Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI
INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia
Oleh
LIA ISTIQOMAH FAUZIYAH
NIM 1003086
PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI
INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Oleh
Lia Istiqomah Fauziyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Lia Istiqomah Fauziyah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
Hak Cipta dilindungi undang–undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LIA ISTIQOMAH FAUZIYAH
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI
INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP. 196102081990031004
Pembimbing II
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi ABSTRAK
Korosi merupakan salah satu penyebab vital dari kerugian dan kegagalan material industri migas. Minyak mentah yang diproduksi dari sumur-sumur produksi minyak bumi banyak mengandung unsur-unsur korosif dan berpotensi untuk menyebabkan korosi. Dalam penanggulangannya, penggunaan inhibitor korosi merupakan salah satu cara yang efisien dan mudah untuk diterapkan. Sejauh ini inhibitor korosi yang ramah lingkungan banyak dikembangkan dari ekstrak tumbuhan. Pada penelitian ini akan digunakan ekstrak rempah-rempah dari umbi bawang merah sebagai alternatif inhibitor korosi. Berdasarkan uji fitokimia, umbi bawang merah diketahui mengandung senyawa flavonoid, tanin dan terpenoid yang dapat berpotensi sebagai inhibitor korosi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam larutan NaCl 1% jenuh CO2 pada pH dan temperatur
sesuai dengan kondisi pipa sumur minyak bumi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik dan spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS). Dari hasil pengujian diketahui bahwa ekstrak umbi bawang merah dapat menginhibisi baja karbon dengan efisiensi inhibisi mencapai 96,91% pada 318 K dengan konsentrasi 120 ppm. Mekanisme inhibisi korosi berlangsung secara fisik (fisiosorpsi) dengan ∆G°ads sebesar -23,895 kJ/mol mengikuti isoterm
adsorpsi Langmuir. Dengan demikian, ekstrak umbi bawang merah berpotensi sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2.
Kata kunci: Baja karbon, korosi, eco-friendly inhibitor, umbi bawang merah.
ABSTRACT
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Definisi Korosi ... 6
2.2 Proses Korosi ... 7
2.2.1 Reaksi Reduksi ... 7
2.2.2 Reaksi Oksidasi ... 7
2.3 Proses Kororsi dalam Larutan Jenuh CO2 ... 8
2.4 Jenis Korosi ... 9
2.4.1 Korosi Seragam (Uniform Attack) ... 9
2.4.2 Korosi Sumuran (Pitting Corrosion) ... 9
2.4.3 Korosi Erosi (Errosion Corrosion) ... 10
2.4.4 Korosi Galvanis (Galvanic Corrosion) ... 11
2.4.5 Korosi Retak Tegangan (Stress Corrosion Cracking) ... 12
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
2.4.7 Korosi Mikrobiologi (Microbiology Corrosion) ... 13
2.4.8 Korosi Lelah (Fatigue Corrosion) ... 14
2.5 Korosi pada Baja Karbon ... 15
2.5.1 Korosi pada Pipa Pertambangan Minyak Bumi ... 15
2.6 Perlindungan Terhadap Korosi ... 16
2.6.1 Proteksi Katodik ... 16
2.6.2 Proteksi Anodik ... 18
2.6.3 Pelapisan (Coating) ... 18
2.6.4 Pemilihan Material ... 19
2.6.5 Inhibitor ... 19
2.6.5.1 Jenis Inhibitor ... 20
2.7 Eco-Friendly Inhibitor ... 22
2.8 Mekanisme Adsorpsi Inhibitor Organik ... 23
2.9 Umbi Bawang Merah ... 23
2.10 Perhitungan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor ... 25
2.10.1 Spektroskopi Impedansi Elektrokimia ... 25
2.10.2 Komponen Rangkaian Listrik pada EIS ... 26
2.10.3 Polarisasi Potensiodinamik ... 27
2.10.4 Efisiensi Inhibisi ... 29
2.11 Tinjauan Termodinamika ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33
3.2 Alat dan Bahan ... 33
3.2.1 Alat ... 33
3.2.2 Bahan ... 33
3.3 Tahapan Penelitian ... 34
3.4 Prosedur penelitian ... 36
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
3.4.1.1 Maserasi ... 36
3.4.1.2 Soxhletasi ... 36
3.4.2 Fraksinasi Hasil Ekstrak ... 37
3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi ... 37
3.5.1 Uji KLT ... 37
3.5.2 Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR ... 38
3.5.3 Uji Fitokimia ... 38
3.6 Prosedur Pengukuran Efisiensi dan Mekanisme Inhibisi ... 39
3.6.1 Persiapan Material ... 39
3.6.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk ... 40
3.6.3 Pengukuran Laju Korosi ... 41
3.7 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) ... 43
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Ekstrak Umbi Bawang Merah ... 44
4.1.1 Preparasi Sampel ... 44
4.1.2 Ekstraksi Senyawa ... 44
4.1.3 Fraksinasi ... 48
4.2 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi ... 49
4.2.1 Uji KLT ... 49
4.2.2 Analisa FTIR ... 50
4.2.3 Uji Fitokimia ... 51
4.3 Peran Ekstrak Umbi Bawang Merah Sebagai Inhibitor Korosi ... 52
4.3.1 Proses Korosi pada baja Karbon ... 52
4.3.2 Potensi Ekstrak Umbi Bawang Merah Sebagai Inhibitor Korosi ... 53
4.3.3 Pengaruh Penambahan Inhibitor Terhadap Spektra Impedansi ... 54
4.4 Efisiensi Inhibisi Ekstrak ... 56
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
4.4.2 Efisiensi Inhibisi Ekstrak Hasil Fraksinasi ... 58
4.5 Mekanisme Inhibisi ... 59
4.5.1 Tinjauan Termodinamika ... 59
4.5.2 Tinjauan Kinetika ... 60
4.5.3 Uji SEM dan EDS ... 62
4.5.4 Tinjauan Potensiodinamik ... 64
4.5.4.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Polarisasi Baja Karbon ... 64
4.5.4.2 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Merah Terahadap Daya Inhibisi Korosi ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang
terjadi pada suatu logam karena logam bereaksi dengan lingkungan. Sehingga
terjadi suatu degradasi material yang menyebabkan hilangnya bagian dari material
tersebut (Umoren, 2009).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh korosi sangat berdampak buruk bagi
peralatan suatu industri, sehingga menyebabkan proses produksi terganggu
bahkan terhenti yang akan berakibat pada kerugian ekonomi dan keselamatan
pekerja.
Korosi juga merupakan penyebab vital dari kerugian dan kegagalan material
industri migas. Salah satu aset penting dalam industri migas yang rentan terhadap
korosi adalah pipa penyaluran minyak dan gas bumi dari sumur-sumur minyak di
lepas pantai dan laut. Jaringan pipa sumur minyak bumi ini secara ironi menjadi
pemilik persentase kerusakan material tertinggi pada industri migas yang
diakibatkan oleh korosi. Berdasarkan data NACE (National Association of
Corrosion Engineers), biaya yang dikeluarkan oleh USA untuk penanggulangan
korosi pada eksplorasi dan pemurnian minyak bumi dan gas sebesar $ 1,4 milyar
pertahun. Sedangkan, di Indonesia sendiri biaya yang dikeluarkan oleh PT.
Pertamina EP Cepu untuk perbaikan sumur produksi minyak bumi mencapai $ 1
juta pertahun (Akbar, 2012).
Minyak mentah yang diproduksi dari sumur-sumur produksi minyak bumi
banyak mengandung unsur-unsur korosif seperti garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat; asam-asam organik dengan massa molekul rendah; juga gas yang
bersifat asam seperti CO2 dan H2S. Campuran air dan zat-zat yang terkandung
2
terhadap korosi. Umumnya, komponen utama yang menyababkan korosifitas pada
pipa sumur produksi adalah garam klorida, asam organik dan gas CO2.
Berdasarkan data lapangan dalam sumur produksi minyak bumi diketahui
memiliki kandungan ion Cl- dengan konsentrasi 10000 ppm – 25000 ppm, pH
media 3,5 – 5,5 dan tekanan gas CO2 berkisar antara 0,04 atm – 0,10 atm (Nice
dalam Sunarya, 2008).
Korosi logam pada dasarnya tidak dapat dihentikan lajunya, namun korosi
ini dapat dikendalikan/ditanggulangi dengan berbagai macam cara, tergantung
dari aplikasi dan kebutuhannya. Pada umumnya, korosi yang terjadi pada bagian
luar atau permukaan pipa dapat ditanggulangi melalui cara pelapisan (coating)
menggunakan cat dan/atau dengan perlindungan katodik. Sedangkan pada bagian
dalam pipa bisa ditanggulangi dengan metode inhibisi atau pemberian zat
inhibitor (Ketis, 2010).
Metode inhibisi, yaitu pemberian zat antikorosi (inhibitor) dengan
konsentrasi yang kecil ke dalam lingkungannya, baik secara kontinu maupun
periodik menurut selang waktu tertentu. Metode inhibisi merupakan salah satu
pengendalian korosi logam dalam lingkungannya dengan cara mudah dan murah.
Inhibitor korosi terbagi atas dua jenis yaitu inhibitor organik dan anorganik.
Beberapa senyawa anorganik seperti fosfat, kromat dan borat sering digunakan
sebagai inhibitor korosi. Namun demikian, bahan kimia sintesis ini merupakan
bahan kimia yang berbahaya, harganya mahal, dan tidak ramah lingkungan. Untuk
itu, mulai dicari alternatif lain yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Penggunaan inhibitor organik dari ekstrak alam sangat menarik dikarenakan
ekstrak bahan alam ini aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable,
ekonomis, dan ramah lingkungan. Ekstrak bahan alam yang digunakan adalah
senyawa karbon heteroatom yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom
yang memiliki pasangan elektron bebas (Ludiana, 2012). Unsur-unsur yang
mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya akan membentuk lapisan
protektif sehingga dapat melindungi logam dari serangan korosi (Haryono, 2010).
Kemampuan inhibisi dari senyawa karbon didasarkan pada kekuatan adsorpsi
3
Banyak usaha yang telah dilakukan dengan melakukan pengujian dan
ekstraksi bahan alam yang cocok digunakan sebagai inhibitor korosi pada
berbagai media korosif diantaranya yaitu lidah buaya (Sangetha, 2011), daun teh
(Ludiana & Sri, 2012), getah pinus (Haryono, 2010) dan daun pepaya (Hasan &
Edrah, 2011). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, masih belum banyak
penelitian yang menggunakan rempah-rempah, padahal rempah-rempah memiliki
potensi yang baik sebagai eco-friendly inhibitor.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah, yang
biasanya digunakan sebagai bahan maupun bumbu masakan khas Indonesia.
Dalam penelitian ini, akan digunakan rempah-rempah yang berasal dari umbi
bawang merah sebagai alternatif eco-friendly inhibitor korosi pada baja karbon.
Produksi umbi bawang merah di Indonesia semakin hari semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya permintaan, tentu dengan peningkatan jumlah
produksi maka jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin banyak, dan ini akan
memberikan dampak yang cukup serius bagi lingkungan jika tidak ditangani
secara optimal, seperti diketahui bahwa umbi bawang merah memiliki kulit terluar
yang biasanya dibuang atau tidak digunakan.
Berdasarkan uji skrining fitokimia, kulit umbi bawang merah diketahui
mengandung senyawa alkaloid, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, antrakuinon,
dan triterpenoida (Margareta, 2011). Dari beberapa penelitian yang dilakukan
diketahui bahwa beberapa senyawa seperti alkaloid, flavonoid dan tanin memiliki
potensi sebagai inhibitor korosi karena memiliki pasangan elektron bebas,
pasangan elektron bebas ini nantinya akan teradsorpsi pada permukaan logam
sehingga dapat melindungi logam dari serangan korosi (Radja & Sethurahman,
2008). Dengan demikian, ekstrak kulit umbi bawang merah dapat berpotensi
sebagai inhibitor korosi. Namun, penelitian mengenai ekstrak kulit umbi bawang
merah (Allium cepa) sebagai inhibitor ramah lingkungan masih sangat terbatas,
umumnya lebih banyak mengacu pada efektivitas dari senyawa antioksidannya.
Oleh sebab itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi dari ekstrak kulit
4
lingkungan sesuai dengan kondisi pipa sumur minyak bumi yaitu larutan NaCl 1%
pH 4 jenuh CO2.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
masalah yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengekstrak umbi bawang merah untuk digunakan
sebagai inhibitor korosi pada baja karbon?
2. Metabolit sekunder apa yang terdapat dalam ekstrak umbi bawang
merah?
3. Bagaimana potensi dan efisiensi inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah
dalam menghambat laju korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4
jenuh CO2?
4. Bagaimana mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah pada
korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan bisa mencapai sasaran-sasaran yang
diharapkan, maka diperlukan pembatasan-pembatasan dalam variabel yang dikaji.
Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Logam yang digunakan dalam penelitian adalah baja karbon API
5L-X56.
2. Temperatur dibuat dalam tiga rentang variasi, yaitu pada 298 K, 308 K
dan 318 K.
3. Konsentrasi ekstrak umbi bawang merah diujikan dalam rentang 40
satuan, dari konsentrasi 40 ppm sampai 200 ppm.
4. Kondisi medium larutan NaCl 1% pH 4 dijenuhkan dengan gas CO2
secara bubbling bersifat terbuka pada tekanan atmosfer.
5
Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi ekstrak
umbi bawang merah sebagai alternatif inhibitor korosi untuk menginhibisi baja
karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2. Adapun secara khusus, penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk:
1. Memanfaatkan limbah umbi bawang merah, agar bisa ditangani secara
optimal.
2. Mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang
merah dalam menginhibisi korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH
4 jenuh CO2.
3. Memperoleh inhibitor korosi yang ramah lingkungan dan ekonomis dari
umbi bawang merah.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam hal
pengembangan inhibitor korosi yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis
tinggi, sehingga diharapkan dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai juni 2014 di
Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia, Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia serta dilakukan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA
Institut Teknologi Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan untuk proses ekstraksi umbi bawang merah baik
menggunakan teknik maserasi maupun soxhletasi adalah blender, kaca arloji,
spatula, batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, termometer, erlenmeyer
berpenghisap, corong buchner, set alat soxhlet, hotplate, magnetic stirer, heating
mantel, penangas air, batu didih, kertas saring, neraca analitik, tabung reaksi,
chamber, botol vial, set alat rotary evaporator, freeze dryer, set alat
spektrofotometer FTIR, sel elektrokimia, Gamry Instrument dan set alat
SEM-EDS.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu umbi bawang
merah (Allium cepa), metanol teknis, aquades, n-hexan, etil asetat, asam asetat
98%, natrium asetat, natrium klorida, aseton, HCl 2 M, NaOH 2 M, serbuk Mg,
padatan KI, asam asetat glasial, HCl pekat, FeCl3 1%, kloroform, pereaksi Mayer,
pereaksi Wagner, lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dan baja karbon API
34
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi dan
mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam
media uji sesuai kondisi pipa pertambangan minyak bumi, yaitu NaCl 1% pH 4
jenuh CO2. Secara keseluruhan, prosedur penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Ekstraksi umbi bawang merah menggunakan teknik soxhletasi dan maserasi.
3. Karakterisasi senyawa hasil ekstraksi, menggunakan:
Uji KLT
Uji fitokimia
FTIR
4. Pengukuran efisiensi dan mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah
meggunakan metode EIS dan Tafel.
35
Ekstrapolasi Tafel Metode EIS
Bagan alur penelitian ditunjukkan oleh gambar 3.1:
Umbi bawang merah
Ekstrak umbi bawang merah Ekstak pekat
Sel elektrokimia Baja karbon
Spektra impedansi Kurva Polarisasi
Efisiensi dan mekanisme inhibisi
Dicuci, dibersihkan dan dikeringkan
Dihaluskan
Direndam dalam metanol yang telah didestilasi selama 3 x 24 jam
Disaring
Dievaporasi menggunakan
rotary evaporator pada
temperatur 45°C
Ditimbang sebanyak 1 gram
Dilarutkan dalam NaCl 1% pH 4
Difraksinasi menggunakan n-hexan pada temperatur 40°C selama 6 jam
Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring SEM-EDS Filtrat Residu Dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 45°C
Difraksinasi menggunakan etil asetat pada temperatur 40°C selama 6 jam
Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring
Residu Filtrat
Dievaporasi menggunakan rotary
evaporator pada temperatur 45°C
Ekstrak hasil fraksinasi Karakterisasi
Uji KLT
Uji fitokimia
Analisa FTIR Larutan induk 10000 ppm
ekstrak umbi bawang merah
36
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Ekstrak Umbi Bawang Merah
Umbi bawang merah yang akan digunakan dibersihkan dari kotorannya
kemudian dicuci hingga bersih dan keringkan dengan cara di angin-anginkan pada
udara terbuka selama 2 hari. Setelah dipastikan sudah kering umbi bawang merah
selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender dan siap untuk diekstraksi.
Proses ekstraksi umbi bawang merah dilakuakan dengan dua metode, yaitu
menggunakan cara panas (soxhletasi) dan cara dingin (maserasi). Penggunakan
dua metode ekstraksi ini dimaksudkan untuk mengetahui baik secara kualitatif
maupun kuantitatif jenis ekstraksi mana yang lebih baik digunakan untuk
mengekstrak umbi bawang merah.
3.4.1.1 Maserasi
Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol yang telah
didestilasi. Metanol yang dibutuhkan untuk mengekstrak 511 gram umbi bawang
merah yaitu sebanyak 13 L. Proses ekstraksi dengan metode maserasi ini
dilakukan dengan cara melarutkan umbi bawang merah dalam pelarut metanol,
kemudian didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan
corong buchner dan dipisahkan dari residunya. Residu hasil eksrak kemudian
diekstraksi kembali dengan metanol baru. Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 3
kali. Ekstrak yang didapat dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan
dikeringkan dengan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak padat berbentuk
serbuk yang sudah terbebas dari pelarutnya.
3.4.1.2 Soxhletasi
Umbi bawang merah yang telah siap selanjutnya di ekstrak menggunakan
set alat soxhlet selama 6 jam dengan pelarut metanol yang telah didestilasi. Untuk
mengekstrak 478 gram umbi bawang merah dibutuhkan 6 L metanol. Sama seperti
dengan metode maserasi, hasil ekstrak selanjutnya dipekatkan menggunakan
rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan freeze dryer sampai sampel
37
3.4.2 Fraksinasi Hasil Ekstrak
Ekstrak yang didapatkan dari teknik maserasi dan soxhletasi yang telah
benar-benar kering dan terbebas dari pelarutnya selanjutnya difraksinasi.
Fraksinasi dilakukan masing-masing menggunakan pelarut n-hexan dan etil asetat
yang telah didestilasi.
Ekstrak umbi bawang merah di fraksinasi menggunakan pelarut n-hexan
selama 6 jam pada temperatur 40°C dan diaduk secara terus menerus
menggunakan magnetik stirer. Setelah didiamkan selama 24 jam, senyawa yang
telah terekstrak kemudian disaring menggunakan corong buchner. Residu yang
diperoleh selanjutnya di fraksinasi kembali menggunakan pelarut n-hexan, proses
fraksinasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang didapatkan dipekatkan
dengan rotary evaporator lalu dikeringkan sampai berbentuk padatan
menggunakan freeze dryer.
Residu yang dihasilkan dari fraksinasi n-hexan, di fraksinasi kembali
menggunakan etil asetat selama 6 jam pada temperatur 40°C dan diaduk secara
terus menerus menggunakan magnetik stirer. Proses fraksinasi dilakukan
sebanyak 3 kali sama seperti pada fraksinasi menggunakan n-hexan. Filtrat yang
telah disaring selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan
sampai berbentuk padatan menggunakan freeze dryer.
Hasil proses ekstraksi dan fraksinasi didapatkan 4 ekstrak padatan umbi
bawang merah, yaitu ekstrak hasil pelarut metanol awal, fraksi n-hexan, fraksi etil
asetat dan metanol akhir yaitu ekstrak yang tidak larut dalam pelarut n-hexan dan
etil asetat.
3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi
3.5.1 Uji KLT
Analisa KLT dilakukan untuk membandingkan jumlah senyawa yang
terekstrak dalam metode maserasi maupun soxhletasi. Lempeng KLT yang
38
cm, dengan batas atas 1,5 cm dan batas bawah 2 cm. Ekstrak umbi bawang merah
hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinya kemudian diteteskan pada
lempeng KLT dengan bantuan pipa kapiler. Lempeng KLT yang telah siap
dimasukkan ke dalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan eluen
n-hexan: etil asetat : metanol dengan perbandingan 3 : 7 : 1. Setelah noda sampai
pada batas atas lempeng kemudian diambil dan dibandingkan hasilnya dari
ekstrak dengan teknik soxhletasi dan maserasi juga hasil fraksinasinya dibawah
sinar UV.
3.5.2 Analisa Gugus Fungsi dengan FTIR
FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam
ekstrak hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinasinya. Pengujian
dilakukan menggunakan set alat FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) di
Laboratorium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
3.5.3 Uji Fitokimia
Uji fitokimia ini dimaksudkan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat dalam ekstrak umbi bawang merah. Uji fitokimia dilakukan dengan
mendeteksi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan,
yaitu golongan senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Alkaloid
Pemeriksaan adanya alkaloid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan
1 mL ekstrak umbi bawang merah ditambahkan dengan 5 tetes kloroform dan
beberapa tetes pereaksi Mayer atau pereaksi Wagner. Adanya alkaloid ditandai
dengan terbentuknya endapan putih ketika ditambahkan pereaksi Mayer atau
terbentuknya endapan coklat ketika ditambahkan pereaksi Wagner.
b. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid
Pemeriksaan adanya terpenoid dan steroid dalam ekstrak dilakukan dengan
mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan 1 mL CH3COOH glasial
dan 1 mL H2SO4 pekat. Adanya terpenoid ditandai dengan perubahan warna
merah pada larutan, sedangkan adanya steroid ditandai dengan timbulnya warna
39
c. Pemeriksaan Saponin
Pemeriksaan adanya saponin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan
1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan air panas selanjutnya dikocok secara
cepat. Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil selama ± 10
menit.
d. Pemeriksaan Tanin
Pemeriksaan adanya tanin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1
mL ekstrak umbi bawang merah dengan beberapa tetes FeCl3 1%. Adanya tanin
ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi hijau kebiruan.
e. Pemeriksaan Flavonoid
Pemeriksaan adanya flavonoid dalam ekstrak dilakukan dengan
mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan 1 gram serbuk Mg dan
beberapa mL HCl pekat. Adanya flavonoid ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga.
3.6 Prosedur Pengukuran Efisiensi dan Mekanisme Inhibisi
3.6.1 Persiapan Material
Spesimen uji atau elektroda kerja yang digunakan dalam penelitian ini
dibuat dari baja karbon jenis API 5L-X65, yang diperoleh dari Laboratorium
Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB. Elektroda ini dibuat dengan memotong
baja karbon, dibubut dengan diameter 1,5 cm2 yang kemudian direkatkan
[image:23.595.240.386.624.730.2]menggunakan resin epoksi. Seperti pada gambar 3.1
40
Sebelum digunakan sebagai elektroda kerja, permukaan baja karbon
dihaluskan dahulu menggunakan amplas silikon karbida (grade 600 - 1200)
selanjutnya dibilas dengan aquades dan aseton yang dimaksudkan untuk
memastikan bahwa elektroda kerja telah terbebas dari kotoran dan lemak. Selain
elektroda kerja juga digunakan elektroda platina dan kalomel jenuh yang telah
disediakan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB.
3.6.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk
a. Pembuatan Larutan Uji
Larutan uji untuk media korosif yang digunakan yaitu NaCl 1% dengan
penambahan buffer pH 4. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 10 gram NaCl
dalam 1 L aquades dan 5 mL asam asetan dengan 8,2 gram natrium asetat dalam 1
[image:24.595.260.364.387.504.2]L aquades.
Gambar 3.3Larutan NaCl 1% pH 4
b. Pembuatan Larutan Induk
Larutan induk pengujian dibuat dalam konsentrasi 10000 ppm, yang dibuat
dengan melarutkan 1 gram ekstrak umbi bawang merah kedalam 10 mL metanol
dan ditempatkan dalam labu ukur 100 mL untuk selanjutnya ditambahkan larutan
NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas. Begitupula untuk pembuatan larutan induk
hasil fraksi n-hexan, etil asetat dan metanol akhir dibuat dalam konsentrasi yang
sama, masing-masing dalam 10000 ppm. Dengan cara melarutkan 1 gram ekstrak
hasil fraksinasi kedalam 10 mL pelarutnya dan ditempatkan dalam labu ukur 100
41
Gambar 3.4Larutan Induk Umbi Bawang Merah 10000 ppm
3.6.3 Pengukuran Laju Korosi
a. Persiapan Sel Elektrokimia
Kedalam sel elektrokimia dituangkan 100 mL larutan uji dengan dan tanpa
penambahan inhibitor, selanjutnya dialiri gas CO2 secara terus menerus pada
tekanan ± 0,1 atm dan diaduk menggunakan magnetik stirer. Elektroda kerja (baja
karbon), elektroda acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE), dan elektroda bantu
(platina) direndam dalam media uji dengan jarak antarmuka elektroda ± 1 cm.
Ketiga elektroda tersebut kemudian dihubungkan dengan Gamry Ref 3000.
Sebelum dilakukan pengukuran secara elektrokimia, sel elektrokimia
dibiarkan beberapa saat ± 20 menit yang dimaksudkan agar antaraksi antarmuka
baja karbon dengan larutan mencapai keadaan mantap (steady state). Tercapainya
keadaan mantap ini ditunjukkan dengan nilai open circuir potential (OCP), yang
menyatakan hubungan potensial sel sebagai fungsi waktu. Pengukuran dengan
metode EIS maupun dengan metode polarisasi potensiodinamik dapat dilakukan
jika nilai potensial sel telah menunjukkan harga yang relatif konstan, selisihnya
42
Gambar 3.5 Sel Elektrokimia
b. Uji Impedansi Dengan Metode EIS
Penerapan metode EIS pada pengukuran impedansi dan kapasitansi baja
karbon dalam media uji, nilai potensial DC yang diterapkan adalah “free”, yang
artinya nilai potensial yang dioperasikan dalam sel besarnya sama dengan
potensial sel yang terukur berdasarkan hasil OCP versus SCE. Sinyal potensial
AC yang diterapkan yaitu 10 mV dan rentang frekuensi yang diterapkan mulai
dari 50.000 sampai 0,05 Hz.
Pengujian impedansi dengan metode EIS dilakukan pada berbagai rentang
temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran dilakukan secara
discontinue pada temperatur 298 K, 308 K dan 318 K dengan rentang konsentrasi
40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai
rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Spektra impedansi yang
dihasilkan dari pengukuran EIS ini disajikan dalam aluran Nyquist.
c. Uji Polarisasi Dengan Metode Tafel
Penerapan metode polarisasi potensiodinamik dengan menggunakan Tafel
pada pengukuran laju korosi baja karbon dalam media uji tidak berbeda dengan
metode uji impedansi. Pada uji polarisasi potensiodinamik, potensial DC yang
diterapkan adalah -0,075 sampai 0,075 mV relatif terhadap nilai potensial korosi.
Kurva polarisasi dipindai dengan laju sapuan konstan (scanning rate) 0,5 mVs-1
dan sampel area 1,13 cm2.
Pengujian polarisasi dengan metode Tafel juga dilakukan dengan berbagai
rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda, yaitu pada temperatur 298 K,
308 K dan 318 K, dengan konsentrasi 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Sama seperti
pada metode EIS pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai rentang
temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Adapun besaran-besaran listrik yang
berkaitan dengan proses korosi dan inhibisi baja karbon ditentukan melalui
43
3.7 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-
Ray Spectroscopy (EDS)
SEM-EDS digunakan untuk mengetahui morfologi dan unsur kimia yang
terdapat dalam sampel baja karbon dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak
umbi bawang merah. Dalam pengujiannya baja karbon dipotong dengan ukuran 1
x 1 x 0,05 cm, selanjutnya permukaan baja karbon dihaluskan menggunakan
amplas silikon karbida (grade 600 - 1200) kemudian dibilas dengan aquades dan
aseton yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa baja karbon telah terbebas
dari kotoran dan lemak. Baja karbon selanjutnya direndam dalam larutan uji
dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak umbi bawang merah yang memiliki
efisiensi paling tinggi selama 24 jam. Kemudian dianalisis menggunakan
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan teknik ekstraksi umbi bawang merah dengan teknik maserasi
maupun soxhletasi dihasilkan komponen senyawa yang tidak jauh
berbeda. Namun, secara kuantitas ekstraksi menggunakan teknik
soxhletasi didapatkan hasil ekstrak 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan
dengan maserasi.
2. Senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak umbi bawang merah yang
berpotensi sebagai inhibitor korosi adalah tanin, flavonoid dan terpenoid.
3. Ekstrak umbi bawang merah berpotensi sebagai inhibitor korosi baja
karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 dengan efisiensi inhibisi
mencapai 96,91% pada temperatur 318 K dan konsentrasi 120 ppm.
4. Mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam
larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 berlangsung secara fisik (fisiosorpsi) dengan ∆Gads sebesar -23,895 kJ/mol mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir.
5.2 Saran
1. Pengukuran korosi/inhibisi baja karbon dalam penelitian ini hanya
dilakukan secara elektrokimia, agar data yang diperoleh bisa
diaplikasikan dilapangan maka perlu diadakan pengujian lain sebagai
rujukan, berupa metode kehilangan berat (weigh loss) yang dilakukan
secara langsung dilapangan.
2. Selain variabel uji seperti temperatur dan konsentrasi inhibitor, perlu juga
ditambahkan variabel lain seperti pH media dan komposisi media berupa
Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014
POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl 1% pH 4 JENUH CO2
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Gaber, A. M., khamis, E., Abo-Ei Dahab, H., & Adeel, S. (2008).
“Inhibition of Aluminium Corrosion in Akaline Solutions Using Natural Compound”. Materials Chemistry and Physics. 109: 297-305.
Akbar, R. (2012). “Analisa Kegagalan pada Tubing Gas Sumur 15 PT. Pertamina
EP Field Subang”. Jurnal Teknik Pomits. 1(1), 1-6.
Asmara, Yuli panca. (2007). “Pengaruh Sifat Fisik Minyak Bumi Terhadap
Kecepatan Korosi Baja Karbon”. Jurnal Matematika & Sains, Vol. 8 No. 2.
Baskoro, D. Aswin, Sudjari & Peppy Tria Yuliami. (2011). “Uji Potensi Ekstrak
Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai Penolak Hinggapan
(Repellent) Terhadap Nyamuk Culex sp Dengan Metode Gelang Anti
Nyamuk”. Jurnal Penelitian, FKUB.
Bentis, F. M. (2004). “Bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-oxadiazole and
2,5-bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-thiadiazole as Corrosion Inhibitors of
Mild Steel Corrosion in acid Media”. Iranian Journal of Chemistry and
Chemicals Engineering. 28(1), 77-84.
Butarbutar Sofia Loren & geni Rina Sunaryo. (2011). “Analisis Mekanisme
Pengaruh Inhibitor Sistem Pada Material Baja Karbon”. Proseding
Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas
Nuklir. ISSN, 0854-2910.
Dalimunthe, Surya Indra. (2004). Kimia dari Inhibitor Korosi. e-USU Repository.
Universitas Sumatera Utara.
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Departemen
69
Eko, Ratnaningsih & Gebi Dwiyanti. (2002). Petunjuk Praktikum Kimia Organik
II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Erna, Maria. (2009). Karboksimetil Kitosan sebagai Inhibitor Korosi pada Baja
Lunak dalam Media Air Gambut. Skripsi, Jurusan Kimia FPMIPA
Universitas Andalas.
Firmansyah, Dede. (2011). Studi Inhibisi Baja Karbon Dalam Larutan Asam 1 M
HCl Oleh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Tesis, Fakultas Teknik
Program Studi Metalurgi dan Material. UI.
Haryono Gatot, Bambang Sugiarto, Hanima Farid & Yudi Tanoto. (2010).
“Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi”. Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN,
1693-4393.
Hasan, S. K. & Edrah, S. (2011). “Rosemary Extract as Eco Friendly Corrosion
Inhibitor for Low Carbon Steel in Acidic Medium”. J. Ind. Res Tech. Vol.
1, No. 2.
Ismail K. M. (2007). “Evaluation of cystein as environmentally friendly corrosion
inhibitor for copper in neutral and acidic chloride solutions”. Electrochim
Acta. 52: 7811-7819.
Jones, D. A. (1992). Principles and Prevention of Corrosion. Machmillan
Publishing Company. New York.
Kesavan Devarayan, Mayakrishnan gopirman & Nagarajan Sulochana. (2012).
“Green Inhibitor for Corrosion of Metals: A Review”. Chemical Science
Review and Letters. 1: 1-8.
Ketis Ni Ketut, Deana Wahyuningrum, Sadijad Achmad & Bunbun Bundjali.
70
Karbon dalam Larutan NaCl 1%”. Jurnal Matematika dan sains. Vol 15,
No 1.
Korb. Lawrence J. & David L. Olson. (1992). Etals Handbook Volume 13:
Corrosion. Philadelphia, ASM International.
Linter B. R. & Burstein G. T. (1999). “Reaction of Pipeline Steels in Carbon
Dioxide Solution”. Corrosion Science. 41: 117-139.
Ludiana Yonna & Sri Handayani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibisi Ekstrak
Daun Teh (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule
40 Grade B Erw”. Jurnal Fisika Unpad. Vol 1, No 1.
Majeha, I. M., A. A., Okeoma, K. B., & Alozie, G. A. (2010). “The Inhibitive
Effect of Solanum Melongena L. Leaf Extract On The Corrosion of
Aluminium In Tetraoxsulphate (VI) acid”. African Journal of Pure and
Applied Chemistry. 4: 158-165.
Margaretha Uliartha Sari, Rudi Hartono & Luthfi Hakim. (2011). “Sifat Anti
rayap Ekstrak Kulit Bawang merah (Allium cepa L.)”. Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Vol 139-145.
McCafferty, E. (2009). Introduction to Corrosion Science. Springer. Washington
DC.
Nugroho, Adhi. (2011). Pengaruh Penambahan Inhibitor Organik Ekstrak Ubi
Ungu Terhadap Laju Korosi Pada Material Baja Low Carbon di
Lingkungan NaCl 3,5%. Skripsi, FT UI, S757.
Raja, P. B., & Sethuraman, M. G. (2008). “Natural Products as Corrosion
Inhibitor for Metal In Corrosive Media - a review”. Materials Letters. 62:
71
Risandi Yuliana, Emriadi & Yeni Stiadi. (2012). “Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya) Sebagai Inhibitor Korosi Baja St. 37 Dalam Medium Asam Sulfat”.
Jurnal Kimia Unpad. Vol. 1 No. 1.
Roberge, Pierre R. (1999). Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill
Book Company. New York.
Sangeetha M., Rajendran S., Sathiyabama J. & Prabhakar P., (2012). “Asafoetida
extract (ASF) as Green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Sea Water”.
International Research Journal of Environtment Sciences. 1(5), 14-21
Umoren, S.A. (2009). “Polymers as corrosion Inhibitor for Metals in different
Media – A Review”. The Open Corrosion Journal. 2: 175-188.
Utomo, Budi. (2009). Jenis Korosi dan Penanggulangannya. KAPAL, Vol 6 No.
2.
Valentino, Leon P. (2012). Studi Pengaruh Penambahan Sirup Ubi Ungu
(Solanum andigenum) Sebagai Green Corrosion Inhibitor Pada Material
Baja Karbon Rendah di Lingkungan NaCl 3.5% Dengan Metode Immersion.
Skripsi, FT UI, S1862.
Wahyuningrum Deana, Nuning Nuraini & Novriana Sumarti. (2012). “Model
Matematika Pada Mekanisme Laju Korosi Logam Baja Karbon dengan
Penambahan Inhibitor”. Jurnal Matematikan & Sains. Vol. l17 No. 1.
Wahyuningtyas Asri, Yayan Sunarya & Siti Aisyah. (2010). “Metamina Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Dengan Kondisi
Pertambangan Minyak Bumi”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN
2087-7412, Vol. 1 No.1.
Yonna Ludiana & Sri Handani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak
72
40 Grade Berw”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN 2302-8491, Vol.