• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054Pdt.G2015PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054Pdt.G2015PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl

TENTANG PERMOHONAN NOVASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh : RIFAI RIF’AN

214-12-010

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

F A K U L T A S S Y A R I A H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : RIFAI RIF’AN

NIM : 214-12-010

Jurusan : S1-Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas : Syariah

Menyetakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil

karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalum penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar

pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada :

Yth. Dekan Fakultas Syariah di Salatiga

Assalamualaikum Wr.Wb

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :

Nama : RIFAI RIF’AN NIM : 214-12-010

Judul : Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Nomor Perkara0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi

dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa.

Wassalamualaikum Wr. Wb

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARIAH

Jl. NakulaSadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG PERKARA NOMOR 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl TENTANG

PERMOHONAN NOVASI

DISUSUN OLEH RIFAI RIF’AN

214 -12 -010

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa, tanggal 20 juni 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam

Susunan Dewan Panitia Penguji

Ketua penguji : Drs. Badwan, M. Ag

Sekertaris penguji : Evi Aryani, M.H

Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si.

Penguji II : Lutfiana Zahriani, S.H., M.H.

(5)

MOTTO

Aku akan terus melukis wajah tuhan,

Setelah itu aku akan lenyap.

Tapi apabila tidak dapat kulukis,

Haram bagiku untuk berhenti melukis!

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ayahanda Karsono dan Ibunda Nikmatun

Yang tidak henti-hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan

mendukungku.

Almamaterku Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah IAIN Salatiga

Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

Rakyat pegonesia SKA ‘11

Dan sahabat serta teman-teman yang lain yang senantiasa

memberikan motivasi dan dukungan

(7)

ABSTRAK

Rif’an, Rifai. 2017. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) salatiga. Pembimbing: Evi Aryani, M.H.

Kata kunci: penyelesaian, sengketa, ekonomi syariah, novasi

Banyak masalah sengketa yang terjadi dalam masyarakat tentang sengketa ekonomi. Ada beberapa cara yang bisa dipilih para pihak yang yang membuat perjanjian untuk menyelesaikan masalah sengketa jika terjadi dikemudian hari diantara pihak-pihak tersebut. Diantaranya untuk menyelesaikan sengketa tersebut adalah: litigasi, dan non-litigasi. Litigasi adalah melalui pengadilan dan non-litigasi adalah melalui Badan Arbritasi Nasional (BANI) atau Badan Arbritase Syariah Nasional (BASYARNAS). Dan yang menjadi bahasan adalah tentang gugatan yang terdaftar dalam kepaniteraan Pengadilan Agama Magelang dengan Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi. Berdasarkan perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi telah dilakukan penelitian di Pengadilan Agama Magelang, untuk menganalisis putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi.

Pendeakatan yang digunaka peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang memandang hukum sebagai doktrin atau seperangkat aturan yang bersifat normatif. Pendekatan ini dilakukan melalui upaya pengkajian atau penelitian hukum kepustakaan. Dalam hal ini peneliti menganalisis asas-asas hukum, norma hukum, dan pendapat para sarjana.

Hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa dalam perkara ini Majelis Hakim Pengadilan Agama Magelang telah sesuai untuk menolak gugatan atau NO (niet onvankelijk varklaat), meskipun dalam Undang-Undang yang mengatur tentang Kewenangan Absolut Pengadilan Agama yang berwenang memutus perkara sengketa ekonomi syariah, akan tetapi dalam kebebasan berkontrak yang disepakati oleh para pihak menunjuk BASYARNAS sebagai badan yang menyelesaikan sengketa diantara kedua belah pihak yang berkontrak. Yang mana dalam akta perjanjian Nomor 09 pasal 6 ayat (2). Jadi jelaslah pengadilan tidak berwenang, karena perjajian yang disepakati menunjuk BASYARNAS sebagai badan penyelesain sengketa yang terjadi diantara para pihak. Dan jika dalam proses arbritase tidak terjadi kesepakatan atau ada pihak yang tidak puas maka perkara ini baru bisa diperkarakan melalui jalur litigasi atau Pengadilan Agama.

(8)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan.Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah

diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsiini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman,

syafa’at beliau sangat penulis nantikan dihari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul : “Analisis Putusan Hakim Pengadilan

Agama Magelang Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan

Novasi.” Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak

dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena inilah

penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan

terimakasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN

Salatiga sekaligus selaku dosen pembiming yang selalu memberi arahan,

pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Hakim dan Staf Pengadilan Agama Magelang yan telah membantu proses

penelitian.

5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi

Fakultas Syari’ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa

halangan apapun.

(9)

6. Ayah dan Ibu selaku orangtua yang sangat penulis cintai dan tidak ada

duanya, usaha, do’a dan pengorbanan serta restu yang tiada habisnya sehingga

penulis bisa menyelesaikan tanggungjawab ini sampai tahap akhir

menyelesaikan tugas skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Eko Mulyono, Dita Septikawati, Wahyu Gumelar,

Masadah, Istiqomah, M. Lutfi Hakim, M. Zakariah, Vanda arifa, Tri Setyorini,

M. Yusuf, yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk penulis

dalam menyusun skripsi ini.

8. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di IAIN

Salatiga yang telah memberikan warna dan cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

9. Rakyat pegonesia cah teles, otong, brint, pakdhe, balong, gleyor, johan yang

senantiasa memberikan dukungan dalam menyusun skripsi ini

10.Kemala putri kustiani yang selalu memberikan dukungan semagat untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan

kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilimpahkan rahmat dan cita-Nya. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan

agar mudah dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga,

Penulis,

Rifai Rif’an

(10)

DAFTAR ISI

COVER ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Kajian Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian... 13

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KERANGKA TEORI A. Perjanjian Dalam Hukum Positif ... 18

B. Perjanjian Dalam Hukum islam ... 24

C. Utang Piutang Dalam Hukum Positif ... 26

D. Utang Piutang Dalam Hukum Islam ... 27

(11)

E. Novasi (Pembaharuan Utang) ... 31

F. Ekonomi Syariah ... 38

G. Alternatif Penyelesaian Sengketa ... 42

BAB III PAPARAN PERKARA A. Paparan Perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi ... 60

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM NOMOR 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI DI PENGADILAN AGAMA MAGELANG A. Pertimbangan putusan hakim Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi... 66

B. Putusan hakim Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi ... 72

C. Analisis pertimbangan putusan hakim Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran-saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Salinan Putusan Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl

2. Surat Keterangan Observasi

3. Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

4. Surat Permohonan Izin Penelitian

5. Lembar Konsultasi Skripsi

6. Daftar Nilai SKK

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang

diturunkan Allah untuk manusia melalui Nabi Muhammad baik yang

terkandung dalam Al-Quran maupun Sunnah Nabi, yang berwujud perkataan,

perbuatan dan ketetapan, atau pengesahan.

Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad untuk segenap

umat manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu, ilmu tauhid yang mutlak tidak

boleh diragukan lagi karena didasarkan pada keyakinan agama islam. Yang

kedua adalah Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Seperti harus berbuat benar, harus

memenuhi janji, harus amanah, dilarang berdusta dan berkhianat.

Dan yang ketiga adalah ilmu fiqh yang bermakna peraturan yang

mengatur antara manusia dengan manusia dan manusia dengan tuhan. Ilmu

fiqh mengandung dua bagian penting, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah

adalah yang menjelaskan hubungan manusia dengan tuhannya, sedangkan

muamalah adalah yang menjelaskan tentang hubungan manusia dengan

manusia.

Muamalah dalam penjelasan yang lebih luas, yaitu bagian yang

menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan

sesamanya. Seperti hukum atau aturan yang mengatur tentang harta benda

(14)

hak milik, akad-akad, kontrak atau perjanjian dan kerjasama.Semisal jual

beli, sewa-menyewa (ijaroh), gadai (rohan), kongsi (syirkah) dan lain-lain

yang mengatur urusan harta benda seseorang, kelompok dan segala sangkut

pautnya seperti hak dan kekuasaan. (El Ghandur, 2006: 12)

Hukum islam telah mengatur semua dengan sangat terperinci dan

memiliki dasar yang jelas, hukum islam merupakan hukum yang mutlak dan

harus di taati oleh seluruh umat islam berdasarkan QS an-nisa’ : 59

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Berdasarkan ayat tersebut, sumber islam yang disepakati adalah

Quran, hadis, ijma’, dan qiyas. Dan sekarang yang berlaku selain dalam masa

setelah rasul adalah undang-undang yang berlaku dan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah.Dalam ranah ini pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh

pemerintah sebagai pemimpin untuk mengadili dengan adil dan sesuai syariat

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada sekarang.

Peradilan Agama, sebagai salah satu jalur penyelesaian sengketa

secara litigasi mempunyai wewenang dalam hal ini.Salah satu peristiwa

penting dalam sejarah Pengadilan Agama adalah lahirnya Undang-Undang

(15)

Nomor 3 Tahun 2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ini

memberikan perubahan yang sangat signifikan terutama soal kewenangan

absolute Peradilan Agama tersebut. Sebelumnya, Pengadilan Agama

berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 hanya berwewenang

menyelesaikan sengketa perkawinan, waris, wasiat, hibah wakaf, zakat, infak

dan sedekah. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006,

Peradilan Agama tidak lagi mempunyai kewenangan sebatas menyelesaikan

perdata perkawinan dan waris akan tetapi telah diperluas dengan kewenangan

dalam keperdataan lainnya (Hudiata, 2015: 24).

Hal yang sangat menarik dan membuat undang-undang hasil

perubahan ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama adalah adanya kebolehan non muslim menundukkan diri

secara suka rela kepada hukum Islam. Ketentuan seperti ini dapat dilihat

dalam penjelasan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama yang menyatakan, bahwa “yang dimaksud dengan antara orang-orang

yang beragama Islam” adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan

sendirinya menundukkan diri dengan suka rela kepda hukum Islam mengenai

hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan

pasal ini. Dengan demikian maka penjelasan pasal 49 ini memberikan

peluang Peradilan agama menyelesaikan sengketa non muslim sepanjang

(16)

yang disengketakan termasuk kewenangan absolut Peradilan Agama. (Rasyid

dan Syaifuddin, 2009: 13)

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sendiri tergolong cukup

pesat. Mulai dari berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun

1991 menjadi pembuka jalan bagi lembaga keuangan syariah lain baik yang

bank maupun non-bank untuk lebih berani melawan arus lembaga keuangan

konvesional dengan menerapkan prinsip syariah. Hal ini terjadi karena

permintaanmasyarakat yang membutuhkan suatu sistem alternatif yang selain

menyediakan jasa keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip

syariah.(Ikatan Bankir Indonesia, 2014: 3)

Dengan begitu pesatnya perkembangan ekonomi syariah yang terjadi

di Indonesia inilah yang melandasi sebagian besar peluasan kewenangan

pengadilan agama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan

ekonomi syariah dengan disahkannya Undang-Umdamg nomor 3 tahun 2006,

yang berisi pengadilan agama berwenang utuk mengadili masalah ekonomi

syariah.

Dalam masa sekarang makin banyak terjadi masalah ekonomi syariah

atau muamalah dalam kehidupan masyarakat, berbagai macam muamalah

yang dapat diketahui menurut hukum islam antara lain adalah; jual beli, utang

piutang, sewa menyewa, yang mana dalam masing-masing bagiannya

memiliki bagian pengertianya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah utang

piutang yang pada masa sekarang telah banyak bentuk dalam perjanjian

hutang piutang dan juga akibat dan timbal balik yang didapat dari utang

(17)

piutang. Ada banyak akibat yang timbul akibat utang piutang, entah itu akad

yang dipakai ataupun akibat daripembayaran hutang yang macet atau kredit

macet yang sekarang banyak terjadi. Dari akibat kredit macet itu sendiri

banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi

akibat utang piutang tersebut.

Banyak masalah sengketa yang terjadi dalam masyarakat tentang

sengketa ekonomi, dan banyak sekali yang terjadi adalah antara nasabah dan

pihak bank. Ada beberapa cara yang bisa dipilih para pihak yang yang

membuat perjanjian untuk menyelesaikan masalah sengketa jika terjadi

dikemudian hari diantara pihak-pihak tersebut. Tergantung apa yang menjadi

kesepakatan atau yang sudah ada dalam kontrak yang dibuat dalam perjanjian

oleh para pihak yang berkontrak tersebut. Diantara banyak cara yang bisa

dijadikan untuk menyelesaikan sengketa tersebut adalah: negosiasi,

konsiliasi, mediasi, litigasi, dan non-litigasi.

Dari beberapa cara menyelesaikan perkara sengketa yang terjadi,

peneliti tertarik untuk membahas tentang jalur litigasi dan non-litigasi. Yang

merupakan penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dan arbritase

(non-litigasi). Dalam penyelasain sengketa pada umumnya harus kesepakatan

antara pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya melalui

jalur apa yaang menjadi kesepakatan. Jika yang disepakati adalah jalur

litigasi, maka jalur yang dipilih adalah melalui pengadilan. Dan dalam hal ini

pengadilan agama mempunyai wewenang karena sudah menjadi pilihan

pihak-pihak yang bersengketa, khususnya sengketa ekonomi syariah. Dan

(18)

juga dengan adanya undang-undang yang telah mengatur wewenang

pengadilan tersebut. Jika jalur non-litigasi yang dipilih para pihak, maka yang

menjadi penengah diantara pihak yang menjadi penengah adalah Badan

Arbritasi Nasional (BANI) atau jika yang terjadi adalah tentang sengketa

ekonomi syariah adalah melalui Badan Arbritase Syariah Nasional

(BASYARNAS). Yang terjadi antara nasabah dan bank yang bersengketa

dan setuju menunjuk jalur yang ada untuk menyelesaian sengketa tersebut.

Dalam hal ini peneliti mengambil perkara yang terdaftar dalam kepaniteraan

pengadilan agama magelang dengan nomor perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl

tentang permohonan novasi yang diajukan oleh pengugat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini dan hendak ditemukan

jawabannya adalah: Apa yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan

Agama Magelang dalam memutus perkara Nomor: 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl

tentang permohonan novasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak

dicapai oleh Penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja

pertimbangan hakim Pengadilan Agama Magelanng dalam memutus perkara

nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi.

(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber khazanah

pengetahuan tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah bagi

Perpustakaan IAIN Salatiga.

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

perkembangan dunia muamalah dan menjadi rujukan atau acuan

terhadap penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan gambaran pada masyarakat umum terhadap praktek

penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama

Magelang.

b. Sebagai bahan evaluasi pemerintah terhadap pelaksanaan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama di seluruh

Pengadilan Agama di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

1. Putusan adalah kesimpulan akhir yang diambil oleh majelis hakim yang

diberi wewenang untuk itu didalam menyelesaikan atau mengakhiri suatu

sengketa atau perkara, yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan

(20)

kemudian diucapkan oleh hakim dalam persidangan yang terbuka untuk

umum.1

2. Permohonan adalah suatu permohonan atau beberapa orang pemohon

kepada ketua pengadilan yang berwenang menetapkan suatu hal yang

tidak menganung sengketa (Darwan,2002: 2)

3. Novasi adalah pembaharuan utang merupakan salah satu penyebab

hapusnya perikatan. Novasi dapat diartikan sebagai perjanjian yang

mengantikan perikatan yang lama dengan perikatan yang baru. Perikatan

tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur, maupun objek perikatan

(Budiono, 2010: 177)

F. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka selain untuk mengkaji penelitian terdahulu

sebagai referensi dalam penelitian juga membuktikan bahwa penelitian yang

dilakukan oleh peneliti ini belum pernah diteliti pada penelitian terdahulu oleh

peneliti lain.

Skripsi Ni Made Asri Mas Lestari (2016) yang berjudul “Analisi

Putusan Hakim Mahkamah Agung RI no 45K/PDT.SUS-Pailit/2013

Mengenai Adanya Utang (Pailitnya PT.SRI MELAMIN REJEKI)”. Dan hasil

dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa alasan Majelis Hakim

mengabulkan Permohonan Kasasi dari pihak Kreditur adalah karena Majelis

Hakim menganggap BAR Hutang Piutang merupakan suatu bukti nyata

1

Buku Pedoman Kerja Hakim dan Panitera Pengadilan Agama se-Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Makasar.hlm. 59

(21)

adanya utang yang lahir dari Perjanjian Penyediaan Bahan Baku dan Utilitas

serta Penyerapan Off Gas. Bukti tersebut juga dianggap telah memenuhi konsep pembuktian sederhana yang dianut UUKPKPU. Pendapat ini tentu

bertentangan dengan putusan Judex Factie, yang beranggapan sebaliknya.

Sehingga sebenarnya dalam meneliti perkara ini, Majelis Hakim diharapkan

juga menguasai bidang hukum yang berkaitan dengan perkara.Pada skripsi ini

jelas sangat berbeda denan penelitian yang dilakukan peneliti yang membahas

permohonan novasi, karena dalam penelitian sebelumnya membahas tentang

perkara pailit.

Skripsi Amarullah Saifuddin (2015) dengan judul “Tinjauan Yuridis

Terhadap Proses Penyelesaian Perkara Wanprestasi Dalam perjanjian Utang

piutang (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)”. Dengan hasil penelitian

Utang piutang merupakan perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak

yang lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang.

Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman

(kreditur), sedang pihak yang lain adalah pihak yang menerima pinjaman uang

tersebut (debitur). Inti dari perjanjian utang-piutang adalah kreditur

memberikan pinjaman uang kepada debitur, dan debitur wajib

mengembalikannya dalam waktu yang telah ditentukan disertai dengan

bunganya. Pengembalian utang dilakukan dengan cara mengangsur setiap

bulan. Peristiwa yang banyak terjadi pengembalian utang yang wajib dibayar

oleh debitur acapkali tidak sebagaimana yang telah diperjanjikan. apabila

debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya maka dapat dikatakan ia

(22)

melakukan wanprestasi atau ingkar janji. Dalam skripsi yang ditulis saudara

Amarullah Saifuddin membahas kasus wanprestasi atau cacat perjanjian dan

dalam penelitian ini peneliti mebahas novasi atau permbaharuan hutang

sebagai kajian utamanya.

Tesis Nenny Yulianny, SH (2005) yang berjudul “Kajian Penyelesain

Perkara Utang Piutang Putusan Pengadilan Niaga Dalam Hubungannya Dalam

Pengertian SumirBerdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1998 Tentang

Kepailitan”. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa criteria dan ukuran

suatu perkara dikatakan sumir sehingga dapat diajukan sebagai perkara

Kepailitan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 adalah hanya

terhadap utang, Kreditur, Debitur dan jatuh tempo yang sudah dapat ditagih

dalam pengertian yang sempit, sebab hanya terhadap sengketa Utang Piutang

yang berakar dari perjanjian Pinjam Meminjam Uang saja dan tidak termasuk

barang dan jasa, subyek hukumnya adalah Kreditur sebagai pihak yang

meminjamkan uang dan Debitur yang meminjam uang, dimana debitur wajib

mengembalikan uang yang dipinjamnya sesuai dengan waktu yang telah

disepakati bersama. Jika Debitur gagal mengembalikan uang Kreditur sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, maka terjadilah apa yang disebutkan

sebagai utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sehingga proses

penyelesaian sengketa Utang Piutangnya dapat diselesaikan secara cepat,

sederhana dengan biaya yang ringan di Pengadilan Niaga. Pengertian utang,

kreditur, debitur, jatuh tempo dan sudah dapat ditagih secara luas proses

penyelesaian sengketanya ditangani oleh Pengadilan Negeri. Hal ini

(23)

menunjukkan penyelesaian sengketa di Pengadilan Niaga hanya dilaksanakan

secara cepat dan sederhana, sedangkan biaya ringan dan penyelesaian secara

tuntas belum dapat dilaksanakan karena biaya pendaftaran US $ 5.000 dan

biaya pengacara US $ 5.000 – US $ 10.000 bukan biaya yang murah.

Kehadiran Pengadilan Niaga belum menciptakan iklim yang kondusif bagi

pelaku bisnis karena putusannya sering menimbulkan masalah baru.Pada tesis

yang diteliti oleh saudari nenny ini menjadikan jatuh tempo sebuah perjanjian

hutang yang kasusnya diajukan pada pengadilan niaga, sementara pada kasus

novasi yang diteliti oleh peneliti membahas mengenai pembaharuan hutang.

Skripsi Martha Noviyaditya (2010) yang berjudul “Perlindungan

Hukum Bagi Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak

tanggungan” dengan hasil penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian

hukum ini adalah bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur

saat debitur wanprestasi menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yaitu

perjanjian kredit yang dituangkan dalam bentuk akta, baik berupa akta di

bawah tangan maupun akta autentik sesuai dengan Penjelasan Pasal 10

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, bahwa dengan diterbitkannya

Sertifikat Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan sebagai tanda bukti

adanya Hak Tanggungan, yang memiliki irah-irah dan mempunyai kekuatan

eksekutorial sama seperti putusan hakim berkekuatan hukum tetap, maka

apabila debitur cidera janji atau wanprestasi, dapat meminta bantuan secara

langsung kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan

eksekusi melalui pelelangan umum guna memperoleh pelunasan piutang

(24)

kreditur. Serta penafsiran dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang

memberikan perlindungan hukum kepada kreditur, yaitu ketentuan Pasal 1

angka 1 tentang hak preference seorang kreditur; Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 20 ayat (2) dan(3) tentang eksekusi Hak Tanggungan;

Pasal 11 ayat (2) tentang janji yang harus dicantumkan dalam Akta Pemberian

Hak Tanggungan (APHT) untuk melindungi kreditur ketika debitur

wanprestasi, serta ketentuan Pasal 7 tentang asas droit desuite yang menyatakan bahwa Hak Tanggungan tetap menjamin objeknya sekalipun

beralih kepada pihak ketiga sehingga akan tetap menjamin pelunasan piutang

kreditur. Skripsi saudari martha membahas tentang hak jaminan yang

dijadikan hak tanggungan piutang dan terjadi wanprestasi didalam perjanjian

tersebut, berbeda dengan pembaharuan hutang atau novasi. Meskipun juga hak

jaminan didalamnya namun tetap jelas berbeda karena yang terjadi adalah

wanprestasi bukan permohonan hutang.

Tesis Ni Made Dewi Lestari (2011) yang berjudul “Praktik

Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Melanggar Perjanjian Utang” dengan

hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan pelanggar perjanjian utang

melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan jumlah akrual

diskresioner sebelum perioda pelanggaran perjanjian utang. Selanjutnya,

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pelanggar perjanjian utang

lebih besar dibanding perusahaan bukan pelanggar perjanjian utang pada

perioda yang sama.Sama halnya dalam tesis berikut ini karena dalam

penelitian sebelumnya adalah wanprestasi atau cacat perjanjian bukan

(25)

wanprstasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti

tentang novasi perkara nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl ini belum pernah

diteliti dan keaslian tulisan peneliti bisa dibuktikan.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji, dan

menganalisis objek penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menjelaskan dan

menguraikan data-data yang ada kemudian menganalisisnya lebih

dalam untuk mendapatkan kesimpulan dan jawaban.

b. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu

pendekatan yang memandang hukum sebagai doktrin atau seperangkat

aturan yang bersifat normatif. Pendekatan ini dilakukan melalui upaya

pengkajian atau penelitian hukum kepustakaan. Dalam hal ini peneliti

menganalisis asas-asas hukum, norma hukum, dan pendapat para

sarjana.

2. Kehadiran peneliti

Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka peneliti terjun

langsung kelapangan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan

sebagai instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam memperoleh

data.

(26)

3. Lokasi penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian peneliti untuk memperoleh data

adalah pengadilan agama magelang, alasan mengapa pengadilan agama

magelang menjadi lokasi penelitian dikarena sesuai dengan pokok bahan

yang menjadi kajian dalam penelitian ini tercatat dipaniteraan pengadilan

agama magelang.

4. Data dan Sumber data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada

penelitian ini, peneliti akan menggunakan data yang diperoleh dari

wawancara dan dokumentasi. Dan dalam wawancara sebagai

narasumber adalah hakim yang pengadilan agama magelang yang

memeriksa dan memutus pekara.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, skripsi,

dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut, dapat

dibagi menjadi:

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait objek

penelitian. Putusan pegadilan yang sudah mempunyai kekuatan

hukum tetap juga menjadi bahan hukum primer.

2) Bahan Hukum Sekunder, adalah buku-buku dan tulisan ilmiah

yang terkait objek penelitian ini. (Ali, 2009:106)

(27)

Selain menggunakan data yang diperoleh dari wawancara dan

dokumentasi, peneliti juga menggunakan data yang diperoleh dari

Undang-undang, penelitian atau skripsi dan buku-buku yang ada

relevansinya dengan penelitian ini sebagai sumber data sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik

pengumpulan data dengan dokumentasi, yaitu pengumpulan data

dengan mencari dan mengumpulkan undang-undang,dokumen, buku,

skripsi yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang

relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta

sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga

diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

6. Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisis secara

kualitatif dengan menggunakan metode deduktif, yaitu proses yuridis dari

hukum yang ada pada putusan nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi sumber hukum bagi

Hakim dalam putusan tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut

(28)

susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis

dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai berikut:

Bab pertama, adalah pendahuluan yang membahas tentang latar

belakang masalah sebagai dasar untuk merumuskan masalah. Kemudian

tujuan dan manfaat penelitian, kemudian penegasan istilah yang dipakai dalam

penelitian, lalu kajian pustaka untuk menegaskan bahwa penelitian ini belum

pernah diteliti orang lain. Bab ini ditutup dengan metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab kedua, berisikan pembahasan teoritik yang akan membahas

mengenaiperjanjian menurut hukum positif dan islam, utang piutang menurut

hukum positif dan islam, novasi, ekonomi syariah, dan penyelesaian sengketa.

Bab ketiga, pemaparan kasus 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang

permohonan novasi.

Bab keempat, peneliti akan menganalisa putusan nomor:

0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. untuk mengetahui permasalahan dalam sengketa

ekonomi syariah tersebut, serta untuk mengetahui dasar hukum apa yang

dipakai oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan nomor:

0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl.

Bab kelima, merupakan penutup dari penelitian. Peneliti akan

menyusun kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya,

juga berisi jawaban atas pokok permasalahan pada penelitian. Dan bab kelima

ditutup dengan saran-saran.

(29)

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Perjanjian dalam Hukum Positif

1. Pengertian perjanjian

Perjanjian adalah suatu perbuatan kesepakatan antr seseorang atau

beberapa orang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya untuk

melakukan sesuatu perbuatan tertentu. (Pasaribu dan Lubis, 1996: 1)

Beberapa ahli lain yang mengartikan perjanjian. Menurut Prof. Sri

soedewi masychoen sofwan yang memberikan batasan mengenai

perjanjian adalah sebagai suatu perbuatan hukum dimana seorang atau

lebih mengikat diri seorang lain atau lebih. Sementara menurut Prof. Dr.

R. Wirjono prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum

mengenai harta benda kekayaan antara kedua elah pihak, dimana sstu

pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan

suatu hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menentukan pelaksanaan

perjanjian tesebut. (Aryani, 2012: 1-2)

Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih

berdasarkan sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Menurut definisi

perjanjian klasik, perjanjian adalah peruatan hukum bukan hubungan

hukum. Pasal 1313 KUHPedata mengatakan bahwa perjanjian adalah

suatu peruatan hukum satu orang mengikat dirinya dengan satu orang atau

lebih. (Aryani, 2012: 2)

(30)

Sementara menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne

yang diartikan perjanjian adalah“suatu hubungan hukum atara dua pihak

berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” (Salim,

2003: 26)

2. Syarat-syarat perjanjian

Syarat sah perjanjian telah diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata,

adalah sebagai berikut:

a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang memuat perjanjian

(sepakat).

b. Ada kecakapan pihak-pihak membuat perjanjian.

c. Ada sesuatu hal tertentu.

d. Ada sesuatu sebab yang halal. (Aryani, 2012: 5)

3. Unsur-unsur perjanjian

Dalam KUHPerada Definisi perjanjian pada pasal 1313 adalah:

a. Tidak jelas, karena setiap perbuatan bisa disebut perjanjian,

b. Tidak tampak asas konsensualisme, dan

c. Bersifat dualisme

Tidak jelasnya definisi ini desebabkan dalam rumusan tersebut

hanya disebut perbuatan saja, maka yang bukan perbuatan hukum pun

disebut dengan perjanjian. untuk memperjanjian itu maka harus dicari

dalam doktrik, jadi menurut doktrin teori lama unsur-unsur perjanjian

adalah sebagai berikut:

a. Adanya perbuatan hukum,

(31)

b. Persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa orang,

c. Persesuaian kehendak harus dipublikasikan/dinyatakan,

d. Perbuatan hukum terjadi karena kerjasama antara dua orang atau lebih,

e. Pernyataan kehendak yang sesuai harus saling bergantung satu sama

lain,

f. Kehendak ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum,

g. Akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain

atau timbal balik, dan

h. Persesuaian kehendak harus dengan mengingat peraturan

perundang-undangan. (Salim, 2003: 25)

Sementara unsur perjanjian yang dikatakan oleh Charless L, Knapp

dan Nathan M Crystal unsur-unsur yang harus dipenuhi adalah:

a. Adanya kesepakatan tentang fakta antara kedua belah pihak,

b. Persetujuan dibuat secara tertulis,

c. Adanya orang yang berhak dan berkewajiban untuk membuat. (Salim,

2003: 26)

4. Asas-asas dasar perjanjian

Syarat sahnya perjanjian dalam pasa 1320 KUHPerdata

menetapkan bahwa suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari tiga asas

pokok, yaitu: (Herliene Budiono, Aryani, 2012: 10-11)

a. Asas konsensualisme, bahwa perjanjian tebentuk karena adanya

perjumpaan kehendak dai pihak-pihak. Perjaanjian pada pokoknya

(32)

dapat dibuat bebas, tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara

formil tetapi cukup melalui konsensus belaka.

b. Asas kekuatan mengikat perjanjian, asas kekuatan mengikat atau asas

pacta sunt servanda yang berarti bahwa janji itu mengikat.

c. Asas kebebasan berkontrak, bahwa para pihak menurut kehendak

bebasnya masing-masing dapat diuat perjanjian dan setiap orang bebas

mengikat diri dengan siapapun yang ia kehendaki.

5. Pelaksanaan perjanjian

Perjanjian telah dibuat mengikat kedua belah pihak dan

melahirkan prestasi para pihak entuk prestasi dalam perjanjian berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu. Ada dua

kemungkinan suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan, yaitu: (Aryani,

2012: 19)

a. Keadaan memasa atau overmacht

Adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak dapat diduga

sebelumnya akan terjadi sehingga menghalangi seorang debitur untuk

melakukan prestasi. Keadaan tersebut diluar kesalahan debitur.

b. Wanprestasi

Adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali

suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau

terlambat melakukan suatu prestasi, seorang debitur tidak dapat

melaksanakan prestasi dan tidak dapat membuktikan bahwa tidak

(33)

dapat melaksanakan prestasi itu diluar kesalahanya atau karena adanya

overmacht maka debitur dalam hal ini adalah bersalah. 6. Batalnya perjanjian

Secara umum tentang pembatalan perrjanjian tidak mungkin

dilaksanakan, sebab dasar perjanjian adalah kesepakatan kedua belah

pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut, namun demikian pembatalan

perjanjian dapat dilakukan apabila: (Pasaribu dan Lubis, 1996: 4-6)

a. Jangka waktu perjanjian telah berakhir

Lazimnya suatu perjanjian selalu didasarrkan kepada jangka

waktu tertentu (mempunyai jangka waktu yang terbatas), maka apabila

telah sampai kepada waktu yang telah diperjanjikan, secara otomatis

(langsung tanpa ada perbuatan hukum lain) batallah perjanjian yang

telah diadakan para pihak.

b. Salah satu pihak menyimpang dari apa yang diperjanjikan

Apabila salah satu pihak telah melakukan perbuatan

menyimpang dari apa yang telah diperjanjikan, maka pihak lain dapat

membatalkan perjanjian tersebut.

c. Jika adda ukti kelancangan dan bukti pengkhianatan (penipuan).

Apabila salah satu pihak melakukan sesuatu kelancangan dan

telah ada bukti-bukti bahwa salah satu pihak mengadakan

pengkhianatan terhadap apa yang telah diperjanjikan, maka perjanjian

yang telah diikat dapat dibatalkan oleh pihak lainnya.

(34)

7. Berakhirnya perjanjian

Pada KUHperdata pasal 1381 disebutkan bahwa ada beberapa cara

untuk berakhirnya perjanjian adalah:

a. Pembayaran

b. Penawaran pembayaran tunai disertai dengan penitipan

c. Pemaharuan utang

d. Perjumpaan utang

e. Percampuran utang

f. Pembebasan utang

g. Musnahnya benda yang terutang

h. Pembatalan

i. Berlakunya surat batal

j. Kadaluarsa

8. Bentuk perjanjian

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaiu

secara tertulis dan lisan, dan berikut adalah bentuk-bentuk perjanjian

secara tertulis dan lisan.

Tertulis:

a. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh pihak

bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam

perjanjian , tetapi tidak memiliki kekuatan untuk mengikat pihak

ketiga.

(35)

b. Peerjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan pihak.

Fungsi notaris atas suatu dokumen semata-mata haya untuk melegalisir

kebenaran tanda tangan para pihak.

c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan pleh nitaris dalam bentuk akta

notaris. (Salim, 2003: 43)

9. Jenis perjanjian

Dalam perjanjian ada beberapa jenis perjanjian dan diantaranya

adalah:

a. Perjanjian Menurut sumber hukum

b. Perjanjian Menurut namaya

c. Perjanjian Menurut bentuk

d. Perjanjian Timbal balik

e. Perjanjian Cuma-Cuma atau denan alas yang membebani

f. Perjanjian berdasarkan sifatnya

g. Perjanjian dari aspek larangannya

B. Perjanjian dalam Hukum Islam 1. Pengertian

Secara etimologis perjanjian dalam islam juga disebut sebagai

akad. Kata ‘aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika dikatakan ‘aqada al-habla maka itu menggabungkan antara dua ujung tali lalu mengikatnya. Jadi yang disebut akad adalah menghubungkan antara

dua perkataan, masuk juga dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah

(36)

menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau

meninggalkannya. Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat

hubungan antara kedua belah pihak yang berjanji dan menguatkan.

(Azzam, 2010: 15)

2. Rukun dan syarat perjanjian

Menurut pandangan islam syarat atau rukun perjanjian atau akad

adalah:

a. Subjek/pelaku akad (aqid)

b. Objek akad (ma’qud ‘alaih)

c. Substansi akad (maudhu’ ul ‘aqd)

d. Serah terima (ijab-qabul) (Nawawi, 2012: 22-24)

3. Macam-macam dan sifat perjannjian

Macam-macam dan sifat perjanjian atau akad dalam islam dapat

dibedakan menjadi:

a. Akad tanpa syarat, yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu

selesainya akad tanpa memberikan batasan

b. Akad bersyarat, yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat

syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad.

c. ‘Aqad mudhaf, yaitu akad yang didalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat mengenai penanggulangan pelaksanaan akad, pernyataan

yang pelaksanaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan.

(Nawawi, 2012: 26-27)

(37)

C. Utang Piutang Dalam Perspektif Hukum Positif

1. Perngertian

Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang

dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu. (Rasyid,

Pasaribu dan Lubis, 1996: 136)

Pengertian utang piutang ini sama dengan perjanjian minjam

meminjam yang dijumpai dalam KUHPerdata yang mana pasal 1754 yang

berbunyi : “ pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak

yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu

barang-barang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

yang belakangan ini mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan

keadaan yang sama pula.”

2. Syarat Utang Piutang

Utang piutang memiliki beberapa rukun dan syarat agar bisa

dianggap sah, yaitu:

a. Adanya yang berpiutang, yang disyartakan harus orang yang cakap

untuk melakukan tidakan hukum.

b. Adanya orang yang berutang

c. Objek/barang yang diutangkan

d. Lafaz, yaitu adanya pernyataan baik dari pihak yang mengutangkan

atau dari pihak yang berhutang. (Pasaribu dan Lubis, 1996: 137)

(38)

3. Kewajiban pihak yang berpiutang dan berhutang

a. Pihak yang berpiutang memiliki keawajiban sebagai berikut:

Orang yang meminjamkan atau memberikan hutang tidak boleh

meminta apa yang telah dipinjamkan, sebelum lewatnya waktu yang

menentukan dalam perjanjian (pasal 1759).

b. Pihak yang berhutang mempunyai kewajiban sebagai berikut:

Orang yang menerima pinjaman atau sebagai pihak yang berhutang

sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan

yang sama dan pada waktu yang ditentukan (pasal 1763). (Subekti,

1995: 128)

D. Utang Piutang Dalam Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian

Utang (al-qardhu) merupakan upaya memberikan pinjaman kepada orang lain dengan syarat pihak peminjam mengembalikan gantinya. Utang

(al-qardhu) menurut bahasa adalah ‘potongan’, sedangkan menurut syar’i ialah menyerahkan utang kepada orang yang bisa memanfaatkannya,

kemudian ia meminta pengembaliannya sebesar uang tersebut. Pinjaman

(qardh) adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dalam literatur fikih, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil. (Nawawi, 2012: 178)

(39)

2. Dasar hukum

Dasar hukum piutang ada dalam al-quran surat Al-baqarah ayat

280:

dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

QS. Al hadid ayat 11 juga menyebutkan tentang hutang piutang

siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak.

Adapun utang (al-qurdhu) bagi debitur/peminjam (muqtaridh) diperbolehkan, karena Rasulullah SAW, meminjam unta kepada Abu

Bakar r.a dan mengembalikannya dengan unta yang lebih baik. Beliau

bersabda: “sesungguhnya manusia yang paling baik ialah orang yang paling baik pengembaliannya (utangnya).” (HR.bukhari).

Sementara ijma’ ulama menyepakati bahwa qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa

hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun

yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam

meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan manusia didunia ini,

(40)

dan islam adalah agama yang sangat memerhatikan segenap kebutuhan

umatnya. (Nawawi, 2012: 178)

3. Rukun dan syarat

Syarat-syarat utang (qardhu) dalam islam adalah sebagai berikut: a. Besarnya pinjaman (qardhu) harus diketahui dengan takaran,

timbangan, atau jumlahnya.

b. Sifat pinjaman (qardhu) dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan.

c. Pinjaman (qardhu) tidak sah dari orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa dipinjamkan atau orang yang tidak normal akalnya.

(Nawawi, 2012: 178-179)

Sementara rukun pinjaman (qardhu) adalah sebagai berikut: a. Pemilik barang (muqridh)

b. Yang mendapat barang atau peminjam (muqtaridh)

c. Serah terima (ijab-qabul)

d. Barang yang dipinjamkan (qardh). (Nawawi, 2012: 179) 4. Hukum-hukum hutang

Menurut Al-Jazairi yang mengemukakan beberapa hukum

pinjaman (al-qardhu) sebagai berikut:

a. Pinjaman (al-qardhu) dimiliki dengan diterima.

b. Pinjaman (al-qardhu) boleh sampai batas waktu tertentu, tapi jika tidak sampai batas waktu tertentu, itu lebih baik karena meringankan

debitur.

(41)

c. Jika barang yang dipinjamkan itu tetap utuh, seperti saat ketika

dipinjamkan maka dikembalikan utuh seperti itu.

d. Jika pengembalian al-qardhu tidak membutuhkan biaya transportasi maka boleh dibayar ditempat manapun yang diinginkan oleh kreditur.

Jika merepotkan maka debitur tidak harus mengembalikannya.

e. Kreditur haram mengambil manfaat dari al-qardhu dengan penambahan jumlah pinjaman atau meminta pengembalian pinjaman

lebih baik, atau manfaat lain yang keluar dari akad pinjaman jika itu

semua disyaratkan, atau berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Sementara Firdaus mengemukakan hukum pinjaman berdasarkan

fatwa DSN sebagai berikut:

a. Qardh menetapkan pemilikan.

b. Para ulama sepakat bahwa penyelesaian akad qardh harus diselesaikan di daerah tempat qardh itu disepakati.

c. Islam jua mengajarkan agar pemberian qardh oleh kreditur tidak dikaitkan dengan syarat lain berupa manfaat yang harus diberikan oleh

kreditur kepadanya.

d. Qardh juga tidak boleh mejadi akad lain, seperti jual beli. (Nawawi, 2012: 179-180)

Hutang tidak akan hilang jika pengembalian barang atau apa yang

dihutang seperti apa yang telah dihutang, bahkan hutang masih ada jika

orang yang berhutang telah meninggal dunia sebelum hutangnya

(42)

dikembalikan. Dan semua itu menjadi waris bagi ahli waris orang yang

berpiutang kepada orang yang memberikan hutang.

E. Novasi (Pembaharuan Utang)

1. Pengertian

Adalah suatu perjanjian yang baru dengan maksud menggantikan

atau menghapus perjanjian yang lama. Unsur-unsur novasi adalah adanya

perjanjian yang baru, ada hak dan kewajiban serta subjek baru. (Aryani,

2012: 22)

Novasi adalah pembaharuan utang merupakan salah satu penyebab

hapusnya perikatan. Novasi dapat diartikan sebagai perjanjian yang

mengantikan perikatan yang lama dengan perikatan yang baru. Perikatan

tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur, maupun objek perikatan

(Budiono, 2010: 177)

Novasi diatur dalam pasal 1413 KUHPerdata sampai dengan pasal

1424. Novasi adalah sebuah persetujuan, dimana suatu perikatan telah

dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus harus dihidupkan, yang

ditempatkan di tempat yang asli. (C.asser’s, 1991: 552). Vollmar

mengatakan (Vollmar. 1983: 237) novasi adalah suatu perjanjian karena

dimana sebuah perjanjian yang akan dihapuskan, dan seketika itu juga

timbul sebuah perjanjian baru. (Salim, 2003: 168)

Dalam buku lain tentang novasi atau bisa disebut novatie sebelum

baku disebut sebagai novasi meenyebutkan bahwa, “ novatie didalam

(43)

KUHperdata terjemahan Prof soebekti adalah pembaharuan hutang.”

(Satrio, 1999: 100)

Uundang-undang sendiri tidak memberikan perumusan apa itu

yang disebut dengan novasi. Dari pasal-pasal yang mengatur tentang

novasi para sarjana menyimpulkan, bahwa yang dimaksud novasi adalah

pengantian perikatan yang lama dengan suatu perikatan yang baru. Kata

menggantikan mengandung arti bahwa, perikatan lama sengaja dihapuskan

dan sebagai gantinya dibuat perjanjian baru, yang melahirkan perikatan

sebagai ganti yang lama. Sengaja dihapuskan berarti para pihak memang

menghendakinya atau dengan kata lain didasarkan pada pihak yang

melakukan pejanjian. (Satrio, 1999: 100)

Novasi atau pembaharuan utang, perikatan yang lama hapus, maka

pokok perikatan yang baru dapat berbeda dari pokok perikatan yang lama.

(Pitlo, Suharnoko, 2005: 57)

2. Bentuk novasi

Dilihat dari bentuk novasi, ada 3 yaitu: (Aryani, 2012: 23)

a. Pembaharuan objektif, yaitu para pihak yang sama mengadakan

perjanjian baru untuk mengantikan perjanjian yang lama, dalam hal ini

yang diperbaharui adalah objek perjanjiannya.

b. Pemaharuan utang subjektif, dalam hal ini yang diperbaharui adalah

kerditunya, dimana kreditur lama digantikan dengan kreditur yang

baru.

(44)

c. Pembaharuan utang subjektif pasif, dalam hal ini yang digantikan

adalah debitunya yang oleh diberpiutang dibebaskan dari perjanjian.

Dalam buku lain menyebutkan hal yang sama mengenai bentuk dan

macam novasi yaitu sebagai berikut:

a. Novasi objektif

Adalah dimana perikatan yang lama diganti dengan perikatan yang

baru, yang didalamnya mengandung suatu objek perikatan lain.

(Satrio, 1999: 106)

Suatu perjanjian kredit dihapuskan dengan perjanjian restrukturisasi

utang kedua perjanjian tersebut esensinya sama yaitu pinjam

meminjam uang. (Suharnoko, 2005: 58)

b. Novasi subjektif aktif

Pada novasi subjektif aktif, maka yang disana diganti adalah subjek

kreditur. Dalam peristiwa seperti ini tidak dapat dihindarkan bahwa

perjanjian perlu melibatkan tiga pihak, yaitu kreditur lama, kreditur

baru dan debitur. Dalam novasi ini perikatan yang lama antara

kreditur lama denan debitur menjadi hapus dan sebagai ganti adalah

adanya perikatan baru antara kreditur baru dengan debitur. (Satrio,

1999:117)

Novasi subjektif aktif terjadi jika kreditor dalam perikatan yang lama

diganti oleh pihak ketiga sebagai kreditor dalam perikatan yang baru.

(Suharnoko, 2005: 58)

(45)

c. Novasi subjektif pasif

Novasi subjektif pasif adalah dimana debitur menawarkankepada

krediturnya seorang debitur baru, yang bersedia untuk mengikatkan

dirinya demi keuntungan kreditur atau dengan perikatan lain, bersedia

untuk membayar hutang-hutang debitur. (Satrio, 1999: 118)

Novasi subjektif pasif adalah debitor dalam perikatan yang lama

diganti oleh pihak ketiga sebagai debitor dalam perikatan yang baru.

Dalam novasi kreditor baru tidak menempati posisi kreditor lama

demikian pula debitor baru tidak menempati posisi debitor lama,

karena perikatan yang lama sudah dihapus. (Suharnoko, 2005: 58)

3. Patokan dan pengaruh novasi

Untuk ada atau tidaknya terjadi novasi haruslah ada patokan yang

pasti. Dalam novasi subjektif lebih mudah dilakukan karena ada dalam

setiap pergantian subjek, baik kreditur maupun debitur.

Mayers memberikan patokan umum dengan mengatakan, bahwa

kalau peraturan-peraturan yang mengatur tentang kewajiban-kewajiban

dan hak-hak subjektif dan susunanya, mempunyai pengaruh yang besar

sekali terhadap masalah identitas, maka kita perlu memeperhatikan

ketentuan-ketentuan tentang lahir dan hapusnya hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dan melihat apakah dalam perjanjian yang

baru atau sebagai buntut perjanjian yang baru telah pula dipenuhi semua

formalitas sebagai yang disyaratkan dalam peraturan yang bersangkutan.

(Satrio, 1999: 104)

(46)

Dengan adanya novasi tentunya memiliki pengaruh terhadap

perikatan yang lama. Ada tidaknya novasi mempunyai pengaruh terhadap

jaminan-jaminan yang ada pada perikatan lama. Kalau tidak ada novasi

maka jaminan-jaminan pada perikatan lama tetap utuh, sedangkan kalau

ada novasi harus ditinjau, apakah jaminan-jaminan tersebut

dipasangkan/diperjanjikan lagi pada perikatan baru . bahkan novasi bisa

mempunyai pengaruh terhadap hukum acara, yaitu mengenai kompensasi

pengadilan, dalam hal perikatan yang baru menetapkan/mempunyai

domisili yang terletak dalam wilayah pengadilan yang lain. (Satrio, 1999:

105)

Dengan kata lain novasi selain menghapus perjanjian atau

perikatan yang lama dengan perikatan atau perjanjian yang baru, baik

dengan cara objektif maupun subjektif berpengaruh pada perjanjian yang

baru dengan ada atau tidaknya jaminan yang sama atau sama sekali

berbeda.

4. Perikatan lain yang termasuk dalam novasi

a. Novasi ganda

novasi ganda adalah yang tering terjadi pada praktek

dilapangan. Yang sering terjadi adalah bahwa antara debitur lama

dengan debitur baru ada suatu hubungan lain (tersendiri) yang

menyebabkan bahwa debitur baru bersedia menggantikan kedudukan

ebiturlama dalam hubungannya dengan krediturnya. (Satrio, 1999:

121)

(47)

b. Exprommission

Pada Exprommission juga terjadi penggantian subjek debitur melalui novasi, tetapi inisiatif novasi disini datang dari kreditur.

Dimana dalam peristiwa novasi disini seakan-akan kreditur yang

mencari dan menemukan seseorang yang mau mengikatkan diri pada

kreditu untuk memenuhi tanggungjawab dan kewajiban debitur dan

menghapuskan perikatan lama yang ada antara kreditur dan debitur.

(Satrio, 1999:124-125)

5. Akibat novasi

a. Pasal 1418

Dalam pasal 1418 akibat hukum mengatakan bahwa:

siberputang yang membebaskan si berhutang yang telah melakukan

pemindahan, tak dapat menuntut orang tersebut, jika orang yang

ditunjuk untuk mengantikan itu jatuh dalam keadaan pailit atau

nyata-nyata tak mampu, terkecuali jika hak penuntut itu dengan tegas

dipertahankan dalam persetujuan, atau jika orang berhutang yang

ditunjuk sebagai pengganti itu pada saat pemindahan telah nyata-nyata

bangkrut, atau telah berada dalam keadaan terus menerus merosot

kekayaannya. (Satrio, 1995:47)

b. Pasal 1419

Pada pasal 1419 mengatakan bahwa: si berhutang yang secara

pemindahan, telah mengikatkan dirinya kepada seorang berpiutang

baru, dan dengan demikian dibebaskan terhadap berpiutang lama, tak

(48)

dapat si berpiutang baru memajukan taangkisan-tangkisan, yang

sebenarnya ia dapat majukan terhadap si berpiutang lama, meskipun

ini tidak diketahuinya sewaktu membuat perikatan baru; namun itu

dengan tidak mengurangi, dalam hal yang terakhir tadi, hak untuk

menuntut si berpiutang lama. (Satrio, 1995: 49)

c. Akibat novasi terhadap hak-hak jaminan

1) Akibat umum

Seperti yang dijelaskan dalam pengertian tentang novasi,

bahwa akibat umum terjadinya novasi adalah hilangnya perikatan

atau perjanjian lama dan diganti dengan perikatan atau perjanjian

yang baru.

2) Akibat terhadap jaminan kebendaan

Hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang melekat pada

piutang lama, tidak berpindah kepada piutang baru yang

menggantikannya, kecuali kalau hal itu secara tegas dipertahankan

si berpiutang. (Satrio, 1995: 53)

3) Akibat debitur tangung menangung

Menurut pasal 1280 maka terjadilah perikatan tangung

menanggung di pihaknya orang-orang yang berhutang, maka kala

mereka kesemuanya diwajibkan melakukan sesuatu hal yang sama,

demikian bahwa masing-masing dapat dituntut untuk seluruhnya,

dan pemenuhan oleh salah satu membebaskan kawan-kawan

berhutang yang lainnya terhadap si berpiutang. (Satrio, 1995: 56)

(49)

4) Akibat borg

Berdasarkan ketentuan pasal 1424 ayat 2, denga adanya

novasi subjektif, dengan mana pada pergantian subjek debitur

utama, maka borg menjadi bebas. (Satrio, 1995: 57)

F. Ekonomi Syariah

Dalam undang-undang nomor 3 tahun 2006, telah ditetapkan sembilan

bidang tugas peradilan agama, yakni perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,

zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah. Dengan berlakunya

undang-undang inilah masalah ekonomi syariah menjadi kompetensi absolut peradilan

agama. (Anshori, 2007: 80)

Pergertian ekonomi syariah yang telah tercantum dalam pasal 49 huruf

(i) undang-undang nomor 3 tahun 2006 adalah perbuatan atau kegiatan usaha

yang dilaksanakan menurut prinsip syariah atau dengan hukum islam. (Rasyid

dan Saifuddin, 2009: 31)

Antara lain yang meliputi ekonomi syariah adalah:

1. Bank syariah

Adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembiayaan serta peredaran uang

yang pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip hukum islam.

(Dahlan, Rasyid dan Saifuddin, 2009: 32)

(50)

2. Lembaga keuangan mikro syariah

Dalam undang-undang memang tidak dijelaskan tentang lembaga

keuangan mikro syariah adalah baitul mal wat-tamwil, namun dalam pasal 1 peraturan dasar baitul mal wat-tamwilyang menyebutkan, bahwa baitul mal wat-tamwil adalah suatu lembaga rakyat kecil, yang berupaya menggembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan egiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil

berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koprasi. (Rasyid dan Saifuddin,

2009: 38)

3. Asuransi syariah

Dalam fatwa MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman

umum asuransi syariah. Asuransi syariah adalah usaha salin melindungi

dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi

dalam bentuk aset dan/atau tabbaru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai

dengan syariah.

4. Reasuransi syariah

Dalam pasal 1 angka 3 peraturan pemerintah Nomor 39 tahun 2008

perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang

penyelenggaraan perusahaan perasuransian disebutkan, bahwa perusahaan

reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam pertanggungan

ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi.

(51)

5. Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah

MUI telah memfatwakan bahwa obligasi syariah adalah surat-surat

berharga janka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh

emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk

membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi

hasil/ margin/ fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh

tempo. Fatwa DSN Nomor 32/ DSN-MUI/ IX/ 2002 tentang obligasi

syariah.

6. Reksadana syariah

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

dana dari masyaraktan pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam

portofolio efek oleh manajer investasi. (ps 2 angka 27 UU Nomor 8/1995)

tentang pasar modal. Dan dalam fatwa MUI Nomor

20/DSN-MUI/I/IX/2001 disebutkan bahwa reksadana syariah adalah, reksadana

yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam baik dalam

bentuk akad antara pemodal sebagai shahib al-mal/ rab al-mal dengan manager investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.

7. Sekuritas syariah

Sekuritas syariah adalah bukti utang piutang atau pemilikan modal

dalam bentuk surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan

prinsip syariah, seperti obligasi syariah, saham syariah. (Rasyid dan

Saifuddin, 2009: 46)

(52)

8. Pembiayaan syariah

Peraturan bank indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang

pelaksanaan prinsip syariah disebutkan bahwa yang termasuk dalam

pembiayaan syariah produk bank syariah adalah wadi’ah, mudarabah, musyarakah, murabahah, salam, istisn’ ijarah dan qard.

9. Pegadaian syariah

Gadai syariah diatur dalam fatwa MUI Nomor

25/DSN-MUI/III/20002 yang secara etimologis dipadankan dengn rahn, yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Menurut istilah syara’ rahn dirumuskan sebagai penahanan terhadap sejumlah harta yang diserahkan sebagai

jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. (Rasyid

dan Saifuddin, 2009: 47)

10.Dana pensiun lembaga keuangan syariah

Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang

dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk

menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan maupun

pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja dari

karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. (Rasyid

dan Saifuddin, 2009:49). Salah satu kegunaan bank umum syariah adalah

sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun erdasarkan

prinsip syariah. (ps 20 ayat (1) huruf d UU Nomor 21/2008)

(53)

11.Bisnis syariah

Bisnis syariah adalah semua kegiatan dagang, industri atau

keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah. (Rasyid dan Saifuddin,

2009:49)

G. Alternatif penyelesaian sengketa

1. Pengertian

Istilah teori penyelesaian sengketa berasal dari terjemahan bahasa

inggris, yaitu dispute settlement of theory. Dalam bahasa belanda dikenal dengan theorie van de beslechting van geschillen. Sedangakan dalam bahasa jerman adalah streitbeilegung.

Menurut halim dan Erlies septiana, secara penyelesaian sengketa

merupakan upaya untuk mengembalikan hubungan para pihak yang

bersengketa dalam keadaan seperti semula. Dengan pengembalian

hubungan tersebut, maka mereka dapat mengadakan hubungan baik sosial

maupun hubungan hukum. Teori yang mengkaji tentang hal ini disebut

teori penyelesaian sengketa. (Hudiata, 2015: 13)

Menurut nurnaningsih amriani dalam bukunya menuturkan bahwa,

sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan

oleh pihak lain. Pihak yang merasa dirugikan menyampaikan

ketidakpuasan ini kepada pihak kedua dan apabila pihak kedua tidak

menanggapi dan memuaskan pihak pertama, serta menunjukkan

(54)

perdebedaan pendapat, maka terjadilah apa yang dinamakan sengketa.

(Amriani, 2012: 12)

Dalam konteks hukum, khususnya hukum kontrak, yang dimaksud

dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara pihak karena

adanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dituangkan dalam

suatu kontrak, baik sebagian ataupun keseluruhan. Dengan kata lain telah

terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu pihak. (Amriani, 2012:

13)

2. Macam alternatif penyelesaian sengketa

Secara umum penyelesaian sengketa, baik nasional maupun

internasional, dapat dilakukan dengan berbagai cara, anttara lain:

a. Negosiasi

Negosiasi menurut Ficher dan Ury merupakan komunikasi dua

arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua

belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang smaa maupun yang

berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihah yang

mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa

keterlibatan pihak ketiga penengah yang tidak berwenang mengambil

keputusan (mediasi), maupun pihak ketiga pengambil keputusan

(arbritase dan litigasi). (Amriani, 2012: 23)

Dalam konteks bisnis, negosiasi adalah hal yang selalu

dlakukan. Negosiasi biasanya dilakukan sebelum pihak-pihak yang

ingin berbisnis mengikat diri dalam suatu kontrak, maupun jika terjadi

Referensi

Dokumen terkait

Pada ibu yang mempunyai status sosial ekonomi rendah tidak mengalami depresi postpartum yang tinggi, sedangkan ibu yang berstatus sosial ekonomi tinggi dan sedang yang

L’étre-pour-soi atau ‘ada untuk diri’ menunjuk cara beradanya manusia yaitu pada kesadaran manusia; sifatnya melebar (extensif) dengan dunia kesadaran dan sifat kesadaran

Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad E/E, tetapi di komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai tahun &8'- ketika

PLUT-KUMKM adalah Program Kementerian Koperasi dan UKM yang menyediakan jasa-jasa non-finansial secara menyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi dan usaha mikro, kecil,

Sifat lain dari teknologi yang mempengaruhi sehingga dapat diadopsi adalah sifat kerumitan inovasi (complexity), kemudahan inovasi diterapkan (triability), kemudahan

Pengujian ketiga variabel bebas X (NPL, LAR, dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) sehingga hipotesis yang diajukan terbukti.

Padahal jika dilihat dari potensi konsumen baik dari RTP dan maupun konsumen untuk usaha skala kecil (homestay) maka pengembangan energi terbarukan layak dilakukan, misalnya

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kreativitas pada intinya merujuk kepada kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata,