuk memberikan proteksi terhadap potensi kerugian usaha pertanian melalui asuransi usaha pertanian.
Sumber Data:
Direktorat Pembiayaan Pertanian Cara Menghitung:
Rumus tingkat pemenuhan pembiayaan dan perlindungan usaha pertanian:
𝑎𝑎𝑏𝑏 + { 𝑐𝑐𝑒𝑒 +𝑑𝑑
2 }𝑓𝑓
2 𝑥𝑥100%
1) Identifikasi total usaha pertanian yang mendapatkan akses pembiayaan (pelaku usaha) (a) 2) Identifikasi total usaha pertanian (pelaku usaha) (b) 3) Identifikasi total lahan pertanian yang terlindungi
asuransi pertanian (Ha) (c)
4) Identifikasi total ternak yang terlindungi asuransi pertanian (Ekor) (d)
5) Identifikasi total lahan pertanian (Ha) (e) 6) Identifikasi total ternak (Ekor) (f)
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Penangungjawab Data:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Program: Dukungan Manajemen
1. Kegiatan: Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Unit Kerja Eselon II: Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Kode Sasaran/Indikator Kinerja Utama/Uraian
SK.1 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Efektif, Efisien dan Berorientasi pada Layanan Prima
IKSK.1 Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Deskripsi:
Implementasi reformasi birokrasi (RB) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertaninan merupakan bagian dari implementasi reformasi birokrasi Kementerian Pertanian sesuai roadmap reformasi birokrasi nasional (RBN). Implementasi RB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertaninan terdiri dari 8 (delapan) area perubahan sesuai dengan regulasi yang berlaku tentang implementasi reformasi birokrasi Unit Eselon I Kementerian/Lembaga. Delapan area perubahan tersebut meliputi: area perubahan mental
aparatur, area penguatan pengawasan, area penguatan akuntabilitas, area penguatan kelembagaan, area penataan tatalaksana, area penataan sumber daya manusia aparatur sipil negara, area penataan peraturan perundang-undangan, dan area peningkatan kualitas layanan publik.
Sumber Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal
Cara Menghitung:
Bandingkan antara target kinerja nilai RB dengan hasil evaluasi RB dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB)
Jika nilai RB dari MenPAN RB belum diterbitkan, maka gunakan hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Auditor Kinerja Internal
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penangungjawab Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal (Inspektorat Jenderal)
aparatur, area penguatan pengawasan, area penguatan akuntabilitas, area penguatan kelembagaan, area penataan tatalaksana, area penataan sumber daya manusia aparatur sipil negara, area penataan peraturan perundang-undangan, dan area peningkatan kualitas layanan publik.
Sumber Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal
Cara Menghitung:
Bandingkan antara target kinerja nilai RB dengan hasil evaluasi RB dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB)
Jika nilai RB dari MenPAN RB belum diterbitkan, maka gunakan hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Auditor Kinerja Internal
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penangungjawab Data:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) dan atau Auditor Kinerja Internal (Inspektorat Jenderal)
IKSK.2 Level Maturitas Penyelenggaran SPIP Ditjen PSP Deskripsi:
Maturitas penerapan SPIP tingkat Eselon I diatur sesuai ketentuan Peraturan Kepala BPKP nomor 4 tahun 2016 tentang Pedoman penilaian dan strategi peningkatan maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Berdasarkan PP 60 tahun 2008 yang dijabarkan dalam Perka BPKP nomor 4 tahun 2016, maturitas penerapan SPIP dapat dibagi menjadi 5 (lima) level, yaitu:
• Level 0 Belum ada
• Level 1 Rintisan
• Level 2 Berkembang
• Level 3 Terdefinisi
• Level 4 Terkelola dan terukur
• Level 5 Optimum Sumber Data:
Hasil penilaian oleh BPKP atas implementasi SPIP Eselon I yang direpresentasikan dalam bentuk level maturitas SPIP
Cara Menghitung:
Mengambil hasil penilaian BPKP atas implementasi SPIP Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penangungjawab Data:
Inspektorat Jenderal
IKSK.3 Persentase rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti Ditjen PSP
Deskripsi:
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa, termasuk penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti oleh Ditjen PSP akan berkontribusi terhadap Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian.
Sumber Data:
Kelompok Substansi Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP
Cara Menghitung:
Rumus Persentase rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti Ditjen PSP:
(
Jumlah rekomendasi BPK yang ditindaklanjuti Ditjen PSP pada tahun berjalan
Total rekomendasi yang diberikan BPK pada tahun sebelumnya
) x 100%
Data diperoleh melalui:
Identifikasi temuan BPK pada tahun sebelumnya;
IKSK.3 Persentase rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti Ditjen PSP
Deskripsi:
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa, termasuk penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti oleh Ditjen PSP akan berkontribusi terhadap Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian.
Sumber Data:
Kelompok Substansi Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP
Cara Menghitung:
Rumus Persentase rekomendasi BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian terkait Ditjen PSP yang ditindaklanjuti Ditjen PSP:
(
Jumlah rekomendasi BPK yang ditindaklanjuti Ditjen PSP pada tahun berjalan
Total rekomendasi yang diberikan BPK pada tahun sebelumnya
) x 100%
Data diperoleh melalui:
Identifikasi temuan BPK pada tahun sebelumnya;
Identifikasi usulan tindak lanjut temuan BPK yang diberikan pada tahun berjalan;
Bandingkan keduanya, kemudian hitung persentase temuan yang di tindaklanjuti.
Unit Bertanggungjawab:
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penanggungjawab Data:
Kelompok Substansi Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP
IKSK.4 Persentase rekomendasi hasil audit Ditjen PSP yang ditindaklanjuti terhadap total rekomendasi hasil audit yang diberikan oleh Inspektorat Jenderal Deskripsi:
Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit diselenggarakan secara menyeluruh terhadap proses perancangan dan pelaksanaan kebijakan serta perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran di lingkup Ditjen PSP. Audit internal dilakukan sebagai salah satu upaya penegendalian dan pertahanan untuk mencegah dan menindak penyimpangan-penyimpangan yang ada dalam tubuh instansi pemerintah.
Sumber Data:
Kelompok Substansi Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP
Cara Menghitung:
Rumus Persentase rekomendasi hasil audit Ditjen PSP yang ditindaklanjuti terhadap total rekomendasi hasil audit yang diberikan oleh Inspektorat Jenderal:
100%
x sebelumnya
tahun pa da
Jenderal t Inspektora diberikan
yang Audit i rekomendas Total
berjalan
dan tahun
sebelumnya tahun pa
da
I Eselon njuti ditindakla yang Jenderal t Inspektora
i
Rekomendas
Data diperoleh melalui:
• Identifikasi rekomendasi hasil audit laporan kegiatan Ditjen PSP oleh Inspektorat II pada tahun sebelumnya;
• Identifikasi tindaklanjut hasil audit laporan kegiatan Ditjen PSP oleh Inspektorat II pada tahun berjalan;
• Bandingkan keduanya, kemudian hitung persentase rekomendasi yang ditindaklanjuti dan dinyatakan sesuai.
Unit Bertanggungjawab :
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Sekretariat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian)
Penangungjawab Data:
Kelompok Substansi Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP
IKSK.5 Tingkat kepuasan unit Eselon I teknis di lingkup Kementerian Pertanian terhadap layanan prasarana dan sarana pertanian yang diberikan
Deskripsi:
Peran prasarana dan sarana pertanian sebagai enabler berkontribusi dalam pencapaian target produksi nasional. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian