Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Hariyanto
NIM : 011424020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 9 Oktober 2007
Penulis,
ABSTRAK
ALAT PENGUKUR TEGANGAN PERMUKAAN ZAT
CAIR DENGAN METODE JAEGER
Mengingat belum adanya alat pengukur tegangan permukaan zat cair yang sederhana sebagai media pembelajaran, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan menciptakan alat pengukur tegangan permukaan zat cair. Dengan adanya alat pengukur tegangan permukaan zat cair ini diharapkan dapat diselenggarakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan membawa siswa mengamati gejala fisika secara langsung.
Alat pengukur tegangan permukaan zat cair ini terdiri dari dudukan, pemanas, pengatur suhu, dan bagian utama yang meliputi botol penghasil tekanan, pipa kapiler, pipa manometer. Alat pengukur tegangan permukaan zat cair ini pada dasarnya berprinsip pada hubungan antara tekanan dalam pembentukan gelembung udara di dalam zat cair dengan tegangan permukaan zat cair.
Dari hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair yang telah dilakukan menujukan bahwa alat ini dapat digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran.
Dengan menggunakan alat ini dapat pula diselenggarakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan membawa siswa mengamati gejala fisika secara langsung. Metode pembelajaran yang dapat dilakukan dengan
ABSTRACT
A SURFACE TENSIONMETER OF THE LIQUID
WITH JAEGER METHOD
Considering the non-existance of a simple surface tensionmeter of liquid as teaching media, this research intends to develop a simple surface tensionmeter of liquid. This device is expected to create a teaching media that involves students to be active in abserving physic phenomena directly.
This surface tensionmeter of liquid consists of stay box, heater, temperature controller, and the main parts that covers pressure-creator botlle, capiler pipe, manometer pipe. The basic principle of this surface tensionmeter of liquid is the correlation between the pressure in the formation of liquid bubble in the hydrogen with liquid surface tension.
Measurement result of liquid surface tension using the tensionmeter constructed in the researd. It is showed that this device is reliable.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Alat Pengukur Tegangan
Pemukaan Zat Cair Dengan Motode Jaeger”, sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan
baik moral maupun spiritual dan dukungan yang berupa bimbingan, dorongan,
sarana maupun fasilitas dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bpk Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,
bantuan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
2. Bpk Drs. Fr. Sinaradi, M.Pd. yang telah membantu dalam menemukan topik
3. Bpk Drs. Domi Saverinus , M.Si. atas saran yang telah diberikan.
4. Bpk. Petrus S. Sugito yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan
alat.
5. Mas Agus Yang juga telah banyak membantu dalam proses pembutan alat.
6. Bapak ibuku atas nasehat, dukungan, pengorbanan dan doanya.
7. Kakakku Yuli dan adikku Jaya atas semua dukungan, nasehat dan doanya.
8. Adikku Widi atas semua dukungan, nasehat dan doanya.
9. Saudaraku Deni, Kristian, Wawan, Bowo dan Andre, Wisnu, atas semuanya.
10.Teman-temanku angkatan 2001 semuanya atas pengalaman hidup dalam
11.Mas Nuryadi dan mbak Watik atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan selama ini.
12.Saudar-saudaraku, Medi dan Teguh atas segala dukunganya.
13.Sigit atas bantuan yang telah diberikan.
14.Teman-teman seperjuangan Desi, Tiyas, Srimujiati, Sabto, Grace, Ida, Andi
atas kebersamaanya.
15.Teman-temanku kos Raja Wali semuanya atas bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian
skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Landasan Teori ... 2
1. Metode Demonstrasi ... 2
2. Definisi Fluida... 6
3. Sifat-sifat Fluida... 7
4. Tegangan permukaan ... 8
5. Metode Jaeger ... 11
C. Perumusan Masalah... 13
E. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN... 15
A. Cara Kerja Alat ... 15
B. Teori Ketidakpastian ... 21
1. Hasil Pengukuran Selalu Dihinggapi Ketidakpastian... 21 2. Ketidakpastian Pada Pengukuran……….... 23
3. Angka Berarti... 27
C. Pengukuran Tegangan Permukaan... 27
1. Prosedur Pengukuran Tegangan Permukaan Zat Cair ... 27
BAB III. DATA DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Data Hasil Pengukuran... 30
B. Perhitungan Tegangan Permukaan... 36
C. Pembahasan... 40
D. Penggunaan Alat Dalam Pembelajaran……… 42
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Keterbatasan Alat ... 57
C. Saran... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Hasil pengukuran pada air dengan suhu berbeda... 30
TABEL 2
Hasil pengukuran pada air dengan suhu tetap... 31
TABEL 3
Hasil pengukuran pada minyak tanah dengan suhu tetap ... 32
TABEL 4
Hasil pengukuran pada minyak pelumas SAE 10 dengan suhu tetap ... 33
TABEL 5
Hasil pengukuran pada bensin dengan suhu tetap... 34
TABEL 6
Rata-rata dari hasil pengukuran beberapa zat cair ... 36
TABEL 7
Besar kerapatan zat cair...
37
TABEL 8
Hasil perhitungan tegangan permukaan pada air dengan suhu berbeda . 39
TABEL 9
Hasil perhitungan tegangan permukaan pada beberapa jenis zat cair
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Biaya Pembuatan Alat Pengukur Tegangan Permukaan...
6 0
LAMPIRAN 2
Perhitungan Nilai H2 dan h2 ... 61
LAMPIRAN 3
Penghitungan ketidakpastian Hasil pengukuran ...
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Proses pembelajaran fisika tidak dapat dianggap seperti menuangkan air
dari teko ke gelas kosong. Otak siswa sebagai gelas kosong dan teko berisi air
sebagai lambang otak guru. Belajar fisika dapat diartikan pembangunan gagasan
atau pengetahuan oleh siswa sendiri selain meningkatkan keterampilan dan
pengembangan sikap positif. Belajar fisika tidak hanya cukup mengingat dan
memahami temuan sains. Guru belum dikatakan mengajar kalau siswa belum
belajar, artinya guru dikatakan mengajar kalau konsep atau teori yang disajikan
dapat menjadi bagaian dari stuktur kognitif siswa. Untuk mencapai tujuan ini
diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membawa siswa terlibat secara
aktif dalam kegiatan praktis yang berbentuk percobaan atau penelitian sederhana.
Salah satu bentuk pengajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam kegiatan praktis adalah dengan motode eksperimen, karena dengan metode
eksperimen siswa dapat mengamati gejala fisika secara langsung sehingga mereka
memperoleh pemahaman fisika yang lebih baik. Kecuali itu dengaan metode
eksperimen juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga siswa terdorong
untuk belajar fisika. Jadi metode eksperimen merupakan salah satu metode
pembelajaran yang baik di dalam pembelajaran fisika.
Meskipun metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran
yang baik di dalam pembelajaran fisika, tetapi seringkali metode eksperimen
tidak dapat dilakukan. Hal ini antara lain disebabkan oleh peralatan tidak tersedia,
rumitnya pengoprasian alat dan rumitnya persamaan yang terkait.
Metode eksperimen sering kali juga tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan jumlah alat. Namun untuk menyelenggarakan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dan membawa siswa mengamati gejala fisika secara
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi. Karena
dengan menggunakan metode demonstrasi siswa dapat mengamati secara
langsung langsung suatu obyek, cara melakukan sesuatu atau suatu proses.
Salah satu materi yang seringkali tidak dapat diajarkan dengan
menggunakan metode demonstrasi adalah berkaitan dengan pokok bahasan
tentang fluida. Diantaranya sub pokok bahasan mengenai tegangan permukaan zat
cair, demonstrasi pengukuran tegangan zat cair masih jarang dilakukan. Hal ini
dikarenakan belum terciptanya alat untuk melakukan percobaan tersebut.
Atas dasar kenyataan bahwa metode pembelajaran demonstrasi mengenai
pengukuran tegangan permukaan zat cair masih jarang dilakukan dan dilain pihak
hal ini dirasa lebih baik untuk diberikan pada siswa. Maka perlu dibuat suatu
peralatan yang sederhana, mudah pengoprasiannya dan dapat digunakan untuk
melakukan metode demonstrasi tersebut.
Bila peralatan ini dibuat diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
dunia pendidikan fisika, kususnya bagi penyelenggaraan pendidikan fisika di
B. Landasan Teori
1. Metode Demonstrasi
Djajadisastra (1982) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan
suatu metode dimana guru memainkan peranan yang penting karena kejelasan dari
suatu yang dipertunjukan dan diterangkan sangat bergantung dari cara guru itu
memperlihatkannya.
Menurut Djajadisastra (1982) definisi metode demonstrasi adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung
obyeknya, atau caranya melakukan sesuatu atau mempertunjukkan prosesnya.
Menurut Hamalik (1980) demonstrasi akan efektif bila mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Setiap langkah dari demonstrasi harus bisa dilihat dengan jelas oleh siswa.
b. Semua penjelasan secara lisan hendakanya dapat didengar denga jelas oleh
semua siswa.
c. Siswa harus tahu apa yang mereka amati.
d. Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.
e. Guru sebagai demonstrator arus mengerjakan tugasnya dengan lancar dan
efektif.
f. Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat.
g. Berikan kesempatan pada siswa untuk melatih apa yang mereka telah amati.
h. Sebelum demonstrasi dimulai hendaknya semua alat telah tersedia.
i. Sebaiknya demonstrasi disertai dengan ringkasannya di papan tulis.
k. Jika diperkirakan demonstrasi itu sulit supaya sebelumnya dicoba terlebih
dahulu.
l. Perlu ada laporan tentang hasil demonstrasi ini.
Menurut Djajadisastra (1982) dalam pelaksanaan motode demonstrasi guru
memiliki kegiatan sebagai berikut:
a. Mempersiapkan sesuatu yang akan didemonstrasiakan pada tempat yang
paling baik.
b. Mempersiapkan tepat duduk atau tempat berdiri bagi siswa agar semua siswa
dapat mengikuti dengan jelas seluru obyek yang didemonstrasikan atau sluruh
proses yang harus dilihat.
c. Guru memilih tempat berdiri yang tepat agar tidak menghalangi pengelihatan
siswa yang sedang mengamati obyek dalam demonstrasi.
d. Guru memulai demonstrasinya.
e. Selama melakukan demonstrasi, guru memperhatikan pula apakah semua
siswa benar-benar mengikuti, melihat, mendengarkan apa yang sedang
dilakukan guru pada saat itu. Guru tidak boleh begitu terpaku pada kegiatan
demonstrasi yang sedang dilakukan.
f. Guru harus sering-sering menanyakan kepada siswa apakah yang sedang
didemonstrasikan itu jelas terlihat, terdengar dan dimengerti oleh siswa.
g. Dalam beberapa hal, guru dapat meminta siswanya untuk mengulangi
h. Untuk hal-hal tertentu sesuai dengan jenis mata pelajarannya atau dengan
kepentingan sesuatu yang dipelajari, guru dapat pula menyuruh siswa untuk
mencatat langkah-langkah atau proses dari demonstrasi yang telah dilakukan
i. Bagian yang dipandang terpenting dari sesuatu yang yang dipertunjukan atau
dijelaskan harus diulang beberapa kali agar siswa benar-benar jelas. Untuk
beberapa hal siswa dapat diminta untuk melakukan sesuatu dalam pengawasan
guru.
j. Setelah guru selesai mendemontrasikan seuatu, guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sampai dimana siwa telah dapat
memahami atau mengikuti demonstrasi yang baru lakukan.
k. Memberikan kesempatan bagai siswa untuk bertanya
Sedangkan kegiatan bagi siswa adalah sebagai berikut:
a. Duduk dengan baik atau berdiri mengelilingi suatu obyek yang akan
didemonstrasikan, sesuai dengan pentunjuk guru.
b. Mempersiapkan catatan atau alat-alat yang diperlukan untuk mempraktekkan
kegitan yang didemonstrasikan.
c. Memperhatikan, mengamati dengan seksama seluruh proses demonstrasi.
d. Mencoba melakukan sendiri apa yang didemontrasikan guru dibawah
bimbingan guru.
e. Mencatat hal-hal yang penting yang selalu harus diingat atau diperhatikan bila
melakukan demonstrasi itu lagi.
f. Sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang diajarkan pada akhirnya siswa
g. Menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti dari demonstrasi yang telah
dilakukan.
2. Definisi Fluida
Giancolli (1997) menyatakan bahwa tiga keadaan umum atau fase dari
materi adalah, padat, cair dan gas. Ketiga fase tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut, benda padat selalu mepertahankan ukuran dan bentuknya yang tetap,
bahkan jika sebuah gaya yang besar diberikan pada sebuah benda padat benda
tersebut tidak langsung berubah bentuk atau ukurannya. Benda cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap melainkan mengambil bentuk tempat yang
ditempatinya tetapi seperti benda padat, benda cair tidak dapat langsung ditekan
dan perubahan volume yang signifikan terjadi jika diberi gaya yang cukup besar.
Benda gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang tetap, gas akan menyebar
untuk memenuhi tempatnya. Karena zat cair dan gas tidak mempertahankan
bentuk yang tetap, keduanya memiliki kemampuan untuk mengalir dengan
demikian kedua–duanya sering disebut sebagai fluida.
Menurut Rueben.M (1998) definisi yang lebih tepat untuk membedakan
zat padat dan fluida adalah dari karakteristik deformasi bahan–bahan tersebut. Zat
padat dianggap sebagai bahan yang menunjukan reaksi deformasi yang terbatas
ketika menerima atau mengalami suatu gaya geser.
Rueben.M, 1998; Frank M. White,1988; Mendefinisikan Fluida sebagai
suatu zat yang terus–menerus mengalami perubahan bentuk apabila mengalami
tegangan geser. Fluida tidak mampu menahan tegangan geser tanpa berubah
3. Sifat-sifat Fluida
Menurut Victor L. Streeter, E. Benjamin Wylei (1990) fluida memiliki
sifat-sifat : viskositas, kerapatan, volume jenis, berat jenis, gravitasi jenis, tekanan
dan tegangan permukaan.
Diantara semua sifat-sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang
terbesar didalam telaah tentang aliran fluida. Jika tegangan geser τ = F/A maka
t U
μ
τ = (1-1)
Perbandingan U/t adalah laju perubahan bentuk sudut-sudut fluida. Kecepatan
sudut tersebut juga dapat ditulis du/dy, karena keduanya sama-sama menyatakan
perubahan kecepatan dibagi dengan jarak perubahan tersebut. Namun, du/dy
adalah lebih umum, karena berlaku untuk situasi-situasi di mana kecepatan sudut
serta tegangan geser berubah dengan y. Gradien du/dy dapat dibayangkan sebagai
laju sebuah lapisan yang bergerak relatif terhadap lapisan yang berdekataan.
Dalam bentuk deferensial,
dy du
μ
τ= (1-2)
Ini merupakan hubungan antar tegangan geser dan laju perubahan bentuk sudut
untuk ailran fluida satu dimensi. Faktor kesebandinagan hubungan antara
tegangan geser dan laju perubahan bentuk sudut untuk ailran fluida satu dimensi
disebut viskositas. Maka viskositas adalah sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida.Viskositas diberi
dy du/
τ
μ
=
(1-3)Kerapatan dengan simbol ρ didefinisikan sebagai massanya per volume
satuan. Secara matematis dapat ditulis
v m
=
ρ
(1-4)Volume jenis
v
s merupakan kebalikan dari kerapatan ρ, volume yangditempati oleh masa suatu fluida. Maka
ρ1
=
sv
(1-5)Massa jenis γ suatu zat adalah berat zat per volume satuan. Massa jenis
berubah bersama lokasi, serta bergantung gravitasi,
γ
=
ρ
g
(1-6)Gravitasi jenis S suatu zat adalah perbandingan berat zat terhadap berat
air pada kondisi standar dengan volume yang sama.
4.Tegangan Permukaan
Gejala tegangan permukaan pada zat cair dapat diamati dalam peristiwa
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh: setetes air di ujung kran yang menetes atau
embun yang menetes pada daun membuat bentuk hampir bulat seperti bola kecil
yang berisi air, sebuah jarum baja yang dapat diapungkan di permukaan air
walaupun masa jenisnya lebih besar dari pada air. Dalam peristiwa-peristiwa
tersebut menunjukan permukaan zat cair mengalami tegangan dan tegangan ini
bekerja sejajar dengan permukaan, hal ini muncul dari adanya gaya tarik antar
menguji proses dari sudut pandang molekuler. Molekul-molekul saling
mengerjakan gaya tarik-menarik, baik molekul yang berada di dalam cairan
maupun yang berada di permukaan cairan. Molekul yang berada di dalam cairan
berada dalam keadaan setimbang akibat gaya tarik menarik molekul-molekul yang
lain pada segala arah. Molekul pada permukaan secara normal dalam kondisi
setimbang. Ini benar, sekalipun gaya pada molekul di permukaan hanya
dikerjakan oleh molekul di bawahnya (sepanjang sisinya). Karena terdapat gaya
tarik netto yang mengarah ke bawah, yang cenderung agak menekan lapisan
permukaan, tetapi hanya untuk titik di mana gaya kebawah ini disetimbangkan
oleh gaya keatas (menolak) akibat kontak yang sangat dekat atau tumbukan
dengan molekul di bawahnya. Gaya yang menarik ke bawah inilah yang
menimbulkan adanya tgangan permukaan. Penekanan permukaan ini mengandung
arti pada pokoknya cairan akan meminimalkan luas permukaanya. Tegangan
permukaan diberi simbol
σ
(sigma).Gambar. 1.1
Menurut Giancolli (1997) tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya
dengan kecenderungan menarik permukaan agar tertutup. Secara matematis dapat
ditulis:
L F
:
σ
(1-7)Menurut Munson, Young, Okiishi. (2003) tegangan permukaan merupakan
intensitas gaya tarik molekuler persatuan panjang, sepanjang suatu garis di
permukaan fluida.Tegangan dalam suatu butir tetesan zat cair dapat dihitung
dengan menggunakan diagram benda bebas. Jika butiran bulat tersebut dipotong
separuhnya seperti terlihat pada gambar (Gb1.1).
Gambar. 1.2
Gaya yang timbul di sekeliling tepinya karena tegangan permukaan adalah 2πRσ .
Gaya ini harus diimbangi oleh perbedaan tekanan (ΔP) antara tekanan dalam Pi
dan tekanan luar Pe yang bekerja pada permukaan bundaran.
Jadi 2πRσ =ΔPπR2 (1-8)
2
2
R R
P
=
ππ σΔ
(1-9)σ
σ
R
2
R pπ Δ
Pe
R
P
=
2σΔ
(1-10)R e i
P
P
P
=
−
=
2σΔ
(1-11)Dari hasil ini jelas bahwa tekanan di dalam butiran tersebut lebih besar
dari pada tekanan yang mengelilinginya.
5.Metode Jaeger
Metode Jaeger merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk
mengukur tegangan permukaan suatu fluida. Metode Jaeger sebagai berikut:
Sebuah pipa kapiler dengan mulut kecil dicelupkan dalam zat cair yang akan
diukur tegangan permukaannya(Gb1.2).
Gambar. 1.3
Keterangan gambar
1. Pipa kapiler
2. Botol penghasil tekanan
3. Pipa manometer
4. Corong
H h
4
5
3 2
5. Tempat zat cair yang diukur
Pipa kapiler tersebut dihubungkan dengan sebuah botol melalui suatu manometer
yang berisi zat cair dengan masa jenis d. Dengan meneteskan air dari corong
kedalam botol maka tekanan udara dalam pipa kapiler akan naik dan akan
menekan kebawah zat cair yang berada di dalam pipa kapiler. Ketika tekanan
udara dalam pipa kapiler cukup besar maka akan timbul gelembung udara dalam
zat cair dan besar tekanan udara tersebut adalah:
r
g
h
ρ
+
2σ(1-12)
Dengan ρmasa jenis dari zat cair yang diukur tegangan permukaanya dan
r adalah radius dari gelembung udara yang besarnya sepadan dengan jari – jari
pipa kapilernya.
Jika perbedaan ketinggian zat cair pada manometer H dan h merupakan
ketinggian zat cair yang berada di dalam pipa kapiler, maka
r
H
Hdg
=
ρ
+
2σatau
σ
=
21rg
(
Hd
−
h
ρ
)
(1-12)Karena mengetahui H dan h pada saat pembentukan gelembung udara
maka kita dapat menghitung besar tegangan permukaan zat cair tersebut. Pada
metode ini gelembung dibentuk pada zat cair yang suhunya dapat dikontrol
dengan mudah oleh karena itu dapat ditentukan tegangan permukaan zat cair
sebagai fungsi dari suhu.
Menurut Munson, Young, Okiishi. (2003) nilai untuk suatu zat cair
tertentu tegangan permukaannya targantung pada teperatur dan juga fluida lain
berkurang jika temperatur meningkat, dengan kata lain nilai tegangan permukaan
berbanding terbalik dengan temperatur.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah alat untuk mengukur tegangan permukaan zat cair dengan
menggunakan metode Jaeger?
2. Berapa besar tegangan permukaan zat cair yang diperoleh dengan
menggunakan alat ini?
3. Berapa besar ketelitian pengukuran tegangan permukaan zat cair dengan
menggunakan alat ini?
4. Bagaimanakah pemakaian alat ini dalam pembelajaran fisika?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Dibuat alat yang dapat digunakan untuk mengukur berapa besar tegangan
permukaan zat cair.
2. Menghitung besar tegangan permukaan zat cair dengan menggunakan alat
yang telah dibuat.
3. Menghitung besar ketelitan hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair
dengan menggunakan alat yang telah dibuat.
E. Manfaat Penelitian
Bila tujuan Penelitian ini dapat dicapai maka dapat dipakai sebagai alat
pengajaran fisika di Perguruan Tinggi dan khususnya di Universitas Sanata
BAB II
METODOLOGI
A.Cara Kerja Alat Pengukur Tegangan Permukaan
Dalam bab ini akan dibicarakan cara kerja alat pengukur tegangan
permukaan, kegunaan dan keterbatasan alat tersebut. Sebelum membahas cara
kerja alat pengukur tegangan permukaan terlebih dahulu akan dibahas bagian–
bagian alat dan fungsinya. Alat pengukur tegangan permukaan ini terdiri dari dua
bagian yang pertama adalah dudukan ( seperti terlihat pada gambar 1.3 ), dudukan
ini berfungsi untuk menempatkan bagian yang kedua yaitu bagian utama ( seperti
terlihat pada gambar 1.4 ), pemanas, pengatur suhu.
Gambar 1.4
3
6 5
7 4
1
8 2
3
6 5
7 4
1
8
Gambar 1.5
Gambar 1.6 9
12
13
15 14
10
11
16
Keterangan nama bagian alat :
1. Dudukan
2. Kabel power
3. Sensor suhu
4. Kabel pemanas
5. Seven segmen
6. Saklar
7. Pengatur suhu pemanasan
8. water pas
9. Corong
10.Kran
11.Botol penghasil tekanan
12.Pipa kapiler
13.Jangka sorong
14.Pipa manometer
15.Pengatur titik nol
16.Bekerglass
17.Elemen pemanas
Fungsi dari masing – masing bagian alat:
1. Dudukan
Dudukan berfungsi untuk menempatkan bagian utama, pemanas,
pengatur suhu,
2. Kabel power
Kabel power berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari sumber arus
listrik.
3. Sensor suhu
Alat ini berfungsi untuk mendeteksi suhu pada zat cair yang diukur
tegangan permukaannya.
4. Kabel pemanas
Kabel ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik kedalam elemen
pemanas.
5. Sevensegmen
Sevensegmen berfungsi untuk menampilkan besar suhu yang terukur.
6. Saklar
Saklar berfungsi untuk untuk menghidupkan atau mematikan pemanas.
7. Pengatur pemanas
Alat ini berfungsi untuk mengatur suhu sesuai dengan yang
dikehendaki.
8. Water pas
Alat ini berfunsi untuk kerataan penempatan alat pengukur tegangan
9. Corong
Coron berfungsi untuk menampung air yang akan dialirkan dalam
botol peghasil tekanan.
10. Kran
Kran berfungsi untuk mengatur aliran air yang mengalir dari corong
kedalam botol penghasil tekanan.
11. Botol penghasil tekanan
Botol ini berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara yang akan
menekan zat cair di dalam manometer.
12. Pipa kapiler
Pipa ini berfungsi untuk menghubungkan botol penghasil tekanan dan
pipa manometer dengan bekerglas.
13. Jangka sorong
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur perubahan ketinggian zat
cair yang terjadi baik pada pipa manometer maupun pada bekerglas.
14. Pipa manometer
Pipa manometer ini berfungsi untuk mengetahui besar tekanan yang
dihasilkan oleh botol penghasil tekanan.
15. Pengatur titik nol
Pengutur titik nol berfungsi untuk mengatur referensi pengukuran
16. Bekerglas
Bekerglas berfungsi untuk menampung zat cair yang digunakan untuk
pemanasan.
17. Elemen pemanas
Elemen pemanas berfungsi untuk menghasilkan panas untuk menaikan
suhu zat cair yang diukur tegangan permukaannya.
18. Tabung reaksi berfungsi untuk menampung zat cair yang akan diukur
tegangan permukaann.
Prinsip kerja alat pengukur tegangan permukaan sebagai berikut: air yang
dialirkan dari corong kedalam botol penghasil tekanan akan menekan udara yang
ada di dalam botol, sehingga tekanan udara di dalam botol akan menjadi naik.
Karena tekanan udara dalam botol naik maka tekanan udara dalam pipa kapiler
dan pipa manometer juga akan naik, karena kedua pipa tersebut saling
berhubungan. Jika air terus dialirkan maka tekanan udara akan terus naik sehingga
udara akan menekan zat cair yang di dalam manometer, besar tekanan udara
tersebut adalah Hdg. Udara tersebut juga akan menekan zat cair yang berarada
didalam pipa kapiler. Ketika tekanan udara dalam pipa kapiler cukup besar maka
akan timbul gelembung udara dalam zat cair yang akan diukur tegangan
permukaannya dan besar tekanan udara tersebut adalah:
r
g
h
ρ
+
2σ
Sehinga hubungan antara besara tekanan udara pada saat terjadi
gelembung dengan tegangan permukaan pada zat cair yang akan diukur sebagai
Hdg
g
h
ρ
+
2rσ=
g
h
Hdg
r
ρ
σ
=
−
2
(
Hdg
h
g
)
r
ρ
σ
=
−
2
(
Hdg
h
g
)
r
ρ
σ
=
−
2
1
(
ρ
)
σ
=
rg
Hd
−
h
2
1
Untuk menghitung besar tegangan permukaan harus tahu perubahan
ketinggian zat cair baik pada pipa manometer (H) maupun pada ketinggian zat
cair di dalam pipa kapiler (h) saat terjadi gelembung udara, untuk itu harus diukur
dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran tersebut kita dapat
menghitung besar tegangan permukaan dengan menggunakan persamaan
)
(
2
1
ρ
σ
=
rg
Hd
−
h
Untuk mengukur tegangan permukaan zat cair pada suhu yang berbeda–
beda dapat dilakukan dengan mengatur suhu yang dikehendaki, kemudian
pemanas dihidupkan setelah mencapai suhu yang dikehendaki pemanas akan mati
secara otomatis.
B. Teori Ketidakpastian
1. Hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian
Djonoputro menyatakan didalam melakukan pengukuran besaran fisika,
diteruskan kedunia luar agar orang lain memperoleh faedahnya, baik untuk
keperluan ilmu atuapun keperluan praktis.
Selanjutnya menurut Djonoputro di dalam dunia ilmu kita lazim menulis
bilangan dengan notasi eksponen dan satuan dengan sistem internasional ( SI ).
Misalnya mengukur tebal daun meja kita lakukan dengan menggunakan jangka
sorong dan hasilnya adalah 3,21 cm. Hasil ini dilaporkan dalam bentuk t = {t}[t]
dengan catatan t = lambang besaran fisika yang di ukur, {t}= hasil pengukuran
dan [t] = satuan besaran yang diukur. Jadi t = 3,21 cm atau 3,21 x 10-2 m. Faedah
notasi demikian singkat dan jelas. Peringkat besar t pun jelas, yakni tercermin
pada eksponen bilangan 10. Dikatakan t memiliki peringkat besaran 10-2.
Ketelitian pengukuran juga tampak, yakni jumlah angka yang digunakan dalam
pelaporan (disini 3). Makin banyak angka yang di gunakan makin teliti
pengukuran tersebut.
Djonoputro juga menyatakan bahwa kita tidak dapat memberikan jaminan
bahwa hasil pengukuran itu tanpa suatu ketidakpastian atau kesalahan. Adanya
ketidakpastian hasil pengukuran disebabkan oleh, pertama karena pengukuran
adalah suatu tindakan manusia dan kita tahu bahwa manusia tidaklah sempurna.
Kedua, alat yang digunakan pun buatan manusia, jadi juga tidak sempurna.
Ketidakpastian tidak dapat dielakkan. Karena itu selain menyajikan hasil
pengukuran, kita juga harus membuat taksiran megenai ketidakpastian yang
melekat pada hasil pengukuran itu dan melaporkannya dengan jujur. Dengan
demikian orang dapat menilai dan mempercayai hasil pengukuran itu dengan
2. Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan
Djonoputro menyatakan ketidakpastian tentu terdapat pada setiap
pengukuran, baik itu merupakan pengukuran tunggal maupun pengukuran
berulang, x = x ± Δ x. Disini Δ x dinamai ketidakpastian mutlak dan sudah barang
tentu satuannya sama dengan besaran x. Ketidakpastian mutlak dihubungkan
dengan ketepatan pengukuran :
Makin kecil ketidakpastian mutlak yang tercapai, makin tepat
pengukuran tersebut
Misal Pengukuran panjang L = ( 6,40 ± 0,005 ) mm adalah pengukuran yang
memiliki ketepatan lebih tinggi dari pada yang menghasilkan L = ( 6,4 ± 0,05 )
mm. Demikian pula arus I = ( 6,4 ± 0,1 ) A dikatakan ‘diketahui dengan ketepatan
yang lebih tinggi dari pada arus I = ( 6,4 ± 0,3 ) A.’
Djonoputro juga menyatakan bahwa cara lain menyatakan ketidakpastian
suatu besaran ialah dengan menyebut ketidakpastian relatifnya, yakni
x
x ; yang
jelas tidak bersatuan. Sering kali ketidakpastian relative dinyatakan dalam % (atau
‰ ) dengan mengalikan hasil pengukuran dengan 100 % ( atau 1000 ‰).
Ketidakpastian relative dihubungkan dengan ketelitian pengukuran ;
Makin kecil ketidakpastian relative , makin tinggi pengukuran tersebut
Misal
Beda potensial V1 = ( 5,0 ± 0,05 ) volt. Ketidakpastian mutlak disini 0,05
volt sedangkan ketidakpastian relative pengukuran ini adalah
0 , 5
05 ,
0 atau 1%. Kalau
(10,0 ± 0.05) volt, ketidakpastian mutlak tetap sama seperti tadi, namun
ketidakpastian relativ pengukuran kedua ini 0 , 10 05 . 0
atau 5 %. Karena ketidakpastian
relativ ini lebih kecil dari ketidakpastian relativ pengukuran pertama, dikatakan
pengukuran beda potensial yang kedua lebih teliti (memiliki ketelitian yang lebih
besar) dari pada pengukuran pertama (dua kali lebih besar). Untuk dapat
mengukur V1 dengan ketelitian yang sama dengan ketelitian yang dicapai
pengukuran V2 haruslah
1 1
V V
= 0,5% atau V1 = 0,5 % x 5,0 volt =
40 1
volt. Maka
diperlukan voltmeter dengan hitungan terkecil 20
1
volt ( minimum ); dengan kata
lain, diperlukan alat yang lebih tepat.
Menurut Djonoputro, apabila kita melakukan pengukuran tugal maka
ketidak pastian pengukuran ditentukan oleh skala alat ukur yang digunakan.
Besar ketidakpastiannya adalah ½ dari skala terkecil alat ukur yang digunakan.
Djonoputro menyatakan jika Z = Z ( y, x ) dengan x = (x + Δx) ,
y = ( y + Δy ) dimana Δx dan Δy ditentukan oleh nilai skala terkecil maka
hubungan antra Δ Z dan Δx serta Δy dapat dicari dengan persaman berikut:
y y z x x z y x Z Z y x y x Δ ∂ ∂ + Δ ∂ ∂ = − = , , ) , (
σ (2-1)
Sehingga ketidakpastian untuk pengukuran tegangan permukaan ini dapat
ditentukan sebagai berikut:
)
(
2
1
ρ
ρ
σ
rgHd
21rgh
2
1
−
=
(2-3)Dalam persamaan tersebut varibel-variabel yang terukur adalah jari-jari pipa
kapiler r , perubahan ketinggian zat cair pada pipa manometer H, perubahan
ketinggian zat cair pada bekerglas h. Ketiga variabel tersebut memilki
ketidakpastian Δr, ΔH, Δh. Sedangkan variabel-varibel yang lain tidak dilakukan
pengukuran sehingga besar variabel-variabel tersebut dapat dianggap tepat atau
tidak memiliki ketidak pastian. Sehingga besar ketidakpastian tegangan
permukaan dapat dihutung dengan persamaan berikut:
h h H H r r h H r h H r h H r h H r Δ ∂ ∂ + Δ ∂ ∂ + Δ ∂ ∂ = − = Δ , , , , , , ) , , ( σ σ σ σ σ
σ (2-4)
h rg H rgd r gH
gHd − Δ + Δ + Δ
= Δσ ρ ρ 2 1 2 1 2 1 2 1 (2-5)
(
ρ)
ρ ρ σ σ h Hd rg h rg H rgd r gh gHd − Δ + Δ + Δ − = Δ 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 (2-6)Djonoputro juga menyatakan bahwa didalam melakukan pengukuran, jika
dimungkinkan melakukan pengukuran secara berulang sebaiknya dilakukan. Hal
ini dikarenakan dengan melakukan pengulangan kita dapat menggantikan nilai
yang sebenarnya (x ) dengan nilai rata-rata (0 N _
x ), dan simpangan atau deviasi
(∂x)dengan standar deviasi atau simpangan baku (s ). Dengan demikian nilai N
benar yang kita cari berada dalam selang antara N N _
s
-x dan N N _
s
jaminan 68 persen simpangan nilai rata-rata N _
x terhadap x tidak lebih daripada 0
N
s ”.
Djonoputro ada lagi satu keuntungan dengan dilakukannya pengukuran
berulang, yakni ketidak pastian pada nilai rata-rata N _
x , sesungguhnya bukanlah
N
s
, melainkanN
_ X
s
, yang ternyataN sN
N=
_ X
s
(2-7)N
_ X
s
dinamai simpangan baku nilai rata-rata terhadap0
x . Pengertian
s
NolehN
_ X
s
jelas merupakan keuntungan, karenaN
_ X
s
lebih kecil daripadas
N.Dengandemikian Djonoputro menyimpulkan bahwa:
a. Pengukuran tuggal memberikan hasil yang patut diragukan.
b. Pengulangan pengukuran membawa tiga macam keuntungan:
1) x dapat diganti dengan 0 N _
x .
2) ∂x dapat diganti dengan
s
N.3) Ketidakpastian pada N _
x adalah
N
_ X
s
yang lebih kecil daris
N.Dengan demikian hasil pengukuran yang diulang N kali kita laporkan sebagai
berikut:
Δx,
x ± dimana
N x Σ x x i N _ =
(
)
(
N 1)
N x x Σ 1 N x Σ x Σ N N 1 s Δx 2 _ N i 2 i 2 i x _ N − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = − − == (2-9)
3. Angka berearti
Djonoputro menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu cara yang
dapat dikatakan tepat dalam menuliskan hasil pengukura, karena banyak
bergantung pada selera orang. Namun dengan mempertimbangkan jumlah nilai
berarti pada ketelitian, dapatlah disarankan penulisan sebagai berikut:
a. Ketelitian 10 % memberikan ” hak ” atas 2 angka berarti.
b. Ketelitian 1 % memberikan ” hak ” atas 3 angka berarti.
c. Ketelitian 1 ‰ memberikan ” hak ” atas 4 angka berarti.
C. Pengukuran Tegangan Permukaan
1. Prosedur pengukuran tegangan permukaan zat cair
Dalam melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair dengan alat
ini kita dapat lakukan pengukuran zat cair yang berbeda-beda dengan suhu tetap
atau mengukur satu jenis zat cair dengan suhu yang berfareasi. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut;
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair yang
berbeda dengan suhu tetap:
1. Letakan alat sedimikian rupa sehingga alat terletak dengan rata,
kerataan letak alat dapat dilihat dari water pas.
2. Isilah pipa manometer degan zat cair yang akan digunakan sebagai
3. Masukan zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya kedalam
bekerglas.Pada saat pengisian ini kran harus terbuka.
4. Atur titik enol pada pipa manometer dengan jalan membuka lubang
buangan pada botol penghasil tekanan.
5. Kran ditutup kemudian air dimasukkan kedalam corong.
6. Kemudian kran dibuka secara berlahan-lahan dan amati bekerglas dan
pipa manometer, pada saat terjadi gelembung udara pada zat cair
yang diukur tegangan pemukaannya, ukur perubahan ketinggian zat
cair baik pada bekerglas maupun pada pipa manometer dengan
menggunakan jangka sorong, catat perubahan ketinggian pada
bekerglas sebagai h dan catat perubahan ketinggian pada pipa
manometer dikalikan dua sebagai H. (Ketinggian yang terukur pada
pipa manometer merupakan setengah dari perubahan ketinggian
sesungguhnya)
7. Lakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
)
(
2
1
ρ
σ
=
rg
Hd
−
h
b. Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair yang
sama dengan suhu berubah-ubah:
1. Letakan alat sedimikian rupa sehingga alat terletak dengan rata,
kertaan letak alat dapat dilihat dari water pas.
2. Isilah pipa manometer degan zat cair yang akan digunakan sebagai
3. Masukan zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya kedalam
bekerglas.Pada saat pengisian ini kran harus terbuka.
4. Atur kenaikan suhu sesuai yang dikehendaki dengan menggunakan
tombol pengatur suhu.
5. Nyalakan pemanas dengan menekan saklar pemanas
6. Setelah suhu sesuai dengan yang dikehendaki kran ditutup, kemudian
masukan air kedalam corong.
7. Kemudian kran dibuka secara berlahan-lahan dan amati bekerglas dan
pipa manometer, pada saat terjadi gelembung udara pada zat cair
yang diukur tegangan permukaannya, ukur perubahan ketinggian zat
cair baik pada bekerglas maupun pada pipa manometer dengan
menggunakan jangka sorong, catat perubahan ketinggian pada
bekerglas sebagai h dan catat perubahan ketinggian pada pipa
manometer dikalikan dua sebagai H. ( Ketinggian yang terukur pada
pipa manometer merupakan setengah dari perubahan ketinggian
sesungguhnya )
8. Lakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
)
(
2
1
ρ
σ
=
rg
Hd
−
h
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengukuran
Dalam penelitian ini zat cair yang diukur tegangan permukaannya adalah
air, dalam percobaan ini suhu diubah-ubah, mulai dari suhu 0 sampai dengan o
o
90 .Hasil pengukuran yang telah dilakukan sebagai berikut:
Tabel 1: Hasil pengukuran pada air dengan suhu berbeda
No Suhu (ºC) H (m) h (m)
1 0º (95,30 ± 0,025) x 10-3 (88,15 ± 0,025) x 10-3
2 10º (95,30 ± 0,025) x 10-3 (88,65 ± 0,025) x 10-3
3 20º (91,60 ± 0,025) x 10-3 (85,20 ± 0,025) x 10-3
4 30º (91,70 ± 0,025) x 10-3 (8550 ± 0,025) x 10-3
5 40º (91,10 ± 0,025) x 10-3 (85,.20 ± 0,025) x 10-3
6 50º (90,80 ± 0,025) x 10-3 (85,35 ± 0,025) x 10-3
7 60º (90,40 ± 0,025) x 10-3 (85,00 ± 0,025) x 10-3
8 70º (90,40 ± 0,025) x 10-3 (85,35 ± 0,025) x 10-3
9 80º (89,50 ± 0,025) x 10-3 (85,15 ± 0,025) x 10-3
10 90º (89,50 ± 0,025) x 10-3 (85,60 ± 0,025) x 10-3
Untuk pengukuran tegangan permukaan zat cair yang berbeda maka suhu
harus tetap, dalam penelitian ini suhunya sesuai dengan suhu ruangan. Sedangkan
zat cair yang diukur adalah air, air, bensin, minyak tanah, minyak pelumas SAE
10. Hasil pengukurannya sebagai berikut:
Tabel 2: Hasil pengukuran pada air dengan suhu tetap
Pengukuran H (m) h (m)
1
91,40 x 10-3 84,90 x 10-3 2
91,40 x 10-3 84,75 x 10-3 3
91,30 x 10-3 84,80 x 10-3 4 91,50 x 10-3
84,75 x 10-3 5
91,20 x 10-3 84,60 x 10-3 6
91,20 x 10-3 84,70 x 10-3 7
91,10 x 10-3 84,90 x 10-3 8
91,50 x 10-3 84,60 x 10-3 9
91,40 x 10-3 84,50 x 10-3 10
91,30 x 10-3 84,70 x 10-3
Tabel 3: Hasil pengukuran pada minyak tanah dengan suhu tetap
Pengukuran H (m) h (m)
1
52,90 x 10-3 63,10 x 10-3 2
53,30 x 10-3 63,30 x 10-3 3
53,60 x 10-3 63,50 x 10-3 4
53,40 x 10-3 63,40 x 10-3 5
53,70 x 10-3 63,40 x 10-3 6
53,20 x 10-3 63,30 x 10-3 7
53,10 x 10-3 63,20 x 10-3 8
53,50 x 10-3 63,30 x 10-3 9
53,30 x 10-3 63,30 x 10-3 10
53,00 x 10-3 63.00 x 10-3
Tabel 4: Hasil pengukuran pada minyak pelumas SAE 10 dengan suhu tetap:
Pengukuran H (m) h (m)
1
34,90 x 10-3 35,05 x 10-3 2
34,90 x 10-3 35,05 x 10-3 3
34,85 x 10-3 34,90 x 10-3 4
35,00 x 10-3 35,10 x 10-3 5
34,50 x 10-3 34,95 x 10-3 6
34,85 x 10-3 35,00 x 10-3 7
35,10 x 10-3 35,10 x 10-3 8
35,15 x 10-3 35,20 x 10-3 9
35,15 x 10-3 35,20 x 10-3 10
34,60 x 10-3 35,45 x 10-3
Tabel 5: Hasil pengukuran pada bensin dengan suhu tetap
Pengukuran H (m) h (m)
1
50,30 x 10-3 55,20 x 10-3 2
50,40 x 10-3 54,50 x 10-3 3
51,00 x 10-3 53,70 x 10-3 4
51,10 x 10-3 54,20 x 10-3 5
50,40 x 10-3 54,20 x 10-3 6
50,50 x 10-3 54,90 x 10-3 7
50,60 x 10-3 54,10 x 10-3 8
50,60 x 10-3 54,60 x 10-3 9
51,10 x 10-3 54,70 x 10-3 10
50,60 x 10-3 54,60 x 10-3
∑ 506,60 x 10-3 ∑ 544,70 x 10-3
Jadi nilai rata-rata hasil dari pengukuran tersebut dapat dicari dengan cara
berikut:
Unuk hasil pengukuran air (lihat tabel 2).
N H Σ H _ = 10 10 3 , 913 H 3 _ −
= x H 91,33x10 3 m
_ − = N Σ h _ h = 10 10 x 847,2 h 3 _ −
= h 84,72x10 3 m
_
−
Sedangkan untuk menentukan nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran kita
lakukan perhitungan sebagai berikut:
(
)
1 N H Σ H Σ N N 1 ΔH 2 i 2 i − − =(
)
1 10 913,3 81 , 288 x 10 10 1 ΔH 2 2 − − = 9 834116,9 -83411,85 x 10 10 1ΔH =
9 834116,9 -834118,5 10 1
ΔH =
9 1,6 10
1
ΔH =
m 10 x 0,042 ΔH 0,42 x 0,1 ΔH 0,177778 0,1 ΔH 3 -= = =
(
)
1 N h Σ h Σ N N 1 Δh 2 i 2 i − − =(
)
1 10 847,2 94 , 71774 x 10 10 1 ΔH 2 − − = 9 717747,8 -717749,4 10 1ΔH =
9 1,6 10
1
m 10 x 0,042 h 0,42 x 0,1 Δh 0,177778 0,1 Δh 3 -= Δ = =
Sehingga hasil pengukuran dapat ditulis sebagai berikut:
m 10 x 0,042 84,72 Δh h m 10 x 0,042 91,33 ΔH H 3 --3 ± = ± ± = ±
Untuk hasil pengukuran yang lain dilakukan perhitungan yang sama, sehingga
hasilanya sebagai berikut:
Tabel 6: Rata-rata dari hasil pengukuran beberapa zat cair
Nama Zat Car H (m) h (m)
Air
(91,33 ± 0,042) x 10-3 (84,70 ± 0,042) x 10-3 Minyak tanah
(53,30 ± 0,082 )x 10-3 (63,28 ± 0,047) x 10-3 Minyak Pelumas SAE 10
(34,90 ± 0,069 x )10-3 (35,10 ± 0,049) x 10-3 Bensin
(50,66 ± 0,094) x 10-3 (54,47 ± 0,136)x 10-3
B.Perhitungan Tegangan Permukaan Zat Cair
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan untuk mendapat besar
tegangan permukaan pada masing-masing keadaan perlu dilakukan perhitungan.
Untuk melakukan perhitungan kita juga perlu mengetahui besaran-besaran
lain,yaitu gaya gravitasi (g) ,jari-jari mulut pipa kapeler (r), masa jenis zat caiar
Tabel 7: Besar kerapatan zat cair
Nama Zat Car ρ (kg/m3)
Air
1000 Minyak tanah
804 Minyak Pelumas SAE 10
917 Bensin
881
Dalam percobaan ini zat cair yang diukur tegangaan permukaannya adalah
air maka ρ= 1000 kg/m3, untuk mempermudah dalam perhitungan maka zat cair
yang digunakan sebagaia manometer juga air sehinnga d = 1000 kg/m3.Dan
untuk jarai-jari pipa kapiler r = 2,30 x 10-3± 25 x 10-5, sedangkan g = 9,8 m/s2
Perhitungan tersebut sebagai berikut:
Perhitungan pada saat t = 0º
H = 95,30 x 10-3± 25 x 10-5m
h = 88,15 x 10-3 ± 25 x 10-5m
) (
2
1
ρ
σ
= rg Hd − h)
kg/m
1000
m
x10
88,15
1000kg/m
m
10
x
(95,30
m/s
9,8
m
x10
2,30
3 2 3 3 3 32
1 − −
−
−=
σ
)
kg/m
m
88,15
kg/m
m
95,30
(
m/s
9,8
m
10
x
1,15
-3 2 3−
3=
σ
)
kg/m
m
(7,15
m/s
m
10
x
11,27
−3 2 3=
σ
)
kg/m
m
m/s
m
10
x
80,580
−3 2 3=
σ
)
/m
m
m/s
kg
x10
580
,
80
−3 2 2 3=
σ
N/m
x10
8,058
−2=
Perhitungan besar ketidakpastian hasil percobaan h rg H rgd r gH
gHd − Δ + Δ + Δ
= Δσ ρ ρ 2 1 2 1 2 1 2 1
(
95,30x10 m 88,15x10)
4,2x10 m. kg/m 1000 m/s 9,8 2 1 2 1 21 2 3 −3 −3 −5
− =
Δ
− gh r
d H
g ρ
= 4.9
(
7,15)
4,2x10−5=1471,47x10−5
5 3
2
39,8m/s 1000kg/m 4,2x10
m10 x 2,30 2 1 2
1 ΔH = − −
rgd
= 47,334x10−5
2.30xm10 39.8m/s21000kg/m3 4.2x10 5 2
1 2
1 − −
= Δh rgρ
= 47,334x10−5
5 5 5 10 334 , 47 10 334 , 47 10 47 ,
1471 − + − + −
=
Δσ x x x
5 10 147 , 1566 − =
Δσ x
dalam bentuk persen
0 0 2 2 100 10 058 , 8 10 566 , 1 − − = Δ x x σ σ 0 0 43 . 19 = Δ σ σ 210 566,1− =
Jadi ketidakpastian dari hasil pengukuran tersebut sebesar 1,943 x 10-2
Dengan melakukan perhitungan seperti di atas untuk semua keadan maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8: Hasil perhitungan tegangan permukaan pada air dengan suhu berbeda
Suhu
(ºC)
Rata-rata
Tegangan
Permukaan
Hasil Pengukuran
(σ ) (N/m3 )
Tegangan
Permukaan Dari
Tabel Konstanta
(σ) (N/m3 )
Selisih Hasil
Pengukuran
(σ -σ pengukuran)
(N/m3 )
Selisih Hasil
Pengukuran
(σ -σ pengukuran) %
0º 8,058 x 10-2 7,56 x 10-2 -0,498 x 10-2 6,58
10º 7,494 x 10-2 7,42x 10-2 -0,074 x 10-2 0,99
20º 7,212 x 10-2 7,28 x 10-2 -0,068 x 10-2 0,93
30º 6,987 x 10-2 7, 12 x 10-2 0,133 x 10-2 1,86
40º 6,649 x 10-2 6,96 x 10-2 0,311 x 10-2 4,46
50º 6,142 x 10-2 6,79 x 10-2 0,648 x 10-2 9,54
60º 6,085 x 10-2 6,62 x 10-2 0,535 x 10-2 8,08
70º 5,691 x 10-2 6,44 x 10-2 0,749 x 10-2 11,63
80º 4,902 x 10-2 6,26 x 10-2 1,358 x 10-2 21,69
Tabel 9: Hasil perhitungan tegangan permukaan pada beberapa jenis zat cair
dengan suhu tetap
Zat cair Rata-rata
Tegangan
Permukaan (σ )
Hasil
Pengukuran
(N/m3)
Tegangan
Permukaan Dari
Tabel
konstanta(σ)
(N/m3)
Selisih Hasil
Pengukuran
(σ
-σpengukuran)
(N/m3 )
Selisih Hasil
Pengukuran
(σ
-σ pengukuran)
%
Air 7,47 x 10-2 7,2 x 10-2 -0,27 x 10-2 3.75
Minyak
Tanah
2,75 x 10-2 2,80x 10-2 0,05x 10-2 1.78
Minyak
Pelumas
SAE 10
3,06 x 10-2 3,60 x 10-2 0,54 x 10-2 15
Bensin 3,01 x 10-2 2,88 x 10-2 -0,13 x 10-2 4.51
C. Pembahasan
Dari tabel 8 dapat kita lihat bahwa hasil pengukurun tegangan permukaan
menggunakan alat ini memiliki selisih dengan tegangan permukaan dari tabel
konstanta. Persentase besar selisih hasil pengukuran tidak sama, selisih yang
terbesar adalah 28.45 %,ini terjadai pada pengukuran tegangan permukaan dengan
suhu 90º. Dan selisih yang terkecil adalah 0.93 %, terjadai pada pengukuran
pengukuran tegangan permukaan menggunakan alat ini lebih baik pada suhu
berkisar antara 10º sapai dengan 40º.
Dari tabel 8 juga dapat dilihat bahwa selisih nilai pengukuran semakin
besar dengan bertambahnya suhu, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah
temperatur berpengaruh terhadap besar tegangan permukaan ataukah ada ralat
sistem terhada alat ini terkait dengan variabel suhu.
Sedangkan dari tabel 8 hasil pengukuran tegangan permukaan pada
beberapa jenis zat cair dengan suhu tetap dapat kita lihat bahwa selisih hasil
D. Penggunaan Alat Dalam Pembelajaran
Agar alat ini berguna didalam proses belajar dan mengajar fisika, sesuai
dengan alasan pembuatan alat ini maka diperlukan suatu metode pembelajaran
dengan menggunakan alat ini. Pembelajaran dengan menggunakan alat ini dapat
dilakukan dengan melakukan eksperimen, dan untuk itu diperlukan sebuah
panduan kegiatan bagi mahasiswa, panduanya sebagai berikut:
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Materi Pokok : Tegangan Permukaan Zat Cair
Petunjuk
Dalam mempelajari materi ini anda akan melakukan kegitan, antara lain
merumuskan hipotesis, mengamati percobaan, menulis data, menjawab
pertanyaan secara bertahap dan menarik kesimpulan. Kegiatan-kegitan tersebut
disusun secara bertahap dan saling berkaitan, oleh karena itu semua kegiatan
harus dilakukan secara berurutan.
Kegitan Belajar
A. Dasar Teori
1.1Difinisi Fluida
Tiga keadaan umum atau fase dari materi adalah, padat, cair dan gas.
Ketiga fase tersebut dapat dibedakan sebagai berikut, benda padat mepertahankan
ukuran dan bentuknya yang tetap, bahkan jika sebuah gaya yang besar diberikan
pada sebuah benda padat benda tersebut tidak langsung berubah bentuk atau
ukurannya. Benda cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap melainkan
cair tidak dapat langsung ditekan dan perubahan volume yang signifikan terjadi
jika diberi gaya yang cukup besar. Benda gas tidak memiliki bentuk maupun
volume yang tetap, gas akan menyebar untuk memenuhi tempatnya. Karena zat
cair dan gas tidak mempertahankan bentuk yang tetap, keduanya memiliki
kemampuan untuk mengalir dengan demikian kedua–duanya sering disebut
sebagai fluida.
Fluida didifinisikan sebagai suatu zat yang terus–menerus mengalami
perubahan bentuk apabila mengalmi tegangan geser. Fluida tidak mampu
menahan tegangan geser tanpa berubah bentuk.
1.2Sifat-sifat Fluida
Kerapatan dengan simbol ρ didefinisikan sebagai massanya per volume
satuan. Secara matematis dapat ditulis
v m
=
ρ
dengan m adalah masa benda dan v adalah volume benda. Kerapatan adalah suatu
sifat karakteristik setiap bahan murni.
Volume jenis
v
s merupakan kebalikan dari kerapatan ρ, volume yangditempati oleh masa suatu fluida. Maka
ρ1
=
sv
Massa jenis γ suatu zat adalah berat zat per volume satuan. Massa jenis
berubah bersama lokasi, serta bergantung gravitasi,
Gravitasi jenis S suatu zat adalah perbandingan berat zat terhadap berat
air pada kondisi standar dengan volume yang sama.
1.3Tekanan dalam fluida
Tekanan didifinisikan sebaai gaya persatuan luas, dengan gaya F dianggap
bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A :
tekanan
A F
P =
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini memiliki nama resmi
Pascal (Pa). Pada fluida diam tekanan bekerja pada semua arah dan besarnya
sama.
Secara kualitatif tekanan dalam cairan yang mempunyai kerapatan
.seragam akan bervariasi terhadap kedalaman.bayangkan sebuah titik yang
terletak pada kedalaman h dibawah permukaan cairan (yaitu, permukaan pada
ketinggian h diatas titik itu), seperti ditunjukan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1
Tekanan yang disebabkan cairan pada kedalaman h ini disebabkan oleh
berat kolom cairan di atasnya. Dengan demikian aya yang bekerja pada luasan
h
A
terebut aalah F = m g =ρAhg, dengan Ah adalah volume kolom tersebut,
ρadalah kerapatan cairan (diasumsikan konstan), dan g adalah percepatan
grafitasi. Maka tekanan P adalah:
A h g A A
P
P = = ρ
h g
P = ρ
Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, dan
kedalaman cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama
dalam cairan yang seragam besarnya sama.
1.4Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer bumi, seperti dalam fluida, mengalami perubahan
dengan penurunan kedalaman atau penambahan kedalaman. Akan tetapi karena
kerapatan udara yang sangat berfariasi dan tidak ada perbedaan atmofer puncak
dari mana h dapat diukur, maka kita dapat menghitung perbedaan tekanan antar
dua ketinggian, secara pendekatan dengan menggunakan persamaan
h g
P = Δ
Δ ρ
Tekanan udara pada tempat tertentu sedikit bervareasi dengan cuaca.Pada
level air laut, rata-rata tekanan atmosfer adalah 1,013 × 105 N/m2. Untuk
penggunaan umunya, nilai ini digunakan untuk menentukan satuan tekanan yang
lain, atmosfer (disingkat atm).
1.5Prisip Pascal
Atmosfer bumi memberikan tekanan pada semua benda yang beresntuhan
fluida akan dihantarkan keseluruh fluida tersebut. Prinsip Pascal menyatakan
bahwa tekanan yang brkerja pada suatu fluida akan menyebabkan kenaikan
kenaikan tekanan kesegala arah dengan sama rata.
1.6Pengukuran tekaanan
Untuk mengukur tekanan banyak diciptakan alat, diantaranya barometer
aneroid, pengukur ban, pengukur bourdon, manometer tabung trbuka.Yang paling
sederhana dalah manometer tabung terbuka (Gambar 1.2) yaitu tabung berbentuk
huruf U yang sebagian diisi dengan cairan,biasanya air raksa atau air tawar.
Gambar 1.2
Tekanan P yang sedang diukur dihubungkan dengan perbedaan ketingian kedua
permukaan cairan dengan hubungan sebagai berikut:
h g P
P= 0+ ρ
Dengan P0 adalah tekanan atmosfer (bekerja pada permukaan cairan dalam sisi
kiri tabung), dan ρ adalah kerapatan cairan. Perlu diperhatikan bahwa besar
h g
ρ adalah tekanan ukur yaitu besar P yang melebihi tekanan atmoser. Jika P0
P
(Tekanan udara yang diukur)
cairan dalam sisi kiri lebi rendah dari pada yang disebelah kanan, menunjukan
bawa P lebih rndah daripada tekanan atmofer (dan h akan bernilai negatif).
B. Mengenal Tegangan Permukaan Zat Cair.
Kegitan : Amati percobaan berikut, catat data atau peristiwa yang terjadi dan
jawablah pertanyaan-pertanyaannya.
Tujuan : dapat mengenal tegangan permukaan zat cair dan dapat
mendifinisikanya.
Alat yang digunakan : sebuah gelas ( tempat air), silet
Percobaan yang akan dilakukan :
Isi gelas dengan air, kemudian letakan silet secara hati-hati diatas air.
Pelaksanaan percobaan:
1. Tuangkan air kedalam gelas atau tempat yang tersedia.
2. kemudian letakan silet secara hati-hati di atas permukaan air, amati apa
yang terjadi dan apa yang dapat anda simpulkan.
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apa yang menyebabkan silet tersebut tidak tenggelam? Padahal masa jenis
silet lebih besar daripada masa jenis air ...
...
2. Gaya tersebut bekerja di mana? dan gambarkan gaya tersebut!
...
...
...
3. Apa yang menyebabkan adanya gaya tersebut?
...
...
Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut, apa yang dapat anda ketahui tentang
tegangan permukaan zat cair:………...
………
………
Catatan: Tegangan permukaan didifinisikan sebagai gaya (F) persatuan panjang
(L) yang bekerja melintasi semua garis pada permukaan dengan kecenderungan
menarik permukaan agar tertutup.
C. Mengukur Tegangan Permukaan Suatu Zat Cair.
1.1 Prisip kerja alat
Alat pengukur tegangan permukaan zat cair ini pada dasarnya berprinsip
pada hubungan antara tekanan dalam pembentukan gelembung udara dengan
Dari gambar diatas dapat dilihat ada 4 bagian utama, yang pertam bagian
pengasil tekanan yang terdiri dari corong, kran dan botol (gambar 1,2 dan 3).
Bagian yang kedua adalah manometer (gambar 4) yang berfungsi untuk
mengetahui besar tekanan udara. Bagian yang ketiga adalah tempat zat cair yang
akan diukur (gambar 5). Kemudian bagaian yang keempat adalah Pipa kapiler
(gambar 6) yang berfungsi menghubungkan ketiga bagian terebut.
Air yang dialirkan dari corong kedalam botol penghasil tekanan akan
menekan udara yang ada di dalam botol, sehingga tekanan udara di dalam botol
akan menjadi naik. Karena tekanan udara dalam botol naik maka tekanan udara
dalam pipa kapiler dan pipa manometer juga akan naik, karena kedua pipa
tersebut saling berhubungan. Jika air terus dialirkan maka tekanan udara akan
terus naik sehingga udara akan menekan zat cair yang di dalam manometer, besar
tekanan udara tersebut adalah Hdg. Udara tersebut juga akan menekan zat cair
yang berarada didalam pipa kapiler. Ketika tekanan udara dalam pipa kapiler
cukup besar maka akan timbul gelembung udara dalam zat cair yang akan diukur
tegangan permukaannya dan besar tekanan udara tersebut adalah:
H h
1
5
4 3
r
g
h
ρ
+
2σSehinga hubungan antara besara tekanan udara pada saat terjadi gelembung
dengan tegangan permukaan pada zat cair yang akan diukur ebagai berikut:
Hdg
g
h
ρ
+
2rσ=
g
h
Hdg
r
ρ
σ
=
−
2
(
Hdg
h
g
)
r
ρ
σ
=
−
2
(
Hdg
h
g
)
r
ρ
σ
=
−
2
1
(
ρ
)
σ
=
rg
Hd
−
h
2
1
Sihingga untuk menghitung besar tegangan permukaan harus tahu
perubahan ketinggian zat cair baik pada pipa manometer (H) maupun pada
ketinggian zat cair di dalam pipa kapiler (h) saat terjadi gelembung udara, untuk
itu harus diukur dengan menggunakan jangkasorong. Dari hasil pengukuran
tersebut kita dapat menghitung besar tegangan permukaan dengan menggunakan
persamaan
σ
=
21rg
(
Hd
−
h
ρ
)
Untuk mengukur tegangan permukaan zat cair pada suhu yang berbeda–
beda dapat dilakukan dengan mengatur suhu yang dikehendaki, kemudian
pemanas dihidupkan setelah mencapai suhu yang dikehendaki pemanas akan mati
Amatilah percobaan berikut, catatlah data yang diperoleh, selanjutnya lakukanlah
perhitungan.
Tujuan: Untuk mengukur tegangan permukaan zat cair dalam suhu tertentu.
Alat dan bahan yang diperlukan: Alat pengukur teganan permukaan zat cair, zat
cair yang akan diukur, zat cair sebagai manometer.
1.2 Susunan Alat
1.3 Langkah Kerja
Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair yang
berbeda dengan suhu tetap:
1. Letakan alat sedimikian rupa sehingga alat terletak dengan rata,
2. Isilah pipa manometer degan zat cair yang akan digunakan sebagai
mano meter dengan ketinggian ± 6 cm.
3. Masukan zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya kedalam
bekerglas.Pada saat pengisian ini kran harus terbuka.
4. Atur titik enol pada pipa manometer dengan jalan membuka lubang
buangan pada botol penghasil tekanan.
5. Kran ditutup kemudian air dimasukkan kedalam corong.
6. Kemudian kran dibuka secara berlahan-lahan dan amati bekerglas dan
pipa manometer, pada saat terjadi gelembung udara pada zat cair
yang diukur tegangan pemukaannya, ukur perubahan ketinggian zat
cair baik pada bekerglas maupun pada pipa manometer dengan
menggunakan jangka sorong, catat perubahan ketinggian pada
bekerglas sebagai h dan catat perubahan ketinggian pada pipa
manometer dikalikan dua sebagai H. ( Ketinggian yang terukur pada
pipa manometer merupakan setengah dari perubahan ketinggian
sesungguhnya )
7. Lakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
)
(
2
1
ρ
Tabel hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair yang berbeda dengan suhu
tetap.
No Zat cair ½ H (m) H (m) h (m)
Tabel hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair yang berbeda dengan suhu
tetap
Zat cair Tegangan Permukaan (σ )
Hasil Pengukuran
(N/m3)
Tegangan Permukaan (σ)
(N/m3)
D. Menyelidiki pengaruh suhu terhadap nilai tegangan permukaan suatu zat cair.
Amatilah percobaan berikut, catatlah data yang diperoleh, selanjutnya lakukanlah
perhitungan.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan suatu zat
cair tertentu.
Alat dan bahan yang diperlukan: Alat pengukur teganan permukaan zat caair, zat
Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair yang sama
dengan suhu berubah-ubah:
1. Letakan alat sedimikian rupa sehingga alat terletak dengan rata,
kertaan letak alat dapat dilihat dari water pas.
2. Isilah pipa manometer degan zat cair yang akan digunakan sebagai
mano meter dengan ketinggian ± 6 cm.
3. Masukan zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya kedalam
bekerglas.Pada saat pengisian ini kran harus terbuka.
4. Atur kenaikan suhu sesuai yang dikehendaki dengan menggunakan
tombol pengatur suhu.
5. Nyalakan pemanas dengan menekan saklar pemanas
6. Setelah suhu sesuai dengan yang dikehendaki kran ditutup, kemudian
masukan air kedalam corong.
7. Kemudian kran dibuka secara berlahan-lahan dan amati bekerglas dan
pipa manometer, pada saat terjadi gelembung udara pada zat cair
yang diukur tegangan permukaannya, ukur perubahan ketinggian zat
cair baik pada bekerglas maupun pada pipa manometer dengan
menggunakan jangka sorong, catat perubahan ketinggian pada
bekerglas sebagai h dan catat perubahan ketinggian pada bekerglas
dikalikan dua sebagai H. ( Ketinggian yang terukur pada pipa
manometer merupakan setengah dari perubahan ketinggian
8. Lakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
)
(
2
1
ρ
σ
=
rg
Hd
−
h
9. Untuk suhu yang berbeda ulangi langgkah-langkah di atas.
Data hasil percobaan diisi dalam table seperti di bawah ini :
Untuk data pengukuran tegangan permukaan zat cair yang sama dengan suhu
berubah-ubah:
No Suhu (ºC) H (m) h (m)
Untuk hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair yang sama dengan suhu
berubah-ubah:
Suhu
(ºC)
<