PERANAN KARDINAL DI KERAJAAN PRANCIS PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
RESTI RUBIYANTI 0704681
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERANAN KARDINAL DI KERAJAAN PRANCIS PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
Oleh
Resti Rubiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Resti Rubiyanti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan
Louis XV tahun 1726-1743”. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah
“Bagaimana peran kardinal di Kerajaan Perancis pada masa pemerintahan Louis XV
tahun 1726-1743”. Masalah utama tersebut terbagi ke dalam empat pertanyaan penelitian yaitu (1) mengapa Louis XV memberikan kekuasaan kepada Kardinal Fleury di bidang pemerintahan?, (2) bagaimana kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum pemerintahan Kardinal Fleury?, (3) Bagaimana Bentuk pemerintahan Kardinal Fleury pada Masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?, dan (4) Bagaimana pengaruh Pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang pemerintahan dan ekonomi Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743?. Kajian ini menggunakan teori kekuasaan, teori kekuasaan negara, teori konflik, dan teori ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan mengambil konsep dari ilmu Politik, yaitu konsep kekuasaan, konsep konflik yang diperoleh dari ilmu Sosiologi, serta konsep ekonomi merkantilisme yang diambil dari ilmu Ekonomi. Berdasarkan hasil temuan maka diperoleh pertama, pemerintahan sebelum Kardinal Fleury yaitu masa pemerintahan Louis XIV dan Pemerintahan Perwalian harus menghadapi masalah krisis ekonomi yang terjadi akibat pemerintahan Louis XIV yang mengeluarkan dana besar untuk membiayai perang dan pembangunan Istana Versailles. Kedua, Kardinal Fleury memegang kekuasaan berdasarkan kepercayaan dari raja dan masyarakat atas kemampuannya dalam mengelola pemerintahan. Ketiga, pada masa pemerintahannya Kardinal Fleury memberlakukan sistem ekonomi merkantilis untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Prancis.
Keempat, Kardinal Fleury berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara di
Abstract
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ...
I ii iii v 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah …... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.5 Struktur Organisasi ...
1 4 5 5 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA …...... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1Prancis Sebelum Pemerintahan Kardinal Fleury...
2.1.2 Monarki Absolut …...………...
2.1.3 Kardinal Fleury ……...……….
2.2 Landasan Teoritik ………...
2.2.1 Teori Kekuasaan ………..
2.2.2 Teori Kekuasaan Negara ………..
2.2.2.1 Teori Kekuasaan Negara Menurut Thomas Hobbes … 2.2.2.2 Kekuasaan Negara Menurut John Locke ………. 2.2.2.3 Kekuasaan Negara Menurut Montesquieu …………...
2.2.3 Teori Konflik Lewis Coser ………..
2.2.4 Teori Ekonomi Merkantilisme ……….
Resti Rubiyanti, 2013
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ……….…...……..
3.2.3 Proses Bimbingan ………...…….………
3.3 Pelaksanaan Penelitian ...
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ………
3.3.2 Kritik Sumber ……….…...………...
3.3.2.1Kritik Eksternal ……….……...………
3.3.2.2 Kritik Internal ……….………...………... 3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ………...…..
3.3.4 Historiografi ………...……..
BAB IV PERANAN KARDINAL FLEURY PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743……… 4.1 Prancis Sebelum Pemerintahan Kardinal Fleury ……….……
4.1.1 Masa Pemerintahan Louis XIV ……….. 4.1.2 Masa Pemerintahan Perwalian ……….
4.2 Prancis Pada Masa Pemerintahan Kardinal Fleury ………... 4.2.1 Latar Belakang Pemberian Kekuasaan Kepada Kardinal
Fleury...
4.2.2 Bentuk Pemerintahan Kardinal Fleury ……….. 4.2.2.1 Kebijakan Ekonomi ………..
4.2.2.2 Hubungan Luar Negeri ……….
4.3 Pengaruh Kekuasaan Kardinal Fleury Terhadap Pemerintahan Prancis
Pada Masa Louis XV 1726-1743……….…..
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...……….…….
5.1 Kesimpulan ……….. 5.2 Rekomendasi ………
DAFTAR PUSTAKA ………..
LAMPIRAN ……….
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Untuk mengkaji peran kardinal dalam bidang pemerintahan dan bentuk dari
pemerintahannya kita lihat dahulu apa itu kardinal dan tugasnya. Uskup atau kardinal
merupakan seorang rohaniawan Katolik, yg kedudukannya lebih tinggi daripada
imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam,
dan tugasnya adalah mengorganisasi pekerjaan dan tugas gereja di wilayah
(keuskupan) tertentu.
Menurut Wellem (2006: 204) bahwa “kardinal berada langsung di bawah paus
dan bertindak sebagai penasihat paus. Dewan kardinal menjalankan pemerintahan
gereja selama Takhta Suci kosong.” Wellem (2006: 204) juga mengungkapkan tiga
tingkatan kardinal yang mempunyai tugas yang berbeda-beda. Pertama, Kardinal
Imam adalah imam jemaat dari berbagai gereja katolik Roma. Kedua, Kardinal
Diakon yang bertugas untuk memelihara orang miskin dalam tujuh wilayah Roma.
Ketiga, Kardinal Uskup yang bertugas untuk membantu paus karena banyaknya
1726-1743. Hal serupa pun diungkapkan oleh Craig (1986: 664), by 1726, the chief
minister of the French court was Cardinal Fleury (1653-1743). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa adanya pembagian kekuasaan dalam bidang pemerintahan di
Prancis pada masa pemerintahan Kardinal Fleury.
Prancis merupakan suatu Negara yang berbentuk monarki absolut. Monarki
absolut adalah negara yang berbentuk kerajaan yang berprinsip seorang raja
mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Dalam monarki absolut, raja
adalah satu-satunya penguasa berdaulat di kerajaan dan tidak wajib
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di depan rakyatnya. Namun, konsep
kekuasaan absolut ini tetap memiliki keterbatasan, baik ditinjau secara hukum
maupun secara fakta di lapangan. Secara hukum, raja memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi, baik kepada rakyatnya maupun kepada Tuhan. Raja pun harus mematuhi
ketentuan adat yang disebut “hukum dasar” kerajaan, seperti pewarisan tahta
berdasarkan urutan kelahiran dengan meyisihkan anak perempuan. Kekuasaan absolut
ini juga dibatasi oleh situasi di lapangan, luasnya kerajaan yang relatif besar.
(Suhelmi, 2007: 232; [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki).
Kardinal Fleury diangkat menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan
Louis XV. Seperti yang diungkapkan di atas, kardinal merupakan pemimpin dalam
gereja katolik. Fleury sendiri merupakan seorang gerejawan di keuskupan Frejus.
Sebelum diangkat menjadi uskup, beliau sempat belajar teologi di Universitas
Carpentier (2011: 253) menyatakan bahwa “masa pemerintahannya [Fleury]
ini dikenal dengan masa perdamaian dan kemakmuran bagi Negara Prancis. Beliau
berhasil menyeimbangkan anggaran belanja dan pendapatan serta mendorong
kegiatan ekonomi yang tengah berkembang pesat.” Selain itu ia juga berhasil
mengurangi ketegangan antara Inggris dan Spanyol. Tahun 1727, usahanya ini
berhasil meredam permusuhan antara Inggris dan Spanyol sehingga tidak
berkembang menjadi konflik Eropa, meskipun demikian ia tidak dapat menghindari
peperangan di akhir pemerintahannya, yaitu perang suksesi tahta Austria. (Carpentier,
2007: 253)
Adapun alasan yang menjadi landasan peneliti untuk mengkaji hal tersebut
adalah: pertama, sebagai sebuah kajian dalam sejarah kawasan yang berhubungan
dengan bidang politik; kedua, Tahun 1726-1743 merupakan periode pemerintahan
Kardinal di Prancis pada masa Louis XV.
Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji masalah ini dengan
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang dipaparkan di atas, terdapat
permasalahan utama yang akan dikaji yaitu, Bagaimana peran kardinal di Kerajaan
Perancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743? Agar permasalahan
yang dikaji menjadi lebih jelas, peneliti akan memberikan batasan masalah tersebut
kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum
pemerintahan Kardinal Fleury?
2. Mengapa Louis XV memberikan kekuasaan kepada Kardinal Fleury di bidang
pemerintahan?
3. Bagaimana Bentuk pemerintahan Kardinal Fleury pada Masa pemerintahan
Louis XV tahun 1726-1743?
4. Bagaimana pengaruh Pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang
pemerintahan dan ekonomi Prancis pada masa pemerintahan Louis XV tahun
1726-1743?
1.3Tujuan Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tujuan penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan pemerintahan Prancis sebelum
pemerintahan Kardinal Fleury.
2. Mendeskripsikan latar belakang pemberian kekuasaan oleh Louis XV kepada
3. Menjelaskan bentuk dari pemerintahan Kardinal Fleury pada masa
Pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743.
4. Mendeskripsikan pengaruh pemerintahan Kardinal Fleury dalam bidang
pemerintahan dan ekonomi pada masa Louis XV tahun 1726-1743.
1.4Manfaat Penelitian
Dengan mengkaji pembahasan mengenai peranan kardinal di Kerajaan Prancis
pada masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743 terdapat beberapa manfaat yang
dapat dirasakan oleh penulis, diantaranya:
1. Memperkaya penulisan sejarah mengenai sejarah Eropa terutama tentang
sejarah Prancis.
2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian sejarah mengenai
peranan kardinal di bidang pemerintahan terutama pada masa Louis XV.
3. Khususnya bagi penulis sendiri, selain mendapatkan pengetahuan mengenai
Katolik, penulis juga dapat mengetahui sistem pemerintahan yang di jalankan
1.5Struktur Organisasi
Untuk lebih memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka peneliti
menggunakan struktur organisasi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, akan menguraikan beberapa pokok pikiran yang berkaitan
dengan latar belakang masalah mengenai peranan kardinal di Kerajaan Prancis pada
masa pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta struktur organisasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka merupakan teoritis dalam berpikir yang berisi konsep-kosep
dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep-konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah monarki Absolut, Kardinal Fleury. Sedangkan
teori yang digunakan adalah teori kekuasaan, teori kekuasaan negara, teori konflik,
dan teori ekonomi.
BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah metode dan teknik penelitian yang
penulis gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, serta
analisis dan cara penulisan. Metode yang digunakan terutama adalah metode historis.
Penelitian historis (historical research) adalah suatu usaha untuk menggali
fakta-fakta dan menyusun kesimpulan dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Didukung
oleh langkah-langkah penelitian yang mengacu pada proses metodologi penelitian
BAB IV PERANAN KARDINAL FLEURY PADA MASA PEMERINTAHAN LOUIS XV TAHUN 1726-1743
Bab ini merupakan isi utama dari tulisan sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan
mengenai beberapa sub bab yaitu, pertama Prancis sebelum pemerintahan Kardinal
Fleury, kedua Prancis pada masa pemerintahan Kardinal Fleury, ketiga Pengaruh
kekuasaan Kardinal Fleury terhadap kondisi pemerintahan dan ekonomi Prancis pada
masa pemerintahan Louis XV.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis
penelitian terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan
oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang
berjudul “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV
Tahun 1726-1743”. Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode historis. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (1999: 43) dalam bukunya
bahwa metode sejarah sebagai seperangkat aturan sistematis dalam mengumpulkan
sumber sejarah secara efektif, melakukan penilaian secara kritis dan mengajukan
sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan.
Selain itu penulis juga menggunakan teknik studi literatur dengan memakai
pendekatan interdisipliner. Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan oleh
penulis dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber
lain baik dari buku maupun sumber-sumber lainnya yang relevan. Sedangkan
pendekatan Interdisipliner adalah pemecahan suatu masalah dengan cara
menggunakan tinjauan dari berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
3.1 Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam melakukan
penelitian sesuai dengan masalah yang dikaji. Metode yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji
dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya
berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi (Gottschalk, 1986: 32).
Metode penelitian historis bertujuan untuk merekontruksi masa lalu secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memperifikasi
serta mensintesiskan bukti-bukti yang menjelaskan fakta untuk memperoleh
kesimpulan yang kuat. Penelitian dengan metode historis merupakan penelitian kritis
terhadap keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dengan
menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah
serta interpretasi dari sumber sejarah tersebut.
Langkah-langkah dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 34) terdiri
dari empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan untuk
2. Kritik, yaitu usaha menilai sumber-sumber sejarah. Semua sumber dipilih melalui
kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta yang sesuai dengan
permasalahan penelitian (Ismaun, 2005: 50). Dengan kritik eksternal diharapkan
hasil penelitian sejarah teruji dari sisi keaslian data yang digunakannya.
Sedangkan dengan kritik internal, diharapkan kasil penelitian sejarah teruji
kebenaran, keakuratan dan kerelevanan data tersebut untuk ditafsirkan dan
dijelaskan. Kritik sumber ada dua macam, yaitu:
a) Kritik ekstern atau kritik luar memiliki fungsi untuk menilai otensitas
sumber sejarah. Sumber otentik tidak mesti harus sama dengan sumber dan
isi tulisan dalam dokumen harus sembunyi dan sama dengan sumber aslinya,
baik menurut isinya yang tersurat maupun tersirat.
b) Kritik intern atau kritik dalam memiliki fungsi untuk menilai kredibilitas
sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya,
tanggung jawab dan moralnya. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh
mana bisa dipercaya) diadakan penilaian instrinsik terhadap sumber dengan
mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipunguti fakta-fakta sejarah
melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap
evidensi-evidensi dalam sumber.
3. Interpretasi atau penafsiran merupakan usaha memahami dan mencari hubungan
antar fakta sejarah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan rasional. Pada
tahap ini penulis melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta dan data dengan
tersebut kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji.
4. Historiografi adalah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah
menjadi suatu kisah yang jelas atau suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa
karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Ismaun, 2005; Sjamsuddin,
2007). Historiografi merupakan tahap terakhir dalam sebuah penelitian sejarah.
3.1.2 Teknik Penelitian
Penulis menggunakan teknik studi literatur atau studi kepustakaan dalam
melakukan penelitian ini. Teknik studi literatur merupakan teknik pengumpulan data
melalui sumber-sumber yang relevan, seperti buku, artikel-artikel dalam majalah,
jurnal, maupun sumber internet.
Setelah sumber-sumber tersebut didapatkan maka tahapan selanjutnya akan
dipelajari, dikaji serta diidentifikasi dan dikritisi baik secara eksternal maupun
internal, setelah itu penulis melakukan analisis. Dari hasil analisis ini menjadi acuan
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan langkah awal yang dilakukan penulis sebelum
penelitian dilakukan. Ada beberapa tahap di dalam persiapan penelitian ini yaitu
penentuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, dan proses dalam
bimbingan.
3.2.1 Penentuan Tema Penelitian
Pada tahap ini, langkah awal yang dilakukan oleh penulis adalah menentukan
tema penelitian. Tema yang diangkat oleh penulis adalah mengenai sejarah kawasan
khususnya Eropa. Karena dapat dikatakan sejarah kawasan terutama sejarah Eropa
khususnya negara Prancis sangat menarik perhatian penulis. Semenjak dari itu
penulis semakin kagum dan ingin mengetahui lebih banyak tentang Eropa.
Ketertarikan dan kesukaan terhadap mata kuliah ini tentunya didukung pula oleh
penjelasan dosen yang sangat membuat penulis kagum dan tidak pernah bosan
disetiap beliau mengajar.
Pada awalnya penulis merasa bingung dalam memilih tema atau topik yang
akan penulis kaji. Karena banyak hal yang menarik dari Sejarah Eropa, tetapi setelah
berdiskusi dengan teman-teman yang juga banyak memberikan masukan kepada
penulis pada akhirnya penulis memutuskan untuk menulis tentang negara Prancis.
Terutama mengenai masalah pemerintahan di Prancis.
Penulis merasa tertarik mengkaji tentang pemerintahan negara Prancis
pemerintahannya. Pemerintahan perwalian dapat dikatakan sangat berani dalam
mengambil suatu upaya untuk mengatasi masalah krisis yang sedang dihadapi dengan
diberlakukannya Sistem Law. Penulis ingin mengetahui bentuk dan pengaruh
kekuasaan yang dimiliki oleh kardinal dalam bidang pemerintahan dan ekonomi pada
masa Louis XV.
Setelah melakukan pencarian sumber mengenai sejarah Prancis terutama
bidang pemerintahannya ke beberapa perpustakaan dan toko buku, akhirnya penulis
mengajukan rancangan judul penelitian “Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis Pada
Masa Louis XV Tahun 1726-1743”. Selanjutnya tema penelitian ini diserahkan
kepada dosen TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Selanjutnya penulis
membuat proposal skripsi yang nantinya akan dipresentasikan.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu langkah awal yang harus dilakukan
sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini menjadi sebuah kerangka
dasar bagi penulis dalam membuat skripsi. Rancangan penelitian yang telah dibuat
oleh penulis berupa proposal skripsi. Proposal skripsi berisi judul penelitian, latar
dengan tema atau topik penelitian. Setelah semua data diperoleh kemudian penulis
membuat propsosal skripsi. Proposal tersebut kemudian dipresentasikan dalam
seminar proposal skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012.
Pada saat pelaksanaan seminar skripsi penulis banyak mendapat kritik dan
saran dari calon pembimbing skripsi dan dosen lainnya yang hadir pada saat itu.
Terutama pada bagian latar belakang masalah. Setelah proposal disetujui selanjutnya
turun Surat Keputusan penunjukan pembimbing dari TPPS (Tim Pertimbangan
Penulisan Skripsi) No. 046/TPPS/JPS/PEM/2012. Pembimbing I adalah Bapak Dr.
Nana Supriatna, M.Ed dan pembimbing II adalah Bapak Drs. Tarunasena.
3.2.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan salah satu proses penting dalam penyusunan skripsi
ini. Karena dalam setiap proses bimbingan penulis mendapat saran dan kritik dari
kedua pembimbing sehingga penulis menjadi lebih terarah dalam penyusunan skripsi
ini. Untuk waktu bimbingan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati
bersama sehingga proses bimbingan dapat berjalan dengan efektif dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh pembimbing I adalah
Bapak Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan pembimbing II adalah Bapak Drs. Tarunasena.
Pada setiap proses bimbingan biasanya membahas satu bab. Dimulai dari rancangan
Penulis mendapatkan banyak saran dari pembimbing I dan pembimbing II
diantaranya mengenai, latar belakang, dan rumusan masalah yang harus diperbaiki
dan lebih difokuskan lagi.
Manfaat yang diperoleh penulis dari proses bimbingan skripsi ini diantaranya
adalah penulis dapat bertanya mengenai permasalahan yang dihadapi selama proses
pembuatan skripsi ini. Selain itu penulis juga banyak sekali mendapat kritik dan saran
sehingga penulis menjadi tahu kelemahan dan kekurangan penulis serta lebih terarah
disetiap tahap pembuatan srkripsinya.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dikatakan sebagai tahap yang juga penting dalam
setiap karya penulisan. Karena pada tahap ini penulis membuat rancangan penelitian,
mempersiapkan serta mencari dan memilih data untuk mengkaji permasalahan yang
telah dirumuskan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut:
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
atau kegiatan manusia pada masa lalu (Sjamsuddin, 2007: 95). Sumber sejarah berupa
bahan-bahan sejarah yang memuat aktifitas manusia dimasa lalu yang berbentuk
tulisan atau cerita.
Pada tahap pengumpulan sumber ini penulis menggunakan waktu yang cukup
lama karena harus benar-benar mencari dan mengumpulkan sumber yang sesuai dan
tentunya relevan. Jenis-jenis sumber yang digunakan penulis adalah buku-buku, dan
sumber internet. Dalam pengumpulan sumber ini penulis menggunakan teknik studi
literatur.
Tempat pertama yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia. Buku-buku yang ditemukan berhubungan dengan sejarah
Prancis, pemerintahan Prancis dan tentang ilmu politik, diantaranya, “The New
Cambridge Modern History vol VII The Old Regime 1713-1763” karya G. N Clark
(1966), “Dasar-Dasar Ilmu Politik” karya Miriam Budiarjo (2004), “History of
Civilization The Revolutionary Period (The Age of Reason)vol IV (1942)” karya B.
Landon serta “Negara dan Revolusi Sosial, Suatu Analisis Komparatif Tentang
Prancis, Rusia dan Cina” karya T. Skocpol (1991).
Perpustakaan lain yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Universitas
Parahyangan di jalan Ciumbuleuit, dari perpustakaan ini penulis mendapat sumber
yang kemudian digunakan untuk tinjauan pustaka pada bab dua, yaitu buku
“Dinamika Gereja” karya T. Jacob (1979).
Selain mengunjungi perpustakaan penulis juga melengkapi sumber dengan
beberapa buku yang relevan diantaranya “Isu-Isu Kontroversial Dalam Sejarah
Barat” karya Hansiswany Kamarga dan Julius Siboro (2012).
Penulis juga mempunyai beberapa koleksi buku pribadi yang relevan yaitu,
“Sejarah Prancis Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20” karya Jean
Carpentier (2011), “Pemikiran Politik Barat” karya Ahmad Suhelmi (2007),
“Sejarah Sebagai Ilmu” karya Ismaun (2005), “Metodologi Sejarah” karya Helius
Sjamsuddin (2007).
Selain itu, penulis juga mendapat pinjaman buku dari Ibu Prof. Dr. Hj.
Hansiswany Kamarga, M.Pd. selaku dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas
Pendidikan Indonesia yang berjudul “The Heritage of World Civilizations” karya
Albert M Craig, et al yang diterbitkan oleh Macmillan Publishing Company pada
tahun 1986. Buku ini merupakan buku berbahasa Inggris yang di dalamnya
membahas sangat banyak dan detail mengenai sejarah Eropa dan Asia.
Semua sumber yang diperoleh ada yang berbahasa Inggris terutama mengenai
sejarah Prancis dan pemerintahannya. Sedangkan sumber yang menggunakan bahasa
Indonesia mengenai ilmu politik dan mengeni keuskupan. Setelah semua sumber
diperoleh selanjutnya penulis membaca, memahami, mengkaji dan membandingkan,
3.3.2 Kritik Sumber
Setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan tahap
selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik sumber
ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Sjamsuddin (2007: 131)
menjelaskan bahwa kritik sumber bagi sejarawan yang erat kaitannya dalam usaha
mencari kebenaran (truth). Karena seringkali sejarawan dihadapkan dengan
kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang
mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil.
Tujuan dari kritik sumber ini adalah supaya penulis tidak dengan mudah
menerima begitu saja data atau sumber yang telah diperoleh. Kita harus menguji apa
data sumber yang telah diperoleh itu benar-benar akurat dan dapat dipercaya. Pada
umumnya kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring
fakta yang memang menjadi pilihannya. Adapun kritik sumber yang dilakukan di
dalam penyusunan skripsi ini adalah kritik eksternal dan kritik internal.
3.3.2.1 Kritik Eksternal
Pada tahap ini penulis melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber
tertulis yang berupa buku-buku. Kritik eksternal merupakan cara untuk menilai
keaslian sumber sejarah. Kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari
sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk
suatu waktu sejak awal mulanya sumber itu telah dibuat oleh orang-orang tertentu
atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 134).
Hal penting yang harus diperhatikan pada saat melakukan kritik eksternal
ialah bahan, bentuk sumber dan asal dokumen, kapan dibuat (sudah lama atau belum
lama sesudah terjadi peristiwa yang diberitakan), dibuat oleh siapa, instansi apa, atau
atas nama siapa (Ismaun, 2005: 50).
Kritik eksternal dilakukan untuk memeriksa keaslian serta keakuratan sumber.
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menilai kelayakan sumber
sebelum mengkaji isi sumbernya. Salah satu contoh kritik eksternal yang dilakukan
penulis adalah kritik terhadap buku yang berjudul “Sejarah Prancis Dari Zaman
Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20” yang ditulis oleh Jean Carpentier, et al. Buku
ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa Prancis yang berjudul Histoire de
France yang terbit pertama kali pada tahun 1987 dan diperbarui pada tahun 2000.
Buku ini diterjemahkan oleh Forum Jakarta-Paris.
Jean Carpentier, sangat apik dan jelas dalam menulis buku Sejarah Prancis ini.
Buku ini membahas dimulai dari zaman prasejarah sampai dengan peristiwa pada
abad 20. Buku ini disusun secara kronologis, buku ini juga mencakup berbagai
apabila penulis mengambil buku ini sebagai salah satu sumber yang digunakan
didalam pembuatan skripsi ini.
Selain buku Sejarah Prancis karya Jean Carpentier, penulis juga melakukan
kritik eksternal terhadap buku karangan Albert M Craig, yang berjudul “The Heritage
Of World Civilization” yang diterbitkan oleh Macmillan Publishing Company pada
tahun 1986. Albert M Craig adalah seorang sejarawan, penulis dan pernah juga
mengajar di Universitas Harvard selama lebih dari lima puluh tahun. Selain di
Harvard beliau juga menjadi dosen tamu di Universitas Tokyo, Universitas Kyoto dan
Universitas Keio di Jepang. Albert M Craig meraih gelar sarjana dibidang filsafat di
Universitas Northwestern pada tahun 1949. Kemudian beliau belajar sejarah ekonomi
di Universitas Strasbourg di Prancis. Dua tahun kemudian beliau menjadi mahasiswa
pascasarjana di Kyoto University, Jepang.
Buku berbahasa Inggris ini membahas sangat jelas dan terperinci mengenai
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi diseluruh benua yang ada dunia. Melihat dari
latar belakang pendidikannya, penulis menganggap buku karangan Albert M Craig,
3.3.2.2 Kritik Internal
Pada tahap kritik internal ini penulis membaca seluruh sumber-sumber yang
telah diperoleh pada tahap heuristik, kemudian melakukan penilaian terhadap sumber
tersebut, setelah itu dibandingkan dengan sumber lainnya. Hal ini perlu dilakukan
karena kita dapat mengetahui layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah
diperoleh.
Kritik internal dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan
mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya.
Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapatkan dipercaya) diadakan
penilaian instrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut.
Kemudian dipunguti fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah
diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber (Ismaun, 2005: 50).
Kritik internal dilakukan oleh penulis terhadap buku yang berjudul The New
Cambridge Modern History Vol VII The Old Regime 1713-1763 karya Clark (1966)
dalam bukunya menjelaskan kemunduran dari kerajaan “ketuhanan” Prancis. Lebih
lanjut Clark mengatakan bahwa Fleury memerintah di Prancis pada tahun 1726-1743.
Fleury merupakan penerus dari Richelieu dan Mazarin. Ia merupakan perdana
sebagai Garde des sceaux dan menteri untuk urusan luar negeri. Jika keuangan adalah
kunci sukses pemerintahan di Perancis, kebijakan luar negeri adalah kunci sukses
keuangan, dan Fleury mencurahkan usaha terbesarnya untuk pemeliharaan
perdamaian dengan negara lain. Tuduhan bahwa dia mengabaikan angkatan laut telah
terbukti dapat dibenarkan. Tujuan dasarnya adalah untuk mencegah rekreasi dari
koalisi negara-negara Eropa melawan Prancis. Karena itu ia melanjutkan kebijakan
Dubois yaitu melakukan aliansi dengan Inggris. Ia mampu membangun kembali
pengaruh Perancis di utara dan timur Eropa.
Sebagai pembanding digunakan buku lain, yang berjudul Sejarah Prancis
Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20 karya Carpentier (2011)
menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Kardinal Fleury ini merupakan masa
perdamaian dan kemakmuran bagi kerajaan Prancis. Selama hampir 20 tahun, Fleury
menjalankan roda pemerintahan kerajaan dengan sikap hati-hati dan menentramkan,
mengikuti cara-cara yang pernah diterapkan Colbert, yaitu selalu berusaha
menciptakan perdamaian di luar negeri serta menjaga ketertiban dan kemakmuran di
dalam negeri. Ia mendukung upaya keras Orry, Pengawas Umum Urusan Keuangan,
yang berhasil menyeimbangkan anggaran belanja dan pendapatan serta mendorong
kegiatan ekonomi yang tengan berkembang pesat.
Hal yang sama juga terdapat dalam buku The Heritage Of World Civilization
karya Craig (1986) yang mengatakan bahwa sejak 1726, perdana menteri Prancis
adalah Kardinal Fleury. Ia adalah gerejawan besar terakhir yang telah begitu setia
bangsawan, dan secara diam-diam memblokir pengaruh para bangsawan. Ia
menyadari situasi keuangan yang sulit akibat dari perang pada masa Louis XV.
Skocpol dalam bukunya yang berjudul Negara Dan Revolusi Sosial, Suatu
Analisis Komparatif Tentang Perancis, Rusia dan Cina (1991) mengatakan bahwa
kemenangan perang yang dilakukan Prancis hanya dibutuhkan sebagai upaya untuk
mempertahankan kehormatan Prancis diatas panggung internasional, bukan untuk
melindungi perdagangan luar negerinya. Prancis menderita kerugian besar akibat
perang-perang yang dilakukan Louis XIV. Hal ini masih terasa sepeninggal wafatnya
Louis XIV.
Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal, penulis mendapatkan
kesesuaian dan beberapa perbedaan pendapat dari berbagai penulis. Penulis
mendapatkan kesamaan persepsi mengenai Prancis dan pemerintahannya. Perbedaan
pendapat merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap penulis. Hal ini mungkin
disebabkan dari latar belakang penulis yang berbeda-beda.
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Tahap selanjutnya dalam penulisan karya ilmiah adalah penafsiran sumber
satu dimasukan kedalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya
(Ismaun, 2005: 55).
Sjamsuddin (2007: 164) dalam bukunya menjelaskan bahwa ada dua macam
cara penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor atau tenaga-tenaga
pendorong sejarah yaitu determinisme dan kemauan bebas manusia serta kebebasan
manusia mengambil keputusan. Bentuk-bentuk penafsiran deterministik itu ialah
determinisme rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran (teori)
orang besar, penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi,
penafsiran sosiologis dan penafsiran sintesis. Berdasarkan bentuk-bentuk penafsiran
tersebut penulis menggunakan penafsiran sintesis.
Penafsiran sintesis ialah penafsiran yang menggabungkan semua faktor atau
tenaga yang menjadi penggerak sejarah. Sebagaimana yang diungkapkan Barnes
dalam Sjamsuddin (2007: 170) bahwa menurut penafsiran ini, tidak ada satu kategori
“sebab-sebab” tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode
perkembangan sejarah. Artinya perkembangan dan jalannya sejarah digerakkan oleh
berbagai faktor dan tenaga bersama-sama manusia tetap sebagai pemeran utama.
Penulis menggunakan penafsiran sintesis karena peranan kardinal di kerajaan Prancis
pada masa pemerintahan Louis XV tidak terlepas dari adanya faktor-faktor penyebab
atau pendorong seperti kesetiaan Kardinal Fleury terhadap kerajaan Prancis,
kesadaran akan ambisi dalam politik dan ketidakmampuan para bangsawan dalam
Penulis juga menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pemecahan suatu
masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang
relevan secara terpadu. Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan ilmu
bantu dan disiplin ilmu yang serumpun, diantaranya ilmu politik dan konsep negara.
3.3.4 Historiografi
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan
sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang berlaku di lingkungan
Universitas Pendidikan Indonesia. Penulisan skripsi merupakan karya tulis ilmiah
resmi mahasiswa dalam menyelesaikan program sarjana pada Jurusan Pendidikan
Sejarah.
Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan suatu karya ilmiah atau
disebut juga dengan laporan penelitian. Tahapan ini merupakan hasil dari penulis
yang diawali dengan pengumpulan sumber, setelah itu sumber dikritik untuk
mengetahui keabsahan sumbernya, lalu setelah dikritik kemudian ditafsirkan supaya
fakta-fakta dari sumber yang telah didapatkan dapat digunakan sebagai bahan dalam
penulisan skripsi ini. Secara harfiah historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran
Hasil penelitian disusun dalam lima bab, hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam pembuatan dan pemahaman terhadap skripsi ini. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah
penelitian. Disertai mengenai ketertarikan penulis dalam memilih permasalahan yang
diangkat. Untuk lebih memfokuskan pada bab ini juga berisi rumusan masalah dan
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
Bab II Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang pemaparan mengenai
sumber-sumber buku dan sumber-sumber lain yang digunakan oleh penulis sebagai sumber-sumber rujukan
yang relevan dalam penulisan peranan kardinal di Kerajaan Prancis pada masa
pemerintahan Louis XV
Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini berisi mengenai langkah-langkah,
metode, pendekatan dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian. Hal ini dilakukan penulis untuk mendapatkan sumber yang
berkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji oleh penulis. Tahapan ini meliputi
heuristik, yaitu proses pengumpulan data. Kritik yaitu pengujian mengenai kebenaran
atau ketepatan dari sumber yang telah didapatkan, kritik yang dilakukan secara
eksternal dan internal. Interpretasi adalah proses penafsiran fakta yang telah
ditemukan. Tahapan terakhir dinamakan historiografi, merupakan kegiatan penulisan
dan proses penyusunan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu pada bab
ini penulis juga menguraikan langkah-langkah yang ditempuh penulis selama
Bab IV Pembahasan. Bab ini dapat dikatakan isi utama dari penulisan skripsi
ini. karena didalamnya berisi pembahasan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat pada rumusan masalah. Pada bab IV ini penulis akan memaparkan hasil
penelitian dari hasil pengolahan serta analisis yang telah dilakukan terhadap
fakta-fakta yang telah diperoleh.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dari
rangkaian penulisan skripsi ini, pada bab ini terdapat penafsiran penulis dari hasil
analisis dan temuan yang didapatkan yang kemudian disajikan dalam bentuk
kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan pada bab-bab
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah
pada bab I, terdapat enam hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan
dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi yang berjudul “Peranan Kardinal di
Kerajaan Prancis Pada Masa Pemerintahan Louis XV tahun 1726-1743” ini.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis yang telah
dikaji dan dipaparkan oleh peneliti. Berikut terdapat beberapa hal pokok yang telah
peneliti simpulkan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas.
Pertama, Pada masa Louis XIV Prancis telah mencapai puncak kejayaannya,
sekaligus masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Prancis. Louis XIV
memerintah dari tahun 1643 sampai tahun 1715. Dalam pemerintahannya Louis XIV
merupakan pemimpin yang sangat absolut, tetapi dia sangat memperhatikan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, absolutisme pada masa pemerintahan Louis
XIV dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat.
Pada masa pemerintahannya, Louis XIV dibantu oleh para bangsawan yang
hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan kepentingan kerajaan dan
Prancis dilanda krisis ekonomi, karena pada masa pemerintahannya Louis
XIV membangun Istana yang menelan dana begitu besar dan diperparah dengan
seringnya terjadi perang, salah satunya adalah Perang Suksesi Spanyol yang terjadi
tahun 1701-1714, serta konflik agama dengan kaum Huguenot dengan dicabutnya
Edid de Nantes yang dibuat pada masa Henry IV.
Kedua, Setelah Louis XIV meninggal, ia menulis surat wasiat yang isinya
mengangkat Duc Philippe d’Orleans sebagai wali raja. Oleh karena itu dibentuklah
pemerintahan perwalian yang dipimpin oleh wali raja. Masa pemerintahan perwalian
merupakan periode reaksi terhadap pemerintahan Louis XIV.
Banyak sekali yang harus dihadapai pemerintahan perwalian. Duc d’Orleans
harus dapat mengeluarkan Kerajaan Prancis dari krisis ekonomi akibat dari
pemerintahan Louis XIV dan membangun kembali serta menambah kepercayaan
rakyat terhadap pemerintahan. Masalah utama yang harus dihadapi pemerintahan
perwalian adalah kondisi keuangan yang sangat terpuruk, utang negara mencapai dua
livres. Dalam upaya mengatasi hal ini, wali raja mengangkat John Law menjadi
pengawas keuangan dan menyetujui skema keuangan yang dibuat oleh John Law.
Ditahun pertamanya sistem yang diterapkan John Law mengalami sukses dan
Namun, upaya ini sia-sia. Law melarikan diri dan bersembunyi di Bruxelles dalam
keadaan bangkrut.
Ketiga, Kardinal Fleury lahir di Lodeve, 26 Juni 1653, merupakan anak dari
seorang bendahara gereja dan murid dari Kardinal Bonzi. Kardinal Fleury sempat
belajar di Universitas Sourbon bidang Teologi sebelum akhirnya diangkat menjadi
Perdana Menteri oleh Louis XV tahun 1726-1743. Sebelum diangkat menjadi
Perdana Menteri Kardinal Fleury adalah guru pribadi dari Louis XV, Kardinal Fleury
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh
Louis XV.
Setelah diangkat menjadi Perdana Menteri Kardinal Fleury dipercaya dalam
mengelola urusan negara. Kardinal Fleury memegang kekuasaan berdasarkan
kepercayaan dan kemampuannya dalam mengelola urusan pemerintahan.
Keempat, masalah utama yang dihadapi pada masa pemerintahan Kardinal
Fleury adalah krisis ekonomi akibat dari pemerintahan Louis XIV yang sering
melakukan perang, pembangunan Istana Versailles dan para bangsawan yang senang
berfoya-foya, dan juga akibat dari kegagalan sistem yang dijalankan John Law pada
masa pemerintahan perwalian.
Untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi Kardinal Fleury mempercayakan
urusan keuangan kepada Philibert Orry. Kebijakan keuangan yang diterapkan oleh
Orry mengikuti cara yang digunakan oleh Colbert yang memberlakukan pajak
dixime. Orry juga mengembangkan industri textile dan kertas. Serta menerapkan
Selain itu Kardinal Fleury menerapkan mazhab fisiokrat, dengan mendirikan
himpunan tani kerajaan membuka lahan-lahan kosong untuk ditanami. Walaupun
lahan-lahan yang dibuka masih sedikit, tetapi masih cukup untuk menaikan produksi
pertanian. Usahanya ini berhasil mengurangi krisis ekonomi yang terjadi di Prancis.
Kelima, selain dalam bidang ekonomi, Kardinal Fleury pun harus
memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangganya. Kardinal Fleury berusaha
menjalin hubungan baik dengan negara-negara khususnya negara-negara yang berada
di kawasan Eropa dengan cara melakukan perdagangan.
Dalam upaya mendekatkan hubungan antara Prancis dengan Austria, Kardinal
Fleury mengajukan perjanjian perdamaian setelah terjadinya Perang Suksesi
Polandia. Hasilnya hubungan antara Kerajaan Prancis dengan Austria terjalin dengan
erat dan telah melemahkan dominasi Inggris di kawasan Benua Eropa.
Namun hubungan ini kembali memburuk dan terjadi perang antara Austria
yang dibantu oleh Inggris dan Belanda melawan Prancis yang dibantu Prusia. Perang
Suksesi Austria ini diakhiri dengan ditandatanganinya Traktat Aix-la-Chapelle.
Keenam, pemerintahan Kardinal Fleury sangat berperan dalam perdamaian
dan kemakmuran yang terjadi di Prancis selama pemerintahannya. Selain ia berhasil
Perdagangan dengan negara.negara lain pun mengalami perkembangan, tidak
hanya dengan negara-negara di Benua Eropa, melainkan dengan negara-negara yang
ada di Benua lain, seperti di Benua Afrika dan Benua Amerika.
5.2 Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini
adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam SK-KD 3.1 membedakan pengaruh
Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap perkembangan
pergerakan Nasional Indonesia karena pemerintahan Louis XV ini menjadi salah satu
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Budiardjo, M. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Carpentier, J, dkk. (2011). Sejarah Perancis – Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Carsten, F. L. (1964). The New Cambridge history vol V The ascendancy Of France. London: Cambridge: University Press.
Clark, G N, et al. (1966). The New Cambridge Modern History: The Old Regime
1713-1763 vol VII. Cambridge: University Press.
Craig, A. M, et al. (1986). The Heritage of World Civilizations. New York: Macmillan Publishing Company.
Easton, S. C. (1966). The Western Heritage From The Earliest Times To The Present. New York, Chicago, San Francisco: Holt, Rinehart and Winstone Inc.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hayek, F. A. (2006). The Trend of Economic Think: Essays on Political Economistis
Kamarga, H. (2012). Isu-Isu Kontroversial dalam Sejarah Barat. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Landone, B. (1942). History Of Civilization The Revolutionary Period (The Age of
Reason) vol IV. New York: Book inc.
Lord, J. (1913). Beacon Lights Of History vol VIII: Great Rulers. New York: The University Press.
Parsons, R. (2012). Kebohongan dan Kesalahan Sejarah. Yogyakarta: Imperium.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Skocpol, T. (1991). Negara dan Revolusi Sosial, Suatu Analisis Komparatif Tentang
Perancis, Rusia dan Cina. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhelmi, A. (2007). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Syam, F. (2007). Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat, Ideologi, dan
Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tim Penyusun. (1973). Ensiklopedi Umum. Jogjakarta: Jajasan Kanisius.
Wellem, F. D. (2006). Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia.
Internet:
Tanpa Nama. (2012). Monarki. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kardinal. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kardinal. [30 Januari 2012]
Tanpa Nama. (2012). Kekuasaan. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan. [31 Januari 2012]
Yonie. (2010). Teori Konflik Lewis Alfred Coser. [Online]. Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/blog/yonie/2010/10/27/teori-konflik-lewis-alfred-coser/. [31 Januari 2012]