• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERDAYAAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH : Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERDAYAAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH : Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

HI Bl NGAN PEMBERDAVAAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT DENGAN PEMBm AAN

PENDIDIKAN DI SEKOLAH

(Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung)

TESIS

Diajukan kepada Panitia I jian Tesis PPS I niversitas Pendidikan Indonesia Bandung untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Program S-2

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

. <

Oleh: H. Sl'ROXO

MM. 989558

1 : '*" %*

1 . I ' *

V - ' . *

,

i

v < * • iH

V-PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDING

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul :

"Hubungan

Pemberdayaan dan Peranserta Masyarakat dengan Pembiayaan Pendidikan di

Sekolah (Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Negeri di Kota Bandung)"

ini beserta seluuh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijaruhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 4 Desember 2000

Yang membuat pernyataan,

(3)

Lembar Persetujuan

HI Bl NGAN PEMBERDAYAAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT DENGAN PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN DI SEKOLAH

(Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung)

Disetujui dan Disahkan oleh

Prof. Dr. H. MOCH. IDOCH1 ANWAR

Pembimbing I

(4)

A B S T R A K

Sekolah sebagai suatu sistem terbuka, sangat dipengaruhi oleh masyarakat

dan oleh karena itu terjadi hubungan interdependensi antara pendidikan di sekolah

dengan masyarakat. Sekolah sebagai suatu sistem menghasilkan

output

yang

dibutuhkan masyarakat baik secara moral maupun untuk kepentingan ekonomi.

Kepentingan moral berkaitan dengan perilaku lulusan yang mampu beradaptasi

dengan lingkungannya sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat, bahkan lebih

dari itu dapat membangun masyarakatnya. Sedangkan yang berkaitan dengan

kepentingan ekonomi, berkaitan dengan investasi jangka panjang bagi proses

produksi dunia usaha.

Salah satu bentuk peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan adalah dalam bentuk pembiayaan pendidikan di sekolah. Namun

peranserta tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada upaya

pemberdayaan dari pihak sekolah sebagai pengelola pendidikan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara : (1) pemberdayaan dengan pembiayaan pendidikan di sekolah; (2)

pemberdayaan dengan peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan di

sekolah; (3) peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan di sekolah;

serta (4) secara bersama-sama antara pemberdayaan dan peranserta masyarakat

dengan pembiayaan pendidikan di sekolah. Implik is< lya hasil penelitian ini dapat dijadikan model atau kajian dalam upaya peningkatan pemberdayaan di sekolah

sejenis dengan berdasarkan prinsip transparansi.

Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut, maka direkomendasikan :

(l)Manajemen sekolah seyogyanya dapat menyusun program yang berbasis pada kehendak masyarakat {community based participatory management). Hal ini dimaksudkan untuk mendapat kepercayaan masyarakat dan penigkatan

partisipasi yang nyata;

(2) Mengembangkan akses masyarakat dalam posisi menentukan terhadap proses dan hasil pendidikan. Masyarakat dengan demikian dapat memberikan saran dalam berbagai hal untuk menciptakan pendidikan yang diharapkan terma uk dalam hal pengembangan kurikulum, pola pembiayaan, model-model evaluasi serta pemanfaatan lulusan, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebi^v tinggi maupun untuk hidup mandiri di masyarakat;

(3) Mar \jemen sekolah seyogyanya meningkatkan hubungan dengan masyarakat, baik" melalui hubungan-hubungan formal maupun informal sebagai impementasi dari konsep pelayanan prima, dan

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 10

D. Kegunaan Penelitian 10

E. Kerangka Pemikiran 11

F. Hipotesis 19

G. Defmisi Operasional Variabel Penelitian 20

BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM

KONTEKS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN 23

A. Konsep Administrasi Pendidikan 23

B. Konsep Pemberdayaan 27

C. Pemberdayaan Dalam Konteks Manajemen Pendidikan 36

D. Peranserta Masyirakat dalam Pendidikan 40

- E. Pembiayaan Pendidikan di Sekolah 45

., F. Telaahan Hasil Penelitian yang Relevan 49

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 53

A. Metode Penelitian 53

B. Populasi dan Sampel 53

C. Teknik Pengumpulan Data 54

D. Teknik Analisis Data 55

(6)

C. Teknik Pengumpulan Data 54

D. Teknik Analisis Data 55

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN 58

A. Data Responden 58

B. Data Hasil Penelitian 61

C. Pengujian Hipotesis 80

BABV KES1MPULAN. 1MPLIKASI, DAN REKOMENDASI 85

A. Kesimpulan 85

B. Implikasi 86

C. Rekomendasi 86

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN 92

1. Angket Pengumpulan Data 92

2. Tabel Penolong Analisis Korelasi Pemberdayaan Dengan Pembiayaan

Pendidikan di Sekolah 98

3. Tabel Penolong Analisis Korelasi Pemberdavaan dengan Peranserta

Masyarakat 102

4. Tabel Penolong Analisis Korelasi Peranserta Masvarakat Dengan

Pembiayaan di Sekolah 106

5. Data Jawaban Rcponden 110

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran 13

2. Kerangka Pemikiran Statistik 18

3. Skema Tingkat Pemilihan Satuan Sampling 54

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Program Kerja dan Anggaran Biaya Sekolah Tahun Pelajaran 2000/2001... 7

2. Rasio Investasi Fisik dan SDM terhadap PDB 47

3. Data Responden Berdasarkan Usia 58

4. Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 59

5. Data Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Per Bulan 60

6. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 60

7. Kecenderungan-kecenderungan Jawaban Responden dalam Persentase 76

(9)

BAB I

P E N D A H I L ITA N

A.Latar Belakang

Menghadapi perubahan menuju masyarakat baru dalam era pelaksanaan

otonomi daerah, dunia pendidikan juga dituntut memiliki konsep dan pendekatan

yang sesuai. Strategi untuk menghadapi perubahan tersebut, pendidikan mempunyai

peran yang amat penting, karena pendidikan menurut Soebagio Atmodiwirio (2000 :

31) sekurang4curangnya memiliki empat fungsi antara lain: (1) fungsi sosial,

memerangi segala keterbelakangan dan kebodohan; (2) fungsi pembaharuan dan

inovasi, meningkatkan kehidupan dan martabat manusia; (3) fungsi pengembangan

sosial dan r..badi, meningkatkan ketahanan nasional dan meningkatkan rasa

persatuan dan kesatuan berdasarkan kebudayaan bangsa; (4) fungsi seleksi,

mengembangkan kemampuan manusia Indonesia.

Di sisi lain, Soepardjo (1988 : 18 - 19) berpendapat bahwa : "proses

pendidikan bukan sekedar hanya proses mekanis, tetapi sebuah transformasi nilai,

pendidikan juga merupakan pengintegrasian nilai dalam wadah budaya bangsa, yang

akan menghasilkan suatu kegiatan yang efektif dan fungsional dan tanpa nilai seni

budaya bangsa, maka usaha pendidikan akan merupakan kegiatan yang kurang bermisi serta kehilangan arah, makna, dan arti".

Sedangkan menurut Wardiman Djojonegoro (1996), pendidikan paling kurang memiliki tiga fungsi, yaitu (1) mencerdaskan seluruh rakyat, (2) menyiapkan

(10)

2

tenaga kerja , (3) membina dan mengembangkan IPTEK dan melestarikan nilai-nilai

luhur budaya bangsa.

Dari pengertian di atas, menjelaskan bahwa pendidikan bagi suatu bangsa

pada situasi apa pun amatlah pentmg, terlebih penting pada saat sedang terjadi

perubahan yang mendasar dan cepat, sebagai konsekuensi logis dari reformasi dan

otonomi daerah yang berlaku efektif mulai Januari 2001. Maka jelaslah kalau

pendidikan harus tetap eksis, dan tampil seirama dengan nuansa kehidupan

masyarakat bangsa yang sedang menata diri melalui reformasi untuk menuju

kehidupan yang lebih meningkatnya akses masyarakat dalam berperanserta di

banyak aspek kehidupan.

Pendidikan, menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 (UU No. 2 Th

1989) merupakan suatu sistem yaitu ^eseluruhan yang terpadu dari semua satuan

dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk

mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan

dilaksanakan melalui duajalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan

luar sekolah. Jalur pendidikan iekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan

di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan

berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan di luar sekolah merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar

yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Namun inti dari pendidikan

(11)

proses belajar yang efektif. Artinya, bahwa semua instrumen pembelajaran

berinteraksi secara optimal untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan.

Dalam hal fungsi sekolah yang efektif, Cheng (1996) mengemukakan bahwa

"sekoiah itu menunjukkan kemampuannya dalam menjalankan fungsinya secara maksimal. Adapun fungsi sekolah termaksud meliputi : (1) fungsi ekonomis, (2)

fungsi sosial kemanusiaan, (3) fungsi poiitis, (4) fungsi budaya, dan (5) fungsi

pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah, adalah memberikan bekal kepada siswa agar

bisa hidup sejahtera. Fungsi sosial sekolah adalah, sebagai media bagi siswa untuk

beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi poiitis sekolah sebagai wahana

untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Fungsi budaya adalah sebagai media untuk melakukan transmisi dan tranformasi

budaya. Adapun fungsi pendidikan, sekolah sebaga ,/ahana untuk proses

pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa.

Sekolah merupakan sebagian dari sistem masyarakat dan berada di bawah

pengaruh masyarakat. Sekolah juga sebagai pranata sosial, merupakan suatu sistem

terbuka"A school is an open system to degree that it interacts with its environment

and the. larger systems ofwich it is part(Tye and Novotnye, dalam Manap, 1999 :

24).

*:

Sekolah sebagai bagian dari masyarakat mempunyai fungsi menerima dan

membantu memenuhi tuntunan kebutuhan masyarakat seperti disebutkan di atas

hakekatnya terus menerus berubah dan berkembang. Oleh karena itu pengelolaan

(12)

terbatasnya sumber-sumber pendukung terutama khususnya biaya dari pemerintah

yang amat diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan yang memadai.

Konsekuensi logisnya administrator pendidikan selaku perencana pendidikan harus

berusaha keras mempelajari teori-teori, menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip

perencanaan yang jitu (Siswoyo Hardjodipuro, 1975 : 7).

Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) merupakan satuan pendidikan dasar

yang cukup strategis, baik dilihat dari segi kelompok umur sesuai dengan kajian

perkembangan psikologis maupun dikaitkan dengan keberhasilan proses belajar

selanjutnya. Menurut Sanusi (1998) pada usia 7-15 tahun adalah paling baik

dibangun mlai-nilai dasar kepribadian positif, karena pada usia itu tengah

berkembang subur sensitivitas. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa keberhasilan

pendidikan seseorang pada tahap selanjutnya, amat ditentukan oleh pengalai. pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar.

Untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah pada situasi apapun, pada situasi krisis ekonomi sekalipun, tidak akan bisa lepas dari masalah biaya

pendidikan. Persoalan ini akan menjadi semakin rumit manakala dikaitkan dengan

variabel-variabel biaya.

Di satu pihak kebutuhan biaya semakin meningkat sejalan dengan perkembangan pendidikan, sedangkan di lain pihak biaya yang tersedia relatif terbatas. Bahkan dua tahun terakhir sumber dana pendidikan dari pemerintah cenderung menurun dari tahun sebelumnya. Sedangkan peran biaya pendidikan

(13)

mutunya. Hal ini sebagaimana dikemukakan Beeby, yang dikutip oleh Tilaar

sebagai berikut : "salah satu kunci utama dalam meningkatkan pendidikan adalah

tersedianya cukup biaya. Pendidikan yang baik menuntut biaya yang lebih besar dari

pendidikan yang buruk " (Tilaar, 1970 : 51).

Gambaran empirik tentang pentingnya kecukupan biaya pendidikan dan

semakin terbatasnya biaya pendidikan dari pemerintah mendorong perlunya

dikembangkan berbagai upaya manajemen yang dilakukan oleh para peneliti,

termasuk administrator pendidikan, agar diperoleh biaya pendidikan dari berbagai

pihak untuk membiayai pendidikan sehingga pendidikan di sekolah berjalan efektif.

(Ace Suryadi dan Tilaar, 1993 : 22)

Penelitian termaksud antara lain tentang upaya menggali sumber biaya

pendidikan agar layanan pendidikan efektif dan faktor-faktor yang menjadi

hambatan pencapaian sekolah efektif perlu dicarikan pemecahannya. Oleh karena itu

masalah ini adalah aktual untuk diteliti dan dianalisis, terlebih apabila dikaitkan dengan rencana disosialisasikannya manajemen berbasis sekolah (MBS). Konsep

MBS menekankan keteriibatan tinggi (high involvement model) yaitu lebih berorientasi pada kemampuan yang memungkinkan keteriibatan orang

tua/masyarakat secara bermakna dan mempertaruhkan kinerjanya sendiri, di

samping perlu dikembangkanpower sharing antara pemerintah pusat, daerah dan

pengelola sekolah (Nanang Fattah, 2000)

Uraian di atas memberi gambaran betapa pentingnya studi mengenai upaya

(14)

yang efektif, meski dalam situasi krisis dan kemampuan pemerintah amat terbatas.

Masalah ini amat menarik dan pelaksanaa studi yang dilakukan ini berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

(1) Alokasi biaya pendidikan dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja

negara (RAPBN) memperlihatkan jauh dari kecukupan, yakni masih di bawah

10% dari GNP, sedangkan para pakar berpendapat biaya pendidikan yang

memadai mestinya berkisar 20 - 25 dari GNP;

(2) Usia sekolah 7-15 tahun masih merupakan bagian terbesar kelompok umur

yakni sekitar 45 juta jiwa;

(3) Penyelenggaraan pendidikan yang baik seyogyanya diimbangi dengan

tersedianya biaya yang cukup memadai;

(4) DaL pendidikan nasional sesuai dengan Undang-undang No. 39 Th 1992,

bahwa "peranserta masyarakat ikut memelihara, menumbuhkan dan

mengembangkan pendidikan nasional";.

(5) Secara teknis, peranserta masyarakat tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk dukungan anggaran terhadap pembiayaan pendidikan, sehingga proses

pendidikan tersebut mempunyai dukungan anggaran yang cukup untuk ^pelihara, ditumbuhkan, dan dikembangkan.

Berdasarkan data pada 10 SLTP Negeri di Wilayah Bandung Barat diperoleh data perbandingan anggaran pemerintah (APBN) dengan anggaran bantuan

(15)
[image:15.595.113.512.59.250.2]

Tabel 1 : Program Kerja dan Anggaran Biaya Sekolah Tahun Pelajaran 2000/2001

No SLTP SUMBER ANGGARAN

RUTIN OPF BP3 JUMLAH

1 SLTPN 1 404.441.000 800.000 233.000 000 404.474.000 2 SLTPN6 283.611.000 1.200.000 185.454.000 470.265000 3 SLTPN 9 365 843.000 1.200.000 222408.000 589 451 000 4 SLTPN 12 435.051.000 1.200.000 233.664.000 669 895 000 5 SLTPN 15 283.000.000 800.000 116.100.000 399.900 000

6 SLTPN 23 276.014.000 - 177.600.000 453.614000

7 SLTPN 25 287.755.000 800.000 204.708.000 529.263.000

8 SLTPN 26 278.785.000 - 149.560.000 428.675.000

9 SLTPN 29 415.000.000 - 124.755.000 539.755.000

10 SLTPN 32 280.466.000 - 167.574.000 448.040.000

JUMLAH 3.209.500.000 6.000.000 1.812.823.000 4.933.332000

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2000

Tabel di atas menggambarkan kontribusi masyarakat yang direpresentasikan

dalam BP3 hanya menyumbang sebesar Rp 1.812.823.000 atau sebanvak 36 %

terhadap keseluruhan biaya pen-^ikan sebesar Rp 4.933.332.000. Dengan demikian

peranan masyarakat untuk membantu pembiayaan pendidikan di sekolah relatif

masih kurang memadai, terlebih ketika anggaran yang bersumber dari APBN dinilai

sangat minim dipandang dari prinsip otonomi dalam kerangka MBS. Sebagai dampak lebih lanjut, baik menyangkut kualitas proses maupun hasil belajar masih

belum memuaskan sepenuhnya. Dari sejumlah indikator kualitas, salah satu di

antaranya sebaran hasil EBTANAS di sepuluh SLTP Negeri Bandung Barat, baru menduduki puluhan atau belasan untuk tingkat rayon Kota Bandung. Sedangkan peringkat pertama untuk seluruh mata pelajaran tersebut dipegang oleh SLTPK I

BPK Penabur yang seluruh kegiatan belajar mengajarnya didukung dengan biaya

(16)

Oleh karena itu kiranya diperlukan adanya penelitian tentang upava

memberdayakan peranserta masyarakat dalam membiayai pendidikan di sekolah,

khususnya di SLTPN (melalui sudut pandang administrasi pendidikan) dengan

harapan biaya yang diperlukan akan dapat diperoleh secara cukup memadai

sehingga lebih mampu menunjang efektivitas penyelenggaraan pendidikan di

sekolah.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas. penuiis tertarik untuk

menelitinya lebih jauh ke dalam bentuk tesis dengan judul :

HIBINGAN

PEMBERDAYAAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT DENGAN

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Studi Deskriptif

Analitik pada SLTP Negeri di Kota Bandung)"

B. Rumusan masalah

Salah satu kunci utama dalam meningkatkan pendidikan adalah tersedianya

angggaran yang memadai. Seperti halnya pendapat Tilaar (1970) bahwa pendidikan

yang baik menuntut biaya yang lebih besar dari pendidikan yang buruk. Sementara

itu anggaran yang disediakan pemerintah dalam bentuk APBN (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara) dinilai masih belum memadai. Untuk itu

diperlukan berbagai upaya untuk mendayagunakan peranserta masyarakat sehingga

mereka mampu memberikan kontribusi dalam bentuk dukungan anggaran bagi

(17)

direpresentasikan dalam BP3 juga dinilai masih belum memadai. Oleh karena itu

diperlukan berbagai langkah strategis untuk menggali potensi masyarakat sehingga

dapat meningkatkan kontribusinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Salah satu upaya ke arah itu adalah melalui pemberdayaan. Melalui

pemberdayaan ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan, khususnya dari aspek pembiayaan. Upaya ini

sekurang-kurangnya telah diwujudkan dalam program orang tua asuh dan donatur

pendidikan di beberapa sekolah. Tetapi apakah pemberdayaan dan peranserta

masyarakat ini secara signijikan dapat membantu pembiayaan pendidikan di

sekolah, adalah suatu pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini.

Bertitik tolak dari rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka

pertanyaan penelitian tesis ini dirumuskan sebagai berikut:

(1) Adakah hubungan yang signifikan antara pemberdayaan dengan pembiayaan

pendidikan di sekolah?

(2) Sejauhmana hubungan pemberdayaan dengan peranserta masyarakat dalam

pembiayaan pendidikan di sekolah?

(3) Seherapa jauh hubungan peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan

di sekolah?

(4) Bagaimanahubungan secara bersama-sama antara pemberdayaan dan peranserta

(18)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

jelas mengenai pemanfaatan peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan

di sekolah pada lingkup pelaksanaan manajemen di sekolah, untuk pengembangan

program pendidikan di sekolah pada saat dana pendidikan dari pemerintah amat

terbatas, melalui indentifikasi, deskripsi, dan analisis pola pembiayaan, pola

manajemen sumber dana, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya .

Secara khusus penelitian ini bertujuan :

(1) Menguji hubungan antara pemberdayaan dengan pembiayaan pendidikan di

sekolah;

(2) Memperoleh gambaran tentang hubungan pemberdayaan dengan peranserta

masyarakat dalam pembiayaan pendidikan di sekolah;

(3) Mengkaji hubungan peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan di

sekolah;

(4) Mengidentifikasi hubungan secara bersaraa-sama antara\.emberdayaan dan peranserta

masyarakat dengan pembiayaan pendidikan di sekolah.

D. Kegunaan Penelitian

(19)

pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), melalui pemberdayaan peran

serta masyarakat.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan bacaan

dalam upaya pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan dan peningkatan

mutu pendidikan dasar.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau

bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijaksanaan pemerataan dan perluasan

dan peningkatan mutu pendidikan dasar, khususnya SLTP.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir penelitian (paradigma penelitian) merupakan suatu model

yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

Kerangka berpikir tentang implementasi administrasi pendidikan dan

hubungannya dalam pemberdayaan peranserta masyarakat dalam pembiayan

pendidikan di sekolah dalam rangka menyukseskan program pemerataan riutu

pendidikan, yang didisusun berdasarkan asumsi-asumsi dan gambaran fenomena

sebagaimana dikemukakan pada latar belakang.

Kerangka berpikir penelitian ini dikembangkan dari beberapa pemikiran

teoritik antara lain :

(20)

terhadap elemen lain. Pola-pola interaksi yang menjadi paramenter sosiologi

pendidikan adalah : (a) interaksi guru-murid, (b) dinamika kelompok, (c)

sistem-sistem masyarakat, dan (d) struktur dan fungsi sistem-sistem pendidikan; (2) pendidikan

adalah lembaga yang paling tepat untuk menghasilkan sumber daya manusia

berkualitas; (3) kajian kebijaksanaan pendidikan sekolah yang efektif adalah upaya

dan capaian target pengelolaan pendidian, baik aspek proses yang meliputi

berfungsinya perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi

hasil belajar. Sedangkan aspek mutu, jumlah dan mutu lulusan jumlah dan kualitas

guru, jumlah dan kondisi fasilitas, frekuensi dan mutu layanan; (4) keterbatasan

sumber daya biaya pendidikan dari pemerintah dapat ditanggulangi dengan

dukungan biaya pendidikan dari masyarakat, karena administrasi sabagai proses

sosial dimana antara indiv.-^ dan organisasi saling mengisi dalam berbagai

mekanisme, termasuk meningkatkan akses masyarakat melalui pemberdayaan.

Adapun deviasi antara persyaratan ambang dengan profil SLTP yang efektif

sebagai implementasi perencanaan yang memerlukan intervensi ke masyarakat agar partisipasi dalam membiayai pendidikan sekolah meningkat sehingga capaian mutu

atau layanan pendidikan juga meningkat. Bentuk intervensi tersebut antara lain

diirr,lementasikan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat (empowering people),

*.> >

sehingga masyarakat mempunyai akses terhadap penyelenggaraan pendidilkan di sekolah. Lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan pada gambar 1

(21)

PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS

MASYARAKAT OUTPUT

1. Membuat mampu; PENYELENGGARAAN PENDIDIK\N

2. Memperlancar; PENDIDIKAN DI

3. Berkonsultasi; SEKOLAH YANG 1. Masyarakat

4. Bekerjasama; EFEKTIF 2. Pemerintah

5. Membimbing; 3. Duma Usaha

6. Mendukung.

i r V _,

. _ — ^ ' — —

PERSYARATAN AMBANG INTERVENSI UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

PROFIL SLTP EFEKTIF

1. Kctersediaan biaya 1. Pemberdavaan 1. Upaya ketcrsediaan

pendidikan yang cukup 2. Intervening pembiayaan biaya pendidikan yang

memadai meningkat (bagaimana, cukup

- Biava dari pemerintah kapan, oleh siapa). 2. Model pembiayaan (LS/Gaji, UYHD) 3. Intervensi target pendidikan yang efektif - Biaya dari partisipasi peningkatan mutu agar 3. Capaian prestasi

masyarakat sekolah efektif. —• masvarakat pendidikan melalui pembedayaan

2. Sekolah Efektif masyarakat oleh

- Mutu masukan SLTP manajemen

- Jumlah dan kualifikasi 4. Jumlah dan kualifikasi

guru guru yang melayani

- Kinerja sekolah (layanan PBM'efektif

pendidikan) 5. Mutu layanan

- Mutu lulusan pembelajaran

[image:21.595.107.540.48.556.2]

A 1

Gambar 1 :Kerangka Pemikiran

1. Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan mempunyai dimensi yang sangat luas, dan sangat

bergantung kepada latar belakang ahli yang mendefinisikan. Misalnya Sunyoto

Usman (1998:21) menilai istilah pemberdayaan berkaitan dengan penanganan

st^y**°i•••in r\ \

y\:f;: ©7/Vv\

ff

(22)

masalah kemiskinan. Menurut Sunyoto Usman, setidak-tidaknya ada dua macam

perspektif yang relevan untuk mendekati persoalan pemberdayaan masyarakat

(terutama kelompok miskin) agar lebih memiliki akses pada pelayanan kesehatan,

yaitu (1) perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada alokasi sumberdaya, dan

(2) perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada penampilan kelembagaan.

Pernyataan yang sama, juga dikemukakan Ginandjar Kartasasmita. Dalam

konteks yang lebih luas, Ginanjar Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa

keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang

bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang

bersangkutan. Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapi^an masyarakat yang dalam kondisi sekarang

tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakang ..

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni yang bersifat people centered, participatory, empowering, and

substansiable. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya menggali potensi

baik yang bersifat individu maupun kolektif, untuk dikembangkan sehingga menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi mereka.

Dalam konteks manajemen Aileen Mitchell Stewart (1998 : 22)

mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah "merupakan cara yang amat praktis

dan produktif untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf

(23)

menggali potensi sumberdaya kemampuan dan finansial masyarakat secara praktis

dan produktif untuk membantu pembiayaan pendidikan di sekolah. Hal ini berarti

bahwa pemberdayaan berkaitan erat dengan fungsi-fungsi seorang manajer. Untuk

itu Aileen Mitchel Stewart (1998) mempersyaratkan kecakapan khusus untuk

melakukan pemberdayaan masyarakat(empoweringpeople),yaitu

(1) Membuat mampu (enabling); (2) Memperlancar (facilitating); (3) Berkonsultasi(consulting);

(4) Bekerjasama(collaborating);

(5) Membimbing(mentoring);

(6) Mendukung(supporting).

Kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam pemberdayaan ini identik

dengan fungsi-fungsi manajemen sebagaimana dikemukakan para ahli. Namun

dalam kecakapan-kecakapan ini terdapat penekanan secara khusus, sehingga semua

kegiatan manajer diorientasikan pada upaya menggali potensi individu atau

kelompok yang diberdayakan.

2. Peranserta Masyarakat

Pengertian peran dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS

Poerwa-darmimX 1987 : 735) adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang

pimpinan yang terutama (terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Dengan demikian

peran dapat diartikan sebagai keteriibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Karena

keterlibatannya itulah, maka seseorang tersebut dituntut mampu berbuat banyak dan

(24)

Dalam konteks yang lebih luas, peranserta identik dengan partisipasi.

Loekman Soetrisno (1995 : 206), partisipasi adalah "bersedia dengan sukarela mau

berkorban untuk menunjang tercapainya tujuan...." Misalnya partisipasi rakyat

untuk pembangunan merupakan sesuatu yang harus diwujudkan jika menghendaki

peningkatan kesejahteraannya. Dalam hubungannya dengan pembangunan nasional,

Loekman Soetrisno mengemukakan bahwa definisi partisipasi yang berlaku di

lingkungan aparat perencana dan pelaksana pembangunan adalah "kemauan rakyat

untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan

ditentukan tujuannya oleh pemerintah".

Namun sejalan dengan definisi tersebut, Loekman Soetrisno menyimpulkan : (1) Partisipasi bukanlah mobilisasi, melainkan kerjasama antara masyarakat dengan

p^.^rintah, dalam merencanakan, melaksanakan, dan membiayai pembangunan. (2) Pengembangan dan pelembagaan partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu perubahan dalam persepsi pemerintah dalam pembangunan. Pembangunan harus dianggap sebagai suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa

ini dan bukan suatu ideologi baru yang harus diamankan.

(3) Untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap

toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik, pikiran alternatif yang muncul dalam masyarakat.

3. Pembiayaan Sekolah

(25)

terbuka. Sebagai konsekuensinya sekolah menerima perubahan-perubahan atas dasar

intervensi dari masyarakat. Kondisi ini akan semakin aktual, apabila dikaitkan

dengan rencana disosialisasikannya manajemen berbasis sekolah (MBS). Konsep

MBS, menurut Nanang Fatah (2000) menekankan keteriibatan tinggi (high

involvement model) yaitu lebih berorientasi pada kemampuan yang memungkinkan

keteriibatan orang tua / masyarakat secara bermakna dan mempertaruhkan kinerjanya sendiri, di samping perlu dikembangkan power sharing antara

pemerintah pusat, daerah dan pengelola sekolah.

Sekolah sebagai sistem sosial merupakan suatu sistem yang sangat kompleks.

Keterkaitan antara proses pendidikan dengan lingkungannya akan selalu

terus-menerus berlangsung. Studi biaya pendidikan sebagai salah satu kajian dalam proses produksi pendidikan tidak _.jpas dari keterkaitannya dengan lingkungan. Proses

pendidikan akan melihat konsep biaya dari sejumlah pengeluaran yang memang

harus dikeluarkan oleh badan pendidikan sebagai biaya pendidikan dan besar

kecilnya akan dipengaruhi oleh lingkungan, seperti pendapatan negara, kepadatan

penduduk, dan

political will

pembuat kebijakan. Dari sudut konsumen pendidikan,

konsep biaya dipandang sebagai suatu pengeluaran keluarga untuk membiayai

sekolah anak, yang kemampuannya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan suatu

keluarga.

Menurut Koonts (Nanang Fatah, 2000 : 68) penganggaran

(budgeting)

merupakan satu langkah perencanaan dan juga sebagai instrumen perencanaan yang

(26)

Kegiatan atau prbyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk suatu

periode tertentu.

Persoalan penting dalam penganggaran adalah bagaimana memanfaatkan

sumber-sumber seara efisien. Itulah sebabnya, menurut Nanang Fatah (2000),

penganggaran memerlukan proses yang bertahap, yaitu :

(1) Mengidentifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode anggaran; (2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, mesin, dan

material;

(3) Sumber-sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada

dasarnya merupakan pernyataan finansial;

(4) Memformulasikan anggaran menurut format yang telah disepakati;

(5) Usaha memperoleh persetujuan dari yang berwenang (pengambilan keputusan) dalam tahap ini dilakukan kompromi melalui rapat-rapat untuk

mempertimbangkan secara obyektif dan subyektif

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disusun kerangka pemikiran statistik,

yang dapat digambarkan sebagai berikut :

PEMBERDAYAAN

X,

P,(rxY)2

P4(RX x Y)2

^r ^0\„): PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Y w PA;Y)2

O ir

ii.

-'PERANSERTA

U A C V A D A V A T

1VLA.0 I /

<2

(27)

Pemberdayaan sebagai suatu konsep manajemen yang dijalankan lembaga

pendidikan merupakan suatu upaya untuk mendayagunakan seluruh potensi

pendidikan yang dalam hal ini adalah peranserta masyarakat. Hal ini berarti bahwa

lahirnya peranserta masyarakat dalam pendidikan di sekolah merupakan respon dari

upaya pemberdayaan manajemen pendidikan. Proses pemberdayaan itu sendiri pada

dasamya merupakan suatu upaya untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah

yang efektif yang dalam hal ini mendapat dukungan pembiayaan yang optimal dari

masyarakat. Sedangkan dukungan pembiayaan pendidikan di sekolah tersebut antara

lain terwujud dari adanya peranserta masyarakat.

F. Hipotesis

Bertitik tolak dari kerangka berpikir sebagaimana dikemukaka.. _i atas,

penuiis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

(1) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemberdayaan dengan

pembiayaan pendidikan di sekolah;

(2) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemberdayaan dengan

peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan di sekolah;

(3) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara peranserta masyarakat dengan

pembiayaan pendidikan di sekolah;

(4) Secara bersama-sama terdapat hubungan positif dan signifikan antara

pemberdayaan dan peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan di

(28)

G. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel yang dapat didefinisikan sebagai

berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat, yaitu suatu upaya menggali dan mengembangkan

potensi masyarakat secara praktis dan produktif untuk membantu pembiayaan

pendidikan di sekolah, dengan indikatornya :

a. Membuat mampu (enabling), yang diukur dengan :

(1) Menggali potensi diri sendiri;

(2) Mengenai kemampuan diri sendiri;

(3) Menyediakan waktu untuk membantu pendidikan;

(4) Menyediakan personil pendukung.

b. Memperlancar(facilitating),yang diukur dengan :

(1) Mempermudah aturan organisasi;

(2) Mempersingkat prosedur;

(3) Mempermudah memperoleh informasi.

c. Berkonsultasi (consulting),yang diukur dengan :

(1) Membahas masalah teknis sehari-hari;

(2) Membahas masalah-masalah strategis;

(3) Meningkatkan intensitas dialog.

d. Bekerjasama(collaborating), yang diukur dengan :

(29)

(2) Menyediakan watu untuk kerjasama yang berkaitan dengan pendidikan;

(3) Keterbukaan.

e. Membimbing(mentoring), yang diukur dengan :

(1) Memberikan keteladanan;

(2) Melatih yang berkaitan dengan teknis manajemen pendidikan.

f. Mendukung(supporting),yang diukur dengan :

(1) Memimpin dari belakang;

(2) Mengarahkan sikap mandiri.

2. Peranserta Masyarakat, adalah suatu bentuk keteriibatan masyarakat dalam

pembiayaan pendidikan SLTP, dengan indikatornya :

a. Bersifat kerjasama, yang diukur dengan :

(1) Keteriibatan dalam perencanaan program;

(2) Keteriibatan dalam pelaksanaan program;

(3) Keteriibatan dalam pembiayaan.

b. Adanya perubahan persepsi, yang diukur dengan :

(1) Kewajiban moral untuk membantu pendidikan;

'.?) Partisipasi atas dasar kesadaran dan bukan paksaan.

c. I umbuhnya sikap toleransi, yang diukur dengan :

(1) Penyampaian kritik; (2) Penyampaian gagasan;

(3) Penyampaian pikiran alternatif;

(30)

3. Pembiayaan Pendidikan di Sekolah, adalah keteriibatan masyarakat dalam

pembiayaan dan penyusunan anggaran sekolah, dengan indikatornya :

a. Identifikasi kegiatan, yang diukur dengan :

(1) Penyusunan program kurikuler;

(2) Penyusunan program ekstrakurikuler.

b. Identifikasi sumber-sumber, yang diukur dengan :

(1) Sumber anggaran pemerintah;

(2) Sumber anggaran masyarakat.

c. Pernyataan sumber-sumber, yang diukur dengan :

(1) Anggaran Rutin dan Pembangunan; (2)BP3;

(3) Donatur.

d. Formulasi anggaran, yang diukur dengan :

(l)RAPBS;

(2) Program insidental.

e. Persetujuan yang berwenang, yang diukur dengan :

(1) Penyelenggaraan rapat-rapat;

(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Menurut

Surachmad, (1985 : 140 ) metode penelitian deskriptif adalah : "Suatu metode

penelitian yang tertuju pada pemecahan yang berdasarkan pada fakta dan kenyataan

yang ada pada masa sekarang. Data yang diperoleh dari penelitian, disusun serta

dijelaskan untuk selanjutnya dianalisa berdasarkan teori yang ada kemudian ditarik

kesimpulan"

B. Populasi dan Sam pel

Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua siswa SLTP Negeri di

wilayah Bandung Barat sebanyak 9.872 orang. Sedangkan sampel ditetapkan

sebanyak 150 orang. Rancangan sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

multistage cluster sampling.

Pada tahap pertama dipilih SLTP sebagai klaster

I melalui simpel random sampling (SRS), kemudian dipilih lagi melalui SRS

sebagai klaster II. Kemudian terakhir dipilih melalui SRS para orang tua siswa

sebagai klaster III. Dengan demikian SLTP yang ada di rayon Bandung Barat

dijadikan Satuan Sampling Primer, kemudian dijadikan sebagai Satuan Sampling

(32)

Sekunder (SSS), dan para orang tua siswa sebagai Satuan Sampling Elementer

(SSE).

Rancangan sampling tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

SLTPN j

Rayon Bandung

i-Barat i

Wilavah I Wilayah II i I Wilayah III

SLTPN 1 SLTPN 12 SLTPN 32

_sj

I I

[image:32.595.111.513.144.533.2]

50 orana tua siswa I 50 oranatua siswa |

Gambar 3 :Skema Tingkat Pemilihan Satuan Sampling

C. Teknik Pengumpulan Data

Tteknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(33)

2. Wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap sejumlah informan yang dipilih yang dalam hal ini para Kepala Sekolah dan Pengurus BP3, yaitu dengan

mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi yang aktual berkaitan

dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

3. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap 150 orang tua

siswa yang dijadikan responden penelitian.

4. Teknik dokumentasi, yaitu dengan mengkaji dokumen-dokumen yang ada

relevansinya dengan masalah yang diteliti.

D. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis korelasi ganda

(multiple correlation).

Selanjutnya angka-angka yang

diperoleh ditafsirkan (diinterpretasikan) untuk mendapatkan informasi yang jelas.

Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan

pola atau kategori, mencari htbungan antara berbagai konsep. Interpretasi

menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti bukan kebenaran. Kebenara.i

hasil penelitian masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.

Secara operasional, teknik pengumpulan dan analisis data dapat dijelaskan

sebagai berikut:

(1) Instrumen pengumpul data disebarkan kepada responden pada pertengahan bulan

(34)

(2) Data yang diperoleh dari responden kemudian diolah. Pengolahan data yang

dimaksud di sini adalah sesuai dengan pendapat Surakhmad yaitu : Mengolah

data adalah usaha yang konkrit untuk membuat data berbicara, sebab betapapun

besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai fase

pengumpulan data) apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah

menurut sistematika yang baik, niscaya data itu merupakan bahan-bahan yang

membisu seribu bahasa;

(3) Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan pengolahan data adalah

sebagai berikut:

a. Seleksi angket, dimaksudkan untuk mengetahui apakah responden telah

mengisi angket yang penuiis sebarkan yang telah memenuhi syarat untuk

dianalisis. Kriteria yang digunakan dalam menyeleksi angket adalah sebagai

berikut:

1) Angket yang disebarkan diharapkan semuanya kembali (100%).

2) Tidak ada lembaran angket yang hilang.

3) Angket yang telah diisi sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam

angket, diperiksa kebenarannya sehingga tidak diragukan lagi.

b. Klasifikasi data, adalah cara untuk mempermudah penelitian untuk

(35)

c. Mengkode data, adalah suatu kegiatan untuk memberikan kode terhadap data

yang terkumpul melalui angket, yaitu memberikan nomor secara urut

terhadap hasil pilihan responden.

d. Tabulasi data, bertujuan untuk melihat kecenderungan dari tiap-tiap item.

Untuk mencapai tujuan tersebut penuiis mentabulasikan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyediakan jalur-jalur yang sesuai dengan item yang terdapat dalam

angket.

2) Menghitung frekuensi setiap kategori jawaban dari setiap angket yang

kemudian disajikan dalam bentuk tabel. 4. Pengujian hipotesis dengan rumus :

D

A / ryx] + rS--x2 - 2 ryx! ryx2 rx1x2

Kyx,x2 =

\l

=

•—

t~

^ l-rxix2

Sumber: Sugiyono, 2000 : 154

Keterangan:

R^ix2 = Korelasi ganda antara X! dan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y.

»-yxi = Korelasi sederhana antara Xj dengan Y

ryx2 = Korelasi sederhana antara X2 dengan Y

(36)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Bertitik tolak dari pembahasan dan analisis data, maka kiranya dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sekolah sebagai suatu sistem terbuka, sangat dipengamhi oleh masyarakat dan

oleh karena itu terjadi hubungan interdependensi antara pendidikan di sekolah

dengan masyarakat;

2. Peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan akan sangat menentukan

terhadap penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

3. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kondisi sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pemberdayaan dengan

pembiayaan pendidikan di sekolah, sehingga hipotesis pertama diterima.

b. Terdapat hubungan posit '.f dan signifikan antara pemberdayaan dengan

peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan di sekolah, sehingga

hipotesis kedua diterima.

c. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara peranserta masyarakat

dengan pembiayaan pendidikan di sekolah, sehingga hipotesis ketiga

diterima.

(37)

d. becara bersama-sama terdapat nubungan positit dan signifikan antara

pemberdayaan dan peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan

di sekolah, sehingga hipotesis keempat diterima.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model atau kajian dalam

upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat di sekolah sejenis dengan berdasarkan

pada prinsip transparansi. Pihak sekolah dalam hal ini memberdayakan potensi

masyarakat, sehingga diharapkan dapat membangun dan mengembangkan

partisipasi

masyarakat

dalam

berbagai

bentuk

yang

konstruktif

untuk

penyelenggaraan pendidikan, dengan demikian masyarakat teriibat secara aktif

dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan secara bersama seperti masalah

kenakalan anak, kesulitan belajar, atau rendahnya mutu pendidikan, penanggulangan

penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan teriarang, dan Iain-lain, terlebih pada

upaya peningkatan perolehan biaya pendidikan yang amat diperlukan sekolah selain

anggaran yang bersumber pada APBN dan BP3 yang ada selama ini.

C. Rekomendasi

Sejalan dengan kesimpulan tersebut, direkomendasikan beberapa hal sebagai

(38)

i. Manajemen sekoian seyogyanya dapat menyusun program yang DerDasis

pada kehendak masyarakat (community based participatory management).

Hal ini dimaksudkan untuk mendapat kepercayaan masyarakat dan

penigkatan partisipasi yang nyata.

2. Mengembangkan akses masyarakat dalam posisi menentukan terhadap proses

dan hasil pendidikan. Masyarakat dengan demikian dapat memberikan saran

dalam berbagai hal untuk menciptakan pendidikan yang diharapkan termasuk

dalam hal pengembangan kurikulum, pola pembiayaan, model-model

evaluasi serta pemanfaatan lulusan, baik untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi maupun untuk hidup mandiri di masyarakat.

3. Manajemen

sekolah

seyogyanya

meningkatkan

hubungan

dengan

masyarakat, baik melalui hubungan-hubungan formal maupun infor™?!

sebagai impementasi dari konsep pelayanan prima.

4. Manajemen sekolah sebaiknya memperluas jaringan informasi sebagai sarana

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran sekolah.

(39)

DAFTAR Pl'STAKA

Adiwikarta. S. (1998). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan

Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta. Depdikbud.

Anwar, M.I. (1990). Transformasi Biaya Pendidikan dalam Layanan Pendidikan pada Perguruan Tinggi Negeri. Disertasi PPS IKIP Bandung.

Asian Development Bank. (1989). L'mancmg of Education in Indonesia. Hongkong.

Atmodiwirio, S. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta. PT Ardadizya Java.

Banghart, F.W. dan Trull, A.J. (1973). Educational Planning. The Macmillian Company, New York.

Budiono, (1998). Dampak Krisis Moneter terhadap Pendidikan, Puslit Sains dan

Teknologi Universitas Indonesia.

Cuningham, W.G. (1982). Systematic Planning for Educational Change. Mayfield

Publishing Company, USA.

Departemen Pendidikan dan i^budayaan. (1993). Empat Strategi Dasar Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Depdikbud.

—. (1993).Link and Match. Jakarta. Depdikbud.

Engkoswara. (1987). Studi Kecenderungan Kehidupan di Indonesia 25 Tahun Era Pembangunan Nasional Jangka Panjang Kedua (1993 - 201H) dan

Implikasinya terhadap Kualitas Manusia dan Pendidikan. Banduna. LP -IKIP Bandung.

Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya. — --. (2000).Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. CV Andira.

• (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Fiske, Edward B. (1998).Desentralisasi Penga/aran, Politik dan Konsensus. Jakarta. Grasindo.

(40)

^9

Gaffar, M.F. (1983)

Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga (iuru Sekolah Menengah di

Jawa Barat. Jakarta. Depdikbud.

• (1997).

Perencanaan Pendidikan: Teon dan Metodoloy

Jakarta

PPLPTK. Depdikbud.

. (1995).

Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan

Dasa 9 Tahun di Indonesia. Makalah. IKIP Banduna.

Hadisubroto, S. (1998).

Pokok-pokok Pengumpulan Data, Analisis Data, Penafsir

Data dan Rekomendasi Dalam Penelitian Kualitatif

IKIP Banduna.

a n

Kartadinata. S. (1992).

Teknik Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.

Banduna.

CV Andira.

Kartasasmita, G. Et.al..( 1996). Pembaruan dan Pemberdavaan. Jakarta : Ikatan

Alumni ITB.

1996). Pembangunan untuk Rakyat. Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO.

Kerlinger, Fred N. (1973). Foundations of Behavioral Research. New York : Holt Rinehart ->nd Winston Inc.

Makmun, A. S. (1996). Analisis Posisi Pendidikan arta: Biro Perencanaan Pendidikan, Depdikbud.

• (1986).

Efektivitas Proses Belajar Mengajar dengan Menggunakan

Tiga Model Strategi Pendekatan Manajemen Sistem Instruksional dan Mengmdahkan Tiga Katagon Kemampuan Belajar Siswa Disertasi PPS

IKIP Bandung.

Manap. S. (1999).

Pengembangan Model Perencanaan Strategi Penuntasan Wajib

Belajar dan Peningkatan Mutu Pe Jidikan Dasar. Disertasi. PPS IKIP

Bandung.

Moleong, L. J. (1990).

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja Karya.

Moore, Frazier. (2000). Hubungan Masyarakat, Prmsip, Kasus dan Masalah. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Panudju, B.. (1999). Pengadaan Perumahan Kola dengan Peranserta Masvarakat

(41)

90

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentangPendidikan Dasar. Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Bina Aksara.

Poerwadanninta, W.J.S. (1987). Kamus ('mum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai

Pustaka.

Sanusi, A. (1990).

Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan.

PPS IKIP Bandung.

• (] "2). Kapita Selekta Pembahasan Masalah Sosial dan Pendidikan PPS

IKIP Bandung.

• (1997). Keteraturan, Komp/cksilas, Kesemerawutan RLS dan lmplikasmya. PPS IKIP Bandung.

• (1998).

Menyisipkan Yektor Percepalan : Untuk Memacu Mutu Belajar

dan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

PPS IKIP Bandung.

• (1998). Pendidikan Altematif : Menyentuh Arus Dasar Persoalan

Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung. Grafindo Media Pratama.

Singarimbun, M., dan Effendi, S. (1989). M^'rde Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Soelaiman, M. (1989).

Dmaimka Masyarakat Transisi.

Yogvakarta: Pustaka Pel^....

Soetrisno, L..(1995). Menuju Masyarakat Partisipatif Yogvakarta. Kanisius. Stewart. A.M.. (1998). Empowering People. Yogvakarta : Kanisius.

Sugiyono. (2000).

Metode Penelitian Administrasi.

Alfabeta. Bandung.

Supriadi, D. (2000).

Jarmg Pengaman Sosial Pendidikan.

Bandung. Alfabeta.

Surakhmad; W.. (1985). Pengantar Penelitian llmiah, Dasar Metoda dan Teknik. ..'Bandung : Tarsito.

Suryadi, A.. (1999). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan. Jakarta. Balai Pustaka.

Tilaar, H.A.R. (1994). Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa

(42)

True, June Audrey. (1992).

Finding Out ('onduamg and Evaluating Social Research.

California : Wadsworth Publishing Company.

Turney, c.s. (1992).

The School Manager Educational Management Roles and 'Task.

Sydney. Allen and Unwim.

Umaidy. (1999).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

Jakarta. Sinar

Grafika.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentangSistem Pendidikan Nasional.

Usman, S.. (1998).

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Yoavakarta.

Pustaka Pelajar.

Wahab, A. (1992).

Beberapa Hal Pokok tentang Pengelolaan Pendidikan Menurut

PP No. 2H Tahun 1990.

Medan : Makalah pada Konvensi Nasional

Pendidikan Indonesia II.

Wirijadinata, J. (1999).

Transformasi Bisnis Dalam Model Perencanaan Anggaran

Pubhk dan Organisasi Non Profit. Bandung. Ilham Java.

Wuradji (1998).

Sosiologi Pendidikan, Sebuah Pendekatan Sosio Antro/w/ogi.

Gambar

Tabel 1 : Program Kerja dan Anggaran Biaya Sekolah Tahun Pelajaran 2000/2001
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Gambar 3 : Skema Tingkat Pemilihan Satuan Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak buah apel (Malus domestica L.) yang bermanfaat sebagai antioksidan pada konsentrasi 3% diformulasikan menjadi sediaan

Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa di Boarding School SMA Negeri 10 Samarinda.. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan,

Tujuan penelitian adalah mengangkat cerita rakyat, serta budaya Jawa seperti wayang dan batik sebagai elemen desain, dalam pembuatan suatu jenis dek Tarot yang baru..

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima

Pengadilan tata usaha negara adalah badan yang berwenang memeriksa dan memutuskan suatu sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa dalam tata usaha

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas, peneliti berasumsi bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang

Pada dasarnya wilayah negara kesatuan Republik Indonesia jika ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi geografi sampai dengan social budaya serta ekonomi, maka layak diebut

Kegiatan RehabilitasiPuskesmas Pembantu Batu Gadangagar bangunan yang telah rusak baik kembali sehinggamemudahkan terselenggaranya pelayanan kesehatan untuk peningkatan