• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERAJINAN GOLOK GALONGGONG DI DESA CILANGKAP, KECAMATAN MANONJAYA, KABUPATEN TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KERAJINAN GOLOK GALONGGONG DI DESA CILANGKAP, KECAMATAN MANONJAYA, KABUPATEN TASIKMALAYA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

E. Lokasi Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.Tinjauan Seni Kriya ... 6

1. Pengertian Kriya ... 6

2. Pengertian Estetika. ... 7

3. Golok sebagai Gabungan dari Seni Kriya ... 11

a. Kriya Kayu ... 11

b. Kriya Logam ... 13

c. Kriya Tanduk ... 16

4. Pengertian Golok ... 17

5. Fungsi Golok ... 18

B.Ergonomi Benda Pakai ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

1. Waktu Penelitian ... 22

2. Lokasi Penelitian ... 22

B.Metode Penelitian ... 23

C.Teknik Pengumpulan Data ... 23

1. Observasi ... 24

2. Wawancara ... 25

3. Studi Pustaka ... 26

D.Teknik Analisis Data ... 26

(2)

vi

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Triangulasi ... 27

c. Mengecek ulang atau Member Checks ... 27

d. Masukan, asupan atau Feedback ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 29

1. Sejarah singkat kerajinan golok Galonggong ... 29

2. Bahan baku dan alat yang digunakan dalam pembuatan golok Galonggong... 33

a. Bahan baku... 33

b. Alat-alat yang digunakan ... 36

3. Proses pembuatan golok Galonggong ... 54

a. Membuat bilah golok ... 54

1). Memilih bahan baku per mobil ... 54

2). Memotong bagian per mobil ... 54

3). Proses penempaan ... 56

4). Proses penempaan ulang ... 59

5). Proses menggerinda ... 60

6). Proses pencelupan golok ke air/Nyipuh ... 61

b. Membuat Sarangka/penutup bilah golok ... 63

1). Pemilihan bahan baku kayu Kijulang ... 63

2). Pemotongan kayu Kijulang dan pemolaan ... 64

3). Pemasangan sarangka dan perataan permukaannya ... 67

4). Pembuatan hiasan pada sarangka/penutup bilah golok ... 68

c. Proses pembuatan perah/pegangan golok ... 78

d. Proses penggabungan besi ujung golok pada perah dan menera pada bilah golok ... 88

1). Penggabungan besi ujung golok pada perah ... 88

2). Menera pada bagian bilah golok ... 89

4. Visualisasi estetika golok Galonggong ditinjau dari media, bentuk, dan hiasannya ... 91

a. Media... 91

b. Bentuk dan hiasan ... 92

1). Bilah golok ... 92

2). Sarangka/penutup bilah golok ... 94

3). Perah/pegangan golok ... 97

4). Variasi bentuk golok Galonggong sekitar tahun 2000 ... 101

B. Pembahasan ... 117

1. Proses pembuatan golok Galonggong ... 117

(3)

b. Membuat sarangka/penutup bilah golok ... 119

c. Proses pembuatan perah/pegangan golok ... 121

2. Visualisasi estetika golok Galonggong ditinjau dari media, bentuk, Dan hiasannya ... 121

a. Media ... 121

b. Bentuk dan hiasan ... 122

1). Bentuk dan hiasan bilah ... 122

2). Bentuk dan hiasan sarangka/penutup bagian golok ... 123

3). Bentuk dan hiasan perah/pegangan golok ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129 LAMPIRAN

(4)

viii

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[image:4.595.113.506.206.674.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Peta Tasikmalaya dan lokasi kampung Galonggong ... 23

4.1 Ciri khas perah golok Galonggong dengan bentuk mamanukan ... 31

4.2 Perah golok Galonggong dengan bentuk burung garuda ... 31

4.3 Perah golok Galonggong dengan bentuk macan ... 32

4.4 Perah Golok Galonggong dengan bentuk ular ... 32

4.5 Perah golok Galonggong dengan bentuk tokoh wayang ... 33

4.6 Per mobil sebagai bahan baku golok ... 34

4.7 Tanduk kerbau betina untuk bahan baku perah golok ... 35

4.8 Bagian ujung tanduk kerbau betina yang sudah dipotong ... 35

4.9 Kayu Kijulang untuk bahan baku sarangka ... 36

4.10 Kaitan /cakaroa ... 37

4.11 Landasan berbentuk selinder (kiri), landasan berbentuk lebar (kanan) 38

4.12 Palu muka dua ... 39

4.13 Pahat pemotong ... 39

4.14 Penjepit tempa mulut rata ... 40

4.15 Mesin blower (kiri), kendali mesin blower (kanan) ... 40

4.16 Tungku arang dapur tempa ... 41

4.17 Bak berisi air ... 41

4.18 Mesin penghalus ... 42

4.19 Mata penghalus berbentuk lingkaran dari besi gerinda ... 42

4.20 Mata penghalus dengan bahan dari kayu bulat dengan lapisan amplas kertas ... 43

4.21 Mata penghalus dengan bahan kain untuk menghaluskan bagian golok ... 43

4.22 Amplas daun ... 44

(5)

4.24 Kadukul ... 45

4.25 Patar gepeng / kikir kasar gepeng ... 46

4.26 Patar bulat / kikir kasar bulat ... 46

4.27 Patar gepeng kecil/kikir kasar gepeng ... 46

4.28 Patar bulat kecil/kikir kasar bulat kecil ... 47

4.29 Patar juru tiga/kikir kasar juru tiga ... 47

4.30 Kikir halus besar ... 47

4.31 Kikir halus juru tiga ... 48

4.32 Genjer/bor ... 48

4.33 Mata genjer berbentuk gepeng ... 49

4.34 Mata genjer berbentuk runcing ... 49

4.35 Gergaji tangan ... 50

4.36 Gergaji kecil dengan berbentuk seperti pisau ... 50

4.37 Pisau ukir ... 51

4.38 Pisau raut ... 51

4.39 Pisau juru tiga ... 52

4.40 Tungku ... 53

4.41 Golok ... 53

4.42 Per mobil ... 54

4.43 Proses pemanasan besi per mobil ... 55

4.44 Proses pengangkatan besi per ... 55

4.45 Proses pemolaan besi yang akan dipotong ... 56

4.46 Hasil pemolaan dengan menggunakan pahat ... 56

4.47 Per yang sudah dipotong kecil ... 56

4.48 Proses pemanasan besi yang sudah di potong-potong ... 57

4.49 Proses pengangkatan dari tungku ... 57

4.50 Proses penempaan ... 58

4.51 Hasil penempaan setengah bentuk golok ... 58

4.52 Proses penempaan bentuk ujung golok ... 58

4.53 Hasil penempaan yang sudah berbentuk golok ... 59

(6)

x

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.55 Proses penempaan ulang bagian tengah golok ... 60

4.56 Proses menggerinda ... 61

4.57 Hasil golok yang sudah di gerinda ... 61

4.58 Proses pencelupan golok kedalam bak ... 62

4.59 Hasil pencelupan golok ... 62

4.60 Kayu Kijulang ... 63

4.61 Proses pemotongan kayu Kijulang ... 64

4.62 Proses pemolaan kayu untuk dijadkan sarangka ... 64

4.63 Proses pembuangan kayu yang sudah dipola ... 65

4.64 Proses menggergaji kayu Kijulang yang sudah dipola ... 65

4.65 Proses pemolaan bagian bilah dalam pada sarangka ... 65

4.66 Proses pembuangan kayu bagian dalam menggunakan kadukul ... 66

4.67 Proses pembuangan bagian dalam menggunakan pisau raut ... 66

4.68 Hasil pembuangan bilah kayu bagian dalam sarangka ... 66

4.69 Proses pengeleman menggunakan lem kayu ... 67

4.70 Proses pemasangan tali setelah kedua belah kayu disatukan ... 67

4.71 Proses penghalusan permukaan sarangka ... 68

4.72 Proses awal pembuatan dudukan bagian tutup atas sarangka ... 68

4.73 Hasil pembuatan dudukan tutup atas sarangka ... 69

4.74 Tanduk kerbau yang sudah dibentuk akan dijadikan tutup atas ... 69

4.75 Proses pelobangan tanduk yang akan dijadikan tutup atas sarangka .... 69

4.76 Hasil pelobangan tutup atas ... 70

4.77 Tutup atas yang sudah dipasang ... 70

4.78 Hasil pemotongan bilah kayu bagian kanan yang nantinya akan ditutup oleh tanduk ... 71

4.79 Pelobangan tanduk yang sudah ditempel di sarangka ... 71

4.80 Proses memasukan paku kayu ke lobang yang sudah dibor ... 71

4.81 Proses penghalusan menggunakan kikir ... 72

4.82 Proses mengukir hiasan tutup bawah ... 72

4.83 Proses perataan semua bagian sarangka dengan pisau juru tiga ... 72

(7)

4.85 Simeut meuting yang awal dibentuk ... 73

4.86 Perataan simeut meuting menggunakan kikir kasar ... 73

4.87 Perataan menggunakan pisau juru tiga ... 74

4.88 Pemolaan ukiran dengan gergaji kecil yang mirip dengan pisau ... 74

4.89 Pelobangan bagian simeut meuting ... 74

4.90 Simeut meuting yang sudah dihias ... 75

4.91 Proses mengamplas sarangka ... 75

4.92 Proses mengamplas menggunakan mesin, setelah sebelumnya sarangka sudah diamplas oleh tangan ... 76

4.93 Simeut meuting yang sudah diamplas dengan mesin amplas ... 76

4.94 Proses pengeboran simeut meuting pada sarangka ... 76

4.95 Proses pemasangan kawat pada lobang yang sudah dibor ... 77

4.96 Simpai yang sudah dibentuk ... 77

4.97 Pemasangan simpai disarangaka ... 77

4.98 Sarangka yang sudah diberi simpai ... 78

4.99 Bahan tanduk yang akan dibuat perah ... 79

4.100 Tanduk yang sedang digergaji ... 79

4.101 Proses pengupasan tanduk bagian luar ... 79

4.102 Hasil pengupasan tanduk bagian luar ... 80

4.103 Proses pembentukan kepala bentuk burung pada tanduk yang akan dibuat perah ... 80

4.104 Hasil pembentukan kepala bentuk burung pada tanduk yang akan dibuat perah ... 80

4.105 Proses pengukuran ujung golok yang akan dimasukan pada perah ... 81

4.106 Proses pengeboran pada tanduk yang akan dibuat perah ... 81

4.107 Hasil pengeboran pada tanduk yang akan dibuat perah ... 81

4.108 Proses pemanasan ujung golok yang akan dimasukan pada tanduk yang dibuat perah ... 82

4.109 Proses memasukan ujung besi yang sudah dipanaskan ... 82

(8)

xii

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.111 Proses pembuatan hiasan pada ujung perah bawah menggunakan

gergaji kecil yang berbentuk pisau ... 83

4.112 Proses mengikir bagian kepala burung yang akan dijadikan perah ... 83

4.113 Proses pembuatan ukiran rambut pada perah bentuk burung ... 83

4.114 Proses mengukir bagian belakang kepala bentuk burung ... 84

4.115 Proses mengukir bagian samping kepala burung ... 84

4.116 Proses pengeboran bagian mata burung ... 84

4.117 Proses meraut bagian perah golok yang sudah berbentuk burung ... 85

4.118 Proses membuat mata burung menggunkan bahan plastik ... 85

4.119 Hasil perah golok yang sudah diberi mata dan diraut ... 85

4.120 Proses pembuatan ukiran pada bagian bawah perah ... 86

4.121 Proses mengukir bagian bawah perah golok ... 86

4.122 Hasil perah golok yang sudah hampir jadi ... 86

4.123 Proses mengamplas bagian perah golok menggunkan amplas daun yang sebelumnya sudah menggunakan amplas kertas ... 87

4.124 Proses meratakan bagian perah menggunakan mesin setelah perah terlebih dahulu diamplas menggunakan amplas kertas dan amplas daun ... 87

4.125 Hasil perah yang sudah dihaluskan oleh mesin ... 87

4.126 Meracik lem untuk bahan perekat untuk menempelkan besi golok pada perah ... 88

4.127 Proses pengolesan lem pada ujung bagian besi golok ... 88

4.128 Proses pemasangan besi ujung golok pada perah ... 89

4.129 Hasil penggabungan antara perah dengan besi golok ... 89

4.130 Proses menera besi bagian bilah golok Galonggong ... 90

4.131 Hasil teraan pada besi golok Galonggong ... 90

4.132 Hasil akhir golok Galonggong ... 91

4.133 Bagian bilah golok Galonggong ... 93

4.134 Pinggulan tampak atas ... 94

4.135 Hiasan buaya pada bilah golok Galonggong ... 94

(9)

4.137 Bagian tutup atas sarangka dari bentuk ciri khas golok Galonggong ... 96

4.138 Bagian simeut meuting dan hiasannya pada ciri khas golok Galonggong ... 96

4.139 Bagian tutup bawah sarangka dari ciri khas bentuk golok Galonggong ... 96

4.140 Hiasan pada tutup bawah sarangka ... 97

4.141 Bagian perah golok Galonggong ... 98

4.142 Hiasan bagian rambut perah ... 98

4.143 Hiasan beubeut nyere pada perah ... 99

4.144 Cara memegang golok yang benar dengan posisi tangan di tengah ... 100

4.145 Memegang golok yang salah dengan posisi tangan terlalu depan, sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan ... 100

4.146 Memegang golok yang salah dengan posisi tangan terlalu belakang mengakibatkan kurangnya keseimbangan dalam penggunakannya ... 100

4.147 Golok Galonggong dengan bentuk perah macan ... 101

4.148 Hiasan pada perah golok dari bentuk golok berbentuk macan ( motif beuebeut nyere ) ... 101

4.149 Hiasan rambut pada perah dari bentuk golok macan ( motif bergelombang ) ... 102

4.150 Tutup atas pada golok bentuk macan ... 102

4.151 Tutup bawah dari bentuk golok macan ... 102

4.152 Hiasan pada tutup bawah dari bentuk golok macan ( motif beubeut nyere ) ... 103

4.153 Simeut meuting bentuk patok pada golok berbentuk macan ... 103

4.154 Cara memegang golok Galonggong yang berbentuk macan dengan posisi tangan ditengah ... 104

4.155 Golok Galonggong bentuk wayang ... 104

4.156 Golok Galonggong dengan bentuk perah wayang ... 105

4.157 Hiasan pada bagian perah bentuk wayang dari golok Galonggong (motif gabungan ) ... 105

(10)

xiv

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.159 Tutup atas pada golok Galonggong berbentuk wayang ... 106

4.160 Tutup bawah pada sarangka dari bentuk wayang pada golok Galonggong dengan hiasan motif beubeut nyere ... 106

4.161 Simeut meuting dengan bentuk kujang dari bentuk golok wayang ... 106

4.162 Cara memegang golok Glonggong berbentuk wayang dengan posisi di tengah, namun dalam kenyamanan kurang ... 107

4.163 Golok Galonggong dengan bentuk perah burung (mamanukan) ... 108

4.164 Hiasan rambut pada perah golok mamanukan ... 108

4.165 Hiasan pada perah golok bentuk mamanukan (motif beubeut nyere) .. 109

4.166 Tutup atas pada sarangka golok dari bentuk mamanukan ... 109

4.167 Tutup bawah sarangka pada bentuk golok mamanukan dengan hiasan beubeut nyere ... 109

4.168 Simeut meuting yang berbentuk cicak dari bentuk golok mamanukan . 110 4.169 Cara memegang golok yang benar pada golok Galonggong berbentuk mamanukan di bagian tengah perah ... 110

4.170 Golok Galonggong dengan bentuk ular ... 111

4.171 Motif sisit pada perah golok Galonggong berbentuk ular ... 111

4.172 Tutup atas pada sarangka golok Galonggong bentuk ular ... 112

4.173 Bentuk tutup bawah sarangka pada golok bentuk ular ... 112

4.174 Motif daun pada bagian sarangka tengah pada bentuk golok berbentuk ular ... 112

4.175 Simeut meuting bentuk patok pada sarangka golok Galonggong berbentuk ular ... 113

4.176 Cara menggunakan golok Galonggong bentuk ular ... 113

4.177 Golok Galonggong dengan bentuk perah burung garuda ... 114

4.178 Hiasan pada perah golok Galonggong berbentuk burung garuda (motif bulu)... 115

4.179 Motif beubeut nyere pada perah golok Galonggong berbentuk burung garuda ... 115

(11)

4.181 Tutup bawah pada sarangka dengan motif beubeut nyere ... 116

4.182 Simeut meuting dengan bentuk belati dari bagian dari golok yang

berbentuk burung garuda ... 116

4.183 Cara penggunaan golok Galonggong yang berbentuk burung garuda

(12)

1

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga kaya akan suku

bangsa, bahasa, budaya, tradisi dan kesenian. Banyak hasil kesenian yang

merupakan suatu ciri khas yang menandai hasil karya disuatu daerah, setiap

daerah di Indonesia tentu memiliki hasil karya yang beraneka ragam sesuai

dengan kreatifitas yang dimilikinya.

Kesenian adalah suatu sarana untuk mencurahkan rasa yang ada

didalam diri sehingga menghasilkan suatu karya yang bernilai sesuai dengan

ungkapan yang dituangkan kedalamnya yang bersifat indah. Manusia

merupakan elemen yang penting di dalamnya dan merupakan pokok dalam

menciptakan suatu karya seni, dengan kreatifitas, ide dan pemikiran tentu bisa

menciptakan suatu karya seni yang baik.

Kriya atau seni kerajinan adalah salah satu bentuk kesenian dari

kelompok karya seni terapan yang lebih dikenal sebagai karya seni, serta

merupakan warisan budaya luhur yang berangkat dari seni rakyat. Karya seni

kerajinan memiliki nilai keindahan, kegunaan, dan sarana spiritual.

Beragam kesenian yang ada di Indonesia terlihat dengan adanya hasil

dari seni kerajinan yang beraneka ragam dan tersebar di seluruh nusantara

sehingga memperkaya seni dan budaya di Indonesia. Provinsi Jawa Barat

(13)

2

dan masih mempertahankan tradisi dari hasil kerajinan itu sendiri sebagai suatu

ciri khas yang sudah ada sejak dahulu. Sehingga dapat dikatakan bahwa Jawa

Barat kaya akan seni kerajinan.

Adapun tempat di Jawa Barat yang menjadi penghasil seni kerajinan

rakyat adalah kampung Galonggong. Kampung Galonggong terdapat di desa

Cilangkap, kecamatan Manonjaya, kabupaten Tasikmalaya. Pada umumnya

masyarakat kampung Galonggong bermata pencaharian sebagai perajin golok,

kerajinan tersebut sudah ada lebih dari 200 tahun yang lalu dan sudah menjadi

tradisi turun temurun masyarakat kampung Galonggong.

Golok galonggong adalah produk yang dihasilkan oleh masyarakat atau

keluarga (home industry) yang ada di kampung Galonggong, tepatnya di desa

Cilangkap. Fungsi golok Galonggong selain untuk perkakas dan alat kebutuhan

sehari-hari, juga memiliki nilai seni yang sangat tinggi terutama apabila dilihat

pada bagian pegangannya atau dalam bahasa sunda perah. sehingga banyak

para pembeli menjadikan golok Galonggong sebagai pajangan atau benda hias.

Menurut informasi dari perajin di kampung Galonggong, ciri khas

perah golok Galonggong adalah bentuk burung kutilang, dalam sebutan

kampung Galonggong adalah mamanukan. Seiring perkembangan zaman,

perajin berinovasi dari sekitar tahun 2000 bentuk perah menjadi bervariasi

tidak hanya bentuk burung kutilang, melainkan bermacam-macam jenis

diantaranya macan, garuda, wayang, ular dan sebagainya.

Perajin di kampung Galonggong dalam pembuatan goloknya

(14)

3

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

satu daya tarik bagi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai proses

pembuatan dan bentuk golok Galonggong di desa Cilangkap, kecamatan

Manonjaya, kabupaten Tasikmalaya.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, agar

penelitian ini lebih terfokus, maka aspek-aspek yang dikaji dibatasi pada

teknik, bahan, serta estetika bentuk dan hiasan. Sesuai dengan fokus kajian,

maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan golok Galonggong di Desa Cilangkap,

Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya ?

2. Bagaimana visualisasi estetika golok Galonggong di tinjau dari media,

bentuk, hiasannya?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah penelitian, maka

tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui dan memahami proses pembuatan golok Galonggong.

2. Mengetahui dan memahami visualisasi estetika golok Galonggong ditinjau

dari media, bentuk, dan hiasannya.

D.Manfaat Penelitian

(15)

4

Memperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai

proses pembuatan golok Galonggong di kampung Galonggong, kecamatan

Manonjaya, kabupaten Tasikmalaya.

2. Untuk Perajin

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan

menumbuhkan kreatifitas dan kualitas berkarya serta salah satu upaya untuk

mengembangkan dan mempertahankan kerajinan golok Galonggong.

3. Untuk Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan FPBS UPI

Memberikan informasi tambahan mengenai kerajinan golok dan

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.

E.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dilokasi yang menjadi kasusnya yaitu di

kampung Galonggong, desa Cilangkap, kecamatan Manonjaya, kabupaten

Tasikmalaya. Sedangkan yang menjadi tempat wawancara adalah hanya

sebagian yaitu tempat tinggal yang menjadi responden atau informan dalam

penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,

(16)

5

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I. Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat

penelitian, lokasi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Kajian pustaka atau landasan teoritis, mengungkapkan teori yang

dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti. Mengenai teori

tentang kriya, estetika, golok, dan ergonomi.

BAB III. Metodologi penelitian

BAB IV. Mengemukakan hasil penelitian dan pembahasannya

BAB V. Kesimpulan dan saran, berdasarkan dari pembahasan dan analisis

masalah yang diteliti

(17)
(18)

22

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai bulan Januari

tahun 2012 dan selesai pada bulan Mei 2012. Dengan waktu tersebut

diharapkan penelitian ini dapat selesai dengan hasil yang baik dan sesuai

dengan prosedur karya tulis ilmiah yang berlaku di lingkungan UPI serta

sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi yang menjadi kasusnya yaitu di

kampung Galonggong, desa Cilangkap, kecamatan Manonjaya, kabupaten

Tasikmalaya. Terletak di sebelah timur kota Tasikmalaya dan bagian utara

berbatasan dengan Ciamis, jarak kampung Galonggong dari pusat kota

Tasikmalaya sekitar 12 km. Sedangkan yang menjadi tempat wawancara

adalah hanya sebagian yaitu tempat tinggal yang menjadi responden atau

informan dalam penelitian.

(19)
[image:19.595.114.498.115.320.2]

23

Gambar 3.1 Peta Tasikmalaya dan lokasi kampung Galonggong (Sumber: http. Maps.google.co.id, 6 Oktober 2012)

B.Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan metode penelitian

kualitatif, karena lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan

antara peneliti dan subjek penelitian. Yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati

(Bogdan dan Tylor dalam Moleong, 1990).

Menurut Kirk dan Miller dalam Zuriah (2005: 92) mengemukakan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan peristiwanya.

C.Teknik Pengumpulan Data

Nazir dalam Sujana (2011: 58) mengungkapkan bahwa pengumpulan

(20)

24

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diperlukan. Dikarenakan penting, menulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Observasi

Pemanfaatan teknik observasi dalam pengumpulan data penelitian

sangatlah penting. Menurut Margono (1997: 158) observasi diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

nampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan

terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Metode

observasi sebagai alat pengumpul data, dapat dikatakan berfungsi ganda,

sederhana dan dapat dilakukan tanpa menghabiskan banyak biaya. Namun

demikian, dalam melakukan observasi peneliti dituntut memiliki keahlian

dan penguasaan kompetensi tertentu.

Dalam teknik pengamatan ini peneliti melakukan pengamatan

dibantu dengan media dokumentasi yaitu kamera untuk mengambil gambar

kegiatan yang terjadi di lapangan. Observasi di lapangan dimaksudkan

untuk mendapatkan informasi yang akurat dari para perajin golok

Galonggong.

Zuriah (2005: 173). Mengemukakan bahwa observasi dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan di mana observer

berada bersama objek yang diselidiki.

b. Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang

(21)

25

diteliti, misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian

foto.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan

mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut

dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun

tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).

Sedangkan menurut Patilima, (2010: 68) wawancara kualitatif

merupakan salahsatu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi.

Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasa, pertama, dengan

wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan

dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam

diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa

mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa

lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif. Artinya

penelitian mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan

leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Supaya mudah dimengerti, wawancara dilakukan dengan bahasa

sehari-hari yaitu dengan bahasa Sunda karena kampung Galonggong

(22)

26

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan pada perajin, adapun yang menjadi responden atau informan

dalam wawancara adalah :

 Pak Eman, adalah salah satu perajin dan sekaligus pengusaha golok

Galonggong.

 Pak dana, adalah salah satu pandai besi di kampung Galonggong

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari data yang diteliti dengan

mencari teori atau pemahaman sebagai bahan pembanding bagi perolehan

data-data di lapangan. Studi kepustakaan ini dapat berupa

dokumen-dokumen tertulis seperti : buku-buku, majalah, surat kabar, essay dan

sebaginya yang berkaitan dengan model pembelajaran dan kriya. Dalam

pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data melalui dokumen, foto-foto

dan gambar merupakan bahan untuk mengecek kekuatan dan ketepatan.

Sehingga diperoleh data-data yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

D.Teknik Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data yang akan dilakukan dengan cara

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

dasar. Pengkategorisasian yaitu mengumpulkan data, kemudian dikelompokan.

Setelah dikelompokan, tahap pengolahan juga harus menghubungkan antara

data yang satu dengan data yang lain.

Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan adalah :

(23)

27

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Patilima, (2010: 100).

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian (Moleong, 2004: 330)

c. Mengecek Ulang atau Member Checks

Adalah proses pengecekan data yang berasal dari pemberi data. Ia

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan

disepakati oleh pemberi data, berarti data tersebut valid sehingga semakin

kredibel. Namun, jika data yang diperoleh peneliti tidak disepakati oleh

pemberi data, peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan

apabila terdapat perbedaan tajam setelah dilakukan diskusi, peneliti harus

mengubah temuannya dan menyesuaikannya dengan data yang diberikan

oleh peneliti. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu

periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapatkan suatu temuan

atau kesimpulan.

(24)

28

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Teknik ini sejalan dengan teknik triangulasi yaitu untuk menghindari

bias data yang dihasilkan. Teknik ini dilakukan dengan cara meminta

(25)
(26)

126

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada

bab IV adalah sebagai berikut :

1. Proses pembuatan kerajinan golok Galonggong masih menggunakan teknik

manual dengan menggunakan alat-alat tradisional serta mesin buatan yang

sederhana. Pembuatan golok dimulai dengan proses pembuatan bilah

terlebih dahulu dengan menggunakan bahan per mobil dan dibantu oleh

pandai besi, setelah pembuatan bilah selesai barulah ke tahap proses

pembuatan sarangka yang berbahan dasar dari kayu Kijulang dengan bagian

sarangka tersebut terdiri dari tutup atas, tutup bawah, simeut meuting,

simpai dan ukiran-ukirannya. Kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan

perah atau bagian pegangan golok terbuat dari tanduk kerbau betina, karena

memiliki ketebalan yang baik di bandingkan tanduk kerbau jantan yang

memiliki bagian dalam tanduk kosong. Setelah ketiga bagian golok

Galonggong selesai barulah pada proses peneraan pada bilah yang

berbentuk buaya yang menjadi ciri khas golok Galonggong.

2. Dari tinjauan visual estetika media, bentuk, dan hiasan, golok Galonggong

memiliki ciri khas di setiap bagiannya. Dibagian bilah terdapat pinggulan

(27)

127

bilah berbentuk sedikit melingkar dan tidak meruncing lalu dibagian badan

bilah golok terdapat ukiran buaya. Untuk bagian sarangka ciri utama yang

menonjol yaitu bagian simeut meuting yang berbentuk cicak terbuat dari

tanduk. Bagian ciri khas golok Galonggong yang terakhir yaitu bagian

perah/pegangan pada golok, berbentuk burung kutilang masyarakat

Galonggong menyebutnya mamanukan dengan memiliki hiasan didalamnya.

Dengan seiring perkembangan zaman dari sekitar tahun 2000 perajin

golok Galonggong berinovasi memproduksi hasil goloknya dengan

beberapa jenis bentuk misalnya dalam perah golok tidak hanya bentuk

burung kutilang saja. Walaupun demikian perajin golok Galonggong seperti

Pa Eman tetap tidak melupakan ciri khas golok yang merupakan warisan

turun temurun dari nenek moyang khususnya di kampung Galonggong.

B.Saran

Dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama di

lapangan ada beberapa saran serta masukan yang akan disampaikan mengenai

permasalahan penelitaian khususnya mengenai kerajinan golok Galonggong

yang ada di kampung Galonggong desa Cilangkap kecamatan Manonjaya

kabupaten Tasikmalaya, saran dan masukan yang akan dikemukakan adalah

sebagai berikut :

1. Bagi pak Eman sebagai perajin golok Galonggong, supaya bisa terus

mempertahankan ciri khas keaslian bentuk golok Galonggong yang

merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu walaupun kini sudah

(28)

128

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan melestarikan keaslian bentuk golok Galonggong yang menjadi ciri khas

sejak dahulu.

2. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan tentang proses pembuatan

golok Galonggong serta bentuk yang menjadi ciri khas yang ada di

kampung Galonggong, dan diharapkan bisa menjaga dan melestarikan

kerajinan khususnya hasil kerajinan yang ada di Jawa Barat.

3. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia, dapat

dijadikan referensi sebagai bahan pembelajaran dalam berkarya seni kriya

serta dapat mengetahui teknik-teknik dasar dalam proses pembuatan golok

(29)

129

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Dharsono, (2007). ESTETIKA. Bandung : Rekayasa Sains Bandung.

Enget, dkk. (2008). Kriya Kayu. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Lensufiie, T. (2008). Furniture & Handicraft Berkualitas Ekspor. Jakarta : Esensi, dari Penerbit Erlangga.

Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Sasmita, M. (2008). Kujang, Bedog, dan Topeng. Bandung : Yayasan Pusat Studi Sunda

Sastrowinoto, S. (1985). Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Setiawan, A. (2002). Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Jakarta : PT Penerbit Erlangga.

Sujana, R. (2011). TINJAUAN VISUAL KRIYA TANDUK KERBAU (Studi Kasus Kriya Tanduk Perajin Sukaraja Sukabumi). Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. Jakarta : PT Gramedia Pusat Utama Jakarta.

Toekio, S. (2003). “Kriya Indonesia” Tijauan Kosakarya. Surakarta : STSI

Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya.

Wirawan, T. dan Sudirman, E. (1992). Petunjuk Kerja Pelat dan Tempa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(30)

130

Irman Ray Anugrah, 2012

Analisis Kerajinan Golok Galonggong di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sumber Internet :

Alfatih, S. (2010) Golok Pusaka Cibatu [Online]. Tersedia: http://www.golokpusakacibatu.com/2010/06/spesifikasi-knives-material-baja-selap.html [28 Oktober 2012].

Safriadi. (2009). Validasi dan Reliabilitas. [Online].Tersedia: http://nahulinguistik.wordpres.com/2009/06/01/validasi-dan-rebilitas/. [2 Januari 2012].

Sidik, M. (2012). Anugrah Siliwangi [online]. Tersedia: http://anugerah-siliwangi.indonetwork.co.id/3477742. [28 Oktober 2012].

Gambar

Gambar
Gambar 3.1 Peta Tasikmalaya dan lokasi kampung Galonggong (Sumber: http. Maps.google.co.id, 6 Oktober 2012)

Referensi

Dokumen terkait

dan Dampaknya pada Kinerja Guru SD di wilayah kecamatan Kendari Barat

Button1.gameObject.SetActive (true); Button2.gameObject.SetActive (true); Button3.gameObject.SetActive (true); Button4.gameObject.SetActive (true); Button5.gameObject.SetActive

Pegawai Negeri Sipil yang pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini telah menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih 1 (satu) tingkat di bawah jenjang pangkat terendah

Jika jawaban untuk nomor 11 adalah A atau B, kesulitan apa yang Anda rasakan ketika menghafal kosakata dengan menggunakan model pembelajaran matching game. Pembelajaran

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Novia Syarah Nuriani 2014 Universitas

Terdapat hubungan petugas kesehatan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pulau Rakyat kabupaten Asahan Tahun 2016. Terdapat hubungan keluarga

Pengembangan Multimedia Interaktif Cai Model Instructional Games Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Distribusi frekuensi sikap terhadap kekerasan dalam pacaran Mahasiswi DIV Bidan Pendidik Reguler Semester II di STIKes