• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN TOLAK PELURU YANG DIMODIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMAN 1 Parongpong.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN TOLAK PELURU YANG DIMODIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Eksperimen Siswa Kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMAN 1 Parongpong."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Masalah ... 11

F. Definisi Operasional ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 14

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 17

C. Media Pembelajaran ... 20

D. Pembelajaran Tolak Peluru Melalui Pendekatan Pendidikan Jasmani ... 27

E. Anggapan Dasar ... 36

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 41

C. Alur Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 53

B. Prasyarat Analisis Data ... 54

C. Pengujian Hipotesis... 57

D. Diskusi Penemuan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 66

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sample Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kotrol ... 53

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kotrol ... 54

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Liliefors Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1a Macam-Macam Warna Peluru Sesungguhnya ... 24

Gambar 2.1b Macam-Macam Peluru yang dimodifikasi ... 25

Gambar 2.2 Macam-Macam Cara Memegang Peluru ... 30

Gambar 2.3 Gerakan Dalam Melakukan Tolakan Peluru ... 32

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttes Control Group ... 41

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 42

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,

keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat

langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu

diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan

keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat

yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai

(6)

kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan

dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur

fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas

yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak

sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan

zaman

Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman– pengalaman gerak lewat aktivitas jasmani. Dengan aktivitas jasmani ini diharpkan

akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas

jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Sehingga keterampilan dan perkembangan lainnya yang bersifat jasmaniah sebagai tujuan.

(7)

meyakini dan mengatakan bahwa penndidikan jasmani merupakan bagian dari pendidkan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk

mendidik.

Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang

studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran, melainkan hanya

menggunakan berbicara dan kapur tulis, sementara materi-materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas

yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Pada Kenyataannya praktek dilapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien.

Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media maupun alat bantu pembelajaran. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan

menggunakan alat bantu pembelajaran informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu

tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas

dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehinggahanya bermodalkan berbicara dan kapur tulis. Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi

(8)

sangat kompleks yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping

itu, hal ini tentu bertentangan dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak anaknya tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah-masalah sehari-hari yang kontekstual.

Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam

Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai cita-cita yang mulia tersebut, maka sangat diperlukan pembangunan dalam bidang

pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan satu mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman

Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal tersebut juga

sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus yang ada. Dan hal tesebut merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa sekolah mempunyai kewengan

mengebangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silabusnya.

Adapun standar kompetensi dari materi tolak peluru ini adalah mempraktekan

berbagai keterampilan permainan olahraga dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dan juga kompetensi dasar dari materi ini adalah

(9)

percaya. Atletik adalah aktivitas jasmani yang kompetitif/dapat diadu, meliputi beberapa lomba-lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar

manusia seperti: berjalan, berlari, melompat, dan melempar, (PASI, 1993:1). Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan,

diantaranya adalah nomor lari, jalan, nomor lompat dan nomor lempar. Tolak peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi, atau kuningan), (PASI, 2003:60). Beratnya untuk yunior

putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram, garis tengah peluru putra 110-130 mm sedangkan

peluru putri bergaris tengah 95-110 mm.

Terdapat banyak kendala dan hambatan agar atletik disukai dan disenangi oleh siswa, bahkan bisa dijadikan ajang prestasi pada salah satu nomor lomba di

tingkat pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik yang

memmadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal dan sulit dijangkau oleh anggaran sekolahnya. Masalah lainnya adalah kemampuan guru

penjas dalam menyajikan Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi

siswa pada setiap nomor atletik. Dengan demikian unsur bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Untuk itu, kreatifitas guru penjas perlu terus

(10)

atau rumah siswa yang mudah di dapat masih bisa digunakan atau dibuat bahkan relatif murah bila harus dibeli. Dengan demikian kita mencoba mengubah atau

mengembangkan pola pikir kita sebagai guru penjas dalam PBM atletik: dari berorientasi prestasi berubah kepada orientasi PBM atletik bernuansa bermain,

dari ketergantungan pada penggunaan alat standar, menjadi pemanfaatan alat-alat yang dimodifikasi.

Sarana prasarana merupakan salah satu bagian strategis dalam pencapaian

tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya

ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam

mencapai target-target tujuan pembelajaranya.

Salah satu bentuk sarana dalam pembelajaran adalah media pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran ini sangat penting dalam proses pembelajaran guna mencapai target-target tujuan pembelajaran. Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Association for Education Communication Technology

mengartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Menurut National Education Association media merupakan

segala hal yang dapat dimanipulasi (modifikasi), dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta pirantinya untuk kegiatan tersebut. Juliantine (2010: 67)

(11)

materi, maksudnya adalah segala hal yang memuat pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu.

Khusus mengenai media yang termasuk bahan atau peralatan, pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, Gerlach & Ely yang dikutip oleh

Rustaman (2003: 139) adalah sebagai berikut:

a. Real material and person (transfaransi, slide, film trip, dan film),

b. Isual material for projection (guru, psikologi, pimpinan perusahaan,

tumbuh-tumbuhan dan hewan).

c. Udio materials (kaset audio, piringan hitam, radio, compact disc).

d. Rinted materials (buku tulis, diktat, Koran, majalah).

e. Display material papan tulis, bulletin board, flannel board, flip chart, peta

globe, bola, maket, patung, dan boneka).

Keberadaan media pembelajaran yang kurang memadai dan mencukupi di

suatu sekolah dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu alternatif media atau alat bantu dalam pembelajaran, salah

satunya adalah media modifikasi alat. Modifikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan saran dan prasarana yang ada di sekolah. Minimnya sarana

dan prasarana yang ada menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana itu sendiri. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu

menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetpi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga siswa akan merasa senang dan

termotivasi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan.

(12)

Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani

dengan senang dan gembira.

Dalam hal ini peneliti mencoba mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana

tersebut dengan memodifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani. Alat modifikasi tersebut berupa peluru yang digunakan dalam pembelajaran tolak peluru. Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam

lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5

kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110 -130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris

tengah 95-110 mm. Dari hasil studi pendahuluan, keberadaan peluru di sekolah sangatlah terbatas. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk memodifikasi alat

peluru ini dengan bola yang diisi kain bekas, bola plastik berisi pasir dan bola yang diisi semen (cor) dengan beberapa perbedaan dari alat peluru yang sesungguhnya.

Selanjutnya modifikasi alat peluru yang lain adalah penggunaan bola berbahan plastik yang kemudian diisi dengan pasir, bola yang diisi kain bekas dan

bola yang diisi semen (cor) beratnya 1 Kg – 5 Kg. Sehingga penggunaan peluru yang dimodifikasi ini juga aman untuk digunakan oleh siswa.

(13)

tingkat kompleksitasnya tugas ajar yang harus dilakukan siswa, seperti yang di ungkapkan oleh Lutan dan Suherman (2000: 69) sebagai berikut:

Modifikasi peralatan, guru dapat mengurangi tingkat kompleksitasnya tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu, misalnya: berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya, peralatan yang digunakan.”

Selain itu, Bahagia (2010: 3) mengemukakan bahwa:

Kemampuan guru untuk memodifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan jalan mengurangi atau menambah tingkat kesulitan yang dihadapi siswa baik dalam hal bantu dan perlengkapan, karakteristik materi yang disesuaikan dengan keadaan siswa, lingkungan pembelajaran serta cara evaluasi yang di berikan di akhir kegiatan kelak.

Dari pernyataan tersebut, modifikasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam mencitakan suasana pembelajaran pendidikan

jasmani yang aktif dan mempunyai unsur kesenangan atau kegembiraan dalam pembelajaran tersebut serta dapat berguna bagi sekolah-sekkolah yang berada di perkotaan dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani.

Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti tolak peluru tersebut nampaknya bola plastik berisi pasir, bola yang di isi kain bekas,

bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen yang dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan

(14)

bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen ini sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menentukan judul

“Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Tolak Peluru Yang Dimodifikasi

Terhadap Hasil Belajar Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

Adakah pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, baik

secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara Teoritis

(15)

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada:

a. Bagi siswa

Siswa dapat lebih senang dan partisipatif dalam proses pembelajaran Tolak Peluru.

b. Bagi guru

Pembelajaran tolak peluru menggunakan peluru modifikasi ini dapat menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di

modifikasi dan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. c. Bagi sekolah

Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat

terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

d. Bagi Peneliti

Dapat menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lain dalam cabang atletik dan cabang olahraga lain.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka peneliti membatasi permasalahan hanya pada aspek-aspek yang menjadi fokus pada penelitian,

diantaranya:

(16)

2. Materi yang di ajarkan dalam tolak peluru meliputi, fase pegangan/grip, fase persiapan, fase luncuran/glide, fase pengataran fase gerakan lengan akhir.

Dan fase pemulihan/recovery.

F. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman atau penafsiran dalam penelitian peneliti mencoba menjelsakan istilah-istilah yang di gunakan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku subjek yang meliputi

kemampuan kongnitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalalaman yang berulang-ulang (Hamalik, 2002:3).

2. Media Modifikasi

Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran,

meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat

melakukan pola gerak secara benar”. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi

dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi

kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai (Lutan, 1988).

3. Peluru

Tolak Peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat

(17)

dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Syaifuddin, 1992:144).

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

sengaja di kelola untuk memungkinkan ia turut seta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tetentu, pemeblajaran merupakan bus set dari pendidikan (Sagala:

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Secara umum metode merupakan cara yang hendak dilakukan oleh setiap peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Penggunaan metode dalam peleksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, Sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan mencapai

tujuan yang di inginkan. Untuk itu peneliti harus terlebih dahulu menetukan metode apa yang hendak dipakai, dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun yang dimaksud dengan metode

penelitian menurut Sugiyono (2010: 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunbakan metode eksperimen dengan tujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau informasi sebanyak-banyaknya dari suatu kelompok sampel yang diteliti melalui suatu percobaan

dengan control yang ketat dan menggunakan alat batu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan metode yang digunakan yaitu metode eksperimen, peneliti mengutip pendapat Arikunto (2007: 107) yang menyatakan bahwa ”penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

(19)

Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2010: 107) bahwa “metode

penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan”. Dari beberapa pendapat para ahli dia atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat dari variabel-variabel

yang akan di teliti.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menerapkan program pembelajaran

kepada dua kelompok yang berbeda dengan bentuk latihan yang sama, tetapi kelompok A menggunkan peluru modifikasi dan kelompok B menggunakan peluru sesungguhnya. Pembelajaran yang diberikan dalam waktu 4 minggu atau

12 kali pertemuan. Habbelinck (1978) yang dikutip oleh Agustan (2011:23) mengemukakan bahwa:

Penelitian menyebutkan bahwa frekuensi latihan paling sedikit 3 hari perminggu, baik untuk olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 40 jam tidak melakukan latihan.

Dengan tujuan untuk mengetahui bagimana pengaruh dari masing-masing

peluru yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta utuk mengetahui perbedaan dari hasil belajar dengan menggunkan 2 peluru yang

berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, secara sepesifik penelitian eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa bersar pengaruh

(20)

belajar siswa di SMAN 1 Parongpong dan dapat menggamabarkan bahwa eksperimen merupakan suatu kegiatan dalam penelitian yang bertujuan

mendapakan fakta-fakta atau informasi dari data yang terkumpul serta menguji hipotesis yang dirumuskan sehingga mendapakan data yang sebenarnya dari

persoalan yang diteliti.

B. Desain Penelitian

Dalam suatu penlitian dibutuhkan desain penlitian untuk dijadikan acuan dalam mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu

penlitian, disain penlitian diperlukan dalam suatu penelitian sebagai alur yang dapat dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditentukan sehingga tujuan atau hasil yang diperoleh akan sesuai dengan harapan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut peneliti menggunkan desain eksperimen yaitu pretest-posttes control group design. Mengenai desain ini

Sugiyono (2010: 112) menggabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttes Control Group

Keterangan:

R : Kelompok eksperimen dan control O1 & O3 : Tes Awal (Pre-test)

O2 : Tes akhir (Post-test) kelompok eksperimen O4 : Tes akhir (Pre-test) kelompok kontrol X : Tretment

Dari desain yang telah dikemukakan diatas, tes dilakukan dua kali O1 dan O3

sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O dan O sebagai tes

RO1 X O2

(21)

akhir. Tanda X adalah kelompok yang diberikan perlakukan yaitu pemakaian peluru modifikasi dan peluru yang sesungguhnya.

C. Alur Penelitian

Hasil kelompok A Hasil kelompok B

(22)

Berdasarkan alur penelitian diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Populasi

Hal yang pertama perlu diperhatikan dalam bekerja dengan statistika

inferensial adalah populasi ke mana hasil-hasil penlitian itu akan digeneralisasikan. Populasi dengan segala batsanya harus didefenisikan secara jelas sehingga generlisasi hasil-hasil penlitian dapat dirumuskan secara akurat.

Secara formal, populasi dapat didefenisikan sebagi sekumpulan objek, orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu kalateristik umum yang sama.

Menurut Sugiyono (2010: 117) bahwa “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

tarik kesimpulannya. Maka yang menjadi populasi ini adalah siswa SMA N 1 Parongpong.

2. Sampel.

Mengenai pengertian sampel dijelaskan oleh Sugiyono (2010:118) bahwa

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sedangkan Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa sampel adalah ”Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik dan sifat yang

(23)

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling yang dijelaskan oleh Arikunto (2006: 134) yang menjelaskan

mengenai pedoman pengambilan sampel sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen kuasi yang teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan pusposive sampling (sampel

bertujuan). Menurut Arikunto (2008: 139) “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Selanjutnya, menurut Arikunto

(2006:140) „Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan,

misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh‟. Penentuan sampel ini dilakukan karena

materi yang diberikan oleh peneliti adalah materi yang ada pada kelas XI semester

gajil sedangkan penelitian di lakukan pada semester satu sehingga sampel yang diambil adalah kelas yang di berikan persetujuan oleh pihak sekolah dan guru yang bersangkutan. Setelah melalui proses tersebut, sampel yang menjadi objek

dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 1 dan IPS 2.

Setelah penulis mendapatkan sample dilakukan pretest, selanjutnya penulis

menentukan satu kelompok yang dijadikan kelompok eksperimen dan satu kelompok menjadi kelompok kontrol. Penentuan kelompok ini dilakukan secara

(24)

(2010:123) sampling sistematis adalah ”Teknik pengambilan sampel berdasarkan

urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut”. Jadi kedua kelompok

tersebut diambil sebagai sampel. Penentuan sampel ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang repersentatif, yaitu sampel yang benar-benar

mencerminkan populasi. Secara lebih rinci tentang pembagian sampel disajikan dalam bentuk kelompok sebagai berikut:

Untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan alat ukur

sebagai media pengumpul data tesebut, kulitas data tergantung pada kulitas alat ukurnya. Dalam penlitian ini menggunkan tes keterampilan tolak peluru sebagai

alat ukurnya dan pembelajaran (tretment) disesuikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silambus yang dibuat oleh SMA N 1 Parongpong. Dan hal tesebut merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan bahwa sekolah mempunyai kewengan mengebangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silambusnya.

Suatu alat ukur harus sesuai dengan apa yang diukur.

(25)

peneliti dalam mengumpulkan data. Dijelaskan oleh Arikunto (2010: 203) bahwa instrumen penelitian adalah “Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah

diolah”.

Sebelum instrumen ini digunakan dalam pembelajaran tolak peluru di sekolah, instrumen penelitian di uji validitasnya dengan cara melakukan retest

pada populasi yang ada kemudian hasilnya divalidasikan kepada dosen ahli sebagai validator. Validasi dilakukan oleh dua dosen ahli. Setelah instrumen

penelitian ini divalidasi, instrumen kemudian direvisi kembali. Sehingga instrumen penelitian dapat menghasilkan pengukuran yang akurat.

Pengujian retest ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Γ = �Σxy− Σx (Σy)

�Σ 2)− Σ 2 {(�Σ 2) (Σ )2}

Nilai thitung  ttabel maka perbedaan tersebut signifikan, artinya butir tes tersebut valid.

(26)

Gambar 3.3 Sketsa Lapang Tes Tolak Peluru

(Sumber: http:/en.Wikipedia.Org)

Tes Pelaksanaan Tolak Peluru

Pengumpulan data dalam penlitian ini didapat dari: 1. Tes ketermpilan tolak peluru sebagai tes awal. 2. Tes keterampilan peluru sebagi tes akhir.

a. Proses Pembelajaran

Dalam pelaksanaan penlitian ini kedua kelompok masing-masing diberikan

dua bentuk metode pembelajaran yang sama dengan menggunakan bola modifikasi untuk kelompok A dan kelompok B diberikan bola sesungguhnya. Karena tujuan dari penlitian yang dilasksankan yaitu mengetahui pengaruh

(27)

Bentuk pembelajaran kelompok A dengan menggunakan media pemeblajaran yang dimodifikasi berupa bola modifikasi yang tebuat dari

bahan-bahan yang tebuat dari semen.

1. Bentuk pembelajaran kelompok A dalam melakukan pemeblajaran tolak

peluru dengan menggunakan bola modifikasi. a. Gerakan pelaksanaan:

Dilakukan sesuai dengan program dan bentuk-bentuk pembelajaran tolak

peluru, yang secara tidak langsung mengarah pada dasar ketermpilan tolak peluru.

b. Ukuran bola modifikasi

Dari beberapa kriteria media alternatif modifikasi untuk mengganti tolak peluru tersebut nampaknya bola plastik berisi pasir, bola yang di isi kain bekas,

bola plastik yang di isi semen, bola plastik yang dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru dengan volumenya = (4/3) 3 x 3.14 x (7,5

x 7,5) = 235,5 cm3 dan diameternya 15 cm, berat dari bola modifikasi ini juga berpariatif dari yang sedang sampai yang berat dari 1 sampai 5 kg.

c. Tujuan pemkaian peluru modifikasi:

1. Untuk memberikan motivasi kepada sisiwa dalam melakukan teknik dasar ketermpilan tolak peluru dengan menggunakan peluru yang lebih ringan.

2. Untuk membrikan pengalaman gerak kepada siswa, sekligus melatih koordinasi gerak, dan hal yang paling utamanya dalam tahap ini adalah

(28)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistika. Pada analisis statistik terdapat dua macam

pengujian yaitu statistik parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik perlu pengujian persyaratan analisis yang harus dilakukan oleh peneliti. Menurut

Riduwan (2011:119) pengujian persyaratan analisis adalah ”apabila peneliti menggunakan analisis parametrik,maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsinya seperti homogenitas untuk uji perbedaan dan

uji normalitas”. Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila data tidak memenuhi

prasyarat penguji analisis normalitas dan homogenitas, maka statistik yang

digunakan adalah statistik nonparametrik. Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut dikutip dari buku metode statistika karangan Sudjana (2005).

Langkah-langkah perhitungan dalam pengolahan data akan dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005: 67):

=

∑��

Keterangan: � = rata-rata

∑xi = jumlah skor yang diperoleh

n = banyaknya sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus (Sudjana, 2005: 93):

=

∑(��−�)2

(29)

Keterangan: S = simpangan baku

Tujuan menguji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari hasil

pengukuran tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data dinilai dengan menggunakan uji Liliefors, (Sudjana, 2005:466). Langkah-langkah dalam

penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2,...Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,...Zn dengan menggunakan rumus :

Z = X1– X S

X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel. b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi).

(30)

f. Kriteria hipotesis adalah diolak nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam hal

ini hipotesis diterima. 4. Uji homogenitas.

Menguji homogenitas dua variasi adalah variansi dari tes awal dan tes akhir baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:

Variansi terbesar F =

Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah pihak kiri, hipotesa ditolak jika F < F(1-α).(v1.v2) dimana nilai F(1-α)(v1.v2)didapat dari daftar distribusi F dengan taraf nyata (α)=0,05 dan dk=v1 dan v2 untuk nilai v1=n-1 dan v2=n-2. Jadi data setiap butir tes adalah

homogen apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel. 5. Menguji t

Uji t adalah untuk menguji kesamaan dua rata-rata antara tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh pengujian normalitas. Jika setelah diuji normalitas

ternyata terdistribusi normal, baru kemudian dilakukan uji t yaitu menguji kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak.

Proses untuk uji t sebagai berikut:

a. Menghitung simpangan baku gabungan (S) dengan rumus:

(n1-1) s21 + (n2-1) s22 Sgab2 =

(31)

Keterangan: S = simpangan baku gabungan n1 = jumlah responden pada tes awal n2 = jumlah responden pada tes akhir S12 = varians pada tes awal

S22 = varians pada tes akhir

b. Mencari nilai t dengan rumus:

=

�1−�2

�� 11+1

�2

Keterangan: t = nilai t hitung

X1 = rata-rata tes akhir

X2 = rata-rata tes awal

n1 = jumlah responden pada tes awal

n2 = jumlah responden pada tes akhir

s = simpangan baku

c. Membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan ttabel dengan derajat

kebebasan n1+n2-2 dan taraf nyata α=0,05

d. Uji t dengan kriteria pengujian adalah H0 diterima jika –ttabel<t<ttabel dengan kata lain jika nilai t hitung berada diantara –ttabel dan ttabel maka hipotesis nol

H0 diterima, artinya treatment tidak memberikan pengaruh yang berarti.

e. Sebaliknya jika nilai t hitung tidak terletak diantara –ttabel dan ttabel maka

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Alat bantu pembelajaran yang dimodifikasi berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru di

SMAN 1 Parongpong.

B. Saran

Berdasrakan kesimpulan dari hasil penlitian yang telah penulis kemukakan, ada bererapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu sebagai

berikut:

1. Dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah , sebaiknya guru

pendidikan jasmani lebih kreatif dan inovatif agar keterbatasan alat mengajar dapat teratasi sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani serta serta pembaca pada umumnya, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama untuk keterampilan tolak

(33)

3. Bagi pihak sekolah dan pemerintah yang bertanggung jawab dalam menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses kegiatan belajar

mengajar (KBM) lebih diperhatikan agar tujuan KBM dapat tercapai sesuai yang diharapakan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. (2011). Pedagogi Olahraga, Seri Konsep dan Pendekatan Pengajaran: Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustan, Boby. (2011). Pengaruh Modifikasi Alat terhadap Hasil Belajar Lay Up

Shot dalam Pembelajaran Permainan Bolabasket. Skripsi FPOK UPI: Tidak

Diterbitkan

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo.

Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-Model Pembeljaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI.

Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar dan

Metode. Jakarta: Depdikbud.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdiknas.

Nurhasan dan Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

PASI. (2003). Peraturan/Ketentuan Perlombaan Atletik. Jakarta: Direktorat Keolaragaan.

(35)

Purnamawati dan Eldarni. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: _____ .

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SD/MI. Jakarta: Prenada Media Group.

Sidik, Dikdik Zafar. (2011). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: Rosda.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sunaryo, Basuki. (1979). Atletik I. Jakarta: PT. Pertja Offset.

Syarifudin, Aip. (1991). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran tersedia [online] diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.

Bahagia, Y. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

(36)

Mahendra, A. (2003). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/F-

FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/196308241989031- agusmahendra/kumpulan-makalah-bahan-penetaran-28-agus-mahendra-29/MODEL-PEMBELAJARAN-PENDIDIKAN-JASMANI.pdf

Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik dan Model

Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Anonim. ______________.

http://lms.oum.edu.my/e-content/HBPE3303SMK/content/11114751HBPE3303_V1_beta/topic%20 3/gd/Topik%203/Gaya-Lontar-Berdiri.jpg

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Tes Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kotrol .........................
Gambar 2.1a
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil menunjukkan bahwa jika pada IPv4 paket yang dikirim mengalami proses fragmentasi di router, IPv6 menunjukkan hasil yang lebih baik dari IPv4i. Sebaliknya,

[r]

Dengan adanya sistem informasi rekrutmen yang terkomputerisasi, dapat membantu MSDM mengelola data pelamar yang masuk secara lebih cepat dan mudah, pencarian data pelamar

Kemukiman Padang Bakau, Bakau Hulu, dan Manggis Harapan akhir-akhir ini lebih sering bergabung dalam mengadakan Rateb Siribee, apabila berzikirnya di desa Padang Bakau, maka

Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas, jumlah,

Guru tidak mampu memotivasi siswa untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan kelas, dikaitkan dengan materi yang sedang disampaikan. Jika belajar

Kemampuan reseptif mendengar atau menyimak, terkait dalam pelajaran berbicara, membaca, dan wacana yang mencakup apresiasi sastra, sangat perlu mendapat perhatian khususnya