• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN PERSAINGAN TERHADAP PROFITABILITAS : Studi Kasus Pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN PERSAINGAN TERHADAP PROFITABILITAS : Studi Kasus Pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPEB/134/UN:40 FPEB.1.PL/2012

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN

PERSAINGAN TERHADAP PROFITABILITAS

(Studi Kasus pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong

Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Dika Wisala Widyana

0605625

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

==========================================================

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN

PERSAINGAN TERHADAP PROFITABILITAS

(Studi Kasus pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong

Kabupaten Bandung)

Oleh

Dika Wisala Widyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Dika Wisala Widyana 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN PERSAINGAN TERHADAP PROFITABILITAS

(Studi Kasus pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung)

Skripsi ini telah disetujui oleh : Pembimbing I

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. NIP. 19611022 198603 1 002

Pembimbing II

Lizza Suzanti, S.Pd., M.Si. NIP. 19780512 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Ekonomi

(4)

ABSTRAK

Dika Wisala Widyana. 0605625. “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Dan Persaingan Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung)”. Pembimbing I Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. Pembimbing II Lizza Suzanti, S.Pd. M.Si.

Penelitian ini berawal dari masalah profitabilits pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung yang mengalami penurunan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untu menangani masalah tersebut. salah satu faktor yang diduga mempengaruhi profitabilitas adalah perilaku kewirausahaan dan persaingan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap profitabilitas pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk memperoleh informasi mengenai suatu gejala dalam penelitian, dan menjelaskan mengenai pengaruh dan hubungan dari suatu fenomena. Sedangkan populasinya adalah seluruh pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung yang berjumlah 53. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple

regression analysis) .

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perilaku kewirausahaan dan persaingan berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas pengrajin wayang golek Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung. Ini menunjukan bahwa semakin tinggi perilaku kewirausahaan dan persaingan, maka profitabilitas pun akan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai R-squared adalah sebesar 0,598668. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Y (profitabilitas) dipengaruhi oleh variabel X (perilaku kewirausahaan dan persaingan) sebesar 59,8668%, sedangkan sisanya sebesar 40,1332% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian.

(5)

Dika Wisala Widyana, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Industri Kecil ... 10

2.1.1 Pengertian Industri Kecil ... 10

2.1.2 Karakteristik Industri Kecil ... 13

2.1.3 Kekuatan Dan Kelemahan Industri Kecil ... 14

2.2 Konsep Profitabilitas ... 16

2.3 Perilaku Kewirausahaan ... 22

2.3.1 Konsep Prilaku ... 22

2.3.2 Konsep Kewirausahaan ... 23

2.3.3 Karakteristik Kewirausahaan ... 25

2.3.3.1Kreativitas ... 25

2.3.3.2Keinovasian ... 28

2.3.3.3Meminimalkan Resiko ... 29

2.4Konsep Persaingan ... 30

(6)

2.4.2 Tujuan Persaingan ... 35

2.4.3 Penyebab Timbulnya Persaingan ... 35

2.4.4 Kategori Tingkat Persaingan ... 36

2.4.5 Dampak Persaingan ... 41

2.5Hasil Penelitian Sebelumnya... 42

2.6Kerangka Pemikiran ... 44

2.7Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.2 Metode Penelitian ... 50

3.3 Populasi dan Sampel ... 50

3.3.1 Populasi ... 50

3.3.2 Sampel ... 51

3.4Operasionalisasi Variabel ... 51

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.6Tekhnik Pengolahan Data ... 53

3.7Pengujian Instrumen ... 54

3.8Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 58

3.8.1 Analisis Regresi Berganda ... 58

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 59

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 71

4.1.2 Gambaran Umum Responden ... 73

4.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 75

4.2.1 Profitabilitas ... 75

4.2.2 Perilaku Kewirausahaan ... 76

4.2.3 Persaingan ... 78

(7)

Dika Wisala Widyana, 2013

4.3.1Validitas ... 79

4.3.2 Reliabilitas ... 81

4.4 Analisa Data dan Pengujian Hipotesis ... 82

4.4.1 Analisis Data ... 82

4.4.2 Pengujian Hipotesis ... 83

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 87

4.5.1 Uji Multikolinearitas (Multicollinearity Test) ... 87

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity Test) ... 88

4.5.3 Uji Autokorelasi (Autocorrelation Test) ... 89

4.6 Pembahasan ... 89

4.6.1 Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap profitabilitas ... 90

4.6.2 Pengaruh persaingan terhadap profitabilitas ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 99

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil memiliki peran sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis ekonomi telah memporak - porandakan kehidupan bidang usaha besar dan menengah, ternyata industri kecil tetap tegar dan berjalan dalam kehidupan ekonomi tingkat bawah. Untuk dapat terus berkembang sektor industri harus mempunyai keunggulan produk sehingga dapat memenangkan persaingan. Keberlangsungan hidup usaha suatu industri sangat penting karena industri kecil memiliki beberapa kelebihan seperti yang dikutif dalam Asep Saprudin (2007:2) bahwa terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga dalam perekonomian Indonesia, diantaranya:

1. Sebagian besar populasi industri kecil dan kerajinan rumah tangga berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang relatif berkurang, industri kecil merupakan jalan keluar.

(9)

3. Harga jual yang relatif murah serta tingkat pendapatan kelompok “bawah” yang rendah.

4. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang tidak diproduksi secara masal juga merupakan salah satu aspek pendukung yang kuat.

Industri kecil merupakan salah satu bentuk alternatif strategi untuk mendukung pengembangan perekonomian daerah. Peranan industri kecil terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat terbukti dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Selain menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, industri kecil terbukti tahan menghadapi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia.

(10)

Margaasih, boneka di Kecamatan Margahayu, kerajinan Wayang Golek di Kelurahan Jelekong, stroberi di Kecamatan Ciwidey dan sebagainya.

Sejak di berlakukannya Otonomi Daerah pada tahun 2004, setiap daerah hendaknya mampu lebih mandiri dan lebih berusaha menggali potensi – potensi yang terdapat di daerahnya, serta berusaha mengembangkan potensi tersebut. Untuk mengembangkan potensi setiap daerah maka daerah harus memiliki suatu keunggulan yang bisa menjadi ciri khas daerah yang bisa memberikan atau membuka lapangan usaha bagi masyarakatnya, misalnya saja potensi seni budaya kerajinan wayang golek yang ada di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Wayang golek merupakan salah satu seni budaya masyarakat suku Sunda yang sampai kini dapat tetap bertahan di tengah kehidupan modern. Bahkan kesenian wayang golek sudah menjadi ciri khas seni budaya masyarakat suku Sunda sejak berabad-abad lamanya. Namun seperti seni budaya tradisional lainnya, seni budaya wayang golek sampai kini nyaris tidak diketahui asal-usulnya.

(11)

Kampung Giri Harja di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung merupakan salah satu Padepokan seni wayang golek yang telah berhasil melakukan inovasi dan modifikasi dalam pembuatan maupun pementasan wayang golek. Sebagian pengamat seni bahkan menyebutnya sebagai wayang golek modern. Sebab dalam pementasannya, seorang dalang dapat memperagakan gerakan-gerakan wayang golek (yang terbuat dari kayu) secara halus seperti layaknya manusia. Bahkan, ki dalang mampu memperagakan gerakan wayang golek yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti merokok, memuntahkan makanan dan lain-lain.

Disamping itu, desa ini sekarang sudah berkembang menjadi sebuah komplek seni Sunda. Selain ukuran besar, wayang golek juga diproduksi dalam ukuran kecil seperti wayang golek sebesar pensil, gantungan kunci dan pulpen. Ukuran wayang golek terbesar yang pernah dibuat adalah wayang golek berukuran sebesar manusia.

Wayang golek biasanya dibuat dari bahan baku berupa kayu jenis albasia atau kayu lame. Kedua jenis kayu tersebut sengaja dipilih sebagai bahan baku karena kayu-kayu jenis tersebut mudah dibentuk. Bahan baku lainnya yang biasa digunakan adalah bahan cat serta peralatan pengecatan yang biasanya berupa alat cat semprot seperti banyak digunakan di bengkel-bengkel pengecatan mobil.

(12)

cenderung mengalami penurunan. Untuk ekspor saja dua tahun terakhir ini mengalami penurunan yang cukup drastis, selain itu pesanan wayang golek dalam bentuk paket yang biasa dipesan dalang mulai mengalami penurunan pula. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan zaman yang lebih modern, yang mengakibatkan masyarakat mulai meninggalkan minat pertunjukkan terhadap wayang golek.

Faktor-faktor seperti kekuatan modal, semakin ketatnya persaingan, dan masih rendahnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki pengrajin wayang golek dalam mengelola usahanya turut memberi andil terhadap kelangsungan hidup usaha kerajinan wayang golek tersebut. Usaha kerajinan wayang golek ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat di kelurahan Jelekong. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan usaha kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong ini perlu untuk terus ditingkatkan.

Berdasarkan survey pra-penelitian yang dilakukan penulis terhadap 15 responden pengrajin kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong, rata-rata terdapat penurunan laba yang dapat di lihat dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1

Laba Pengrajin Wayang golek

Di Kelurahan Jelekong Bulan Januari – April 2011

Bulan Laba Perkembangan (%)

Januari Rp 17.300.000 -

Februari Rp 25.900.000 49,7

Maret Rp 18.700.000 -27,7

April Rp 15.800.000 -15,50

Rata – Rata Rp 19.425.000 1,64

Sumber : hasil wawancara pra penelitian

(13)

2011 hingga mencapai 27,7%, padahal diperiode sebelumnya mengalami peningkatan hingga mencapai 49,7%. Pada periode Maret-April laba masih mengalami penurunan walaupun tidak sebesar bulan sebelumnya. Bila dirata-ratakan selama 4 bulan terakhir laba para pengrajin mengalami penurunan sebesar 1,64%.

Selanjutnya, jika dilihat dari perbandingan antara laba dan modal sendiri (ROE) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Profitabilitas Pengrajin Wayang golek di Kelurahan Jelekong Bulan Januari

– April 2011

Bulan Laba Modal sendiri ROE

Perkembangan (%)

Januari Rp 17.300.000 Rp 1.200.000 14,42 -

Februari Rp 25.900.000 Rp 1.300.000 19,92 38,14 % Maret Rp 18.700.000 Rp 1.270.000 14,72 -26,10 %

April Rp 15.800.000 Rp 1.250.000 12,64 -14,13 % Rata – rata Rp 19.425.000 RP.1.255.000 15,42 -0,69 %

Sumber : hasil wawancara pra penelitian

(14)

Profitabilitas sangat dibutuhkan dalam usaha untuk mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Diperkirakan tingkat profitabilitas pada pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya perilaku kewirausahaan dan tingkat persaingan.

Perilaku kewirausahaan sangat diperlukan oleh setiap pengusaha, karena perilaku kewirausahaan bisa mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Seorang wirausaha yang sukses adalah seseorang yang memiliki kreativitas dan mampu berinovasi, dan mampu menciptakan produk yang memiliki keunggulan bersaing. Dengan aspek inovasi berarti pengusaha itu telah mengadakan perubahan baik dalam cara membuat ataupun mengemasnya sehingga akan lebih menarik minat konsumen. Dengan adanya aspek siap menanggung resiko yang akan dihadapi maka pendapatan usaha yang diperoleh akan mengalami peningkatan. Kemampuan kewirausahaan yang tinggi akan membawa seorang pengusaha untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya dan akan mendapatkan Profitabilitas yang baik sehingga akhirnya mampu mempertahankan keberlangsungan usahanya.

(15)

Atas dasar hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan profitabilitas khususnya industri kerajinan wayang golek yang berada di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung. Untuk itu penulis mengambil judul dalam penelitian ini yaitu ”Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan Persaingan Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Pengrajin Wayang Golek di

Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung )”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan, persaingan dan profitabilitas di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan

wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

(16)

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persaingan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap profitabilitas pada industri kerajinan wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh perilaku kewirausahaan dan persaingan terhadap profitabilitas para pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah profitabilitas pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung. Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variabel) adalah perilaku kewirausahaan dan persaingan.

3.2Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk membuat suatu gambaran atau deskripsi tentang pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan menginterpretasikan data tersebut atau memfokuskan pada masalah yang terjadi dan memerlukan pemecahan melalui analisa tertentu.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(18)

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh, karena populasinya kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 53 pengrajin. Teknik ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riduwan (2007:248) Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Maka penelitian ini jenisnya adalah sensus.

3.4Operasional Variabel

Sebagaimana yang dikemukakan bahwa dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti. Untuk memberikan arah dalam pengukurannya variabel-variabel tersebut dijabarkan dalam konsep teoritis, konsep empiris, dan konsep analitis sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitik Skala

Profitabilitas

Data diperoleh dari responden mengenai besarnya profitabilitas yang diperoleh dalam satu tahun terakhir. Rasio yang digunakan adalah Retun on Equity (ROE)

ROE =

create the new and different thing).

Inovasi Data diperoleh dari responden mengenai : proses memproduksi barang, dan pengetahuan/cara baru untuk

(19)

Kreativitas

Data diperoleh dari responden mengenai : kreativitas dalam membuat jenis produk lain dari bahan baku yang sama, kreativitas dalam mencari jejaring pasar, kreativitas dalam mencari sumber modal untuk mengembangkan

Data diperoleh dari responden mengenai :

Kemampuan memimpin dan memotivasi semangat kerja karyawan, kemampuan dalam melaksanakan dan mengarahkan tujuan usaha , dan kemampuan dalam menyusun perencanaan perusahaan,

Data diperoleh dari responden mengenai : perilaku mengambil risiko keuangan, perilaku mengambil risiko dalam

melakukan kreativitas, dan perilaku dalam mengambil risiko waktu. Persaingan (X2) melakukan sesuatu

yang sama dengan

Data diperoleh dari jawaban responden tentang:

-Persepsi pengusaha tentang tingkat persaingan perusahaan sejenis

-Persepsi pengusaha tentang tingkat harga yang ditetapkan pesaing

-Persepsi pengusaha tentang kualitas produk yang dihasilkan oleh pesaing

-Persepsi pengusaha tentang diferensiasi produk yang dilakukan oleh pesaing

(20)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:

1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.

2. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Internet browsing yaitu pengumpulan data tambahan yang diperoleh

dengan cara membuka situs atau website dari internet.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menyeleksi data yang sudah terkumpul, yaitu untuk meneliti kelengkapan

data yang diperlukan dengan cara memilih dan memeriksa kejelasan dan kesempurnaan dari data yang diperlukan.

2. Mentabulasi data, yaitu menyajikan data yang telah diseleksi dalam bentuk data yang sudah siap untuk diolah yakni dalam bentuk table-tabel yang selanjutnya akan diuji secara sistematis.

3. Menganalisa data, yaitu mengetahui pengaruh serta hubungan antar variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (Variabel terikat).

(21)

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan benang merah atau hasil dari penelitian yang dilakukan.

3.7 Pengujian Instrumen

Instrumen merupakan alat bantu pada waktu peneliti menggunakan metode penelitian yang digunakan dalam pengambilan data dari objek penelitian, dengan demikian instrumen penelitian dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk memperoleh data riil sebagai bahan dasar dalam hasil dan pengambilan kesimpulan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung serta kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,2006 :151) dengan kuesioner terbuka atau jawaban dengan kalimat responden sendiri dan kuesioner tertutup atau jawaban telah disediakan oleh peneliti, yang disebarkan kepada 53 pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

(22)

Tabel 3.2

Skor Jawaban berdasarkan Skala Likert

Alternatif Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

S = Selalu 5 1

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Tes validitas instrumen dilakukan dengan teknik analisis item instrumen, yaitu dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus :

 

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)

Dimana :

r = koefisien validitas item yang dicari

(23)

∑X = jumlah skor dalam distribusi X ∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2= jumlah kuadrat pada masing-masing skor X ∑Y = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y N = jumlah responden

Dalam hal ini kriterianya menurut Suharsimi Arikunto (1996:165) adalah:

rxy < 0,200 : Validitas sangat rendah

0,20 - 0,399 : Validitas rendah

0,400 - 0,599 : Validitas sedang/cukup 0,60 - 0,799 : Validitas tinggi

0,800 - 1,000 : Validitas sangat tinggi

Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah baris atau banyaknya responden.

Jika r hitung r0,05 Instrumen valid

Sebaliknya jika r hitung r 0,05 Instrumen tidak valid

b. Tes Reliabilitas

(24)

instrumen tersebut telah baik. Reabilitas menunjuk pada tingkat keteramdalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Sugiyono (2007 : 354) menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal mapun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada dengan teknik tertentu.

Tes Reliabilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, kaekuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas, dihitung dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut :

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 196)

Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

Keputusannya dengan membandingkan r11 dengan r tabel, dengan ketentuan

(25)

3.8 Tehknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.8.1 Analisis Regresi Berganda

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah parametrik, data yang digunakan adalah yang berskala minimal interval. Karena skor yang diperoleh dari variabel bebas mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka perlu ditingkatkan menjadi interval melalui Methode Succesive Interval (MSI).

Adapun pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dari data ordinal diintervalkan dengan menggunakan Methods of Succesive

Interval (MSI)

2. Setelah data diintervalkan kemudian dihitung berdasarkan teknik analisis regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer melalui sofware program eviews 5

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression), alat analisis yang digunakan yaitu Econometric Views (EViews) 5 untuk membuktikan apakah perilaku kewirausahaan (X1) dan

persaingan (X2) berpengaruh terhadap profitabilitas sebagai variabel terikat (Y).

Model dalam penelitian ini adalah :

2 2 1 1

0 bx b x

b  

+ e

Dimana :

Y : Profitabilitas

bo : konstanta regresi

(26)

b2 : koefisien regresi X2

X1 : perilaku kewirausahaan

X2 : persaingan

e : Faktor pengganggu

3.8.2 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk (R2).

3.8.2.1 Uji signifikansi

a) Uji Parsial (uji t)

Pengujian hiotesis secara individu dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel terikat Y Pengujian hipotesis secara individu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

t =

 

^ 1

1 ^ 1

 

se

(Gujarati, 2001: 78)

Uji hipotesis dapat diketahui dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel sebagai berikut :

 H0: β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel Y, dimana i =1,2,3

 Ha : β1 > 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh

terhadap variabel Y, dimana i =1,2,3

Kriteria uji t adalah:

(27)

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.

b) Uji simultan (uji f)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan (overall

significance) variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, untuk mengetahui

seberapa pengaruhnya. Uji t tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan.

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

)

(Agus Widarjono, 2007 : 75)

Kriteria uji F adalah:

 Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel

bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y),

 Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel

(28)

3.8.2.2Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan (goodness of fit) dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Koefisien determinasi majemuk (multiple coefficient of determination) dinyatakan dengan

R2. Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

R2 = R2 1 X Y1 2 2X Y2 3X Y3 Y

  

(Gujarati, 2001: 45)

Besarnya nilai R2 berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 < R2 < 1. Jika nilai R2 semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y semakin kuat (erat berhubungannya).

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Parameter persamaan regresi linier berganda dapat ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau ordinary least square (OLS). Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesa yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar tiga asumsi klasik yang mendasari model regresi linier berganda (J. Supranto, 2001:7). Ketiga asumsi tersebut adalah:

3.8.3.1Uji Multikolinearitas

(29)

model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-veriabel bebas sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:

- nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

- nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Apabila terjadi multikolinearitas maka koefisiensi regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan (interminate) dan standard error-nya tak terhingga (infinite). Jika multikolinearitas terjadi akan timbul akibat sebagai berikut:

1. Walaupun koefisiensi regresi dari variabel X dapat ditentukan (determinate), tetapi standard error-nya akan cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat kolinearitas antara variabel bebas juga meningkat.

2. Oleh karena nilai standard error dari koefisiensi regresi besar maka interval keyakinan untuk parameter dari populasi juga cenderung melebar.

3. Dengan tingginya tingkat kolinearitas, probabilitas untuk menerima hipotesis, padahal hipotesis itu salah menjadi membesar nilainya.

4. Bila multikolineartas tinggi, seseorang akan memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak ada atau sedikit koefisiensi regresi yang signifikan secara statistik. (M. Firdaus, 2004 : 112)

(30)

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu

dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi

terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,

maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji regresi parsial yaitu dengan membandingkan R2 parsial dengan R2 estimasi, untuk memprediksi ada atau tidaknya multikolinearitas.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006:45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

2. Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)

3. Mengeluarkan satu variabel atau lebih.

4. Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.

Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup

(31)

(2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang

sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics,

everything depends on everything else.

3.8.3.2Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). (Agus Widarjono: 2007:127). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

1. Sifat variabel yang diikutsertakan ke dalam model.

2. Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas, yaitu sebagai berikut :

1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

(32)

b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2hitung

dan χ2

(33)

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2

hitung, untuk memutuskan

apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares <α, berarti Ho ditolakjika probabilitas Chi Squares >α, berarti Ho diterima.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2004:96) heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.

Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan korelasi rank dari

Spearman sebagai berikut

(Agus Widarjono, 2007:132)

Dimana di = perbedaan dalam rank yang ditetapkan untuk dua

karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke 1, sedangkan N= banyaknya individual atau fenomena yang di rank.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Cocokan regresi terhadap data mengenai Y dan X dan dapatkan residual ei

rs = 1-6 

di 2

(34)

2. Dengan mengabaikan tanda dari ei, yaitu dengan mengambil nilai mutlaknya [ei], merangking baik harga mutlak [ei] dan Xi sesuai dengan urutan yang

meningkat atau menurun dan menghitung koefisien rank korelasi Spearman yang telah diberikan sebelumnya.

3. Dengan mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasi PS adalah nol

dan N> 8, tingkat signifikan dari rs, yang disampel dapat diuji dengan

pengujian t sebgai berikut:

(Gujarati , 2006: 188)

Dengan derajat kebebasan = N- 2

Jika nilai t yang dihitung melebihi bilai t kritis, kita bisa menerima hipotesis adanya heteroskedastisitas; kalau tidak bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih dari satu variabel X, rs dapat dihitung antara [ei] dan

tiap-tiap variabel X secara terpisah dan dapat diuji untuk tingkat penting secara statistik dengan pengujian t yang diberikan di atas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan

Software Eviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White

Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan

variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

rsN- 2

1- rs 2

(35)

3.8.3.3Uji Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting (Agus Widarjono, 2007: 155).

Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

1. Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bias dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.

2. Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

3. Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

4. Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.

(36)

1. Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual

dengan trend waktu.

2. Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).

3. Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi

4. Uji dDurbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.

Untuk mengkaji autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji d Durbin-Watson berdasarkan asumsi sebagai berikut:

1. Model regresi mencakup intersep

2. Variabel-variabel bebas bersifat nonstokastik (tetap dalam sampel berulang, 3. Variabel pengganggu diregresi dalam skema otoregresif orde pertama

(first-order autoregressive) atau ut = put-1+ €t.

4. Model regresi tidak mengandung variabel beda kala dari variabel terikat sebagai variabel bebas.

5. Tidak ada kesalahan dalam observasi data.

(37)

Gambar 3.1

Statistika d Durbin- Watson Sumber: Gudjarati (2006: 216)

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower H0 = Tidak ada autkorelasi positif

dU = Durbin Tabel Up H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

Tabel 3.3

Aturan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol (Ho) Keputusan Prasyarat

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL Tidak ada autokorelasi positif Tanpa keputusan dL  d  dU Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 – dL < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative Tanpa keputusan 4 – dU  d  4-dL Tidak ada autokorelasi positif atau

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan Persaingan Terhadap Profitabilitas Pengrajin Wayang Golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Para pengrajin wayang Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung memiliki profitabilitas rendah, perilaku kewirausahaannya tinggi, dan persaingannya tinggi.

2. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Artinya semakin tinggi perilaku kewirausahaan, maka semakin tinggi pula profitabilitas para pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

3. Persaingan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Artinya semakin tinggi persaingan, maka akan semakin besar pula profitabilitas para pengrajin wayang golek di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung.

4. Perilaku Kewirausahaan dan persaingan secara simultan berpengaruh positif terhadap profitabilitas, artinya semakin tinggi Perilaku Kewirausahaan dan persaingan, maka profitabilitasnya semakin tinggi.

5.2 Saran

(39)

1. Perilaku kewirausahaan sebaiknya terus ditingkatkan lagi baik itu dalam aspek kreativitas, keinovasian, kepemimpinan, ataupun dalam aspek keberanian menanggung resiko. Untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan dapat dilakukan pendidikan informal bagi para pengrajin seperti diklat, pelatihan, atau dengan mengikuti seminar yang dapat memperkaya pengetahuan para pengrajin sehingga diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas usahanya. 2. Para pengrajin sebaiknya memperkuat srategi bersaing baik itu dengan

penetapan strategi harga maupun strategi dalam memperbaiki kualitas produk boneka dan bisa membuat produk yang lebih variatif dengan diferensiasi produk, mengingat industri kerajinan wayang ini memiliki tingkat persaingan sangat tinggi sehingga dibutuhkan strategi-strategi yang lebih baik untuk menanggapinya supaya perusahan bisa terus meningkatkan profitabilitasnya. 3. Bagi pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat membantu para pengrajin

wayang dengan cara terus mendukung dan ikut melestarikan seni budaya wayang golek, baik itu dengan memperkenalkannya pada masyarakat lokal maupun internasional, dengan begitu diharapkan wayang semakin mendunia dan para pengrajin bisa lebih berkreasi dengan segala inovasi dan dengan begitu industri kerajinan wayang bisa lebih hidup.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono. (2001). Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi Kempat, BPFE: Yogjakarta

Agus Widarjono. (2007). Ekonometrika:teori dan aplikasi untuk ekonomi dan

bisnis.Yogyakarta:Ekonisia

Asep Saprudin. (2007). Pengaruh Pengadaan Bahan Baku, Differensiasi Produk,

Dan Penguasaan Teknologi Terhadap Daya Hidup Usaha Industri Senapan Angin Pada Sentra Produksi Senapan Angin Cikeruh Kabupaten Sumedang. Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan

Bambang Riyanto. (1998). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada

Buchari Alma. (2004). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Dumairy.(1996), Perekonomian Indonesia. Erlangga: Jakarta

Embeb Darmansyah. (2007). Pengaruh Return On Investment (ROI) dan

Perkembangan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 2002-2006. Skripsi Widyatama. Tidak diterbitkan

Erliah. 2007. Pengaruh Persaingan, Promosi, Dan Keunikan Produk Terhadap

Keberhasilan Usaha(Studi Pada Perajin Batik Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon). Skripsi. UPI. Tidak diterbitkan

Gujarati Damodar dan Sumarno Zain. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasan Bachtiar. (2003).Manajemen Industri. Bandung : Pustaka Ramadhan Hendar Dan Kusnandi. (2002). Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE UI

J.Supranto. (2001). Ekonometrika Buku Satu, Jakarta, Penerbit FEUI

Komaruddin Sastradipoera. (2003). Manajemen Marketing Suatu Pendekatan

Ramuan Marketing. Bandung: Kappa Sigma

Kotler, Philip. (1995). Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,

(41)

Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: INDEKS

M. Thoha. (1986). Prilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Machfoedz, M.(1996).Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha Meredith, Geoffrey G. (2002). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: PPM Miftah Thoha. (2005). Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasi. Jakarta: Mudrajad Kuncoro. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Jakarta: Erlangga

Muhammad Firdaus. (2004). Sejarah Perkoperasian,Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia

Musselman,vernon.A&jackson.(1992).Pengantar ekonomi perusahaan Jilid

Dua.Jakarta:Erlangga

Neti Budiwati dan Lizza Suzanti. (2007). Manajemen Keuangan Koperasi. Bandung: Laboratorium Koperasi Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI Pandji Anoraga dan sudantoko.(2002).Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

kecil.Jakarta:PT.Rineka Cipta

Porter, Michael E.(1994).Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan

Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta: Bineka Rupa Aksara PT Raja

Grafindo Persada.

Ressa Ansiska. (2010). Pengaruh Persaingan Dan Perilaku Kewirausahaan

Terhadap Kemampulabaan Pengrajin Boneka ( Suatu Kasus Pada Pengrajin Boneka Di Kelurahan Warung Muncang Kota Bandung).

Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan

Riduwan. (2007).Rumus dan Data analisa statistik.Bandung:Alfabeta

Ridwan Shidiq. (2010). Analisis Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan Faktor –

Faktor Produksi Pada Industri Peci rajutan di Kecamatan Bayongbong

Kabupaten Garut. Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa : Benyamin Molan.

Edisi Kesepuluh.Penerbit PT. Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta

(42)

Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. (1992). Mikroekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta

Siti Syamsiar. (2002). Pengaruh Pengadaan Bahan Baku. Pengolahan

Pemasaran dan Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam Menciptakan Nilai Tambah, Pendapatan dan lapangan kerja. Disertasi

UNPAD. Bandung. Tidak Diterbitkan

Sofyan Syafri Harahap.(2001), Analisa Kritis Alas Laporan Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sondang P Siagian. (2004) Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : Bumi Aksara Sugiyono.(2007).Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta : Salemba Empat.

Suryana.(2003).Kewirausahaan:Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju

Sukses (Edisi Revisi).Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan.(1999).Perkembangan industri skala kecil di indonesia.Jakarta: Mutiara sumber widya

Wasis.(1998). Pengantar Ekonomi Perusahaan, Bandung, Penerbit IKAPI Winardi. (2003). Asas-Asas Ekonomi Modern. Bandung: Alumni.

Yuliani Permatasari.( 2009). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Daya

Hidup Usaha Industri Kerajinan Boneka Di Cedok Desa Sayati Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI. Tidak diterbitkan

Zimmerer and Scarborough. (2002). Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen

Gambar

Tabel 1.1 Laba Pengrajin  Wayang golek
Tabel 1.2  Profitabilitas Pengrajin  Wayang golek di Kelurahan Jelekong Bulan Januari
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2  Skor Jawaban berdasarkan Skala Likert
+2

Referensi

Dokumen terkait

a) Kategori Jembatan Rangka Baja Canai Dingin setiap tim dari Perguruan Tinggi. beranggotakan maksimum 4 (empat orang, terdiri dari 3 (tiga)

[r]

Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap disiplin kerja guru di SMK Pasundan 3 Bandung yang ditunjukkan oleh

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Wahidatul Kistatuhu tentang penggunaan media program autoplay untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas VII A

Masalah rendahnya kinerja karyawan bagian food and beverage department di The Premiere Hotel Kota Pekanbaru selain dapat dilihat dari tingkat turnover , kehadiran dan

Gemareksa Mekarsari, selain kewajibannya sebagai mahasiswa juga ingin berkontribusi pada perusahaan dengan membuat suatu sistem persediaan barang jadi yang telah

penggunaan media pembelajaran berbicara. Media tersebut yaitu.. menggunakan media rekaman register penyiar Radio Republik Indonesia Pro 1. Bandung di dalam menjelaskan teori

Oleh karena itu, penulis ingin melihat seberapa jauh hubungan sudut interinsisal dengan profil jaringan lunak wajah menurut analisis Holdaway pada mahasiswa ras campuran Proto