Kecamatan Kedungjati Kabupaten Crobogan
Tahun 2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban
dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah
O leh:
ADI MIARSONO NIM : 111 04 055
J U R U S A N T A R B IY A H
P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN )
S A L A T IG A
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 4 Agustus 2009
Penulis,
A D I M IA R S O N O N IM : 111 04 055
Suwardi, M.Pd
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : ADI MIARSONO
NIM : 111 04 055
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : PROBLEMATIKA MANAJEMEN MADRASAH
DINIYAH (Studi Kasus pada Guru Madrasah
Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara : ADI MIARSONO dengan N o m o r Induk M ah asisw a :
111 04 055 yan g b eiju du l : “PROBLEMATIKA MANAJEMEN
MADRASAH DINIYAH (Studi Kasus Pada Madrasah Diniyah Desa
Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan Tahun 2009”.
T elah dim unaqasahkan dalam sidan g panitia ujian Jurusan T arbiyah S ek olah
T in ggi A gam a Islam N eg eri S alatiga pada hari : Kamis tanggal 20
Agustus 2009 y an g bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah
diterim a sebagai b agian dari syarat-syarat untuk m em p eroleh gelar Sarjana dalam
Ilmu Tarbiyah.
2 0 A gu stu s 2 0 0 9 M Salatiga,
29 S y a ’ban 1430 H
Panitia Ujian
Pem bim bing
Suwardi. S.Pd., M.Pd N IP .19670121 199903 1 002
s' y
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya.
Mulai dari Nol (0)...!!!
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu (Bapak L. Nuryanto dan Ibu
Pasmi) tercinta yang senantiasa sabar dan
iklas dalam membimbing kehidupanku ke
jalan yang benar dan lebih bermakna.
2. Kakak-kakak ku dan adik-adik keponakanku
tercinta yang selalu memberiku semangat.
3. Spesial soulmate ku “Onah” yang telah sabar
menemani perjuanganku dalam menuntut
ilmu.
4. Kepada SMC (Stain Music Club) yang telah
banyak memberiku ilmu & pengalaman,
baik dalam berOrganisasi maupun berMaen
music.
5. Keluarga besar SMC & Teater GETAR yang
banyak memotivasiku dalam berproses dan
mencari apa yang menjadi tujuan hidupku..
6. Teman-temanku seperjuangan; Johan dkk,
Rofiq dkk khususnya mahasiswa PAI-B
angkatan tahun 2004.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Fabb yang
Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai
keistimewaan dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya. Penulis mempunyai
kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terealisasikan.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin.
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini
bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Dan
akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhana ini dengan judul :
PROBLEMATIKA MANAJEMEN MADRASAH DINIYAH (Studi Kasus pada
Guru Madrasah Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan Tahun 2009)
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus, penulis menghaturkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah PAI STAIN
Salatiga.
3. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing yang senantiasa ikhlas dan
ilmu di STAIN Saiatiga.
5. Ibu Maslikhah, M.Si terima kasih atas bimbingan dan nasihatnya.
6. Team Perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan
buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Tanwir selaku Kepala Madrasah Diniyah desa Karanglangu yang
berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Keluargaku tercinta (Bapak, Ibu, Kakak-kakakku dan adik-adik keponakan-
keponakanku).
9. Terimakasih kepada kru Dot. Comp dan semua pihak yang membantu dalam
penulisan skripsi ini.
Dengan sedikitnya kemampuan yang ada, penulis telah berusaha
menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya. Namun dengan demikian, skripsi ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang budiman demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga bermanfaat untuk semua.
Salatiga, 4 Agustus 2009
Penulis,
viii
HALAMAN JUDUL... i
DEKLARASI... ii
NOTA PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Penegasan Istilah... 5
C. Rumusan M asalah... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Hasil Penelitian ... 7
F. Metodologi Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan... 11
BABII LAND ASAN TEORI A. Problematika... 12
B. Manajemen (Pengelolaan)... 14
C. Madrasah Diniyah ... 25
1. Informasi tentang Madrasah Diniyah Desa Karanglangu. 42
2. Fasilitas Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 43
3. Keadaan Siswa di Madrasah Diniyah Desa
Karanglangu... 43
4. Visi dan Misi Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 44
B. Hasil Penelitian... 45
1. Problem yang Muncul dalam Manajemen Madrasah
Diniyah Desa Karanglangu... 45
2. Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Problem
Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 48
3. Solusi untuk Mengatasi Problem yang Muncul dalam
Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 50
BAB IV ANALISA DATA
A. Problematika Manajemen Madrasah Diniyah Desa
Karanglangu... 53
1. Problem yang Muncul dalam Manajemen Madrasah
Diniyah Desa Karanglangu... 53
2. Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Problem
Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 57
3. Solusi untuk Mengatasi Problem yang Muncul dalam
Manajemen Madrasah Desa Karanglangu ... 58
B. Saran-saran ... 61
C. Penutup... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah Diniyah merupakan sebuah wadah pendidikan yang sudah
dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai sarana untuk belajar ilmu
agama Islam dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan proses
pendidikan yang di dapat di sekolah diharapkan agar anak mampu
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Dalam sekolah-sekolah yang ada di Indonesia dilihat dari sudut
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan tidak terlalu
mengecewakan- Hal itu terbukti pendidikan di Indonesia sudah banyak
menghasilkan ilmuan, politikus, dan pelaku ekonomi yang handal. Meski jika
dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainya pendidikan di
Indonesia berada pada peringkat bawah. Setiap instansi kependidikan
sangatlah memerlukan program-program yang teratur dan manajemen yang
matang, namun terkadang dalam realitanya program-program yang sudah
tertata dengan baik di atas kertas belum tentu sepenuhnya dilaksanakan
dengan baik di lapangan.
Fenomena-fenomena seperti yang digambarkan di atas menunjukkan
adanya kekurangan dalam praktek pendidikan di Indonesia. Dalam proses
pendidikan hendaknya diberi penekanan pada upaya membimbing dan
membiasakan agar ilmu pengetahuan yang diajarkan tidak hanya dipahami,
dikuasai atau dimiliki, akan tetapi lebih dari itu perlu diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.1 Untuk menyikapi hal tersebut perlu kiranya kita
melihat wadah pendidikan yang lebih dispesifikkan mempeiajari ilmu agama
Islam yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Yang dimaksud
adalah Madrasah Diniyah. Ketika kita mengamati perkembangan madrasah
diniyah sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin sangat sulit bagi kita
untuk tidak mengakuinya sebagai sebuah realitas umum dalam konteks
dinamika pendidikan keagamaan pada beberapa daerah di republik bernama
Indonesia.
Hal-hal minimalis yang dialami madrasah diniyah antara lain dalam
bentuk sumber dana yang minim, alokasi waktu yang minim, kesejahteraan
pendidik yang minim, aspek manajerial yang minim, perhatian pemerintah
yang minim, penguasaan metodologi pengajaran yang minim, sarana
prasarana yang minim dan hal-hal lain yang serba minim. Tetapi yang
memunculkan rasa takjub adalah meskipun madrasah diniyah dikelola dalam
keadaan serba minimalis namun masih tetap eksis melayani pendidikan
keagamaan bagi masyarakat dimana madrasah itu berada. Tidak seperti
sekolah-sekolah dasar milik pemerintah yang banyak mengalami fenomena
gulung tikar dalam bentuk karena kurang diminati oleh masyarakat, kita justru
hampir tidak mendengar adanya Madrasah Diniyah yang bangkrut karena
minimnya masyarakat menyekolahkan anaknya. Seperti ada yang membuat
Madrasah Diniyah tetap eksis di tengah arus modernisasi yang begitu deras
hendak menggerus nilai-nilai tradisi dalam berbagai ranah kehidupan sosial
budaya.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati bahwa Madrasah Diniyah
sebagai 'lembaga pendidikan Islam yang telah menunjukkan kemampuanya
dalam mencetak kader-kader uiama’ mulai dari kecil hingga dewasa dan telah
berjasa turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan keberhasilannya dalam
menanamkan sikap mandiri dan disiplin.
Di era globalisasi ini kehidupan sudah semakin tidak dapat terkontrol.
Khususnya dalam permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pendidikan.
Pendidikan di sini sifatnya luas, artinya bukan hanya pendidikan yang bersifat
umum, tetapi juga Pendidikan Agama Islam.
Membandingkan dua hal yang tidak sebanding adalah merupakan
langkah yang kurang adil. Sekolah umum yang pada umumnya berstatus
negeri dan dengan statusnya itu seluruh pembiayaan, ketenagaan, semua
kebutuhan fasilitas tercukupi oleh pemerintah dibandingkan dengan prestasi
madrasah yang pada umumnya berstatus swasta dan tidak memperoleh
fasilitas sebagaimana yang diterima oleh sekolah umum pada umumnya.
Tambahan lagi, bahwa madrasah dan sekolah umum memiliki karakteristik
dan orioentasi yang membawa konsekuensi beban berbeda. Madrasah untuk
membangun ciri khasnya, mereka menambah beban dengan cara memberi
penguatan pada aspek keagamaan (Islam) yang sesungguhnya merupakan
kekuatan tersendiri, akan tetapi tidak pernah memperoleh perhargaan lebih
dengan fenomena maraknya perkelahian antar-siswa, merebaknya kasus-kasus
penggunaan obat terlarang di kalangan siswa, pergaulan bebas dan seterusnya,
fenomena Madrasah jauh dari citra buruk seperti itu, misalnya, dalam
pengamatan selama ini sedikit sekali ditemukan kasus-kasus negatif seperti itu
di Madrasah, lantaran kekuatan spiritual yang dikembangkan. Kenyataan ini
belum pernah memperoleh pengakuan semestinya. Sedangkan prestasi
membangun akhlak atau budi pekerti dari kedua jenis lembaga pendidikan
tersebut tidak pernah dilihat, sehingga seolah-olah aspek itu dipandang kurang
penting. Padahal, yang sesungguhnya tatkala bangsa tidak memiliki karakter,
akhlak atau kepribadian maka segala-galanya akan tidak bermakna, sekalipun
'y
mereka menyandang intelektual yang tinggi. Kata kuncinya dalam mengelola
pendidikan, semestinya harus mengedepankan kebersamaan, kesemestaan,
keadilan, dan dijauhkan perlakuan diskriminatif.
Tujuan Pendidikan Agama Islam juga menginginkan perubahan pada
bidang asasi salah satunya adalah tujuan individu yang berkaitan dengan
individu-individu, pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka,
dan apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan
yang diinginkan pada tingkah laku, aktifitas dan pencapaiannya, dan pada
pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi mereka, dan pada persiapan yang
dimestikan pada mereka di kehidupan dunia dan akhirat. Maka dari itu
Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan, karena dengan Pendidikan
Agama Islam sangat berpengaruh terhadap perilaku anak didik. Dan pada bab 2
ini khususnya ditujukan pada permasalahan yang ada di Madrasah Diniyah.
Jadi dalam Madrasah Diniyah ini sudah banyak dibahas di atas yang isinya
tentang pendidikan yang khususnya pendidikan Islam. Madrasah Diniyah
sangat menarik dan sangat menacu semangat untuk diteliti dan dikupas sampai
sedalam-dalamnya. Karena apabila dilihat realitanya sekarang dalam
Madrasah Diniyah keadaannya sangat memprihatinkan. Salah satunya yaitu
dilihat dari segi SDM sangatlah kurang, dan selain itu sarana dan prasarana
juga sangat minim. Dari kondisi yang seperti itu tentu saja ada beberapa
permasalahan tentang manajemen (pengelolaan) dalam Madrasah Diniyah
tersebut. Dalam konteks tersebut penulis ingin meneliti Problematika
Manajemen Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.
Grobogan 2009.
B. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami dan menghindari kesalahan
dalam penafsiran judul skripsi, maka penulis sampaikan maksu-maksud istilah
breikut:
1. Problematika Manajemen
Problematika (problematic) berasal dari bahasa Inggris yang
artinya persoalan atau masalah/ Jadi, Problematika Manajemen adalah
persoalan atau masalah-masalah yang terjadi dalam Manajemen
2. Madrasah Diniyah
Madrasah adalah sekolah yang biasanya dimiliki oleh lembaga
Islam. Sedangkan kata Diniyah 'berasal dari bahasa Arab yang artinya
keagamaan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa problematika yang muncul dalam Manajemen Madrasah Diniyah di
Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan tahun 2009?
2. Apa faktor yang melatar belakangi munculnya problem-problem dalam
Manajemen Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.
Grobogan tahun 2009?
3. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi problem-problem yang terjadi pada
Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam Manajemen
Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya
p r o b le m - p r o b le m d a la m M a n a j e m e n M a d r a sa h D i n iy a h d i D e s a
3. Untuk mengetahui dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi
problem-problem yang terjadi pada Madrasah Diniyah di Desa
Karanglangu.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang
jelas tentang Problematika Manajemen Madrasah Diniyah, sehingga dari
informasi tersebut dapat memberikan manfaat apabila ternyata
Problematika Manajemen Madrasah Diniyah bisa memberikan pelajaran
yang sangat penting bagi kita semua. Selanjutnya kita dapat senantiasa
ikut serta mencari solusi yang tepat untuk mengatasi problem-problem
tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Dari penelitian ini, peneliti mempunyai harapan agar
mendapatkan pengalaman yang luas khususnya dalam bidang
manajemen. Jadi selain mndapatkan ilmu manajemen yang diajarkan di
kampus juga bisa belajar dari meneliti tentang manajemen dan
problem-problem yang ada di Madrasah Diniyah.
b. Bagi Madrasah Diniyah
Manfaat hasil penelitian bagi Madrasah Diniyah yaitu: bisa
dan problem tersebut bisa menjadi pelajaran untuk memperbaiki
manajemen atau pengelolaannya.
c. Bagi Departemen Agama
Bisa mendapatkan informasi tentang problem-problem
manajemen yang ada dalam Madrasah Diniyah dan bisa memberikan
solusi untuk mengatasi problem-problem tersebut.
d. Bagi STAIN Salatiga
Bisa mendapatkan informasi tentang problem-problem
manajemen yang ada dalam Madrasah Diniyah dan menjadi referensi
keilmuan.
F. Metodologi Penelitian
Untuk membantu dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil
beberapa metode untuk dijadikan landasan dalam mengumpulkan data yang
dibutuhkan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
dipilih agar pendeskripsian tentang Problematika Manajemen Madrasah
Diniyah dapat dilakukan secara mendalam. Pendekatan kualitatif
fenomenologi juga penulis terapkan dengan mengamati fenomena-
fenomena dunia konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan
pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subyek di sekitar
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penulisan skripsi dengan judul Problematika Manajemen
Madrasah Diniyah ini, penulis mulai melaksanakan penelitian pada hari
Sabtu, 4 Juli 2009 Madrasah Diniyah Desa Karanglangu RT 04 / RW 02
Kec. Kedungjati Kab. Grobogan
3. Subyek Penelitian
Merupakan sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya (”attribut”-nya) akan diteliti. Dengan
kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat
atau terkandung objek penelitian. Jadi bisa dikatakan bahwa peneliti
sebagai subyek penelitian dan yang menjadi obyek adalah para Guru di
Madrasah Diniyah Desa Karanglangu
4. Teknik Pengumpulan Data
Penulisan ini selain menggunakan riset kepustakaan yang sering
disebut dengan pendekatan kualitatif, untuk memenuhi akurasi data
terhadap sumber data primer dan sekunder maka penulis juga
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik utama dalam penelitian ini.
Teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara
mendasar dalam interaksi yang spesifik. Teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara tidak terstandar artinya dalam melakukan
wawancara tidak berstruktur dipilih dengan harapan wawancara dapat
dilakukan secara lebih personal yang memungkinkan diperoleh
informasi sebanyak-banyaknya. Apabila diperkenankan oleh informan
dan bila dibutuhkan, peneliti menggunakan alat bantu berupa : buku,
catatan, mesin perekam, dan pengambilan foto dengan kamera,
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani. Penggunaan studi
dokumentasi ini didasarkan pada lima alasan yaitu : (1) Sumber-
sumber ini tersedia dan murah (terutama dari segi waktu); (2)
Dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang stabil,
akurat, dan dapat dianalisis kembali; (3) Dokumen dan rekaman
merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan
dan mendasar dalam konteksnya; (4) Sumber ini merupakan
pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; dan (5) Sumber
ini bersifat nonreaktif. sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik
kajian isi.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun oleh peneliti. Kegiatan analisis dilakukan dengan
menelaah data, menata, mencari pola, menemukan apa yang bermakna,
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun dalam lima bab:
bab I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, penjelasan istilah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi telaah teoritik tentang Problematika
Pengelolaan Madrasah Diniyah.
Bab III Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini dilaporkan tentang keadaan yang melihat responden,
lokasi, keadaan siswa, dan permasalahan-permasalahan yang ada di
daalamnya.
Bab IV Analisis Data
Di dalamnya dibahas tentang analisis pendahuluan dan analisis
lanjutan.
Bab V Kesimpulan, Saran dan Penutup
Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya
A. Problematika
1. Pengertian
Problematika (problematic) berasal dari bahasa Inggris yang
artinya persoalan atau masalah. Semua insan yang hidup di dunia pasti
tidak akan luput dari yang namanya persoalan atau masalah. Dan masalah
tersebut bisa menjadikan pola pikir manusia bertambah dewasa, karena
dengan ada masalah seseorang akan lebih menggunakan otak untuk
berfikir dan mencari jalan yang benar-benar logis. Persoalan atau masalah
tidak hanya terdapat pada diri pribadi. Namun, suatu organisasi dan
lembaga pendidikan juga pasti terdapat suatu masalah. Karena di
dalamnya ada suatu manajemen yang mengelola proses pembelajaran pada
lembaga tersebut. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi perkembangan anak bangsa. Lebih dispesifikkan lagi yaitu
pendidikan yang bersifat keagamaan yaitu Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Islam akan menjadikan contoh moral yang baik. Saat ini
kehidupan kaum muslimin ui berbagai negeri tengah didera oleh ideologi
kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Tidak terkecuali dengan
Indonesia yang merupakan salah satu negeri muslim terbesar di dunia kini
tengah mengalami berbagai macam keterpurukan akibat mengemban
ideologi tersebut. Secara praktis, mafahim, maqayis, dan qanaah yang
dimiliki oleh masyarakatpun tidak sepenuhnya diberikan kepada Islam,
melainkan kepada kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Oleh
karena itu merupakan suatu kewajiban pula bagi kaum muslimin untuk
mengembalikan unsur yang berbau Islam melalui aktifitas dakwah yang
dilakukan secara berjamaah dalam berinteraksi dengan masyarakat hingga
dapat menanamkan nilai-nilai baru ditengah-tengah masyarakat secara
berkesinambungan.
Dalam sejarah pendidikan Islam, mempunyai kegunaan sebagai
faktor keteladanan.4 5 Dalam dunia pendidikan, masalah klasik masih sering
dipersoalkan oleh para pakar pendidikan (Islam) adalah adanya dikotomi
daiam sistem pendidikan.3 Dan pastinya ada pula persoalan-persoalan dan
yang melatarbelakangi persoalan dalam manajemen.
2. Kaitannya dengan Lembaga Pendidikan Islam non Formal
Taman pendidikan Alqur’an atau taman pendidikan seni Alqur’an
adalah lembaga pendidikan yang ada di masyarakat non formal. Posisinya
dirasa sangat perlu keberadaannya dalam mencetak generasi qur’ani.
Wajar memang tatkala efek dari globalisasi telah merambah disemua
kalangan,penanaman dan pemantapan pondasi aqidah sebagai dasar hidup
mutlak harus, apabila generasi muda kita. Tentu mustahil “adat basandi
4 Mustafa - Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,him. i 6
syarak dan syarak basandi kitabullah”akan dapat menuai hasil apabila
tidak adanya usaha dari kita untuk menjalankannya.6
Problematika dalam lembaga pendidikan Islam non formal
sangatlah berangam, dari masalah SDM, dana, sampai masalah
manajemen. Sebagian besar lembaga pendidikan islam non formal berada
di daerah pedesaan dan sebagian banyak yang belum mengutamakan dan
mengedepankan lembaga pendidikan ini,.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Drs Syaefudin, MPd.
alumnus S2 konsentrasi Manajemen Pendidikan Universitas Islam, Istilah
pendidikan Islam dipergunakan dalam dua hal, yaitu: satu, segenap
kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk menanamkan nilai-
nilai Islam dalam diri sejumlah siswa. Dua, keseluruhan lembaga
pendidkan yang mendasarkan segenap program dan kegiatannya atas
pandangan dan nilai-nilai Islam.
E. Manajemen (Pengelolaan)
1. Pengertian
Secara umum semua instansi yang didalamnya terdapat sebuah
organisasi atau lembaga pendidikan sadar atau tidak sadar telah
melaksanakan manajemen, karena dalam prakteknya, manajemen
dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi) untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Begitu juga di dalam organisasi sekolah.
Akan tetapi manajemen yang diterapkan belum tentu berlangsung secara
baik sesuai dengan prosedur yang ada. Untuk mengetahui lebih jelas apa
yang dimaksud dengan manajemen, berikut akan dilihat "beberapa defenisi,
yaitu : Manajemen ialah “kepemimpinan, proses pengaturan, menjamin
kelancaran jalannya pekerjaan dalam mencapai tujuan dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya.” 7 8
2. Unsur Manajemen
Dari defenisi tersebut dapat dilihat ada beberapa unsur yang terdapat
dalam manajemen, yaitu:
a. Unsur kepemimpinan.
b. Unsur pengaturan.
c. Unsur menjamin kelancaran.
d. Unsur pencapaian tujuan.
o
e. Unsur pengorbanan.
Kelima unsur di atas sebagai pengertian dari manajemen adalah
bagian-bagian dari tugas yang harus dilaksanakan dengan tanggung jawab.
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun
tujuan jangka panjang. Asumsi di atas melahirkan suatu teori ekstrim,
bahwa maju mundur atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan
oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu.9
Dari ungkapan di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa
manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya
tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan
secara optimal, efektif, dan efesien. Konsep tersebut berlaku di sekolah
yang memerlukan manajemen yang efktif dan efesien.
Apabila dilihat secara luas unsur-unsur manajemen seperti yang
dirumuskan di atas dapat dikatakan antara satu dengan yang lainnya tidak
terlepaskan atau saling berkaitan. Karena sebagai pemimpin tidak akan
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila tidak ada kemampuan
mengatur. Sedangkan dalam tugas memimpin dan mengatur menuntut
adanya tanggung jawab, sehingga terjamin kelancaran program kegiatan
yang dilaksanakan, demikian juga dalam tugas memimpin harus ada
pengorbanan baik dalam bentuk moril demikian juga materil. Apabila
semua unsur-unsur telah dilaksanakan dengan sendirinya, apa tujuan yang
telah diprogramkan akan mudah tercapai. Tujuan utamanya adalah
meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Dalam kaitan ini sebagai modal utama bagi kegiatan manajemen
ialah kemampuan manusianya, yaitu terbentuknya sumber daya manusia
yang baik dan terarah. Dan di dalam manajemen, seseorang dapat
memiliki falsafah di dalam atau di luar manajemen. Arti dari falsafah
manajeman ialah suatu cara berfikir di dalam manajemen yang meliputi
pengamatan, pengertian terhadap konsep dan keyakinannya.10
Antara manajemen sumber daya manusia dengan personel
manajemen terdapat di dalam ruang lingkup dan tingkatannya. Manajemen
sumber daya manusia baik yang berada dalam hubungan kerja maupun
yang berusaha sendiri. Personil manajemen mencakup sumber daya
manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan modern-modern yang
dikenal dengan sektor formal.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa manajemen tidak terlepas
dari sumber daya manusia, karena manajemen berlangsung di dalam
organisasi manusia. Jelaslah apabila orang-orang yang bergabung dalam
organisasi tidak dimenej atau dipimpin secara baik, meraka akan kurang
berkembang dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu atau mungkin saja
mengalami kesulitan dan problema-problema lainnya. Dalam tindakan
manajemen seseorang, terdapat beberapa sistem berfikir. Seorang manajer
membangun pola berfikir, menerima criteria, hubungan social dan suasana
ekonomis yang diinginkan di dalam keputusan yang dicapai dan tindakan-
tindakan yang akan diambil.11
3. Prinsip umum Administrasi
Manajemen mempunyai hubungan erat dengan administrasi. Dalam
hal ini diperlukan Administrasi dalam Madrasah Diniyah. Administrasi
10 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta, him. 22
Pendidikan Madrasah Diniyah ialah segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber, baik personil bersama maupun material
secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan
di Madrasah Diniyah secara optimal. Sebagai contoh, apabila kepala
Madrasah Diniyah telah memanfaatkan guru-guru dan pegawai lain serta
menggunakan semua peralatan madrasah sehingga proses belajar mengajar
serta kegiatan madrasah lainnya berjalan dengan baik, maka kepala
Madrasah diniyah tersebut telah melaksanakan administrasi. Adapun
prinsip Umum Administrasi dalam Madrasah Diniyah adalah sebagai
berikut:
a. Administrasi Madrasah bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai
dengan kondisi dan situasi nyata di Madrasah Diniyah.
b. Administrasi Madrasah Diniyah berfungsi sebagai sumber informasi
bagi peningkatan pengelolaan pendidikan dan proses belajar mengajar.
c. Administrasi Madrasah Diniyah dilaksanakan dengan system
mekanisme kerja yang menunjang realisai pelaksanaan kurikulum.'2
Secara makro administrasi pendidikan di Madrasah Diniyah
mencangkup: Pengajaran/kurikulum, Warga belajar, Ketenagaan/
kepegawaian, Keuangan, Sarana/prasarana/gedung, perlengkapan
Madrasah Diniyah, dan hubungan kerjasama dengan masyarakat.
Dalam pelaksanaan administrasi termasuk administrasi pendidikan
diperlukan seorang pemimpin/administrator yang berpandangan luas dan 12
berkemampuan, baik dilihat dari segi pengetahuan,ketrampilan maupun
dari sikap. Hal ini diperlukan karena pimpinan harus menciptakan dan
melaksanakan hubungan yang baik antar Kepala Madrasah Diniyah
dengan guru, Guru dengan Guru, Guru dengan penjaga madrasah, Kepala
madrasah diniyah, guru dan masyarakat.
Seorang administrator pendidikan diharapkan memiliki pengetahuan
tentang administrasi pendidikan yang meliputi kegiatan mengatur proses
kegiatan mengajar, warga belajar, ketenagaan, alat pelajaran, gedung dan
perlengkapan madrasah diniyah, keuangan madrasah diniyah, dan
hubungan dengan masyarakat. Seorang administrator juga diharapkan
memiliki sikap memahami dan melaksanakan kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh pimpinan departemen agama, memahami peraturan-
peraturan serta melaksanakannya, menghargai cara berfikir rasional,
demokratis, dinamis, kreatif dan terbuka terhadap pembaharuan
pendidikan serta mau menerima kritik yang membangun dan saling
mempercayai sebagi dasar dalam pembagian tugas-tugas.
Manajemen sering disejajarkan dengan pengertian kepemimpinan,
karena kedua-duanya sama-sama berproses untuk mengemban tugas
komando. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting,
dalam kaitan ini akan dikemukakan pengertian kepemimpinan.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
Ha! tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya
mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan
karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat
pemimpin dan pengikut berinteraksi.
Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan, apalagi jika
dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan. Dengan
organisasi yang rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik daripada yang
dilakukan secara individual. Kelembagaan itu akan berjalan dengan baik
jika dikelola dengan baik. Organisasi atau lembaga pendidikan apapun,
senantiasa membutuhkan manajemen yang baik.
4. Fungsi Manajemen
Dalam pembahasan awal telah dikatakan bahwa kegiatan manajemen
diantaranya ialah mampu memimpin, menggerakkan, mengatur, menjamin
kelancaran, dan memberikan pengorbanan daiam hal pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, perlunya memahami fungsi-
fungsi pokok manajemen, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, koordinasi,
pengawasan, dan pembinaan. Dalam prakteknya fungsi-fungsi tersebut
merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Selanjutnya fungsi-
fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan merupakan proses yang sistematika dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang
akan datang. Perencanaan juga merupakan kumpulan kebijakan yang
dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman
kerja. Dalam perencanaan terkandung pemahaman terhadap apa yang
telah dikerjakan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif
pemecahannya serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang telah
ditentukan secara proporsional. Perencanaan program pendidikan
sedikitnya memiliki dua fungsi utama, pertama, perencanaan
merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan
rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber
yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan; kedua,
perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau
menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efesien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif
dan efesien. Rencana yang telah disusun akan memiliki nilai jika
dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Dalam pelaksanaan, setiap
organisasi atau lembaga pendidikan harus memiliki kekuatan yang
mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan
seperti yang diinginkan sulit terealisasi.
c. Koordinasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
personil untuk saling berkomunikasi dan berkoordinasi untuk
d. Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara
sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan,
petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat,
serta memperbaiki kesalahan. Pengawasan, merupakan kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen, perlu dilihat
secara komprehensif, terpadu, dan tidak terbatas pada hal-hal tertentu.
e. Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara
profesional semua unsur orgnisasi agar berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana
secara efektif dan efesien.13
Agar fungsi-fungsi diatas dapat berperan dengan baik, maka dalam
kegiatan manajemen harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Berpandangan jauh ke depan.
2) Bersikap dan bertindak bijaksana.
3) Berpengetahuan yang luas.
4) Bersikap dan bertindak adil.
5) Berpendirian teguh.
6) Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.
7) Berhati ikhlas.
8) Memiliki kondisi fisik yang baik.
9) Mampu berkomunikasi.14
lj Ibid, him. 40
Fungsi manajemen sekolah tidak terlepas dari upaya menciptakan
suasana yang mendukung dari semua unsur atau aspek-aspek yang
berkaitan dengan kelangsungan pendidikan di sekolah. Perlu dilihat unsur-
unsur apa saja yang ada di sekolah atau Madrasah, yang tergolong unsur
pokok:
1. Anak didik.
2. Pendidik.
3. Tujuan pendidikan.
4. Alat-alat pendukung .
5. Lingkungan.15
Sedangkan apabila ditinjau secara terperinci maka unsur tersebut
menjadi sangat luas. Semakin luas unsur tersebut semakin besar pula
fungsi manajemen di sekolah atau Madrasah. Apabila dilihat dari unsur
pertama, yaitu anak didik maka fungsi utama dari manajemen ialah
memberikan arah dan jalan kepada anak didik agar siap dan mampu
mengikuti kegiatan pendidikan di sekolah tersebut. Demikian juga
terhadap unsur kedua, yaitu mampu menciptakan suasana akrab, kerja
sama dan saling pengertian antara pimpinan sekolah dengan guru-guru.
Lembaga sekolah atau Madrasah yang berperan untuk mendidik
manusia agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan,
serta mempunyai ketrampilan adalah suatu kegiatan yang merupakan
bagian dari kebaikan, sehingga termasuklah kerjasama di lembaga
15
pendidikan ditekankan dalam ayat diatas. Pimpinan harus berpegang teguh
kepada ayat tersebut, yaitu mengadakan kerjasama dan gotong royong
untuk mewujudkan sistem pendidikan yang baik.16
Konsep manajemen berbasis masyarakat atau juga manajemen
berbasis sekolah atau kalau di lingkungan madrasah disebut manajemen
berbasis madrasah (society based-management), sesungguhnya bagi
madrasah hal itu bukan sesuatu yang baru. Jika manajemen berbasis
masyarakat itu diartikan sebagai pengelolaan lembaga pendidikan
dikembalikan pada masyarakat, maka sesungguhnya madrasah merupakan
potret lembaga pendidikan yang mengetrapkan konsep itu. Pada
kenyataannya, belajar dari kasus kehidupan madrasah, terdapat korelasi
yang amat signifikan antara tingkat ekonomi masyarakat dengan kemajuan
lembaga pendidikannya. Bagi masyarakat yang sudah berekonomi cukup
maju dan peduli pada madrasah, maka lembaga pendidikan Islam akan
berkembang.
Artinya, lembaga pendidikan itu akan mampu mengembangkan diri
dalam arti mampu menyediakan tenaga guru yang memenuhi syarat,
sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, membangun manajemen
yang kokoh dan iainnya. M an tetapi, jika masyarakatnya lemah, sekalipun
mereka memiliki kepedulian terhadap pendidikan yang tinggi tetapi tidak
akan mampu menyangga kebutuhan lembaga pendidikan secara memadai.
Jika konsep manajemen berbasis masyarakat diterapkan untuk
pengembangan pendidikan dalam pengertian sepenuhnya, atau dalam arti
pemerintah tidak ikut ambil bagian dalam pengelolaan pendidikan maka
hasiinya akan seperti yang dialami Madrasah selama ini.
Pengelolaan pendidikan di negara berkembang seperti Indonesia ini
rupanya justru mengharuskan pemerintah menanggung seluruh biaya
pendidikan tingkat dasar dan menengah, tanpa memandang status negeri
atau swasta, secara cukup. Pembedaan perlakuan hanya dimungkinkan
pada tingkat pendidikan tinggi. Alasannya, bahwa seluruh warga negara,
secara adil tanpa diskriminatif seharusnya mengenyam pendidikan pada
tingkat dasar. Jika sekelompok masyarakat tidak mengenyam pendidikan
dasar maka akan menjadi bandul atau kekuatan penghambat terhadap
kemajuan secara keseluruhan yang diinginkan bersama.
C. Madrasah Diniyah
1. Pengertian
Madrasah adalah sekolah yang biasanya dimiliki oleh lembaga Islam.
Sedangkan kata Diniyah berasal dari bahasa Arab yang artinya
keagamaan. Sebenarnya Madrasah Diniyah tidak jauh berbeda dengan
TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Dalam TPQ sendiri mempunyai target
dan tujuan yaitu; Dapat membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan
dalam suasana Islami, dapat menulis huruf-huruf Al-Qur’an, hafal surat-
surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari.17
Madrsah Diniyah merupakan lembaga pendidikan islam yang telah
dikenal sejak lama bersamaan dengan masa penyiaran islam di nusantara.
Pengajaran dan pendidikan agama Islam timbul secar sangat alamiah
melalui proses akulturasi yang berjalan secra halus, perlahan dan damai,
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Para pengajarnya bukanlah
terdiri dari para da’i atau para ustadz professional dengan tugas khusus
hanya memberikan pengajaran dan pendidikan agama Islam. Masing-
masing menyebarkan agama Islam dengan pengetahuan, kemampuan dan
waktu luang mereka. Para murid atau santrinya tidak ditentukan jumlahnya
maupun usianya. Pada masa penjajahan hamper pada semua desa yang
penduduknya mayoritas beragama Islam, terdapat madrasah diniyah,
dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lain, seperti pengajian, sekolah agama dan lain-lain. Mata pelajaran
Agama juga berbeda-beda, yang pada umumnya meliputi aqidah, ibadah,
akhlak, membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan,
madrasah atau sekolah agama perlahan sebagian ada yang berubah kearah
sekolah denagn penambahan beberapa mata pelajaran umum yang biasa
diberikan di sekoiah, seperti : mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu
hayat, bahasa melayu, bahasa asing, dan lain-lain. Sebagian madrasah
1' Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, him.
Diniyah khususnya yang didirikan oleh organisasi -organisasi Islam,
memakai nama sekolah Islam, Islamic School, dan sebagainya. Pada
zaman penjajahan, Madrasah diniyah dengan berbagai perkembangannya
melahirkan banyak pejuangyang anti pemerintahan penjajah, oleh
karenanya perkembangan dan kemajuan Madrasah diniyah selalu hamper
dihambat dan dihalang-halangi.
Setelah Indonesia merdeka dan berdiri Departemen Agama yang
tugas utamanya mengurusi pelayanan keagamaan termasuk pembinaan
lembaga-lembaga pendidikan agama, maka penyelenggaraan Madrasah
Diniyah mendapat bimbingan dan bantuan Departemen Agama. Keputusan
pertama Kementrian Agama adalah Peraturan Menteri agama nomor I
tahun 1946 tentang pemberian bantuan bagi Madrasah Diniyah. Untuk
memenuhi kebutuhan guru pada madrasah dan guru pada sekolah umum,
makla pada tahun 1951 didirikan pendidikan guru agama yang pertama di
kota Solo. Namun karena berdirinya yang kebanyakan atas usaha
perseoranggna atau organisasi keagamaan yang semata-mata untuk ibadah,
maka system pengajaran dan pembelajarannya tergantung pada
pengasuhnya. Sehingga pertumbuhan madrasah di Indonesia mengalami
banyak corak dan ragamnya. Dalam perkembangannya Madrasah Diniyah
yang didalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran umum disebut
madrasah Ibtidaiyah, sedangkan madrasah diniyah khusus untuk pelajaran
Seiring dengan munculnya ide-ide pembaharuan pendidikan
agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan pembaharuan dari
dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan Madrasah Diniyah
Melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama,
Namun disesuaikan dengan kondisi Llingkungannya, sedangkan sebagian
Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan
dan persepsinya masing-masing.
Dalam rangka pembinaan dan bimbingan terhadap Madrasah
Diniyah, Departemen Agama menetapkan peraturan Madrasah Diniyah
antara lain dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah adalah lembaga
pendidikan agama yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara
klasikal dalam pengetahuan agama Islam, Pendidikan dan Pengajaran pada
madrasah diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan dan pendalaman
pengetahuan agama islam kepada pelajar-pelajar yang meras kurang
menerima pelajaran agama di sekolah umum. Walaupun keadaan
Madrasah diniyah telah diatur sedemikian rupa namun keberadaannya
belum sebagaimana yang diharapkan.
Keberadaan Madrasah Diniyah masih sangat diperlukan, karena
masyarakat merasakan bahwa pendidikan agama yang diperoleh di sekolah
umum kurang memadai jumlah jam pelajaran. Sementara itu, kebutuhan
akan pembinaan kehidupan beragama dan akhlakul karimah bagi putra dan
putrid mereka sangat tinggi. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan merosotnya
Para orang tua resah, para pemuka masyarakat gelisah. Mereka mencari
solusi atau cara menanggulanginya. Memang di tengah masyakat
terkadang terdapat Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) atau pengajian-
penagjian. Namun TPA terkesan hanya untuk usia taman kanak-kanak atau
siswa usia sekolah dasar pada kelas-kelas awal. Ketika seorang anak
mampu membaca Al-Qur’an, mereka mengurangi aktivitasnya di TPA dan
ketika masuk SLTP banyak yang keluar dari TPA. Karena itu keberaan
Madrasah Diniyah tetap dibutuhkan. Bahkan tidak sedikit yayasan
pendidikan yang memadukan penyelenggaraan TPA dan Madrasah
Diniyah.
2. Tingkatan Madrasah Diniyah
Madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan
pada jalur luar sekoiah yang diharapkan mampu secara terus menerus
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak
terpenuhi pada jalur sekolah yang melalui system klasikal serta
menerapkan jenjang pendidikan yaitu :
a. Madrasah Diniyah Awaliyah
1. Pengertian
Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) adalah satuan pendidikan
agama Islam tingkat dasar dengan masa belajar 4 (empat) tahun,
dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.18
2. Tujuan
Tujuan Madrasah Diniyah Awaliyah adalah untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada warga belajar untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai warga muslim yang
beriman, bertaqwa dan beramal shaleh sertra berakhlak mulia,
warga Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya kepada diri
sendiri, serta sehat jasmani dan rokhani, membina warga belajar
agar memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah,
dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya,
mempersiapkan warga belajar untuk dapat megikuti pendidikan
agama islam pada madrasah Diniyah Wustha.19
b. Madrasah Diniyah Wustho
1. Pengertian
Madrasah Diniyah Wustho adalah satuan pendidikan
keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
agama Islam tingkat menengah pertama sebagi pengembangan
pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah,
iSDirektorat Pendidikan keagamaan, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, Tahun 2003, hal 02.
masa belajar 2 tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam
seminggu.20 21
2. Tujuan
Tujuan Madrasah Diniyah Wustho adalah untuk melanjutkan
dan meluaskan pendidikan dasar agama Islam yang diperoleh pada
m Madrasah Diniyah Awaliyah kepada warga belajar untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim yang
bertaqwa dan beramal shaleh, sertra berakhlak mulia, warga
Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya kepada diri sendiri,
serta sehat jasmani dan rokhani, membina warga belajar agar
memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah, dan
sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya,
membina warga belajar agar memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti
kepada Aliah SWT guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti pendidikan
agama Islam pada Madrasah Diniyah U llya/1
c. Madrasah Diniyah Ulya
1. Pengertian
Madrasah Diniyah Ullya adalah satuan pendidikan keagamaan
jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam
tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan menegmbangkan
20 Ibid, him. 09
pendidikan agama Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan
Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 tahun dengan jumlah
jam belajar 18 jam seminggu.
2. Tujuan
Tujuan Madrasah Diniyah Ullya adalah untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar agama Islam yang diperoleh pada m
Madrasah Diniyah Awaliyah kepada warga belajar untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim yang
bertaqwa sertra berakhlak mulia, warga Negara Indonesia yang
berkepribadian, percaya kepada diri sendiri, serta sehat jasmani dan
rokhani, membina warga belajar agar memiliki pengalaman,
pengetahuan, ketrampilan beribadah, dan sikap terpuji yang
berguna bagi pengembangan pribadinya, membina warga belajar
agar memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya
dalam masyarakat dan berbakti kepada Allah SWT guna mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Mempersiapkan warga belajar
untuk dapat mengikuti pendidikan agama Islam pada jenjang yang
lebih tinggi/3
Secara hi^oris agak sulit untuk melacak kapan mulai berdirinya
Madrasah Diniyah sebagai sebuah institusi pendidikan di Indonesia ini.
Kesulitan ini disebabkan karena langkanya referensi yang menjelaskan 22
22 Ibid, him. 11
eksistensi Madrasah Diniyah dalam konstelasi perkembangan institusi-
institusi pendidikan Islam. Secara sosiologis madrasah diniyah didirikan
untuk memfasilitasi masyarakat yang hendak menyekolahkan anaknya
agar mau mempelajari ilmu-ilmu keislaman dan berharap agar anaknya
berperilaku dengan akhlak-al-karimah (akhlak mulia).
Pendidikan di Madrasah ada perbedaannya dengan pendidikan di
sekolah umum. Di Madrasah Diniyah sistemnya islami, maka murid-
muridnya harus menjadi muslim yang sempurna. Bila disederhanakan
maka tujuan pendidikan madrasah hampir sama dengan tujuan sekolah
tetapi dengan keimanan yang tahan banting. Dalam realitanya masih sering
orang-orang mengatakan kalau anak sekolah umum nakal hal itu biasa;
akan tetapi anak Madrasah tidak boleh nakal, karena sistem islami itu tidak
mungkin memberi peluang muridnya nakal. Pada kenyataannya masih
banyak pula orang yang bertanya apakah madrasah lebih baik dari pada
sekolah? Karena madrasah dapat menjamin muridnya tidak nakal. Bila
prestasi di bidang pengetahuan umum sama dengan sekolah, apalagi lebih
baik, sementara kenakalan lebih kecil kemungkinannya di madrasah, tentu
saja orang tua murid akan memasukkan anaknya ke madrasah. Tidak ada
orang tua murid yang ingin anaknya nakal. Jadi kuncinya ialah: mutu
pendidikan umum sama dengan sekolah, lebihnya ialah ada jaminan tidak
nakal.
Perbincangan tentang madrasah sesungguhnya sudah banyak sekali
terkecuali menyangkut aspek manajemennya. Pengamatan serta analisis
tajam telah banyak dihasilkan. Begitu pula pikiran-pikiran cerdas untuk
membangun konsep dan rancangan pengembangan madrasah sudah
banyak dipublikasikan. Madrasah diyakini menjadi lembaga pendidikan
yang mampu mengantarkan peserta didik pada ranah yang lebih
komprehensif, meliputi aspek-aspek intelektual, moral, spiritual dan
ketrampilan secara padu.24 Madrasah diyakini mampu mengintegrasikan
kematangan religius dan keahlian ilmu modern kepada peserta didik
sekaligus. Itulah yang sesungguhnya menjadikan orang-orang yang
memahami dunia madrasah menjadi begitu gigih memperjuangkan
eksistensi madrasah. Selain itu, para peminat lembaga pendidikan
madrasah juga didorong oleh nilai-nilai idealisme. Semestinya madrasah
mampu menampilkan diri sebagai representasi ajaran Islam yang agung,
indah dan sempurna. Akan tetapi, pada kenyataannya, madrasah masih
sangat jauh dari idealisme itu. Jauh panggang dari api. Konsep-konsep
idial Islam, seperti suasana kebersamaan, kerja keras, disiplin, optimisme
yang menjauhkan dari sifat putus asa, mudah menyerah, selalu menjaga
kebersihan baik lahir maupun batin, dan seterusnya, ternyata belum
terwujud dalam aktivitas madrasah. Sebagian besar Madrasah Diniyah
masih diliputi oleh suasana dan semangat tradisional, seperti manajemen
“seadanya”, kurang disiplin dan juga apa adanya.
Madrasah Diniyah, jika dilihat dari sisi etos kerja, semangat atau
motivasi para pengelolanya, sudah sangat luar biasa tingginya.25 Dalam hal
membangun madrasah, bagi masyarakat tertentu, mereka tidak pernah
membayangkan akan memperoleh keuntungan yang bersifat materi.
Bahkan mereka mampu menunjukkan kesadaran akan betapa pentingnya
lembaga pendidikan Islam ini melalui pengorbanan berupa apa saja yang
mereka miliki. Tidak jarang kita temui, orang yang bersedia menjual tanah
atau hewan ternak untuk membiayai pembangunan Madrasah. Jiwa
berkorban seperti ini, agaknya sulit ditemui, justru di lingkungan
masyarakat yang menamakan diri telah memasuki dunia modem. Jiwa
berkorban yang tinggi juga tidak jarang ditunjukkan oleh guru. Selain
mereka bersedia menjalankan tugas-tugas kependidikan semampunya,
mereka sanggup menambah pengetahuan dengan biaya sendiri, dengan
cara patungan. Hal itu berbeda dengan mereka yang berjiwa pegawai, baru
mau menambah dan atau mengimplementasikan konsep baru jika telah
tersedia dana proyek yang dibutuhkan. Nyata sekali bahwa pada satu sisi,
madrasah sekalipun kondisinya memprihatinkan tetapi menyandang jiwa
pejuang, sedangkan di tengah-tengah banyak pihak berkekurangan itu
justru tumbuh sebagian orang yang pada diri mereka tumbuh jiwa
pegawai. Oleh karena itu nyata sekali b ah w a dalam manajemen
pendidikan di tanah air ini terjadi diskriminatif, ketidak adilan dan kurang
mencerminkan kebhinekaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Hal itu
mengakibatkan sebagian lembaga pendidikan yang kebanyakan berstatus
swasta.
Membaca fenomena Madrasah sebagaimana dikemukakan di atas,
maka upaya menumbuh-kembangkannya harus dibedakan antara
Madrasah yang sudah kuat hidup atau survival sebagaimana contoh
madrasah unggulan di muka dan mereka yang masih perlu dibantu
kehidupannya sebagaimana yang banyak terdapat di pedesaan. Bagi
madrasah yang sudah survival maka yang diperlukan adalah peningkatan
kemampuan manajerial dan leadership madrasah, peningkatan kemampuan
guru baik menyangkut penguasaan metodologi maupun materi bidang
keilmuan, administrasi madrasah dan sejenisnya. Akan tetapi, bagi
madrasah yang masih berjuang untuk hidup yang jumlahnya amat besar,
yang diperlukan dan cukup mendesak bagi mereka adalah bagaimana agar
kebutuhan hidup minimal para guru terpenuhi. Jika hal ini saja tidak dapat
dipenuhi maka sulit diharapkan madrasah mampu mengembangkan diri,
apalagi peningkatan mutu hasil pendidikannya.
Di sisi baiknya, Madrasah Diniyah mampu membagi waktu dalam
pembelajarannya yaitu pembelajaran dimulai dari siang hingga sore hari.
Pemanfaatan waktu siang sampai dengan sore hari itu bukan tanpa alasan
karena Madrasah Diniyah melayani pendidikan anak-anak yang dipagi
harinya ber-sekolah formal. Sebagai institusi pendidikan Islam kerakyatan,
dan tradisi-tradisi keagamaan dalam sebuah komunitas masyarakat muslim
tidak dapat diabaikan begitu saja.
3. Fungsi dan keberadaan
Tujuan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam
merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah
menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia
melalui Syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam.
Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama
Islam sebagai berikut :
a. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah,
bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa
orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu
yang dipelajarinya dan kelezatan ini puia yang dapat mengantarkannya
kepada pembentukan insan paripurna.
b. M Athiyah al-Abrasy. mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan dan
pengajaran.27 adalah sebagai berikut:
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
2. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar memenuhi otak anak
didik dengan segala macam ilmu yang belum m ereka ketahui,
tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa
luaniiah (keutamaan),
/0 Direktorat Pendidikan keagamaan. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyah, Tahun 2003, hal. 31
3. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya, ikhlas, dan jujur.
4. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
5. Pendidikan Islam memiliki dua orientasi yang seimbang, yaitu
memberi persiapan bagi anak didik untuk dapat menjalani
kehidupannya di dunia dan juga kehidupannya di akhirat.
6. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi
kemanfaatan.
7. Pendidikan Agama Islam tidak bersifat spiritual, ia juga
memperhatikan kemanfaatan duniawi yang dapat diambil oleh
siswa dari pendidikannya.
8. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan
memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Dengan
demikan, Pendidikan Agama Islam tidak hanya memperhatikan
pendidikan agama dan akhlak, tapi juga memupuk perhatian
kepada sains, sastra, seni, dan lain sebagainya, meskipun tanpa
unsur-unsur keagamaan didalamnya.
9. Menyiapkan pelajar dari segi profesinal, tekhnis, dan dunia kerja
c. Ada dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir
1. Tujuan sementara. Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh
umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan
sementara artinya tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmu-
ilmu lainnya.
2. Tujuan akhir. Yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang
mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau
menceminkan ajaran agama Islam.
d. Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4
(empat) macam28 29, yaitu :
1. Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau
dengan cara lain.
2. Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu
orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam
ketakwaannya.
3. Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan
dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
4. Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang
akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
28 http://starawaji.wordpress.com
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta
menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan
berbudi luhur menurut ajaran Islam.” Dari uraian diatas dapat di simpulkan
bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas
dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan
sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya dengan dijiwai
oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan
untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan
kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini
harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, maupun aspek ilmiah, (secara perorangan
maupun secara berkelompok). Dan pendidikan ini mendorong aspek
tersebut ke arah keutamaan serta pencapaia kesempurnaan hidup. Tujuan
ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun
sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang
berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu
pengetahuan dan beriman secara bulat.
Dalam kaitannya di atas Madrasah Diniyah berfungsi sebagai
lembaga nonformal agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi
Qur’ani. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an merupakan
indikator kualitas kehidupan beragama seorang muslim. Oleh karena itu,
rangka meningkatkan kualitas ummat khususnya ummat Islam dan
keberhasilan pembangunan di bidang agama/0 Karena Al-Qur’an
merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
untuk disampaikan kepada ummatnya sebagai petunjuk manusia untuk
kehidupan dunia dan akhirat. Karena manusia hidup di dunia pasti
mempunyai tujuan-tujuan yang baik dan selalu mengharapkan Ridho Allah
SWT. Dan Al-Qur’an mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan
lurus, sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang
merealisasikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
30
A. Profil Madrasah Diniyah Desa Karanglangu
L Informasi Tentang Madrasah Diniyah Desa Karanglangu
Madrasah Diniyah desa Karanglangu terletak di desa Karanglangu
RT 04 / RW 02 Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. Madrasah Diniyah Desa
Karanglangu berdiri pada tanggal 15 juli 1988. Ketika itu masyarakat desa
Karanglangu, khususnya yang belum beranjak dewasa sangat minim
pengetahuan tentang keagamaan. Salah satu tokoh masyarakat/ ustadz
mempunyai inisiatif untuk mendirikan Madarasah Diniyah yang
didalamnya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan kemudian mendapatkan
persetujuan dari Departemen Agama Kab. Grobogan. Pada awalnya
Madrasah Diniyah ini belum mempunyai tempat atau lokasi sendiri, masih
bertempat di masjid desa Karanglangu. Setelah adanya kegiatan belajar
mengajar di Madrasah Diniyah masyarakat setempat sangat mendukung
aktivitas itu dan masyarakat mengusahakan tanah untuk bangunan
Madrasah Diniyah sendiri. Mulai saat itu Madrasah Diniyah ini
mempunyai tempat dan gedung sendiri.
S a a t in i M a d r a s a h D i n iy a h Desa Karanglangu mempunyai murid
(Santri) Sebanyak 59 santri dan 4 orang pengajar.
Madrasah ini lebih mengutamakan materi tentang membaca dan
menulis arab dan mengetahui makna dan isinya.