PENERAPAN METODE STORY TELLING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Retno Friethasari
NIM 0906101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh
Retno Friethasari
0906101
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan
© Retno Friethasari Universitas Pendidikan Indonesia
2015
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh Retno Friethasari
0906101
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19500271985031001
Pembimbing II
PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh Retno Friethasari
0906101
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi keterampilan berbicara sebagian besar siswa kelas V SDN Cibodas 3 mengalami kesulitan. Penelitian beranggapan bahwa siswa belum terampil berbicara yang disebabkan oleh proses belajar yang tidak memperhatikan tahap belajar siswa karena guru langsung membacakan cerita tanpa melalui tahapan-tahapan dalam bercerita dan tanpa melatih keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita. Melihat keadaan yang demikian diperlukan suatu metode yang memperhatikan tahap belajar karena kemampuan siswa diasah melalui proses bukan hanya memberikan cara penyelesaiannya saja. Oleh karena itu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan tujuan memperoleh gambaran penerapan metode storytelling. Desain penelitian ini mengadopsi model Kemmis dan Taggart. Data yang diperoleh dari instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian dianalisis dan dideskripsikan. Dalam pendekatan ini langkah-langkah pembelajaran dengan metode storytelling adalah (1) memilih cerita yang sesuai, (2) guru membacakan cerita dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat, (3) siswa menyimak cerita dengan seksama, (4) siswa menentukan unsur-unsur cerita dan (5) siswa menceritakan kembali cerita dengan bahasa sendiri di depan kelas. Dengan metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif, keaktifan siswa yang muncul berupa respon, antusias dan perhatian. Semoga penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan kurikulum dan pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi keterampilan berbicara.
ABSTRACT
APPLICATION METHODS TO IMPROVE SKILLS STORYTELLING PRIMARY SCHOOL STUDENTS SPEAK
By
Retno Friethasari 0906101
Indonesian learning speaking skills in the material mostly fifth grade students of SDN Cibodas 3 difficulties. The research assumed that the student is not skilled to talk caused by not paying attention to the process of learning the learning phase the students because teachers read the story directly without going through the stages in storytelling and without the courage to train students in retelling the story. Seeing such a state that we need a method that takes into account the learning phase because of the student's ability honed through processes not only provide a way to resolve it. Therefore repairs learning through action research with the aim of obtaining a picture of the application of methods of storytelling. This study design model adopted Kemmis and Taggart. Data obtained from instruments of learning and assessment instruments are analyzed and described. In this approach a step-by-step learning method of storytelling is (1) selecting an appropriate story, (2) the teacher read a story with pronunciation, intonation and precise expression, (3) students listen to the story carefully, (4) students determine unsur- elements of the story and (5) the students retell the story with their own language in front of the class. With this method can involve students actively, activeness of the students who appear in the form of a response, enthusiasm and attention. Hopefully this research can be a means of curriculum development and learning, so it can be used in the Indonesian language learning materials speaking skills.
Retno Friethasari , 2015
PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
D. Manfaat Penelitian ………. 5
E. Hipotesis Tindakan ……… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Berbicara ………. 7
B. Metode Story Telling ………. 12
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 16
B. Model Penelitian ……… 16
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 18
D. Subjek Penelitian ………... 18
E. Prosedur Penelitian ……… 19
Retno Friethasari , 2015
PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
G. Pengolahan dan Analisis Data ………... 25
H. Definisi Operasional ……….. 26
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ………. 27
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ……….. 28
1. Perencanaan Siklus I …….……….. 29
2. Pelaksanaandan Observasi Tindakan Siklus I ………. 30
3. Refleksi ………... 40
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ………. 41
1. Perencanaan Siklus II ……….. 41
2. Pelaksanaan Observasi Tindakan Siklus II ………. 43
3. Refleksi ………... 50
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ……… 52
B. Rekomendasi...……….. 52
DAFTAR PUSTAKA ……… 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Retno Friethasari , 2015
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia yang juga modal
terpenting. Dengan adanya bahasa sifat manusia dapat terpenuhi sebagai makhluk
sosial yang berinteraksi dengan manusia lain. Selain itu manusia dapat mencirikan
atau dapat memberi nama segala yang ada di sekitarnya. Chaucard (dalam Zulela,
2012, hlm.3), menyatakan “Apabila seorang anak tidak mengadakan kontak
dengan manusia lain, maka pada dasarnya dia bukan manusia, bentuknya manusia
namun, tidak bermartabat manusia.” Pendapat yang lain Cassirer (dalam Zulela,
2012, hlm.4) bahwa mempelajari bahasa untuk dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari merupakan kebutuhan utama manusia, sebab dengan bahasa, manusia
dapat berpikir. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai
kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan
menyampaikan informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu
pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting dipelajari di Negara Indonesia
ini, yang dimulai dari Sekolah Dasar
Kedudukan Bahasa Indonesia baik sebagai Bahasa Nasional maupun
sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan Negara
Indonesia. Pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia didasarkan pada landasan
formal berupa Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22 Tahun
2006: Standar Isi, Permendiknas No. 23 Tahun 2006: Standar Kompetensi
Lulusan, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006: Pelaksanaan Standar Isi dan
pengajaran didasarkan pda kurikulum yang telah ditetapkan, yaitu kurikulum 2006
atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP adalah kurukulum opersional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (dalam Susanto,
2014, hlm. 245), Standar Isi Bahasa Indonesia sebagai berikut: “pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar
siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa (Susanto, 2014, hlm.245). Sejalan dengan itu tujuan
mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesai untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Namun keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai siswa kareana kompetensi keterampilan berbicara
adalah komponen terpenting dalam dalam tujuan pembelajaran. Seperti yang
diungkapkan Galda (dalam Supriyadi, 2005, hlm.178) kemampuan berbicara di
3
pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi didalam maupun diluar kelas
sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat serupa oleh Faris (dalam
Supriyadi, 2005, hlm.179) yang menyatakan bahwa pembelajaran kemampuan
berbicara penting diajarkan karena dengan kemampuan itu seorang siswa akan
mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan
menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengkonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan,
dan ide kepada orang lain secara lisan.
Dengan begitu dalam kesehariannya siswa selalu melakukan dan dihadapkan
pada kegiatan berbicara. Pada kenyataannya pembelajaran berbicara disekolah
masih dalam tingkat rendah, karenanya keterampilan berbicara siswapun belum
maksimal. Terbukti, dari hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas,
dimana siswanya kurang percaya diri tampil berbicara didepan kelas. Nilai yang
diperoleh dalam pembelajaran keterampilan berbicarapun masih sangat kurang.
Dari 32 siswa, hanya beberapa siswa yang dirasa cukup dalam keterampilan
berbicara dalam mencapai nilai rata-rata KKM. Selebihnya masih sangat kurang.
(1) siswa yang mempunyai nilai 50 sebanyak 13 orang ; (2) siswa yang mempunyai nilai 60 sebanyak 7 orang ; (3) siswa yang mempunyai nilai 65 sebanyak 11 orang.
Terlebih lagi dalam intonasi dan lafal yang kurang jelas. Selain itu
pembelajaran berbicara disekolah sering dianggap kurang penting, karena
dianggap setiap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal
diluar sekolah. Sehingga penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah
dasar dirasa tidak diperlukan.
Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab dengan guru yang terkait, ada
beberapa alasan sehingga tujuan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan
karena peserta didik kurang memperhatikan saat guru sedang menerangkan, siswa
kurang berani jika diminta untuk berbicara sendiri didepan kelas. Namun jika
semua siswa diminta untuk berbicara mereka berani, sehingga membuat kelas
didapat dari tanya jawab terhadap siswa, bahwa guru kurang menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan cenderung monoton. Metode pembelajaran
berbicara yang sering digunakan guru adalah metode penugasan secara individu
sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa Indonesia.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan berbicara,
diperlukan metode pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif
selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa adalah dengan bercerita atau story telling. Seperti
yang diungkapkan Susilawati (2009) manfaat bercerita meliputi: menjadi fondasi
dasar kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan komunikasi verbal,
meningkatkan kemampuan mendengar, mengasah logika berpikir dan rasa ingin
tahu, menanamkan minat baca dan menjadi pintu gerbang menuju ilmu
pengetahuan, menambah wawasan, mengembangkan imajinasi dan jiwa
petualang, mempererat ikatan batin orangtua dan anak, meningkatkan kecerdasan
emosional, dan alat untuk menanamkan nilai moral, etika dan membangun
kepribadian yang baik. Maka dari itu metode bercerita atau Story Telling dirasa
cukup baik karena lebih efektif dan efesien untuk diterapkan dalam kemampuan
berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia. Dimana metode tersebut
mengharuskan siswa aktif dan berani berbicara didepan kelas dengan intonasi,
lafal, dan ekspresi yang tepat. Dengan metode bercerita atau Story Telling ini
diharapkan siswa dapat tampil praktik berbicara secara percaya diri. Selain itu
siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu. Berdasarkan uraian latar
belakang tsb, maka dalam penelitian ini dipilih dengan judul “Penerapan Metode
Story Telling untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka secara umum
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah
5
Siswa Sekolah Dasar” Adapun rumusan masalah tersebut dirumuskan lebih
khusus, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dengan
menggunakan metode Story Telling?
2. Bagaimana proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa dengan
menggunakan metode Story Telling?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan metode Story
Telling?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang
metode Story Telling dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa Sekolah
Dasar.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara
siswa dengan menggunakan metode Story Telling
2. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa
dengan menggunakan metode Story Telling?
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan
metode Story Telling?
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
lebih lanjut dan memberi penjelasan tentang metode Story Telling untuk
meningkatkan kemampuan berbicara.
a. Bagi siswa, diharapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan lafal, inonasi, dan tata bahasa yang tepat, serta
meningkatkan rasa percaya diri.
b. Bagi Guru, dengan penelitian ini Guru mampu menciptakan suasana
yang aktif dalam pembelajaran. Dan lebih kreatif dalam memilih metode
pembelajaran
c. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan
pembelajaran
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui metode Story Telling, keterampilan
Retno Friethasari , 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang mencakup aktifitas guru dan siswa, teknik
pembelajaran serta evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta
evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri.
Menurut Kasbolah (1999, hlm.15) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian dalam
bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Beberapa alasan menurut Kasbolah (1999, hlm.9) digunakannya PTK adalah:
a. Penelitian Tindakan Kelas menawarkan satu cara baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
b. Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri
kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas. Sehingga
permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan actual dengan demikian guru
dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang
kurang berhasil agar lebih baik dan efektif.
c. Penelitian Tindakan Kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya artinya
guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada saat bersamaan
secara integrasi guru melaksanakan penelitian.
B. Model Penelitian
Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral
yang dikembangkan oleh Stephan Kemmis dan Robin Mc Taggart (1998), yang didalam
satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen tersebut meliputi:
a. Perencanaan (Planning),
d. Refleksi (Reflection).
Lebih jelasnya tahap-tahap desain penelitian seperti pada gambar berikut
Siklus 1
Gambar. 3.1 Desain PTK Model Penelitian Tindakan Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2005)
Pada kolom perencanaan (planning), adalah persiapan dan strategi bertanya
untuk mendorong siswa menjawab pertanyaannya sendiri. Pada kolom tindakan
(acting), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka
mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kolom
pengamatan (observing), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban siswa dicatat atau direkam
untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamatan juga membuat catatan dalam buku
hariannya. Dalam kolom refleksi (reflecting), ternyata control kelas yang terlalu ketat
1. Perencanaan
4. Refleksi 2. Tindakan
3. Observasi
1. Rencana
2. Tindakan 4. Refleksi
3. Observasi
18
ternyata menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakannya sehingga tidak
mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan selesai,
yaitu pada semester II pada tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
melaksanakan pembelajaran dalam dua siklus. Untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal
25 Mei 2015 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2015.
D. Subjek Penelitian
Subjek penilaian yang digunakan peneliti adalah siswa kelas V SD Negeri 3
Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan tingkat pemahaman
dan penggunaan bahasa Indonesia yang masih kurang dan sangat minim karena
penggunaan bahasa ibu yang sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah siswa
kelas V SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat terdiri
dari 32 orang siswa.
Secara umum bila ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat peserta
didik sebagian tergolong cukup perhatiannya terhadap pendidikan dan ini salah satu
kekuatan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di SDN 3 Cibodas Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat walaupum hal tersebut bukan salah satu faktor
yang menentukan kualitas pendidikan, masih banyak faktor lainnya seperti sarana
prasarana, sumber daya manusia dan pelaksanaan kurikulumnya.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode Bercerita (Story Telling) pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Cibodas, rencana tindakan penelitian yang dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
mengenai kondisi dan situasi di SD Negeri 3 Cibodas secara keseluruhan. Kegiatan
ini meliputi pengamatan keadaan siswa di dalam kelas.
c. Menyusun Proposal
d. Pembuatan SK
e. Membuat instrument penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat pada tahun pembelajaran 2014/2015 dengan subjek
penelitian adalah siswa kelas V. Objek penelitian adalah pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V dengan meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada bidang
kajian memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat melalui
penggunaan metode bercerita (story telling).
Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa tahapan tindakan. Seluruh tahapan
tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru agar diperoleh hasil PTK
sesuai dengan tujuan dilakukannya PTK.
Deskripsi Per siklus
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2
kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus I ini berupa rencana kegiatan menentukan
langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan permasalahan yang ada
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah berlangsung selama ini.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun RPP, lembar observasi
dan tes formatif.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran adalah:
1) Kegiatan awal
20
b) Apresiasi Tanya jawab
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.
b) Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh.
c) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
d) Siswa mengerjakan tugas secara kelompok
e) Siswa memerankan tokoh dalam setiap kelompok
3) Kegiatan akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat.
Adapun hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut:
1) Guru
a) Guru menjelaskan materi
b) Guru memberi tugas
c) Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan
oleh siswa
2) Siswa
a) Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
b) Siswa mendengarkan penjelasan guru
c) Siswa mengerjakan tugas
d) Siswa bermain peran
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah refleksi. Refleksi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II ini mengacu pada hasil yang diperoleh dari siklus I.
2) Menyusun rencana pembelajaran
3) Menyusun lembar pengamatan
4) Menyusun lembar kerja siswa
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan melihat
kekurangan pada langkah-langkah perbaikan dari siklus I adalah:
1) Kegiatan awal
a) Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.
b) Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh.
c) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
d) Siswa memerankan tokoh dalam setiap kelompok
e) Siswa mengerjakan tugas secara individu
2) Kegiatan akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar
c. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sendiri. Adapun
hal yang diamati dalam siklus II adalah sebagai berikut:
1) Guru
a) Apresiasi
b) Guru menjelaskan materi
c) Guru memberi tugas
d) Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan
oleh siswa
2) Siswa
a) Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
b) Siswa mendengarkan penjelasan guru
c) Siswa mengerjakan tugas
d) Siswa bermain peran
22
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi,
refleksi dilakukan agar peneliti mengetahui keterampilan berbicara siswa, apakah sudah
atau belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga peneliti dapat
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Pedoman observasi
2. Lembar penilaian
Table 3.1
Lembar observasi aktivitas Guru dan Siswa
No Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan Aktivitas
Guru
Aktivitas
Siswa
1 Guru memberi salam kepada siswa
2 Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing
3 Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran
siswa
4 Guru memberikan motivasi agar siswa memiliki
semangat yang tinggi untuk belajar
5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
6 Guru menceritakan sebuah cerita
7 Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap
isi cerita yang telah dibacakan oleh guru
8 Guru memberikan penguatan terhadap komentar
siswa dan bertanya jawab tentang
komponen-komponen bercerita
9 Siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan yang
diberikan oleh guru
10 Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
komponen-komponen dalam bercerita yang
difokuskan pada karakter tokoh pada cerita
11 Siswa diarahkan untuk merefleksikan penampilan
saat bercerita seperti, volume suara, gerak-gerik dan
24
12 Sebagai bahan refleksi, satu orang siswa laki-laki dan
perempuan diminta untuk menceritakan kembali
sebuah cerita yang telah disediakan oleh guru
sebelumnya
13 Guru memberikan pujian secara lisan kepada siswa
yang berani tampil bercerita di depan kelas
14 Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi
penampilan (gerak-gerik dan mimik, volume suara,
jalannya bercerita) dan bahasa bercerita (lafal,
intonasi, pilihan kata/kosa kata, dan struktur bahasa)
temannya tersebut
15 Guru memberikan penguatan tentang komponen
bercerita secara keseluruhan terhadap penampilan
kedua siswa tersebut
16 Siswa diminta untuk membuat kelompok,
17 Setiap kelompok diminta untuk mengubah teks cerita
menjadi sebuah naskah drama dengan pilihan kata
dan santun bahasa yang tepat.
18 Sebagai bahan evaluasi setiap kelompok tampil
kedepan untuk memerankan tokoh yang ada didalam
naskah drama yang telah dibuat
19 Guru mengamati penampilan siswa dan memberikan
penilaian secara individu
20 Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan
21 Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan
pembelajaran secara lisan
22 Guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran
Komponen yang Dinilai Skala Nilai Jumlah
Deskripsi kriteria penilaian Bercerita
a) Lafal dan Intonasi
3 = Lafal setiap bunyi bahasa jelas tanpa adanya pengaruh lafal bahasa daerah atau
asing, dan intonasinya tepat.
2 = Terdapat kesalahan lafal dan intonasi tetapi secara keseluruhan masih dapa
diterima.
1 = Kesalahan lafal dan intonasi sering.
b) Gerak-gerik dan Mimik
3 = Gerak-gerik dan mimik sudah sesuai dengan isi cerita.
2 = Gerak-gerik dan mimik cukup sesuai walau ada beberapa ketidakcocokan.
1 = Gerak-gerik dan mimik yang tidak sesuai agak banyak.
c) Volume suara
3 = Volume suara sudah bagus sesuai dengan situasi dan isi cerita.
2 = Pengaturan volume suara cukup baik, walau masih perlu penyesuaian.
26
d) Struktur Isi
3 = Bagian-bagian isi cerita tersusun rapi atau teratur, baik pada pendahuluan,
inti, dan penutup.
2 = Susunan isi cerita tidak terlalu bagus dan tidak pula jelek.
1 = Agak banyak dijumpai ketidakteraturan pada penyajian isi cerita.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data akan diolah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitataif
untuk menunjukan proses dengan memberikan pemaknaan. Pengolahan data merupakan
kegiatan yang sering dilakukan oleh peneliti dalam menyusun dan mengkaji data yang
diperoleh sehingga mampu mengkaji informasi untuk menjawab masalah yang
ditetapkan.
2. Analisis Data
Atas dasar permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan teknik Penelitian Tindakan
Kelas. Data ini bersumber dari hasil observasi, tes lisan dan catatan guru pada saat
proses pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi.
Analisis data dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan sejak
awal. Pada proses pembelajaran dikelas, peneliti menganalisa segala yang dilihat dan
diamati, cara guru mengajar, aktifitas siswa, suasana kelas dan cara guru mengolah
kelas. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Mencatat hal yang diteliti secara rinci
b. Menganalisis data melalui reduksi data (merangkum hal-hal yang pokok)
c. Memfokuskan pada hal yang penting dan membuang yang tidak perlu
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga acra, yaitu:
a. Pemberian lembar tugas secara kelompok dan pada saat proses pembelajaran.
b. Observasi, dokumentasi, catatan lapangan yang dilakukan peneliti terhadap siswa
H. Definisi Operasional
Keterampilan berbicara dalam penelitian ini terdiri atas lafal, intonasi, dan
Retno Friethasari , 2015
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan tentang pembelajaran bahasa
Indonesia melalui metode story telling untuk meningkatkan keterampilan
berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Cibodas 3 Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan metode story telling dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas V SD Negeri Cibodas 3 Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Hal ini terbukti dari meningkatnya nilai yang
diperoleh siswa dari hasil tes yang telah dilakukan dari siklus I sampai
siklus II. Ini terbukti bahwa metode story telling digunakan pada
pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan
berbicara pada materi bermain drama di kelas V SD Negeri Cibodas 3
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2. Penerapan metode story telling pada pembelajaran bahasa Indonesia
tentang materi bermain drama dapat menarik perhatian siswa dan membuat
siswa aktif. Materi pembelajaran diberikan oleh guru dalam bentuk suatu
cerita yang dibacakan guru dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat,
sehingga membuat siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran
tentang terampil berbicara.
B. Rekomendasi
Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut dikemukakan
rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa
Indonesi di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan metode
1. Bagi guru SD, metode story teliing bisa dijadikan referensi dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan metode story teliing,
siswa bisa memperoleh pengalaman secara langsung dalam
mengembangkan kepercayaan dirinya. Siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang didapatkan akan lebih
bermakna dan lebih mudah untuk diingat siswa.
2. Bagi Prodi PGSD, penerapan metode story teliing bisa dijadikan salah satu
referensi dalam kegaiatan perkuliahan. Dengan metode story teliing,
mahasiswa bias memperoleh pengalaman secara langsung dalam
meningkatkan keterampilan berbicara dan bisa dijadikan sebagai bekal
untuk mahasiswa dalam turut serta meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan di Indonesia.
3. Bagi peneliti berikutnya, disarankan supaya melanjutkan penelitian dengan
metode story teliing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa supaya memperoleh hasil yang lebih
maksimal dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti. Disarankan juga bagi peneliti berikutnya agar dapat
mengembangkan proses pembelajaran berdasarkan tahapan-tahapan
konstruktivisme dengan bantuan media-media pembelajaran yang lebih
bervariatif dan dapat mengembangkan pendekatan konstruktivisme dalam
ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pada mata pelajaran dan kelas yang
Retno Friethasari , 2015
PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1998. Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Heriawan, Adeng. (2012). Metodelogi Pembelajaran. Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan dan Pengembangan Profesi Guru. Serang
Kasbolah K. (1998-1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dikti Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Supriyadi, dkk. (2005).Pendidikan Bahasa Indonesia 2.Jakarta: Depdikbud.
Susanto Ahmad. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Tarigan Guntur Henry, Prof. (1985). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Angkasa
Tarigan Guntur Henry, Prof. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran
Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wahab, Abdul Aziz. (2009). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung:
Alfabet.
Zulela M.S. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah
Retno Friethasari , 2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Namasekolah : SDN 3 Cibodas
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V (lima)/ II (dua)
Waktu : 4x35 menit
Pertemuan : 1 (satu) / siklus I
A. Standar Kompetensi
Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama
B. Kompetensi Dasar
6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat
C. Indikator
1. Memerankan tokoh drama dengan memperhatikan lafal dan intonasi
yang tepat
2. Memerankan tokoh drama dengan memperhatikan gerak, mimik, dan
volume suara yang tepat
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca naskah drama siswa dapat memerankan tokoh drama
dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat
2. Setelah membaca dan memahami naskah drama siswa dapat memeran
kantokoh drama dengan memperhatikan gerak, mimik, dan volume
Retno Friethasari , 2015
a. Guru member salam kepada siswa
b. Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing
c. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
d. Guru memberikan motivasi agar siswa memiliki semangat yang tinggi
untuk belajar
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti:
a. Guru menceritakan sebuah cerita rakyat
b. Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap isi cerita yang
telah dibacakan oleh guru
c. Guru memberikan penguatan terhadap komentar siswa dan bertanya
Retno Friethasari , 2015
d. Siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diberikan oleh
guru
e. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
komponen-komponen dalam bercerita yang difokuskan pada karakter tokoh pada
cerita
f. Siswa diarahkan untuk merefleksikan penampilan saat bercerita
seperti, volume suara, gerak-gerik dan mimik
g. Sebagai bahan refleksi, satu orang siswa laki-laki dan perempuan
diminta untuk menceritakan kembali sebuah cerita yang telah
disediakan oleh guru sebelumnya
h. Guru memberikan pujian secara lisan kepada siswa yang berani tampil
bercerita di depan kelas
i. Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi penampilan
(gerak-gerik dan mimik, volume suara, jalannya bercerita) dan bahasa
bercerita (lafal, intonasi, pilihan kata/kosa kata, dan struktur bahasa)
temannya tersebut
j. Guru memberikan penguatan tentang komponen bercerita secara
keseluruhan terhadap penampilan kedua siswa tersebut
k. Siswa diminta untuk membuat kelompok
l. Setiap kelompok diminta untuk mengubah teks cerita menjadi sebuah
naskah drama dengan pilihan kata dan santun bahasa yang tepat.
m. Sebagai bahan evaluasi setiap kelompok tampil ke depan untuk
memerankan tokoh yang ada didalam naskah drama yang telah dibuat
n. Guru mengamati penampilan siswa dan memberikan penilaian secara
individu
Kegiatan Akhir:
a. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
Retno Friethasari , 2015
b. Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan pembelajaran secara lisan
c. Guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a
H. Alat dan Sumber
1. Buku Bina Bahasa Indonesia kelas 5
I. Penilaian
Skala Penilaian Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bercerita
Komponen yang Dinilai Skala Nilai Jumlah
skor
Nilai
siswa
3 2 1
1. Lafal dan intonasi
2. Isi Cerita
3. Gerak-gerik dan mimik
4. Volume suara
Arti skala secara umum:
1 = kurang
2 = cukup
Retno Friethasari , 2015
Bandung, 2015
Observer
( )
NIP
Peneliti
Retno Friethasari
NIM. 0906101
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Iros Rosimah, M. Pd.