• Tidak ada hasil yang ditemukan

PR O B L E M A T IK A M A N A JE M E N M A D R A SA H DINIYAH (Studi Kasus pada Guru Madrasah Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Crobogan Tahun 2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PR O B L E M A T IK A M A N A JE M E N M A D R A SA H DINIYAH (Studi Kasus pada Guru Madrasah Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Crobogan Tahun 2009)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Crobogan

Tahun 2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban

dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

O leh:

ADI MIARSONO NIM : 111 04 055

J U R U S A N T A R B IY A H

P R O G R A M S T U D I P E N D ID IK A N A G A M A IS L A M S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN )

S A L A T IG A

(2)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 4 Agustus 2009

Penulis,

A D I M IA R S O N O N IM : 111 04 055

(3)

Suwardi, M.Pd

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : ADI MIARSONO

NIM : 111 04 055

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PROBLEMATIKA MANAJEMEN MADRASAH

DINIYAH (Studi Kasus pada Guru Madrasah

Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati

(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara : ADI MIARSONO dengan N o m o r Induk M ah asisw a :

111 04 055 yan g b eiju du l : “PROBLEMATIKA MANAJEMEN

MADRASAH DINIYAH (Studi Kasus Pada Madrasah Diniyah Desa

Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan Tahun 2009”.

T elah dim unaqasahkan dalam sidan g panitia ujian Jurusan T arbiyah S ek olah

T in ggi A gam a Islam N eg eri S alatiga pada hari : Kamis tanggal 20

Agustus 2009 y an g bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah

diterim a sebagai b agian dari syarat-syarat untuk m em p eroleh gelar Sarjana dalam

Ilmu Tarbiyah.

2 0 A gu stu s 2 0 0 9 M Salatiga,

29 S y a ’ban 1430 H

Panitia Ujian

Pem bim bing

Suwardi. S.Pd., M.Pd N IP .19670121 199903 1 002

(5)

s' y

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya.

Mulai dari Nol (0)...!!!

(6)

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu (Bapak L. Nuryanto dan Ibu

Pasmi) tercinta yang senantiasa sabar dan

iklas dalam membimbing kehidupanku ke

jalan yang benar dan lebih bermakna.

2. Kakak-kakak ku dan adik-adik keponakanku

tercinta yang selalu memberiku semangat.

3. Spesial soulmate ku “Onah” yang telah sabar

menemani perjuanganku dalam menuntut

ilmu.

4. Kepada SMC (Stain Music Club) yang telah

banyak memberiku ilmu & pengalaman,

baik dalam berOrganisasi maupun berMaen

music.

5. Keluarga besar SMC & Teater GETAR yang

banyak memotivasiku dalam berproses dan

mencari apa yang menjadi tujuan hidupku..

6. Teman-temanku seperjuangan; Johan dkk,

Rofiq dkk khususnya mahasiswa PAI-B

angkatan tahun 2004.

(7)

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Fabb yang

Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai

keistimewaan dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya. Penulis mempunyai

kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terealisasikan.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi

Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin.

Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini

bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Dan

akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai

pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhana ini dengan judul :

PROBLEMATIKA MANAJEMEN MADRASAH DINIYAH (Studi Kasus pada

Guru Madrasah Diniyah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan Tahun 2009)

Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus, penulis menghaturkan

banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah PAI STAIN

Salatiga.

3. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing yang senantiasa ikhlas dan

(8)

ilmu di STAIN Saiatiga.

5. Ibu Maslikhah, M.Si terima kasih atas bimbingan dan nasihatnya.

6. Team Perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan

buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Tanwir selaku Kepala Madrasah Diniyah desa Karanglangu yang

berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Keluargaku tercinta (Bapak, Ibu, Kakak-kakakku dan adik-adik keponakan-

keponakanku).

9. Terimakasih kepada kru Dot. Comp dan semua pihak yang membantu dalam

penulisan skripsi ini.

Dengan sedikitnya kemampuan yang ada, penulis telah berusaha

menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya. Namun dengan demikian, skripsi ini

masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran dari para pembaca yang budiman demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga bermanfaat untuk semua.

Salatiga, 4 Agustus 2009

Penulis,

viii

(9)

HALAMAN JUDUL... i

DEKLARASI... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Penegasan Istilah... 5

C. Rumusan M asalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan... 11

BABII LAND ASAN TEORI A. Problematika... 12

B. Manajemen (Pengelolaan)... 14

C. Madrasah Diniyah ... 25

(10)

1. Informasi tentang Madrasah Diniyah Desa Karanglangu. 42

2. Fasilitas Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 43

3. Keadaan Siswa di Madrasah Diniyah Desa

Karanglangu... 43

4. Visi dan Misi Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 44

B. Hasil Penelitian... 45

1. Problem yang Muncul dalam Manajemen Madrasah

Diniyah Desa Karanglangu... 45

2. Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Problem

Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 48

3. Solusi untuk Mengatasi Problem yang Muncul dalam

Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 50

BAB IV ANALISA DATA

A. Problematika Manajemen Madrasah Diniyah Desa

Karanglangu... 53

1. Problem yang Muncul dalam Manajemen Madrasah

Diniyah Desa Karanglangu... 53

2. Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Problem

Manajemen Madrasah Diniyah Desa Karanglangu... 57

3. Solusi untuk Mengatasi Problem yang Muncul dalam

Manajemen Madrasah Desa Karanglangu ... 58

(11)

B. Saran-saran ... 61

C. Penutup... 62

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Madrasah Diniyah merupakan sebuah wadah pendidikan yang sudah

dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai sarana untuk belajar ilmu

agama Islam dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan proses

pendidikan yang di dapat di sekolah diharapkan agar anak mampu

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Dalam sekolah-sekolah yang ada di Indonesia dilihat dari sudut

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan tidak terlalu

mengecewakan- Hal itu terbukti pendidikan di Indonesia sudah banyak

menghasilkan ilmuan, politikus, dan pelaku ekonomi yang handal. Meski jika

dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainya pendidikan di

Indonesia berada pada peringkat bawah. Setiap instansi kependidikan

sangatlah memerlukan program-program yang teratur dan manajemen yang

matang, namun terkadang dalam realitanya program-program yang sudah

tertata dengan baik di atas kertas belum tentu sepenuhnya dilaksanakan

dengan baik di lapangan.

Fenomena-fenomena seperti yang digambarkan di atas menunjukkan

adanya kekurangan dalam praktek pendidikan di Indonesia. Dalam proses

pendidikan hendaknya diberi penekanan pada upaya membimbing dan

membiasakan agar ilmu pengetahuan yang diajarkan tidak hanya dipahami,

(13)

dikuasai atau dimiliki, akan tetapi lebih dari itu perlu diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari.1 Untuk menyikapi hal tersebut perlu kiranya kita

melihat wadah pendidikan yang lebih dispesifikkan mempeiajari ilmu agama

Islam yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Yang dimaksud

adalah Madrasah Diniyah. Ketika kita mengamati perkembangan madrasah

diniyah sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin sangat sulit bagi kita

untuk tidak mengakuinya sebagai sebuah realitas umum dalam konteks

dinamika pendidikan keagamaan pada beberapa daerah di republik bernama

Indonesia.

Hal-hal minimalis yang dialami madrasah diniyah antara lain dalam

bentuk sumber dana yang minim, alokasi waktu yang minim, kesejahteraan

pendidik yang minim, aspek manajerial yang minim, perhatian pemerintah

yang minim, penguasaan metodologi pengajaran yang minim, sarana

prasarana yang minim dan hal-hal lain yang serba minim. Tetapi yang

memunculkan rasa takjub adalah meskipun madrasah diniyah dikelola dalam

keadaan serba minimalis namun masih tetap eksis melayani pendidikan

keagamaan bagi masyarakat dimana madrasah itu berada. Tidak seperti

sekolah-sekolah dasar milik pemerintah yang banyak mengalami fenomena

gulung tikar dalam bentuk karena kurang diminati oleh masyarakat, kita justru

hampir tidak mendengar adanya Madrasah Diniyah yang bangkrut karena

minimnya masyarakat menyekolahkan anaknya. Seperti ada yang membuat

Madrasah Diniyah tetap eksis di tengah arus modernisasi yang begitu deras

(14)

hendak menggerus nilai-nilai tradisi dalam berbagai ranah kehidupan sosial

budaya.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati bahwa Madrasah Diniyah

sebagai 'lembaga pendidikan Islam yang telah menunjukkan kemampuanya

dalam mencetak kader-kader uiama’ mulai dari kecil hingga dewasa dan telah

berjasa turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan keberhasilannya dalam

menanamkan sikap mandiri dan disiplin.

Di era globalisasi ini kehidupan sudah semakin tidak dapat terkontrol.

Khususnya dalam permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pendidikan.

Pendidikan di sini sifatnya luas, artinya bukan hanya pendidikan yang bersifat

umum, tetapi juga Pendidikan Agama Islam.

Membandingkan dua hal yang tidak sebanding adalah merupakan

langkah yang kurang adil. Sekolah umum yang pada umumnya berstatus

negeri dan dengan statusnya itu seluruh pembiayaan, ketenagaan, semua

kebutuhan fasilitas tercukupi oleh pemerintah dibandingkan dengan prestasi

madrasah yang pada umumnya berstatus swasta dan tidak memperoleh

fasilitas sebagaimana yang diterima oleh sekolah umum pada umumnya.

Tambahan lagi, bahwa madrasah dan sekolah umum memiliki karakteristik

dan orioentasi yang membawa konsekuensi beban berbeda. Madrasah untuk

membangun ciri khasnya, mereka menambah beban dengan cara memberi

penguatan pada aspek keagamaan (Islam) yang sesungguhnya merupakan

kekuatan tersendiri, akan tetapi tidak pernah memperoleh perhargaan lebih

(15)

dengan fenomena maraknya perkelahian antar-siswa, merebaknya kasus-kasus

penggunaan obat terlarang di kalangan siswa, pergaulan bebas dan seterusnya,

fenomena Madrasah jauh dari citra buruk seperti itu, misalnya, dalam

pengamatan selama ini sedikit sekali ditemukan kasus-kasus negatif seperti itu

di Madrasah, lantaran kekuatan spiritual yang dikembangkan. Kenyataan ini

belum pernah memperoleh pengakuan semestinya. Sedangkan prestasi

membangun akhlak atau budi pekerti dari kedua jenis lembaga pendidikan

tersebut tidak pernah dilihat, sehingga seolah-olah aspek itu dipandang kurang

penting. Padahal, yang sesungguhnya tatkala bangsa tidak memiliki karakter,

akhlak atau kepribadian maka segala-galanya akan tidak bermakna, sekalipun

'y

mereka menyandang intelektual yang tinggi. Kata kuncinya dalam mengelola

pendidikan, semestinya harus mengedepankan kebersamaan, kesemestaan,

keadilan, dan dijauhkan perlakuan diskriminatif.

Tujuan Pendidikan Agama Islam juga menginginkan perubahan pada

bidang asasi salah satunya adalah tujuan individu yang berkaitan dengan

individu-individu, pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka,

dan apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan

yang diinginkan pada tingkah laku, aktifitas dan pencapaiannya, dan pada

pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi mereka, dan pada persiapan yang

dimestikan pada mereka di kehidupan dunia dan akhirat. Maka dari itu

Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan, karena dengan Pendidikan

Agama Islam sangat berpengaruh terhadap perilaku anak didik. Dan pada bab 2

(16)

ini khususnya ditujukan pada permasalahan yang ada di Madrasah Diniyah.

Jadi dalam Madrasah Diniyah ini sudah banyak dibahas di atas yang isinya

tentang pendidikan yang khususnya pendidikan Islam. Madrasah Diniyah

sangat menarik dan sangat menacu semangat untuk diteliti dan dikupas sampai

sedalam-dalamnya. Karena apabila dilihat realitanya sekarang dalam

Madrasah Diniyah keadaannya sangat memprihatinkan. Salah satunya yaitu

dilihat dari segi SDM sangatlah kurang, dan selain itu sarana dan prasarana

juga sangat minim. Dari kondisi yang seperti itu tentu saja ada beberapa

permasalahan tentang manajemen (pengelolaan) dalam Madrasah Diniyah

tersebut. Dalam konteks tersebut penulis ingin meneliti Problematika

Manajemen Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan 2009.

B. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami dan menghindari kesalahan

dalam penafsiran judul skripsi, maka penulis sampaikan maksu-maksud istilah

breikut:

1. Problematika Manajemen

Problematika (problematic) berasal dari bahasa Inggris yang

artinya persoalan atau masalah/ Jadi, Problematika Manajemen adalah

persoalan atau masalah-masalah yang terjadi dalam Manajemen

(17)

2. Madrasah Diniyah

Madrasah adalah sekolah yang biasanya dimiliki oleh lembaga

Islam. Sedangkan kata Diniyah 'berasal dari bahasa Arab yang artinya

keagamaan.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa problematika yang muncul dalam Manajemen Madrasah Diniyah di

Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan tahun 2009?

2. Apa faktor yang melatar belakangi munculnya problem-problem dalam

Manajemen Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan tahun 2009?

3. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi problem-problem yang terjadi pada

Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam Manajemen

Madrasah Diniyah di Desa Karanglangu.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya

p r o b le m - p r o b le m d a la m M a n a j e m e n M a d r a sa h D i n iy a h d i D e s a

(18)

3. Untuk mengetahui dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi

problem-problem yang terjadi pada Madrasah Diniyah di Desa

Karanglangu.

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang

jelas tentang Problematika Manajemen Madrasah Diniyah, sehingga dari

informasi tersebut dapat memberikan manfaat apabila ternyata

Problematika Manajemen Madrasah Diniyah bisa memberikan pelajaran

yang sangat penting bagi kita semua. Selanjutnya kita dapat senantiasa

ikut serta mencari solusi yang tepat untuk mengatasi problem-problem

tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Dari penelitian ini, peneliti mempunyai harapan agar

mendapatkan pengalaman yang luas khususnya dalam bidang

manajemen. Jadi selain mndapatkan ilmu manajemen yang diajarkan di

kampus juga bisa belajar dari meneliti tentang manajemen dan

problem-problem yang ada di Madrasah Diniyah.

b. Bagi Madrasah Diniyah

Manfaat hasil penelitian bagi Madrasah Diniyah yaitu: bisa

(19)

dan problem tersebut bisa menjadi pelajaran untuk memperbaiki

manajemen atau pengelolaannya.

c. Bagi Departemen Agama

Bisa mendapatkan informasi tentang problem-problem

manajemen yang ada dalam Madrasah Diniyah dan bisa memberikan

solusi untuk mengatasi problem-problem tersebut.

d. Bagi STAIN Salatiga

Bisa mendapatkan informasi tentang problem-problem

manajemen yang ada dalam Madrasah Diniyah dan menjadi referensi

keilmuan.

F. Metodologi Penelitian

Untuk membantu dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil

beberapa metode untuk dijadikan landasan dalam mengumpulkan data yang

dibutuhkan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini

dipilih agar pendeskripsian tentang Problematika Manajemen Madrasah

Diniyah dapat dilakukan secara mendalam. Pendekatan kualitatif

fenomenologi juga penulis terapkan dengan mengamati fenomena-

fenomena dunia konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan

pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subyek di sekitar

(20)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan skripsi dengan judul Problematika Manajemen

Madrasah Diniyah ini, penulis mulai melaksanakan penelitian pada hari

Sabtu, 4 Juli 2009 Madrasah Diniyah Desa Karanglangu RT 04 / RW 02

Kec. Kedungjati Kab. Grobogan

3. Subyek Penelitian

Merupakan sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (”attribut”-nya) akan diteliti. Dengan

kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat

atau terkandung objek penelitian. Jadi bisa dikatakan bahwa peneliti

sebagai subyek penelitian dan yang menjadi obyek adalah para Guru di

Madrasah Diniyah Desa Karanglangu

4. Teknik Pengumpulan Data

Penulisan ini selain menggunakan riset kepustakaan yang sering

disebut dengan pendekatan kualitatif, untuk memenuhi akurasi data

terhadap sumber data primer dan sekunder maka penulis juga

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik utama dalam penelitian ini.

Teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara

mendasar dalam interaksi yang spesifik. Teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara tidak terstandar artinya dalam melakukan

(21)

wawancara tidak berstruktur dipilih dengan harapan wawancara dapat

dilakukan secara lebih personal yang memungkinkan diperoleh

informasi sebanyak-banyaknya. Apabila diperkenankan oleh informan

dan bila dibutuhkan, peneliti menggunakan alat bantu berupa : buku,

catatan, mesin perekam, dan pengambilan foto dengan kamera,

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani. Penggunaan studi

dokumentasi ini didasarkan pada lima alasan yaitu : (1) Sumber-

sumber ini tersedia dan murah (terutama dari segi waktu); (2)

Dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang stabil,

akurat, dan dapat dianalisis kembali; (3) Dokumen dan rekaman

merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan

dan mendasar dalam konteksnya; (4) Sumber ini merupakan

pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; dan (5) Sumber

ini bersifat nonreaktif. sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik

kajian isi.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara

sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

yang telah dihimpun oleh peneliti. Kegiatan analisis dilakukan dengan

menelaah data, menata, mencari pola, menemukan apa yang bermakna,

(22)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dalam lima bab:

bab I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, penjelasan istilah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini berisi telaah teoritik tentang Problematika

Pengelolaan Madrasah Diniyah.

Bab III Laporan Hasil Penelitian

Pada bab ini dilaporkan tentang keadaan yang melihat responden,

lokasi, keadaan siswa, dan permasalahan-permasalahan yang ada di

daalamnya.

Bab IV Analisis Data

Di dalamnya dibahas tentang analisis pendahuluan dan analisis

lanjutan.

Bab V Kesimpulan, Saran dan Penutup

Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya

(23)

A. Problematika

1. Pengertian

Problematika (problematic) berasal dari bahasa Inggris yang

artinya persoalan atau masalah. Semua insan yang hidup di dunia pasti

tidak akan luput dari yang namanya persoalan atau masalah. Dan masalah

tersebut bisa menjadikan pola pikir manusia bertambah dewasa, karena

dengan ada masalah seseorang akan lebih menggunakan otak untuk

berfikir dan mencari jalan yang benar-benar logis. Persoalan atau masalah

tidak hanya terdapat pada diri pribadi. Namun, suatu organisasi dan

lembaga pendidikan juga pasti terdapat suatu masalah. Karena di

dalamnya ada suatu manajemen yang mengelola proses pembelajaran pada

lembaga tersebut. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting

bagi perkembangan anak bangsa. Lebih dispesifikkan lagi yaitu

pendidikan yang bersifat keagamaan yaitu Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Islam akan menjadikan contoh moral yang baik. Saat ini

kehidupan kaum muslimin ui berbagai negeri tengah didera oleh ideologi

kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Tidak terkecuali dengan

Indonesia yang merupakan salah satu negeri muslim terbesar di dunia kini

tengah mengalami berbagai macam keterpurukan akibat mengemban

ideologi tersebut. Secara praktis, mafahim, maqayis, dan qanaah yang

(24)

dimiliki oleh masyarakatpun tidak sepenuhnya diberikan kepada Islam,

melainkan kepada kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Oleh

karena itu merupakan suatu kewajiban pula bagi kaum muslimin untuk

mengembalikan unsur yang berbau Islam melalui aktifitas dakwah yang

dilakukan secara berjamaah dalam berinteraksi dengan masyarakat hingga

dapat menanamkan nilai-nilai baru ditengah-tengah masyarakat secara

berkesinambungan.

Dalam sejarah pendidikan Islam, mempunyai kegunaan sebagai

faktor keteladanan.4 5 Dalam dunia pendidikan, masalah klasik masih sering

dipersoalkan oleh para pakar pendidikan (Islam) adalah adanya dikotomi

daiam sistem pendidikan.3 Dan pastinya ada pula persoalan-persoalan dan

yang melatarbelakangi persoalan dalam manajemen.

2. Kaitannya dengan Lembaga Pendidikan Islam non Formal

Taman pendidikan Alqur’an atau taman pendidikan seni Alqur’an

adalah lembaga pendidikan yang ada di masyarakat non formal. Posisinya

dirasa sangat perlu keberadaannya dalam mencetak generasi qur’ani.

Wajar memang tatkala efek dari globalisasi telah merambah disemua

kalangan,penanaman dan pemantapan pondasi aqidah sebagai dasar hidup

mutlak harus, apabila generasi muda kita. Tentu mustahil “adat basandi

4 Mustafa - Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,him. i 6

(25)

syarak dan syarak basandi kitabullah”akan dapat menuai hasil apabila

tidak adanya usaha dari kita untuk menjalankannya.6

Problematika dalam lembaga pendidikan Islam non formal

sangatlah berangam, dari masalah SDM, dana, sampai masalah

manajemen. Sebagian besar lembaga pendidikan islam non formal berada

di daerah pedesaan dan sebagian banyak yang belum mengutamakan dan

mengedepankan lembaga pendidikan ini,.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Drs Syaefudin, MPd.

alumnus S2 konsentrasi Manajemen Pendidikan Universitas Islam, Istilah

pendidikan Islam dipergunakan dalam dua hal, yaitu: satu, segenap

kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk menanamkan nilai-

nilai Islam dalam diri sejumlah siswa. Dua, keseluruhan lembaga

pendidkan yang mendasarkan segenap program dan kegiatannya atas

pandangan dan nilai-nilai Islam.

E. Manajemen (Pengelolaan)

1. Pengertian

Secara umum semua instansi yang didalamnya terdapat sebuah

organisasi atau lembaga pendidikan sadar atau tidak sadar telah

melaksanakan manajemen, karena dalam prakteknya, manajemen

dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi) untuk

mencapai suatu tujuan bersama. Begitu juga di dalam organisasi sekolah.

(26)

Akan tetapi manajemen yang diterapkan belum tentu berlangsung secara

baik sesuai dengan prosedur yang ada. Untuk mengetahui lebih jelas apa

yang dimaksud dengan manajemen, berikut akan dilihat "beberapa defenisi,

yaitu : Manajemen ialah “kepemimpinan, proses pengaturan, menjamin

kelancaran jalannya pekerjaan dalam mencapai tujuan dengan

pengorbanan yang sekecil-kecilnya.” 7 8

2. Unsur Manajemen

Dari defenisi tersebut dapat dilihat ada beberapa unsur yang terdapat

dalam manajemen, yaitu:

a. Unsur kepemimpinan.

b. Unsur pengaturan.

c. Unsur menjamin kelancaran.

d. Unsur pencapaian tujuan.

o

e. Unsur pengorbanan.

Kelima unsur di atas sebagai pengertian dari manajemen adalah

bagian-bagian dari tugas yang harus dilaksanakan dengan tanggung jawab.

Manajemen pendidikan juga dapat diartikan segala sesuatu yang

berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun

tujuan jangka panjang. Asumsi di atas melahirkan suatu teori ekstrim,

(27)

bahwa maju mundur atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan

oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu.9

Dari ungkapan di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa

manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak

dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya

tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan

secara optimal, efektif, dan efesien. Konsep tersebut berlaku di sekolah

yang memerlukan manajemen yang efktif dan efesien.

Apabila dilihat secara luas unsur-unsur manajemen seperti yang

dirumuskan di atas dapat dikatakan antara satu dengan yang lainnya tidak

terlepaskan atau saling berkaitan. Karena sebagai pemimpin tidak akan

mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila tidak ada kemampuan

mengatur. Sedangkan dalam tugas memimpin dan mengatur menuntut

adanya tanggung jawab, sehingga terjamin kelancaran program kegiatan

yang dilaksanakan, demikian juga dalam tugas memimpin harus ada

pengorbanan baik dalam bentuk moril demikian juga materil. Apabila

semua unsur-unsur telah dilaksanakan dengan sendirinya, apa tujuan yang

telah diprogramkan akan mudah tercapai. Tujuan utamanya adalah

meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.

Dalam kaitan ini sebagai modal utama bagi kegiatan manajemen

ialah kemampuan manusianya, yaitu terbentuknya sumber daya manusia

yang baik dan terarah. Dan di dalam manajemen, seseorang dapat

(28)

memiliki falsafah di dalam atau di luar manajemen. Arti dari falsafah

manajeman ialah suatu cara berfikir di dalam manajemen yang meliputi

pengamatan, pengertian terhadap konsep dan keyakinannya.10

Antara manajemen sumber daya manusia dengan personel

manajemen terdapat di dalam ruang lingkup dan tingkatannya. Manajemen

sumber daya manusia baik yang berada dalam hubungan kerja maupun

yang berusaha sendiri. Personil manajemen mencakup sumber daya

manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan modern-modern yang

dikenal dengan sektor formal.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa manajemen tidak terlepas

dari sumber daya manusia, karena manajemen berlangsung di dalam

organisasi manusia. Jelaslah apabila orang-orang yang bergabung dalam

organisasi tidak dimenej atau dipimpin secara baik, meraka akan kurang

berkembang dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu atau mungkin saja

mengalami kesulitan dan problema-problema lainnya. Dalam tindakan

manajemen seseorang, terdapat beberapa sistem berfikir. Seorang manajer

membangun pola berfikir, menerima criteria, hubungan social dan suasana

ekonomis yang diinginkan di dalam keputusan yang dicapai dan tindakan-

tindakan yang akan diambil.11

3. Prinsip umum Administrasi

Manajemen mempunyai hubungan erat dengan administrasi. Dalam

hal ini diperlukan Administrasi dalam Madrasah Diniyah. Administrasi

10 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta, him. 22

(29)

Pendidikan Madrasah Diniyah ialah segala usaha bersama untuk

mendayagunakan sumber-sumber, baik personil bersama maupun material

secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan

di Madrasah Diniyah secara optimal. Sebagai contoh, apabila kepala

Madrasah Diniyah telah memanfaatkan guru-guru dan pegawai lain serta

menggunakan semua peralatan madrasah sehingga proses belajar mengajar

serta kegiatan madrasah lainnya berjalan dengan baik, maka kepala

Madrasah diniyah tersebut telah melaksanakan administrasi. Adapun

prinsip Umum Administrasi dalam Madrasah Diniyah adalah sebagai

berikut:

a. Administrasi Madrasah bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai

dengan kondisi dan situasi nyata di Madrasah Diniyah.

b. Administrasi Madrasah Diniyah berfungsi sebagai sumber informasi

bagi peningkatan pengelolaan pendidikan dan proses belajar mengajar.

c. Administrasi Madrasah Diniyah dilaksanakan dengan system

mekanisme kerja yang menunjang realisai pelaksanaan kurikulum.'2

Secara makro administrasi pendidikan di Madrasah Diniyah

mencangkup: Pengajaran/kurikulum, Warga belajar, Ketenagaan/

kepegawaian, Keuangan, Sarana/prasarana/gedung, perlengkapan

Madrasah Diniyah, dan hubungan kerjasama dengan masyarakat.

Dalam pelaksanaan administrasi termasuk administrasi pendidikan

diperlukan seorang pemimpin/administrator yang berpandangan luas dan 12

(30)

berkemampuan, baik dilihat dari segi pengetahuan,ketrampilan maupun

dari sikap. Hal ini diperlukan karena pimpinan harus menciptakan dan

melaksanakan hubungan yang baik antar Kepala Madrasah Diniyah

dengan guru, Guru dengan Guru, Guru dengan penjaga madrasah, Kepala

madrasah diniyah, guru dan masyarakat.

Seorang administrator pendidikan diharapkan memiliki pengetahuan

tentang administrasi pendidikan yang meliputi kegiatan mengatur proses

kegiatan mengajar, warga belajar, ketenagaan, alat pelajaran, gedung dan

perlengkapan madrasah diniyah, keuangan madrasah diniyah, dan

hubungan dengan masyarakat. Seorang administrator juga diharapkan

memiliki sikap memahami dan melaksanakan kebijaksanaan yang telah

digariskan oleh pimpinan departemen agama, memahami peraturan-

peraturan serta melaksanakannya, menghargai cara berfikir rasional,

demokratis, dinamis, kreatif dan terbuka terhadap pembaharuan

pendidikan serta mau menerima kritik yang membangun dan saling

mempercayai sebagi dasar dalam pembagian tugas-tugas.

Manajemen sering disejajarkan dengan pengertian kepemimpinan,

karena kedua-duanya sama-sama berproses untuk mengemban tugas

komando. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting,

dalam kaitan ini akan dikemukakan pengertian kepemimpinan.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi

(31)

Ha! tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya

mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan

karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat

pemimpin dan pengikut berinteraksi.

Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan, apalagi jika

dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan. Dengan

organisasi yang rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik daripada yang

dilakukan secara individual. Kelembagaan itu akan berjalan dengan baik

jika dikelola dengan baik. Organisasi atau lembaga pendidikan apapun,

senantiasa membutuhkan manajemen yang baik.

4. Fungsi Manajemen

Dalam pembahasan awal telah dikatakan bahwa kegiatan manajemen

diantaranya ialah mampu memimpin, menggerakkan, mengatur, menjamin

kelancaran, dan memberikan pengorbanan daiam hal pencapaian tujuan

yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, perlunya memahami fungsi-

fungsi pokok manajemen, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, koordinasi,

pengawasan, dan pembinaan. Dalam prakteknya fungsi-fungsi tersebut

merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Selanjutnya fungsi-

fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan merupakan proses yang sistematika dalam pengambilan

keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang

akan datang. Perencanaan juga merupakan kumpulan kebijakan yang

(32)

dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman

kerja. Dalam perencanaan terkandung pemahaman terhadap apa yang

telah dikerjakan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif

pemecahannya serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang telah

ditentukan secara proporsional. Perencanaan program pendidikan

sedikitnya memiliki dua fungsi utama, pertama, perencanaan

merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan

rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber

yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan; kedua,

perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau

menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efesien dan efektif

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana

menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif

dan efesien. Rencana yang telah disusun akan memiliki nilai jika

dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Dalam pelaksanaan, setiap

organisasi atau lembaga pendidikan harus memiliki kekuatan yang

mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan

seperti yang diinginkan sulit terealisasi.

c. Koordinasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

personil untuk saling berkomunikasi dan berkoordinasi untuk

(33)

d. Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara

sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan,

petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat,

serta memperbaiki kesalahan. Pengawasan, merupakan kunci

keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen, perlu dilihat

secara komprehensif, terpadu, dan tidak terbatas pada hal-hal tertentu.

e. Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara

profesional semua unsur orgnisasi agar berfungsi sebagaimana

mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana

secara efektif dan efesien.13

Agar fungsi-fungsi diatas dapat berperan dengan baik, maka dalam

kegiatan manajemen harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Berpandangan jauh ke depan.

2) Bersikap dan bertindak bijaksana.

3) Berpengetahuan yang luas.

4) Bersikap dan bertindak adil.

5) Berpendirian teguh.

6) Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.

7) Berhati ikhlas.

8) Memiliki kondisi fisik yang baik.

9) Mampu berkomunikasi.14

lj Ibid, him. 40

(34)

Fungsi manajemen sekolah tidak terlepas dari upaya menciptakan

suasana yang mendukung dari semua unsur atau aspek-aspek yang

berkaitan dengan kelangsungan pendidikan di sekolah. Perlu dilihat unsur-

unsur apa saja yang ada di sekolah atau Madrasah, yang tergolong unsur

pokok:

1. Anak didik.

2. Pendidik.

3. Tujuan pendidikan.

4. Alat-alat pendukung .

5. Lingkungan.15

Sedangkan apabila ditinjau secara terperinci maka unsur tersebut

menjadi sangat luas. Semakin luas unsur tersebut semakin besar pula

fungsi manajemen di sekolah atau Madrasah. Apabila dilihat dari unsur

pertama, yaitu anak didik maka fungsi utama dari manajemen ialah

memberikan arah dan jalan kepada anak didik agar siap dan mampu

mengikuti kegiatan pendidikan di sekolah tersebut. Demikian juga

terhadap unsur kedua, yaitu mampu menciptakan suasana akrab, kerja

sama dan saling pengertian antara pimpinan sekolah dengan guru-guru.

Lembaga sekolah atau Madrasah yang berperan untuk mendidik

manusia agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan,

serta mempunyai ketrampilan adalah suatu kegiatan yang merupakan

bagian dari kebaikan, sehingga termasuklah kerjasama di lembaga

15

(35)

pendidikan ditekankan dalam ayat diatas. Pimpinan harus berpegang teguh

kepada ayat tersebut, yaitu mengadakan kerjasama dan gotong royong

untuk mewujudkan sistem pendidikan yang baik.16

Konsep manajemen berbasis masyarakat atau juga manajemen

berbasis sekolah atau kalau di lingkungan madrasah disebut manajemen

berbasis madrasah (society based-management), sesungguhnya bagi

madrasah hal itu bukan sesuatu yang baru. Jika manajemen berbasis

masyarakat itu diartikan sebagai pengelolaan lembaga pendidikan

dikembalikan pada masyarakat, maka sesungguhnya madrasah merupakan

potret lembaga pendidikan yang mengetrapkan konsep itu. Pada

kenyataannya, belajar dari kasus kehidupan madrasah, terdapat korelasi

yang amat signifikan antara tingkat ekonomi masyarakat dengan kemajuan

lembaga pendidikannya. Bagi masyarakat yang sudah berekonomi cukup

maju dan peduli pada madrasah, maka lembaga pendidikan Islam akan

berkembang.

Artinya, lembaga pendidikan itu akan mampu mengembangkan diri

dalam arti mampu menyediakan tenaga guru yang memenuhi syarat,

sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, membangun manajemen

yang kokoh dan iainnya. M an tetapi, jika masyarakatnya lemah, sekalipun

mereka memiliki kepedulian terhadap pendidikan yang tinggi tetapi tidak

akan mampu menyangga kebutuhan lembaga pendidikan secara memadai.

Jika konsep manajemen berbasis masyarakat diterapkan untuk

(36)

pengembangan pendidikan dalam pengertian sepenuhnya, atau dalam arti

pemerintah tidak ikut ambil bagian dalam pengelolaan pendidikan maka

hasiinya akan seperti yang dialami Madrasah selama ini.

Pengelolaan pendidikan di negara berkembang seperti Indonesia ini

rupanya justru mengharuskan pemerintah menanggung seluruh biaya

pendidikan tingkat dasar dan menengah, tanpa memandang status negeri

atau swasta, secara cukup. Pembedaan perlakuan hanya dimungkinkan

pada tingkat pendidikan tinggi. Alasannya, bahwa seluruh warga negara,

secara adil tanpa diskriminatif seharusnya mengenyam pendidikan pada

tingkat dasar. Jika sekelompok masyarakat tidak mengenyam pendidikan

dasar maka akan menjadi bandul atau kekuatan penghambat terhadap

kemajuan secara keseluruhan yang diinginkan bersama.

C. Madrasah Diniyah

1. Pengertian

Madrasah adalah sekolah yang biasanya dimiliki oleh lembaga Islam.

Sedangkan kata Diniyah berasal dari bahasa Arab yang artinya

keagamaan. Sebenarnya Madrasah Diniyah tidak jauh berbeda dengan

TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Dalam TPQ sendiri mempunyai target

dan tujuan yaitu; Dapat membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan

(37)

dalam suasana Islami, dapat menulis huruf-huruf Al-Qur’an, hafal surat-

surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari.17

Madrsah Diniyah merupakan lembaga pendidikan islam yang telah

dikenal sejak lama bersamaan dengan masa penyiaran islam di nusantara.

Pengajaran dan pendidikan agama Islam timbul secar sangat alamiah

melalui proses akulturasi yang berjalan secra halus, perlahan dan damai,

sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Para pengajarnya bukanlah

terdiri dari para da’i atau para ustadz professional dengan tugas khusus

hanya memberikan pengajaran dan pendidikan agama Islam. Masing-

masing menyebarkan agama Islam dengan pengetahuan, kemampuan dan

waktu luang mereka. Para murid atau santrinya tidak ditentukan jumlahnya

maupun usianya. Pada masa penjajahan hamper pada semua desa yang

penduduknya mayoritas beragama Islam, terdapat madrasah diniyah,

dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda antara satu daerah dengan

daerah lain, seperti pengajian, sekolah agama dan lain-lain. Mata pelajaran

Agama juga berbeda-beda, yang pada umumnya meliputi aqidah, ibadah,

akhlak, membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan,

madrasah atau sekolah agama perlahan sebagian ada yang berubah kearah

sekolah denagn penambahan beberapa mata pelajaran umum yang biasa

diberikan di sekoiah, seperti : mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu

hayat, bahasa melayu, bahasa asing, dan lain-lain. Sebagian madrasah

1' Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, him.

(38)

Diniyah khususnya yang didirikan oleh organisasi -organisasi Islam,

memakai nama sekolah Islam, Islamic School, dan sebagainya. Pada

zaman penjajahan, Madrasah diniyah dengan berbagai perkembangannya

melahirkan banyak pejuangyang anti pemerintahan penjajah, oleh

karenanya perkembangan dan kemajuan Madrasah diniyah selalu hamper

dihambat dan dihalang-halangi.

Setelah Indonesia merdeka dan berdiri Departemen Agama yang

tugas utamanya mengurusi pelayanan keagamaan termasuk pembinaan

lembaga-lembaga pendidikan agama, maka penyelenggaraan Madrasah

Diniyah mendapat bimbingan dan bantuan Departemen Agama. Keputusan

pertama Kementrian Agama adalah Peraturan Menteri agama nomor I

tahun 1946 tentang pemberian bantuan bagi Madrasah Diniyah. Untuk

memenuhi kebutuhan guru pada madrasah dan guru pada sekolah umum,

makla pada tahun 1951 didirikan pendidikan guru agama yang pertama di

kota Solo. Namun karena berdirinya yang kebanyakan atas usaha

perseoranggna atau organisasi keagamaan yang semata-mata untuk ibadah,

maka system pengajaran dan pembelajarannya tergantung pada

pengasuhnya. Sehingga pertumbuhan madrasah di Indonesia mengalami

banyak corak dan ragamnya. Dalam perkembangannya Madrasah Diniyah

yang didalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran umum disebut

madrasah Ibtidaiyah, sedangkan madrasah diniyah khusus untuk pelajaran

(39)

Seiring dengan munculnya ide-ide pembaharuan pendidikan

agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan pembaharuan dari

dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan Madrasah Diniyah

Melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama,

Namun disesuaikan dengan kondisi Llingkungannya, sedangkan sebagian

Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan

dan persepsinya masing-masing.

Dalam rangka pembinaan dan bimbingan terhadap Madrasah

Diniyah, Departemen Agama menetapkan peraturan Madrasah Diniyah

antara lain dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah adalah lembaga

pendidikan agama yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara

klasikal dalam pengetahuan agama Islam, Pendidikan dan Pengajaran pada

madrasah diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan dan pendalaman

pengetahuan agama islam kepada pelajar-pelajar yang meras kurang

menerima pelajaran agama di sekolah umum. Walaupun keadaan

Madrasah diniyah telah diatur sedemikian rupa namun keberadaannya

belum sebagaimana yang diharapkan.

Keberadaan Madrasah Diniyah masih sangat diperlukan, karena

masyarakat merasakan bahwa pendidikan agama yang diperoleh di sekolah

umum kurang memadai jumlah jam pelajaran. Sementara itu, kebutuhan

akan pembinaan kehidupan beragama dan akhlakul karimah bagi putra dan

putrid mereka sangat tinggi. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan merosotnya

(40)

Para orang tua resah, para pemuka masyarakat gelisah. Mereka mencari

solusi atau cara menanggulanginya. Memang di tengah masyakat

terkadang terdapat Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) atau pengajian-

penagjian. Namun TPA terkesan hanya untuk usia taman kanak-kanak atau

siswa usia sekolah dasar pada kelas-kelas awal. Ketika seorang anak

mampu membaca Al-Qur’an, mereka mengurangi aktivitasnya di TPA dan

ketika masuk SLTP banyak yang keluar dari TPA. Karena itu keberaan

Madrasah Diniyah tetap dibutuhkan. Bahkan tidak sedikit yayasan

pendidikan yang memadukan penyelenggaraan TPA dan Madrasah

Diniyah.

2. Tingkatan Madrasah Diniyah

Madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan

pada jalur luar sekoiah yang diharapkan mampu secara terus menerus

memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak

terpenuhi pada jalur sekolah yang melalui system klasikal serta

menerapkan jenjang pendidikan yaitu :

a. Madrasah Diniyah Awaliyah

1. Pengertian

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) adalah satuan pendidikan

(41)

agama Islam tingkat dasar dengan masa belajar 4 (empat) tahun,

dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.18

2. Tujuan

Tujuan Madrasah Diniyah Awaliyah adalah untuk memberikan

bekal kemampuan dasar kepada warga belajar untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai warga muslim yang

beriman, bertaqwa dan beramal shaleh sertra berakhlak mulia,

warga Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya kepada diri

sendiri, serta sehat jasmani dan rokhani, membina warga belajar

agar memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah,

dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya,

mempersiapkan warga belajar untuk dapat megikuti pendidikan

agama islam pada madrasah Diniyah Wustha.19

b. Madrasah Diniyah Wustho

1. Pengertian

Madrasah Diniyah Wustho adalah satuan pendidikan

keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan

agama Islam tingkat menengah pertama sebagi pengembangan

pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah,

iSDirektorat Pendidikan keagamaan, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, Tahun 2003, hal 02.

(42)

masa belajar 2 tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam

seminggu.20 21

2. Tujuan

Tujuan Madrasah Diniyah Wustho adalah untuk melanjutkan

dan meluaskan pendidikan dasar agama Islam yang diperoleh pada

m Madrasah Diniyah Awaliyah kepada warga belajar untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim yang

bertaqwa dan beramal shaleh, sertra berakhlak mulia, warga

Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya kepada diri sendiri,

serta sehat jasmani dan rokhani, membina warga belajar agar

memiliki pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah, dan

sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya,

membina warga belajar agar memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti

kepada Aliah SWT guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti pendidikan

agama Islam pada Madrasah Diniyah U llya/1

c. Madrasah Diniyah Ulya

1. Pengertian

Madrasah Diniyah Ullya adalah satuan pendidikan keagamaan

jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam

tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan menegmbangkan

20 Ibid, him. 09

(43)

pendidikan agama Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan

Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 tahun dengan jumlah

jam belajar 18 jam seminggu.

2. Tujuan

Tujuan Madrasah Diniyah Ullya adalah untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar agama Islam yang diperoleh pada m

Madrasah Diniyah Awaliyah kepada warga belajar untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim yang

bertaqwa sertra berakhlak mulia, warga Negara Indonesia yang

berkepribadian, percaya kepada diri sendiri, serta sehat jasmani dan

rokhani, membina warga belajar agar memiliki pengalaman,

pengetahuan, ketrampilan beribadah, dan sikap terpuji yang

berguna bagi pengembangan pribadinya, membina warga belajar

agar memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya

dalam masyarakat dan berbakti kepada Allah SWT guna mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Mempersiapkan warga belajar

untuk dapat mengikuti pendidikan agama Islam pada jenjang yang

lebih tinggi/3

Secara hi^oris agak sulit untuk melacak kapan mulai berdirinya

Madrasah Diniyah sebagai sebuah institusi pendidikan di Indonesia ini.

Kesulitan ini disebabkan karena langkanya referensi yang menjelaskan 22

22 Ibid, him. 11

(44)

eksistensi Madrasah Diniyah dalam konstelasi perkembangan institusi-

institusi pendidikan Islam. Secara sosiologis madrasah diniyah didirikan

untuk memfasilitasi masyarakat yang hendak menyekolahkan anaknya

agar mau mempelajari ilmu-ilmu keislaman dan berharap agar anaknya

berperilaku dengan akhlak-al-karimah (akhlak mulia).

Pendidikan di Madrasah ada perbedaannya dengan pendidikan di

sekolah umum. Di Madrasah Diniyah sistemnya islami, maka murid-

muridnya harus menjadi muslim yang sempurna. Bila disederhanakan

maka tujuan pendidikan madrasah hampir sama dengan tujuan sekolah

tetapi dengan keimanan yang tahan banting. Dalam realitanya masih sering

orang-orang mengatakan kalau anak sekolah umum nakal hal itu biasa;

akan tetapi anak Madrasah tidak boleh nakal, karena sistem islami itu tidak

mungkin memberi peluang muridnya nakal. Pada kenyataannya masih

banyak pula orang yang bertanya apakah madrasah lebih baik dari pada

sekolah? Karena madrasah dapat menjamin muridnya tidak nakal. Bila

prestasi di bidang pengetahuan umum sama dengan sekolah, apalagi lebih

baik, sementara kenakalan lebih kecil kemungkinannya di madrasah, tentu

saja orang tua murid akan memasukkan anaknya ke madrasah. Tidak ada

orang tua murid yang ingin anaknya nakal. Jadi kuncinya ialah: mutu

pendidikan umum sama dengan sekolah, lebihnya ialah ada jaminan tidak

nakal.

Perbincangan tentang madrasah sesungguhnya sudah banyak sekali

(45)

terkecuali menyangkut aspek manajemennya. Pengamatan serta analisis

tajam telah banyak dihasilkan. Begitu pula pikiran-pikiran cerdas untuk

membangun konsep dan rancangan pengembangan madrasah sudah

banyak dipublikasikan. Madrasah diyakini menjadi lembaga pendidikan

yang mampu mengantarkan peserta didik pada ranah yang lebih

komprehensif, meliputi aspek-aspek intelektual, moral, spiritual dan

ketrampilan secara padu.24 Madrasah diyakini mampu mengintegrasikan

kematangan religius dan keahlian ilmu modern kepada peserta didik

sekaligus. Itulah yang sesungguhnya menjadikan orang-orang yang

memahami dunia madrasah menjadi begitu gigih memperjuangkan

eksistensi madrasah. Selain itu, para peminat lembaga pendidikan

madrasah juga didorong oleh nilai-nilai idealisme. Semestinya madrasah

mampu menampilkan diri sebagai representasi ajaran Islam yang agung,

indah dan sempurna. Akan tetapi, pada kenyataannya, madrasah masih

sangat jauh dari idealisme itu. Jauh panggang dari api. Konsep-konsep

idial Islam, seperti suasana kebersamaan, kerja keras, disiplin, optimisme

yang menjauhkan dari sifat putus asa, mudah menyerah, selalu menjaga

kebersihan baik lahir maupun batin, dan seterusnya, ternyata belum

terwujud dalam aktivitas madrasah. Sebagian besar Madrasah Diniyah

masih diliputi oleh suasana dan semangat tradisional, seperti manajemen

“seadanya”, kurang disiplin dan juga apa adanya.

(46)

Madrasah Diniyah, jika dilihat dari sisi etos kerja, semangat atau

motivasi para pengelolanya, sudah sangat luar biasa tingginya.25 Dalam hal

membangun madrasah, bagi masyarakat tertentu, mereka tidak pernah

membayangkan akan memperoleh keuntungan yang bersifat materi.

Bahkan mereka mampu menunjukkan kesadaran akan betapa pentingnya

lembaga pendidikan Islam ini melalui pengorbanan berupa apa saja yang

mereka miliki. Tidak jarang kita temui, orang yang bersedia menjual tanah

atau hewan ternak untuk membiayai pembangunan Madrasah. Jiwa

berkorban seperti ini, agaknya sulit ditemui, justru di lingkungan

masyarakat yang menamakan diri telah memasuki dunia modem. Jiwa

berkorban yang tinggi juga tidak jarang ditunjukkan oleh guru. Selain

mereka bersedia menjalankan tugas-tugas kependidikan semampunya,

mereka sanggup menambah pengetahuan dengan biaya sendiri, dengan

cara patungan. Hal itu berbeda dengan mereka yang berjiwa pegawai, baru

mau menambah dan atau mengimplementasikan konsep baru jika telah

tersedia dana proyek yang dibutuhkan. Nyata sekali bahwa pada satu sisi,

madrasah sekalipun kondisinya memprihatinkan tetapi menyandang jiwa

pejuang, sedangkan di tengah-tengah banyak pihak berkekurangan itu

justru tumbuh sebagian orang yang pada diri mereka tumbuh jiwa

pegawai. Oleh karena itu nyata sekali b ah w a dalam manajemen

pendidikan di tanah air ini terjadi diskriminatif, ketidak adilan dan kurang

mencerminkan kebhinekaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Hal itu

(47)

mengakibatkan sebagian lembaga pendidikan yang kebanyakan berstatus

swasta.

Membaca fenomena Madrasah sebagaimana dikemukakan di atas,

maka upaya menumbuh-kembangkannya harus dibedakan antara

Madrasah yang sudah kuat hidup atau survival sebagaimana contoh

madrasah unggulan di muka dan mereka yang masih perlu dibantu

kehidupannya sebagaimana yang banyak terdapat di pedesaan. Bagi

madrasah yang sudah survival maka yang diperlukan adalah peningkatan

kemampuan manajerial dan leadership madrasah, peningkatan kemampuan

guru baik menyangkut penguasaan metodologi maupun materi bidang

keilmuan, administrasi madrasah dan sejenisnya. Akan tetapi, bagi

madrasah yang masih berjuang untuk hidup yang jumlahnya amat besar,

yang diperlukan dan cukup mendesak bagi mereka adalah bagaimana agar

kebutuhan hidup minimal para guru terpenuhi. Jika hal ini saja tidak dapat

dipenuhi maka sulit diharapkan madrasah mampu mengembangkan diri,

apalagi peningkatan mutu hasil pendidikannya.

Di sisi baiknya, Madrasah Diniyah mampu membagi waktu dalam

pembelajarannya yaitu pembelajaran dimulai dari siang hingga sore hari.

Pemanfaatan waktu siang sampai dengan sore hari itu bukan tanpa alasan

karena Madrasah Diniyah melayani pendidikan anak-anak yang dipagi

harinya ber-sekolah formal. Sebagai institusi pendidikan Islam kerakyatan,

(48)

dan tradisi-tradisi keagamaan dalam sebuah komunitas masyarakat muslim

tidak dapat diabaikan begitu saja.

3. Fungsi dan keberadaan

Tujuan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam

merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah

menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia

melalui Syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam.

Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama

Islam sebagai berikut :

a. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah,

bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa

orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu

yang dipelajarinya dan kelezatan ini puia yang dapat mengantarkannya

kepada pembentukan insan paripurna.

b. M Athiyah al-Abrasy. mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan dan

pengajaran.27 adalah sebagai berikut:

1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

2. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar memenuhi otak anak

didik dengan segala macam ilmu yang belum m ereka ketahui,

tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa

luaniiah (keutamaan),

/0 Direktorat Pendidikan keagamaan. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyah, Tahun 2003, hal. 31

(49)

3. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,

mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya, ikhlas, dan jujur.

4. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

5. Pendidikan Islam memiliki dua orientasi yang seimbang, yaitu

memberi persiapan bagi anak didik untuk dapat menjalani

kehidupannya di dunia dan juga kehidupannya di akhirat.

6. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan.

7. Pendidikan Agama Islam tidak bersifat spiritual, ia juga

memperhatikan kemanfaatan duniawi yang dapat diambil oleh

siswa dari pendidikannya.

8. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan

memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Dengan

demikan, Pendidikan Agama Islam tidak hanya memperhatikan

pendidikan agama dan akhlak, tapi juga memupuk perhatian

kepada sains, sastra, seni, dan lain sebagainya, meskipun tanpa

unsur-unsur keagamaan didalamnya.

9. Menyiapkan pelajar dari segi profesinal, tekhnis, dan dunia kerja

(50)

c. Ada dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir

1. Tujuan sementara. Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh

umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan

sementara artinya tercapainya berbagai kemampuan seperti

kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmu-

ilmu lainnya.

2. Tujuan akhir. Yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang

mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau

menceminkan ajaran agama Islam.

d. Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4

(empat) macam28 29, yaitu :

1. Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai

dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau

dengan cara lain.

2. Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu

orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam

ketakwaannya.

3. Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan

dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

4. Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang

akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

28 http://starawaji.wordpress.com

(51)

Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta

menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan

berbudi luhur menurut ajaran Islam.” Dari uraian diatas dapat di simpulkan

bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas

dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan

sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya dengan dijiwai

oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan

untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan

kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini

harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek

spiritual, intelektual, imajinasi, maupun aspek ilmiah, (secara perorangan

maupun secara berkelompok). Dan pendidikan ini mendorong aspek

tersebut ke arah keutamaan serta pencapaia kesempurnaan hidup. Tujuan

ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun

sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang

berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu

pengetahuan dan beriman secara bulat.

Dalam kaitannya di atas Madrasah Diniyah berfungsi sebagai

lembaga nonformal agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi

Qur’ani. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an merupakan

indikator kualitas kehidupan beragama seorang muslim. Oleh karena itu,

(52)

rangka meningkatkan kualitas ummat khususnya ummat Islam dan

keberhasilan pembangunan di bidang agama/0 Karena Al-Qur’an

merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad

untuk disampaikan kepada ummatnya sebagai petunjuk manusia untuk

kehidupan dunia dan akhirat. Karena manusia hidup di dunia pasti

mempunyai tujuan-tujuan yang baik dan selalu mengharapkan Ridho Allah

SWT. Dan Al-Qur’an mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan

lurus, sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang

merealisasikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

30

(53)

A. Profil Madrasah Diniyah Desa Karanglangu

L Informasi Tentang Madrasah Diniyah Desa Karanglangu

Madrasah Diniyah desa Karanglangu terletak di desa Karanglangu

RT 04 / RW 02 Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. Madrasah Diniyah Desa

Karanglangu berdiri pada tanggal 15 juli 1988. Ketika itu masyarakat desa

Karanglangu, khususnya yang belum beranjak dewasa sangat minim

pengetahuan tentang keagamaan. Salah satu tokoh masyarakat/ ustadz

mempunyai inisiatif untuk mendirikan Madarasah Diniyah yang

didalamnya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan kemudian mendapatkan

persetujuan dari Departemen Agama Kab. Grobogan. Pada awalnya

Madrasah Diniyah ini belum mempunyai tempat atau lokasi sendiri, masih

bertempat di masjid desa Karanglangu. Setelah adanya kegiatan belajar

mengajar di Madrasah Diniyah masyarakat setempat sangat mendukung

aktivitas itu dan masyarakat mengusahakan tanah untuk bangunan

Madrasah Diniyah sendiri. Mulai saat itu Madrasah Diniyah ini

mempunyai tempat dan gedung sendiri.

S a a t in i M a d r a s a h D i n iy a h Desa Karanglangu mempunyai murid

(Santri) Sebanyak 59 santri dan 4 orang pengajar.

Madrasah ini lebih mengutamakan materi tentang membaca dan

menulis arab dan mengetahui makna dan isinya.

Referensi

Dokumen terkait

Secara empiric memperlihatkan bahwa banyak macam program pemberdayaan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, khususnya

Hasil dari penelitian ini adalah sistem informasi telah memenuhi standar ISO 25010 pada karakteristik functional suitability dengan nilai 1 (baik), karakteristik

sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena karyawan memiliki peran.. penting dalam hal mengoptimalkan bahan baku untuk menjadi suatu

increase learners' success. This paper hence aims to review whether video project could be supportive to facilitate the teaching of linguistic and non-linguistic skills, to

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari pemberian worksheet untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerima dan mengolah informasi

Dalam langkah ini para pemuka masyarakat dibimbing untuk menetapkan Pengurus/Pengelola UKBM (dalam bentuk sesuai untuk mengatasi masalah, yaitu

Ketiga, tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan: yang menekankan pada keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah

Komputer Encoder digunakan sebagai device pengkonversi sinyal video dari analog menjadi digital, sehingga nantinya konten video dapat disalurkan menuju device streaming server