• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan luar negeri amerika serikat terhadap Mesir pada paruh pertama pemerintahan Muhammad Mursi 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan luar negeri amerika serikat terhadap Mesir pada paruh pertama pemerintahan Muhammad Mursi 2012"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP MESIR PADA PARUH PERTAMA PEMERINTAHAN MUHAMMAD MURSI

(2012)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ali Akbar

1110114000018

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP MESIR PADA PARUH PERTAMA PEMERINTAHAN MUHAMMAD MURSI

(2012)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ali Akbar

1110114000018

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing Pembimbing Akademik

A. Fuad Fanani, MA Debbie Affianty, M.Si

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP MESIR PADA PARUH PERTAMA PEMERINTAHAN MUHAMMAD MURSI (2012)

1. Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya

saya atau merupakan hasil dari jiplakan karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2015

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi Menyatakan bahwa Mahasiswa

Nama: Ali Akbar

NIM: 1110114000018

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP MESIR PASCA TERPILIHNYA MUHAMMAD MURSI SEBAGAI PRESIDEN MESIR 2012

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 17 Juni 2015

Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Program Studi Pembimbing

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS TERHADAP MESIR PADA PARUH PERTAMA PEMERINTAHAN MURSI

Oleh

Ali Akbar

1110114000018

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juni 2015. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Debbie Affianty, M.Si Debbie Affianty, M.Si

Penguji I Penguji II

Eva Mushoffa, MHSPS Andar Nubowo, DEA

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 02 Juli 2015

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

(6)

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Mesir pada paruh pemerintahan Muhammad Mursi di Mesir. Terpilihya Mursi yang berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin menjadi ancaman bagi kepentingan-kepentingan AS di negara itu. Dalam upaya untuk menjaga kepentingan-kepentingannya di Mesir dan Timur Tengah, pemerintahan Obama menerapkan sebuah kebijakan yang bertujuan untuk menyeimbangkan sejumlah kepentingan Amerika Serikat di negara itu. Hal ini membuat Amerika Serikat melakukan beberapa revisi strategi bantuan pembangunan, dan menggunakan diplomasi dengan cara mengutus Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan US Defense Secretary Leon Panetta ke Kairo untuk menyikapi transisi politik dan keamanan Mesir. Dalam skripsi ini juga membahas beberapa faktor baik internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS terhadap Mesir.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim, Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP MESIR PADA PARUH PERTAMA PEMERINTAHAN MUHAMMAD MURSI (2012) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Hubungan Internasional.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa Terimakasih

kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, Bapak Jazrih dan Ibu Munawaroh. Terima

kasih atas nasihat, motivasi, keikhlasan, keridhoan dan kesabaran Bapak

dan Ibu selama ini.

2. Dosen Pembimbing Penulis Bpk. A. Fuad Fanani. Terima kasih atas saran,

arahan, waktu, nasehat, dan kesabaran Bapak dalam membimbing penulis

selama proses pengerjaan skripsi ini.

3. Ibu Debbie Affianty, selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta.

4. Bapak Nazarudin Nasution, Bapak Ali Munhanif, Bapak Ahmad Al fajri,

Bapak Andar Nubowo, Ibu Dina, Ibu Muthi, Ibu Eva, Ibu Rahmi dan juga

seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan Internasional yang telah

mengajarkan dan berbagi ilmunya kepada penulis selama masa studi di

(8)

5. Staff Program Studi Hubungan Internasional Pak Jajang dan Pal Amali

penulis mengucapkan terimakasih yang sudah banyak membantu dalam

proses administrasi penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis, Tsani Ariant dan M. Farhan Syatri yang telah

membantu mencari dan mendapatkan bahan-bahan untuk skripsi ini.

7. Teman-teman Komisariat IMM Fisip, Hatta, Angga, Shoffi, Devi, Tika,

Rizqi, Ruhul, Reza, Berli, Rifqi, Azim, Farhan dan yang lain yang telah

memberikan dorongan, semangat, motivasi dan lain-lain kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan pengurus Cabang IMM Ciputat periode

2013-2014, Abidin Ghazali, Unaimah Tsanaya, Imam Febrian, Farhan Syatri,

Basyir, Tsalis, Tsani Ariant, Dzawin, Fikri, Umar, Epin Kurniasih, Rifqi

Syahrizal dan yang lain yang telah memberikan motivasi kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman kelas HI Inter yang telah memberikan motivasi kepada

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat penulis, wahyu hidayat yang telah memberikan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 17 Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR. ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR SINGKATAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pertanyaan Penelitian... 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka... 7

E. Kerangka Teoretis... 10

1. Konsep Kebijakan Luar Negeri... 10

2. Konsep Kepentingan Nasional... 13

3. Konsep Geopolitik... 15

F. Metode Penelitian. ... 16

(10)

BAB II Hubungan Bilateral Amerika Serikat-Mesir

A. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Kolonial... 20

B. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Gamal Abdel Naseer... 22

C. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Presiden Anwar Sadat.. 28

D. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Presiden Husni Mubarok..30

BAB III Kemenangan Muhammad Mursi dalam Pemilu Presiden Mesir Tahun 2012

A. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Politik Mesir... 35

B. Peran Militer dalam Politik Mesir... 37

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemenangan Muhammad Mursi

dalam Pemilu Presiden Mesir 2012... 44

1. Kemenangan Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) dalam Pemilu

Legislatif Mesir... 44

2. Dukungan Kuat dari Ikhwanul Muslimin... 47

3. Sikap Anti-Rezim Mubarak... 48

BAB IV Analisa Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Mesir pada Paruh Pertama pemerintahan Mursi di Mesir

A. Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Mesir pada Paruh Pertama

Pemerintahan Muhammad Mursi di Mesir... 51

B. Faktor Internal

(11)

2. Kepentingan Ekonomi AS di Mesir ... 56

C. Faktor Eksternal

1. Kemenangan Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir dari

kelompok Ikhwanul Muslimin. ... 59

2. Posisi Sentral Mesir di Timur Tengah... 63

D. Implikasi Kebijakan Luar Negeri AS di Mesir Terhadap Kawasan

Regional Timur Tengah... 68

BAB V PENUTUP

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ABMT: Anti-Balistic Missile Treaty

CIA: Central Intelligence Agency

COMESA: Common Market for Eastern and Southern Africa

FMF: Foreign Military Financing

FJP: Freedom and Justice Party

GID: General Intelligence Directorate

NDP: National Demokratic Party

NSC: National Security Council

PLO: Palestine Liberation Organization

RCC: Revolution Command Council

SCAF: Supreme Council of the Armed Force

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Amerika Serikat menjalin hubungan diplomatik dengan Mesir sejak tahun

1922, setelah kemerdekaannya dari Inggris. Hubungan yang dijalin berdasarkan

kepentingan bersama dalam proses perdamaian dan stabilitas Timur Tengah,

revitalisasi ekonomi Mesir dan memperkuat hubungan perdagangan, dan

mempromosikan keamanan regional. Mesir telah menjadi mitra penting Amerika

Serikat dalam memastikan stabilitas regional dan pada berbagai isu keamanan

bersama, termasuk perdamaian Timur Tengah dan melawan terorisme.1

Hubungan AS-Mesir di bawah Husni Mubarak telah berkembang dan

bergerak di luar proses perdamaian Timur Tengah menuju persahabatan bilateral

yang independen. Presiden Husni Mubarak melanjutkan hubungan dekat dengan

Amerika Serikat dari Presiden Mesir sebelumnya yaitu Anwar Sadat . Di bawah

Mubarak, Mesir memainkan peranan pentingannya yaitu sebagai negara moderat

di Timur Tengah, dan biasanya mengikuti kebijakan Amerika tentang isu-isu

regional. Mesir bergabung dengan Amerika Serikat dalam mendukung Fatah atas

Hamas di Palestina. Selain itu, kedua negara tersebut juga telah meningkatkan

kerjasama ekonomi. Namun kelambatan Mesir dalam beradaptasi terhadap

1 U.S. Departement of State Diplomacy in Action ―U.S. Relations with Egypt‖ dapat dilihat di

(14)

2

reformasi demokrasi dan laporan pelanggaran hak asasi manusia telah membawa

kritik berkala dari pejabat Amerika Serikat.2

Perkembangan yang menarik dan penting di abad ke-20 adalah persaingan

politik yang semakin tinggi di sebagian besar negara. Hal ini disertai dengan

semakin banyaknya negara yang mengadopsi sistem demokrasi. Dalam era ini,

bahkan negara-negara yang tadinya totaliter harus belajar menerapkan demokrasi

yang sesungguhnya.3

Mesir merupakan salah satu negara besar yang memiliki kemajuan dalam

sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan diselenggarakannya sistem

pemilihan umum yang bebas dan demokratis untuk memilih presiden. Saat masa

kebangkitan negara-negara Arab mendapat sorotan dari negara Barat karena

dicurigai akan mengikuti jejak revolusi Iran yang anti-Barat, Mesir justru muncul

dengan revolusi sipil yang aman. Kebangkitan Mesir ini lebih mengacu pada

revolusi demokrasi yang terjadi di Eropa Timur dan Eropa Tengah pada tahun

1989.4

Revolusi yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 yang ditandai dengan aksi

demonstrasi besar-besaran di seluruh Mesir dan menuntut Presiden Husni

Mubarak yang telah berkuasa di Mesir selama 30 tahun mundur dari jabatannya.

Setelah demonstrasi selama 18 hari, akhirnya pada 11 Februari 2011 Husni

2 US.ForeignPolicy.about.com “US Foreign Policy:The US-Egyptian Relations‖ dapat dilihat di http://usforeignpolicy.about.com/od/countryprofi3/p/usegyptprofile.htm diakses pada 08 Maret 2015

(15)

3

Mubarak mundur dari jabatannya5 dan rakyat Mesir akhirnya menikmati euforia demokrasi di negara nya.

Samuel P. Huntington mengatakan dalam tesisnya bahwa sebuah gerakan

revolusi adalah perubahan cepat dalam nilai-nilai dan tingkah laku politik.6 Hal ini cukup memberikan gambaran terkait gejolak politik di Mesir saat itu. Setelah

rezim Mubarak lengser, era tranformasi politik Mesir berubah haluan dari

kediktatoran yang mengekang segala prinsip kebebasan menjadi era kebebasan

modern yang didasari pada sistem demokrasi.

Setelah presiden Husni Mubarak tumbang dari jabatannya, Mesir

menyelenggarakan pemilihan umum presiden (pilpres) selama dua hari

berturut-turut pada 23 dan 24 Mei 2012.7 Pemilihan umum presiden tersebut merupakan salah satu manifestasi terpenting dari adanya perubahan politik di negara Mesir.

Masyarakat yang berpartisipasi memberikan hak-hak suaranya dalam pemilihan

presiden cukup tinggi, begitupun dengan para kandidat dalam pemilu tersebut

yang bersaing secara damai.

Pemilihan presiden Mesir pada tahun 2012 ini adalah pemilihan yang kedua

dalam sejarah negara itu. Jajak pendapat pertama presiden Mesir terjadi pada

tahun 2005 yang memenangkan Mubarak. Mubarak tetap berkuasa selama 30

5 Aljazeera.com

Timeline: Egypt's revolution dapat dilihat di http://www.aljazeera.com /news /middleeast/2011/01/201112515334871490.html diakses pada 28 juni 2015

6 Samuel P. Huntington, tertib politik di dalam masyarakat yang sedang berubah, Buku ke-2 (Jakarta:Rajawali, 1989), hal 483.

(16)

4

tahun sampai dipaksa untuk mengundurkan diri setelah 18 hari protes di seluruh

negeri.8

Dari hasil pemungutan suara pemilihan Presiden putaran pertama di Mesir

pada 23-24 mei 2012 tidak ada calon yang berhasil mendapat suara mayoritas.

Kandidat dari Ikhwanul Muslimin Muhamad Mursi meraih 24.78 persen suara,

Ahmad Shafiq, seorang mantan Mentri di era Husni Mubarok memperoleh 23.66

persen suara; Hamdeen Sabahi berada di peringkat ketiga dengan 20.72 persen

suara; Abdel Moneim Abol Fotouh meraih 17.47 persen suara, seorang Islamis

moderat yang didukung oleh sebagian kaum liberal, anggota kelompok kiri dan

minoritas Kristen; sedangkan kandidat Amr Moussa, mantan kepala Liga Arab

dan menteri luar negeri era Mubarak hanya memperoleh 11.13 persen suara.

Karena tidak ada pemenang mutlak, kandidat dari Ikhwanul Muslimin,

Muhammad Mursi dan mantan menteri di era Mubarak, Ahmed Shafiq harus

mengikuti pemilu putaran kedua.9

Pada pemilihan Presiden putaran kedua kandidat Presiden Mesir dari Partai

Kebebasan dan Keadilan (FJP), Muhammad Mursi, meraih suara terbanyak dalam

pemilihan presiden yang digelar pada 16-17 Juni 2012. Berdasarkan hasil

penghitungan suara sementara, calon dari partai yang menjadi sayap politik

8 Republika.co.id

Mursi, Presiden Sipil Pertama Setelah 60 Tahun dilihat 12 November 2014 http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/06/24/m64n5m-mursi-presiden-sipil-pertama-setelah-60-tahun

9 Huffingtonpost.com Egypt Presidential Election 2012: Mohammed Morsi, Ahmed Shafiq In Run-Off Vote

(17)

5

Ikhwanul Muslimin ini meraih sedikitnya 52,5 persen suara, dari sekitar 50 juta

warga Mesir yang berhak memilih.10

Dari perubahan dan hasil pemilihan yang terjadi Mesir, pemerintahan

Obama menerapkan sebuah kebijakan yang bertujuan untuk menyeimbangkan

sejumlah kepentingan Amerika Serikat di negara itu. Hal ini membuat Amerika

Serikat melakukan beberapa revisi strategi bantuan pembangunan, dan

menggunakan diplomasi publik dan swasta untuk menyikapi dalam transisi politik

dan keamanan Mesir.

Amerika Serikat melakukan review terhadap kebijakan luar negerinya di

Mesir. Pada kuartal ketiga, Gedung Putih membawa semua lembaga bersama

Departemen Luar Negeri, Pentagon, Departemen Keuangan, Departemen

Perdagangan untuk melakukan tinjauan kebijakan strategis yang menyeluruh di

Mesir. Dari tinjauan strategis yang didapat, membantu pemerintahan Obama

untuk melakukan negosiasi dengan para pemimpin Mesir akhir tahun 2012 dan

untuk tahun 2013.11

10 TheGuardian.com Muslim Brotherhood's Mohammed Morsi wins Egypt's presidential race dapat dilihat di http://www.theguardian.com/world/middle-east-live/2012/jun/24/egypt-election-results-live diakses pada 28 Juni 2015

(18)

6 B. Pertanyaan Penelitian

Merujuk kepada latar belakang dari permasalahan diatas, maka penulis

membatasi masalah penelitian hanya pada kasus terpilihnya Muhammad Mursi

menjadi Presiden Mesir di tahun 2012. Sebagai negara demokrasi dan negara yang

mempunyai kepentingan di Mesir, AS mengeluarkan kebijakan luar negeri yang

cukup serius di negara tersebut. Berdasarkan fakta ini, penulis merumuskannya ke

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan luar negeri AS terhadap Mesir pasca terpilihnya

Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan AS tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui kebijakan luar negeri AS terhadap Mesir pasca

terpilihnya Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan AS

terhadap Mesir.

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman tentang latar belakang pemilihan presiden

Mesir secara demokratis pasca lengsernya rezim Husni Mubarak

2. Memberikan pemahaman tentang kebijakan luar negeri AS terhadap

(19)

7

3. Memberikan kontribusi terhadap studi Hubungan Internasional,

terutama memberikan informasi (referensi) dan data yang terkait

dengan masalah yang telah dijelaskan di atas.

D. Tinjauan Pustaka

Pada tahapan ini penulis melakukan studi kajian pustaka yaitu mempelajari

buku-buku referensi dan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh

orang lain. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah

yang akan diteliti.

Penelitian mengenai krisis Politik di Mesir telah dilakukan oleh Rr. Laeny

Sulistyawati Krisis Politik di Mesir: Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Militer Mesir, Jember: Skripsi Universitas Jember, 2011. Dalam skripsinya, ia menjelaskan bahwa AS dengan Mesir terlibat hubungan kerjasama berbagai

bidang yang semakin intens setelah ditandatanganinya perjanjian Camp David. Diantara berbaga bidang kerjasama tersebut, bidang militer mendapat perhatian

serius dari AS karena militer dianggap memiliki peran yang penting. Untuk itu

terjadi kerja sama militer seperti bantuan keuangan militer atau FMF (Foreign Military Financing), perlengkapan militer sampai adanya pertemuan tahunan rutin antara pejabat tinggi militer AS dengan militer Mesir.

Kerja sama terus berlanjut sampai terjadinya krisis politik di Mesir pada 25

Januari 2011, dimana terjadi demonstrasi besar-besaran yang menuntut Husni

(20)

8

potensi kekuatan oposisi Mesir. Diantara potensi kekuatan oposisi tersebut,

ternyata juga rentan muncul kekuatan anti terhadap AS dan sekutunya. Untuk itu

AS berupaya tetap berhubungan dengan militer Mesir. 12

Tafwid Mulia Hubungan Perdagangan Mesir-AS (Periode 2000-2002)

Jakarta: Skripsi, UNAS, 2006. Dalam skripsinya, ia menjelaskan bahwa hubungan

perdagangan antara Mesir-AS sudah berlangsung sejak lama. Pada tahun 2001,

negara Amerika Serikat diserang oleh sekelompok teroris yang menewaskan

hampir tiga ribu jiwa. Hal ini bisa membuat AS mengubah kebijakan luar

negerinya. Mulai saat itu AS mengubah kebijakan luar negerinya menjadi lebih

aktif demi melindungi kepentingan nasionalnya baik di dalam maupun di luar

negeri.

Kebijakan tersebut membuat AS lebih aktif dalam mengubah kondisi politik

dunia. Invasi-invasi yang dilancarkan oleh AS untuk menumbangkan rezim-rezim

yang sedang memerintah di suatu negara yang dianggap berbahaya bagi

kepentingan AS ditentang oleh banyak negara termasuk PBB sendiri.

Ditengah-tengah suhu politik dunia yang terus memanas, penulis mencoba untuk melihat

apa saja yang menjadi peluang dan hambatan terhadap perkembangan hubungan

perdagangan kedua negara tersebut.13

Sementara itu, Bulbul Abdurahman dalam tulisannya yang berjudul “

Dinamika Pemerintahan Mesir Menuju Negara yang Demokratis: Ditandai

Persaingan antara Demokrat Islam dengan Militer”, berpendapat bahwa

12 Rr. Laeny Sulistyawati, Krisis Politik di Mesir: Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Militer Mesir (Skripsi, 2011).

(21)

9

kemenangan Partai Islam dalam Parlemen Mesir pasca kudeta terhadap Hosni

Mubarak, hanya kemenangan sesaat. Karena beberapa waktu kemudian hasil

pemilu parlemen tahun 2012 ini dibubarkan oleh Militer. Begitupula kemenangan

Presiden Mursi pada tahun 2012 yang lalu berakhir dengan diambilalihnya

kekuasaan oleh militer.14

Hasil akhir pemilihan parlemen pertama Mesir setelah jatuhnya Presiden

Husni Mubarak, menetapkan partai-partai beraliran Islam sebagai pemenang.

Partai Kebebasan dan Keadilan, FJP -yang merupakan partai politik milik dengan

perolehan itu, FJP akan menguasai 235 kursi di Majelis Rakyat. Tempat kedua

diduduki oleh kubu konservatif, Partai Salafist al Nur dengan 121 kursi atau 25%

suara. Sementara partai beraliran liberal, Partai Wafd, meraih 36 kursi dan partai

sekuler, Koalisi Mesir, memiliki 33 kursi.

Dengan hasil tersebut, maka partai-partai Islam menguasai sekitar dua

pertiga parlemen. Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi yang dilarang di

bawah pemerintahan Presiden Husni Mubarak. Kemenangan mutlak ini membuat

FJP sudah memutuskan seorang politisi seniornya, Saad al-Katatni, untuk ditunjuk

sebagai ketua Majelis Rakyat.15

Kekhawatiran militer terhadap ancaman dominasi Islamis di tubuh

pemerintahan Mesir nampak tergambar jelas dari putusan Mahkamah Konstitusi

(MK) yang tiba-tiba membubarkan Parlemen. Berdasarkan hasil pemilu, 70

(22)

10

persen anggota parlemen berasal dari partai Islam FJP yang juga sayap politik

Ikhwanul Muslimin dan An Nur yang berafiliasi ke Salafi.16

Dari kajian-kajian tersebut belum memberikan topik pembahasan yang

detail mengenai kebijakan luar negeri AS terhadap Mesir pasca terpilihnya

Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir terhadap tahun 2012 lalu. Oleh karena

itu penulisan ini dimaksudkan untuk mengisi ruang yang masih kosong tersebut.

E. Kerangka Teoritis

Untuk memahami suatu permasalahan dan sekaligus menjawab penelitian

diatas, diperlukan adanya kerangka berpikir. Kerangka pemikiran itu terdiri dari

teori dan konsep yang berguna sebagai acuan dan panduan dalam melakukan

penelitian. Sehingga penelitian ini dapat memenuhi prosedur ilmiah. Oleh karena

itu, penelitian ini akan menggunakan teori Analisa Konsep Kebijakan Luar

Negeri, Konsep Kepentingan Nasional (National Interest), dan Konsep Geopolitik.

1. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat

oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit

politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional

spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.17 Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara memang bertujuan

(23)

11

untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya, meskipun

kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang

berkuasa pada waktu itu.18 Untuk memenuhi kepentingan nasionalnya itu, negara-negara maupun aktor dari negara-negara tersebut melakukan berbagai macam kerjasama

diantaranya adalah kerjasama bilateral, trilateral, regional dan multilateral.

Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu upaya suatu

negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan

memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.19 Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan

hidup suatu negara.20 Lebih lanjut, menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita akan memasuki fenomena yang luas

dan kompleks. Fenomena ini meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan

untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu

negara sebagai negara-bangsa.21

Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri mencakup: Menjabarkan

pertimbangan kepentingan nasional ke dalam bentuk tujuan dan sasaran yang

spesifik; menetapkan faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional

18Mochtar Mas‟oed.

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 184.

19 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. World Politics: An Introduction. (New York: The Free Press, 1976), hal. 27.

(24)

12

yang berkaitan dengan tujuan kebijakan luar negeri; menganalisis kapabilitas

nasional untuk menjangkau hasil yang dikehendaki; mengembangkan

perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional dalam

menanggulangi variable tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

melaksanakan tindakan yang diperlukan secara periodik; serta melakukan evaluasi

perkembangan yang telah berlangsung untuk mencapai tujuan atau hasil yang

dikehendaki.22

Sementara menurut Holsti, lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua

tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya. Hal ini

dilakukan sebagai bentuk upaya untuk memperoleh keuntungan dari lingkungan

dan berbagai kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut. 23

Faktor internal akan digunakan dalam penelitian ini yang meliputi,

pembangunan ekonomi, pemerintahan dan faktor geografis. Sementara

faktor-faktor ekternal meliputi struktur tindakan aktor lain dan konstelasi politik regional

dan global. Pemilihan faktor internal dan ekternal ini adalah karena keempat

faktor tersebut yang dianggap signifikan dalam mempengaruhi kebijaka luar

negeri Amerika Serikat.

Faktor internal dan ekternal sangat berpengaruh dalam menentukan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat, sistem politik Amerika Serikat, terkait

dengan struktur, dinamika dan siapa aktor politik yang berkuasa memiliki peran

yang signifikan dalam menentukan kebijakan luar negeri AS. Sementara itu, disisi

22 Jack C. Plano dan Roy Olton.. Kamus Hubungan Internasional, hal. 5.

(25)

13

lain, faktor-faktor eksternal juga turut berpengaruh dan tidak bisa dihindari politik

regional dan global mempengaruhi kebijakan luar negeri AS.

2. Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional diakui sebagai konsep kunci dalam politik luar negeri.

Sepanjang mengenai kepentingan nasional orang bisa berorientasi kepada ideologi

atau berorientasi kepada sistem nilai sebagai pedoman perilaku. Artinya bahwa

keputusan dan tindakan politik luar negeri bisa didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan ideologis atau atas pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan kepentingan atau

gabungan antara kedua pertimbangan tersebut. Bisa juga kadang-kadang terjadi

interplay antara ideologi dengan kepentingan sehingga terjadi suatu hubungan timbal balik dan terjadi saling mempengaruhi antara pertimbangan-pertimbangan

ideologis dengan pertimbangan-pertimbangan kepentingan yang tidak menutup

kemungkinan terjadi formulasi yang lain atau baru.24

Miroslav Nincic memperkenalkan tiga kriteria atau yang disebutnya asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan nasional. Pertama,

kepentingan harus bersifat vital sehingga pencapaiannya harus menjadi prioritas

utama pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan

dengan lingkungan internasional Artinya pencapaian kepentingan nasional harus

dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus

melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok atau

(26)

14

lembaga pemerintahan. Sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara

keseluruhan.25

Paul Seabury mengemukakan pendapatnya tentang konsep kepentingan nasional. Menurutnya:

Istilah kepentingan nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan cita-cita tujuan suatu bangsa ... yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain, gejala tersebut merupakan suatu normatif, atau konsep umum kepentingan nasional ... Arti kedua yang sama pentingnya biasa bersifat deskriptif. Dalam pengertian deskriptif, kepentingan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Kepentingan nasional dalam pengertian deskriptif, berarti memindahkan metafisika ke dalam fakta (kenyataan) ... dengan kata lain kepentingan nasional serupa dengan para perumus politik luar negeri...26

Di sini terlihat bahwa untuk mencapai kepentingan nasional perlu adanya

strategi tertentu dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Strategi kebijakan luar

negeri dirumuskan dengan memperhitungkan berbagai aspek. Seperti kekuatan

nasional serta peluang dan kendala yang mungkin muncul. Jalinan hubungan luar

negeri suatu negara harus bersandar pada potensi nyata yang dimiliki, serta

kondisi dalam negara tersebut.

Bagi AS, mencapai dan memenuhi kepentingan nasional adalah hal yang

fundamental bagi negara itu. Kepentingan nasional yang berusaha di capai AS

seperti kepentingan ekonomi, kesetabilan politik dan keamanan, serta perdamaian

di Mesir.

(27)

15 3. Konsep Geopolitik

Menurut Alfred Thayer Mahan geopolitik bertumpu pada hubungan antara

kontrol politik dari laut dan dampak dari angkatan laut yang kuat terhadap

kebijakan luar negeri suatu negara. Dari dua faktor ini, Mahan berusaha untuk

memprediksi peran yang kekuatan angkatan laut bermain dalam kebijakan luar

negeri AS.27

Sementara menurut Jakub Grygiel berpendapat bahwa keberhasilan atau

kegagalan kekuatan besar sebagian dibentuk oleh lokasi, sumber daya, tata letak,

dan stabilitas batas negara. Respon strategis negara terhadap kondisi geografis

tetap menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam membangun dan

mempertahankan kekuasaan di arena internasional, sebuah negara dapat

meningkatkan dan mempertahankan posisi kekuasaan mereka dengan mengejar

geostrategi yang berfokus pada pengendalian sumber daya dan jalur komunikasi.28

Faktor geografis ini sangat vital peranannya bagi AS, Mesir merupakan

negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. AS

Secara geopolitik mempunyai kepentingan seperti menjaga stabilitas politik dan

keamanan di negara itu. Ini terkait dengan kepentingan AS di Mesir diantaranya

yaitu mengamankan jalur perdagangan di Terusan Suez. Hal Ini disebabkan

27 Colin Flint Introdution of Geopolitics (New York: Routledge, 2006), hal 18-20.

(28)

16

terusan Suez yang berfungsi sebagai jalur distribusi minyak dunia yang berasal dari Timur Tengah didistribusikan ke Eropa dan AS.29

F. Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menyajikan data

sebagai kata, gambar visual, suara atau objek, dan cenderung analisis deskriptif.30 Ini bertujuan untuk membawa pandangan sistematis dan faktual berdasarkan

fakta dari variabel dan relevansinya dalam isu-isu sosial untuk menjelaskan lebih

dalam hal itu. Metode kualitatif didefinisikan sebagai metode yang digunakan

untuk fenomena sosial dengan menganalisis perilaku manusia, kekuasaan,

otoritas, emosi, listrik dan lain-lain. 31

Pengumpulan data dalam metode kualitatif dipisahkan dalam empat cara;

observasi, wawancara, dokumen dan gambar visual. Sumber utama adalah sumber

langsung termasuk dokumen, membaca buku, jurnal, majalah, surat kabar dan

internet. 32 Penelitian ini penulis menggunakan studi pustaka sebagai argumen utama.

Langkah-langkah dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data

dengan menggunakan studi pustaka untuk mencari data tertulis yang mengacu

pada kasus, beberapa literatur, surat kabar dan segala jenis informasi dari internet.

29 Rr. Leany Sulitiyawati

Kepentingan AS terhadap Militer Mesir (Jember: Skripsi, 2011), hal. 2.

30 W. Lawrence Newman, Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approach (Boston: Pearson Education, Inc, 2007), hal 326

31 W. Lawrence Newman, Basic of Social Reseach, hal. 328.

(29)

17

Kemudian, data ini dikumpulkan dan dianalisa sesuai dengan hubungannya

dengan tujuan penelitian ini yang akan menjawab pertanyaan penelitian yang

ditujukan.

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Teoretis

1. Konsep Kebijakan Luar Negeri.

2. Konsep Kepentingan Nasional

3. Konsep Geopolitik

F. Metode Penelitian.

G. Sistematika Penelitian

BAB II Hubungan Bilateral Amerika Serikat-Mesir

A. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Kolonial

B. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Gamal Abdel Naseer

C. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Presiden Anwar Sadat

D. Hubungan Bilateral AS-Mesir Pada Era Presiden Husni Mubarok

(30)

18

A. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Politik Mesir

B. Peran Militer dalam Politik Mesir

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemenangan Muhammad Mursi

dalam Pemilu Presiden Mesir 2012

1. Kemenangan Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) dalam Pemilu

Legislatif Mesir

2. Dukungan Kuat dari Ikhwanul Muslimin

3. Sikap Anti-Rezim Mubarak

BAB IV Analisa Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Mesir pada Paruh Pertama pemerintahan Mursi di Mesir

A. Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Mesir pada Paruh Pertama

Pemerintahan Muhammad Mursi di Mesir

B. Faktor Internal

1. Struktur Pemerintahan AS

2. Kepentingan Ekonomi AS di Mesir

C. Faktor Eksternal

1. Kemenangan Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir dari

kelompok Ikhwanul Muslimin.

2. Posisi Sentral Mesir di Timur Tengah

D. Implikasi Kebijakan Luar Negeri AS di Mesir Terhadap Kawasan

Regional Timur Tengah

(31)

19 BAB II

HUBUNGAN BILATERAL AMERIKA SERIKAT-MESIR

A. Hubungan Bilateral AS dan Mesir pada Era Kolonial

Mesir adalah salah satu negara kawasan Timur Tengah yang memiliki

hubungan baik dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, sejak era

kolonial hingga saat ini. Pada abad ke-19, Mesir merupakan sebuah provinsi semi

otonom di Kekaisaran Ottoman yang mengalami kemunduran kemudian ditopang

oleh kerajaan Inggris. Saat itu, Mesir menjadi wilayah yang berharga bagi Inggris

dan Perancis, karena hasil pertanian yang melimpah, pasar domestik yang besar,

serta lokasinya yang sangat strategis antara Laut Tengah dan Laut Merah. Inggris

juga melihat Mesir sebagai wilayah yang berperan penting untuk mengamankan

jalur laut.33

Salah satu kebijakan sultan Ottoman yang ke-40 Mehmed VI menjadi

kelemahan bagi Mesir pada masa ini yakni adanya perlindungan hukum pada

kalangan tertentu. Selain itu, pihak kerajaan memberikan keuntungan yang besar

bagi perekonomian masyarakat Eropa di Mesir. hal ini menyebabkan kelumpuhan

perekonomian lokal dengan dibanjirinya barang-barang manufaktur dari Eropa

sehingga mengakibatkan pedagang lokal Mesir mengalami kebangkrutan.34

33 Library of Congress, Federal Research Division, Egypt: A Country Study, dapat dilihat di http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/egtoc.html diakses pada 24 Maret 2015

(32)

20

Beberapa dekade kemudian Mesir hanya mengembangkan perekonomian

berbasis ekspor kapas dengan harga yang terus berfluktuasi. Hal ini menjadikan

perekonomian Mesir menjadi lemah dan sangat rentan jika hanya bergantung pada

hasil panen yang baik. Tidak terciptanya keragaman ekonomi yang kuat

menyebabkan Mesir tidak bisa menghasilkan devisa yang memadai untuk

membangun bangsanya. 35

Keadaan ini menjadi peluang bagi Barat khususnya Inggris dan Perancis

untuk menarik simpati Mesir yang saat itu dilanda krisis finansial. Tercatat bahwa

Pemerintah Mesir meminjam uang dalam jumlah besar dari bank-bank Eropa

untuk membangun Terusan Suez pada tahun 1869. Enam tahun pasca

terselesaikannya pembangunan tersebut, Mesir terpaksa menjual seluruh

sahamnya kepada Suez Canal Company, pihak yang mengoperasikan Terusan Suez untuk membayar semua hutang luar negerinya. Namun Mesir tidak mampu

menyelesaikan pembayaran seluruh hutang luar negerinya. Sehingga Inggris dan

Perancis mengambil alih dan terlibat langsung dalam politik Mesir. Hal ini terus

berlanjut sampai abad ke-20 pertengahan. 36

35 Jeremy M. Sharp “Egypt: Background and U.S. Relations” CRS Report for Congress 2:RL33003, 12 Agustus 2008 dapat dilihat di http://fpc.state.gov/documents/organization/109518.pdf diakses pada 13 Maret 2015.

(33)

21

B. Hubungan Bilateral AS-Mesir pada Masa Gamal Abdel Naseer

Pada saat berlangsung Perang Dingin, Amerika Serikat mulai

mengembangkan kepentingan dan kebijakan-kebijakannya di wilayah Timur

Tengah. Fokus utamanya adalah stabilisasi wilayah tersebut, karena

ketidakstabilan suatu wilayah hanya akan menciptakan peluang bagi Uni Soviet.

Peluang ini dapat dimafaatkan Soviet untuk membangun pijakan di Timur

Tengah melalui suatu asosiasi anti-Zionis dan Platform Barat dengan gerakan

sayap kiri yang telah berkembang.37

Pendekatan ini sejalan dengan kebijakan global pemerintahan AS

Containment of Communism,38 seperti yang tertuang dalam resolusi Dewan Keamanan Nasional AS 68 (NSC-68) April 1950.39 Dari sudut pandang Washington, stabilitas di Timur Tengah bergantung pada rezim yang bersekutu

dengan Barat dan yag tidak bersekutu dengan blok Soviet. Rezim yang berkuasa

baik di Arab maupun Israel akan menentukan proses penyelesaian konflik antar

keduanya. Karena konflik itu dapat menjadi faktor penghambat yang mengganggu

akses transportasi minyak Timur Tengah. Keadaan darurat ini menjadi pijakan

bagi pemerintahan Truman untuk mengeluarkan Program bantuan teknis dan

37 Kermit Roosevelt, Arabs, Oil, and History (New York: Harper, 1949), hal. 92.

38 Yaitu upaya AS untuk membendung meluasnya penyebaran paham komunis oleh Uni Soviet. Dapat dilihat di http://www.ushistory.org/us/52c.asp diakses pada 30 Juni 2015

(34)

22

Program Keamanan Bersama. Bantuan tersebut dirancang untuk menciptakan

lingkungan politik yang kondusif, lebih stabil dan pro-Barat, serta menjalin

hubungan dengan beberapa junta dalam kekuasaan yang pro- Barat.40

Pada 23 Juli tahun 1952, Revolusi Mesir yang dipimpin oleh Jendral

Muhammad Naguib menjadikan Dewan Komando Revolusioner, RCC berkuasa.

Revolusi itu dilakukan sesuai dengan tuntutan dari berbagai kalangan di Mesir.

Kelompok yang terdiri sebagian besar perwira muda yang memasuki akademi

militer di tahun 1930-an di Mesir. Mereka mengecam tindakan korupsi dan

nepotisme yang dilakukan oleh monarki Raja Faruq dan struktur partai feodal

yang dikendalikan oleh Partai Wafd, hingga akhirnya Raja Faruq digulingkan dari

kekuasaannya.41

Jendral Muhammad Naguib akhirnya terpilih menjadi Presiden Mesir

setelah Revolusi Juli 1952, namun Naguib hanya dijadikan boneka oleh

sekelompok Gerakan Perwira Bebas itu. Pemimpin sebenarnya adalah Letkol

Gamal Abdel Nasser, yang dikenal sebagai arsitek revolusi 1952.42

40 Kermit Roosevelt, Arabs, Oil, and History (New York: Harper, 1949), hal 92. Dan sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk Beattie, dalam artikel yang ditulis oleh komentator Joseph Alsop dicatat pada bulan Februari dan Maret 1952, menyerukan penghapusan Faruq rezim korup dan penggantian oleh pemerintahan diktator militer yang baik dan bisa membantu .Kirk J. Beattie, Egypt during the Nasser Years: Ideology, Politics, and Civil Society (Boulder: Westview Press, 1994), hal. 58.

41 Country Studies.us The Revolution and the Early Years of the New Government: 1952-56 dapat dilihat di http://countrystudies.us/egypt/32.htm diakses pada 05 April 2015

(35)

23

Para pemimpin baru Mesir berusaha mengimplementasikan tipe reformasi

yang dibutuhkan oleh Amerika Serikat. Tujuannya adalah mengalihkan modal

dari kepentingan yang mendasar menuju pada pemanfaatan yang lebih produktif

khususnya dalam sektor industri komersial. Melalui strategi tersebut Mesir

menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi stabilitas pasar. Washington

percaya bahwa kemunduran rezim Raja Faruq, terutama setelah kekalahan

memalukan dengan negara yang baru lahir Israel pada tahun 1948, menjadi lebih

dari ancaman terhadap stabilitas Mesir dalam jangka panjang. Bagi Amerika

Serikat, lebih baik menyerahkan rezim yang tidak layak dipertahankan daripada

menunggu ancaman internal yang dapat menimbulkan ketidakstabilan wilayah itu.

Sehingga keadaan tersebut bisa dimanfaatkan oleh kedua pasukan komunis

internal dan eksternal Mesir.43

Perubahan rezim dianggap mampu mewujudkan sebuah babak baru dalam

negosiasi Anglo-Mesir yang telah terhenti di bawah pemerintahan Raja Faruq.

Dalam hal ini, Amerika Serikat lebih bersedia untuk mendukung rezim diktator

militer demi stabilitas regional Mesir. Hal itu juga merupakan rasionalisasi

Perwira Bebas untuk tidak mengadakan kembali sistem parlementer-Mesir pasca

revolusi, karena jika diterapkan akan mengancam revolusi itu sendiri.44

Keuntungan untuk kepentingan Amerika Serikat terhadap konstitusi sosial

ekonomi kaum revolusioner Mesir adalah fakta bahwa mereka bukan dari Effendi

43 Miles Copeland, The Game of Nations: The Amorality of Power Politics (New York: Simon and Schuster, 1969), hal. 9

(36)

24

Class45, yang sangat bergantung pada Inggris. Melalui cara ini, para Perwira Bebas itu tidak hanya diakui anti-komunis, akan tetapi mereka juga bersedia untuk

bekerjasama dengan Amerika Serikat dalam pengembangan desain strategis

Perang Dingin di wilayah itu.46

Dengan stabilitas politik dan ekonomi, diharapkan tujuan jangka panjang

dapat dicapai yaitu menghilangkan pengaruh Inggris dari tanah Mesir,

mengurangi kekuatan, dan juga menghilangkan kepentingan asing yang

merugikan yang dapat merugikan negara itu. Untuk membantu rezim otoriter

transisi, Central Intelligence Agency (CIA) membantu membangun intelijen Mesir

General Intelligence Directorate (GID) sehingga Revolution Command Council

(RCC) dapat menangkal setiap gerakan oposisi, terutama komunis. Ini merupakan

hubungan kerja dengan rezim baru Nasser.47

Pada bulan November 1954, Duta Besar AS untuk Kairo, Jefferson Jack,

menyimpulkan bahwa rezim baru Mesir telah melakukan kerjasama yang baik

dengan AS dalam waktu dua tahun dibandingkan dari semua pendahulu mereka.

Salah satu bentuk kerjasama pemerintahan AS dengan rezim baru Mesir adalah

menyingkirkan pengaruh Inggris di Mesir. Meskipun secara keseluruhan

kerjasama mengenai penahanan pengaruh Uni Soviet terjalin antara AS dengan

Inggris, namun Washington dapat terlibat menyingkirkan sekutu Eropa mereka.

45 Effendi merupakan pengucapan bahasa Arab Mesir: [æfændi] juga dianggap sebagai sebutan untuk orang yang pendidikan tinggi atau status sosial di Timur (Mediterania atau Arab) negara. Itu adalah sebuah gelar berasal dari Turki, sejalan dengan yang terhormat. Dapat dilihat di http://middleeast.about.com/od /glossary/g/me080511b.htm diakses pada 28 Juni 2015

(37)

25

Hal ini juga terjadi di Iran pada tahun 1946 dan Israel pada tahun 1948, serta

kasus Doktrin Truman itu terjadi di Yunani dan Turki pada tahun 1947.48

Inggris terganggu dengan pembicaraan pada tahun 1952 dalam lingkaran

kebijakan di Washington, khususnya di Departemen Luar Negeri. Diantara Kepala

Staf Gabungan berencana untuk mengadvokasi bantuan militer kepada RCC,

untuk membantu rezim Mesir menstabilkan negaranya. Selain itu menarik Mesir

untuk berpartisipasi dalam rencana pertahanan Barat untuk wilayah itu meskipun

dalam jumlah yang sedikit. Keterlibatan Mesir dalam hal ini membuat Inggris

khawatir jika senjata tersebut digunakan organisasi gerilya anti-Inggris untuk

menyerang tentara dan fasilitas-fasilitas Inggris di Terusan Suez49

Hubungan Amerika Serikat dan Mesir terjadi penuh dengan gejolak di tahun

1950-an, yakni saat Gamal Abdel Nasser mengambil kendali pemerintah Mesir

setelah revolusi tahun 1952. Para pejabat Amerika menerimanya sebagai pilihan

alternatif yang progresif untuk menggulingkan Raja Farouk, mereka membantu

Inggris dan Mesir menegosiasikan perjanjian yang mengakhiri pendudukan

Inggris dari Mesir serta menawarkan Mesir bantuan ekonomi dan bantuan militer.

Namun hubungan AS-Mesir memburuk setelah 1954. Amerika Serikat berharap

bahwa Mesir akan bekerja sama dengan Barat dalam perencanaan pertahanan

anti-Soviet dan membangun stabilitas regional dengan membuat perdamaian dengan

Israel. Namun Nasser memutuskan untuk mencari dukungan di kalangan

48 Dikutip oleh Beattie, Egypt during the Nasser Years,hal.102.

(38)

26

negara Afrika dan Arab untuk menantang kehadiran Barat di Timur Tengah dan

menghadapi Israel.50

Nasser menolak untuk bergabung dengan skema pertahanan yang didukung

AS seperti Organisasi Pertahanan Timur Tengah dan Pakta Baghdad51, sebaliknya ia membeli senjata dari Soviet dan menolak rencana Amerika untuk berdamai

dengan Israel. Pemerintah Dwight D. Eisenhower berusaha untuk melemahkan

upaya Nasser dengan memangkas bantuan ekonomi, namun langkah tersebut

justru memprovokasi Nasser dalam menasionalisasi Perusahaan Terusan Suez.

Meskipun Amerika Serikat menghentikan serangan Anglo-Perancis-Israel

terhadap Mesir dalam konflik itu, hubungan Mesir AS tetap tegang. Para pejabat

Amerika tetap khawatir dengan bukti bahwa Nasser menggerakan nasionalisme

anti-Barat di seluruh wilayah itu dan melakukan ekspansi guna menyatukan

Mesir, Suriah, dan Yaman ke Republik Persatuan Arab di 1958-1961.52

Hubungan kedua negara itu terus mengalami kesulitan sampai akhir era

Nasser pada tahun 1970. Presiden Eisenhower dan John F. Kennedy berusaha

kembali menjalin pendekatan kepada Nasser melalui bantuan ekonomi, membuat

kesepakatan untuk tidak membahas masalah Israel, dan membangun gerakan

politik yang ramah. Namun pemulihan hubungan itu berakhir pada awal 1960-an

50 Peter L. Han Historical of US Relations with Middle East (UK:The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto • Plymouth, 2007), hal. 49

51 Pakta Bagdad adalah Organisasi Pakta Sentral (juga disebut CENTO, nama aslinya Pakta Organisasi Timur Tengah atau METO, juga dikenal seperti Pakta Baghdad) diadopsi pada tahun 1955 oleh Iran, Irak, Pakistan, Turki, dan Britania Raya. Kemudian dibubarkan pada tahun 1979. Dapat dilihat di U.S Departement of State http://2001-2009.state.gov/r/pa/ho/time/lw/98683.htm diakses pada 28 Juni 2015.

(39)

27

ketika Nasser campur tangan dalam perang saudara di Yaman yang bertentangan

dengan sahabat Amerika Serikat yaitu Arab Saudi.53

Setelah serangkaian insiden massa yang membakar sebuah Layanan

Informasi Perpustakaan Amerika Serikat di Kairo pada tahun 1964, Presiden

Lyndon B. Johnson mengecam hal itu sebagai bentuk penghinaan. Hingga

akhirnya menghentikan bantuan ekonomi ke Mesir. Nasser memutuskan

hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat selama Perang Arab-Israel tahun

1967 setelah ia menuduh Amerika Serikat secara langsung membantu dalam

serangan udara Israel yang menghancurkan negaranya. Selama Perang Atrisi pada

1967-1970, Mesir menjadi tergantung pada dukungan militer Soviet, sebaliknya

Amerika Serikat cenderung untuk kembali mendukung Israel.54

C. Hubungan Bilateral AS-Mesir pada Masa Presiden Anwar Sadat

Hubungan bilateral antara Mesir dengan AS meningkat secara signifikan di

bawah kepemimpinan Anwar Sadat, hal ini berbeda dengan masa pemerintahan

Gamal Abdul Nasser yang dikenal anti-Barat. Pada tahun 1972 Sadat melakukan

reposisi haluan politik Mesir di bawah bendera AS, karena pengaruh dan

dukungan AS sangat penting bagi negaranya. Bahkan ia tak segan mengganti

penasihat militer Mesir yang berasal dari Uni Soviet. Sementara itu, AS membuat

(40)

28

perubahan kebijakan yang dramatis dan meluncurkan détente55 terhadap Uni Soviet pada tahun 1970-an. Kedua negara adidaya tersebut menandatangani

perjanjian perlucutan senjata seperti Pembatasan Pembicaraan Senjata Strategis

(SALT) dan Anti-Balistic Missile Treaty (ABMT).56

Konsiliasi yang terjalin diantara kedua negara itu berdampak buruk bagi

politik Timur Tengah khususnya Mesir, hingga akhirnya Mesir meninjau kembali

hubungan luar negerinya dengan Uni Soviet dengan memutus hubungan

bilateralnya. Selanjutnya Sadat berupaya menunjukkan citra baik kepada Barat

dengan memperkenalkan reformasi domestik yang kebijakannya bertentangan

dengan pemerintahan masa Nasser. Reformasi ini menerapkan sistem multi-partai

dan sistem ekonomi liberal di Mesir. Ia bahkan menyebut strategi reformasi

sebagai 'Revolusi Perbaikan'. Langkah-langkah ini secara luas dipuji oleh Barat.57

Sadat mulai menerima berbagai tawaran skema perdamaian yang dikenal

dengan perjanjian Camp David dari Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger

pasca terjadinya Perang Arab-Israel tahun 1973. Mesir pun melakukan pemulihan

hubungan formalnya dengan AS pada tahun 1974, hingga kemudian menjadi

penerima bantuan ekonomi yang besar dari pemerintah AS. Selain itu, Sadat

melakukan inisiatif diplomatik yakni memimpin perjanjian damai Mesir-Israel

pada tahun 1979 yang sebelumnya diprakarsai oleh Presiden Jimmy Carter.

55 Détente adalah pengurangan hubungan ketegangan antara AS dengan Uni Soviet, terutama dalam situasi politik. Dapat dilihat di http://www.u-s-history.com/pages/h1946.html diakses pada 28 Juni 2015 56 Mark R. Amstutz, International Conflict and Cooperation: An Introduction to World Politics (Madison:

Brown & Benchmark,1995), hal.128.

(41)

29

Sebagai imbalan atas kesediannya melakukan upaya perdamaian, Amerika Serikat

kembali memberikan bantuan keuangan secara besar-besaran.58

Perjanjian perdamaian antara Mesir-Israel yang dilaksanakan di Camp

David pada 17 September 1978 atas bantuan Amerika Serikat, menghasilkan

kesepakatan untuk mengembalikan wilayah Mesir yang telah direbut oleh Israel

pada perang tahun 1967.59 Namun perjanjian ini tidak mengembalikan Dataran Tinggi Golan milik Syria dan wilayah Jerusalem Timur milik Palestina yang

direbut Israel pada perang tahun 1967. Padahal perang Yom Kippur atau perang

Ramadhan yang meletus tahun 1973 secara politik telah menguntungkan dunia

Arab. Hal ini memicu kemarahan dari kalangan Palestine Liberation Organization

(PLO), kaum fundamentalis gerakan Islam dari Palestina dan dunia Arab,

terutama setelah mengetahui kunjungan Sadat ke Jerusalem atas undangan

Manachem Begin.60

Ketokohan Sadat dianggap Carter dan Presiden Ronald Reagan sebagai

penyeimbang Uni Soviet dan Revolusi Iran. Hal ini membuat kebencian di

kalangan negara-negara Arab radikal bahkan sebagian memfitnahnya telah

berdamai dengan Israel dan tunduk dibawah kuasa AS. Upaya perdamaian dengan

Israel dan persahabatannya dengan Amerika Serikat pun membuat Mesir terisolasi

dari komunitas Arab dan dikecam keras oleh para kalagan ekstrimis Islam. Hingga

58 Peter L. Han Historical of US Relations with Middle East, hal. 50

59 Amin Saikal, Islam dan Barat, Konflik atau Kerjasama, (Jakarta: Sanabil. 2006) hal.134.

(42)

30

pada bulan Oktober 1981, Anwar Sadat dibunuh oleh seorang perwira militer

fundamentalis Islam di Kairo.61

D. Hubungan Bilateral AS-Mesir pada Masa Presiden Husni Mubarok

Pasca terbunuhnya Presiden Sadat oleh seorang perwira militer

fundamentalis Islam yang berasal dari Jamaah Islamiyah (Kelompok Radikal

Islam) dan Al Jihad, kelompok yang lebih radikal dari Ikhwanul Muslimin,

berakhir pula kekuasaannya pada tahun 1981. Akhirnya Husni Mubarak, Wakil

Presiden Sadat dan mantan komandan Angkatan Udara Mesir, naik sebagai orang

nomor satu di Mesir.62

Situasi politik Mesir pada tahun 1981 memberikan kesempatan kepada

Mubarak untuk menaikan popularitas dan bentuk legal dari legitimasinya. Segala

bentuk kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya menjadi jawaban atas

intervensi dari AS, Israel dan negara-negara Arab, dengan bertujuan

memenangkan sentimen-sentimen nasionalis. Mubarak menjalankan reformasi

yang legal dan legitimate untuk memberi penekanan bahwa dia menghormati hukum yang berlaku.63

Mubarak mengambil beberapa keputusan penting dan berani dalam urusan

Afrika. Seperti pada tahun 1985 dan 1986, dia menolak tekanan AS untuk

61 Peter L. Han Historical of US Relations with Middle East, hal 142

62 Jeremy M. Sharp Egypt: Backgraund and US Relations (2008: CRS Report for Congress), hal. 6-7 63 Robert Springborg, Mubarak’s Egypt: Fragmentation of Political Order, (Boulder CO: Westview Press,

(43)

31

mengambil tindakan militer bersama terhadap Libya. Mubarak juga memainkan

peran utama dalam integrasi ekonomi Afrika dan bergabung dengan Pasar

Bersama untuk Afrika Timur dan Selatan (COMESA) pada tahun 1998.64

Hubungan AS-Mesir kembali membaik saat terjadinya Perang Teluk Persia

tahun 1990-1991. Diantara bentuk hubungan bilateral yang terjalin adalah kerja

sama dengan Presiden Ronald Reagan untuk perencanaan keamanan anti-Soviet,

kemudian Mubarak memberikan Amerika Serikat hak pangkalan militer di

wilayah Mesir dan kembali bekerja sama dengan AS dalam mempromosikan

proses perdamaian Arab-Israel tahun 1990-an. Amerika Serikat sangat

mendukung upaya Mubarak untuk mengalahkan fundamentalis Islam radikal yang

berusaha untuk menguasai Mesir.65

Dalam aspek ekonomi, pada masa pemerintahan Husni Mubarak, Mesir

mendapatkan investasi dan bantuan dari luar negeri. Bahkan Mesir merupakan

negara ketiga sebagai penerima bantuan terbesar dari Amerika Serikat. AS

memberikan bantuan ekonomi dan militer lebih dari US $ 2 miliar pertahun.

Dimulai pada anggaran keuangan 1984-1985 tercatat bantuan sebesar 2.200 juta

dolar AS kemudian anggaran meningkat pada tahun 1985-1986 menjadi 2.340

juta dolar AS. Bahkan pada 1989-1996, presentase penerimaan keuangan Mesir

yang berasal dari bantuan asing mencapai lebih dari 75%. AS semakin gencar

memberikan bantuan kepada Mesir hingga 50% dari total bantuan luar negerinya

kepada Mesir. Selain itu, pada awal pemerintahan Clinton, dia membuat tiga tim

64 CountryStudies.us The Development of Foreign Policy dapat dilihat di http://countrystudies.us/egypt /125.htm diakses pada 05 April 2015

(44)

32

untuk menangani pertumbuhan dan pembangunan yang dimaksudkan untuk

meningkatkan sektor swasta di Mesir. Kerjasama ini menunjukan bahwa

privatisasi dan kapitalisme liberal akan mampu menyembuhkan penyakit politik

dan sosial ekonomi di Mesir.66

Di bidang militer, pada masa rezim Mubarak terjalin hubungan pertahanan

militer yang baik antara pemerintah AS-Mesir. Angkatan Bersenjata Amerika

Serikat dan Mesir mulai melakukan latihan militer bersama selama dua tahunan

tepatnya pada tahun 1983. Kemudian pada pertengahan 1990-an keduanya

menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian internasional di Bosnia. Dan

hingga tahun 1991 Mesir bergabung kembali dengan koalisi yang dipimpin AS

untuk melawan Saddam Hussein dalam Operasi Badai Gurun.67

Terjadinya Perang Teluk pada tahun 1991 diiringi oleh dukungan Mesir

untuk koalisi yang dipimpin AS ternyata mempengaruhi status Mesir di dunia

Arab. Mesir yang sejak dipimpin oleh Sadat kehilangan posisi sebagai pemimpin

Liga Arab kini kembali setelah diperjuangkan oleh Mubarak selama tahun 1980

dengan berbagai upaya diplomatik secara berkala. Mesir akhirnya diterima

kembali ke Liga Arab pada tahun 1989, bahkan Liga Arab mengembalikan lokasi

asal kantor pusatnya di Kairo. Namun pasca terjadinya Perang Teluk, reputasi

Mesir kembali ternodai dan timbul kekecewaan di masyarakat Mesir. Keterlibatan

dalam mendukung koalisi yang dipimpin AS dan kekalahan Irak memicu energi

66 Fawas A. Gerges Amerika Serikat dan Islam Politik (Jakarta: Alvabet, 2002) hal.228.

67

(45)

33

sebagian besar kalangan untuk mengembangkan gerakan Islam radikal di negara

itu.68

Di samping itu, sejumlah konflik terus menerus terjadi dari golongan

Islamis Mesir dan pemerintah, puncaknya pada periode (1992-1997) konfrontasi

kekerasan terjadi diantara militan Islam dan polisi Mesir. Terjadinya serangan

teroris pada 11 September 2001 menyebabkan AS fokus untuk mempromosikan

demokrasi di Timur Tengah.69

Perselisihan antara AS dan Mesir kembali muncul pada tahun 2008, karena

rezim Mubarak yang menganut sistem otoritarian dalam pemerintahannya ditekan

AS untuk melakukan reformasi dalam negeri dengan menerapkan sistem

demokrasi. Aksi protes masyarakat Mesir untuk menggulingkan rezim Mubarak

meledak pada tahun 2011 dan AS sangat mendukung kaum revolusioner untuk

menyambut perubahan di negeri itu.70

Diantara faktor internal yang menyebabkan terjadinya revolusi Mesir adalah

pertama, tingginya tingkat korupsi dikalangan pemerintahan Mubarak. Kedua,

adanya pembatasan hak-hak sipil untuk berpolitik. Ketiga, angka pengangguran

yang semakin meningkat, inflasi dan tingkat pendapatan rendah serta tidak

meratanya bantuan asing bagi kesejahteraan masyarakat.71 Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah sikap pemerintah Mesir yang pro-Barat,

68 Susan Muadi Daraj Modern world leaders Husni Mubarak, hal 70-73 69 Jeremy M. Sharp

Egypt: Backgraund and US Relations ( CRS Report for Congress, 2008 ) hal 7

70 Michelle Dunne, “Egypt: From Stagnation to Revolution,” in America’s Challenges in the Greater Middle East: The Obama Administration’s Policies, ed. Shahram Akbarzadeh, (New York: Palgrave Macmillan, 2011), hal 84

(46)

34

sikap ketidak-aktifan Mesir dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel, serta

revolusi Tunisia yang mempengaruhi pergerakan revolusi Mesir. 72

(47)

35 BAB III

Kemenangan Muhammad Mursi dalam Pemilu Presiden Mesir Tahun 2012

A. Peran Ikhwanul Muslimin dalam Politik Mesir

Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi gerakan Islam modern abad

ke-20 yang didirikan di Mesir pada tahun 1928.73 Organisasi ini terbentuk dengan dilatarbelakangi oleh persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat muslim

Mesir dan dunia Islam. Kemunduran dan keterbelakangan umat Islam

dibandingkan dengan negara-negara Barat merupakan faktor utama penggerak

organisasi Islam ini. Untuk mengatasi hal ini, maka Ikhwanul Muslimin

bersepakat bahwa umat Islam harus kembali kepada sumber asli ajaran umat

Islam yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Rasullulah. 74

Organisasi Ikhwanul Muslimin berbeda dengan gerakan salafiyah, gerakan

ini lebih banyak terlibat dalam bidang pendidikan, politik dan pelayanan sosial.

Hal ini bertujuan agar dapat menjangkau publik Mesir yang lebih luas.75 Dengan melakukan pendekatan seperti itu, Ikhwanul Muslimin dapat mempengaruhi

masyarakat Muslim Mesir melalui ideologi gerakannya.

73 Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2001), hal. 418. 74 Harun Nasution, (Eds), Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 411, Anggaran Dasar Ikhwan al-Muslimin, pasal II ayat F.

(48)

36

Ikhwanul Muslimin menjadikan Islam sebagai jalan dan sistem yang

komprehensif 76 dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan maupun yang berkaitan

dengan hubungan sesama manusia seperti; sosial, ekonomi, budaya, politik dan

lainnya. Bahkan Islam tidak mengabaikan gerakan lain yang hanya

memperhatikan politik namun mengabaikan agama, atau kelompok tarekat yang

hanya memperhatikan soal spiritual namun mengabaikan kehidupan sosial politik.

Ikhwanul Muslimin yang juga merupakan kekuatan politik di Mesir ikut

dalam dalam pemilihan di negeri itu. Partisipasi pertama kali dilakukan pada

tahun 1940-an, kemudian berpartisipasi kembali dalam politik umum Mesir

dengan strategi yang berbeda pada tahun 1984 yaitu melakukan aliansi dengan

partai lain, hal ini dilakukan karena adanya larangan untuk mengikuti Pemilu

bagi partai berbasis keagamaan. Maka saat pemilihan anggota parlemen 1984

Ikhwanul Muslimin beraliansi dengan partai Wafd, sebuah partai oposisi sekuler

di Mesir. Selanjutnya tahun 1987 bersekutu dengan Partai Liberal yang juga

beraliran sekuler dan berorientasi pada pengurangan dalam kehidupan politik dan

perluasan kebebasan politik. Dan juga dengan Partai Buruh Sosialis yang sekuler

berlatar belakang ideolodi Naserisme yang berorientasi pada peningkatan peran

negara dalam kehidupan ekonomi.77

Partisipasi Ikhwanul Muslimin dalam politik pemilihan umum terlepas

dari ciri-ciri internal gerakan, seperti terlihat pada ideologi dan struktur

(49)

37

organisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa Ikwanul Muslimin dan kelompok

Islam lainnya dapat berpartisipasi dalam politik sesuai dengan prosedur demokrasi

yang ada. Dengan cara ini, gerakan sosial Islam dapat memberikan sumbangsih

pada perkembangan lembaga demokrasi di lingkungannya.78

Pada Pemilu parlemen tahun 2000, Ikhwanul Muslimin memperoleh 17

kursi melalui jalur independen, dan pada Pemilu 2005 jumlah tersebut meningkat

signifikan menjadi 99 kursi (20 persen).79 Selanjutnya, pasca terjadinya revolusi Mesir yang menumbangkan Presiden Husni Mubarak pada tahun 2011, Mesir

kembali menyelenggarakan pemilihan umum. Freedom and Justice Party ( FJP) yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam pemilihan umum

Parlemen Mesir dan berhasil memenangkan Pemilu Parlemen dan Presiden Mesir

yang mengantarkan Muhammed Mursi berkuasa di Mesir.

B. Peran Militer dalam Politik Mesir

Keterlibatan Militer dalam politik Mesir mempunyai sejarah panjang.

Salah satu momentum penting yang mengawali kepemimpinan militer di Mesir

adalah saat terjadinya kudeta terhadap pemerintahan Raja Farouk pada Juli 1952.

Kudeta ini dilakukan oleh para perwira militer yang tergabung dalam The Free

78 Mahadi Fadulullah, Titik Temu Agama dan Politik, Analisa Pemikiran Sayyid Qutb, (Solo: Ramadhani, 1991), hal. 20.

79 Council on Foreign Relations Dune: ‗ Very Dramatic’ Achievement for Muslim Brotherhood in Egyptian

(50)

38

Officers atau Organisasi Perwira Bebas dibawah pimpinan Gamal Abdul-Nasser.80

Kudeta Militer yang berhasil menumbangkan Raja Farouk merupakan titik

balik dalam pemerintahan, Mesir yang pada awalnya berada dalam kepemimpinan

absolut seorang Raja lalu digantikan dengan kepemimpinan Militer. Pada masa

ini diadakan berbagai program revolusi untuk menghapuskan segala bentuk

kebijakan pemerintahan Raja Farouk. Rezim militer membentuk Revolution Command Council (RCC) yang merupakan suatu perangkat eksekutif militer yang menjalankan pemerintahan atau mengatur masyarakat. Selain sebagai perangkat

eksekutif militer, RCC juga bertugas memberangus oposisi intern di dalam tubuh

militer dan masyarakat.81 RCC Mesir dipimpin oleh Jenderal Muhammad Naguib, yang pada bulan September di tahun yang sama dikukuhkan sebagai Perdana

Menteri Mesir dengan Gamal Abdul-Nasser sebagai deputinya. Pada masa

berikutnya RCC memaksa Muhammed Nugaib mundur dari kepemimpinannya

dan pada tahun 1954

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membuktikan, bahwa untuk memprediksi distress keuangan perusahaan publik sektor non keuangan Indonesia dapat menggunakan beberapa rasio keuangan satu tahun

Pour la cotation des preuves scientiiques de la protection à long terme succédant à la vaccination contre l’hépatite A, se référer aux Tableaux de cotation IIIa et IIIb 39 et,

Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (Harsono, 2008:13) menyatakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa untuk melakukan aktivitasnya. Berdasarkan hasil observasi

dapat dilihat bahwa pada varietas Wilis, perkembangan larva mulai instar tiga sampai instar enam membutuhkan waktu paling singkat yaitu sekitar 9 hari, namun dalam

Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti dalam keseimbangan cairan

Secara amnya, jika dilihat purata min bagi setiap bahagian seperti dalam jadual 7, dapat digambarkan bahawa persepsi pelajar terhadap aktiviti kokurikulum berada dalam

Untuk menjawab soal-soal dalam latihan ini, anda harus mempelajari kembali materi Kegiatan Belajar 3 tentang modifikasi bunga yang mencakup bahasan tentang berikut ini.

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata