• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN NILAI-NILAI DAN PERILAKU KEAGAMAAN Dl SLTP : Studi Kanuk tentang Upaya Kepala Sekolah SLTP Negeri 1 Katapang dan Kepala Madrasah MTs AL-HAQ Margahayu Kab. Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN NILAI-NILAI DAN PERILAKU KEAGAMAAN Dl SLTP : Studi Kanuk tentang Upaya Kepala Sekolah SLTP Negeri 1 Katapang dan Kepala Madrasah MTs AL-HAQ Margahayu Kab. Bandung."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN NILAI-NILAI

DAN PERILAKU KEAGAMAAN Dl SLTP

(Studi Kanuk tentang Upaya Kepala Sekolah SLTP Negeri 1 Katapang dan Kepala Madrasah MTs AL-HAQ Margahayu Kab. Bandung)

TESIS

Dlajukan Untnk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendldikan

Program Studi Pendldikan Umum

Oleh:

TARLAN ROHENDI

NIM:9596163/S-2/PU

PROGRAM PASCASARJANA

UMVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G

(2)

DISETUJUI OLEH:

PROF. DR. H. SUDARDJA ADIWIKARTA, MA

PROF. DR. H. DJAMARI

PROGRAM PASCASARJANA

UMVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fungsi pendidikan menanamkan dan

mewariskan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal tersebut,

merupakan upaya pemberdayaan manusia yang sangat efektif dalam rangka

membentuk kualitas sumber dayanya dengan landasan moral yang kokoh.

Adapun permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini munculnya

penyimpangan-penyimpangan perilaku peserta didik yang menjurus kepada tindakan

di luar norma Terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap sekolah,

bahwa kualitas sekolah ditentukan oleh perubahan intelektual siswa semata. Di

tunjang dengan sistem pendidikan kita dewasa ini lebih mementingkan isi kepala

daripada isi hati.

Selanjutnya penelitian ini mecari dan rnengkaji pola pembinaan nilai-nilai

dan perilaku keagamaan siswa yang dikembangkan di sekolah. Meliputi proses

penataan fisik, proses penataan psikis, penanaman nilai yang dipertaliankan dan

kerangka landasan yang dijadikan rujukan serta perubahan perilaku siswa.

Sedangkan metode yang menggunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan fenomenologi. Adapun data yang dikumpulkan dengan teknik observasi,

wavvancara dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan cara

berpikir induktif Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa sivitas

akademika sekolah sangat penting untuk melaksanakan proses pembinaan nilai-nilai

dan perilaku siswa dengan cara dan upaya yang harus dilakukan. Proses penanaman

nilai-nilai dan perilaku keagamaan di sekolah memiliki kekhasan tersendiri,

mengingat kualitas guru, masukan siswa, dan pola kepemimpinan kepala sekolali

yang berbeda.

Seterusnya dalam penelitian ini diperoleh temuan makna, bahwa proses

penataan fisik dan psikis yang dilakukan guru dan kepala sekolah mengacu kepada

tujuan lembaga sebagai tempat pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa

Di samping itu, bahwa temuan masalah yang didapatpada intinya disebabkan oleh

berbagai faktor keterbatasan yang dimiliki sekolah.

Dengan demikia, proses pembinaan yang dilakukan guru dan kepala di

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI l

KATAPENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAETARISI vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Panelitian 1

B. Perumusan dan PernyataanMasalah Penelitian 7

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

E. Definisi Operational 10

BAB II PROSES PEMBINAAN NILAI-NILAIDANPERILAKU

KEGAMAAN SISWA 13

A. Telaali Pembinaan Nilai-Nilai 13

B. Pembinaan Nilai-Nilai dan Perilaku Keagamaan dan

Pendidikan Umum 24

C. Faktor-Faktor yang Mempenganihi Pembinaan Nilai-Nilai

Dan perilaku Keagamaan 30

D. Pembinaan Nilai-Nilai dan perilaku Keagamaan di SLTP .... 36

BAB IH PROSEDUR PENELITIAN 42

A. Metode. dan Pendekatan Penelitian 42

B. Instrumen Penelitian 44

C. Teknik Pengumpulan Data 46

D. Subyek Penelitian 49

E. PengumpulanData 50

F. Analisis Data 51

(6)

BAB W HASIL PENELITIAN 53

A. Profit SLTP Negeri 1 Katapang 53

B Deakripai danPeneluauran Makna Eaensial Data Penelitian

di SLTP Negeri 1 Katapang 56

1. Penataan Situasi Fisik yang Diterapkan di SLTP

Negeri 1 Katapang 56

2. Penataan Situasi Religius-PBikologis yang Diterapkan

di SLTP Negeri 1 Katapang 72

3. Kerangka Landasan yang Dijadikan Pegangan

Kebijakandi SLTP Negeri 1 Katapang 88

4. Perubahan Perilaku Peserta Didik di Lingkungan

SLTP Negeri 1 Katapang 92

C. ProfilMTs. Al-Haq Margaliayu 98

D Deskripsi dan peneluauran Makna Eaensial Data Penelitian

di MTs. Al-Haq Margahayu 103

1. Penataan Situasi Fisik yang Diterapkan di MTs.

AL-HAQ Margahayu 104

2. Penataan Situasi Religius-Psikologis yang Diterapkan

di MTs. AL-HAQ Margahayu 112

3. Kerangka Landasan yang Dijadikan Pegangan

Kebijakan di MTs. AL-HAQ Margaliayu 127

4. Perubalian Perilaku Peaerta Didik di Lingkungan MTs.

AL-HAQ Margahayu 130

5. Temuan Penelitian 135

BAB V KESIMPULANDANSARAN-SARAN 141

A. Kesimpulan-Kesimpulan 141

B. Saran-Saran 145

DAFTAR PUSTAKA 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN 152

RIWAYATHIDUP

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu budaya dan proses pemberdayaan manusia Sebagai proses budaya, merupakan pewarisan ilmu pengetahuan dan harta kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya Proses ini terjadi secara

berkesinambungan sebagaimana ditunjukan oleh makna dan pengertian kata

"pewarisan" yang terkandung di dalamnya. Semakin baik mutu dan kualitas

proses pewarisan tadi, semakin baik pula ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang

diwariskan oleh generasi tersebut

Sebagai proses pemberdayaan, berperan sebagai institusi yang sangat kreatif dan sekaligus saluran yang sangat efektif dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai satu generasi ke generasi berikutnya Nilai-nilai tadi terisolasi secara

luas dan mengakar, kemudian terlembagakan dan menjadi pola acuan hidup

bersama dalam kehidupan maayarakatnya

Nilai-nilai tadi hidup dan berkembang, menjadi sandaran kolektif normatif dipegang dalam kehidupan bersama Masyarakat sangat menghargai dan menghormati sistem nilai yang mereka warisi dari generasinya Sistem nilai itu bersumber dari agama, ideologi, paham atau filsafat aosial yang hidup dalam lingkungan suatu masyarakat

Perbedaan sumber nilai itu sudah barang tentu akan membawa kepada

perbedaan sistem, tujuan dan orientasi pendidikan yang ada di setiap kelompok

(9)

Dilihat dari sumber nilai atau filsafat yang mendasarinya Sistem-sistem

pendidikan di dunia ini secara garis besar dapat dikalsifikasikan menjadi tiga,

sistem pendidikan berdasarkan agama, sistem pendidikan bercorakan sekuler

(Barat), dan sistem pendidikan komunis.

Sistem pendidikan yang berasaskan agama berakar pada doktrin agama

tertentu, misalnya sistem pendidikan Islam. Setiap kelompok agama (baik Islam,

Katolik, Protestan, Hindu, Budha dll) secara doktrinal-teologis-filsofis tentunya

memiliki sistem sendiri-sendiri di mana di dalamnya tergambar pula visi, tujuan

dan orientasinya masing-masing dalam menata dan melaksanakan bagi kebutuhan

komunitaanya

Faisal Ismail, mengatakan "sistem pendidikan sekuler adalah sistem yang

bersadarkan pada paham sekulerisme yang memisahkan tujuan pendidikan dari

ajaran dan nilai-nilai agama Di dalam sistem pendidikan sekuler, agama tidak

diberikan ruang gerak untuk ikut campur dalam seluruh gerak pengelolaan

pendidikan, tetapi agama tidak dibenci atau dimusihi. Sistem pendidikan sekuler

lebih menekankan pada pengembangan akal dan nalar, tetapi kurang memberikan

porsi pada pendidikan spiritual, moral dan akhlak" (Pikiran Rakyat, 2 Oktober

1998).

Sedangkan sistem pendidikan komunis adalah sistem pendidikan yang

didasarkan pada filsafat dan ideologi komunis, misalnya di Uni Soviet dulu.

Dalam sistem pendidikan komunis, agama bukan saja tidak diberi ruang dan gerak

dalam bidang pendidikan, bahkan agama ditentang, dibenci, dimusuhi dan hendak

(10)

Sistem pendidikan Islam bersifat integral dan serba meliputi. Artinya, sistem

pendidikan Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, nilai-nilai Islam

terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang dan gerak pendidikan di semua

level dan tingkatan.

Sistem pendidikan Islam tidak memisahkan nilai-nilai moral dan Ketuhanan

dengan nilai-nilai hidup keduniawian. Bahkan nilai-nilai iman, moral, dan

Ketuhanan menjadi asas yang mengakar kuat dalam pelaksanaan pencapaian

tujuan pendidikan Islam.

Sistem pendidikan Islam menyeimbangkan antara akal (intelektual) dan

moral-spiritual. Hal itu sesuai dengan fitrah kejadian manusia secara substansial

terdiri dari rohani dan jasmani. Pendidikan intelektual bertujuan mencerdagkan

manusia, sedangkan pendidikan spiritual dan moral bertujuan membentuk

manusia yang berakhlak baik. Dengan demikian, nilai intelektual dan

nilai-nilai moral-spiritual mendapat tempat yang wajar dalam sistem pendidikan Islam.

Di samping itu, sistem pendidikan Islam menyeimbangkan antara kepentingan

individual dan kepentingan masyarakat agar pola-pola hubungan dan tatanan

sosial Islami yang adadi dalam masyarakat dapat terjaga dengan baik.

Keberhasilan sebuah praktik pendidikan dapat dilihat dan dinilai dari

perilaku seseorang. Tidak dipungkiri jika dewasa ini kita menyaksikan pola

pendidikan yang benar-benar jauh dari hakikat pendidikan kemanusiaan. Kita

tidak menemukan kesempurnaan ahklak dan rohani dalam sistem pendidikan

modern yang dipraktikan dewasa ini yang notabene bersumber pada filsafat Barat

yang materialisme. Fenomena yang kita temukan adalah penindasan antar

manusia dan merosotnya nilai moral. Tujuan pendidikan modern, tercapainya

(11)

tujuan material yang berkembang menjadi cinta terhadap pekerjaan dan produksi

dengan mengesampingkan nilai-nilai atau norma-norma yang ada

Sprang, seorang pakar pendidikan Barat, berpendapat bahwa sistem

pendidikan modern produk Barat telah tunduk dan terpengaruh oleh kekuatan perusahaan, lembagakeuangan, dan industri (Najib, 1994:24).

Paragidma ini bukan saja mempengaruhi praktik-praktik pendidikan di

tingkat institusi-institusi pendidikan, baik makro maupun mikro, lebih parali lagi

adalah menggantikan"isi kepala" setiap orang yang pada mulanya berpikir bahwa

pendidikan, untuk proses penumbuhkembangan potensi-potensi moral dan

kemanusiaan dalam diri setiap orang, kini berganti pandangan bahwa yang paling

penting dari pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai simbol-simbol prestise yang ditandai oleh perolehan materi setelah mengikuti pendidikan.

Pola pikir seperti itu telah menjadi jati diri setiap isi kepala manusia (terlebih di Indonesia), dalam kenyataannya semakin jauh dari paradigma berpikir bahwa yang terpenting dari pendidikan upaya memanusiakan manusia dan penumbuhkembangan potensi kreativitas (bacaakal) sebagai langkah untuk mengangkat manusia ke derajat kemanusiaan yang semulia-mulianya sesuai dengan hakikat dan potensi kemanusiaan yang telah diberikan oleh-Nya

Akibat jauh dari bergantinya "isi kepala" setiap orang oleh paradigma materialisme terhadap dunia pendidikan, maka yang terkorbankan adalah nilai-nilai kemanusiaan yang semestinya mendapat tempat terhormat dalam dalam

setiap upaya pendidikan.

(12)

keputusan yang diambil dalam pembangunan pendidikan lebih banyak lahir

sebagai keputusan paradigma politik kekuaaaan.. Padahal seharusnya setiap upaya

pembangunan dalam berbagai dimensi haruslah berawal dan terlahir dari

paradigma dan kebijakan pendidikan.

Di samping itu, kurikulum pendidikan khususnya yang menyangkut

pendidikan nilai, mencuat kepermukaan, setelah akhir-akhir ini muncul

penyimpangan-penyimpangan perilaku peserta didik yang menjurus kepada

tindakan di luar norma seperti perkelahian masal (tawuran), kejahatan seksual,

sampai kepada penyalahgunaan obat-obat terlarang bahkan pembunuhan.

Fenomena penyimpangan perilaku tersebut, kiranya dapat dijadikan

indikator kurang berhasilnya pembinaan nilai-nilai dan perilaku dalam mencapai

tujuan pendidikan khususnya menyangkut pembentukan peserta didik yang

memiliki nilai-nilai dan perilaku luhur, sesuai dengan norma

Kalau ditelaah, sekarang ini terjadi pergeseran pandangan masyarakat

terhadap sekolah, bahwa kualitas sekolah itu ditentukan oleh berapa besar

rata-rataNEM yang diperoleh setiap lulusan suatu sekolah, dan berapa prosen peserta didik lulusannya bisa diterima atau menembus SMU Negeri atau UMPTN.

Sehingga semakin tingggi NEM yang diraih, atau makin banyak lulusannya dapat

lolos di SMUNegeri atau UMPTN, maka semakin dianggap bagus mutu sekolah

yang

bersangkutan.

Dampaknya pendidik di sekolah berlomba

untuk

meningkatkan perolehan NEM peserta didiknya Karena mereka menganggap dan menyadari sekolah yang demikian yang akan diminati masyarakat

Lebih parahnya lagi untuk mengejar tujuan itu tidak sedikit dilakukan

(13)

pemalsuan NEM di beberapa sekolah yang pernah merebak ke permukaan,

merupakan bukti argumentasi ini.

Dampaknya, baik dalam perencanaan manpun dalam belajar mengajar di

sekolah, pendidikan cenderung sebatas bagaimana peserta didik dapat menjawab

soal-soal yang mungkin akan keluar dalam ujian dengan mengandalkan metode

ceramah dan pemecahan soal-soal. Sehingga pembelajaran itu kering akan nuansa

moralnya

Proses belajar mengajar yang demikian, jelas menjadi kering, karena tidak

lagi memiliki makna sebagai proses interaksi edukatif penuh dengan muatan

moral. Pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan peserta didik menjadi

terabaikan, karena terdesak oleh usaha mengejar target kemampuan menjawab

soal-soal.

Lebih celakanya lagi pandangan masyarakat pun demikian dan tidak pernah

mempersoalkan, karena memiliki perasaan yang sama yaitu tuntutan kemampuan

intelektual anaknya, supaya mereka memperoleh NEM yang tinggi sehingga bisa

diterima di SMU Negeri atau dapat menembus UMPTN ( Pikiran Rakyat, 3

Desember 1997).

Situasi seperti itu mengisyaratkan bahwa pembinaan nilai-nilai dan perilaku

keagamaan membutuhkan pemecahan yang bijak sekaligus operasional, karena

pendidik menjadi variabel utama dan terdepan dalam mengatasi persoalan ini.

Bertalian dengan masalah tersebut, penulismemandang perlu untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan : Pembinaan Nilai-Nilai dan Perilaku

Keagamaan di SLTP melalui pendekatan studi perbadingan antara SLTP Negeri 1

(14)

Penelitian ini memilih jenjang SLTP dengan pertimbangan bahwa pada usia

tersebut anak memerlukan pembinaan nilai-nilai dan perilaku serta norma yang

bersumber dari agama untuk bekal yang berguna dalam kehidupan masa

depannya

B. Perumusan dan Pernyataan Masalah Penelitian

Sekolah sebagai lingkungan tempat peserta didik mengembangkan segala

potensi positif, merupakan bagian dari upaya pendidikan umum untuk membentuk manusia utuh. Sehingga konsekuensi logisnya, penataan situasi yang

terjadi di lingkungan sekolah mutlak harus kondusif, menumbuhkembangkan

sifat-sifat manusia yang baik, melepaskan sifat-sifat manusia yang jelek, dan memperkayanilai-nilai, moral, dan norma secara selektif

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka diajukan rumusan

masalah: bagalmanakah berlangsungnya proses pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan yang dikembangkan sivitas akademika sekolah, baik di

kalangan peserta didikSLTP maupun peserta didikMTs.

Permasalahan di atas dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut:

1. Penataan situasi fisik bagaimanakah yang dikembangkan sivitas akademika

sekolah (SLTP dan MTs) dalam membina nilai-nilai dan perilaku keagamaan

sebagai penyelenggara pendidikan umum?

2. Upaya penataan suasana religius-psikologis bagaimanakah yang

(15)

dilaksanakan sivitas akademika sekolah (SLTP dan MTs) kepada peserta

didiknya?

3. Kerangka landasan apakah yang dijadikan pegangan kebijaksanaan dalam

membina nilai-nilai dan perilaku keagamaan baik di lingkungan SLTP

maupun MTs?

4. Perubahan perilaku apakah yang terjadi pada diri peserta didik dari upaya pembinan nilai-nilai dan perilaku keagamaan baik di lingkungan SLTP

maupun MTs?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang jadi tujuan pokok penelitian

ini adalah ditemukannya pola pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa yang dikembangkan di sekolah. Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan informasi:

1. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa di SLTP Negeri 1

Katapang dan MTs AL-HAQ Margahayu. Disinyalir Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam praktiknya peningkatan kualitas keimanan dan

ketaqwaan di setiap sekolah memiliki kekhasan masing-masing, mengingat

kualitas guru, masukan siswa dan pola kepemimpinan kepala sekolah yang

berbeda (Depdikbud, 1995:13). Secara formal semua guru dan kepala sekolah

ikut tanggung jawab berperan dalam mewarnai keperibadian peserta didik.

2. Proses pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan peserta didik yang

dikembangkan di sekolah. Proses yang dimaksud meliputi, proses penataan

(16)

fisik, proses penataan psikis, penanaman nilai yang dipertahankan dan

kerangka landasan yang dijadikan pegangan. Hal tersebut menjadi informasi,

sejauh mana upaya yang dilakukan guru dan kepala sekolah dalam mengambil

kebijakan untuk pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan yang belum

terpadu.

3. Komitmen peserta didik dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dan perilaku

keagamaannya Komitmen terhadap nilai-nilai dan perilaku keagamaan yang

dimaksud adalah komitmen menurut ukuran peserta didik SLTP yang dapat diamati dari gejala-gejala perilaku peserta didik (tindakan, ucapan, dan

pikiran) dalam kehidupan sekolah. Mereka bagian dari pelaku pendidikan

yang banyak bergantung pada dan terikat sistem sekolah, keberadaan

keluarga, dan sekolah serta mereka dituntut untuk menyeleksi nilai yang

berguna untuk kehidupan masa depannya

D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan di atas dapat dicapai, diharapkan hasil penelitian ini memberikan

manfaat atau kegunaan:

1. Memberikan masukan kepada guru dalam memperkaya pemahaman tentang

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan di lingkungan SLTP dan MTs

meliputi

proses belajar mengajar dan seluruh aktivitas sekolah menjadi

tanggung jawab guru.

2. Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah, pentingnya upaya pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa, sehingga dapat memberikan

(17)

merumuskan tuntutan pembinaan nilai-nilai dan perlaku kegamaan yang ideal

di satu sisi dengan kondisi obyektifdi lapangan di lain pihak.

3. Bagi peneliti, melalui kajian konseptual pengalaman-pengalaman riil di

lapangan dan deselaraskan dengan masukan serta dari nara sumber (terutama

Pembimbing). Studi ini memberikan manfaat yang cukup berharga bagi

peneliti sendiri dalam rangka menambah pengalaman dan memperkaya

wawasan untuk lebih memahami masalah-masalah pendidikan, di mana

peneliti mengabdikan diri

E. Definisi Operasional

Untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam mengartikan istilah yang

terdapat dalam judul tesis ini, maka perlu didefinisikan secara operasional antara

lain:Pembinaan Nilai-Nilai dan Perilaku Keagamaan Di SLTP.

Pembinaan menurut AriB Munandar (1987:92), upaya di dalam

mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap yang

ditujukan bagi tercapainya manusia yang terampil, cakap, dan terpupuk sikap

mental positif, di mana dalam pengembangannya diselaraskan dengan nilai-nilai

yang dianutnya

Nilai adalah rangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan

pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau

serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat diukur (Abdul Manan, 1995:3).

Miltol Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20), nilai sebagai suatu kepercayaan

atau keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem seBeorang, mengenai apa

yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang mengenai apa yang berharga dan

(18)

apa yang tidak berharga Nilai dimaknai sebagai standar panutan perilaku dalam

kehidupan seseorang. Lebih lanjut Achmad Kosasih Djahiri (1985:21), bahwa

nilai atau value lebih tinggi daripada norma Adapun nilai itu sendiri merupakan

keyakinan (belief) yang sudah menjadi milik diri dan akan menjadi barometer

perbuatan dan kemauan (action dan the will) seseorang.

Nilai-nilai keagamaan merupakan hal-hal penting atau berguna dalam

kehidupan yang bersumber dari Allah dan dimotivasi oleh keyakinan dalam

rangka menunjukan beribadah kepada-Nya untuk memperoleh kehidupan yang

baik di dunia dan akhirat

Perilaku adalah tingkah laku, kelakuan, perbuatan (Poerwadarminta, 1976:738). Perilaku merupakan ucapan dan perbuatan seseorang yang berulang

dengan sikap sebagai pemberi kendali arah. Jadi perilaku keagamaan adalah

bentuk ucapan, kelakuan, tingkah laku, perbuatan seseorang yang diaktualisasikan

dengan landasan keyakinan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama Allah.

SLTP adalah jenjang pendidikan yang termasuk jalur sekolah pendidikan

dasar. Adapun pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap

dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik

yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengali (UUSPN,

1994:7)

Sejalan dengan makna istilah di atas, pembinaan dalam penelitian ini adalah

upaya (tindakan ucapan, pikiran) yang dilakukan kepala sekolah dan guru dalam

menata situasi sekolah (fisik dan psikis) dalam aktivitas sekolah (intra dan

(19)

ekstrakurikuler) yang dilakukan langsung maupun tidak langsung, supaya peserta

didik menjadi muslim (beriman dan bertaqwa).

Demikian beberapa pengertian istilah yang digunakan dalam tesis ini, agar

adakesamaan paham tentang makna ataumaksud darijudul tesis ini.

(20)
(21)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memakai metode deakriptif Adapun alasan

memilih metode ini karena masalah yang akan dianalisis dan dikaji menyangkut

hal-hal yang berlangsung dalam kehidupan, khususnya di SLTP Negeri 1

Katapang dan MTs. AL-HAQ Margahayu. Dengan deskripsi fenomena yang

tampak di lapangan bisa ditafsirkan makna dan isinya yang lebih dalam dari data

yang terhimpun dengan memperhatikan dan menjagasegi kualitasnya

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

fenomenologi, dengan alasan data yang diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan kata-kata dari responden. Fenomenologi adalah suatu

ilmu tentang fenomena atau yang tampak, untuk menggali esensi makna yang

terkandung di dalamnya Data tersebut sedapat mungkin tidak dipengaruhi dari

luar sehingga bersifat alami atau apa adanya Subino Hadisubroto (1988:2), "data

yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih berupa kata-kata daripada

angka-angka". Disamping itu, tidak mengabaikan data yang bersifat dokumen,

selama data tersebut dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan penelitian ini.

Pendekatan ini diorientasikan kepada situasi dan kondisi individu secara utuh dan

menyeluruh. Bogdan dan Taylor (1993:22), "metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulia

(22)

atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.

Pendekatan ini diarahkan pada latarbelakang individu tersebut secaraholistik". Berkaitan dengan pendekatan kualitatif, Nasution (1988:5), "penelitian padahakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya".

Penelitian kualitatif naturalistik yang digunakan dalam menelaah masalah, mempunyai karakteristik sendiri. Bogdan dan Biklen (1987:27-29), lima

karakteristik utama dari penelitian kualitatif : (1) Qualitative research has the

natural setting as the direct source of data and the researcher is the key

instrument; (2) Qualitative research is descriptive; (3) Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes of products; (4) Qualitative researchers tend to analyze their data inductively; (5) meaning is of

essential concern to the qualitative approach.

Karakteristik tersebut, pertama, peneliti sendiri sebagai instramen utama

untuk mendatangi secara langsungsumber datanya;kedua,mengimplikasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka; ketiga, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses, tidak semata-mata pada hasil; keempat, melalui

analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati;

kelima, mengungkapkan makna sebagai yang esensial dari pendekatan kualitatif. Karakteristik tersebut sejalan dengan Nasution (1992:10), karakteristik pendekatan kualitatif adalah : (1) Sumber data, ialah situasi wajar atau natural

(23)

setting; (2) Peneliti, sebagai instrumen penelitian; (3) sangat deskriptif; (4) Mementingkan proses dan produk; (5) Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan yang dapat memahami masalah atau situasi; (6) Mengutamakan dan

langsungatau^rsrhand; (7) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain; (8) Menonjolkan pencirian kontekstual; (9) Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti; (10) Mengutamakan prospektif emic, artinya mementingkan pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya; (11) Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang

ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya; (12) Sampling yang

purposif, dilihat menurut tujuan penelitian; (13) Menggunakan audit trial,yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan yang disimpulkan; (14) Partisipasi responden tanpa menggunakan alat untuk memperoleh situasi yang natural; (15) Mengadakan analisa sejak penelitian awal.

Pengumpulan data secara langsung terhadap aituasi di lingkungan sekolali

mengungkap masalah pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan. Masalah tersebut diungkap dengan memperhatikan latar belakang proses terjadinya pembinaan tersebut Lantas data tersebut akan terkumpul secara totalitas dan akan memberikan kesatuan konteksnya sehinggadiharapkan dapat dipahami maknanya

B. Instrumen Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti langsung berfungsi sebagai instrumen dan sarana atau alat penelitian, karena peneliti dapat menyesuaikan diri dengan

(24)

situasi yang berubah-ubah yang dapat dipaliami dalam penelitian ini. Disamping

itu, hal yang mendasari alasan tersebut, menurut Nasution (1992:19), ciri-cirinya

sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai subyek pekadan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

Tidak ada instrumen lain yang dapat bereaksi dan berorientasi terhadap

banyak faktor dalam situasi yang senantiasa berubah-ubah.

2. Peneliti sebagai subyek dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan bisa mengumpulkan aneka ragam data sekaligus dalam waktu

yang bersamaan. Tidak ada alat penelitian lain, seperti yang digunakan dalam

penelitian kualitatif, yang dapat menyesuaikan diri dengan bermacam-macam

situasi serupa itu.

3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instnimen benipa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia

sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk-beluknya

4. Suatu situasi yang dapat melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata-mata Untuk memahaminya kita sering perlu

merasakan dan menyelaminya berdasarkan penghayatan kita

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia

dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesia dengan segera untuk menentukan

arah pengamatan dan menguji-cobahipotesis yang timbul seketika

(25)

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai

balikan untuk memperoleh penegasan, pembahan, perbaikan danpenolakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah dengan statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang

menyimpang justru diberi perhatian. Responden yang lain daripada yang lain

bahkan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan

tingkatpemahaman mengenai aspek yang diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti diantaranya : (1) Observasi, (2) Wawancara, dan (3) Studi Dokumentasi. Dengan harapan, ketiga teknik ini bisa sating melengkapi serta menunjang dalam mendapatkan data yang

diperlukan.

1. Observasi

Secara intensif, teknik ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai

kegiatan Guru dan Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan nilai-nilai dan

perilaku keagamaanpeserta didik di lokasi penelitian.

Lexy J. Moleong (1988:106), digunakannya metode pengamatan, yaitu : (1)

Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

(26)

perhatian, dan perilakunya, (2) Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai fenomena dari segi pengertian subyek, menangkap

kehidupan budaya dari segi dan anutan para subyek pada keadaan waktu itu, (3)

Pengamatan memungkinkan peneliti untuk merasakan apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subyek, (4) Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan

yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subyek.

Dinarapkan, dengan observasi ini dapat terlihat dan teramati aktivitas yang

sedang terjadi atau dilakukan baik untuk program kurikuler mapun

ekstrakurikuler. Dalam kedua program tereebut, dicarikan esensi persoalan yang

menjadi puaat penelitian. Bila kegiatan ini sarat muatan nilai-nilai dan perilaku

keagamaan, maka observaasi lebih difokuskan pada eksplorasi esensi hubungan

dan interaksi secara interpersonalnya, namun apabila kegiatan sekolali cenderung

bersifat formal-sekuler, maka observasi diorientasikan untuk mencari

upaya-upaya Guru dan Kepala sekolah dalam mengisi kegiatan tersebut baik dalam

bentuk hubungan dan interaksi secara interpersonal dengan masyarakat sekolali,

maupun dalam bentuk ucapan dan tindakan yang mengandung nilai-nilai dan

perilaku keagamaan. Walaupun demikian, peneliti menyadari bahwa observasi ini

memiliki kelemalian seperti tidak semua tingkah laku responden dapat diamati

secara keseluruhan dalam lingkungan sekolah.

2. Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk memperoleh data utama berupa ucapan,

buah pikiran, pandangan dan perasaan serta tindakan dari Guru dan Kepala

(27)

sekolah. Kemudian sesudah peneliti memperoleh keterangan, peneliti mengadakan

wawancarayang lebih mendalam dan disusun berdasarkan apa yang disampaikan oleh subyek penelitian, dengan istilah lain, data pertama bersifat non-directive

menurut pikiran dan perasaan subyek penelitian. Sedangkan data ya ng bersifat

directive ditinjau dari sudut pandang peneliti, sehingga wawancara beralih dari

tidak terstruktur menjadi lebih terstruktur.

Nasution (1988:73), dalam teknik wawancara terkandung maksud untuk

mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Atas dasar itu,

maka salah satu cara yang ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara

mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap mengacu pada arah, sasaran, dan fokus penelitian. Pertama, kita harus segera mengadakan interaksi dengan subyek penelitian. Kedua, kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang

lain mungkin berbeda dengan pandangan sendiri.

Dalam melaksanakan wawancara tersebut, bisa dilakukan baik di

lingkungan sekoah, di rumah, atau di mana saja yang dipandang tepat untuk

menggali data agar sesuai dengan konteksnya Sesekali antara peneliti dan

responden menyetujui waktu untuk wawancara, atau secara spontan peneliti

meminta penjelasan tentang sesuatu kejadian yang dipandang erat hubungannya

dengan pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan para peserta didik. Pada

saat melakukan wawancara, peneliti mencalat data yang dianggap penting sebagai

data penelitian serta merekam pembicaraan sumber data atas kesepakatan

bersama

(28)

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dipergunakan untuk memperkuat dan melengkapi data yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara Data yang bersifat dokumenter yang terdapat di SLTP Negeri 1 Katapang dan MTs. AL-HAQ Margahayu seperti

photo, arsip-arsip sekolah, tulisan mading, peringatan, piagam, dan lain

sebagainya Dari data dokumenter itu, peneliti menanyakan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa dokumen-dokumen itu dibuat. Sehingga, bukti-bukti itu bisa memperjelas keadaan responden, maupun hal-hal yang bisa

dilakukan atau diucapkan responden, khususnya yang berhubungan dengan

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan di lingkungan sekolah dapat

menjadi sumber data kuat bagi penelitian.

Dari penggunaan teknik pengumpulan data di atas, maka yang dijadikan acuan menjaring data penelitian dari lapangan seperti : (1) Peneliti berusaha mengumpulkan aneka ragam data sebanyak mungkin, (2) Peneliti berusaha

mengumpulkan memperhatikan setiap peristiwa secara keseluruhan, (3) Peneliti berusaha menghubungkan keadaan lingkungan responden dengan peristiwa yang

terjadi, (4) Supaya data yang didapat adalali data yang shahih, maka peneliti

berasaha memahami segala seuatu secara teliti.

D. Subyek Penelitian

Yang dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah yang menjadi sasaran penelitian ini. Namun ada subyek yang sifatnya menyeluruh, yaitu semua civitas

akademika (SLTP Negeri 1 Katapang dan MTs. AL-HAQ Margahayu). Di

(29)

samping itu, ada pula beberapa orang yang ditentukan melalui observasi awal

untuk diwawancarai. Keaslian kehidupan sekolali yang melibatkan semua warga

sekolah itu ditujukan untuk mengamati kehidupan sekolah secara umum melalui

observasi. Adapun subyek yang ditentukan terlebih dahulu, maksudnya untuk mendapatkan informasi malalui wawancara

Selanjutnya, untuk memperoleh data melalui wawancara, maka subyek penelitian meliputi:

1. Pendidik SLTP Negeri 1 Katapang dan MTs. AL-HAQ Margahayu yang

terlibat aktif dalam pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan kepada

peserta didiknya Hal tersebut didasarkan atas hasil observasi permulaan yang

dilakukan peneliti, hasil wawancara silang dan atas saran Kepala Sekolah. Cara demikian, dimaksudkan supaya datayang didapat lebih proporsional lagi. 2. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta para pembantunya yang

memegang kesiswaan, kurikulum, humas, sarana, dan BP/BK.

3. Peserta didik 7 orang, khususnya mereka yang aktif dalam kegiatan keagamaan ekstrakurikuler dan kegiatan lainnya dan 2 peserta didik yang

tidak aktif

E. Pengumpul a n D ata

Pengumpulan data secaraumum didapat melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Orientasi,mulai dari surat izin penelitian, survei pendahuluan ke lokasi

penelitian (SLTP Negeri 1 Katapang dan MTs. AL-HAQ Margaliayu), serta

(30)

mencari informasi-informasi yang bersifat umum dalam rangka menentukan

fokus penelitian.

2.

Tahap Eksplorasi,

menggali data dari lapangan dengan menggunakan alat

pengumpul data yang telah ditentukan, yaitu : observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

3.

Tahap Member Check

atau uji kritis terhadap data sementara yang telah

diperoleh dari lapangan.

4.

Tahap Tringulasi

atau pengecekan data, yaitu suatu teknik yang ditempuh

untuk menemukan data lain sebagai pembanding.

F. Analisis Data

Sebagaimana biasanya, penelitian kualitatif diolali dan dianalisis selama

penelitian berlangsung, S. Nasution (1988:126), analisis data kualitatif adalah

proses menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, tema, atau katagori

agar dapat ditafsirkan. Menurut Lexy Moleong (1989:88), analisis data adalah

proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, katagori, dan

satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan tema dan

dirumuskan hipotesis kerja sebagai disarankan data Analisis induktif menurut Puspoprodjo (1989:17), suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa

penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar

pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit).

Sebagai gambarannya, dapat ditelaah melalui taliapan sebagai berikut:

1. Mencari kaitan antara data yang diperoleh

(31)

2. Mereduksi data atau merangkum

3. Men-display data ke dalam disket kerja lewat komputer

4. Menyusun draft hasil penelitian dengan langkah-langkah : (a) Mengolah data, (b) Memilih-milih data, baik primer maupun sekunder, (c) Memilih data pendukung guna menunj ang data yang kehandalannya rendah.

5. Menginterpretasikan data dan menyimpulkannya

(32)
(33)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Dalam Bab Vini diketengahkan kesimpulan dan saran-saran penelitian ini.

Kesimpulan yang dimaksud untuk menghimpun intiaari hasil dari penelitian ini

secara keseluruhan dari deskripsi, interprets, dan analisis Bab IV. Disamping itu,

ada beberapa saran-saran untuk perbaikan kepada berbagai pihak terkait setelah

mendapatkan kejelasan dari haail penelitian.

A. Kesimpulan-Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian pada bab-bab sebelumnya

(Bab IV) bertalian dengan pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan di

SLTP, dapat diketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya guru dan Kepala Sekolah dalam membina nilai-nilai dan perilaku

keagamaan siswa di SLTP Negeri 1Katapang belum tercapai dengan baik

atau belum menunjukan kemajuan dalam melaksanakan program pendidikan

umum. Hal tersebut terbukti dengan masih ada gum yang kurang memahami

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan, siswa sebagian besar belum

terkoordinir dalan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di

sekolah. Apabila guru tidak hadir siswa ribut dan bising, sehingga

mengganggu konsentrasi siswa yang sedang belajar di kelas lain, berkeliaran

pada saat jam belajar akibat dari ketidakhadiran guru atau teriambat guru

masuk kelas, merokok berkelahi, dan terlibat narkoba

(34)

2. Upaya guru dan kepala sekolah di SLTP N, pada umumnya masih lemah

dalam proses internalisasi nilai-nilai atau penghayatan terhadap pembinaaan

nilai-nilai, begitu pula peragaan keteladanan yang ditampilkan oleh para

pelaku pendidikan masih belum maksimal sesuai yang diharapkan.

3. Upaya guru dan Kelapa Madrasah dalam membina nilai-nilai dan perilaku

keagamaan di MTs. Al-Haq Margahayu telah tercapai dalam melaksanakan

program pendidikan umum. Hal tersebut terlihat, meskipun saranadan fasilitas yang disediakan Yayasan minim, apa adanya serta kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di madrasah tidak banyakragamnya, akan tetapi guru dapat memanfaatkannya dan bisa mewamai perilaku siswa dengan baik, siswa tidak

ada yangterlibat narkoba, berkelahi, merokok, dan rambut panjang.

4. Upaya guru dan kepala sekolah dalam melakukan kegiatan sekolah :

Pertama, usaha guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan

nilai-nilai danperilaku keagamaan siswa berlangsung dalam penataan baik situasi fisik maupun psikis, direncanakan, dan ditargetkan pada tujuan tertentu. Program yang dilaksanakan baik di SLTP maupun di MTs. dalam menciptakan suasana lingkungan sekolah yang kondusif untuk pembinaan nilai-nilai dan perilaku

keagamaan siswa bersifat komprehensif Terbukti dari upaya penataan fisik seperti (mesjid dan perlengkapannya) sarana. sekolah seperti penataan lingkungan,

jalan, dan tempat. Upaya guru dan kepala sekolah itu disengaja dan direncanakan,

bertujuan agar peserta didik dapat merasakan dan menghayati kandungan nilai

yang ada di dalamnya

(35)

Upaya penataan suasana psikologis dalam pembinaan nilai-nilai dan

perilaku keagamaan siswa yang ditampilkan oleh gum dan kepala sekolah sebagai

figur sentral, seperti melalui keteladanan (pikiran, ucapan , dan tindakan);

mengaktifkan siswa dalam berbagai kegiatan (pramuka, paskibra, kemping,

rekreasi, baca-tulis Al-Qur'an, pengajian, ceramah, shalat jum'at); bertanya dan

menasehati, berkomunikasi melalui kunjungan rumah (sesuai dengan kasusnya).

Kesemuanya itu mendapat prioritas utama dari sekolah sebagai modal dasar

mencapai kesuksesan melaksanakan program.

Kedua,

semua kegiatan yang dilakukan gum dan kepala sekolah baik di

SLTP maupun di MTs. memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai dan

perilaku keagamaan kepada siswa Namun nilai-nilai tersebut ada yang tampak

dalam kegiatannya menanamkan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa dan ada

pula kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek penanaman

nilai-nilai dan perilaku keagamaan tersebut. Adapun nilai-nilai yang tampak dalam kegiatan

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan itu merupakan nilai Islami yang

diaktualisasikan sebagai Nilai Instmmental Operasional (NIO), seperti uapaya

membimbing baca-tulis Al-Qur'an, pengajian, ceramah, guru bertindak sebagai

khotib, shalat jum'at, qurban, dan membudayakan mengucapkan salam.

Sedangkan nilai yang memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek pembinaan

hilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa mempakan hilai-nilai instmmental esensial (NIE),

seperti nilai penanaman sikap disiplin dan kejujuran (NIE) siswa mendapat

prioritas utama yang diperagakan dalam menjaga kebersihan lingkungan,

(36)

ketertiban dan ketentraman lingkungan sekolah, patuh terhadap aturan sekolah,

dan sopan santun dalam berperilaku baik berbicara maupun bertindak (NIO).

Akan tetapi, kenyataannya dalam pembinaan tersebut tidak dilakukan

pemilahan dan pemilihan, namun berlangsung dalam suatu proses yang utuh.

Sedangkan keutuhan proses tersebut dalam rangka pelaksanaan pendidikan umum

menanamkan nilai intrumental operasional (NIO) dan nilai instmmental esensial

(NEE), walaupun upaya guru dan kepala sekolah disadari atau tidak bahwa dalam

pikiran, ucapan, dan tindakannya itu terkandung nilai-nilai tersebut.

Ketiga,

di samping mengacu kepada aturan formal yang bersifat global, juga

upaya gum dan kepala sekolah dalam menata semua kegiatan dan menciptakan

lingkungan pendidikan dalam suasana yang kondusif didorong oleh komitmen

atau tanggung jawab diri beragama yang kuat

lebih-lebih di MTs. dalam

melahirkan kerangka landasan kebijaksanaan dalam pembinaan niiai-nilai dan

perilaku keagamaan siswa yang sedang berlangsung. Hal tersebut mengisaratkan

bahwa komitmen mereka telah mampu menibangkitkan semangat beragama

siswa yang formal, mengacu pada tujuan pendidikan pembentukan kepribadian

manusia yang utuh.

Keempat,

reka-upaya guru dan kepala sekolah (menata lingkungan fisik,

pikologis, menata seluruh kegiatan) dalam membina nilai-nilai dan perilaku

keagamaan siswa berahasil bagi perubahan diri siswa Perubahan perilaku tampak

dalam kebiasaan disiplin diri, seperti dalam menjaga kebersihan lingkungan

sekolah (ruang dan halaman senantiasa bersih dari sampah); patuh dalam mentaati

peraturan atau tata tertib sekolah (berpakaian sergam rapih dan bersih, potongan

(37)

rambut pendek, ke luar masuk kelas minta izin, dan budaya mengucapkan salam)

mengindikasikan bahwa peserta didik telah berusaha membiasakan diri untuk

hidup bersih dan teratur. Meskipun diyakini tidak semua peserta didik hidup

bersih dan teratur di rumahnya, akan tetapi hal tersebut cukup beralasan sebagai

hasil dari reka-upaya gum dan kepala sekolah menanamkan nilai disiplin diri.

Perubahan perilaku lainnya yang tampak dari kegiatan rutinitas keseharian

di lingkungan sekolali, seperti tersingkap mereka rajin melaksanakan shalat

Dzuhur, Ashar, Jum'at, dan lancar baca tulis Al-Qur'an. Sedangkan pembahan

yang lebih jauhlagi adalah ada sebagian dari gum sebagai pendidik baik di SLTP

maupun di MTs alumni dari sekolah tersebut Hal ini merupakan suatu indikator

dari keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.

B. Saran-Saran

Bertitik tolak dari temuan dan kesimpulan dari penelitian ini, maka perlu

dikemukakan beberapa saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi SLTP N 1 Katapang

a) Kepala sekolah hendaknya memiliki

visi ke depan bertalian dengan

pembinaan mutu kehidupan sekolah, lantas difungsikan semua warga sekolah, baikguru maupun tatausaha sertamasyarakat, terutama orang tua

siswa

b) Kepala sekolali hendaknya melakukan pendekatan yang tepat dalam

pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan di sekolah dengan

(38)

memberdayakan peran serta seluruh aparat sekolah dalam mengambil

keputusan penting di sekolah; sehingga akan dapat menibangkitkan rasa

kebersamaan dan kekompakan dalam menangani persoalan-persoalan

siswa, rasa memiliki, rasa dihargai, berwibawa dan tegas.

c) Guru hendaknya bersedia menjadi mitra dialog dan bisamenerima curahan

hati siswa yang bermasalah.

d) Guru hendaknya mengacu kepada prinsip kasih sayang dalam membina

nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa di sekolah, siswadipandang oleh

guru sebagai titipan orang tua/wali dan amanah dari Allah yang senantiasa

harus dijaga dan dibina serta hams diperlakukan secara baik dan adil.

e) Bahwa pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa merupakan

tanggung jawab bersama semua gum dalam proses pendidikan, bukan

hanya jadi beban tanggung jawab gum mata pelajaran agama saja, akan

tetapi semua warga sekolah yang terlibat memiliki tanggung jawab moral

untuk menciptakan situasi pembinaan yang utuh dan kondusif. Di samping

itu, bahwa pendidikan nilai-nilai tersebut juga merupakan tanggung jawab

keluarga sebagai lingkungan pertama yang meletakannya

f)

Pengelolaan mesjid dan semua aktivitas keagamaan siswa di sekolah

hendaknya lebih semarak diberdayakan supaya tercipta dan terasa lingkungan sekolah yangreligius.

g) Hendaknya kepala sekolah, guru, dan siswa mempunyai inisiatif dan

bervariasi dalam mengisi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan

dengan pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa di sekolah.

(39)

h) Menyisipkan misi dalam setiap kegiatan upacara dengan ceramah

keagamaan dan dalam pembelajaran di ruang kelas menghubungkan mata

pelajaran dengan nilai-nilai keagamaan.

i) Hendaknya para pelaku pendidikan di SLTPN dapat meningkatkan

penghayatan terhadap proses pembinaan nilai-nilai dan menampilkan

ketaladanan yang maksimal.

2. Bagi Yayasan Pendidikan Islam AL-HAQ

a) Pihak pengurus Yayasan perlu mencari sumber dana yang memadai agar

sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya dapat terpenuhi.

b) Untuk mencapai tujuan sesuai dengan misi Yayasan tersebut, koordinasi

antara pihak pengelola dan gum-guru dengan pengurus YPI AL-HAQ

perlu ditinggkatkan.

c) Peran serta masyarakat terhadap Yayasan tersebut perlu ditingkatkan agar keberadaannya dirasakan lebih memberikan pengaruh yang besar terhadap

proses pendidikan anak-anak di sekitarnya, sehingga timbul rasa memiliki

sebagai wujud nyata dari tanggung jawab.

3. BagiPenelitian Selanjutnya

a) Kondisi obyektif di lapangan menunjukan bahwa gum dan kepala sekolah

memiliki peranan yangpenting dalam menanamkan nilai-nilai dan perilaku

keagamaan kepada siswa Oleh karena itu, untuk memaparkan hal-hal

yang masih belum tersingkap secara utuh dan jelas dalam penelitian ini,

makaperlu diungkapkan persoalantersebut untuk diteliti lebih lanjut.

(40)

b) Disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan yang lebih mendalam

bertalian dengan pembinaan nilai-nilai dan perilaku keagamaan siswa,

bagaimana gum menggunakan pendekatan, metode, dan cara dalam

menanamkan nilai-nilai tersebut yang lebih rinci di lingkungan pendidikan

dengan latar belakang siswayang berbeda-beda

c) Penelitian ini hanya mengacu pada masalah pembinaan nilai-nilai dan

perilaku keagamaan siswa Oleh karena itu, untuk memperkaya dan

melengkapi khasanah penelitian ini, kiranya perlu ada penelitian lain

dengansudut pandang yang berbeda

(41)
(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Abdurrahman Saleh, 1990, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur 'an,Jakarta : Rineka Cipta

Abdul Manan, 1995, Pendidikan Mlai: Konsep dan Model (Value and Education : Concepts andModels; Winecoff, H.L.1988) WJPMalang.

Al-Qur'an nul Karim

Alberty, HB. & Alberty E. J., 1965,

Recognizing the High School Curriculum,

Third Edition, New York: The Macmillan Company.

Aris Munandar, 1987,Pembinaan dan Masalahnya, Jakarta: Gramedia

Bogdan, Robert C & Biklen, Knopp Sari, 1990, Riset Kualitatif Untuk

Pendidikan : Pengantar Ke Teoti dan Metode.Alih Bahasa Munandir.

Brouwer, M..A.W., 1989,Kepribadian dan Perubahannya, Jakarta: Gramedia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995,Pedoman Peningkatan Keimanan

dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YangMaha Esa,Jakarta

Djamari, 1985, Mlai-Mlai Agama Dan Budaya yang Melandasi Interaksi Sosial

di Pondok Pesantren Cikadueun Banten,Disertasi, FPS IKIP Bandung.

, 1988, Agama Dalam Perspektif Sosiologi, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta

Djawad Dahlan, M., 1988, Posisi Bimbingan Penyuluhan Pendidikan dalam Rangka Ilmu Pendidikan, Pidato Pengekuhan Jabatan Guru Besar dalam Pendidikan di FTP IKIP Bandung.

Downey, Meriel & Kelly, A.V., 1978,Moral Education, Theory and Practice,

London: Harper & Row Ltd.

Endang Sumantri, 1993,Harmoni Budaya Hidup Berpancasila dalam Masyarakat

yang Religius: Suatu analisis Fenomenologis. Pidato Fengukuhan Guru

Besar FPJJ?S IKIP Bandung.

Faisal Ismail, 1998,Mlai-Mlai Integralsstik Islam, Artikel, dalam Harian Pikiran Rakyat, 10 Oktober 1998

Fraenkel, JackR. 1977,Howto Teach about Values,New Jersey: Prentice

(43)

Hamzah Ya'qub, 1993,

Etika Islam Pembinaan Akhlqul Karimah

(Suatu

Pengantar), Bandung: Dipenogoro.

Harris, Allan, 1976, Teaching Morality and Religion, London: George Allan &

Unwin Ltd.

Kay, William, 1975,

Moral Education; Asocioligical Study of the Influence of

Society, Home and School, London: George Allen & Unwin.

Kosasih Djahiri, 1985,Strategi Pengajaran Afektif-Mlai-Moral VCT dan Game dalam VCT, BandungPMPKN IKIP Bandung.

, 1996,Menelusuri Dunia Afektif (Pendidikan Mlai dan Moral), PMPKN IKD?Bandung.

Kurtines,

William M

&

Gewirtz, Jacob

L,

1987,

Moral Development Trough

SocialMeraction,New York: John wiley & Sons.

Lexy J.Moleong, 1994,Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: RosdaKarya Lipham, James M., at al., 1985, The Principalship; Concepts, Competencies and

Cases,New York: Longman.

MardiatmadjaB.S., 1986,Tantangan Dunia Pendidikan, Yogyakarta; Kanisius.

M. L Soelaeman, 1988, Suatu Telaah Tentang Manusia-Religi-Pendidikan,

Depdikbud, DirjenDikti, Jakarta

, 1985, Suatu Upaya pendekatan Terhadap Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah,Disertasi FPS EKJJ? Bandung.

, 1994,Pendidikan dalam Keluarga,Bandung : Alfabeta

Muslih Usa, 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta,

Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.

Nasution, 1988,Metode Penelitian Naturalisktik Kualitatij]Bandung : Tarsito. Nursid Sumaatmadja, 1991, Konsep dan Eksistensi Pendidikan Umum, FPS IKIP

Bandung.

Phenix, Philip, H, 1964, Realm ofMeaning; A Philosophy ofthe Curriculum for

General Education,New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai

Pustaka

(44)

Rath Louis Simon, at al., 1978,

Values and Teaching (Workong with Values in

The Classroom),

Columbus: Charles E. Meml Publishing Company.

Singgih Gunarso, 1991,

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,

Jakarta

:

BPK Gunung Agung.

Strong, Shaver W., William, P, 1982,

Facing Values Decision Teacher,

Colombia: UniversityNew York and London.

Sudardja Adiwikarta, 1988,

Sosiologi Pendidikan Isyu dan Hipotesis Tentang

Hubungan Pendidikan dan Masyarakat, Jakarta :P2LPTK.

Sumadi Suryabrafa, 1995,

Psikologi Kepribadian,

Jakarta : Raja Grafmdo

Prasada

Suyanto, 1998, Revitalisasi Pendidikan Agama Islam, Artikel, dalam Harian Pikiran Rakyat, 5 Januari 1998.

Ulwan, Abdullah Nashih, 1992, Kaidah-Kaidah Dasar Pendidikan AnakMenurut

Islam,

PenerjemahK.A. Masjukur Hakim, Bandung : Rosdakarya

Undang-Undang Republik Indonseia No.2 Tahun

1989 Tentang

Sistem

Pendidikan Nasional dan Penieiasannva.

Zainuddin, dkk, 1990, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bumi Jakarta:

Aksara

Zakiyah Daradjat, 1911,Membina Mlai-Mlai Moral di Indonesia, Jakarta :Bulan Bintang.

, 1980,Psikologi Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Zuhara Idris, 1981, Dasar-Dasar Kependidikan,Padang: AksaraRaya

(45)

Referensi

Dokumen terkait

1) Sistem yang dibangun akan mempunyai antarmuka yang familiar dan mudah digunakan bagi pengguna. 2) Sistem akan menampilkan tampilan informasi anak disabilitas yang hilang.

Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Tahu Sumber Indah yang berlokasi di kelurahan Mentaos Banjarbaru dengan metode absorbsi menggunakan larutan Ba(OH)2 dengan

5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan. Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara siswa yang memperoleh Problem Based Learning dengan siswa

Uji keunggulan menggambarkan keunggulan karakter- karakter penting yang dimiliki calon varietas dengan varietas pembanding.Lama daya simpan calon varietas UB2 dan

Dari hasil penelitian ternyata didapat bahwa (x7)= memiliki kredibilitas mempunyai pengaruh paling besar dibandingkan dimensi lainnya yaitu 80,8% sehingga pimpinan

[r]

Oleh karena itu permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas proses produksi plastic tube 30 mm pada tahapan drilling