• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Ultrasonografi Korpus Luteum

Gambaran ultrasonografi setelah diinduksi estrus difokuskan pada regresi korpus luteum (Gambar 4), dimana terdapat korpus luteum yang bersifat

hyperechoic pada hari ke-2 setelah pemberian PGF2α (H2) dan hypoechoic pada hari ke-3 setelah pemberian PGF2α (H3). Korpus luteum terbentuk dari sel-sel luteal yang mengisi ruang folikel setelah ovulasi, sel-sel luteal ini berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron (Johnson dan Everitt 1995). Korpus luteum mengalami regresi dari hari ke-0 (H0) sampai hari ke-2 (H2) dengan diameter 2,2 cm menjadi 1,1 cm setelah pemberian PGF2α mengakibatkan gambaran ultrasonografi korpus luteum bersifat hyperechoic. Gambaran hyperechoic

disebabkan oleh matinya sel-sel luteal yang kemudian membentuk jaringan ikat, matinya sel-sel luteal menyebabkan terjadi penurunan kadar plasma progesterone (Bergfelt dan Adams 2007). Pada saat ovulasi atau hari ke-3 setelah pemberian PGF2α (H3) terbentuk korpus hemoragikum berdiameter 3,5 cm, dimana korpus hemoragikum memilki kandungan progesteron yang rendah (Hafez dan Hafez

Gambar 4 Gambaran ultrasonografi perubahan korpus luteum (garis putus-putus). Pada hari sebelum pemberian PGF2α (H-1) korpus luteum bersifat hyperechoic dan akan

beregrasi dari hari saat pemberian PGF2α (H0) sampai hari ke-2 setelah

pemberian PGF2α (H2). Pada hari ke-3 setelah pemberian PGF2α (H3) terbentuk

(2)

2000), sedangkan pada hari saat pemberian PGF2α (H0) korpus luteum berdiameter 2,2 cm dan bersifat hyperechoic dengan kadar plasma progesterone yang tinggi karena terbentuknya sel luteal (Bergfelt dan Adams 2007).

Gambaran Ultrasonografi Folikel

Gambaran ultrasonografi setelah diinduksi ovulasi difokuskan pada perkembangan folikel yang bersifat anechoic. Perkembangan folikel dapat dilihat dari bentuk folikel bulat berdiamter 3,1 cm pada jam ke-0 menjadi bentuk yang tidak bulat atau yang sering disebut pear shape berdiameter 4,8 cm pada jam ke-72 (Gambar 5). Hasil ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kahn (2004) dimana folikel akan bersifat anechoic dengan garis tepi yang merupakan dinding folikel bersifat hypoechoic atau hyperecohoic dan bentuk folikel akan terlihat irregular

saat akan terjadi ovulasi.

Gambar 5 Gambaran ultrasonografi folikel (garis putus-putus) bersifat anechoic,

pertumbuhan folikel terlihat dari perubahan bentuk folikel dari bulat pada 0 jam stelah pemberian hCG menjadi bentuk pear shape pada 72 jam setelah pemberian hCG

(3)

Dinamika Perkembangan Folikel dan Regresi Korpus Luteum Saat Diinduksi Estrus

Pada Onset estrus pada kuda A dan B (Gambar 6) terjadi pada hari pertama, sedangkan Kuda C (Gambar 6) onset estrus pada hari kedua. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Samper (2008) kisaran antara awal pemberian PGF2α sampai dengan onset estrus terjadi pada 48 jam pertama. Akan tetapi hasil ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Estrada dan Samper (2003) yang melaporkan bahwa dengan pengguanaan 7.5 mg PGF2α pada awal hari ke-5 setelah ovulasi akan menyebabkan onset estrus dalam jangka waktu 3-4 hari. Perbedaan onset estrus tersebut dikarenakan konsentrasi PGF2α yang berbeda dan pada penelitian Estrada dan Samper (2003) tersebut dimungkinkan diameter

Gambar 6 Perkembangan folikel dan regresi korpus luteum pada induksi estrus. Onset estrus kuda A dan B pada hari ke-1, sedang kuda C hari ke-2. Ovulasi kuda A terjadi pada hari ke-3, sedang kuda B dan C hari ke-4

(4)

korpus luteum masih besar sehingga regresi korpus luteum akan berlangsung lebih lama.

Pada kuda A dan B onset estrus terjadi saat diameter folikel terbesar dan korpus luteum kuda A 3,3 cm dan 2,1 cm; kuda B 3,4 cm dan 1,3 cm, sedangkan kuda C onset estrus terjadi dengan diameter folikel terbesar 3,5 cm dan korpus luteum 1,4 cm. Berdasarkan data yang diperoleh dari ketiga kuda tersebut didapat rata-rata nilai diameter folikel terbesar dan korpus luteum saat onset estrus yaitu 3,4 cm dan 1,6 cm.

Ovulasi pada kuda A terjadi pada hari ke-3, sedangkan kuda B dan C ovulasi terjadi pada hari ke-4. Hasil penelitian ini dapat diterima berdasarkan hasil pengamatan Bergfelt (2007) dimana ovulasi terjadi 3,7±0,4 hari dengan metode yang sama yaitu sinkronisasi ovulasi yaitu dilakukan sinkronisasi estrus yang kemudian dilanjutkan dengan induksi ovulasi.

Pengamatan tingkah laku estrus

Tabel 2 Hasil teasingscoring pengamatan tingkah laku estrus pada 3 ekor kuda

Kuda

Teasing scores hari ke- setelah pemberian PGF2α

1 2 3 4

A 2 3 4 -

B 2 2 3 4

C 0 2 3 4

Hasil pengamatan estrus berdasarkan scoring pada 3 ekor kuda yang ditunjukkan pada table 2, terlihat onset estrus pada 3 ekor kuda saat score 2. Score

2 ditandai dengan sedikit ada ketertarikan, kadang mendekati pejantan, menunjukkan winked vulva dan mengangkat ekor. Kuda A dan B onset estrus terjadi pada hari ke-1 setelah pemberian PGF2α, sedangkan kuda C pada hari ke-2.

Ovulasi pada kuda A,B dan C terjadi saat score 4 yang ditandai dengan ketertarikan yang kuat, menyodorkan pantat pada jantan, dan winked vulva dan urinasi yang berkelanjutan. Kuda B dan C ovulasi terjadi pada hari ke-4 setelah pemberian PGF2α, sedangkan kuda A pada hari ke-2.

(5)

Gambar 7 Visualisasi scoring tingkah laku estrus. Skor 0 tidak menunjukkan tanda-tanda menerima jantan, bahkan agresif – menyerang, menendang dan meringkik, skor 1 tidak menolak terhadap pejantan, skor 2 sedikit ada ketertarikan, kadang mendekati pejantan, menunjukkan winked vulva (vulva mengedip) dan mengangkat ekor, skor 3 lebih menunjukkan ketertarikan, mengangkat ekor, squatting (berdiri jongkok) dan urinasi dan skor 4 ketertarikan yang kuat, menyodorkan pantat pada jantan dan winked vulva

(6)

Dinamika Perkembangan Folikel dan Regresi Korpus Luteum Setelah Diinduksi Ovulasi

Dinamika ovari pada kuda A (Gambar 8) setelah diinduksi hCG dengan perkembangan diameter folikel preovulasi dari 3,3 cm menjadi 4,7 cm sebelum terjadi ovulasi, sedangkan regresi korpus luteum terlihat dari jam ke-0 sampai jam ke-52 dengan diameter 2,1 cm menjadi 1,2 cm. Dinamika ovari pada kuda B (Gambar 8) setelah diinduksi hCG dengan perkembangan diameter folikel preovulasi dari 3,4 cm menjadi 4,8 cm sebelum terjadi ovulasi, sedangkan regresi korpus luteum terlihat dari jam ke-0 sampai jam ke-72 dengan diameter 1,3 cm menjadi 0,6 cm. Dinamika ovari pada kuda C (Gambar 8) setelah diinduksi hCG dengan perkembangan diameter folikel preovulasi dari 3,2 cm menjadi 3,9 cm sebelum terjadi ovulasi, sedangkan regresi korpus luteum terlihat dari jam ke-0 sampai jam ke-64 dengan diameter 1,8 cm menjadi 0,7 cm.

Gambar 8 Perkembangan folikel dan regresi korpus luteum pada induksi ovulasi. Ovulasi kuda A 52 jam, kuda B 72 jam dan kuda C 64 jam setelah pemberian hCG

(7)

Pertumbuhan folikel setelah pemberian hCG pada kuda A 0,26 mm/jam, kuda B 0,19 mm/jam, dan kuda C 0,01 mm/jam, data ini diperoleh dengan cara menghitung selisih antara diameter folikel yang akan ovulasi dengan diameter folikel pada awal pemberian hCG. Menurut Ivkov (1999) pertumbuhan folikel preovulatori 2,4 mm/hari, sedangkan Kahn (2004) pertumbuhan folikel pada siklus normal kuda antara 2-2,5 mm/hari. Apabila hasil penelitian Kahn tersebut dikonversi menjadi per-jam, maka pertumbuhan folikel 0,08-0,1 mm/jam. Berdasarkan hasil tersebut, maka pemberian hCG akan mempercepat pertumbuhan folikel preovulasi.

Hasil induksi ovulasi kuda A,B dan C sesuai dengan yang dilakukan Estrada dan Samper (2003) dengan pemberian hCG saat diameter folikel terbesar ≥30 mm, maka ovulasi akan terjadi 48-72 jam setelah pemberian. Akan tetapi, menurut Gastal et al. (2006) dengan dosis 1500 IU hCG yang disuntikkan saat diameter folikel terbesar mencapai ≥35 mm akan menyebabkan ovulasi pada 44.0±1.0 jam setelah penyuntikan. Hasil penelitian Gastal et al. (2006) ovulasi terjadi lebih awal dibandingkan penelitian ini, hal ini disebabkan metode pemberian hCG dilakukan saat folikel berukuran ≥35 mm, sedangkan penelitian ini hCG diberikan saat folikel berukuran ≥30 mm.

Data Hasil Pengamatan Sinkronisasi Ovulasi

Tabel 3 Data rata-rata 3 ekor kuda hasil pengamatan sinkronisasi ovulasi

Parameter Rata-rata±SD

Diameter CL (cm)

Awal perlakuan PGF2α 1,9±0,4

Awal perlakuan hCG 1,8±0,5

Saat ovulasi 0,8±0,3

Diamater folikel terbesar (cm)

Awal perlakuan PGF2α 3,0±0,2

Awal perlakuan hCG 3,3±0,1

Saat ovulasi 4,5±0,5

Estrus (hari)

Interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus 1,3±0,6

Durasi estrus 4,0±1,0

Interval mencapai ovulasi

Awal perlakuanPGF2α (hari) 3,2±1,0

(8)

Hasil penelitian sinkronisasi ovulasi yang dilakukan dengan pemberian PGF2α 10 mg intra muskuler dan hCG 1500 IU intra muskuler didapatkan hasil pada tabel 1, dimana rata-rata diameter folikel terbesar dan korpus luteum pada saat awal perlakuan PGF2α sebesar 3,0±0,2 cm dan 1,9±0,4 cm; sedangkan pada saat awal perlakuan hCG sebesar 3,3 ± 0,1 cm dan 1,8±0,5 cm; saat ovulasi sebesar 4,5±0,5 cm dan 0,8±0,3 cm. Berbeda dengan penelitian yang dilaporkan oleh Bergfelt et al. (2007) melaporkan bahwa dalam penelitian yang telah dilakukannya, rata-rata diameter folikel terbesar pada saat awal perlakuan PGF2α sebesar 2,27±0,19 cm, sedangkan pada awal perlakuan hCG sebesar 3,15±0,15 cm, dan rata-rata diameter folikel terbesar maksimal yang dicapai satu hari sebelum ovulasi sebesar 3,65±0,1 cm.

Rata-rata interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus sepanjang 1,3±0,6 hari, sedangkan rata-rata durasi estrus sepanjang 4,0±1,0 hari. Interval mencapai ovulasi dari awal perlakuan PGF2α selama 3,2±1,0 hari, sedangkan dari awal perlakuan hCG 62,7±10,1 jam. Hasil sinkronisasi estrus sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Samper (2008), yang telah dilaporkan bahwa dalam rata-rata onset estrus akan terjadi dalam kurun waktu 3-4 hari setelah perlakuan PGF2α. Ditambahkan bahwa kisaran antara awal perlakuan PGF2α sampai dengan onset estrus dan tercapainya ovulasi dapat berkisar antara 48 jam sampai dengan 12 hari, tergantung dari diameter folikel yang akan ovulasi. Akan tetapi, hasil induksi ovulasi ini kurang sesuai dengan yang dilaporkan oleh Gastal

et al. (2006) bahwa dengan pemberian 1500 IU hCG akan didapatkan interval mencapai ovulasi sepanjang 44,0±1,0 jam. Hal ini disebabkan pemberian hCG pada penelitian Gastal et al. (2006) melalui intravena yang akan memberikan efek lebih cepat daripada intra muskuler.

Hasil sinkronisasi ovulasi pada penelitian ini telah mendapatkan hasil yang diharapkan, dengan cara dilakukan manipulasi hormonal reproduksi untuk mempercepat terjadinya ovulasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya ovulasi pada rata-rata ketiga ekor kuda terjadi 3,2±0,1 hari setelah pemberian PGF2α yang diikuti pemberian hCG saat folikel terbesar berukuran ≥30 mm.

Gambar

Gambar 4  Gambaran ultrasonografi perubahan korpus luteum (garis putus-putus). Pada hari  sebelum  pemberian  PGF 2α   (H-1)  korpus  luteum  bersifat  hyperechoic  dan  akan
Gambar 5  Gambaran ultrasonografi folikel (garis putus-putus) bersifat anechoic,  pertumbuhan folikel terlihat dari perubahan bentuk folikel dari bulat  pada 0 jam stelah pemberian hCG menjadi bentuk  pear shape pada  72 jam setelah pemberian hCG
Gambar  6    Perkembangan  folikel  dan  regresi  korpus  luteum  pada  induksi  estrus
Gambar  7    Visualisasi  scoring  tingkah  laku  estrus.  Skor  0  tidak  menunjukkan  tanda- tanda-tanda  menerima  jantan,  bahkan  agresif  –  menyerang,  menendang  dan  meringkik,  skor  1  tidak  menolak  terhadap  pejantan,  skor  2  sedikit  ada  ketertarikan, kadang mendekati pejantan, menunjukkan winked vulva (vulva  mengedip)  dan  mengangkat  ekor,  skor  3  lebih  menunjukkan  ketertarikan,   mengangkat  ekor,  squatting  (berdiri  jongkok)  dan  urinasi  dan  skor  4  ketertarikan  yang  kuat,  menyodorkan  pantat  pada  jantan  dan  winked  vulva  (vulva mengedip) serta urinasi yang berkelanjutan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil refleksi pada siklus 2 menunjukkan bahwa keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM dalam kaitannya dengan pemilihan metode sudah cukup

Dropship pada dasarnya merupakan jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet, dropshipping adalah penjualan produk yang

Extranet adalah jaringan pribadi yang menggunakan protokol internet, konektifitas jaringan, dan memungkinkan sistem telekomunikasi publik untuk membagi informasi

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

Mengenai hal ini, apa yang telah dilaku- kan oleh pemerintah Iran bisa dijadikan bahan kajian yang tepat, yaitu karena konsekuensi atas pelarangan perkawinan sesama

Selain itu juga telah dilakukan survey pendahuluan dengan cara mewawancarai 3 orang ibu nifas di ruang Eva Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus pada tanggal 10

įrašyta ir Statuto I skyriaus 9 straipsnyje: „visais laikais turi būti išsaugota, kad visi mūsų valdiniai, tiek vargšai, tiek turtingi, kokios bebūtų padėties ar luomo,