• Tidak ada hasil yang ditemukan

: MUHAMMAD RIZKI AZMIDILLAH NPM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": MUHAMMAD RIZKI AZMIDILLAH NPM."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN

METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP

PERILAKU CUCI TANGAN DI SDN SUNGAI

BAHADANGAN KECAMATAN BANJANG

KABUPATEN HSU

MANUSKRIPS

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI AZMIDILLAH NPM. 13142011013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FALKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN BANJARMASIN, 2017

(2)

2

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN

METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP

PERILAKU CUCI TANGAN DI SDN SUNGAI

BAHADANGAN KECAMATAN BANJANG

KABUPATEN HSU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI AZMIDILLAH NPM. 13142011013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FALKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN BANJARMASIN, 2017

(3)

1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTERASI DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN DI SDN SUNGAI BAHADANGAN KECAMATAN

BANJANG KABUPATEN HSU

Muhammad Rizki Azmidillah*, Hairyadi**, Agus Rahmadi*** Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan

Email : muhriz@hotmail.com

Abstrak

Hand washing is one indicator of PHBS school, but based on Rekesdas data hand washing behavior in elementary school children in HSU precisely city of Amuntai very low therefore researcher interested to give influence of health education by lecture method and media leaflet.

The purpose of research to determine the influence of health education before and after being given health education by the method of lectures and media leaflets on children SDN Sungai Bahadangan Kec. Banjang Kab. HSU

The research method used pre-pascates design in one group (One-group pre-post test design), Sample of 6th Grade Student's research, 36 samples, Sampling with total sampling technique, Data collected through Questionnaire and Observation, analyzed using Test statistic test Wilcoxon sign rank test with a 0.05 significance margin.

The results obtained statistical test results wilcoxon sign rank test 0,000 < 0.05 then Ho hypothesis is rejected so there are differences before and after health education by lecture methods and media leaflets.

Keywords: Health Education, PHBS, Handwashing, Behavior, Lecture Method, Media Leaflet.

(4)

2 Cuci tangan merupakan salah satu indikator PHBS sekolah, namun berdasarkan data Rekesdas perilaku cuci tangan pada anak sekolah dasar di HSU tepatnya kota Amuntai sangat rendah oleh karena itu peneliti tertarik memberikan pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan media leaflet.

Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan media leaflet pada anak SDN Sungai Bahadangan Kec. Banjang Kab. HSU

Metode penelitian mengunakan Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-group pra – post test design), Sample penelitian anak kelas 6 yang Berjumlah 36 orang, Pengambilan sampel dengan tehnik Total sampling, Data dikumpulkan melalui kuesioner dan Observasi, dianalisis menggunakan uji statistic Uji wilcoxon sign rank test dengan batas kemaknaan 0,05.

Hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik wilcoxon sign rank test 0,000 < 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dengan demikian terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan media leaflet.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, PHBS, Cuci Tangan, Perilaku, Metode Ceramah, Media Leaflet.

1. Pendahuluan

Cuci tangan dengan meng-gunakan sabun terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah penyebaran penyakit - penyakit menular seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Flu Burung (Depkes, 2011).

Seperti yang kita ketahui manfaat cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi tangan meng-gunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan

pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung (menggunakan permukaan – permukaan lain seperti handuk, gelas,dll). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang ataupun ciran tubuh lainya seperti ingus dan makanan/ minuman yang terkontaminasi saat tidak cuci tangan dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus dan parasite pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan (Kemenkes RI,2014).

(5)

3 Faktor-faktor yang mem - pengaruhi

kemampuan anak mencuci tangan yaitu Faktor predisposisi yang memotivasi seseorang untuk melakukan cuci tangan pakai sabun yang meliputi pengetahuan, tradisi, sistem nilai yang dianut masyarakat. Pengetahuan yang baik dan pengalaman yang didapatkan dari lingkungan sekitar akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih seperti cuci tangan pakai sabun, faktor yang mendukung timbulnya kemampuan anak untuk mencuci tangan pakai sabun yaitu berupa dukungan dalam bentuk lingkungan fisik seperti sarana dan prasarana pendukung. Untuk merubah kemampuan anak mencuci tangan pakai sabun juga diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat dan petugas kesehatan (Yuhanna, Bella Vicky, 2010). Mencuci tangan dengan benar mulai diajarkan saat anak sudah banyak bermain, dan makanannya sudah bervariasi. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat, dan membentuk kebiasaan hidup sehat (Fitriani, S, 2011). Dengan memberikan pendidikan kesehatan maka dapat meningkatkan pengetahuan anak dan dapat mempengaruhi perilaku anak mencuci tangan dengan benar (Apriany, Dyna, 2012).Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan antara lain metode ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, panel, bermain peran, demonstrasi, symposium, dan seminar. Dimana

masing – masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan (Notoatmodjo, 2011).

Metode ceramah menurut Wina Sanjaya (2006) dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Umumnya dalam proses-proses promosi atau pendidikan kesehatan tidak secara langsung disampaikan melainkan meng-gunakan bantuan media (Notoatmodjo, 2011). Salah satu media promosi kesehatan adalah leaflet yaitu bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau kombinasi (Maulana, 2009).

Perilaku mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, setiapkali tangan kotor (antara lain setelah memegang uang, binatang, berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi / anak, setelah menggunakan pestisida / insektisida, dan sebelum menyusui bayi. Rikesdas (2013) menyebutkan rerata nasional proporsi perilaku cuci tangan secara benar sebesar 47,0 persen dan lima provinsi terendah adalah Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%).

dari laporan hasil Rikesdas di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009 di dapatkan data ada 3 kabupaten dari jumlah 11 kabupaten

(6)

4 dan 2 kota dengan berperilaku benar

cuci tangan terendah adalah Tapin (4,3%), HSU (7,3%), dan HST (8%). Dan dari Hasil studi pendahuluan kepada 10 orang anak kelas kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang didapatkan hasil sebanyak 7 orang (70%) mengatakan selama ini setelah buang air ataupun buang air besar tidak mencuci tangan dengan benar hanya menggunakan air biasa yang mereka anggap cukup bersih dan 3 orang lainnya (30%) setelah buang air ataupun buang air besar mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air mrngalir. 2. Metode Penelitian

Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One – group pra – post test design) Ciri tipe penelitian ini adalah mengung kapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. (Nursalam, 2015). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmojo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah Anak dari SDN Sungai bahadangan kelas 6A dan 6B yang berjumlah 36 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Kriteria dalam pengambilan sampel sebagai berikut:

Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Yang termasuk dalam kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Semua anak murid kelas 6A dan 6B di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

b. Bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria iksklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah: a. Responden yang tidak berada di tempat saat dilakukan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU, Waktu penelitian dimulai sejak pengajuan judul kekomite skripsi yaitu pada bulan 29 November 2016 sampai waktu pengumpulan naskah skripsi yaitu pada bulan 01 Juli 2017.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner dan lembar observasi berbentuk ChekList,

Analisis Univariat ini dilakukan tiap variabel penelitian. Analisis ini hanya menjelaskan distribusi frekuensi dan persentasi perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengguanakan ceramah dan leafleat. Analisa bivariat dilaksanakan untuk menguji pe-ngaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan

(7)

5 leaflet terhadap perilaku cuci tangan

di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. Analaisa bivariate dalam penelitian ini dilakukan melalui uji Wilcoxon. Uji wilcoxon sign rank test merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua sampel indepen yang berpasangan atau berkaitan. Uji ini untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Analisa ini dilakukan dengan bantuan perangkat computer dengan menggunakan tinggkat kepercayaan 95%. Interpretasi hasil penelitian yaitu:

a. Jika p ≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

b. Jika p > 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

3. Hasil Penelitian

Berdasrkan hasil penelitian di dapatkan data karakteristik, perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.

a. Umur Responden

Tabel 3.1

Frekuensi umur responden

No. Umur Frekuensi(n) Presentase (%)

1 12 Tahun 24 66.67

2 13 Tahun 11 30.56

3 15 Tahun 1 2.78

Jumlah 36 100

Tabel 3.1 menunjukan bahwa responden kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU sebagian besar berumur 12 tahun sebanyak 24 orang (66,67%), 13 tahun sebanyak 11 orang (30,56%), dan 15 tahun sebanyak 1 orang (2,78%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 3.2

Frekuensi jenis kelamin responden

No Jenis Kelamin Frekuensi(n) Presentase (%)

1 Laki – laki 8 22.22

2 Perempuan 28 77.78

Jumlah 36 100

Tabel 3.2 menunjukan bahwa responden di di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU sebagian besar adalah perempuan sebanyak 28 orang (77,78%) dan laki – laki sebanyak 8 orang (22,22%)

(8)

6 Analisa Univariat

Sebelum Pendidikan Kesehatan dengan metode ceramah dan media leaflet di ukur perilaku (pengetahuan dan motorik) responden:

Tabel 3.3

Frekuensi Perilaku (Pengetahuan) Tentang Mencuci Tangan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Ceramah Dan Leaflet Pada Anak Kelas 6

Di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. No. Perilaku Frekuensi(n) Persentase (%)

1 Kurang Baik 2 5,6

2 Baik 34 94,4

Jumlah 36 100

Tabel 3.3 menunjukan bahwa responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media Ceramah dan leaflet hampir semua memiliki perilaku (pengetahuan) baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 34 orang atau sebesar (94,4%) dan hanya 2 orang yang memiliki perilaku kurang baik atau sebesar (5,6%).

Tabel 3.4

Observasi Perilaku (Motorik) Tentang Mencuci Tangan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Ceramah Dan Leaflet Pada Anak Kelas 6 Di SDN

Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. No. Perilaku Frekuensi(n) Persentase (%)

1 Langkah Cuci Tangan Tidak Benar 28 77.8 2 Langkah Cuci Tangan Benar 8 22.2 Jumlah 36 100

Tabel 4.7 menunjukan bahwa observasi responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet sebagian besar semua memiliki perilaku (motorik) langkah cuci tangan tidak benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki perilaku langkah cuci tangan benar atau sebesar (22,2%).

Perilaku tentang mencuci tangan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan ceramah dan leaflet:

Tabel 3.5

Frekuensi Perilaku (Pengetahuan) Tentang Mencuci Tangan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Ceramah Dan Leaflet Pada Anak Kelas 6

Di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. No. Perilaku Frekuensi(n) Persentase (%)

(9)

7

2 Baik 36 100

Jumlah 36 100

Tabel 3.5 menunjukan bahwa responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet semua responden memiliki perilaku (pengetahuan) baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 36 orang atau sebesar (100%).

Tabel 3.6

Frekuensi Observasi Perilaku (Motorik) Tentang Mencuci Tangan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Ceramah Dan Leaflet Pada Anak Kelas 6

Di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. No. Perilaku Frekuensi(n) Persentase (%)

1 Langkah Cuci Tangan Tidak Benar

8 22.2

2 Langkah Cuci Tangan Benar

28 77.8

Jumlah 36 100

Tabel 3.6 menunjukan bahwa observasi responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media Ceramah dan leaflet sebagian besar semua memiliki perilaku (motorik) langkah cuci tangan benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau (77,8%) dan yang memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar 8 orang atau sebesar (22,2%).

Analisa Bivariat

Analisis bivariate dalam penelitian ini dengan menggunakan instrumen questioner perilaku (pengetahuan) dan observasi perilaku (motorik) yaitu pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet terhadap perilaku tentang mencuci tangan pada anak SDN Sunagai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU dapat dilihat sebagai berikut:

Berdasarkan hasil dengan meng-gunakan instrumen questioner perilaku (pengetahuan) dan di analisis dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z -1.414 dengan nilai probabilitas 0,157. Oleh karena nilai probabilitas 0,157 > 0,05 maka hipotesis Ho diterima.

Dengan demikian tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media ceramah dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan pada anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

Dan berdasarkan hasil dengan menggunakan instrumen observasi perilaku (motorik) dan di analisis dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z -4.082 dengan nilai probabilitas 0,000. Oleh karena nilai probabilitas 0,000 < 0,05 maka hipotesis Ho ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media ceramah dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan pada anak kelas 6 di SDN

(10)

8 Sungai Bahadangan Kecamatan

Banjang Kabupaten HSU. 4. Pembahasan

a. Perilaku (Pengetahuan dan Motorik) tentang mencuci tangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan ceramah dan leaflet.

Hasil penelitian ini didapatkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan ceramah dan leaflet hampir semua anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU memiliki perilaku baik tentang cuci tangan yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar (94,4%) dan hanya 2 orang yang memiliki perilaku kurang baik atau sebesar (5,6%) ini diukur menggunakan instirumen questioner, berdasarkan questionel hal ini menunjukan bahwa sebagian besar anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU mengetahui cara perilaku cuci tangan yang baik berdasarkan waktu cuci tangan atau kebiasannya cuci tangan dan hanya 2 orang atau sebesar (5,6%) yang kurang atau tidak mengetahui cara perilaku cuci tangan yang baik. Namun setelah diobservasi lebih lanjut didaptkan hasil yang berbeda yaitu responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki

perilaku langkah cuci tangan benar atau sebesar (22,2%).

Disini dapat disimpulkan bahwa responden atau anak kelas 6 tersebut mengetahui bahwa cuci tangan itu penting dilakukan namun mereka malas mengerjakan cuci tangan dengan benar sehingga sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki perilaku langkah cuci tangan benar atau sebesar (22,2%).

Menurut Maryunani Anik (2013) Faktor perilaku dan non perilaku fisik. Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Bentuk respons perilaku ada dua yaitu, Bentuk pasif (respons internal) terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon ini terbatas pada petersebu, presepsi, pengetahuan, atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut Misalnya: berpikir, tanggapan, atau sikap batin, pengetahuan, mengetahui bahaya merokok tetapi dia masih merokok, dan mahasiswa mengetahui belajar untuk keberhasilan kuliahnya. Perilakunya masih terselubung (covert behaviour) dan Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat di observasi secara langsung. Oleh karena itu Perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata. Misalnya: membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti merokok, dan selalu memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil (overt behaviour).

(11)

9 Dari pendapat Maryunani Anik

(2013) Faktor perilaku dan non perilaku fisik. Secara operasional. Dapat dikatakan bahwa responden atau anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU memiliki perilaku bentuk terselubung (covert behaviour) karena mereka mengetahui cara perilaku cuci tangan yang baik namun mereka tidak mengerjakan cara perilaku cuci tangan yang baik dengan langkah cuci tangan yang tidak benar.

b. Perilaku (Pengetahuan dan Motorik) tentang mencuci tangan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan ceramah dan leaflet

Hasil penelitian ini didapatkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan ceramah dan leaflet semua anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU memiliki perilaku baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 36 orang atau sebesar (100%). Hal ini di ukur menggunakan questioner dan mendapatkan hasil yang menunjukan bahwa semua responden sudah mengetahui mengenai cara perilaku cuci tangan yang baik dan benar, pentingnya cuci tangan, waktu cuci tangan, dan dampak tidak mencuci tangan.

Perilaku responden menurut pentingnya cuci tangan seluruh anak mengetahui pentingnya mencuci tangan adalah membersihkan tangan menggunakan air mengalir dengan sabun, merupakan hal yang bermanfaat dan salah satu cara mencegah penyakit selain itu seluruh anak juga melakukan cuci tangan

yang dapat diartikan menggosok tangan dengan sabun di seluruh telapak tangan dengan 5 langkah cuci tangan dan kemudian dibilas dengan air yang mengalir.

Perilaku responden menurut waktu cuci tangan disini seluruh anak kelas 6 sudah mengetahui dan melakukan cuci tangan sangat baik dilakukan pada saat sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar, setelah menggunakan toilet, Setelah menyentuh sampah atau setelah menyentuh binatang.

Perilaku responden menurut dampak cuci tangan semua anak kelas 6 sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan sudah mengetahui dampak tidak mencuci tangan yang dapat menyebabkan kecacingan, penyakit batuk pilek (ISPA), dan lain-lain dapat dicegah dengan melakukan perilaku cuci tangan dengan baik dan benar.

Dan dilakukan observasi untuk menunjukan bahwa observasi responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet memiliki perubahan dan ternyata benar sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau (77,8%) dan yang memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar 8 orang atau sebesar (22,2%).

Disini dapat disimpulkan bahwa responden atau anak kelas 6 tersebut mengetahui bahwa cuci tangan itu penting dilakukan dan mereka

(12)

10 mengerjakan cuci tangan dengan

benar sehingga sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar atau sebesar (22,2%).

Perilaku merupakan suatu hal yang dikerjakan orang berdasarkan kebiasaan seseorang terhadap sesuatu yang dilakukan misal seseorang merokok dia mengetahui rokok itu berbahaya buat kesehatan tapi dia tetap merokok hal ini disebut perilaku terselubung (covert behaviour) Maryunani Anik (2013). Sama halnya dengan anak kelas 6 mereka malas melakukan cuci tangan padahal mereka mengetahui manfaat cuci tangan itu sendiri. Tapi perilaku seseorang dapat dirubah melalui pembelajaran yang diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Melalui pembelajaran tersebut maka didaptkan lah pengetahuan yang merupakan suatu pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Maulana, 2014). c. Pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah dan media leaflet terhadap prilaku (pengetahuan dan motorik) cuci tangan di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. Hasil penelitian mendapatkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan media leaflet responden yang memiliki perilaku cuci tangan baik sebanyak 34 orang atau sebesar (94,4%) dan hanya 2 orang yang memiliki perilaku kurang baik atau

sebesar (5,6%) sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media demonsterasi dan leaflet semua responden memiliki perilaku baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 36 orang atau sebesar (100%).

Dan dari hasil observasi sebelum responden diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki perilaku langkah cuci tangan benar atau sebesar (22,2%). Sedangkan observasi responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet sebagian besar semua memiliki perilaku langkah cuci tangan benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau (77,8%) dan yang memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar 8 orang atau sebesar (22,2%).

Analisa statistik menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU. Pemberian pengetahuan yang disampaikan melalui pendidikan kesehatan membawa dampak positif pada anak kelas 6 di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan juga peningkatan dari perilaku responden

(13)

11 dari perilaku malas cuci tangan

langkah cuci tangan tidak benar menjadi berubah atau meningkat menjadi melakukan cuci tangan langkah cuci tangan benar, sehingga dengan dilakukannya pendidikan kesehatan diperkuat dengan praktek secara langsung dihadapan siswa maka akan lebih menarik untuk siswa yang tentunya dapat meningkatkan pemahamannya. Penelitian ini juga diperkuat dengan adanya pembagian leaflet karena anak dapat mengetahui dan membaca kembali apa yang telah dijelaskan.

Hal ini terbukti bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media ceramah dan leaflet tentang cuci tangan cukup efiktif dan efisien serta dapat memberikan pengaruh untuk meningkatkan perilaku yang dari malas menjadi berubah atau meningkat menjadi melakukan cuci tangan dengan waktu yang cukup singkat, selain itu pengemasan materi yang menarik, cara penyampaian materi dan bahasa penyampaian yang di sesuaikan dengan tingkat pendidikan, umur responden berpengaruh terhadap peningkatan perilaku responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

Menurut Maulana (2014) pendidikan kesehatan berusaha membantu oerang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai tujuan mereka sendiri. Pendidikan kesehatan merupakan faktor yang sangat penting. Pendidikan kesehatan mengacu pada setiap gabungan

pengalaman belajar yang dipolakan untuk memudahkan penyesuaian-penyesuaian perilaku secara sukarela yang memperbaiki kesehatan individu, dalam hal ini perilaku anak sekolah dasar.

Kelebihan metode ceramah mempunyai kelebihan antara lain lebih ekonomis dikarenakan dapat menampung jumlah pendengar yang banyak, dapat meningkatkan motivasi bagi yang mendengarjan, pengantar untuk masuk ke metode lain, cocok untuk semua kalangan baik yang berpendidikan tinggi maupun rendah, langkah-langkah dalam metode ceramah adalah rumuskan intruksional, pastikan sesuai untuk topik, susun bahan ceramah, sampaikan, evaluasi.

Kegunaan leaflet antara lain mengingatkan kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan, diberikan sewaktu kempanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan dan untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak (Mubarak,2011)

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adi Permana (2015) yaitu pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan demonsterasi terhadap pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun pada anak di SDN SN Pasar Lama 1 Banjarmasin. Hasil penelitian tersebut ada pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang cuci tangan terhadap pengetahuan siswa di SDN SN Pasar Lama 1 Banjarmasin tentang mencuci tangan (p = 0,000 < α = 0,05).

(14)

12 5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

a. Pegetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan Perilaku (Pe-ngetahuan) baik tentang cuci tangan yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar (94,4%) dan hanya 2 orang yang memiliki perilaku kurang baik atau sebesar (5,6%) b. Observasi Motorik Sebelum

Pendidikan Kesehatan Perilaku (Motorik) cuci tangan TIDAK benar dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 28 orang atau sebesar (77,8%) dan hanya 8 orang yang memiliki perilaku langkah cuci tangan benar atau sebesar (22,2%).

c. Pegetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan Perilaku (Pe- ngetahuan) baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 36 orang atau sebesar (100%). d. Observasi Motorik Sesudah

Pendidikan Kesehatan Perilaku (Motorik) mencuci tangan dengan BENAR yaitu sebesar 28 orang atau (77,8%) dan yang memiliki perilaku langkah cuci tangan tidak benar 8 orang atau sebesar (22,2%).

e. Pengaruh pedidikan kesehatan dengan metode ceramah dan leaflet sebelum diberikan pendidikan kesehatan meng-gunakan media demonsterasi dan leaflet hampir semua anak mengetahui cara perilaku (pengetahuan) cuci tangan dan di analisis dengan Wilcoxon

diperoleh nilai Z -1.414 dengan nilai probabilitas 0,157. Oleh karena nilai probabilitas 0,157 > 0,05 maka hipotesis Ho diterima.

f. Pengaruh pedidikan kesehatan dengan metode ceramah dan leaflet sesudah diberikan pendidikan kesehatan meng-gunakan media demonsterasi dan leaflet semuanya mengetahui cara perilaku (motorik) dan di analisis dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z -4.082 dengan nilai probabilitas 0,000. Oleh karena nilai probabilitas 0,000 < 0,05 maka hipotesis Ho ditolak.

g. Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengunakan media ceramah dan leaflet. Tidak ada perbedaan perilaku (pengetahuan) namun ada perbedaan dari perilaku (motorik) cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan media leaflet terdapat perubahan menjadi lebih baik.

6. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat disarankan:

a. Bagi SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU

Perlunya melakukan kerjasama kepada intansi kesehatan terdekat (puskesmas) untuk mengadakan pendidikan kesehatan kepada anak mengenai cuci tangan secara berkala dan diusaha bukan hanya mendidik saja tapi ditanamkan kepada anak agar mencuci tangan menjadi perilaku anak yang tak bisa terpisahkan.

b. Bagi Anak SD

Anak SD lebih meningkatkan pengetahuan atau informasi mengenai cuci tangan misalnya

(15)

13 bertanya pada guru ataupun

petugas kesehatan

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Hasil penelitian ini disarankan dapat menjadi acuan dalam memberikan pendidikan kesehat- an kepada anak sekolah dasar

pada saat praktek keperawatan komunitas.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai perilaku cuci tangan dengan menggunakan metode lainnya seperti spanduk dan lainnya.

Daftar Rujukan

Adi Permana. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Demonsterasi Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan pada anak di SDN SN Pasar Lama 1 Banjarmasin: Banjarmasin: Arsip Skripsi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Apriyani, Dyna. 2012. Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Anak Usia 4-5 Tahun. The Soedirman Journal Of Nursing.

Depkes RI. 2011. Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit.

http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 3 Desember 2016. Kementerian Kesehatan, RI 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan

RI Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Maryunani Anik, 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: CV.Trans Info Media.

Maulana D. J. Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Maulana. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Mubarak, W. I. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi

4. Jakarta: Salemba Medika.

Riskesdas, 2009. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Provensi Kalimantan Selatan Tahun 2007. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Wina Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan.

(16)

14 Yuhanna, Bella Vicky.2010. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah di SDN Jimbaran 01 Kacamatan Kayen Kabupaten Pati. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Semarang.

*Muhammad Rizki Azmidillah. Mahasiswa S.1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

**Hiryadi, Ns.,M.Kep.,Sp.Kom. Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin ***Agus Rahmadi, S.Pd,A.Kep.,M.Si.Med. Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin

Gambar

Tabel 3.3 menunjukan bahwa responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan  menggunakan media Ceramah dan leaflet hampir semua memiliki perilaku  (pengetahuan) baik dalam perilaku mencuci tangan yaitu sebesar 34 orang atau  sebesar (94,4%) dan hanya 2 ora
Tabel 3.5 menunjukan bahwa responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan  menggunakan  media  ceramah  dan  leaflet  semua  responden  memiliki  perilaku  (pengetahuan)  baik  dalam  perilaku  mencuci  tangan  yaitu  sebesar  36  orang  atau  sebesar (1

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diketahui Peran Pasraman Sebagai wahana Penguatan Karakter Gemar Membaca Pada Anak di Desa Mulya Sari Kecamatan Negeri Agung masuk kategori cukup berperan.Hal

[r]

Pada hari ini, Jumat tanggal 17 Februari 20L2, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 186 Tahun 2012 tanggal 14 Februari2OL2, dosen

Gejala dari penyakit mulut dapat berupa rasa sakit, infeksi dan terganggunya fungsi mengunyah yang dapat menurunkan kualitas hidup pada lansia (Carranza, 2009). Tindakan awal yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek perhatian pada dimensi efektifitas iklan memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan niat beli konsumen, sedangkan citra toko online

Unit amatan dalam penelitian ini adalah iklan M-150 versi “ Everybody Can Be A Hero ”, dan unit analisa dalam penelitian ini adalah citra iklan yang muncul dari

Kemudian dari perhitungan dengan sudut keruntuhan α = φ , angka keamanan yang didapat untuk guling adalah 0,9; sedangkan angka keamanan untuk geser dan daya dukung tanah dasar

Dengan demikian, wisata minat khusus merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang memperhatikan keberlangsungan