• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGETAHUAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI DI MAN 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGETAHUAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI DI MAN 1 MAKASSAR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI DI MAN 1 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar

Oleh :

HARNIATI NIM. 20500114008

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin segala puji hanya milik Allah swt skripsi ini dapat terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Pernyataan rasa syukur kepada sang khalik atas hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengetahun Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI di MAN 1 Makassar”. Penulis panjatkan shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita umat manusia Nabi Muhammad saw sebagai suri teladan yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi dalam berbagai aspek kehidupan setiap insan termasuk penulis amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, tulisan ini tidak dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Melalui tulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ibunda Sunarti dan Ayahanda Karman serta segenap keluarga besar kedua belah pihak yang telah mengasuh, membimbing dan membiayai penulis selama dalam pendidikan hingga selesainya skripsi ini, kepada beliau penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt mengasihi dan mengampuni dosanya. Ucapan terima kasih pula penulis patut menyampaikan kepada:

(7)

vii

2. Dr. Muhammad Amri, Lc.,M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. Muljono Damopolii, M.Ag (Wakil Dekan I), Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si. (Wakil Dekan II), dan Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd. (Wakil Dekan III) yang telah membantu melancarkan proses keterlaksanaan demi mencapai penyusunan skripsi.

3. Jamilah, S.Si., M.Si. dan Dr. H. Muh. Rapi, S.Ag., M.Pd., Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Biologi UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan nasihat selama proses dalam tahap penyusunan skripsi.

4. Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si dan Ahmad Afiif S.Ag,, M.Si, beliau selaku pembimbing I dan II yang telah memberi arahan, pengetahuan baru dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai taraf penyelesaian.

5. Jamilah S.Si dan Ahmad Ali, S.Pd., M.Pd. yang telah bersedia memvalidasi instrumen yang saya gunakan dalam penelitian.

6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung. 7. Kepala sekolah serta guru-guru MAN 1 Makassar yang telah membantu dalam

proses penelitian terutama buat ibu Musdalifah, S.Ag, M.Pd serta Adik-Adik kelas XI Mia yang turut serta terlaksananya penelitian saya.

8. Titi Sabdinar S.Pd selaku kakak yang selalu mengarahkan saya dan tentunya membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dan buat keponakannya fifi serta teman kostnya lisa yang juga membantu saya.

(8)

viii

10. Sahabat-sahabat sekaligus saudaraku di perantauan ini (Rasdiyanah Jusman dan Ayu lestari).

11. Sahabat 3 Serangkaiku (Sartika Ayu Utami dan Muhammad Afandi)Yang selalu memberikan semangat, dan banyak membantu ketika saya kebingungan atau patah semangat.

12. Sahabat dari Mabaku Muhammad Faisal dan Ali Akbar yang selalu ada dan membantu saya dalam penelitian.

13. Sahabat Jeng Kelin (Mildawati, Nila Anggraeni Roni, Hapsa, Sartika Ayu Utami, Marwah, Ayu lestari)

14. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi yaitu teman-teman pendidikan biologi 1-2 (Aisyah, Rustam, Asmaul Husna, Nur ainun fadhliana, Agustinah, irmayani R, salma, yuyun, icha, hikmah, ifah, ahmad, anjar, rustam, Nurfadillah, dira, hasna, irna, rahma dan tuti) .

15. Teman KKN Desa Pana, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang (Kurniawan, Isyrang, Sami, bunda, Unni, Inna, dan Ulfi) yang senantiasa memberi semangat dan dukungan.

16. Teman- teman PPL saya di Man 1 Makassar.

17. Senior, Adik serta teman teman di Simbiosis yang selalu menasehati, mengarahkan dan memberi semangat.

18. Tim Anti Laparku yang selalu mendukung (Novsyah dan Mirna).

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ……….... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Hipotesis ... 7

D. Definisi Operasional Variabel ... 7

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORETIS ……… A. Hasil Belajar ... 11

1. Pengertian hasil belajar……….... 11

2. Penilaian hasil belajar ………... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar……... 17

B. Pengetahuan Metakognitif ... 22

1. Pengertian metakognitif ………... 22

2. Aspek-aspek yang mempengaruhi pengetahuan metakognitif. 25

(11)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Desain dan Variabel Penelitian... 34

D. Populasi dan Sampel………. 36

E. Metode Pengumpulan Data………... 38

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... A. Hasil Penelitian ……… 1. Analisis Deskriptif ... 48

2. Analisis Inferensial ... 56

a. Uji Normalitas ... 56

b. Uji Linearitas ... 57

d. Analisis Regresi ... 58

e. Uji Hipotesis……… 60

B. Pembahasan... 61

BAB V PENUTUP ... . A. Kesimpulan... 66

B. Implikasi Penelitian ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi Populasi Penelitian ……… 33

Tabel 3.2. Distribus Sampel Penelitian ...……. 34

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Skala Pengetahuan Metakognitif………. 37

Tabel 3.4. Skor Jawaban Skala……….….. 38

Tabel 3.5. Kategorisasi Pengetahuan Metakognitif……… 41

Tabel 3.6. Kategori Skor Hasil Belajar Biologi……….…… 41

Tabel 4.1. Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi Pengetahuan Metakognitif……… 47

Tabel 4.2. Tabel Deskriptif Pengetahuan Metakognitif Siswa ………. 48

Tabel 4.3. Kategori Pengetahuan Metakognitif Siswa……….. 49

Tabel 4.4. Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi Hasil Belajar .. 50

Tabel 4.5. Deskriptif Hasil belajar Siswa ……… 51

Tabel 4.6. Kategori Hasil belajar ……….…………..……….. 52

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ……….. 53

Tabel 4.8. Hasil Uji Linearitas……… 54

(13)

xiii

ABSTRAK NAMA : HARNIATI

NIM : 20500114008

JUDUL : “Pengaruh Pengetahuan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI di MAN 1 Makassar”.

Penelitian ini membahas tentang pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar siswa kelas XI di MAN 1 Makassar yang bertujuan untuk (1) Mengetahui gambaran pengetahuan metakognitif siswa kelas XI di MAN 1 Makassar, (2) Mengetahui gambaran hasil belajar Biologi siswa kelas XI di MAN 1 Makassar, (3) Menganalisis pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi kelas XI di MAN 1 Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan expost facto. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA di MAN 1 Makassar yang berjumlah 260 siswa dengan sampel sebanyak 78 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pengetahuan metakognitif dan dokumentasi hasil belajar siswa. Data yang diperoleh diolah dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa pengetahuan metakognitif siswa kelas XI MIA di MAN 1 Makassar dalam kategori sedang, dengan skor rata-rata sebesar 84 dengan skor tertinggi sebesar 104 dan skor terendah sebesar 71, sedangkan hasil belajar siswa kelas XI MIA di MAN 1 Makassar dalam kategori tinggi, skor rata-rata sebesar 78 dengan skor tertinggi sebesar 92 dan skor terendah sebesar 67. Sedangkan analisis statistik inferensial diperoleh nilai fhitung >

ftabel diperoleh data (fhitung = 15, 738 > ftabel = 3,97), ini berarti terdapat pengaruh

pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MIA di MAN 1 Makassar.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan langkah awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. Meningkatnya sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan tentu mampu menghadapi era globalisasi yang diwarnai dengan persaingan yang ketat seperti sekarang ini. Pendidikan merupakan hal utama dan menjadi salah satu faktor terpenting dalam menjalin hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.1 Kedewasaan yang dimaksud adalah kedewasaan manusia sebagai individu, jika segala kedewasaan itu kita tinjau, maka tampaklah ciri-cirinya yaitu sifat tetap dan teratur dan statis jika dibandingkan dengan dinamika pada anak-anak yang selalu menghendaki dan mengalami perubahan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1

(15)

2

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan yang dimilikinya secara alamiah.

Agama Islam menjelaskan bahwa Allah swt mengangkat derajat orang-orang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Mujadilah/58: 11.

١١

Terjemahnya:

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang -lapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.3

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, ayat 1.

3

(16)

3

Ayat diatas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah swt akan meninggikan derajat orang berilmu tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni lebih tinggi sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat faktor diluar ilmu itu.4 Tentu saja yang dimaksud dengan allazina utu al-ilm yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman, beramal shaleh dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan ataupun tulisan maupun dengan keteladanan. Ilmu yang dimaksud oleh ayat diatas bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang bermanfaat.

Pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap peserta didiknya diatur secara tertulis dalam tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional telah diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban. Sebenarnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Salah satu wadah terlaksananya proses pendidikan formal adalah sekolah, dengan bersekolah peserta didik akan mengetahui dan dapat mengembangkan

4

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQuran (Cet.II; Jakarta: Lentera Hati, 2004), h. 79.

5

(17)

4

kompetensi yang dimilikinya, dan tentunya akan mencapai taraf kedewasaan secara mental. Salah satu cara untuk menilai perkembangan dan pencapaian kompetensi peserta didik yaitu dengan melihat hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Khusus kognitif hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui serangkaian tes yang diberikan kepada peserta didik berupa ulangan harian, ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Hasil belajar kognitif peserta didik dikatakan baik apabila peserta didik telah memenuhi batas minimal ketuntasan belajar dan hasil belajar yang kurang baik yaitu hasil belajar yang tidak memenuhi batas minimal ketuntasan belajar.

Biologi saat ini dimaknai sebagai cara berpikir dan bertindak (a way of thinking and acting) dan cara penyelidikan ilmiah. Perkembangan ilmuwan biologi di

bidang penelitian saat ini telah menjadi bukti bahwa bidang ini mempunyai prospek yang luar biasa untuk terus berkembang lebih pesat dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya. Tantangan selanjutnya bagi guru atau pendidik bidang biologi adalah bagaimana membelajarkan biologi berdasarkan perkembangan keilmuwan biologi terkini (learn how to learn biology). Perkembangan biologi dan kemajuan di bidang biologi saat ini menempatkan mata pelajaran biologi pada posisi yang strategis untuk memberdayakan kemampuan berpikir termasuk pengetahuan metakognitif pada siswa.6

6Abdul wasith, “Potensi Strategi Reciprocal Teaching Untuk Memberdayakan Keterampilan

(18)

5

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan tentang kemampuan kognitif seseorang, meliputi pengetahuan tentang strategi-strategi umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektivitas strategi, dan pengetahuan-diri (self-knowledge). Pengetahuan metakognitif dapat mempengaruhi cara mereka mempersiapkan diri.7 Pengetahuan metakognitif merupakan bagian penting yang dimiliki oleh siswa dalam aktivitas belajar dan membantu siswa memahami dan mengatur proses belajar dirinya sendiri sehingga menjadi siswa yang mampu belajar secara mandiri (sel-regulated learning). Pengetahuan metakognitif membantu siswa melaksanakan banyak tugas

belajarnya secara lebih efektif berperan penting dalam aktivitas belajar siswa.8

Berdasarkan hasil observasi peneliti kurang lebih tiga bulan di MAN 1 Makassar, peneliti memperhatikan hasil belajar pesera didik ketika ulangan harian, hasil belajarnya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Salah satu yang menyebabkannya adalah siswa tidak mengetahui alasan dan tujuan mereka belajar dan tidak mengetahui sampai dimana yang mereka ketahui dan yang tidak mereka ketahu serta siswa belum mengetahui kekurangan maupun kelebihannya ketika belajar biologi.

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/download/1028/681 (diakses pada 22 April 2018).

7

Lorin W.Anderson dan David R. Krathwohl, Pembelajaran, Pengajaran, dan Asessmen

(Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), h. 66.

8Dyah Vija Rukminingrum, Fattah Hanurawan Dan Alif Mudiono, “Pengetahuan

Metakognitif Belajar Siswa Kelas V SD”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan

(19)

6

Hasil penelitian yang dilakukan Linda Rismayanti, Widodo Winarso dan Eti Nurhayat di SMP Negeri 2 Leuwimunding Kabupaten Majalengka menyatakan bahwa semakin baik kemampuan metakognisi yang dimiliki peserta didik maka semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh.9 Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian Cut Nurmaliah di SMP Negeri Malang yang menyatakan bahwa peserta didik dengan tingkat metakognisi baik/tinggi akan memperlihatkan prestasi akademik yang lebih baik dibanding peserta didik dengan tingkat metakognisi yang rendah. Hal ini disebabkan karena metakognisi memungkinkan peserta didik melakukan perencanaan, mengikuti pengembangan dan memantau proses belajarnya. Kemampuan ini dapat membantu peserta didik membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan ini mengakibatkan peserta didik pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan alasan melakukannya. Akibatnya ketika peserta didik dihadapkan dengan masalah, peserta didik mengalami kesulitan untuk memecahkannya. Kesulitan ini menyebabkan semakin menurunnya hasil belajar peserta didik.10

Berdasarkan alasan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan mengaitkan pengetahuan metakognitif dengan hasil belajar dengan judul penelitian “Pengaruh

9Lina Surmayanti Nurmalasari, “widodo Winarso, dan Eti Nurhayat, Pengaruh Kemampuan

Metakognisis terhadap Hasil Belajar Matematika di SMP Negeri 2 Leuwimunding Kabupaten Majalengka”, Jurnal Nusantara of research Universitas Nusantara PGRI Kediri, Vol. 02, No. 02 (Oktober: 2015), http://journal.upgris.ac.id/index.php/aksioma/article/download/56/52, diakses pada tanggal 24 April 2018.

10

(20)

7

Pengetahuan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI di MAN 1 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan metakognitif siswa kelas XI MAN 1 Makassar?

2. Bagaimana gambaran hasil belajar biologi siswa kelas XI di MAN 1

Makassar?

3. Adakah pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi

siswa kelas XI di MAN 1 Makassar?

4. Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.11 Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI di MAN 1 Makassar.

11

(21)

8

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel digunakan menghindari persepsi yang berbeda antara peneliti dan pembaca berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini, maka peneliti memudahkan pemahaman dengan persepsi dan memperjelas ruang lingkup pada penelitian ini.

1. Pengetahuan metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan siswa tentang pengetahuan strategis dalam belajar, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif dan pengetahuan tentang dirinya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam pembelajaran biologi (ulangan harian terakhir).

E. Kajian Pustaka

(22)

9

manusia.12 Pengaruh metakognisi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X Sma Negeri se-Kabupaten Bulukumba oleh Fajriani dan Nurdahniar, hasil penelitiannya adalah siswa kelas metakognisi berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X Sma Negeri Kabupaten Bulukumba.13

Pengaruh kemampuan Metakognisi terhadap Hasil belajar Matematika di SMP negeri 2 Leuwimunding Kabupaten majalengka oleh Linda Rusmayanti, widodo Winarso, dan eti Nurhayat, hasil penelitiannya adalah kemampuan metakognisi yang dimiliki termasuk kedalam kategori cukup begitupun hasil belajar yang diperoleh. Semakin baik kemampuan metakognisi yang dimiliki peserta didik maka semakin baik juga hasil belajar yang diperoleh.14

Pengaruh pengetahuan metakognisi dan gaya belajar visual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IX Smp Negeri 2 Barombong Kabupaten Gowa oleh Syahrina Syam, Ulfiani Rahman, dan Nursalam. Hasil penelitiannya adalah Pengetahuan Metakognisi dan gaya belajar visual siswa secara bersama-sama memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Apabila Pengetahuan metakognisi dan gaya

12

Tuti khoiriah, Pengaruh Strategi Belajar Metakognitif Terhadap hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan pada Manusia”, Skripsi (Jakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah, 2015).

13Fajriani dan Nurdahniar, “Pengaruh metakognisi terhadap hasi

l belajar matematika siswa kelas X Sma Negeri se Kabuaten Bulukumba”, Prosiding Seminar Nasional, Vol. 02, No. 1 (diakses pada tanggal 24 April 2018)

14Lina Surmayanti Nurmalasari, “widodo Winarso, dan Eti Nurhayat, Pengaruh Kemampuan

(23)

10

belajar visual siswa meningkat maka kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan meningkat pula, dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan metakognisi dan gaya belajar visual siswa di sekolah dengan kemampuan pemecahan masalah matematika yang tidak boleh diabaikan.15

Korelasi antara keterampilan Metakognitif dengan hasil belajar biologi siswa Sma Negeri Kupang oleh Yusnaeni Ganing. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada korelasi antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar biologi.16

Penelitian yang saya lakukan dengan mencari pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar Biologi kelas XI di MAN 1 Makassar, dan hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar siswa. Siswa dengan pengetahuan metakognitif yang tinggi maka hasil belajarnya lebih baik dibanding dengan hasil belajar siswa dengan pengetahuan metakognitif yang rendah, karena dengan pengetahuan metakognitif siswa mengetahui strategi dan kondisi yang sesuai, serta memiliki pengetahuan terhadap dirinya.

15Syahrina Syam, Ulfiani amir dan Nursalam, “Pengaruh Pengetahuan Metakognisi dan Gaya

Belajar Visual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Barombong Kabupaten Gowa”, Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Vol. 4 No. 2 (Desember: 2016), diakses pada tanggal 24 April 2018.

16Yusnaeni Ganing, “Korelasi antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar Biologi

(24)

11

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Mengetahui gambaran pengetahuan metakognitif siswa kelas XI di MAN 1 Makassar.

b. Mengetahui gambaran hasil belajar Biologi siswa kelas XI di MAN 1 Makassar.

c. Menganalisis pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi kelas XI di MAN 1 Makassar.

2. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi kelas XI di MAN 1 Makassar, maka diharapkan akan diperoleh manfaat :

a. Secara Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini yaitu hasil penelitian mampu menambah khasanah keilmuwan dalam bidang pendidikan.

(25)

12

Secara Praktis manfaat penelitian sebagai berikut : 1) Guru

Hasil penelitian diharapkan membantu guru dalam peningkatan hasil belajar siswa, ditinjau dari pengetahuan metakognitifnya.

2) Siswa

Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengetahui pengetahuan metakognitif sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi.

3) Peneliti selanjutnya

(26)

13 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.17

Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari satu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukkan dari sistem tersebut bermacam-macam informasi, sedangkan perbuatannya adalah perbuatan atau kinerja. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seorang siswa yang diberikan oleh guru setelah mengikuti beberapa rangkaian proses belajar.

Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat macam kategori yaitu pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang kosep, dan pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu keterampilan untuk berfikir atau kognitif, keterampilan untuk bertindak atau

17

(27)

14

keterampilan motorik, keterampilan bereaksi atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi.18

2. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.19 Penilaian atau assesmen merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang individu. Penilaian berfokus pada individu, sehingga keputusannya juga terhadap individu, untuk menilai prestasi peserta didik, peserta didik mengerjakan tugas-tugas, mengikuti ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Semua data yang diperoleh dengan berbagai cara kemudian diolah menjadi informasi tentang individu. Penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Prinsip penilaian hasil belajar yang penting adalah akurat, ekonomis dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Akurat berarti

18

Asep jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran Cet. 1 ( Yogyakarta: Multi presindo, 2012), h. 14.

19

(28)

15

hasil penilaian mengandung kesalahan sedikit mungkin. Ekonomis berarti penilaian mudah dilakukan dan murah. Mendorong peningkatan kualitas pembelajaran yaitu mendorong perbaikan dalam proses pembelajaran.20

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian yang dilakukan guru mencakup semua hasil belajar peserta didik yaitu kemampuan kognitif atau berfikir, kemampuan psikomotor atau kemampuan praktek, dan kemampuan afektif. Penilaian ketiga ranah ini tidak sama, sesuai dengan karakteristik materi yang diukur. Untuk penilaian ranah kognitif terbagi dua yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.21

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar- mengajar itu sendiri. Penilaian formatif beriorentasi keepada proses belajar-mengajar. Penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program yaitu, akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yaang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh

20

Djemari Mardapi, Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan (Cet: I; Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), h. 12-13.

21

(29)

16

tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian yang beriorientasi kepada produk, bukan kepada proses.22

Ada beberapa prosedur pengukuran hasil belajar, pengukuran secara tertulis, secara lisan dan melalui observasi. Pada pembelajaran Biologi prosedur yang banyak digunakan adalah prosedur tertulis dan prosedur observasi. Prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya kognitif dan afektif, sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotor. Untuk kemampuan siswa dalam mengikat suatu konsep atau prinsip, maka prosedur yang dipakai adalah prosedur tertulis. Mengukur keterampilan menggunakan mikroskop misalnya, harus dipakai prosedur observasi. Cara melakukan pengukuran melalui observasi terhadap siswa yang sedang menampilkan keterampilan-keterampilannya disebut “Tes Perbuatan”. Setiap pengukuran, baik melalui prosedur tertulis maupun

prosedur observasi, memerlukan alat ukur tertentu yang tepat. Alat ukur dapat dikelompokkan ke dalam golongan besar yaitu tes dan non tes.23

Jenis tes ada dua yaitu tes uraian atau tes essai dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya seperti menjodohkan, dan isian pendek atau

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2009), h. 5.

23

(30)

17

melengkapi.24 Tes uraian atau tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya merupakan karangan atau kalimat yang panjang. Panjang-pendeknya kalimat atau jawaban bersifat relatif, sesuai dengan kecakapan dan pengetahuan penjawab. Oleh karena tes essay memerlukan jawaban yang panjang dan waktu yang lama, biasanya soal-soal tes essay jumlahnya sangat terbatas, umumnya berjumlah sekitar 5-10 soal saja.25

Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif yang dikenal diantaranya sebagai berikut:

a. Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol yang jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap. Tes bentuk soal jawaban singkat sangat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengn istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

24Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”. h.

35.

25Ngalim Purwanto, “

Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran” (Cet. XIV; Bandung:

(31)

18 b. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, defenisi, dan prinsip.

c. Bentuk soal menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan tersebut berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab benar hanya dengan cara menebak.

d. Bentuk soal pilihan ganda

(32)

19

jawaban yang benar atau paling tepat, dan distractor atau pengecoh yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban-jawaban.26

Alat-alat non tes yang sering digunakan dalam penilaian hasil belajar antara lain kuesioner, wawancara, skala (skala penilaian, skala sikap dan skala minat), observasi, studi kasus, dan sosiometri. Kuesioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu. Skala bisa digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi pada umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan sosialnya.27

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar faktor-faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik.28

26Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” h. 44

-48.

27Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” h. 67. 28

(33)

20 a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri individu. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra. Mata sebagai alat melihat dan telinga sebagai alat pendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia berlangsung dalam proses membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya.29

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan

29

(34)

21

lebih mudah dan efektif.30 Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun yang dianggap esensial adalah sebagai berikut:

a. Inteligensi atau tingkat kecerdasan siswa

b. Sikap siswa c. Bakat siswa d. Minat siswa e. Motivasi siswa31

f. Pengetahuan metakognitif siswa.

Inteligensi merupakan kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran (kecerdasan intelektual) cenderung menggunakan kemampuan matematis-logis dan bahasa, umumnya mengembangkan kemampuan kognitif (menulis, membaca, menghafal, menghitung dan menjawab). Kecerdasan ini dikenal dengan kecerdasan rasional karena menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah. Penilaian kecerdasan dapat dilakukan melaui tes atau ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan menghitung dan kemudahan dalam menganalisis data. 32 Meskipun bukan sebagai satu-satunya yang menentukan kecerdasan seseorang, inteligensi juga memberi pengaruh pada proses belajar

30

Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 39.

31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. h. 133.

32

(35)

22

sesorang. Inteligensi merupakan kemampuan umum seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Secara umum, seseorang dengan kecerdasan tinggi dapat mudah belajar menerima apa yang diberikan padanya. Adapun yang inteligensi rendah cenderung lebih lambat menerima materi yang diberikan.33

Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya. Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif.34

Seseorang yang mempunyai bakat dan minat terhadap sesuatu tentu akan lebih mudah dalam mempelajarinya karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang pendidik perlu mempertimbangkan minat peserta didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Untuk membangkitkan minat belajar pada anak, ada beberapa cara seperti dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaska peserta didik untuk

33

Nini Subini, dkk,. Psikologi Pembelajaran (Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012). h. 33.

34

(36)

23

mengeksplorasi apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) sehingga peserta didik menjadi aktif.35

Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar akan meningkat jika motivasi untuk belajar juga bertambah. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh sebab itu, motivasi belajar harus diusahakan, terutama yang berasa dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh dengan tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan cara belajar.36

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang dimiliki siswa meliputi pengetahuan yang berkaitan dengan permintaan tugas pembelajaran tertentu, yaitu kemampuan untuk menguasai tugas dan strategi yang memungkinkan. Siswa yang terlibat dalam metakognisinya secara efektif menyikapi situasi pembelajaran untuk menghasilkan performa yang superior dan tetntunya mampu meningkatkan hasil belajarnya.37

b. Faktor eksternal

35

Nini Subini, dkk,. Psikologi Pembelajaran. h. 87.

36

Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Cet. 1; Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 166-167

37

Heru Astikasari Setya Murti, “Metakogisi dan Theory of Mind (TOM), Jurnal Psikologi Pitutur, Vol. 1 No. 2, (Juni 2011), h.53, http://jurnal.umk.ac.id/indeks.php/PSI/article/viewFile/25/24

(37)

24

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan keluarga, peranan orang tua (Ibu dan bapak) dan anggota keluarga seisi rumah sangat menentukan bagi kesuksesan belajar anak dirumah. Faktor lingkungan sekolah, peranan kepala sekolah, guru, wali kelas dan konselor, staf administrasi, dan teman kelas juga berpengaruh dalam membantu kesuksesan belajar anak di sekolah. Selain itu fasilitas belajar, media pembelajaran, perpustakaaan, laboratorium, dan infranstruktur lainnya di sekolah yang lengkap dan berkualitas akan berkontribusi terhadap kesuksesan belajar peserta didik di sekolah. Faktor lingkungan masyarakat, peranan tokoh masyarakat, pemerintah dan ketersediaan sumber belajar di masyarakat juga berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah.38

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Fakor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

B. Pengetahuan Metakognitif

38

(38)

25

1. Pengertian Pengetahuan Metakognitif

Metakognitif merupakan kata sifat dari metakognisi. Metakognisi berasal dari kata “metakognition” dengan prefik “meta” dan kata “kognisi ”. Meta berasal

dari bahasa Yunani yang berarti “setelah”, “melebihi”, atau “di atas”. Secara umum

kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta difikirkan oleh seseorang.

Gambaran klasik mengenai kognisi meliputi “Higher Mental Processes” seperti

pengetahuan, kesadaran, inteligensi, pikiran, imajinasi, daya cipta, pemecahan masalah, pembuatan konsep, pembuatan klasifikasi, dan kaitan-kaitan, pembuatan simbol-simbol dan mungkin juga fantasi serta mimpi. Metakognitif siswa melibatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya.39

Pengetahuan metakognitif mengacu pada pengetahuan tentang memori, pemahaman, dan proses belajar yang dapat diucapkan orang secara verbal. Flavel mendefinisikan pengetahuan metakognitif sebagai pengetahuan tentang orang, tugas dan strategi. Jadi itu termasuk pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan seseorang. 40 Mengacu pada kesadaran dan kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan dan proses berpikir seseorang seperti ini diterapkan pada beberapa tugas

39Dona Afriyani, “Penelusuran perilaku metakognitif Mahasisiwa dalam pemecahan masalah

Matematika”, Jurnal ta’dib, vol. 14, No. 1, h. 17, (Juni 2011),

http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/takdib/article/download/193/192, diakses pada tanggal 22 April 2018.

40Mario Handel, Cordula artelt, dan Sabine Weinert, “Assesing Metakognitive Knowledge :

(39)

26

tertentu.41 Flavell menyatakan bahwa ada tiga faktor utama atau variabel dalam pengetahuan metakognitif, yaitu: (1) individu, (2) tugas, dan (3) strategi. Kategori "individu" mencakup segala sesuatu yang diyakini sebagai karakter dan lainnya sebagai pengolah kognitif. Hal ini terkait dengan jenis pengetahuan dan kepercayaan yang didapat tentang manusia sebagai kognitif. Kategori "tugas" terkait dengan informasi yang tersedia bagi seseorang selama aktivitas kognitif. Kategori "strategi" ini terkait dengan isu penting pengetahuan yang bisa didapat melalui kemungkinan strategi efektif untuk mencapai tujuan dalam usaha kognitif.42

Beberapa ahli mendefinisikan metakognisi sebagai “berpikir mengenai

berpikir” sementara ahli lain mendefinisikan “mengetahui tentang mengetahui”.

Kemampuan refleksi diri dari proses kognitif yang sedang berlangsung merupakan sesuatu yang unik bagi individu dan memainkan peran penting dalam kesadaran manusia ini menunjukkan bahwa metakognisi mengikutsertakan pemikiran seseorang. Kuhn mendefinisikan metakognisi sebagai kesadaran dan manajemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau sederhana disebut sebagai “berpikir

mengenai berpikir”. Secara umum, metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk

multidimensi. Sebuah model yang benar popular menggambarkan dua dimensi metakognisi yang berhubungan tetapi berbeda dengan konsep, yaitu pengetahuan

41

Donna alverman, “Metacognitive Knowledge About Reading Proficiency: Its relation To study Strategies and Task Demands”, Journal Of Reading Behaviour, Vol.XIV, No.3, h.1 (2012)

http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1080/10862968209547452. Diakses Pada tanggal 18 Desember 2017

42Septian Ikayanti dan bambang Sugiarto, “

The Influence Of Metacognitive Knowledge To Student Learning Outcomes On Salt Hydrolysis Matter In

(40)

27

metakognitif dan proses metakognitif. Pengetahuan metakognitif menunjuk pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang. Sementara proses metakognisi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah.43

Scraw dan Dennision dalam Jurnal Heru Astikasari mendefinisikan metakognisi pada kemampuan merenung, memahami dan mengontrol pembelajaran. Metakognisi berhubungan dengan apa yang orang ketahui tentang kognisi secara umum dan mengenai proses memori dan kognitif mereka secara khusus dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan untuk mengatur proses informasi dan perilaku.44

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kesadaran siswa akan kemampuan kognitifnya, dimana “siswa

mengetahuai apa yang dia ketahui” dan “apa yang dia tidak ketahui”.

2. Aspek-Aspek Pengetahuan Metakognitif Pitutur, Vol 1 No.2, (Juni 2011), h. 53, http://jurnal.umk.ac.id/index.php/PSI/article/viewFile/25/24 (diakses 25 November 2017).

44Rosi kurniawati dan Tino Leonardi, “Hubungan Antara Metakognisi Dengan Prestasi

Akademik Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga Yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas”, Jurnal Psikologi dan Perkembangan, Vol 2, No.01, (April 2013), h. 18, (diakses 25 November 2017)

45Lorin W Anderson dan david R Krathwol, ‘Pembbelajaran Pengajaran dan Assesmet”,

(41)

28 a. Pengetahuan strategis

Pengetahuan strategis mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Pengetahuan jenis ini dapat digunakan bukan hanya dalam bidang tertentu tetapi juga dalaam bidang-bidang yang lain. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara untuk mengingat, dan pengetahuan tentang strategi perencanaan untuk mencapai tujuan.46

Pengetahuan strategik meliputi pengetahuan beragam strategi yang dapat murid gunakan untuk mengingat materi, makna inti dari teks, atau mengerti apa yang mereka dengar di ruang kelas atau baca dalam buku dan materi-materi pelajaran lainnya. Sejumlah besar strategi pembelajaran yang berbeda dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: repetisi, pengembangan, dan pengaturan. Strategi-strategi repetisi meliputi pengulangan kata-kata atau istilah-istilah agar diingat terus-menerus oleh seseorang; mereka pada umumnya bukan merupakan strategi-strategi yang paling efektif dalam level-level pembelajaran dan pemahaman yang lebih dalam. Kebalikannya, strategi-strategi pengembangan meliputi penggunaan alat bantu mengingat untuk tugas-tugas mengingat sama halnya dengan tekhnik-tekhnik meringkas, dan memilih gagasan utama dari teks. Strategi-strategi pengaturan

46suwarto, “dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pendidikan”, jurnal

widyatama, vol 19 no.1, (2010), hal. 7

(42)

29

meliputi beragam bentuk menguraikan, menggambar, “peta-peta kognitif” atau

memetakan konsep, dan mencatat. Strategi-strategi pengaturan biasanya menghasilkan pemahaman dan pembelajaran yang lebih baik daripada strategi-strategi repetisi. Sebagai tambahan dalam strategi-strategi-strategi-strategi pembelajaran ini, para murid dapat memiliki pengetahuan mengenai beraagam strategi metakognitif yang bermanfaat dalam merencanakan, memonitor, dan mengatur kesadaran mereka. Para murid dapat menggunakan strategi-strategi ini merencanakan kesadaran mereka. Strategi-strategi umum dapat memecahkan masalah, terdapat strategi-strategi pemecahan masalah, terdapat strategi-strategi umum untuk berfikir deduktif induktif, termasuk menilai validitas pernyataan-pernyataan logis yang berbeda, mencegah kebulatan dalam argumen-argumen, membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat dari sumber-sumber data yang berbeda, daan mendukung contoh-contoh yang tepat untuk membuat kesimpulan-kesimpulan.47

b. Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional.

Para murid mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-strategi pembelajaran daan berfikir, pengetahuan ini mencerminkan baik strategi-strategi umum apa yang digunakan dan bagaimana menggunakan mereka. Sama dengan pengetahuan prosedural, bagaimanapun, pengetahuan tidak dapat mencukupi untuk

47suwarto, “dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pendidikan”, jurnal

widyatama, vol 19 no.1, (2010), hal. 7

(43)

30

keahlian dalam pembelajaran, para murid juga perlu mengembangkan pengetahuan kondisional untuk strategi-strategi umum kognitif umum ini, dengan kata lain, mereka perlu mengembangkan beberapa pengetahun mengenai kapan dan mengapa menggunakan strategi- strategi ini secara tepat. Seluruh strategi yang berbeda ini dapat menjadi tidak tepat untuk seluruh situasi, dan pelajar tersebut harus mengembangkan beberapa pengetahuan mengenai kondisi-kondisi dan tugas-tugas yang berbeda dimana strategi paling tepat digunakan. Pengetahuan kondisional mengacu pada pengetahuan mengenai situasi-situasi dimanaa paara murid dapat menggunakan pengetahuan metakognitif. Kebalikannya pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan mengenai situasi-situasi dimana para murid dapat menggunakan keahlian-keahlian, algirittma-algoritma, teknik-teknik, dan metode-metode spesifik suatu objek. Aspek pengetahuan kondisional penting yaitu merupakan norma-norma sosial umum dan situasional lokal, konvensional, dan budaya untuk menggunakan strategi-strategi yang berbeda.48

Pengetahuan ini meliputi, pengetahuan yang membedakan tugas-tugas kognitif dengan tingkat kesulitannya bisa sedikit atau banyak, bisa saja membuat sistem kognitif ataupun strategi kognitif. Pengetahuan mengingat kembali tugas-tugas

48suwarto, “dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pendidikan”, jurnal

widyatama, vol 19 no.1, (2010), hal. 7

(44)

31

(contoh, jawaban singkat) yang dibuat secara umum dalam sistem memori individu yang dibandingkan dengan pengenalan tugas-tugas (contoh, pilihan berganda).49

Pengetahuan diri

Ilmuwan mengetahui kapan mereka tidak mengetahui sesuatu dan kemudian mereka memiliki beberapa strategi untuk menemukan informasi yang dibutuhkan secara tepat. Kewaspadaan diri mengenai keluasan dan kelebaran dasar pengetahuan dirinya merupakan aspek penting pengetahuan diri. Para murid perlu memperhatikan terhadap jenis strategi yang berbeda. Kesadaraan seseorang cenderung terlalu bergantung pada strategi tertentu, dimana terdapat strategi-strategi yang lain yang lebih tepat untuk tugas tersebut, dapat mendorong ke arah suatu perubahan dalam penggunaan strategi. Jika para murid ini menyadari bahwa mereka tidak mengetahui pengetahuan faktual atau pengetahuan konseptual atau bahwa mereka tidak mengetahui bagaimana melakukan pengetahuan prosedural. Tidak mungkin mereka akan melakukan usaha apapun untuk mempelajari materi baru. Suatu tanda keahlian adalah bahwa mereka tahu dan apa yang mereka tidak tahu, dan mereka tidak memiliki kesan-kesan yang salah atau berlebihan mengenai pengetahuan dan keahlian-kealian mereka yang sebenarnya.50

49

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif “Perkembangan Ragam Berpikir”, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23.

50suwarto, “dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pendidikan”, Jurnal Widyatama, vol 19 no.1, (2010),

(45)

32

Jadi aspek-aspek dalam pengetahuan metakognitif yaitu, pengetahuan strategis, pengetahuan mengenai tugas kognitif termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional, dan pengetahuan diri.

Menurut OLRC (Ohio Literacy Resource Center) news kedua pengetahuan mengenai proses berfikir dan pengaturan diri merupakan aspek-aspek dari metakognitif, yang masing memiliki sub-sub bagian sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang kognisi

1) Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pelajar, serta strategi, keterampilan, dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan untuk keperluan belajar.

2) Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa yang telah diketahui dalam pengetahuan deklaratif tersebut dalam aktivitas belajar.

3) Pengetahuan kondisional yaitu pengetahuan tentang kapan sebaiknya

menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut digunakan, mengapa suatu prosedur bisa berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik daripada prosedur yang lain.

4) Regulasi tentang kognisi

1) Planning, yaitu kemampuan merencanakan aktivitas belajaranya.

(46)

33

3). Debugging strategies, yaitu kemampuan membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar.

4) Evaluation, yaitu kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajarnya, apakah ia akan mengubah strateginya, menyerah pada keadaan, atau mengakhiri keadaan tersebut.51

Komponen-komponen pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi dan regulasi tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi memiliki sub bagian yaitu, pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Sedangkan regulasi tentang kognisi memiliki sub bagian yaitu, perencanaan, informasi, strategi dan evaluasi.

3. Strategi Meningkatkan Pengetahuan Metakognitif Siswa

Strategi-strategi atau langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan metakognitif, yakni:

a. Mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan“apa yang kau tidak ketahui”

Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuan mereka. Pertama-tama siswa menulis “apa yang sudah saya

ketahui” dan “apa yang ingin saya pelajari” Dengan menyelidiki suatu topik, siswa

akan memverifikasi, mengklarifikasi dan mengembangkan, atau mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yaang akurat.

51Dona Afriyani, “Penelusuran perilaku metakognitif Mahasisiwa dalam

pemecahan masalah Matematika”, Jurnal Ta’dib, vol. 14, No. 1, h. 17, (Juni 2011),

(47)

34

b. Berbicara tentang berpikir (Talking about thinking)

Selama membuat perencanaan dan memecahkan masalah, guru boleh “menyuarakan pikiran”, sehingga siswa dapat ikut mendemonstrasikan proses

berpikir. Pemecahan masalah berpasangan merupakan strategi lain yang berguna pada langkah ini. Seorang siswa membicarakan sebuah masalah, mendeskripsikan proses berpikirnya, sedangkan pasangannya mendengarkan dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses berpikirnya, sedangkan pasangannya mendengarkan dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses berpikir.

c. Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal)

Cara lain untuk mengembangkan metakognisi adalah melalui penggunaan jurnal atau catatan belajar. Jurnal ini berupa buku harian dimana setiap siswa merefleksi berpikir mereka.

Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responsibilitas untuk merencanakan dan meregulasi belajar mereka.Sulit bagi pelajar menjadi orang yang mampu mengatur diri sendiri (self-directed) ketika belajar direncanakan dan dimonitori oleh orang lain.

d. Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process)

(48)

35

mengarahkan siswa untuk mereview aktivitas, mengumpulkan data tentang proses berpikir; kedua: kelompok mengklasifikasi ide-ide yang terkait, mengidentifikasikan strategi yang digunakan; ketiga: mereka mengevaluasi keberhasilan, membuang strategi-strategi yang tidak tepat, mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan kemudian, dan mencari pendekatan alternatif yang menjanjikan.

e. Evaluasi diri

Mengarahkan pengalaman-pengalaman evaluasi-diri dapat diawali melalui pertemuan individual dan daftar-daftar yang berfokus pada proses berpikir. Secara bertahap, evaluasi-diri akan lebih banyak diaplikasikan secara independen.52

Strategi untuk meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa yaitu, mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui” berbicara

tentang berpikir (talking about thinking), membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal), membuat perencanaan dan regulasi diri, melaporkan kembali proses berpikir

(debriefing thinking process), dan evaluasi diri.

BAB III

52Muhammad Romli, “Strategi Membangun Metakognisi Siswa Sma Dalam Pemecahan

Masalah Matematika”, Jurnal Pendidikan, h.12,

(49)

36

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan pendekatan expost facto. Menurut Kerlinger penelitian expost facto adalah penyelidikan empiris yang

sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.53 Penelitian ini bersifat eksplanatif, yang digunakan untuk menerangkan suatu fenomena sosial yang unit analisanya adalah individu dan menggunakan skala psikologi sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Eksplanatif bermaksud menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.54

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Makassar.

C. Desain dan Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Secara umum variabel penelitian ada dua macam, yakni variabel

53

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Depok: Rajawali press, 2017), 119.

54

(50)

37

bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Sedangkan variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.55

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pengetahuan metakognitif. Pengetahuan metakognitif diberi simbol X. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi yang diberi simbol Y.

Desain penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan metakognitif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI di MAN 1 Makassar.

Desain hubungan antara variabel-variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan::

X: Variabel Pengetahuan metakognitif Y: Variabel hasil belajar biologi.

D. Populasi dan Sampel

55Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”

(Bandung: Alfabeta, 2014), h.38.

(51)

38 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti.56 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIA di MAN 1 Makassar yang berjumlah 260 orang.

Tabel 3.1: Distribusi Populasi Penelitian

Kelas Jumlah

Sampel adalah bagian dari populasi atau sejumlah anggota populasi, tetapi hanya menjangkau sebagian populasi. Sebagaimana karakterisitik populasi, sampel yang mewakili populasi adalah sampel yang benar-benar terpilih sesuai dengan karakteristik populasi itu.57 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah “simple random sampling”, yaitu pengambilan sampel dari populasi yang memiliki

ciri homogen dalam penggunaan tekhnik ini setiap sampel diberikan kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.58 Pemilihan sampel melalui peluang dan sistem tertentu dimana pemilihan secara acak untuk data pertama dan berikutnya

56

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014), h.119.

57

Muh.Khalifah Mustami, Metodologi Penelitian Pendidikan, h.63

58Suharsimi Arikunto, “

(52)

39

secara interval tertentu. Penentuan jumlah sampel berdasarkan Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa bila jumlah populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 30% sampel dari populasi tersebut. Sehingga didapatkan sebanyak 78 orang yang akan dijadikan sampel.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.59 Angket berisikan daftar penyataan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden.60 Secara garis besar dua cara penggunaan angket sebagai teknik pengumpul data, yaitu : (1) disebarkan kemudian diisi oleh responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara dengan

59

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. 25; Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 199.

60

(53)

40

responden. Penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat jasa pos atau diantar sendiri oleh peneliti.61 Tipe wawancara dalam angket dapat terbuka maupun tertutup dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif maupun negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal, sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden yang memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.62

2) Dokumentasi

Dokumentasi dapat digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi yang dikumpulkan dari dokumen buku: buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan kegiatan, notulen rapat, daftar nilai, kartu hasil studi, transkrip, prasati dan sejenisnya.63 Dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai ulangan harian terakhir siswa.

F. Instrumen Penelitian

61

Muh, Khalifah, Mustami. Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. 1; Yogyakarta: Aynat Publishing, 2015), h. 148.

62

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. 25; Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 200-201.

63

(54)

41

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau menggapai tujuan penelitian.64 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Skala Pengetahuan Metakognitif.

Skala pengetahuan metakognitif siswa disusun berdasarkan teori dari Anderson dan David Kratwohl. Skala merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.65 Adapun kisi-kisi skala pengetahuan metakognitif pada dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Skala Pengetahuan Metakognitif

Aspek Indikator No. Item Jumlah

atau sketsa mata pelajaran. 3,17 10,24 4

2. Pengetahuan

Muh. Khalifah Mustami, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 100.

65

(55)

42 dengan belajar.

b. Siswa mengetahui strategi belajar yang cocok dengan dirinya.

7,21 14,28 4

Skala ini berisi 28 pertanyaan yang terdiri atas 14 pertanyaan favourable dan 14 pertanyaan unfavourable. Penentuan jenis pilihan jawaban dari skala ini dengan menggunakan skala likert melalui empat kategori jawaban. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi yang sangat positif sampai negatif. Skala likert adalah metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan respon yang dikategorikan kedalam empat macam kategori jawaban yang sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.66 Skor jawaban likert dapat dilihat dari tabel di bawah ini67

Tabel 3.4: Skor Jawaban Skala

Jawaban Skor Jawaban Positif Skor Jawaban Negatif

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

2. Dokumentasi. Format dokumentasi yang digunakan adalah nilai rapor biologi semester genap kelas X MIA di MAN 1 Makassar.

66

Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h. 139-140.

67

(56)

43 G. Teknik Analisis Data

Analisis data ini bertujuan meringkaskan data dalam bentuk mudah dipahami dan mudah ditafsirkan sehingga hubungan antara masalah penelitian dapat dipelajari dan diuji. Ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara menghimpun, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa, atau keadaan. Dengan kata lain, statistik deskriptif merupakan statistik yang memiliki tugas mengorganisasi dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.68 Analisis statistik deskriptif disini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua dan ketiga. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Menentukan rentang nilai

R = Xt-Xr Keterangan:

R = Rentang nilai

68

(57)

44 Xt = Data terbesar

Xr = Data terkecil69

b. Menentukan banyak kelas interval (K)

K = 1 + 3,3 log n Keterangan:

K = Jumlah Interval Kelas n = jumlah Data70

c. Menghitung panjang kelas interval

e. Presentase (%) nilai rata-rata

69

Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, h. 50

70

Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, h. 50

71

Anas Sudijono, Statisttik Pendidikan, h. 51

72

Gambar

Tabel 3.2: Distribusi Sampel Penelitian
Tabel 3.3: Kisi-Kisi Skala Pengetahuan Metakognitif
Tabel 3.4: Skor Jawaban Skala
Tabel 3.6:  Kategori Hasil Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan data yang tepat tentang prediksi penjualan produk yang akan datang, maka dibuatlah sebuah sistem yang dapat memprediksi berapa banyak barang yang

Nah bagi Anda yang ingin memulai usaha sendiri, berikut ini kami rangkum beberapa bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah) yang cukup menjanjikan, bahkan diantaranya bisa kita jalankan

Dalam penelitian ini akan dikaji pengaruh pemberian campuran kapur – abu sekam padi dan serat karung plastik dalam berbagai konfigurasi terhadap besarnya kuat dukung ultimit,

Pada hasil penelitian dari ketiga subjek tersebut menyatakan bahwa pada subjek I, II, III pola asuh orang tua subjek merasa orang tuanya overprotektif sejak

Dari pengukuran kinerja ketiga algoritma yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik PSO dan berdasarkan jumlah data maka dapat disimpulkan bahwa algoritma C4.5 memiliki kemampuan

Kelurahan. 9) Merekapitulasi Usulan Kegiatan Infrastruktur Kewenangan Perangkat Daerah Teknis (Form Kel.7) dari seluruh kelurahan yang selain usulan kegiatan

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan metakognitif yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP dalam menyelesaikan soal-soal

a) Davidson, Stickney dan Weil (1987) dalam Sulistyanto (2008: 48) mendefinisikan bahwa manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam