TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Oleh
Asep Bambang Susanto
NPM :1522010119
Pembimbing I : Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag. Pembimbing II : Dr. Nasir, S. Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
Nama
: AseP Bambang SusantoNPM
: 15220101 19Program
Str,rdi
: Pendidikan Agama IslamMenyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul "PERAN GURU
PAI DALAM MBNINGKATKAN MINAT BE,LAJAR SISWA PADA MATA
PIILA.IAR-AN PBNDTDTKAN AGAMA ISLAM DI SDIT MUHAMMADIYAH
GUNLNG TERANG KECAMATAN LANGKAPURA BANDAR LAMPLING" adalah benar-benar asli hasil karya saya, kecuali yang disebutkan sumbernya'
Apabila terdapat kesalahan clal kekeliruan sepenlrhnya menjadi tanggung jawab sava"
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya'
Bandar lampung, 20 Februari20lT Yang menyatakan,
iii
iv
didiknya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi sebaliknya jika guru kurang memiliki kompetensi, maka akan menimbulkan hambatan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, karena guru tersebut akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang kurang kondusif, karena para siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang heterogen dalam menerima pelajaran. Untuk itu peran seorang guru Pendidikan Agama Islam turut serta memberikan pencerahan bagi peserta didiknya di sekolah. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi siswa dan hal itu turut menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar selain peran guru, adalah minat belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau suatu kegiatan yang digemari disertai perasaan senang, adanya perhatian dan keaktifan untuk berbuat.
Dalam penelitian ini peneliti mendapati sesuatu yang berbeda/unik disalah satu sekolah di Kecamatan Langkapura yaitu SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, guru melaksanakan perannya dengan porsi yang tidak sama dengan sekolah lainnya dan minat peserta didik baik. Untuk memudahkan penelitian ini, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar Lampung?”
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang berlokasi di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar Lampung. Peneliti melakukan wawancara terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur dengan para nara sumber (guru-guru Pendidikan Agama Islam) dengan didukung oleh data dokumentasi dan observasi secara langsung.
PERSETt.l.ItiAf.{
Judul fesis
Nama lv{ahasisrva
NPM
Prograrn Studi
:
PEI{AN CUR[-; PAI DAI.AM I.{ENINGKA-IKAN MINATBELA.]AR SIS\1'A
PAt]A
NTAI'A
PELAJARANPENDIDIKAN
AGAIv,IA
ISLAM DI
SDIT.1,1 [ ] t I A M MA ll I 1' A I I C I iN I i: .N G
-f
ERANG K ECA MATAN
LAI JCL{}'}LiR;\ BANDA R I-AiUP{ IN{i
:
Asep Bambang Susanto:
l5120l0t l9:
Pendidikan Asama Islam'I'elah disetu-iui untr:k diajukan dafam tertutup pada Pragrarn Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
,1,
NIIP. 19601 i r969M0520090r 1003
Ketua Progra::n Tarhi;"ah
a
NtP. r955012 r 1 1003
PfiO€RAttfl ?ASCA SAfiIAlI& {PPs}
Alarnat: Jl. Yulius Usman Labuhanratu Telg. {s72x} 787392, Fax {0721} 7E739? Bandar Lamoung
PERSE'Tt..ITJAI{
Tesis -r.ang irc{udul I'LRAN Gt-iRLj
P.\l
DAt-AIv{ I,IE]{IN{}KATKAN L'llNAT BtrLAJ;\R SlStrqiA {}At}A MA.IA PI.-I.AJARAN Piir\i-D{DIKA}J ACAtu{A ISI-AI,IDI
SDIT
bILiHAtulir'lADtY:\ii GUNLI?{C TERANG KITCAI!{ATA};I-ANGKAPURA I}ANtlAR. I-A:\{}'t-ii'\iG, ditr,rlis olth : Asep Bambang Susanto. NPM-I522010119 telah diujikan dalam u-iian terturup dan discrujui trntuk diajukan dalam Ujian Tertr*ka pada Program Pascasarlana IAIN Raden Intan l-arnpung.
.fim Pengu_ii
Ketua Sidang : Prof. Dr-'
L{A
({
4
'l/n
Sekremris
Peng*ji
Pengu"ii II
1-anggal l-ulus Lr.iian 'ferrutup : Selasa. 07 Fcbruari 2017
)
)
vl : Dr,'lriasir.- S. P'C-" ht- ild.
jl#iif;
I)r. H. Suhandi- illN{.
li:,1
kir
till
PROGRATIII
PSCA
SARIAfIIA TPPs}Alamat :.11. Yulius Usman Labuhanratu Kedaton Telp. {0721} 787392, Fax (07211 787392 Bandar Lampung
P{:Nt}F,SA}{Ai\
.lrsis
r"a:lclN'nuilui Pfilt.4l'\ CL,l{Ll
i'.\[
i],1,1."4\,1 MLN]NCKA'fKAN h'IINA-T't]Lt-A"I.4R SIS\{.A PADA fu{ATi\ Pi-{--4-IA.f{A\I I}ENL}U}IKAT.J ACAi\,,IA ISl.,Ah,{D}
SDi'I'
h{t-jLI.,t\{L.tAL}l}'.\iJ Gt.,\'{-;Nfi l-ERANC KECAII{ATA;--" l-;\N{}KAPL,RA IIAFiDAR i-AL{Ft,N$. ditr.riis c}rh : Llsep F}anri:ar:g Susanto- i\l}M. I-522tli$lt9 teiah diujikan dtlamlijian
I-erhr"rka pada Pr"*gr*rn Pascasariana I;\trN Raden IntanLampung-fim Pengu.!i
F,etue Sitlang ; Pr*l'- Dr". Ll. Sullha* Srehr"ii"
\4,,\
t ift'\l't,
Sekretaris
PengLiii
tr .{
lYl-NII), 1 iqS8rli t0t)5
Tansgal l-ulus LI!ian f'*rtruka : Senin. 2* Frhnrari
ltlt?
j
)
vii Penguji I
viii
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ا TidakDilambangkan ط t
ب B ظ z
ت T ع ‘
ث S غ g
ج J ف f
ح H ق q
خ Kh ك k
د D ل l
د Z م m
ر R ن n
ز Z و w
س S ه h
ش Sy ء ’
ص S ي y
ix
Hurufdan Harakat Harakat danTanda
ى ___
A
ي ___
I
و
___
U
Pedomantransliterasiinidimodifikasidari : Tim PuslitbangLekturKeagamaan,
PedomanTransliterasi Arab –
Latin,ProyekPengkajianPengembanganLekturPendidikan Agama, BadanLitbang
x
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. Atas rahmat dan
taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang berjudul
“PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT
MUHAMMADIYAH GUNUNG TERANG KECAMATAN LANGKAPURA
BANDAR LAMPUNG” ini.
Dengan kemampuan yang maksimal dan waktu yang panjang dalam
menulis tesis ini, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, sebagaimana penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak
akan sampai pada babak finalisasi jika tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. IdhamKholid, M. Ag.selakuDirektursekaligus sebagai
pembimbing I yang tidak bosan-bosannya memberikan bimbingan
sehingga penulisan tesis ini berjalan dengan baik.
2. BapakDr. H. AchmadAsrori, MAselakuketua Program StudiPendidikan
Agama Islam yang senantiasa membantu memberikan solusi dalam
memecahkan masalah selama perkuliahan.
3. Bapak Dr. Nasir, S.Pd.,M.Pd. selakuPembimbing II tesisini, yang selalu
memberikan saran dan arahan selama penyusunan tesis maupun dalam
perkuliahan.
4. Ibu Sakdiyah, S.Pd.I. selaku pengawas guru PAI, dan Bapak/Ibu guru PAI
yang telah membantu memberikan data dalam penelitian ini.
5. Bapak Andri Sattriawan, S.Pd. selaku kepala sekolah SDIT
Muhammadiyah Gunung Terang yang telah memberikan izin dan
xi perhatiannya.
8. Sahabat-sahabatku terimakasih atas dukungan, semangat, kerjasama,
persaudaraan, dan persahabatannya selama ini.
9. Teman-teman seangkatan seperjuangan pasca sarjana IAIN yang saya
banggakan, terima kasih atas dukungannya.
10. Seluruh Dosen dan Staf administrasi pasca sarjana IAIN serta semua
pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif dan
konstruktif dari berbagai pihak sehingga penyusunan tesis ini akan lebih
sempurna. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Amiin..
Bandar Lampung, 20 Februari 2017
Penulis,
Asep Bambang Susanto
xii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii
ABSTRAK……….. .... iv
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN... v
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... vi
HALAMAN PENGESAHAN... vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah... 1
B. Identifikasi Dan BatasanMasalah... 11
C. RumusanMasalah ... 12
D. Tujuan Dan KegunaanPenelitian... 12
E. KerangkaPikir ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru PAI dalam Kegiatan Belajar ... 25
1. PengertianPeran Guru Pendidikan Agama Islam ... 25
2. Prasyarat Seorang Guru ... 29
3. Aktivitas dan Tugas Seorang Guru... 35
4. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 42
B. Minat Belajar... 50
1. PengertianMinat Belajar... 50
xiii
A. Metode yang Digunakan ... 70
B. Sumber Data... 72
1. Sumber Data Primer ... 72
2. Sumber Data Sekunder ... 73
C. MetodePengumpulan Data ... 74
1. Observasi ... 75
2. Wawancara/ Interview ... 78
3. Dokumantasi... 81
D. MetodeAnalisis Data... 82
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Tempat Penelitian.. ... 85
B. Penyajian dan Analisis Data ... 93
1. Peran Guru Sebagai Pendidik ... 93
2. Peran Guru Sebagai Pembina ... 107
3. Peran Guru Sebagai Pengawas ... 111
C. Peranan Guru PAI dalam Membangkitkan Minat Belajar Siswa... 134
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...141
B. Rekomendasi ...145
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Guru adalah salah satu jendela melihat dunia bagi anak didiknya, selain
kedua orang tuanya, televisi, internet dan lain-lain. Guru masih memegang
peranan sentral dalam membukakan pikiran siswa untuk melihat dunia yang
berkembang dengan cepat dan dinamis. Guru tidak hanya membuka jendela dunia,
tapi sekaligus menyeleksi, memfilter, dan memberikaninformasi terbaik kepada
murid-muridnya. Peran ini berbeda dengan sumber informasi lainnya, seperti
televisi, radio, dan internet yang bebas nilai tanpa memberikan bimbingan, arahan,
dan filter yang baik.
Tugas yang diemban oleh guru sungguh mulia, karena tanpa pamrih
mereka mampu melaksanakan fungsinya sebagai Pembina, pengasuh dan pendidik
siswa menjadi cerdas dan berkualitas sebagai generasi muda harapan bangsa.
Guru sebagai pendidik, telah banyak merubah dan membuka pola pikir peserta
didiknya, sehingga berilmu dan memiliki wawasan berfikir yang luas.
Begitu besar jasa guru dalam membentuk kepribadian anak sehingga
menjadi manusia seutuhnya, beriman dan berilmu, sehingga mereka merubah
segala sesuatu yang memeiliki nilai tambah dan nilai guna untuk kemaslahatan
umat manusia. Kiranya kita tak dapat membalas jasa guru yang potensial, mulai
dari kita tak dapat membaca dan menulis, sampai kita menguasai berbagai disiplin
Akan tetapi tidak dapat kita pungkiri, bahwa sering ditemukan dalam
proses kegiatan baelajar mengajar, peserta didiknya kurang tanggap dalam
menerima pelajaran disebabkan guru kurang memiliki kapabalitas dan kompetensi
dalam menyajikan materi pelajaran. Ironisnya, materi pelajaran itu adalah
Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada pembentukan moral agama,
akhlak berupa sopan santun dalam bersikap dan berperilaku baik di sekolah
maupun dalam interaksi social masyarakat. Sungguh satu hal yang perlu difikirkan
dan dicari solusi terbaik untuk mengatasinya, demi menyelamatkan generasi muda
dari dekadensi moral.
Guru atau pendidik cukup memberikan andil yang besar dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Mutu belajar peserta didik dan suasana
akademis kelas sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru dalam usaha
membelajarkan peserta didik. Untuk itu, peningkatan kemampuan professional,
pedagogis personal dan kemampuan social dan guru perlu mendapatkan perhatian
yang memadai untuk mencapai visi dan misi pendidikan nasional.1 Adapun
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berlangsung di sekolah selama ini menurut
Muhaimin, sering dianggap kurang berhasil (untuk tidak mengatakan gagal)
dalam menggarap sikap dan perilaku keberagaman peserta didik serta membangun
moral dan etika bangsa.2
1
Muhammad Nurdin,Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Ar Ruzz, Media, 2008) h.117
2
Muhaimin,Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan
Di sisi lain, para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam yang
memiliki kompetensi dalam mengajar, dimungkinkan akan mampu
membangkitkan minat, semangat belajar para peserta didiknya di kelas. Akan
tetapi guru yang kurang memiliki kompetensi, sudah dapat dibayangkan sering
mengalami hambatan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Karena
mereka dihadapkan pada situasi dan kondisi yang kurang kondusif, dimana
peserta didik yang memiliki sikap dan perilaku yang heterogen dalam menerima
pelajaran. Ada yang cepat tanggap dan ada pula yang menganggap enteng
pelajaran, apalagi bukan eksakta misalnya mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Karakteristik seorang guru Pendidikan Agama Islam tidak lepas dari tugas
pokok seorang guru yang professional yaitu menjadi pendidik, mengajar dan
melatih. Yang ketiga-tiganya dapat diwujudkan dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran. Untuk itu dalam konteks pendidikan agama Islam, karakteristik
(guru yang professional) selalu tercermin dalam segala aktifitas sebagaimurobbiy,
mu’allim, mursyid, mudarris, dan mu’addib. Dengan demikian guru pendidikan
agama Islam adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam),
internalisasi, serta amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar
dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk
kemaslahatan diri dan masyarakat, mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri dan konsulatan bagi peserta didik, memiliki kepekaan informasi, intelektual
peserta didik, dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradaban yang diridloi oleh Allah.3
Untuk melakukan perubahan social (amar ma’ruf nahi munkar) maka guru
Pendidikan Agama Islam harus memposisikan diri sebagai model atau sentral
identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik atau tokoh yang berperan sebagai
“shaper of nem society, transformational leader, change agent, architect of the
new social order”yakni pembentuk masyarakat baru, pemimpin dan pembimbing
serta pengarah transformasi, agen perubahan, serta arsitek dari tatanan social yang
baru selaras dengan ajaran dan nilai-nilai ilahiyah. Agar peranannya itu menjadi
lebih aktif, maka ia harus menjadi aktivis social atau da’i yang senantiasa
mengajak orang lain tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan atau
petunjuk-petunjuk ilahi, menyuruh masyarakat kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka
dari yang munkar.4
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi
belajar yang dicapai oleh peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,
baik yang berasal dari dalam diri peserta didik (factor internal) maupun dari luar
diri peserta didik (factor eksternal). Factor internal diantaranya adalah minat,
bakat, motivasi dan tingkat inteligensi. Sedangkan factor eksternal diantaranya
adalah factor metode pembelajaran dan lingkungan.
3
Muhaimin,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada : 2009) h.51
4
Dari beberapa factor yang mempengaruhi tingkat prestasi peserta didik dan
hal itu turut menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam proses belajar
mengajar adalah “minat belajar”. Dalam kegiatan belajar, minat adalah
kecendrungan seseorang terhadap obyek atau suatu kegiatan yang digemari yang
disertai perasaan senang, adanya perhatian dan keaktifan berbuat.
Minat memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi
guru maupun bagi peserta didik. Bagi guru mengetahui minat belajar dari peserta
didik sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar
peserta didik. Bagi peserta didik minat belajar dapat menumbuhkan semangat
belajar sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
Peserta didik melakukan perbuatan belajar dengan senang karena didorong oleh
minat yang kuat. Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsungannya. Bagi lembaga
pendidikan, setelah menentukan program-program dan kurikulum pendidikan,
haruslah mempunyai prinsip dalam menentukan arah teknis pelaksanaan cita-cita
dari program dan kurikulum yang telah dicanangkan tersebut. Salah satu
penunjang utamanya adalah adanya minat belajar bagi peserta didik yang
Dalam Al-Qur’an Allah SWT memberikan isyarat pentingnya untuk
belajar atau membaca apa saja yang ada di bumi ini, surat Al-Baqoroh berikut ini
;
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"(Q. S. Al Baqoroh Ayat 31)
Minat bila dikaji menurut para tokoh adalah sebagai berikut, menurut
Sardiman A. M. berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri”.5Sedangkan menurut I. L. Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat
sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif
dengan sesuatu yang menariknya”.6Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk.,
mengartikan minat adalah “kecendrungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal
yang berharga bagi orang”.7
Sedangkan menurut Winkell, minat adalah kecendrungan yang menetap
dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa
5
Sardiman A. M,Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar,(Jakarta : CV. Rajawali, 1988), h.76
6
I. L. Pasaribu dan Simanjuntak,Proses Belajar Mengajar,(Bandung : Tarsito, 1983), h.52
7
senang berkecimpung dalam bidang itu.8 Adapun menurut Kurt Singer, minat
adalah suatu landasan yang paling meyakinkan dalam keberhasilan suatu proses
belajar. Jika seorang murid memiliki rasa sangat ingin belajar, ia akan cepat dapat
mengerti dan mengingatnya.9 Dengan demikian dapat difahami bahwa minat
merupakan kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukainya.
Para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki
kompetensi dalam mengajar, dipastikan akan mampu membangkitkan minat
semangat belajar anak didiknya di kelas. Akan tetapi guru yang kurang memiliki
kompetensi dalam mengajar, sudah dapat dibayangkan sering mendapat hambatan
dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Karena mereka dihadapkan pada
situasi dan kondisi yang kurang kondusif, para peserta didik yang memiliki sikap
dan perilaku yang heterogen dalam menerima pelajaran. Ada yang serius
memperhatikan gurunya dalam memberikan pelajaran dan ada pula yang kurang
dan tidak memperhatikan pelajaran, termasuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Dalam suasana yang demikian ini, disinilah letak pentingnya guru
Pendidikan Agama Islam itu harus memiliki kemampuan dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Mereka perlu lebih menguasai materi pelajaran, lebih aspiratif
memberikan pemahaman dan penghayatan yang bersifat da’wah, lebih
menggugah perasaan anak didik, dan lebih bijaksana dalam menanamkan ilmu
8
W. S Winkell,Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,(Jakarta : Gramedia, 1984), h.30
9
pengetahuan agama sampai mereka mengerti dan paham, menghayati serta
melaksanakan ajaran agama sesuai dengan syari’at dan sunnah Rosululloh SAW.
dengan begitu siswa menjadi baik. Sedang, keberhasilan peserta didik dalam
proses belajar mengajar jelas sangat ditentukan dengan tinggi atau rendahnya
minat siswa, karena siswa yang memiliki minat akan memiliki kemauan keras
untuk memahami apa yang diminatinya.
SDIT Muhammadiyah Gunung Terang adalah salah satu SekolahTingkat
Dasar di Bandar Lampung yang memiliki jumlah siswa 100% beragama Islam.
Dalam penelitian ini peneliti akan lebih fokus mengkaji peran guru Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan minat belajarpelajaran Pendidikan Agama
Islam di Kecamatan Langkapura. Sebagai bahan dasar penelitian ini berdasarkan
data pra survey yang dilakukan oleh penulis, maka diperoleh data sebagai berikut :
“Sekolah SDIT Muhammadiyah kami ini adalah sekolah yang guru
PAInya wajib minimal memiliki hafalan 2 juz, masuk setiap hari dari pukul 07.00
WIB sampai 14.00 WIB, pembelajaran di kelas di dampingi 2 guru, pembiasaan
siswa di sekolah seluruh guru menyambut datangnya siswa dan semua siswa
bersalaman, pembiasaan tegur sapa bila berjumpa, adapun targetan hafalan siswa
lulus dari sekolah ini adalah 3 juz, tetapi semangat siswa terlihat sangat antusias.10
“Dari yang saya ketahui, mayoritas guru Pendidikan Agama Islam di
Kecamatan Langkapura telah melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik yang
mencakup mendidik, membina dan mengawasi peserta didik, ini terlihat dari
kelengkapan administrasi pembelajaran dan kompetensi para guru PAI dalam
menggunakan strategi dan mengunakan media belajar saat supervisi, pelatihan dan
10
Andri Sattriawan, S.Pd., Kepala Sekolah SDIT Muhammadiah Gunung Terang,
pembinaan guru PAI di Kecamatan Langkapura yang diadakan minimal 1 bulan 1
kali di kegiatan KKG PAI Kecamatan Langkapura. Dengan profesionalitas para
guru seperti itu, saya berasumsi bahwa mereka mampu memotivasi dan
menumbuhkan minat yang besar bagi peserta didik terhadap pelajaran PAI itu
sendiri. Salah satu sekolah yaitu SDIT Muhammadiyah Gunung Terang yang guru
PAI nya masuk setiap hari, dari kegiatan pertama masuk sampai pulangnya siswa,
siswa diberi hafalan al Qur’an dengantargetan 3 Juz.11
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang
untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaatkan
untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia
akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Ketiadaan minat
terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab peserta didik tidak
bergeming untuk mencatat yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai
pertanda bahwa peserta didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Salah satu faktor terbesar yang dapat memotivasi dan meningkatkan minat
belajar peserta didik adalah seseorang yang paling dekat mendampinginya dalam
aktifitas belajar yaitu guru. Sementara guru Pendidikan Agama Islam SDIT
Muhammadiyah Gunung Terang begitu banyak aktifitas kegiatan terutama
keislaman yang diprogramkan oleh sekolah. Ketika peneliti mengadakan
observasi, peneliti mendapati siswa sedang menghafal al Qur’an untuk disetorkan
hafalannya sedang guru sedang mendengarkan hafalan siswa satu-persatu.12
11
Sakdiyah, Pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan Langkapura,Wawancara,15 Juli 2016.
12
Pada dasarnya memberikan gambaran bahwa proses pendidikan,
pembinaan dan pengawasan di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang Bandar
Lampung, dalam meningkatkan minat belajar peserta didik PAI mata pelajaran
PAI telah dilaksanakan dengan baik, namun sejauh manakeoptimalannya, hal ini
disebabkan karena muatan pelajaran keislamannya terkesan lebih banyak
dibanding sekolah lainnya.Sehingga perlu ada pengawasan dalam mengontrol
perilaku peserta didik dengan baik dengan melihat sejauh mana peranan guru.
Berdasarkan data di atas, memberikan stimulasi kepada peneliti untuk
meneliti lebih jauh dan mendalam terkait dengan peranan guru PAI di SDIT
Muhammadiyah Kecamatan Langkapura Bandar Lampung dalam meningkatkan
minat belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI. Hal ini berangkat dari
keunikan atau sesuatu yang berbeda antara sekolah SDIT Muhammadiyah
Gunung Terang dengan sekolah dasar lainnya. Begitu pentingnya peranan
pengawasan dalam pendidikan, untuk mendapatkan informasi langsung dalam
menyikapi perubahan globalisasi masyarakat dan dunia pendidikan pada
khususnya, menjadikan pengawasan sebagai tumpuan pusat informasi dari setiap
perbaikan dan pembaharuan dalam dunia pendidikan termasuk perbaikan masalah
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, penelitian ini memiliki jangkauan
permasalahanyang akan dikaji relatif luas. Untuk itu penulis mengidentifikasi
masalah-masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peranan guru Pendidikan Agama Islam bukan saja sebagai pendidik, akan
tetapi ada peran-peran lainnya.
b. Peranan guru Pendidikan Agama Islam sangat mempengaruhi terhadap
minat belajar peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
c. Peranan guru Pendidikan Agama Islam rendah, maka minat belajar rendah,
begitu juga sebaliknya jika peran guru Pendidikan Agama Islam tinggi,
maka minat belajar peserta didik juga tinggi.
d. Guru Pendidikan Agama Islam banyak memberikan tugas hafalan, namun
siswa mampu menunjukan hafalannya.
e. Guru Pendidikan Agama Islam banyak diberikan tugas dalam menjalankan
kurikulum sekolah akan tetapi pengamalan siswa rerhadap materi
Pendidikan Agama Islam baik.
2. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, tentunya jangkauan permasalahannya
terlampau luas dan masalah yang diidentifikasi itu tidak mungkin diteliti dalam
dan fasilitas lain yang dibutuhkan. Oleh karena itu penelitian ini akan dibatasi
pada Peran Guru Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Gunung
Terang Bandar lampung.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, untuk memudahkan
penelitian ini, maka penulis merumuskan sebagai berikut :Bagaimanakah peran
guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang
Kecamatan Langkapura?”
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap Pendidikan Agama
Islam.
b. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan minat belajar siswa di SDIT Muhammadiyah Gunung
Terang.
c. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam mengikuti mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menunjukan minat belajar PAI.
d. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SDIT
2. Kegunaan Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian
sekurang-kurangnya dapat memberikan kegunaan/manfaat :
a. Manfaat teoritis, memberikan kontribusi dalam memperkaya khasanah
keilmuan tarbiyah yang berkenan dengan peran guru PAI di Kecamatan
Langkapura khususnya dan di lembaga-lembaga pendidikan pada
umumnya.
b. Manfaat praktis, memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan
bagi guru PAI khususnya dan guru pada umumnya, agar dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI
serta mata pelajaran lainnya dengan merealisasikan perannya sebagai
pendidik, pembina dan pengawas.
c. Dalam rangka mengembangkan kajian tentang ilmu-ilmu tarbiyah,
khusunya tentang kajian peran guru dalam upaya peningkatan minat
belajar peserta didik.
E. Kerangka Pikir
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter).Untuk lebih jelas
tentang peranan guru sebagai pendidik terutama lebih fokus pada peran guru
Pendidikan Agama Islam. Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai model,
contoh bagi peserta didik. Oleh karena itu, tingkah laku pendidik baik guru, orang
masyarakat, bangsa dan Negara. Karena nilai-nilai bangsa dan Negara Indonesia
adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
Dengan merujuk pada pendapat para tokoh, bahwa peran guru agama
Islam sebagai pendidik, setidak-tidaknya memiliki peranan yang begitu kompleks
untuk lebih melengkapi khazanah pemahaman tentang peranan guru agama Islam,
maka berikut ini dijelaskan peranan guru Pendidikan Agama Islam secara lebih
lengkap, yaitu :
Pertama, peran guru sebagai pendidik, guru merupakan teladan, panutan
dan tokoh yang akan diidentifikasikan oleh peserta didik. Kedudukan sebagai
pendidik menuntut guru untuk membekali diri dengan pribadi yang berkualitas
berupa tanggung jawab, kewibawaan, kemandirian dan kedisiplinan. Guru yang
bertanggung jawab adalah guru yang mengetahui, memahami nilai-nilai,
norma-norma (kesusilaan, kesopanan, moral, social maupun keagamaan) dan selalu
berusaha untuk menyesuaikan segala tindak tanduk dan perilakunya dengan nilai
dan norma-norma tersebut. Guru Pendidikan Agama Islam harus bertanggung
jawab atas segala tindakannya kepada stake holder pendidikan maupun kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Guru harus bertanggung jawab sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota
masyarakat, bangsa dan Negara.
Kedua, selanjutnya peranan guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai
Pembina (supervisor). Sebagai pembina, guru berkewajiban memberikan bantuan
masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Ketiga,peran guru sebagai pengawas serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi anak yang patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat13.
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman lebih lanjut seperti
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua dan orang dewasa yang lain,
moralitas, tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan dan hal-hal
yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu, tugas guru dapat disebut
pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak
menyimpang dari norma-norma yang ada.
Dalam hal sebagai pendidik peran guru Pendidikan Agama Islam itu
adalah sebagaikorektor (mampu membedakan nilai yang baik dan buruk),
inspirator (guru dapat memberikan ilham yang baik bagi kamajuan anak didik),
informatory (guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi), organisator (guru hendaknya memiliki kegiatan
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik dan lain sebagainya), sebagai motivator (guru hendaknya mampu
13
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar), inisiator (guru harus
dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran),
fasilitator (guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar anak didik), pembimbing, demonstrator, sebagai
supervisor dan evaluator.14
Minat merupakan kekuatan pendorong bagi aktivitas seseorang. Ramayulis
memberikan pengertian bahwa minat adalah kekuatan pendorong yang
menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu atau
kepada aktivitas-aktivitas tertentu.15 Sedangkan minat menurut pendapat
Mohammad Ali adalah kemauan dan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar
yang dapat memberikan pengalaman belajar untuk mencapai pemahaman.16
Dari pendapat di atas, bahwa minat merupakan kemauan hati seseorang
kepada sesuatu dengan perasaan senang karena ia merasa ada kepentingan dengan
sesuatu itu. Pendapat di atas menunjukan bahwa minat sangat penting
keberadaannya untuk tercapainya aktivitas dalam memperoleh tujuan belajar,
karena dengan minat yang tinggi keberhasilan belajar dapat tercapai dengan baik.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
akibat dari pengalaman, baik itu dari hasil proses belajar maupun dari interaksi
dengan lingkungan. Selanjutnya Arifin memberikan pengertian belajar sebagai
suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa
bahan-14
Djamarah, Syaiful Bahri,Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 43
15
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kalam Mulya, 1994), h.175
16
bahan yang disajikan oleh guru dan berakhir pada kemampuan untuk menguasai
bahan pelajaran yang disajikan itu.17Sedangkan menurut M. Alisuf Sabri, minat
dalam belajar yaitu sebagai motifating force yaitu sebagai kekuatan yang akan
mendorong siswa untuk belajar.18
Adapun minat belajar dalam pendidikan agama Islam juga sangatlah
dibutuhkan sebagai fungsinya yang dominan dalam meningkatkan gairah belajar
siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Subandijah, bahwa fungsi minat belajar
adalah meningkatkan gairah serta kegembiraan belajar peserta didik, sehingga
peserta didik memiliki motivasi yang kuat dan keleluasaan mengembangkan
kemampuannya masing-masing.19
Minat belajar dipengaruhi oleh berbagai macam, diantaranya oleh
kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada dirinya, dengan kata lain seseorang itu
berbuat karena didorong untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan
ungkapan Sardiman AM bahwa orang yang beraktivitas karena adanya kebutuhan
yang harus mendapat pemenuhan, baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan
biologis, dengan demikian motivasi akan selalu berkaitan dengan kebutuhan
social.20
Dari pendapat di atas memberi gambaran, bahwa motivasi yang ada pada
seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan dan keperluan pada orang yang
bersangkutan. Demikian pula halnya dengan peserta didik, pada dasarnya
beraktivitas itu untuk memenuhi kebutuhan yang melihat pada dirinya, kebutuhan
17
HM. Arifin,Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,(Jakarta : Bulan Bintang, 1978) h.172
18
M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan,(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h.85
19
Subandijah,Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,(Jakarta : Rajawali 1993) h.122
20
peserta didik khususnya dan pada umumnya manusia dapat digolongkan dalam
beberapa bagian, yaitu :
a. Kebutuhan memperoleh kasih sayang
b. Kebutuhan memperoleh harga diri
c. Kebutuhan memperoleh penghargaan diri yang sama dengan orang lain
d. Kebutuhan ingin kenal
e. Kebutuhan memperoleh prestasi tinggi
f. Kebutuhan merasa dibutuhkan orang lain
g. Kebutuhan merasa bagian dari kelompok
h. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan diri
i. Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri.21
Adapun cara membangkitkan minat anak adalah dengan mencari cara-cara
yang menarik perhatian dengan jalan positif maupun negative.
a. Jalan Negatif
1. Menjaga agar suasana kelas tidak kacau
2. Menjaga tata tertib sekolah
3. Antara pelajaran yang satu dengan yang lain harus ada selingan
4. Menjelaskan akan pentingnya pelajaran yang diajarkan
b. Jalan Positif
1. Bahan pelajaran disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak dan
sedapat mungkin diambil dari lingkungan anak.
2. Bahan mengajar diusahakan mempraktekkan sifat.
21
3. Bersikap positif terhadap tugasnya.22
Adapun fungsi minat adalah sebagai berikut :
1. Minat sebagai alat pembangkit motivasi belajar
Secara teoritis bahwa semakin kuat minat seseorang semakin besar pula
dorongan untuk melakukan sesuatu, sepertinya dalam hal belajar, minat sebagai
motivasi dalam belajar dalam arti dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih
baik. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik menyatakan bahwa
“belajar dengan minat akan mendorong anak belajar dengan baik”.23
2. Minat Sebagai Pusat Perhatian
Dengan adanya minat, seseorang memungkinkan lebih berkonsentrasi
penuh terhadap suatu obyek yang diminati. Dengan demikian dengan adanya
minat, maka peserta didik akan lebih fokus dalam mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
3. Minat Sebagai Sumber Hasrat Belajar
Menurut Sofyan Ahmad minat adalah untuk mempertinggi derajat hidup
dengan meninggalkan kebodohan dan meningkatkan kemauan serta
kemampuan.24Sehingga dengan memiliki minat yang baik, maka motivasi peserta
didik dalam mengikuti belajar mengajar lebih baik.
4. Minat Untuk Mengenal Kepribadian
22
Abu Ahmadi,Didaktik Metodik,(Semarang : CV. Toha Putra, 1975),h.55-56
23
Oemar Hamalik,Didaktik Asas Metode Tehnik,(Jakarta ; Bulan Bintang, 1983),h.66
24
Ahmad Sofyan,Pembinaan dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam,(Jakarta :
Minat termasuk aspek kejiwaan yang tidak Nampak dari luar. Untuk
membangkitkan minat belajar pada garis besarnya dapat digolongkan pada dua
bagian :
a. Untuk membangkitkan perhatian secara spontan
1) Mengajar dengan cara yang menarik
2) Mengadakan selingan yang sehat
3) Menggunakan alat peraga
b. Untuk membangkitkan perhatian secara sengaja
1) Dapat menunjukkan kegunaan bahan ajar yang diajarkan
2) Berusaha mengadakan appersepsi
3) Menggunakan hukuman dan hadiah yang bijaksana.25
Fungsi keluarga adalah sebagai minat utama bagi peserta didik, karena
memiliki intensitas yang lebih tinggi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi
proses pembelajaran anak. Hal paling mendasar yang digunakan sebagai minat
dasar dalam Islam adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideology dalam
proses pembelajaran, sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak
mengalami kegoncangan jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu
sendiri.
Dengan maksimalnya peran guru Pendidikan Agama Islam dalam proses
belajar, maka diharapkan akan meningkatkan minat belajar siswa dalam
mempelajari mata pelajaran tersebut. Indikator dari meningkatnya minat belajar
siswa sebagaimana yang dikatakan oleh Hamzah B.Uno adalah:
25
INPUT PROSES OUTPUT
1. Tanggung jawab terhadap tugas/PR yang diberikan oleh guru
2. Tidak terlambat masuk kelas
3. Perhatian terhadap materi pelajaran/ fokus dalam mengikuti pelajaran
4. Keinginan menjadi yang terbaik/ mendapat nilai terbaik
5. Kehadiran tatap muka/ rajin
6. Kesiapan untuk belajar (tidak bercanda dengan teman ketika proses
pelajaran berlangsung).26
F. Sistematika Pembahasan
26
Hamzah B.Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis Bidang Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.23.
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Peran Guru PAI sebagai:
1. Pendidik (korektor, informatory, inspirator, fasilitator, mediator dll) 2. Pembina (melakukan bimbingan secara terus menerus, supervisor) 3. Pengawasan (tanggung jawab)
Minat Belajar Siswa :
1. Tanggung jawab terhadap tugas/PR yang diberikan oleh guru
2. Tidak terlambat masuk kelas 3. Perhatian terhadap
materi pelajaran/ fokus dalam mengikuti pelajaran 4. Keinginan menjadi
yang terbaik/ mendapat nilai terbaik
5. Kehadiran tatap muka/ rajin
6. Kesiapan untuk belajar (tidak bercanda dengan teman ketika
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam (triangulasi)
dan dilakukan secara terus menerus maka penelitian kualitatif pada umumnya
akan memiliki variasi data yang sangat tinggi. Oleh karenanya analisis data dalam
penelitian kualitatif akan bersifat induktif, artinta analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hiotesis.
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Cara ini dimaksudkan
bahwa analisis bertitik tolak dari data dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan
yang bersifat umum. Metode ini berdasarkan pertimbangan pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua, metode ini menjadikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.27
Menurut Noeng Muhadjir, bahwa penelitian kualitatif berlandaskan atas
phenomenology sama dengan yang berlandaskan rasionalisme, dan berbeda
dengan yang berlandaskan positivisme. Metodologi kualitatif ini berlandaskan
atas phenomenology yang menuntut pendekatan hilistic, mendudukan obyek
penelitian dalam suatu konstruksi ganda, melihat obyeknya dalam suatu konteks
natural bukan parsial.28 Selanjutnya bahwa metodologi penelitian kualitatif ini
secara epistemology tidak menuntut penyusunan kerangka teori (meskipun
27
Lexy J. Moloeng,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000),h.5.
28
spesifik), sedangkan phenomenology sebagai langkah awal dalam pelaksanaan
suatu penelitian.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
merencanakan daftar pertanyaan kepada guru Pendidikan Agama Islam,
dilanjutkan dengan wawancara langsung kepada guru Pendidikan Agama Islam
dengan harapan dapat menggali data yang dibutuhkan.
Data reduction atau reduksi data dilakukan untuk merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Hal ini dilakukan agar data yang telah
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Analisis ini diperlukan karena data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak dan makin lama peneliti di lapangan, maka datanya makin kompleks dan
rumit.
Data display atau penyajian data dilakukan untuk mempermudah dalam
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Setelah data direduksi, selanjutnya data disajikan
yaitu dengan membuat teks yang naratif. Dengan analisis inimaka peneliti akan
mendapatkan gambaran yang lebih utuh mengenai sejauh mana data yang
diperoleh telah menjawab masalah yang diteliti. Sehingga peneliti dapat membuat
rencana selanjutnya apa yang harus dilakukan untuk melengkapi jawaban atas
Conclusion drawing/ verivication yaitu tahap dimana peneliti harus
membuat kesimpulan dan verifikasi. Apabila kesimpulan yang dibuat pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid, akurat, dan konsisten terhadap apa
yang sedang diteliti, maka dimungkinkan pada saat peneliti kembali ke lapangan
untuk mengumpulkan data maka kesimpulan yang di kemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
BAB II
A. Peranan Guru PAI dalam Kegiatan Belajar
1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam
Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih
ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sementara,
masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di
sekolah, masjid, musholla, atau tempat-tempat lain. Semua pihak sependapat
bahwa guru memegang peranan penting dalam mengembangkan sumber daya
manusia melalui pendidikan.29Sedang tentang peranan guru, dalam sebuah
literature dijelaskan bahwa peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah
laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta
didik yang menjadi tujuannya.30 Sedangkan kata peran dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat atau lembaga tertentu.31Sementara dalam
bahasa Inggris peran adalah “role”, yang didefinisikan dengan “Person’s task or
duty in undertaking”.32Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu
factor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap
adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber
daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada factor
29
Asmani, Jamal Ma’mur,Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif,(Jogjakarta: Diva Press, 2015). H.20.
30
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional,(Bandung :PT. Remaja Rosda Karya,2003), h.4
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi IV, Jakarta : Balai Pustaka 2016, h.751
32
guru. Hal ini meninjukkan betapa pentingnya peranan seorang guru dalam dunia
pendidikan.
Sesungguhnya Islam telah memberikan pencerahan kepada para pendidik
dengan tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak didiknya, menumbuhkan
kesadaran mempelajari ilmu pengetahuan dan budaya, serta memusatkan seluruh
fikiran untuk mencapai sebuah pemahaman yang mendalam, pengetahuan yang
murni dan pertimbangan yang matang dan benar. Secara historis ayat yang
pertama diturunkan adalah perintah untuk membaca, seperti dalam surat al-‘Alaq
:1-5 sebagai berikut :
Artinya :” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
تاﻮﻤﺴﻟا ﻞﻫاو ﻪﺘﻜﺌﻠﻣو ﷲا نا ﻢﻛﺎﻧدا ﻰﻠﻋ ﻲﻠﻀﻔﻛ ﺪﺑﺎﻌﻟا ﻰﻠﻋ ﻢﻟﺎﻌﻟا ﻞﻀﻓ
ﺮﻴﺨﻟا سﺎﻨﻟا ﻲﻤﻠﻌﻣ ﻰﻠﻋ نﻮﻠﺼﻴﻟ تﻮﺤﻟا ﻰﺘﺣوﺎﻫﺮﺤﺟ ﻲﻓ ﺔﻠﻤﻨﻟا ﻰﺘﺣ ضرﻻاو
)
يﺬﻣﺮﺘﻟا ﻩاور
(
Artinya : Keutamaan orang ‘alim disbanding seorang hamba, bagaikan
keutamaanku atas orang yang paling rendah diantara kamu.
Sesungguhnya Allah, para MalaikatNya, penduduk langit dan bumi
sampai pada semut dalam lubangnya serta ikan di laut benar-benar
mendo’akan kebaikan atas orang-orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia. (HR. At-Tirmidzi)33
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam hal ini
berarti bukan hanya seseorang yang sehari-harinya mengajar di sekolah saja yang
dapat disebut sebagai guru, melainkan yang berposisi sebagai kiyai di pesantren,
pendeta di gereja, dan instruktur di balai pendidikan dan pelatihan juga. Kegiatan
mengajar yang dilakukan oleh guru itu tidak hanya berorientasi pada
kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja, tetapi kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah
rasa dan karsa.34 Sedangkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989,
dikemukakan bahwa “tenaga Pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus
diangkatdengan tugas utama mengajar” atau dengan kata lain adalah guru.35
33
Syeikh Muhammad Al Utsaimin,Syarah Riyadhus Shalihin, II,(Mesir : Daar Al Bashirah Iskandariyah, 2001), h.285.
34
Sahabuddin,Mengajar dan Belajar,(Makassar : State University of Makassar Press,1999), h.6
35
Oleh sebab itu dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada
prinsipnya berarti proses perbuatan guru yang membuat peserta didik belajar,
dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini mencakup tingkah
laku yang sifatnya terbuka seperti keterampilan membaca, juga yang bersifat
tertutup seperti berfikir dan berperasaan. Guru sebagai pendidik atau pengajar
merupakan factor penentu kesuksesan usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap
perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar
sampai ada criteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan
selalu bermuara pada guru. Atau dengan secara sederhana guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didiknya,
baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.36
Sedangkan yang dimaksud dengan guru Pendidikan Agama Islam adalah
seseorang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat namun
mulia dalam melaksakan tugasnya untuk membentuk manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.37
Dengan demikian dapatdipahami bahwa Peranan guru Pendidikan Agama
Islam adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk merubah perilaku peserta
didik agar memiliki keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
36
Akmal Hawi,Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), h.9.
37
sehat, berilmu, cakap dan menjadi peserta didik yang bertanggung jawab terhadap
dirinya, keluarga dan lingkungan.
2. Prasyarat Seorang Guru
Seorang guru harus memenuhi syarat-syarat yang ada dalam
Undang-undang No. 12/1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah
untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15. Dari pasal tersebut, disimpulkan
syarat-syarat untuk menjadi seorang guru sebagai berikut :
1. Berijazah, yakni dengan ijazah dapat memberi wewenang untuk menjalankan
tugas sebagai guru di suatu sekolah. Ijazah adalah surat bukti yang
menunjukkan bahwa seseorang telah memiliki ilmu pengetahuan dan
kesanggupan-kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan atau
pekerjaan.
2. Sehat jasmani dan rohani, artinya kesehatan jasmani dan rohani adalah salah
satu syarat yang penting bagi tiap-tiap pekerjaan. Manusia tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan baik jika badannya selalu diserang penyakit.
3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik, artinya
pembentukan manusia susila yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa hanya
mungkin diberikan oleh orang-orang yang memiliki dan hidup sesuai dengan
norma-norma agama dan masyarakat serta aturan yang berlaku.
4. Bertanggung jawab, artinya dalam pembentukan warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab itu sungguh suatu tugas yang tidak mudah,
dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang berjiwa demokratis dan memiliki
5. Berjiwa nasional, artinya pendidikan nasional tidak dapat diberikan oleh
orang-orang a-nasional, tetapi guru harus berjiwa nasional untuk mendidik anak-anak,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Di samping syarat-syarat tersebut di atas, masih banyak lagi syarat lain
yang harus dimiliki oleh guru jika menghendaki tugas atau pekerjaannya sebagai
guru mendatangkan hasil yang lebih baik. Ada beberapa syarat guru di sekolah,
yaitu :
1. Adil
2. Percaya diri
3. Sabar dan rela berkorban
4. Memiliki perbawa (gejag) terhadap anak-anak
5. Penggembira
6. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
7. Bersikap baik terhadap masyarakat
8. Benar-benar menguasai materi
9. Menyukai mata pelajaran yang diajarkan
10. Berpengetahuan luas.38
Dalam system pengajaran masa depan yang ditingkatkan dengan bantuan
teknologi computer, maka peran seorang guru tidak lagi terbatas pada
mengajarkan keahliannya saja, tetapi guru dapat membantu para peserta didik
yang menghadapi masalah spesifik yang membutuhkan bimbingan individual.
Pada masa sekarang ini dan masa akan dating guru yang diperlukan adalah guru
38
yang kreatif dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan oaring lain terutama
peserta didik dan yang mempunyai kompetensi-kompetensi inti dan
kemampuan-kemampuan khusus untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar secara
baik dan bertanggung jawab.
Jadi peranan seorang guru akan berubah dari “yang bertanggung jawab”
menjadi “pembimbing sekaligus penasehat”. Oleh sebab itu system pendidikan
tidak dapat lagi membentuk seseorang dengan langkah-langkah yang distandarkan
sekaligus menindas seperti dulu. Walaupun kecanggihan teknologi dapat
memberdayakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dasar sendiri, seorang
guru hendaknya memperhatikan kebutuhan peserta didik tersebut dan
membimbingnya untuk meraih kemajuan sesuai dengan kecepatan belajarnya
sendiri. Guru diibaratkan sebagai pembimbing dalam suatu perjalanan (journey)
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan tersebut.39 Dan semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama
yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam
setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan
tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas
maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan, setiap perjalanan tentu
memiliki tujuan. Menurut Mulyasa bahwa guru sebagai pembimbing perjalanan
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal, yaitu :
39
1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
3. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4. Guru harus melaksanakan penilaian.40
Pada proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Karena latihan seorang peserta didik tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi yang dikembangkan. Oleh sebab itu, guru
berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik.
Belajar adalah sangat pribadi, maka dalam penerusan pengetahuan yang
sederhana dan murni, misalnya kemajuan teknologi dapat mencapai konsistensi
dan objektifitas dan bahkan dapat mengendalikan hal-hal seperti kecepatan
pembelajaran, tetapi dalam soal-soal yang lebih kompleks dan factor-faktor
pribadi, sang guru tetap saja tidak tergantikan. “Seorang guru harus meneruskan
jalan moral untuk mempersiapkan seorang siswa dan membantunya untuk
memecahkan berbagai masalah”.41 Oleh sebab itu seorang guru seharusnya
melakukan hal-hal yang jauh lebih penting selain meneruskan pengetahuan. Ini
mencakup membimbing peserta didik dalam soal moralitas, pengembangan diri,
bergaul dengan sesame, menangani berbagai urusan dan mengembangkan diri
mereka, simpati, keadilan dan kasih untuk menjadi seorang guru yang
professional.
40
Ibid
41
Pada masyarakat sekarang ini, kebanyakan orang tua mungkin tidak lebih
beberapa menit setiap harinya melihat anak-anak mereka, malah anak-anak
mereka lebih banyak melewatkan waktunya bersama guru mereka. Oleh sebab itu
kata-kata dan perbuatan sang guru bisa ditiru oleh anak didik. Secara sadar
ataupun tidak, guru dapat mempengaruhi anak. Tetapi sekarang fungsi seorang
guru hanya menjadi penerus pengetahuan semata. Meneruskan pengetahuan
tentunya bukan hal terpenting dalam kehidupan ini, karena dalam mendidik
anak-anak jika hanya menekankan kemampuan intelektual dan kognitifnya, masyarakat
sekitarnya akan menekankan prinsip-prinsip yang murni, mementingkan manfaat,
menciptakan banyak perbedaan dalam hubungan-hubungan pribadi. Tetapi guru
juga harus mengembangkan pendidikan dalam kasih dan belas kasih atau lebih
seimbang antara kemampuan intelektual dan kemampuan emosional.
Pengajaran yang distandarkan sekarang ini memaksa setiap peserta didik
ke dalam cetakan yang sama, padahal talenta dan kemampuan masing-masing
siswa itu berbeda-beda. Jika semua orang dipaksa belajar menurut model yang
tetap, maka dampak yang ditimbulkan adalah :
1. Peserta didik kehilangan minat sama sekali dalam belajar dan putus sekolah.
2. Peserta didik mungkin pada mulanya kreatif, tetapi kreatifitasnya secara
bertahap akan menurun akibat model pembelajaran yang tetap dan kaku.
Banyak orang hanya sadar bahwa reformasi pendidikan itu akan
menyelamatkan siswa yang kurang dan putus sekolah. Padahal peserta didik yang
pintar dan kreatifpun juga merasakan akibat dari sistem pendidikan yang
beruntung, yang terinspirasi melainkan dapat diterapkan terhadap kehidupan yang
biasa. Guru dengan segala upaya merangsang otak para peserta didik dengan cara
mengajar atau mentransfer ilmu tetapi seorang guru juga harus memberi waktu
luang untuk sendirian bagi peserta didiknya.42 Karena dengan waktu luanglah
pikiran sang anak bisa meluas dan imajinasinya bisa berkembang tak terhalang.
Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik.43
Oleh karena guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan
membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang
diharapkan dapat membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. Guru
dalam melaksanakan tugasnya dihadapkan pada pilihan:
1. Cara bertindak yang paling tepat
2. Bahan belajar yang paling sesuai
3. Metode penyajian yang paling efektif
4. Alat bantu yang paling cocok
5. Langkah-langkah yang paling efisien
6. Sumber belajar yang paling lengkap
7. Sistem evaluasi yang paling tepat.44
Guru menjadi seorang instruktur yang baik dalam upaya peserta didik
untuk belajar, dengan lembut menarik kembali peserta didik yang menyimpang
42
Ibid
43
Syaiful Damaroh,Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Banjar Masin: Rhineka Cipta, 1997),h.36
44
dari jalurnya dan membantu mereka berkembang secara mental maupun
emosional untuk mengatasi situasi-situasi yang berbeda. Seorang guru hendaknya
mampu merangsang potensi kreatif peserta didiknya dan seorang guru pun harus
kreatif untuk reformasi pendidikan lebih luas.
3. Aktivitas dan Tugas Seorang Guru
Aktivitas guru menurut Etty Kartikawati adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang administrasi kurikulum, diantaranya:
a. Menyusun program megajar sesuai GBPP
b. Menyusun model satuan pelajaran beserta pembagian waktunya
c. Menyusun dan merencanakan program evaluasi
d. Memberikan bimbingan belajar kepada pesera didiknya.
2. Dalam bidang administrasi murid, diantaranya :
a. Menjadi panitia penerimaan murid baru
b. Mempertimbangkan syarat kenaikan kelas atau kelulusan
c. Menyusun tata tertib sekolah
d. Membantu mengawasi dan membimbing organisasi murid
e. Berpartisipasi dalam upacara kegiatan sekolah
3. Dalam bidang administrasi sarana pendidikan, diantaranya:
a. Inventarisasi alat peraga dalam bidang studi masing-masing
b. Merencanakan dan mengusahakan buku pegangan baik untuk guru
maupun murid
4. Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat:
a. Pengabdian masyarakat, misalnya memberikan ceramah, ikut membina
karang taruna, bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
b. Duduk bersama dalam kepanitian tertentu
c. Ikut rapat dalam BP3/ komite orang tua peserta didik
d. Ikut menjaga dan mempertahankan nama baik sekolah.45
Menurut Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa “faktor terpenting bagi
seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya ataukah
akan menjadi penghancur dan perusak”.46
Kemampuan terpenting seorang guru adalah mampu berkomunikasi
dengan peserta didiknya. Seperti halnya pimpinan perusahaan atau pemimpin
pemerintahan, keterampilan terpenting adalah mampu berkomunikasi dengan
orang pada umumnya. Ketika teknologi semakin maju dalam dunia pendidikan,
peran seorang guru untuk meneruskan pengetahuan menurun. Karena kebanyakan
peserta didik mendapatkan pengetahuan dari informasi teknologi tersebut. Para
guru yang dapat bertahan adalah mereka yang dapat memahami teknologi dan
berkomunikasi dengen peserta didiknya.47 agar dapat memberikan layanan yang
memuaskan bagi masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan
45
Etty Kartikawati dan Willem Lusikooy,Profesi Keguruan,(Jakarta: UT Pres, 1994), h.106-107.
46
Zakiyah Daradjat,Kepribadian Guru,(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.16.
47
dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini
peserta didik dan orang tuanya.
Tugas seorang guru juga meliputi pemberian kasih sayang kepada peserta
didiknya sebagai pengganti kasih sayang orang tuanya di rumah. M.I Soelaeman
menyatakan bahwa “harapan mereka begitu tinggi dapat dipahami, karena guru di
sekolah dipandang sebagai pengganti orang tua, penjaga, pelindung dan pengasuh
anak, penyambung lidah dan tangan orang tua.48
Jadi seorang guru tidak hanya memiliki tugas untuk membimbing anak
sebagai anak didik, melainkan juga harus mencurahkan kasih sayangnya kepada
anak didik selayaknya anak mereka sendiri dengan penuh perhatian, kasih sayang
dan memberikan penghargaan yang dapat membesarkan jiwa anak.
Keinginan dan permintaan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
dan teknologi. Oleh karena itu guru dituntut untuk secara terus-menerus
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mutu layanan.
Guru dengan profesinya tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat
profesinya bila guru tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan
keterampilannya. Karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu
selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Guru saat ini dan guru masa depan hendaknya melengkapi diri dengan
keterampilan menggunakan alat teknologi modern, seperti bangsa komputer dan
48
yang lainnya sebagai alat bantu, karena ini dapat membantu mencapai dua kali
lipat dengan upaya separuhnya. Oleh karena semakin diandalkannya teknologi
dalam bidang pendidikan, seorang guru yang tidak memiliki kemampuan
bert