• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurangan Kerugian Banjir dan Pengelolaan Lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengurangan Kerugian Banjir dan Pengelolaan Lahan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Beberapa Istilah Penting

Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumber daya alam non hayati yang terkandung di dalamnya, serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai.

3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke danau atau laut.

(4)

5. Garis sempadan sungai adalah garis maya batas luar pengamanan

sungai.

6. Daerah sempadan adalah lahan yang dibatasi oleh garis

sempadan dengan kaki tanggul sebelah luar atau antara garis

sempadan dan tebing tinggi untuk sungai yang tidak bertanggul.

7. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung

sungai, dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul

sebelah dalam

8. Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai, dan

daerah sempadan yang tidak dibebaskan.

9. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi,

bantaran, atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan

(5)

11. Dataran banjir adalah lahan yang pada waktu-waktu

tertentu terlanda atau tergenang air banjir.

12. Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran

airnya tidak tertampung oleh palung sungai.

13. Pengendalian banjir adalah upaya fisik dan nonfisik

untuk pengamanan banjir dengan debit banjir sampai

tingkat tertentu yang layak (bukan untuk debit banjir yang

terbesar).

(6)

• 15. Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar perencanaan pengendalian banjir dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu. Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan risiko tertentu serta kelayakannya, baik teknis maupun lingkungan.

16. Bangunan sungai adalah bangunan air yang berada di sungai, danau, dan/atau di daerah manfaat sungai; yang berfungsi untuk konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian sungai.

17. Mitigasi bahaya banjir (flood damage mitigation) adalah upaya menekan besarnya kerugian/bencana akibat banjir.

18. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) adalah pengelolaan dataran banjir sedemikian rupa sehingga meminimal akibat banjir yang mungkin terjadi.

19. Bahan banjiran adalah bahan yang diperlukan untuk penanggulangan darurat kerusakan yang disebabkkan oleh banjir termasuk tanah longsor karena banjir.

20. Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah resapan air dari suatu daerah aliran sungai.

(7)
(8)

Secara fisik kejadian tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut: pada kejadian hujan pertama, air

akan

menjenuhi

permukaan

tanah

melalui

infiltrasi

sekaligus

mengisi

tajuk

melalui

intersepsi.

Pada

episode

hujan

berikutnya,

sebagian besar air dialirkan menjadi aliran

permukaan dan selanjutnya hujan seterusnya

semua air dialirkan langsung ke sungai, sehingga

terjadilah banjir.

Kejadian banjir bandang

merupakan akibat dari

tanah dan tanaman sudah jenuh air, sehingga

begitu hujan terjadi, air langsung mengalir

(9)

Masalah banjir diakibatkan oleh curah hujan

eksepsional (perkecualian)

Kejadian

banjir

yang

terus

berulang

(10)

Kerusakan DAS memang suatu fakta yang

tidak dapat dipungkiri keberadaannya.

Laju pertumbuhan penduduk yang masih

tinggi

dan

terkonsentrasi

pada

wilayah

tertentu

menyebabkan

alih

fungsi

lahan

pertanian (cultivated land) ke lahan bukan

pertanian

(non

cultivated

land),

seperti:

(11)

Penanganan Banjir

Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak

negatif dari bencana banjir, antara lain:

korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, dan

terganggunya kegiatan sosial ekonomi.

Prinsip Pengendalian Banjir

a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk

dan konservasi tanah dan air.

b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan

sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.

c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan

sementara di daerah retensi.

d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan

menjaga kapasitas wadah air.

(12)

Strategi Pengendalian Banjir

Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat

dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi pengendalian banjir.

a. Pengendalian tata ruang

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan

ruang sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan

banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan

hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah

memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

b. Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan

pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai,

pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.

c. Pengaturan daerah rawan banjir

• pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

• penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis sempadan

(13)

• d. Peningkatan peran masyarakat peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:

o pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir.

o bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun dan menyosialisasikan program pengendalian banjir.

o menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk:

• mengubah aliran sungai;

• mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai;

• membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan

• pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau bahan lainnya.

e. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat o penyediaan informasi dan pendidikan;

o rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas umum; o melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan darurat lainnya; o penyesuaian pajak; dan

(14)

f. Pengelolaan daerah tangkapan air

o pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata

guna hutan, kawasan budidaya, dan kawasan lindung);

o rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;

o konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif,

kimia, maupun mekanis;

o perlindungan/konservasi kawasan

kawasan lindung.

g. Penyediaan dana

o pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin

dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah

rawan banjir;

o penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah

yang rawan banjir; dan

(15)

Antisipasi

Ada solusi praktis, murah, dan dapat memberikan

keuntungan

langsung

pada

petani

dalam

antisipasi dan minimalisasi dampak banjir yang

terjadi belakangan ini, yaitu melalui panen hujan

dan aliran permukaan.

Solusi

ini

tentu

harus

didukung

oleh

penatagunaan

lahan

sesuai

dengan

kemampuannya agar hasil yang diperoleh lebih

maksimal.

(16)

Sumur Resapan

• Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur Resapan

• Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumur-sumur gali biasa.

• Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang

ditandai oleh adanya mata air tanah. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada

umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal.

• Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki

tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.

• Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.

(17)

• Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.

• Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.

• Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll.

• Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1 – 1,5 m

• Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara horizontal.

• Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata dan atau ditutup dengan papan/plesteran.

(18)
(19)
(20)

Panen Hujan

• Teknologi panen hujan merupakan salah satu teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim. Teknologi ini

terdiri dari teknologi pembuatan embung dan teknologi dam parit yang dapat dilakukan untuk membantu petani pada saat musim kemarau.

1. Embung

• Embung adalah salah satu teknologi pemanenan aliran permukaan dan air hujan, berfungsi sebagai tempat resapan yang dapat meningkatkan kapasitas simpan air tanah dan dapat dimanfaatkan untuk pengairan tanaman pada musim kemarau.

• Agar berdaya guna dan berhasil guna, pembuatan embung perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

• Embung dibangun dikawasan yang mempunyai luas daerah aliran air (tampungan) yang cukup, sehingga limpasan air hujan dapat disalurkan ke dalam embung

hingga mengisi penuh pada musim hujan. Untuk embung ukuran 400 m3, daerah aliran/tangkapan air hujan di atasnya minimal 800m2;

(21)

Jika merupakan milik perorangan atau keluarga, embung hendaknya

dibuat di dekat atau di lahan pertanian miliknya. Bila merupakan embung

kelompok, letaknya harus pada tempat yang disepakati, memenuhi

persyaratan daerah aliran dan tidak terlalu jauh dari saluran pembuangan

utama agar memudahkan pembuangan kelebihan air;

Jika embung dibuat pada lahan miring, perlu memperhatikan sifat-sifat

tanah terutama stabilitas dan porositas. Pada tanah yang labil, embung

mudah longsor atau retak, contohnya pada tanah Vertisol/Grumusol atau

tanah lain yang mudah retak.

Pada dasarnya embung dapat dibedakan menjadi embung pertanian dan

embung tradisional. Embung pertanian dirancang untuk irigasi lahan

pertanian dalam skala yang cukup luas, biasanya dibuat permanen atau

semi permanen. Semen dan plastik dibutuhkan untuk membuat dasar dan

dinding kedap air. Embung tradisional adalah galian tanah yang dibuat

(22)

2. Dam Parit

Dam parit dibangun untuk membendung aliran air pada suatu parit

(

drainage network)

dan mendistribusikannya untuk mengairi lahan

disekitarnya. Pada prinsipnya teknologi dam parit bertujuan untuk:

Menurunkan debit puncak untuk menghindari banjir dan tanah longsor

serta erosi;

Pembuatan dam parit yang memotong aliran air akan mengurangi

kecepatan aliran parit;

Memperpanjang selang waktu antara saat curah hujan maksimum dengan

debit maksimum untuk meningkatkan debit dan lamanya ketersediaan air,

sehingga meningkatkan luas lahan yang dapat diairi;

Keuntungan pembuatan dam parit di antaranya:

Mengurangi resiko erosi tanah dan banjir di daerah hilir;

Tersedianya air menurut ruang dan waktu, sehingga menekan resiko

kekeringan dan meningkatkan luas lahan yang dapat dibudidayakan.

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

- Intesitas terapi, yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif. Sebaiknya, terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari. Disamping itu , seluruh keluarga pun harus ikut

Disajikan teks lisan sederhana menyatakan dan menanyakan kemampuan peserta didik dapat menunjukkan sikap santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi dengan guru dan

Dengan melihat kompleksitas kerja Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi sehinga sarat dan kejadian kesalahan di satu sisi sementara harus

Sebagian besar responden yaitu sebesar 50,OO % merasa bahwa penentuan kebutuhan pelatihan kerja dari perusahan cukup mewakili aspirasi karyawan, sedangkan yang merasa

Kata penghargaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perbuatan menghargai atau menghormati. Kata verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti secara

Sawise kabeh kabutuhan dhasar dicukupi, tuwuh kabutuhan meta utawa kabutuhan aktualisasi dhiri, kabutuhan menjadi samubarang sing mampu diwujudake kanti maksimal

Studi awal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan SI/TI pada Sub Divisi Satelit PT Telekomunikasi Indonesia pada kenyataannya telah sesuai dengan harapan dan

Pelaksanaan tindakan pada siklus ini ditekankan pada penerapan model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini menggunakan durasi waktu 3 jam pelajaran, yaitu 3 x 40