• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1505813721BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1505813721BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan‐permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka perlu disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2‐JM). Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2‐JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Untuk dapat mewujudkan Kabupaten Cilacap yang sejahtera secara merata seperti yang tertuang dalam Visi RPJMD Kabupaten Cilacap 2012‐2017 “Menjadi Kabupaten Cilacap yang Sejahtera Secara Merata”, diperlukan penyelenggaraan pembangunan yang mantap, termasuk penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya/Permukiman. Peran pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Cilacap antara lain dengan (i) mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, (ii)mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, serta (iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor‐ sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penyelenggaraan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan amanat Undang‐Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan tanggung jawab bersama, antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang diselenggarakan bersama dengan masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan kerjasama berbagai stakeholders

pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goalsKementerian

(2)

kota dan desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (iii) meningkatkan kualitas lingkungan.

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni danberkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PekerjaanUmum, mengembangkan konsep perencanaan pembangunaninfrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa RencanaTerpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah(RPI2‐JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkanketerpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2‐JM Bidang CiptaKarya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasiPemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional,provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral.Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, denganmempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuankeuangan daerah.

1.2. Maksud

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah adalah sebagai acuan atau pedoman dalam kegiatan pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

1.3. Tujuan

Tujuan dari Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah adalah sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya.

1.4. Sasaran

Sasaran dari Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah yaitu:

1. Tersusunnya dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur

Jangka Menengah.

2. Tersusunnya dokumen yang memuat rencana program dan investasi

pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya yang mencakup:

a. Multi tahun (jangka waktu lima tahun)

b. Multi sektor yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulanggan kebakaran dan penataan bangunan gedung.

3. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan masyarakat, pemerintah, dan swasta

(3)

4. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah

(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom‐up).

1.5. LandasanHukum

Sebagai dasar dari kegiatan Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah adalah sebagai berikut:

1. Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2. Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

3. Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional

4. Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

5. Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

6. Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2/MENKLH/I/1988 tentang

Pedoman Penetapan Buku Mutu Lingkungan

12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum

13. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009‐2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Provinsi Jawa Tengah Nomor 28)

15. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun 2011‐2031

1.6. RuangLingkup

1.6.1. RuangLingkupWilayah

(4)

alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

1. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat‐Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

2. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat‐Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

3. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

4. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

5. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru

Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

Dengan mengacu kriteria tersebut di atas maka ruang lingkup wilayah Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah yang disusun adalah wilayah Kabupaten Cilacap yang merupakan kabupaten prioritas strategis nasional klaster A. Kabupaten Cilacap terletak pada 108º4’30“–109º22’30“ Garis Bujur Timur dan 7º30’20“–7º45’ Garis Lintang Selatan, dengan luas wilayah

225.361 Km2.Kabupaten Cilacap secara geografis berada di bagian wilayah selatan

Provinsi Jawa Tengah berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia, dengan panjang garis pantai sekitar 105 km, yang dimulai dari bagian timur pantai Desa Jetis Kecamatan Nusawungu ke arah barat hingga Ujung Kulon Pulau Nusakambangan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.Kabupaten Cilacap berbatasan dengan (seperti terlihat pada Peta 1.1) :

‐ Batas Utara : Kabupaten Brebes, Kabupaten Kuningan ‐ Batas Selatan : Samudera Hindia

(5)
(6)

1.6.2. RuangLingkupSubstansi

Substansi secara umum dibagi menjadi:

A. Penyusunan Dokumen RPI2‐JM yang berisi:

1. Pendahuluan

Berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPI2‐JM Bidang Cipta Karya, prinsip penyusunan RPI2‐JM Bidang Cipta Karya, serta mekanisme penyusunan RPI2‐JM Bidang Cipta Karya

2. Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Berisikan arahan konsep perencanaan Bidang Cipta Karya, antara lain amanat pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, MP3EI, MP3KI, KEK, dan Direktif Presiden), amanat peraturan perundangan terkait Pembangunan Bidang Cipta Karya, serta amanat internasional

3. Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota

Berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini.

4. Profil Kabupaten/Kota

Berisikan penjelasan profil umum Kabupaten Cilacap seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah.

5. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota

Berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), serta penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana Pembangunan pada skala Kabupaten/Kota maupun kawasan.

6. Aspek Teknis Per Sektor

Berisikan penjelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program dan pembiayaan masing‐masing sektor

7. Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas

Merupakan pengelompokan dari usulan aspek teknis per sektor pada Bab 6 menjadi usulan berdasarkan entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, dan lingkungan. Khusus untuk entitas kawasan, pemilihan kawasan harus pada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) sesuai dengan amanat RTRW Kabupaten/Kota.

8. Aspek Lingkungan dan Sosial

(7)

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

9. Aspek Pembiayaan

Berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

10. Aspek Kelembagaan Kabupaten/Kota

Berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya

11. Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka

Menengah (RPI2‐JM) Bidang Cipta Karya

Berisikan matriks program investasi RPI2‐JMKabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program investasi RPI2‐JM Kabupaten/Kota.Pemanfatan Ruang

B. Matrik Program RPI2‐JM

1.7. SistematikaPembahasan

Sistematika pembahasan Laporan AkhirPenyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, landasan hukum, ruang lingkup wilayah dan substansi Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2‐JM) Bidang Cipta Karya, serta sistematika pembahasan laporan antara ini.

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Bab ini menjelaskan mengenai amanat pembangunan nasional terkait Bidang Cipta Karya, amanat Peraturan Perundangan Pembangunan terkait Bidang Cipta Karya, dan amanat internasional Bidang Cipta Karya.

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN CILACAP

Bab ini menjelaskan mengenai arahan RTRW Nasional, arahan RTRW Pulau, arahan RTRW Provinsi, arahan RTR Kawasan Strategis Nasional dan arahan MP3EI/KEK.

BAB IV PROFIL KABUPATEN CILACAP

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran geografi dan administrasi, demografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta sosial dan ekonomi Kabupaten Cilacap.

(8)

Rencana Pembanguan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) Kabupaten/Kota, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), serta integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor.

BAB VI ASPEK TENIS PER SEKTOR

Bab ini menjelaskan mengenai isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan, analisis kebutuhan pengembangan, kesiapan daerah terhadap kriteria kesiapan pengembangan Permukiman, PBL, PPLP, dan Air Minum.

BAB VII KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS

Bab ini menjelaskan mengenai keterpaduan usulan program teknis per sektor berdasarkan entitas regional Kabupaten/Kota, Kawasan dan Lingkungan.

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Bab ini menjelaskan mengenai analisis perlindungan lingkungan dan analisis perlindungan sosial.

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN

Bab ini menjelaskan mengenai profil perkembangan APBD Kabupaten Cilacap, profil perkembangan investasi Bidang Cipta Karya, proyeksi investasi pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi Bidang Cipta Karya.

BAB X ASPEK KELEMBAGAAN

Bab ini menjelaskan mengenai kondisi eksisting, analisis permasalahan, dan rencana pengembangan kelembagaan Cipta Karya di Kabupaten Cilacap.

BAB XI MATRIKS PROGRAM RPI2JM

Bab ini menjelaskan Rencana Program

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh penurunan luas tutupan lahan bervegtasi dalam menyerap emisi karbon dioksida sepuluh tahun kebelakang di Kota Pontianak, perlu dilakukan

pendaki gunung dan para penelitian dibidang klimatologi, pada umumnya setiap parameter cuaca seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara diukur menggunakan alat yang

karimah melalui metode service learning. 2) Meningkatkan motivasi belajar anak didik agar lebih percaya diri. 3) Mengenalkan lebih dekat pada anak didik tentang service learning.

Para ibu beketja yang termotivasi untuk menyusui bayinya diduga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, sedangkan para ibu bekerja yang tidak tennotivasi

Menurut Pasal 1917 KUH Perdata putusan hakim hanya mengikat bagi para pihak yang berperkara, namun tidak tertutup kemungkinan putusan Hakim dapat saja merugikan

PENILAIAN PRAKTIK OECD CG PRINSIP 3 PENILAIAN PRAKTIK OECD CG PRINSIP 3P.

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Adapun responden dalam penelitian ini tentunya ditentukan secara Purposive Purposive yaitu yaitu penentuan responden yang di dasar atas suatu pertimbangan tujuan