• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE STORY TELLING

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Retno Friethasari

NIM 0906101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh

Retno Friethasari

0906101

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan

© Retno Friethasari Universitas Pendidikan Indonesia

2015

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Retno Friethasari

0906101

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19500271985031001

Pembimbing II

(4)

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Retno Friethasari

0906101

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi keterampilan berbicara sebagian besar siswa kelas V SDN Cibodas 3 mengalami kesulitan. Penelitian beranggapan bahwa siswa belum terampil berbicara yang disebabkan oleh proses belajar yang tidak memperhatikan tahap belajar siswa karena guru langsung membacakan cerita tanpa melalui tahapan-tahapan dalam bercerita dan tanpa melatih keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita. Melihat keadaan yang demikian diperlukan suatu metode yang memperhatikan tahap belajar karena kemampuan siswa diasah melalui proses bukan hanya memberikan cara penyelesaiannya saja. Oleh karena itu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan tujuan memperoleh gambaran penerapan metode storytelling. Desain penelitian ini mengadopsi model Kemmis dan Taggart. Data yang diperoleh dari instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian dianalisis dan dideskripsikan. Dalam pendekatan ini langkah-langkah pembelajaran dengan metode storytelling adalah (1) memilih cerita yang sesuai, (2) guru membacakan cerita dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat, (3) siswa menyimak cerita dengan seksama, (4) siswa menentukan unsur-unsur cerita dan (5) siswa menceritakan kembali cerita dengan bahasa sendiri di depan kelas. Dengan metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif, keaktifan siswa yang muncul berupa respon, antusias dan perhatian. Semoga penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan kurikulum dan pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi keterampilan berbicara.

(5)

ABSTRACT

APPLICATION METHODS TO IMPROVE SKILLS STORYTELLING PRIMARY SCHOOL STUDENTS SPEAK

By

Retno Friethasari 0906101

Indonesian learning speaking skills in the material mostly fifth grade students of SDN Cibodas 3 difficulties. The research assumed that the student is not skilled to talk caused by not paying attention to the process of learning the learning phase the students because teachers read the story directly without going through the stages in storytelling and without the courage to train students in retelling the story. Seeing such a state that we need a method that takes into account the learning phase because of the student's ability honed through processes not only provide a way to resolve it. Therefore repairs learning through action research with the aim of obtaining a picture of the application of methods of storytelling. This study design model adopted Kemmis and Taggart. Data obtained from instruments of learning and assessment instruments are analyzed and described. In this approach a step-by-step learning method of storytelling is (1) selecting an appropriate story, (2) the teacher read a story with pronunciation, intonation and precise expression, (3) students listen to the story carefully, (4) students determine unsur- elements of the story and (5) the students retell the story with their own language in front of the class. With this method can involve students actively, activeness of the students who appear in the form of a response, enthusiasm and attention. Hopefully this research can be a means of curriculum development and learning, so it can be used in the Indonesian language learning materials speaking skills.

(6)

Retno Friethasari , 2015

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

D. Manfaat Penelitian ………. 5

E. Hipotesis Tindakan ……… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Berbicara ………. 7

B. Metode Story Telling ………. 12

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 16

B. Model Penelitian ……… 16

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 18

D. Subjek Penelitian ………... 18

E. Prosedur Penelitian ……… 19

(7)

Retno Friethasari , 2015

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

G. Pengolahan dan Analisis Data ………... 25

H. Definisi Operasional ……….. 26

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ………. 27

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ……….. 28

1. Perencanaan Siklus I …….……….. 29

2. Pelaksanaandan Observasi Tindakan Siklus I ………. 30

3. Refleksi ………... 40

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ………. 41

1. Perencanaan Siklus II ……….. 41

2. Pelaksanaan Observasi Tindakan Siklus II ………. 43

3. Refleksi ………... 50

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ……… 52

B. Rekomendasi...……….. 52

DAFTAR PUSTAKA ……… 53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Retno Friethasari , 2015

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia yang juga modal

terpenting. Dengan adanya bahasa sifat manusia dapat terpenuhi sebagai makhluk

sosial yang berinteraksi dengan manusia lain. Selain itu manusia dapat mencirikan

atau dapat memberi nama segala yang ada di sekitarnya. Chaucard (dalam Zulela,

2012, hlm.3), menyatakan “Apabila seorang anak tidak mengadakan kontak

dengan manusia lain, maka pada dasarnya dia bukan manusia, bentuknya manusia

namun, tidak bermartabat manusia.” Pendapat yang lain Cassirer (dalam Zulela,

2012, hlm.4) bahwa mempelajari bahasa untuk dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari merupakan kebutuhan utama manusia, sebab dengan bahasa, manusia

dapat berpikir. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk

mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai

kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan

menyampaikan informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu

pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting dipelajari di Negara Indonesia

ini, yang dimulai dari Sekolah Dasar

Kedudukan Bahasa Indonesia baik sebagai Bahasa Nasional maupun

sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan Negara

Indonesia. Pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia didasarkan pada landasan

formal berupa Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19

Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22 Tahun

2006: Standar Isi, Permendiknas No. 23 Tahun 2006: Standar Kompetensi

Lulusan, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006: Pelaksanaan Standar Isi dan

(10)

pengajaran didasarkan pda kurikulum yang telah ditetapkan, yaitu kurikulum 2006

atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP adalah kurukulum opersional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (dalam Susanto,

2014, hlm. 245), Standar Isi Bahasa Indonesia sebagai berikut: “pembelajaran

bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar

siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa (Susanto, 2014, hlm.245). Sejalan dengan itu tujuan

mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesai untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Namun keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai siswa kareana kompetensi keterampilan berbicara

adalah komponen terpenting dalam dalam tujuan pembelajaran. Seperti yang

diungkapkan Galda (dalam Supriyadi, 2005, hlm.178) kemampuan berbicara di

(11)

3

pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi didalam maupun diluar kelas

sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat serupa oleh Faris (dalam

Supriyadi, 2005, hlm.179) yang menyatakan bahwa pembelajaran kemampuan

berbicara penting diajarkan karena dengan kemampuan itu seorang siswa akan

mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan

menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka

mengorganisasikan, mengkonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan,

dan ide kepada orang lain secara lisan.

Dengan begitu dalam kesehariannya siswa selalu melakukan dan dihadapkan

pada kegiatan berbicara. Pada kenyataannya pembelajaran berbicara disekolah

masih dalam tingkat rendah, karenanya keterampilan berbicara siswapun belum

maksimal. Terbukti, dari hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas,

dimana siswanya kurang percaya diri tampil berbicara didepan kelas. Nilai yang

diperoleh dalam pembelajaran keterampilan berbicarapun masih sangat kurang.

Dari 32 siswa, hanya beberapa siswa yang dirasa cukup dalam keterampilan

berbicara dalam mencapai nilai rata-rata KKM. Selebihnya masih sangat kurang.

(1) siswa yang mempunyai nilai 50 sebanyak 13 orang ; (2) siswa yang mempunyai nilai 60 sebanyak 7 orang ; (3) siswa yang mempunyai nilai 65 sebanyak 11 orang.

Terlebih lagi dalam intonasi dan lafal yang kurang jelas. Selain itu

pembelajaran berbicara disekolah sering dianggap kurang penting, karena

dianggap setiap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal

diluar sekolah. Sehingga penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah

dasar dirasa tidak diperlukan.

Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab dengan guru yang terkait, ada

beberapa alasan sehingga tujuan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan

karena peserta didik kurang memperhatikan saat guru sedang menerangkan, siswa

kurang berani jika diminta untuk berbicara sendiri didepan kelas. Namun jika

semua siswa diminta untuk berbicara mereka berani, sehingga membuat kelas

(12)

didapat dari tanya jawab terhadap siswa, bahwa guru kurang menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dan cenderung monoton. Metode pembelajaran

berbicara yang sering digunakan guru adalah metode penugasan secara individu

sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa Indonesia.

Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan berbicara,

diperlukan metode pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif

selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu cara untuk meningkatkan

kemampuan berbicara siswa adalah dengan bercerita atau story telling. Seperti

yang diungkapkan Susilawati (2009) manfaat bercerita meliputi: menjadi fondasi

dasar kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan komunikasi verbal,

meningkatkan kemampuan mendengar, mengasah logika berpikir dan rasa ingin

tahu, menanamkan minat baca dan menjadi pintu gerbang menuju ilmu

pengetahuan, menambah wawasan, mengembangkan imajinasi dan jiwa

petualang, mempererat ikatan batin orangtua dan anak, meningkatkan kecerdasan

emosional, dan alat untuk menanamkan nilai moral, etika dan membangun

kepribadian yang baik. Maka dari itu metode bercerita atau Story Telling dirasa

cukup baik karena lebih efektif dan efesien untuk diterapkan dalam kemampuan

berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia. Dimana metode tersebut

mengharuskan siswa aktif dan berani berbicara didepan kelas dengan intonasi,

lafal, dan ekspresi yang tepat. Dengan metode bercerita atau Story Telling ini

diharapkan siswa dapat tampil praktik berbicara secara percaya diri. Selain itu

siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu. Berdasarkan uraian latar

belakang tsb, maka dalam penelitian ini dipilih dengan judul “Penerapan Metode

Story Telling untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka secara umum

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah

(13)

5

Siswa Sekolah Dasar” Adapun rumusan masalah tersebut dirumuskan lebih

khusus, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dengan

menggunakan metode Story Telling?

2. Bagaimana proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa dengan

menggunakan metode Story Telling?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan metode Story

Telling?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang

metode Story Telling dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa Sekolah

Dasar.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara

siswa dengan menggunakan metode Story Telling

2. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa

dengan menggunakan metode Story Telling?

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan

metode Story Telling?

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian

lebih lanjut dan memberi penjelasan tentang metode Story Telling untuk

meningkatkan kemampuan berbicara.

(14)

a. Bagi siswa, diharapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa dengan lafal, inonasi, dan tata bahasa yang tepat, serta

meningkatkan rasa percaya diri.

b. Bagi Guru, dengan penelitian ini Guru mampu menciptakan suasana

yang aktif dalam pembelajaran. Dan lebih kreatif dalam memilih metode

pembelajaran

c. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan

pembelajaran

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui metode Story Telling, keterampilan

(15)

Retno Friethasari , 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan

Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang mencakup aktifitas guru dan siswa, teknik

pembelajaran serta evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta

evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri.

Menurut Kasbolah (1999, hlm.15) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian dalam

bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk

memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

Beberapa alasan menurut Kasbolah (1999, hlm.9) digunakannya PTK adalah:

a. Penelitian Tindakan Kelas menawarkan satu cara baru untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

b. Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri

kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas. Sehingga

permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan actual dengan demikian guru

dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang

kurang berhasil agar lebih baik dan efektif.

c. Penelitian Tindakan Kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya artinya

guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada saat bersamaan

secara integrasi guru melaksanakan penelitian.

B. Model Penelitian

Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral

yang dikembangkan oleh Stephan Kemmis dan Robin Mc Taggart (1998), yang didalam

satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen tersebut meliputi:

a. Perencanaan (Planning),

(16)

d. Refleksi (Reflection).

Lebih jelasnya tahap-tahap desain penelitian seperti pada gambar berikut

Siklus 1

Gambar. 3.1 Desain PTK Model Penelitian Tindakan Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2005)

Pada kolom perencanaan (planning), adalah persiapan dan strategi bertanya

untuk mendorong siswa menjawab pertanyaannya sendiri. Pada kolom tindakan

(acting), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka

mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kolom

pengamatan (observing), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban siswa dicatat atau direkam

untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamatan juga membuat catatan dalam buku

hariannya. Dalam kolom refleksi (reflecting), ternyata control kelas yang terlalu ketat

1. Perencanaan

4. Refleksi 2. Tindakan

3. Observasi

1. Rencana

2. Tindakan 4. Refleksi

3. Observasi

(17)

18

ternyata menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakannya sehingga tidak

mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan selesai,

yaitu pada semester II pada tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini, peneliti hanya

melaksanakan pembelajaran dalam dua siklus. Untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal

25 Mei 2015 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2015.

D. Subjek Penelitian

Subjek penilaian yang digunakan peneliti adalah siswa kelas V SD Negeri 3

Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan tingkat pemahaman

dan penggunaan bahasa Indonesia yang masih kurang dan sangat minim karena

penggunaan bahasa ibu yang sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah siswa

kelas V SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat terdiri

dari 32 orang siswa.

Secara umum bila ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat peserta

didik sebagian tergolong cukup perhatiannya terhadap pendidikan dan ini salah satu

kekuatan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di SDN 3 Cibodas Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat walaupum hal tersebut bukan salah satu faktor

yang menentukan kualitas pendidikan, masih banyak faktor lainnya seperti sarana

prasarana, sumber daya manusia dan pelaksanaan kurikulumnya.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada

pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode Bercerita (Story Telling) pada siswa

kelas V SD Negeri 3 Cibodas, rencana tindakan penelitian yang dilaksanakan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

(18)

mengenai kondisi dan situasi di SD Negeri 3 Cibodas secara keseluruhan. Kegiatan

ini meliputi pengamatan keadaan siswa di dalam kelas.

c. Menyusun Proposal

d. Pembuatan SK

e. Membuat instrument penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat pada tahun pembelajaran 2014/2015 dengan subjek

penelitian adalah siswa kelas V. Objek penelitian adalah pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V dengan meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada bidang

kajian memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat melalui

penggunaan metode bercerita (story telling).

Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa tahapan tindakan. Seluruh tahapan

tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru agar diperoleh hasil PTK

sesuai dengan tujuan dilakukannya PTK.

Deskripsi Per siklus

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2

kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan siklus I ini berupa rencana kegiatan menentukan

langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan permasalahan yang ada

dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah berlangsung selama ini.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun RPP, lembar observasi

dan tes formatif.

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran adalah:

1) Kegiatan awal

(19)

20

b) Apresiasi Tanya jawab

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.

b) Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh.

c) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

d) Siswa mengerjakan tugas secara kelompok

e) Siswa memerankan tokoh dalam setiap kelompok

3) Kegiatan akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar

c. Pengamatan

Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat.

Adapun hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut:

1) Guru

a) Guru menjelaskan materi

b) Guru memberi tugas

c) Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan

oleh siswa

2) Siswa

a) Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh

b) Siswa mendengarkan penjelasan guru

c) Siswa mengerjakan tugas

d) Siswa bermain peran

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah refleksi. Refleksi

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan

mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini mengacu pada hasil yang diperoleh dari siklus I.

(20)

2) Menyusun rencana pembelajaran

3) Menyusun lembar pengamatan

4) Menyusun lembar kerja siswa

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan melihat

kekurangan pada langkah-langkah perbaikan dari siklus I adalah:

1) Kegiatan awal

a) Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.

b) Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh.

c) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

d) Siswa memerankan tokoh dalam setiap kelompok

e) Siswa mengerjakan tugas secara individu

2) Kegiatan akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar

c. Pengamatan

Selama pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sendiri. Adapun

hal yang diamati dalam siklus II adalah sebagai berikut:

1) Guru

a) Apresiasi

b) Guru menjelaskan materi

c) Guru memberi tugas

d) Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan

oleh siswa

2) Siswa

a) Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh

b) Siswa mendengarkan penjelasan guru

c) Siswa mengerjakan tugas

d) Siswa bermain peran

(21)

22

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi,

refleksi dilakukan agar peneliti mengetahui keterampilan berbicara siswa, apakah sudah

atau belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga peneliti dapat

(22)

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pedoman observasi

2. Lembar penilaian

Table 3.1

Lembar observasi aktivitas Guru dan Siswa

No Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan Aktivitas

Guru

Aktivitas

Siswa

1 Guru memberi salam kepada siswa

2 Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama

dan keyakinan masing-masing

3 Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran

siswa

4 Guru memberikan motivasi agar siswa memiliki

semangat yang tinggi untuk belajar

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

6 Guru menceritakan sebuah cerita

7 Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap

isi cerita yang telah dibacakan oleh guru

8 Guru memberikan penguatan terhadap komentar

siswa dan bertanya jawab tentang

komponen-komponen bercerita

9 Siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan yang

diberikan oleh guru

10 Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

komponen-komponen dalam bercerita yang

difokuskan pada karakter tokoh pada cerita

11 Siswa diarahkan untuk merefleksikan penampilan

saat bercerita seperti, volume suara, gerak-gerik dan

(23)

24

12 Sebagai bahan refleksi, satu orang siswa laki-laki dan

perempuan diminta untuk menceritakan kembali

sebuah cerita yang telah disediakan oleh guru

sebelumnya

13 Guru memberikan pujian secara lisan kepada siswa

yang berani tampil bercerita di depan kelas

14 Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi

penampilan (gerak-gerik dan mimik, volume suara,

jalannya bercerita) dan bahasa bercerita (lafal,

intonasi, pilihan kata/kosa kata, dan struktur bahasa)

temannya tersebut

15 Guru memberikan penguatan tentang komponen

bercerita secara keseluruhan terhadap penampilan

kedua siswa tersebut

16 Siswa diminta untuk membuat kelompok,

17 Setiap kelompok diminta untuk mengubah teks cerita

menjadi sebuah naskah drama dengan pilihan kata

dan santun bahasa yang tepat.

18 Sebagai bahan evaluasi setiap kelompok tampil

kedepan untuk memerankan tokoh yang ada didalam

naskah drama yang telah dibuat

19 Guru mengamati penampilan siswa dan memberikan

penilaian secara individu

20 Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan

21 Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan

pembelajaran secara lisan

22 Guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran

(24)

Komponen yang Dinilai Skala Nilai Jumlah

Deskripsi kriteria penilaian Bercerita

a) Lafal dan Intonasi

3 = Lafal setiap bunyi bahasa jelas tanpa adanya pengaruh lafal bahasa daerah atau

asing, dan intonasinya tepat.

2 = Terdapat kesalahan lafal dan intonasi tetapi secara keseluruhan masih dapa

diterima.

1 = Kesalahan lafal dan intonasi sering.

b) Gerak-gerik dan Mimik

3 = Gerak-gerik dan mimik sudah sesuai dengan isi cerita.

2 = Gerak-gerik dan mimik cukup sesuai walau ada beberapa ketidakcocokan.

1 = Gerak-gerik dan mimik yang tidak sesuai agak banyak.

c) Volume suara

3 = Volume suara sudah bagus sesuai dengan situasi dan isi cerita.

2 = Pengaturan volume suara cukup baik, walau masih perlu penyesuaian.

(25)

26

d) Struktur Isi

3 = Bagian-bagian isi cerita tersusun rapi atau teratur, baik pada pendahuluan,

inti, dan penutup.

2 = Susunan isi cerita tidak terlalu bagus dan tidak pula jelek.

1 = Agak banyak dijumpai ketidakteraturan pada penyajian isi cerita.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data akan diolah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitataif

untuk menunjukan proses dengan memberikan pemaknaan. Pengolahan data merupakan

kegiatan yang sering dilakukan oleh peneliti dalam menyusun dan mengkaji data yang

diperoleh sehingga mampu mengkaji informasi untuk menjawab masalah yang

ditetapkan.

2. Analisis Data

Atas dasar permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan teknik Penelitian Tindakan

Kelas. Data ini bersumber dari hasil observasi, tes lisan dan catatan guru pada saat

proses pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi.

Analisis data dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan sejak

awal. Pada proses pembelajaran dikelas, peneliti menganalisa segala yang dilihat dan

diamati, cara guru mengajar, aktifitas siswa, suasana kelas dan cara guru mengolah

kelas. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Mencatat hal yang diteliti secara rinci

b. Menganalisis data melalui reduksi data (merangkum hal-hal yang pokok)

c. Memfokuskan pada hal yang penting dan membuang yang tidak perlu

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga acra, yaitu:

a. Pemberian lembar tugas secara kelompok dan pada saat proses pembelajaran.

b. Observasi, dokumentasi, catatan lapangan yang dilakukan peneliti terhadap siswa

(26)

H. Definisi Operasional

Keterampilan berbicara dalam penelitian ini terdiri atas lafal, intonasi, dan

(27)

Retno Friethasari , 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan tentang pembelajaran bahasa

Indonesia melalui metode story telling untuk meningkatkan keterampilan

berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Cibodas 3 Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan metode story telling dapat meningkatkan keterampilan

berbicara siswa kelas V SD Negeri Cibodas 3 Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat. Hal ini terbukti dari meningkatnya nilai yang

diperoleh siswa dari hasil tes yang telah dilakukan dari siklus I sampai

siklus II. Ini terbukti bahwa metode story telling digunakan pada

pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan

berbicara pada materi bermain drama di kelas V SD Negeri Cibodas 3

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Penerapan metode story telling pada pembelajaran bahasa Indonesia

tentang materi bermain drama dapat menarik perhatian siswa dan membuat

siswa aktif. Materi pembelajaran diberikan oleh guru dalam bentuk suatu

cerita yang dibacakan guru dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat,

sehingga membuat siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran

tentang terampil berbicara.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut dikemukakan

rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa

Indonesi di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan metode

(28)

1. Bagi guru SD, metode story teliing bisa dijadikan referensi dalam

meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan metode story teliing,

siswa bisa memperoleh pengalaman secara langsung dalam

mengembangkan kepercayaan dirinya. Siswa dilibatkan secara aktif dalam

proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang didapatkan akan lebih

bermakna dan lebih mudah untuk diingat siswa.

2. Bagi Prodi PGSD, penerapan metode story teliing bisa dijadikan salah satu

referensi dalam kegaiatan perkuliahan. Dengan metode story teliing,

mahasiswa bias memperoleh pengalaman secara langsung dalam

meningkatkan keterampilan berbicara dan bisa dijadikan sebagai bekal

untuk mahasiswa dalam turut serta meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan di Indonesia.

3. Bagi peneliti berikutnya, disarankan supaya melanjutkan penelitian dengan

metode story teliing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan

keterampilan berbicara siswa supaya memperoleh hasil yang lebih

maksimal dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti. Disarankan juga bagi peneliti berikutnya agar dapat

mengembangkan proses pembelajaran berdasarkan tahapan-tahapan

konstruktivisme dengan bantuan media-media pembelajaran yang lebih

bervariatif dan dapat mengembangkan pendekatan konstruktivisme dalam

ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pada mata pelajaran dan kelas yang

(29)

Retno Friethasari , 2015

PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1998. Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Heriawan, Adeng. (2012). Metodelogi Pembelajaran. Lembaga Pembinaan dan

Pengembangan dan Pengembangan Profesi Guru. Serang

Kasbolah K. (1998-1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dikti Proyek

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Supriyadi, dkk. (2005).Pendidikan Bahasa Indonesia 2.Jakarta: Depdikbud.

Susanto Ahmad. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Tarigan Guntur Henry, Prof. (1985). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:

Angkasa

Tarigan Guntur Henry, Prof. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran

Bahasa. Bandung: Angkasa.

Wahab, Abdul Aziz. (2009). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung:

Alfabet.

Zulela M.S. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah

(30)

Retno Friethasari , 2015

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Namasekolah : SDN 3 Cibodas

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : V (lima)/ II (dua)

Waktu : 4x35 menit

Pertemuan : 1 (satu) / siklus I

A. Standar Kompetensi

Berbicara

6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan

bermain drama

B. Kompetensi Dasar

6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang

tepat

C. Indikator

1. Memerankan tokoh drama dengan memperhatikan lafal dan intonasi

yang tepat

2. Memerankan tokoh drama dengan memperhatikan gerak, mimik, dan

volume suara yang tepat

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah membaca naskah drama siswa dapat memerankan tokoh drama

dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat

2. Setelah membaca dan memahami naskah drama siswa dapat memeran

kantokoh drama dengan memperhatikan gerak, mimik, dan volume

(31)
(32)

Retno Friethasari , 2015

a. Guru member salam kepada siswa

b. Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan

masing-masing

c. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa

d. Guru memberikan motivasi agar siswa memiliki semangat yang tinggi

untuk belajar

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti:

a. Guru menceritakan sebuah cerita rakyat

b. Siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap isi cerita yang

telah dibacakan oleh guru

c. Guru memberikan penguatan terhadap komentar siswa dan bertanya

(33)

Retno Friethasari , 2015

d. Siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diberikan oleh

guru

e. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

komponen-komponen dalam bercerita yang difokuskan pada karakter tokoh pada

cerita

f. Siswa diarahkan untuk merefleksikan penampilan saat bercerita

seperti, volume suara, gerak-gerik dan mimik

g. Sebagai bahan refleksi, satu orang siswa laki-laki dan perempuan

diminta untuk menceritakan kembali sebuah cerita yang telah

disediakan oleh guru sebelumnya

h. Guru memberikan pujian secara lisan kepada siswa yang berani tampil

bercerita di depan kelas

i. Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi penampilan

(gerak-gerik dan mimik, volume suara, jalannya bercerita) dan bahasa

bercerita (lafal, intonasi, pilihan kata/kosa kata, dan struktur bahasa)

temannya tersebut

j. Guru memberikan penguatan tentang komponen bercerita secara

keseluruhan terhadap penampilan kedua siswa tersebut

k. Siswa diminta untuk membuat kelompok

l. Setiap kelompok diminta untuk mengubah teks cerita menjadi sebuah

naskah drama dengan pilihan kata dan santun bahasa yang tepat.

m. Sebagai bahan evaluasi setiap kelompok tampil ke depan untuk

memerankan tokoh yang ada didalam naskah drama yang telah dibuat

n. Guru mengamati penampilan siswa dan memberikan penilaian secara

individu

Kegiatan Akhir:

a. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan

(34)

Retno Friethasari , 2015

b. Siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan pembelajaran secara lisan

c. Guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a

H. Alat dan Sumber

1. Buku Bina Bahasa Indonesia kelas 5

I. Penilaian

Skala Penilaian Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bercerita

Komponen yang Dinilai Skala Nilai Jumlah

skor

Nilai

siswa

3 2 1

1. Lafal dan intonasi

2. Isi Cerita

3. Gerak-gerik dan mimik

4. Volume suara

Arti skala secara umum:

1 = kurang

2 = cukup

(35)
(36)

Retno Friethasari , 2015

Bandung, 2015

Observer

( )

NIP

Peneliti

Retno Friethasari

NIM. 0906101

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Iros Rosimah, M. Pd.

Gambar

Gambar. 3.1 Desain PTK Model Penelitian Tindakan Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2005)
Table 3.1 Lembar observasi aktivitas Guru dan Siswa
Table 3.2 Skala Penilaian Kemampuan Berbicara

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan media audio visual. Adapun tahapannya sebagai berikut. a) Guru mengulas hasil

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar keterampilan berbicara siklus I, diperoleh gambaran persentase keterampilan belajar siswa sesuai

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar keterampilan berbicara siklus I, diperoleh gambaran persentase keterampilan belajar siswa sesuai

Peneliti dapat menarik suatu simpulan bahwa terdapat peningkatan di antara nya sebagai berikut: (1) kemampuan guru merancang pembelajaran dengan menggunakan metode

penelitian tindakan kelas. 3) Membuat RPP tentang materi yang akan diajarakan sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan keterampilan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran membacakan teks berita yang sesuai dengan tekanan, jeda dan intonasi yang tepat dengan menggunakan model STALAKMID,

Langkah-langkah menulis puisi dengan penerapan kooperatif tipe learning together adalah: (1) sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan topik, bahan pelajaran

Sesuai dengan latar belakang maka rumusan tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode karya wisata untuk