i
Halaman
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 5
C. Batasan Masalah ……… 5
D. Tujuan Penelitian ……… 7
E. Manfaat Penelitian ………..………… 7
BAB II KEMAMPUAN INKUIRI DAN SIKAP ILMIAH GURU BIOLOGI SMA SETELAH MELAKSANAKAN KEGIATAN INKUIRI ILMIAH A. Kemampuan Guru Sains ………... 9
B. Kompetensi Guru ... 14
C. Standar Guru Sains ... 15
D. Inkuiri ………...………….. 18
ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional ... .………... 29
B. Metode Penelitian ... ………... 30
C. Subjek Penelitian ...………. 30
D. Instrumen Penelitian ... 31
E. Prosedur Penelitian ...……… 46
F Pengumpulan Data ....……….….. 49
G. Analisis dan Penyajian Data... 49
H. Alur Penelitian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data………. 56
B. Pembahasan ……….. 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 91
B. Saran-Saran……… 92
DAFTAR PUSTAKA ………. 93
iii Tabel
3.1 Desain Penelitian ...……... 30
3.2 Pedoman Penskoran Jawaban Skala Sikap………. 33
3.3 Derajat Validitas Soal ... 36
3.4 Derajat Reliabilitas ...…….. 37
3.5 Derajat Tingkat Kesukaran...………... 37
3.6 Derajat Daya Pembeda...………...…... 38
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Inkuiri ... 39
3.8 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Inkuiri .………...…. 40
3.9 Perhitungan bobot skor pernyataan negatif..…………..….….... 41
3.10 Perhitungan bobot skor pernyataan positif... 42
3.11 Skor Alternatif Jawaban ………... 43
3.12 Hasil Uji coba dan Validasi Instrumen Skala Sikap... 45
3.13 Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah ... 46
3.14 Tekhnik Pengumpulan Data ...………...……… 49
3.15 Uji normalitas Data Kemampuan Inkuiri ... 50
3.16 Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah ... 51
3.17 Uji Homogenitas Data Kemampuan Inkuiri ... 51
3.18 Uji Homogenitas Data Sikap Ilmiah ... 52
4.1 Rata-Rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir Inkuiri ... 57
4.2 Rata-Rata Skor Peningkatan Kemampuan Inkuiri Guru ... 58
iv
4.5 Rata-Rata Skor Pretes, Postes ikap Ilmiah Guru ... 61 4.6 Rata-Rata Skor Peningkatan Sikiap Ilmiah Guru ... 62 4.7 Persentase Gain Ternormalisasi Sikap Ilmiah Guru... 62 4.7 Uji-t Peningkatan Kemampuan Inkuiri
dan Sikap Ilmiah Guru Biologi ... 63 4.8 Statistik Deskriptif Skor Sikap Ilmiah
Untuk Setiap Indikator ... 64 4.9 Persentase Tanggapan Guru Tentang Kegiatan Inkuiri Ilmiah
v Gambar
3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ………... 55 4.1 Diagram Batang Rata-Rata Pretes dan Postes
kemampua Inkuiri Guru ………. ……….. 71
4.2 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kategori Nilai
Kemampuan Inkuiri Guru ………. ………... 72
4.3 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kemampuan
Inkuiri Guru Setiap Indikator ...…………... 73 4.4 Diagram Batang Rata-Rata Pretes dan Postes
Sikap Ilmiah Guru ... 81 4.5 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kategori Nilai
Kemampuan Inkuiri Guru.………...……….. 82 4.6 Diagram Batang Persentase Peningkatan Kemampuan
Inkuiri Guru Setiap Indikator ...…………... 84 4.7 Gambar Kendala yang Paling Sulit dirasakan Guru dalam
vi Lampiran
A. Instrumen Penelitian
A.1. Kisi-Kisi Istrumen Uji Coba Penelitian
Kemampuan Inkuiri ... 97
A.2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Inkuiri ... 104
A.3 Instrumen Uji Coba Sikap Ilmiah ... 105
A.4. Kisi-Kisi Sikap Ilmiah ... 106
A.5. Instrumen Uji Coba Sikap Ilmiah ... 108
A.6. Kisi-Kisi Angket Guru ... 112
A.7. Instrumen Angket Guru ... 114
A.8. Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 117
B. Uji Coba Instrumen Penelitian B.1. Validitas ... 118
B.2. Reliabilitas ... 119
B.3. Tingkat Kesukaran ... 120
B.4. Daya Pembeda ... 121
B.5 Rekapitulasi Uji Coba Kemampuan Inkuiri ... 122
B.6. Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban ... 123
B.7. Rekapitulasi Uji Coba Sikap Ilmiah ... 144
C. Hasil Penelitian C.1. Rekapitulasi Pretes dan Postes Kemampuan Inkuiri ... 145
vii
Untuk Setiap Indikator ... 148
C.5. Rekapitulasi Pretes dan Postes Sikap Ilmiah Guru ... 149
C.6. Rekapitulasi Gain Sikap Ilmiah Guru ... 151
C.7. Rekapitulasi Gain Sikap Ilmiah Guru untuk Setiap Indikator ... 152
C.8. Rekapitulasi Hasil Angket dan Wawancara Pandangan Guru Selama Kegiatan Inkuiri Ilmiah Berlangsung... 153
D. Hasil Uji Prasyarat dan Uji Statistik D.1 Uji Prasyarat Kemampuan Inkuiri ... 156
D.2 Uji Statistik Kemampuan Inkuiri ... 157
D.3 Uji Prasyarat Sikap Ilmiah ... 158
D.4 Uji Statistik Sikap Ilmiah ... 159
E. Daftar Identitas Peserta (Subjek) Penelitian ... 160
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak
bangsa memiliki kemampuan berpikir dan mampu memecahkan masalah dengan
baik. Kemampuan tersebut dapat diperoleh antara lain melalui pelajaran ilmu
pengetahuan alam.
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu penemuan (Depdiknas, 2006). Begitupun menurut Sund
&Trowbridge (1973) bahwa IPA adalah batang tubuh dari pengetahuan dan proses.
Batang tubuh adalah produk dari pemecahan suatu masalah. Dasar filosofi dari IPA
dapat dibedakan berdasarkan pendekatan yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan. IPA didasarkan pada data empiris yang diperoleh dari observasi
fenomena alam
Puskur (2007) menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya meliputi empat
unsur, yaitu: (1) produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari
fakta-fakta, konsep dan prinsip-prinsip IPA.; (2) proses meliputisegala kegiatan yang
aplikasi meliputi penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari; (4) sikap meliputi sikap tertentu yang diambil dan
dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dalam proses
pembelajaran IPA, keterlibatan keempat unsur ini diharapkan dapat mendorong
peserta didik dalam memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan metode
ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Berdasarkan Field Study (Asbullah, 2004), ditemukan bahwa pembelajaran
sains di SMA masih kurang bervariasi, karena guru cenderung menggunakan
pendekatan ekspositori (teacher center), dan siswa cenderung pasif serta hanya
menerima apa yang disampaikan guru. Pada umumnya pembelajaran sains di
Indonesia masih menekankan tingkat hafalan dari sekian banyak materi atau pokok
bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman yang bisa diterapkan siswa ketika
berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya. Pembelajaran sains masih
didominasi oleh penggunaan metode ceramah, aktivitas siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Sehingga dengan
demikian, siswa hanya mempelajari sains sebagai produk. Sains sebagai proses,
sikap, dan aplikasi belum sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran. Hal ini
berdampak kepada rendahnya rata-rata hasil belajar sains siswa dibandingkan dengan
mata pelajaran lain kecuali matematika (Sardjono, 2000).
Literasi sains peserta didik Indonesia masih berada pada tingkatan rendah, hal
ini disebabkan karena kondisi pembelajaran sains yang masih teacher centered dan
Padahal menurut standar pengajaran sains, perencanaan pembelajaran sains harus
berdasarkan penyelidikan (Anonim, 2007), pembelajaran IPA (sains) harus
menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah
(Depdiknas, 2006), demikian juga menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP) (2006), pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) , sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup, oleh
karena itu pembelajaran IPA di sekolah diharapkan menekankan pada pembelajaran
melalui penggunaan dan pengembangan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah.
Begitupun dengan data hasil tes PISA Nasional 2006 yang dilakukan dengan oleh
Firman (2007), bahwa capaian literasi peserta didik rendah dengan rata-rata sekitar
32% untuk keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29% untuk konten, 34% untuk proses,
dan 32% untuk konteks, juga terdapat keragaman antar propinsi yang relatif rendah
dari tingkat literasi sains peserta didik Indonesia.
Anggraeni (2006), menyatakan bahwa kelemahan literasi sains siswa sekarang
ini ditengarai karena mereka belum memiliki kesempatan yang cukup dalam
berinkuiri karena gurunya sendiri tidak paham dan tidak mampu untuk melakukan
proses inkuiri. Lemahnya kemampuan guru-guru terutama guru biologi dalam
melaksanakan pembelajaran biologi berbasis inkuiri karena kurangnya pengalaman
baik ketika belajar biologi di perguruan tinggi maupun pengalaman melakukan
penelitian ilmiah dalam bidang biologi. Hasil penelitian terhadap guru-guru yang
biologi masih lemah dalam merencanakan pembelajaran yang bersifat investigatif hal
ini terbukti dari pertanyaan yang diajukan pada saat pembelajaran (Anggraeni, 2009).
Demikian juga dengan calon guru biologi masih lemah mengajukan pertanyaan yang
bersifat investigatif apalagi yang bersifat inkuiri (Anggraeni, dkk. 2007).
Sikap dan jiwa meneliti atau jiwa menjadi seorang sainstis perlu ditumbuhkan
di dalam diri guru sehingga baik meneliti atau mengajak berinvestigasi pada siswa
menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan. Keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk menjadi seorang saintis pun perlu dikembangkan pada diri seorang
guru biologi, yang mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, merencanakan percobaan, mengidentifikasi variabel percobaan,
menginterpretasi data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil
(Anggraeni, 2006).
Sejalan dengan hal itu, Schwab (dalam Chiapetta & Koballa, 2010)
mengemukakan bahwa mengingat pentingnya inkuiri dalam mengajar sains, guru
sains harus memahami ide ini dalam rangka memajukan literasi sains. Untuk alasan
ini, Schwab mengusulkan bahwa kita harus membantu siswa untuk menyadari
bagaimana ilmuwan menafsirkan informasi dan membentuk gagasan, begitupun pada
buku-buku teks dan guru sains, seharusnya bukan hanya sekedar menyajikan
fakta-fakta dan hasil penyelidikan ilmiah, tetapi mereka harus menunjukkan bagaimana
produk ini dihasilkan oleh para ilmuwan, bagaimana tubuh pengetahuan tumbuh dan
Dari paparan diatas terlihat bahwa guru merupakan ujung tombak dalam suatu
proses pembelajaran. Dimana kemampuan guru memiliki peranan penting terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dan kualitas proses pembelajaran (Widodo et al.,
2006). Dengan demikian peningkatan kompetensi guru dalam melangsungkan
pembelajaran menjadi sangat penting.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang tercantum dalam
konteks pendidikan nasional, UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, PP No
74 tahan 2008 tentang guru, Permendiknas No 16 tahun 2007 menyatakan bahwa
kualifikasi akademik guru memiliki empat kompetensi yang terdiri atas kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
Kemampuan guru biologi untuk mengembangkan metode ilmiah, sikap ilmiah, dan
pemanfaatan metode inkuiri dalam proses pembelajaran merupakan bagian integral
dari kompetensi profesional yang wajib dimilikinya. Oleh karena itu, penelitian
tentang kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru biologi dalam melakukan
inkuiri ilmiah sangat penting untuk diteliti karena melalui kegiatan inkuiri ilmiah
guru biologi dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan inkuiri atau
penyelidikan ilmiah.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi masalah dalam
Sikap Ilmiah Guru Biologi SMA Di Kota Bandung Setelah Melaksanakan
Kegiatan Inkuiri Ilmiah? “
Untuk menjawab permasalahan di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan inkuiri guru biologi SMA di kota
Bandung setelah melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah?
2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah guru biologi SMA di kota Bandung
setelah melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah?
3. Bagaimanakah tanggapan dan kendala guru biologi SMA di kota Bandung setelah
melaksanakan inkuiri ilmiah?
C. Batasan Masalah
Untuk menjaga agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan menyimpang, maka
peneliti membatasi masalah pada penelitian ini dengan batasan sebagai berikut:
1. Kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru yang diamati adalah kemampuan dan
sikap ilmiah guru Biologi SMA setelah mengikuti kegiatan inkuiri ilmiah.
2. Indikator kemampuan inkuiri guru yang diukur yaitu kemampuan guru dalam
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan
suatu penyelidikan sederhana, mengumpulkan data hasil percobaan dan
3. Sikap ilmiah guru yang diukur yaitu sikap guru yang muncul saat melakukan
inkuiri ilmiah, seperti sikap ingin tahu, jujur, kritis, ingin menemukan, ulet dan
terbuka.
4. Kegiatan inkuiri ilmiah yang dilakukan guru yaitu serangkaian kegiatan guru untuk
membangun atau mengembangkan pengetahuan ilmiah dan melakukannya melalui
metode ilmiah sesuai dengan yang dilakukan ilmuan, yang dimulai dari latihan
melakukan inkuiri, merencanakan percobaan sederhana, melaporkan rencana
percobaan, melaksanakan percobaan dan melaporkan percobaan sederhana yang
telah dilakukan oleh guru.
5. Subjek penelitian adalah guru SMA yang mengikuti MGMP Biologi Kota
Bandung dan mengikuti program pendampingan guru yang diselenggarakan oleh
Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI sebanyak tiga orang, yang
diselenggarakan sebanyak 12 kali pertemuan
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah : Mendeskripsikan kemampuan inkuiri dan sikap
ilmiah guru dalam melaksanakan inkuiri ilmiah, menelaah tanggapan dan kendala
guru saat melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai
1. Bagi Guru
Sebagai suatu proses refleksi dan menilai kemampuan mereka sendiri dalam
melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah dan diharapkan dapat memberikan alternatif
dalam pembelajaran.
2. Bagi Peneliti
Memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek kemampuan inkuiri dan sikap
ilmiah guru dalam melaksanakan inkuiri ilmiah sehingga kemampuan inkuiri dan
sikap ilmiah sangat penting dimiliki oleh guru biologi.
3. Bagi peneliti lain
Memberikan data dan permasalahan yang dapat dikaji dari penelitian yang
memfokuskan kualitas guru dalam melaksanakan inkuiri lmiah
4. Bagi lembaga/ pemerintah
Mencetak guru yang unggul, berkompeten dan berkualitas, sehingga akan
mewujudkan dan menghasilkan siswa yang unggul, berkompeten dan berkualitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang
digunakan dalam penelitian ini, maka operasional dari masing-masing variabel yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan inkuiri guru SMA diartikan sebagai skor kemampuan inkuiri guru
yang ditunjukkan melalui hasil tes essay kemampuan inkuiri dengan indikator
seperti mengajukan pertanyan, merumuskan hipotesis, merencanakan dan
melaksanakan suatu percobaan sederhana, analisis data dan menyimpulkan (
Joyce & Weil, 2000). Data peningkatan kemampuan inkuiri guru diperoleh dari
selisih nilai postes dikurangi nilai pretes dibagi skor maksimum dikurangi skor
pretes (Meltzer, 2002)
2. Sikap ilmiah guru SMA diartikan sebagai skala sikap yang ditunjukkan oleh guru
melalui hasil tes skala sikap dengan indikator sikap antara lain : ingin tahu, jujur,
kritis, ingin menemukan, tekun dan terbuka (Brotowidjoyo dalam Ulum, 2007).
Sikap ilmiah guru dijaring melalui skala sikap ilmiah yaitu skala Likert, dimana
berisi pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap ilmiah
dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) ( Ridwan, 2002).
3. Kegiatan inkuiri ilmiah adalah kegiatan mini riset melalui serangkaian kegiatan
melakukannya melalui metode ilmiah sesuai dengan yang dilakukan ilmuan
dengan cara melakukan percobaan sederhana seperti mengajukan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan suatu percobaan
sederhana, analisis data dan menyimpulkan data.
B. Metode dan Desain Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain the
one group pre-test pos-test (pretes postes kelompok tunggal eksperimen). Perbedaan
antara tes awal dan tes akhir (gain) diasumsikan sebagai efek dari perlakuan. Data
tentang kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru diperoleh pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan inkuiri ilmiah. Dalam desain penelitiannya terdapat
langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, dapat dilihat pada tabel
3.1 :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Pre-test Perlakuan Post-test
O1 X O2
(Arikunto, 2006)
Keterangan :
O1 : Tes awal kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru
X : Pendampingan kegiatan inkuiri ilmiah guru
O2 : Tes akhir kemampuan inkuiri guru dan sikap ilmiah guru
Subjek penelitian ini adalah guru biologi SMA di kota Bandung yang
berjumlah 10 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil
sampel berdasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Guru yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah guru biologi yang mengajar di SMA dan
aktif dalam MGMP dengan latar belakang sarjana pendidikan Biologi.
D.Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan untuk penelitian ini, maka
instrument penelitian yang digunakan adalah:
a. Tes Kemampuan Inkuiri
Tes kemampuan inkuiri terdiri dari pretes dan postes, soal yang dibuat
berbentuk essai. Butir-butir soal untuk mengukur kemampuan inkuiri guru
dikembangkan dengan berpedoman kepada pembelajaran khususnya dari indikator
yang digunakan dan mengacu kepada kemampuann inkuiri: mengajukan
pertanyaan (merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis), merencanakan dan
melaksanakan percobaan sederhana (identifikasi variabel, melaksanakan
percobaan, menggunakan alat dan bahan), analisis data (interpretasi data,
mengkomunikasikan data) dan menyimpulkan data. Langkah-langkah penyusunan
tes kemampuan inkuiri adalah sebagai berikut:
2) Menyusun soal beserta kunci
3) Soal dan kunci jawaban yang telah disusun kemudian dijudge oleh dosen
pembimbing dan dosen ahli pembelajaran, hal ini bertujuan untuk mengetahui
validasi isi, kesesuaian antara indicator dengan soal, dan kesesuaian soal
dengan kunci jawaban.
4) Melakukan ujicoba soal yang telah dijudge kepada guru biologi SMA pada
umumnya
5) Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilita, tingkat kesukaran dan daya
pembeda.
Soal essai yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 soal. Materi
yang diujikan yaitu salah satu materi biologi yang meliputi aspek kemampuan
inkuiri. Sebelum digunakan dalam penelitian ini, seperangkat butir soal tersebut
telah diujicobakan pada guru biologi SMA untuk mengetahui tingkat kesukaran ,
validasi, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal secara waktu yang
digunakan untuk mengejakan soal secara keseluruhan. Dari 15 soal yang
diujicobakan, kemudian dianalisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukarannya dengan program Anates, sehingga terpilih 14 soal yang digunakan
dalam penelitian
b. Instrumen Tes Skala Sikap
Skala sikap ilmiah digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan
sikap guru terhadap kegiatan inkuiri. Skala sikap yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan indikator sikap. Setiap pernyataan yang dibuat ada yang bersifat
positif dan negatif. Pedoman penskoran jawaban skala sikap yang diberikan pada
guru dapat dilihat dalam tabel 3. 2
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Jawaban Skala Sikap
(Riduwan, 2002)
Berdasarkan tabel 3.2, bahwa setiap pernyataan dihubungkan dengan
jawaban atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan lima pilihan yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Instrumen
yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Skala sikap ilmiah diberikan pada saat pretes dan postes.
Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan guru sebagai hasil dari
kegiatan inkuiri ilmiah.
d. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru terhadap
kegiatan inkuiri ilmiah. Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang pilihan
jawabannya telah disediakan (angket terstruktur). Menurut Ridwan (2002) angket
terstruktur merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa Jawaban pernyataan positif Skor Jawaban Pernyataan Negatif Skor
Sangat setuju (SS) 3 Sangat setuju (SS) 0
Setuju (S) 2 Setuju (S) 1
Tidak setuju (TS) 1 Tidak setuju (TS) 2
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang atau tanda cheklist.
Langkah penyusunan angket tanggapan guru terhadap kegiatan inkuiri
ilmiah ini adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing.
Pernyataan dalam angket guru yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
persepsi guru tentang pemahaman inkuiri, sikap ilmiah, persepsi guru tentang
kegiatan inkuiri ilmiah, permasalahan yang dihadapi oleh guru selama kegiatan
inkuiri ilmiah, mengidentifikasi kegiatan inkuiri ilmiah. Angket hanya diberikan
pada guru setelah seluruh kegiatan inkuiri ilmiah.Teknik pengolahan data angket
dengan menggunakan presentase jumlah tanggapan guru.
e. Wawancara
Format wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang sikap
ilmiah guru dan kemampuan guru melakukan inkuiri serta menelaah tanggapan
guru dan kendala guru dalam melakukan inkuiri ilmiah.
f. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang ditulis peneliti atau observer dalam
kegiatan guru sehari-hari yang tidak terekam oleh angket, wawancara dan tes.
Catatan ini digunakan untuk perbaikan atau menjadi informasi tambahan dalam
penelitian ini.
Untuk mendapatkan instumen tes yang benar-benar dapat mengukur
kemampuan subjek penelitian dengan tepat, maka sebelum instrument tes diuji
cobakan pada guru yang mempunyai kesamaan dengan subjek yang akan diteliti.
Data hasil uji coba instrument tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau
tidaknya instrument tes dipakai dalam penelitian. Analisis dilakukan dengan
menggunakan program analisis butir soal essai ANATES terhadap parameter yang
meliputi validitas butir soal, reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir soal, dan daya
pembeda butir soal.
a. Kemampuan Inkuiri
Dari 15 soal yang diujicobakan, soal kemudian dianalisis. Diperoleh 9 soal
memiliki hasil yang baik dan 5 soal direvisi, dan 1 soal yang tidak layak untuk
digunakan sebagai instrumen penelitian, sehingga diperoleh 14 soal yang digunakan
dalam penelitian. Adapun analisis instrumen tes yang digunakan dalam penelitian
diuraikan sebagai berikut :
1) Validitas Tes
Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu
mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas yang diukur adalah uji
validitas isi dan uji validitas kriteria.
Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen yang memiliki
keahlian dibidang materi biologi, untuk memnilai kesesuaina standar isi materi
yang ada di dalam instrumen tes. Uji validitas dapat dihitung dengan
( )( )
Penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut
(Arikunto, 2006) dapat dilihat pada Tabel 3.3:
Tabel 3.3 Derajat Validitas Soal
Rentang Keterangan 0.8 – 1.00 Sangat tinggi
0.6 – 0.79 Tinggi
0.4 – 0.59 Cukup
0.2 – 0.39 Rendah
0.0 – 0.19 Sangat butir soalrendah
(Arikunto, 2006)
Dari 14 soal yang digunakan dalam penelitian, maka didapatkan 9 soal
(60%) termasuk kategori tinggi dan 5 soal (33,3%) termasuk kategori rendah dan
tidak ada satupun soal yang memiliki validitas yang cukup, sangat rendah ataupun
sangat tinggi. Validitas perhitugan analisis validitas instrumen tes selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran B. 1
2) Reliabilitas Tes
Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
pada situasi yang berbeda-beda. Pengujian reliabilitas pada tes ini menggunakan
Rumus Alpha sebagai berikut :
( )
r11 = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
Σδ12= jumlah varians skor tiap-tiap item δ12 = varians total
Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Berdasarkan perhitungan reliabilitas soal hasil ujicoba diperoleh nilai 0,59
dengan hasil derajat keterandalan soal kategori cukup. Perhitungan analisis
reliabilitas tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 2
3) Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tergolong sukar, sedang atau mudah. Uji tingkat kesukaran soal dapat juga
N
TK = tingkat kesukaran suatu butir soal
N = jumlah seluruh subyek yang ikut tes
Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3. 6 di
bawah ini:
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa taraf kesukaran tiap butir
soal diperoleh 8 soal (57,14 %) termasuk kategori sedang dan 5 soal (35,71%)
termasuk kategori mudah dan 1 soal (7,14 %) sangat mudah. Perhitungan analisis
tingkat kesukaran instrument tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 3
4) Daya Pembeda
Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap
butir soal mampu membedakan (kemampuan) guru kelompok atas dengan guru
kelompok bawah. Uji daya pembeda dapat juga dihitung dengan menggunakan
Keterangan:
termasuk kategori jelek. Perhitugan analisis daya pembeda istrumen tes
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 4
Hasil ujicoba instrumen soal kemampuan inkuiri yang telah dianalisis dapat
dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:
Tabel 3.7
Hasil Ujicoba Instrumen Soal Kemampuan Inkuiri
Sumber : Lampiran B. 5
Keterangan:
MP : Mengajukan Pertanyaan
MH : Merumuskan Hipotesis
MPER : Merencanakan Percobaan
MPEL : Melaksanakan percobaan
AD : Analisis Data
M : Menyimpulkan
Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen, maka disusunlah kisi-kisi soal
kemampuan ikuiri berdasarkan indikator kemampuan ikuiri. Kisi-kisi soal
kemampuan ikuiri dapat bdilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:
Jumlah 14 Sumber : Lampiran A. 1
Dari tabel 3.8 diketahui sebaran soal kemampuan inkuiri, 2 soal termasuk
kedalam aspek mengajukan pertanyaan, 2 soal tentang membuat hipotesis, 3 soal
tentang merencanakan percobaan dan 2 soal tentang melaksanakan percobaan, 2
soal tentang analisis data dan 2 soal tentang menyimpulkan.
b. Sikap Ilmiah
Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah guru (Natawidjaja, 1986)
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah. Aspek yang ditelaah
meliputi: rasa ingin tahu, jujur, ingin menemukan, kritis, tekun dan terbuka.
2. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan
memiliki kecenderungan positif atau negatif
3. Konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi isi, menelaah
kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.
4. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba
pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada guru-guru biologi
5. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga skala
dapat berharga 3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3 untuk setiap
pernyataan negatif. Berdasarkan hasil uji coba, dari % pernyataan sikap
dan memenuhi kriteria skala 3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala
0-1-2-3 untuk setiap pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan
selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran pernyataan sikap
ilmiah hasil penelitian.
Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban pernyataan
dilakukan dalam beberapa tahapan (Sumarno, 1988) yaitu:
i. Mempersiapkan tabel perhitungan bobot skor
Tabel 3. 9
Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Negatif
Kategori STS TS S SS
F P PK PK Tengah
Z Z+…. Nilai Skala
Tabel 3.10
Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Positif
Kategori SS S TS STS
F P PK PK Tengah
ii. Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban
iii. Menghitung proporsi (p) dari tiap pilihan jawaban dengan
menggunakan rumus:
Keterangan : P = Proporsi f = Nilai frekuensi
iv. Menghitung proporsi kumulatif (pk)
Ket : pk = proporsi kumulatif
p = proporsi dalam kategori itu
n = kategori ke….
v. Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif (pk-tengah), dengan
rumus:
vi. Menentukan nilai z dengan mengkonversikan harga mean proporsi
kumulatif ke dalam harga Z tabel
vii. Menghitung nilai z + nilai mutlak. Nilai mutlak diperoleh dari nilai
yang paling rendah nilainya (untuk menghilangkan nilai negatif)
viii. Menentukan pembuatan P = f / n
pk=p1
pk2= pk1 + p2
pkn = pkn-1 + pn
pk tengah 1 = ½ pk1
pk-tengah 2 = ½ (pk1+pk2)
Pembulatan untuk pernyataan positif yaitu tiga untuk jawaban sangat
setuju (SS), dan untuk jawaban setuju(2), satu untuk jawaban tidak
setuju (TS), dan nol untyuk jawaban sangat tidak setuju (STS).
Sebaliknya pembulatan pada pernyataan negatif. Penentuan skor dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.11 Skor Alternatif Jawaban
Jika hasil pembulatan sesuai dengan tabel diatas atau memiliki
gradasi angka yang mirip dengan pembulatan tersebut maka pernyataan
tersebut dapat digunakan. Sebaliknya hasil pembulatannya tidak sesuai
dengan ketentuan tersebut maka pernyataan tersebut tidak digunakan.
6. Menyeleksi butir pernyataan
Butir pernyataan yang diikutsertakan hanyalah butir-butir pernyataan
yang baik. Suatu item butir soal pernyataan yang baik yaitu yang
memiliki daya beda yang tinggi. Untuk memperoleh pernyataan yang baik
setiap pernyataan yang telah terpilih sebelumnya diuji menggunakan t test
Langkah – langkah penyeleksian item skala sikap, yaitu:
Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S TS STS
Positif 3 2 1 0
i. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan
masing-masing kelomok 25 % dari jumlah siswa yang telah diurutkan
skor item skala sikapnya, mulai dari skor tertinggi sampai terendah
ii. Membuat tabulasi terhadap distribusi jawaban pada setiap kategori
respon setiap pernyataan
iii. Menentukan perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua
kelompok dengan menggunakan formula t-tes sebagai berikut:
Keterangan: x = Rata-rata skor pernyataan S2 = Varians skor pernyataan
n = Banyaknya subjek dalam suatu kelompok (A) = kelompok atas
(B) = kelompok bawah
7. Membandingkan Nilai thitung nilai ttabel, karena jumlah masing-masing
responden dari kelompok atas dan bawah kurang dari 25 orang maka
digunakan t tabel yang diperoleh dari tabel distribusi t dengan α 0,05
dan dk 8 yaitu 1,89. Pernyataan pernyataan yang mempunyai nilai
thitung > t tabel. maka pernyataan tersebut mempunyai daya pembeda dan
valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian (Arikunto, 2006)
Tabel 3.12
Hasil Ujicoba dan Validasi Instrumen Skala Sikap
2 2 + 2,17 1,89 Valid Digunakan
Dari data hasil ujicoba di atas, dari 42 pernyataan sikap ilmiah yang telah
disusun terdapat 30 pernyataan yang memenuhi kriteria pedoman penyekoran
soal skala sikap. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai
dianalisis yang meliputi pembakuan bobot skor untuk masing-masing
pernyataan, validasi hasil ujicoba. Diperoleh 30 soal skala sikap yang digunakan
dalam penelitian.
Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen, maka disusunlah kisi-kisi
pernyataan sikap ilmiah guru berdasarkan indikator sikap ilmiah. Kisi-kisi
pernyataan sikap ilmiah dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini:
Tabel 3.13
Kisi-Kisi Instrumen Pernyataan Sikap Ilmiah
No
Indikator No Soal ∑ soal
+ -
1 Rasa ingin tahu 2 , 4, 5,7 1, 3, 6 7
2 Jujur 8, 10 9, 11 4
3 Kritis 12, 14 13, 15 4
4 Ingin menemukan 16, 18 17, 19 4
5 Tekun/Ulet 20, 22, 24 21, 23 5
6 Terbuka 25, 27, 29 26, 28, 30 6
Jumlah 16 14 30
Sumber : Lampiran A. 3
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan, meliputi:
a. Observasi sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian
c. Membuat instrumen penelitian
d. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen (Judger) yang
berkompeten dengan masalah yang akan diteliti.
e. Uji coba instrumen
f. Perbaikan dan perbanyakan instrumen
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a. Menentukan guru yang akan digunakan dalam penelitian
b. Pelaksanaan pre tes (soal bermuatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah)
c. Pelaksanaan kegiatan inkuiri ilmiah
d. Pengambilan data kemampuan psikomotor siswa (lembar observasi)
e. Pengambilan data aktivitas guru selama kegiatan inkuiri ilmiah berlangsung
(lembar observasi)
f. Pelaksanaan postes (soal bermuatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah)
g. Wawancara dan penyebaran angket (menjaring tanggapan guru)
3. Tahap Pengolahan Data, meliputi :
a. Pengolahan data kemampuan inkuiri guru
b. Pengolahan data sikap ilmiah guru
c. Pengolahan data observasi guru
d. Pengolahan data angket dan hasil wawancara
Pada tahap pelaksanan, garis besar langkah-langkah kegiatan inkuiri ilmiah
adalah sebagai berikut:
b. Pendamping (dosen) menyajikan situasi yang mengundang timbulnya masalah
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan melalui percobaan
c. Pendamping (dosen) memimpin pembahasan mengenai perumusan masalah
dan penyusunan hipoteis.
d. Pendamping (dosen) membimbing guru untuk melakukan percobaan uji coba
e. Guru melaksanakan percobaan , mengumpulkan data dan menyusun data
f. Guru merencanakan dan membuat langkah-langkah percobaan sederhana
secara inkuiri
g. Guru melaporkan hasil percobaan sederhana dengan presentasi dan laporan
h. Pendamping (dosen) memimpin pembahasan mengenai kesimpulan/ laporan
percobaan guru
i. Peneliti menyelenggarakan postes
F. Tehnik Pengumpulan Data
Tabel 3. 14
Data Sumber
G. Analisis dan Penyajian Data
1. Kemampuan Inkuiri dan sikap Ilmiah Guru
a. Menentukan skor kemudian merubahnya dalam bentuk nilai.
Skor dihitung dari jumlah setiap jawaban siswa yang benar saja. Skor yang
telah diperoleh kemudian dirubah menjadi nilai dengan ketentuan:
Nilai siswa = x 100%
Uji prasyarat digunakan untuk menentukan apakah data dapat dianalisis
menggunakan uji parametrik atau non parametrik. Dalam penelitian ini data
diolah dengan menggunakan uji parametrik terlebih dahulu, karena untuk
mengetahui normalitas data dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dil1akukan
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak
1) Uji Normalitas
Data Kemampuan Inkuiri yang mencakup nilai hasil pretes dan postes
dianalisis dengan menggunakan SPSS versy 17.0 untuk mengetahui distribusi
normalitas data dengan menggunakan One Sample Kolmogrov –Smirnov test.
Dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini:
Tabel 3. 15
Uji Normalitas Kemampuan Inkuiri
Skor rata-rata
Pretes Postes N-Gain
N 10 10 10
Rerata 24.70 30.90 34, 70.
Kolmogrov Smirnov 0,424 0,54 0,67 Asymp. Sig (2 tailed) 0,99 0,93 0,76
Kesimpulan Normal
Sumber : Lampiran D. 1
Dari tabel 3.13 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas skor pretes,
postes dan gain yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru diperoleh
signifikansi 0,99 > 0,05 utuk tes awal ; 0,93 > 0,05 untuk tes akhir dan 0,76 >
0,05 untuk gain. Dengan demikian dapat disimpulkan baha skor tes awal, tes
akhir dan gain yang dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru signifikansinya
> 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Data sikap ilmiah yang mencakup nilai hasil tes awal dan tes akhir
normalitas data dengan menggunakan One Sample Kolmogrov – Smirnov test dan
untuk uji homogenitasnya menggunakan Levene test (Triton, 2006:83).. Dapat
dilihat pada tabel 3. 14 di bawah ini:
Tabel 3. 16 Uji Normalitas Sikap Ilmiah
Skor rata-rata
Pretes Postes N-Gain
N 10 10 10
Rerata 50.90 55.00 0,0990
Kolmogrov Smirnov 0,568 0,843 0,491 Asymp. Sig (2 tailed) 0,903 0,476 0,969
Kesimpulan Normal
Sumber : Lampiran D. 2
Dari tabel 3.14 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pretes yang
dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru diperoleh signifikansi 0,903 postes
0,476, dan n-gain 0,97. . Dengan demikian signifikansi skor pretes , postes dan
Gain > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretes, postes dan gain
kemampuan inkuiri guru berdistribusi normal.
2) Homogenitas
Data Kemampuan Inkuiri yang mencakup nilai hasil tes awal dan tes akhir
dianalisis dengan menggunakan SPSS versy 17.0 untuk mengetahui distribusi
normalitas data dengan menggunakan Levene test (Triton, 2006). Dapat dilihat
pada tabel 3.15 di bawah ini:
Tabel 3.15
Uji Homogenitas Kemampuan Inkuiri
Statistic
data kemampuan inkuiri guru adalah homogen.
Tabel 3.16
Uji Homogenitas Sikap Ilmiah
Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig Skor Pretes-Postes 2.476 1 18 .133
Kesimpulan Homogen
Sumber : Lampiran D.2
Dari tabel 3.16 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas skor tes awal,
tes akhir adalah 0,133, maka signifikansi kemampuan inkuiri guru > 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan baha skor tes awal, tes akhir dan gain yang
dinormalisasi data kemampuan inkuiri guru variansi nya homogen.
c. Peningkatan (Gain)
Peningkatan kemampuan inkuiri dan sikap ilmiah guru sebelum dan sesudah
kegiatam inkuiri ilmiah dihitung dengan rumus g faktor (gain skor ternormalisasi),
Spre = skor pre-test Spost = skor post- test Smaks = skor maksimum
Tingkat perolehan skor dikategorikan atas tiga kategori, yaitu:
Tinggi : g > 0,7 Sedang : 0,3 < g < 0,7 Rendah : g < 0,3
2. Analisis Angket dan Wawancara
Analisis angket dengan menggunakan analisis deskriptif dan
interpretasinya berdasarkan persentase dari alternatif jawaban yang telah
dikemukakan oleh responden. Analisis tersebut menempuh tahapan sebagai
berikut :
a. Membuat tabel dengan lajur : nomor urut pertanyaan, alternative jawaban,
frekuensi jawaban, dan persentase.
b. Mencari frekuensi jawaban (f) dengan jalan menjumlah talinya dari setiap
alternative jawaban.
c. Mencari frekuensi keseluruhan (n) dengan menjumlah frekuensi jawaban dari
setiap alternative jawaban
d. Mencari nilai persentase dengan jalan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = Persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban terhadap salah satu poin (alternative jawaban) n = Jumlah responden yang memberi jawaban
Instrumen angket sebelumnya diuji coba terlebih dahulu. Uji coba
dilakukan terhadap 18 orang calon guru. Hasil uji coba secara lengkaapnya
dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan responden mampu menjawab semua
pertanyaan yang diberikan tanpa ada keluhan / kendala, instrument ini telah
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan inkuiri ilmiah dapat meningkatkan kemampuan inkuiri (0,63) dan sikap ilmiah guru
(0,53) secara signifikan dan berada pada kategori sedang. Pada umumnya guru berpendapat
bahwa kegiatan inkuiri ilmiah dapat menigkatkan pemahaman tentag inkuiri, melatih bersikap
ilmiah, pemahaman konsep, dan motivasi guru dalam merencanakan sutau pembelajaran dan
percobaan sederhana untuk siswa. Meskipun selama pelaksanaan kegiatan inkuiri ini guru
mengalami kendala-kendala di lapangan (100%) namun hal tersebut tidak membuat guru
menjadi kehilangan semangat untuk terus melaksanakan kegiatan inkuiri ilmiah.
A. Saran
1. Bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih dalam mengenai kemampuan inkuiri dan sikap
ilmiah guru yang terjadi selama berinkuiri, sebaiknya penelitian dilakukan pada sampel
yang lebih besar dan berdasarkan jenjang sekolah yang bervariasi sehingga dapat
diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan dinamika inkuiri
secara luas, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lengkap dan dapat menggambarkan
kemampuan seluruh guru Biologi dalam melakukan inkuiri ilmiah
2. Bagi guru biologi : Dalam menunjang kemampuan inkuiri (dalam hal ini pelaksanaan
percobaan sederhana) guru dalam pembelajaran Biologi, sebaiknya diupayakan
pengertian pada guru agar keterbatasan waktu dan kurangnya literatur bukan lagi menjadi
kendala dalam pelaksanaan mini riset. Guru hendaknya dapat mengatur waktu dan
hendaknya guru senantiasa diberi motivasi agar tetap dapat melaksanakan penelitian
sebagai suatu bentuk inkuiri yang disyaratkan dalam pembelajaran sains (Biologi).
3. Bagi pedidik (guru biologi) diharapkan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan suatu
pembelajaran kepada siswa dengan inkuiri ilmiah sehingga siswa mampu berpikir dan
DAFTAR PUSTAKA
Alberta (1998). Biology 20-30 (Senior High). Edmonton, Canada
http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca. [ 3 Mei 2005].
Alberta. (2004). Focus on inquiry : a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Edmonton, Canada : http://www.Irc.learning. Gov. ab.ca [ 7 Maret 2005].
Alpusari, M. (2008). “ Dampak Kemampuan Inkuiri Guru Terhadap Peningkatan Keterampila Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Ani, Tri. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press
Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan
Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan
_________, dkk. (2007). Analisis Kinerja Calon Guru Biologi sebagai Agen Pembelajaran.Dana Masyarakat. LP. UPI
__________. (2007). Program Developed of General Biology Inquiry Based Course for Preservice Biology Teachers. Proceeding of The First International Seminar on Science Education. Science Education Facing Against the Challenges of the 21 Century, 231-241.
Anonim. (2007). Naskah Akademik, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Asbullah. (2004). Upaya Sekolah dalam menigkatkan Kualitas Lulusa di SMPN 29 Pekan Baru. Laporan Field Study PPS UPI. Tidak diterbitkan
Baharudin, dkk. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual, Sikap dan Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi
Selatan Membangun Model Analog dan Model Mental. Disertasi IKIP
Bandug: Tidak diterbitkan
Ulum. (2007). Sikap Ilmiah, diambil dari http:
BSNP, (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.Jakarta.
Carin. A.A. (1997). Teaching Science Through Discovery. 8th.ed. New Jersey : Prentice Hall. Inc.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006) . Psikologi Sosial. Malang : UMM Press Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Standar Penilaian Buku Pelajaran
Sains: Jakarta.
__________ (2002). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi SMA & MA. Jakarta : Puskur Balitbag
___________ (2006). Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains: Jakarta.
Dini, K. F. (2011). Dinamika Inkuiri Yang Ditunjukkan Guru Biologi SMA Kota Bandung Ketika Melakukan Inkuiri Terbuka. SPS UPI: Tidak diterbitkan.
Chiappetta, E.L., & Koballa, T.R. (2010). Science instruction in the middle and secondary schools: Developing fundamental knowledge and skills. New York: Allyn & Bacon.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Galileo Educational Network. (2004). What is Inquiry ? Inquiry & ICT. Retrieved July 12, 2004, from http://www.galileo.org/inquiry-what.html
Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Hasan, Alwi. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka
Harlen, W. (1993). The Teaching of Science.London: David Fulton Publisher Ltd
Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inquiry. [Online]. Tersedia: http://kpicenter
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon
Kautz, Ulrich. (2002). Handbuch Didaktik des Ubersetzens und Dolmetschens.
Munchen : Iudicium & Goethe- Institut
Kurniawati, T (2011). Kualitas Laporan Mini Riset Yang Dilakukan Oleh Guru-Guru Biologi SMA Di Bandung. Tesis SpS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Pengembangan dan Pengukurannya. Jakarta: Edisi Pertama, Ghalia Indonesia
Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics preparation in physics and other sciences: The need for special science course for teachers. Am. J. Phys. 58(8). 734-742
Nasution, A.S. (2004). Kajian Mengenai Kemampuan-Kemampuan Inkuiri Ilmiah dalam Pembelajaran CUPs Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Natawidjaja, R. (1979), Psikologi pendidikan, Jakarta: Arief Jaya
National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washinghon, DC: National Academy Press.
___________(2000). Inquiry and the national science education standards. Washington DC: National Academy Press.
NSTA &AETS. (1998). Conten on Standars for Science Teacher Preparation.
Pusat Kurikulum. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Diknas.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Russeffendi, H. E. T (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Ikip Bandung Press
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sardjono. (2000). Permasalah Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya Pemecahannya. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA. FMIPA UM Malang.
Shavelson Shavelson, Richard & Towne Lisa (2002). Scientific Research in Education. http://www.nap.edu/catalog/10236.html
Sund & Trowbridge. (1973). Becoming a Secondary School Science Teacher. Toronto : A Bell & Howell Co.
Susanto, P. (2003). Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis Kostruktivisme. Malang : Universditas Negeri Malang.
Suyitno, Amin dkk. (1997) . Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Triton P. B. (2006). SPSS 13.0 terapan Riset Statistik Parametrik. Jogjakarta: Andi
Wenning, Carl J. (2007). “Assesing inquiry Skills as A Component of scientific Literacy”.Journal Physics Teacher Education. Online, 4(2), Winter 2007
Widodo, Riandi, Wulan, Amprasto. (2006). Dampak Program-Program Peningkatan profesionalisme Guru Sains Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sain di Sekolah. Laporan Penelitian Hibah Kebijakan : Tidak diterbitkan