MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA
Disampaikan Kepada Seluruh
Pamong Desa
Se-Kabupaten Bandung Barat
Oleh :
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 1977 0304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
• Pangkat : Pembina (IV/a)
• Instansi: Kampus IPDN Jatinangor
• Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
PERENUNGAN AWAL
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI PEMERINTAHAN ?
ATAU
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI KEMASYARAKATAN?
APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT UNTUK MATERI INI
“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”
ATAU
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA
1. UU No. 28 Tahun 1948 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ”
2. UU No. 1 Tahun 1957 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah”
3. UU No. 18 Tahun 1965 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah”
4. UU No.19 Tahun 1965 tentang “Desa Praja”
5. UU No. 5 Tahun 1974 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah”
6. UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa” 7. UU No. 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah” 8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah” 9. UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”
YANG LANGSUNG MENGATUR TENTANG DESA :
10.UU No. 19 Tahun 1965 tentang “Desapraja”
11.UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa”
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA TERBARU
Undang-undang No. 6 Tahun
2014
menyebutkan
Judul
Undang-undangannya bukan
“Pemerintahan Desa” namun
hanya “Desa”, hal tersebut
menampakkan
keragu-raguan
dari
pemerintah
pusat
saat
merumuskan
Undang-undang
ini,
bagaimanakah
caranya
ENTITAS ORGANISASI DESA YANG HARUS
SEGERA DIPETAKAN
Undang-undang No. 6 Tahun 2014
menggambarkan adanya hirarkhi
organisasi yang perlu segera
dipetakan oleh kawan-kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi
tentang Konsep bagaimanakah
sebenarnya ”Manajemen
(Pemerintahan) Desa”, dimana dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat) entitas Organisasi :
1. Entitas organisasi Desa Adat 2. Entitas organisasi DESA
3. Entitas organisasi Desa Persiapan 4. Entitas organisasi Kelurahan
DIMENSI-DIMENSI MANAJEMEN
PEMERINTAHAN DESA
1. Manajemen Kewenangan Desa 2. Manajemen Perencanaan Desa 3. Manajemen Keorganisasian Desa 4. Manajemen Sumberdaya Manusia
Desa
5. Manajemen Keuangan Desa 6. Manajemen Kinerja Desa
7. Manajemen Pelayanan Umum Desa
8. Manajemen Pengawasan Desa
9. Manajemen Kolaborasi dan Konflik Desa
10.Manajemen Logistik Desa
RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan
bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat
bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi
lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best
government’
5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”
bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan
sedang berkembang
RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan
bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat
bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi
lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best
government’
5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”
bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan
• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya
salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan
terutama pemerintah.
• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua
tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.
• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).
• Diantara semua komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,
EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL
MANAJEMEN PERTUMBUHAN
PEMERINTAHAN EKONOMI
YANG BAIK YANG CUKUP
PERKEMBANGAN TEORI
DAN KONSEP MANAJEMEN
Sampai saat ini, manajemen telah berkembang
mencapai generasi kelima.
Perkembangannya yaitu sbb:
Generasi I : Management by Doing/Jungle Management Generasi II : Management by Direction
Generasi III : Management by Objectives/Management by Targetting Generasi IV : Management by Value Creation/
Total Quality Management
(Brian L. Joiner, 1994)
Generasi V : Management by Knowledge Networking, Virtual Enterprise and Dynamic Teamming
MANAJEMEN KEWENANGAN DESA
UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa:
“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa mencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
• Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c). • Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,
bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?
• Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.
• Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu
menimbulkan kerancuan dalam sistem dalam
• Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).
•
Urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah diatur dengan PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Propinsi
dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
•
Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007
menyebutkan bahwa:
“Dalam
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan daerah yang berdasarkan
kriteria pembagian urusan pemerintahan
yang
menjadi
kewenangannya,
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota
dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI PEMBERIAN
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI
OTONOMI PENGAKUAN
DESA
GEJALA MASA TRANSISI FILOSOFI DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI :
- Adanya pemberian ADD (SE. Mendagri 140/640/sj)
- Pengangkatan Sekdes menjadi PNS (PP 45/07)
- Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan pengaturannya kepada Desa (Permen 30/06)
- Perdes bagian dari Perda (UU 12/11)
- Adanya tugas pembantuan kepada desa (PP
7/08)
- Dokumen Perencanaan
1.Filosofis dan
bentuk otonomi 2 Kelembagaan 3 Keuangan 4 Bentuk organisasi 5 Kepegawaian 6 Kedudukan organisasi 7 Pemimpin 8 Hubungan pemimpin dengan rakyat
ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MENJALANKAN TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAHAN KELURAH AN P E R U B A H A N S O S I A L Paguyuban (Gemeinsc haft) Patembay an (Gesellsch aft) PELAYANAN PRIMA KEPADA MASYARAKA T PENGEMBANGAN ORGANISASI: 1. Reframing 2. Restructuring 3. Revitalization 4. Renewal
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI
OTONOMI PENGAKUAN
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI PEMBERIAN
DESA
GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN TENTANG DESA
OTONOMI PENGAKUAN
ARAH PERKEMBANGANNYA ???
OTONOMI PEMBERIAN
OTONOMI PENGAKUAN
BAGAIMANA KEWENANGAN DESA
VERSI UU NO 6 TAHUN 2014
•
Kewenangan desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa
Kewenangan Desa Meliputi :
a. Kewenangan bedasarkan hak asal usul
b. Kewenangan lokal berskala desa
c. Kewenangan
yang
ditugaskan
oleh
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
Kewenangan Desa
•
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 huruf a dan huruf b
diatur
dan diurus oleh desa
(Psl 20)
•
Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan
pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 huruf c dan huruf d
diurus oleh desa
(Psl 21)
•
Penugasan
dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah kepada desa meliputi penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
desa,
pembinaan
kemasyarakatan
desa,
dan
pemberdayaan masyarakat desa (Psl 22 ayat 1)
•
Penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Bahan Perenungan
• Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan
konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/ medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)
• adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas
penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution
menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran anglosaxion
PROBLEMATIKA PERENCANAAN INDONESIA
Belum semua pejabat pimpinan memahami cara menyusun
visi dan menjalankan visi secara konsisten
Seringkali antara visi unit organisasi yang satu dengan
lainnya tidak saling berkaitan, padahal semuanya
merupakan bagian dari sebuah sistem.
Kurang adanya konsistensi antara visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan yang disusun oleh suatu
unit organisasi.
Visi yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan
dengan baik karena kurangnya dukungan anggaran
ataupun karena Terlampau banyaknya pertimbangan
politis didalamnya.
ENVISIONING THE FUTURE
ENVISIONING THE FUTURE
Fokus
Penciptaan Nilai Tambah
ENVISIONING THE FUTURE
KONDISI MENUJU VISI 1
MISI (Upaya menuju Visi)
Kebijakan
TUJUAN (VISI)
TERCAPAI?
Meskipun sudah dibungkus dengan
KONDISI MENUJU VISI 2
MISI (Upaya menuju Visi)
TUJUAN (VISI)
TERCAPAI !
KEBIJAKAN
Jabaran visi dan misi, tujuan, skenario makro, langkah strategis,
Abstrak
Visi Pemerintah
Daerah
Visi Perangkat
Daerah
Kongkret &
Terukur Hierarkhi Visi Daerah
Ciri Visi yang Baik :
Spesifik (specific)
Sederhana (simple)
Terikat Waktu (time-bound)
Mungkin untuk dicapai (achieveable)
Visi Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program KINERJA
PRIMA
Keselarasan Kebijakan dan Pelaksanaan Program
(mengacu struktur UU No.25/2004)
Kebingunan
X
Misi Tujuan Strategi Kebijakan ProgramVisi
X
Tujuan Strategi Kebijakan Program FrustrasiTidak Terarah
Visi Misi
X
Strategi Kebijakan ProgramVisi Misi Tujuan
X
Kebijakan Program TidakEfektifStrategi
X
Program SalahLangkahVisi Misi Tujuan
Kebijakan Tidak
Efisien
X
Strategi
?
?
VISI NASIONAL VISI NASIONAL VISI DAERAH PROPINSI VISI DAERAH PROPINSI VISI DAERAH KAB./KOTA VISI DAERAH KAB./KOTATAP MPR RI NO. VII/MPR/2001 Visi Indonesia 2020
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
Uu NO. 17 TAHUN 2007 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
TAP MPR RI NO. VII/MPR/2001
Visi Indonesia 2020
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
Uu NO. 17 TAHUN 2007 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR P R O P E D A
?
Seluruh Dunia dan di wilayah manapun di ujung dunia tujuannya pasti satu yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga Visi dan misi
harus disusun sesuai dengan Kondisi Masyarakat dan Kekuaatan Bisnis
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Menyusun Visi Daerah
Kontributor PDRB Terbesar 1) 2) 3) Mata Pencarian Penduduk Terbanyak 1) 2) 3) Penetapan Bisnis Inti (Core Business) Susun Visi
10 kata
Keunggulan yang di-Rencanakan di masa Mendatang :
BAHAN PERENUNGAN
• Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26 Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOP-OVOP)
•
Ada kaitan erat antara Dokumen Perencanaan
( Dokumen Jangka Panjang-RPJP, maupun
Jangka Menengah-RPJMD) dengan perumusan
struktur organisasi (core business).
•
Pada masa lalu, penyusunan organisasi
pemerintah
didasarkan
pada
peraturan
perundang-undangan
(Rule
Driven
Organization).
Seiring dengan penggunaan
visi dan misi dalam menentukan program
organisasi, sudah seharusnya di dalam
penyusunan
organisasi
pemerintah
menggunakan prinsip
RULE DAN MISSION
DRIVEN ORGANIZATION
Sumber : Sadu Wasistiono
Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah
Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah (Rule dan Mission Driven Organization)
Pemerintah Pusat
Kewenangan Daerah
Rakyat
Mandat
Visi Daerah Jangka Panjang
Visi Pemda Jangka Menengah
Potensi SDA, SDM, SDB
Organisasi Pemerintah Daerah
Transfer Kewenangan
• Dilihat dari teori organisasi, Penyusunan Organisasi Desa yang ada selama ini
mengalami Kemunduran, karena aturan dalam penyusunan organisasi desa yang ada saat ini masih berorietnasi pada konsep organisasi generasi kedua (Structural organization), dimana jika dikaji lebih dalam konsep awal berdirinya organisasi desa sebenarnya organisasi desa sudah masuk pada tataran generasi keempat (fuctional organization) dimana pada generasi ini sebuah organisasi didorong mnjadi organisasi yang fungsional dengan dipenuhi oleh tenaga atau kelompok fungsional agar profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan jika awalnya dipahami bahwa desa sebagai organisasi yang diandalkan dalam memajukan sebuah wilayah dan negara tidak menutup kemungkinan desa akan di dorong menjadi organisasi generasi kelima (Quantum Organization).
• Pada zaman dahulu organisasi desa sebenarnya telah dibentuk oleh
sekumpulan jabatan fungsional dimana di desa dikenal jabatan-jabatan fungsional seperti : Modin (Pengurus agama), Kepala angon, jaga alas, Ulu-ulu, Kebayan dsb. Saat ini jabatan tersebut dapat dihidupkan kembali sebagai indikator dalam mengindentifikasi posisi sebuah desa apakah desa adat, desa, desa persiapan atau kelurahan.
• Bennis & Townsend mengemukakan bahwa perubahan organisasi abad ke-21
mengarah pada prinsip FROM MACHO to MAESTRO. Organisasi generasi keempat lebih mengarah pada functional organization.
• Makin besar organisasi pemerintah daerah berarti anggaran yang diperlukan juga semakin besar. Konsekuensinya, anggaran publik untuk kepentingan masyarakat menjadi semakin kecil. ( Penelitian IRDA 2002, Rutin 75%, Pembangunan 25%, Penelitian Depdagri 2005 : 60% belanja aparatur dan 40% belanja publik).
PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI
OG I : Nonformal Organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan dengan manajemen generasi pertama.
OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979 dll)
OG III : Wide Structural Organization (Frank Ostroff,1999 dll)
OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman et all, 1998 dll).
BAHAN PERENUNGAN
• Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl 25
bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Psl 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut nama lain. Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap mengikuti organisasi generasi yang kedua yaitu Structural Organization, namun tidak menutup kemungkinan terbuka bagi organisasi desa untuk mengangkat perangkat-perangkat desa atau disebut dengan nama lain sebagai pola mendorong organisasi desa menjadi organisasi generasi keempat (fuctional organization).
• Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam
PENCARIAN SUMBER DAYA MANUSIA
DESA
• Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk
memimpin desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu : a.Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES
dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan hukum adat yang sudah diwariskan turun temurun
b.setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan dari panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada
keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan mengembangkan kembali pola PILKADES yang berorientasi otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa)
• Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang
Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan
Pemerintah. Disini terlihat bahwa pola yang akan
SALAH KAPRAH SECARA KONSEP
•
Belum memahami “arena bermain” dan apa
“aturan mainnya”.
•
Contoh 1: “arena bermain” adalah akuntansi,
namun menggunakan “aturan main” yang tidak
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
•
Contoh 2: “arena bermain” penatausahaan,
namun menggunakan “aturan main” selain
peraturan KDH.
•
Contoh 3: “aturan main” APBN dibawa ke
SALAH KAPRAH DI
PENGANGGARAN
• “Mengharamkan” penambahan jenis kegiatan dan rekening
belanja, membuat mekanisme anggaran pemerintahan seperti mekanikal pemerintahan, hal tersebut terjadi di PEMDA dan Desa juga wajib mengikutinya.
• Standar harga untuk APBD menggunakan KMK (Keputusan
Menteri Keuangan), hal tersebut juga dijadikan patolan oleh Desa.
• Belanja modal yang dianggap sebagai penambahan aset
pada APBD menggunakan patokan dari KMK, hal tersebut harus diikuti oleh PEMDA dan tidak terkecuali juga DESA
• Merasa” sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja
3. SALAH KAPRAH DI
PENATAUSAHAAN
•
“Bingung” membedakan sistem pembayaran dan
sistem pengadaan, hal tersebut terjadi di PEMDA
dan juga terjadi di tingkat DESA.
•
Perbendaharaan hanya melulu mengurusi uang,
sehingga
terkadang
melupakan
pengadministrasian ASET, hal tersebut terjadi di
Kabupaten Begitu ditingkat desa.
•
Pengesahan SPJ untuk Dana desa terbagi dua pola
ada yang di bawah BPMPD dan ada yang dibawah
Kabag PEMDES.
•
Pajak harus disetor ke kasda pada akhir tahun,
4. SALAH KAPRAH DI
AKUNTANSI
•
Anggapan bahwa jumlah kas sama
dengan SILPA.
•
Rekening Kas Umum Daerah (Dana
Desentralisasi) disamaartikan dengan
Kasda (Ada dana desentralisasi,
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan
Pola Bantuan)
•
Memandang lampiran format laporan
PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN
• Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa hanya memiliki sumber-sumber keuangan tradisional yang diatur berdasarkan hukum adat setempat dan dipelihara secara turun temurun.
• Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum adatnya semakin memudar, sehingga ikatan-ikatan sosial masyarakat desa digantikan oleh ikatan-ikatan ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomi berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang mengalami kekurangan sumber keuangan desa.
• Untuk mengatasinya, pemerintah supradesa
• Karena bentuknya bantuan, maka jumlahnya
tergantung pada pihak yang memberi. Pengalaman empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di
berbagai kabupaten tidak menerima bantuan
keuangan, atau hanya menerima bantuan sekadarnya.
• Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72
Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri dari :
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota.
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
• Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang mirip seperti dana perimbangan keuangan antara pemerintah dengan daerah otonom sebagaimana diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1).
• Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes (Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur mirip seperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang ditunjuk.
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.
• Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran T-count bergeser menjadi I-count.
• Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah
Mengapa Perlu Pengukuran Kinerja
• Jika tidak mengukur hasil, anda tidak dapat
mengatakan terbebas dari kegagalan.
• Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak dapat menghargainya
• Jika tidak dapat menghargai keberhasilan, mungkin
anda menghargai kegagalan
• Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak akan dapat belajar darinya
• Jika anda tidak mengenali kegagalan, anda tidak
akan dapat memperbaikinya
• Jika anda dapat menunjukkan hasil, anda dapat
memenangkan dukungan publik.
PENGUKURAN KINERJA DESA
• Konsep pengembangan kinerja desa selama ini tidak
lepas dari Pola Musyawarah untuk Mufakat, dan ini merupakan ciri mendasar dari kehidupan masyarakat desa.
• Selama ini Pemerintah baik di pusat maupun di daerah
memposisikan dalam pengukuran kinerja antara desa
dan kelurahan itu pada posisi yang sama, seperti
Lomba Desa
• Selama ini, kinerja organisasi desa senantiasa
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 diterangkan bahwa
kinerja (pemerintahan) desa diukur dari proses Musyawarah
Desa dalam memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis (Psl 54 ayat 1 dan 2) yaitu penataan desa, perencanaan desa, kerjasama desa, rencana investasi yang akan masuk ke desa, pembentukan BUMDes, penambahan dan pelepasan aset desa dan kejadian luar biasa. Musyawarah mendorong konsep bahwa di desalah pola musyawarah merupakan sebuah tradisi asli bangsa Indonesia.
• Saat ini desa didorong layaknya PEMDA, dimana konsep kinerja
PELAYANAN UMUM
•
Pengukuran Kinerja pelayanan publik
seringkali
dipertukarkan
dengan
pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini
tidak lah terlalu mengherankan karena
pada dasarnya pelayanan publik memang
menjadi tanggung jawab pemerintah.
•
Dengan
demikian,
ukuran
kinerja
pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya
dalam
menyelenggarakan
pelayanan
publik.
Sehingga
apabila
organisasi
tersebut menyelenggarakan pelayanan
dengan baik, maka kinerja organisasinya
dapat dianggap baik.
•
Dengan demikian kinerja organisasi dan
•
Bagi organisasi, melayani konsumen mrpkan
“saat yg menentukan”
(moment of thruths),
peluang bagi organisasi utk menunjukkan
kredibilitas dan kapabilitasnya.
•
Abad ke-21 adalah “abad pelanggan”
(Carlzon,
1987).
•
Prinsip “ Close to the customers”
•
Semakin maju sebuah negara, akan semakin
banyak masyarakatnya yg bekerja di sektor jasa.
•
Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg
PARADIGMA PELAYANAN DI KANTOR DESA MASA LALU
Bingung / Harus Mencari
Orang yang melayani
Tidak ada kepastian waktu selesai
produk pelayanan Proses
pelayanan tidak jelas
Tidak ada kejelasan biaya
pelayanan
Ruang Pelayanan Tidak Nyaman
Mari kita coba membayangkan sejenak Apa Itu Gunung ?
PENYAMAAN PERSEPSI
Asri dan nyaman Banyak Pepohonan
Indah dan Teduh
Sekarang Mari kita membayangkan
Sebuah Pantai ?
Hamparan pasir pantai
Indahnya matahari tenggelam
Berjemur di Pantai
Sekarang Mari kita membayangkan
Seorang Laki2 atau Perempuan
Sekarang mari kita membayangkan KANTOR DESA
Meubelair seadanya
kurang rapih
Bangunan kaku
Sempit dan kurang tertata Ruang pelayanan dan ruang tunggu
seadanya
AZAS PEMERINTAHAN :
1 . DESENTRALISASI
2 . DEKOSENTRASI
3. TUGAS PEMBANTUAN
PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI DENGAN :
1. PERSONIL 2. PERALATAN 3. PEMBIAYAAN
4 . DOKUMENTASI
ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL STUDIES)
ILMU PEMERINTAHAN DI INDONESIA
ALIRAN EROPAH KONTINENTAL ALIRAN ANGLO SAXION (AMERIKA) (PEMERINTAHAN
MODEL UNITARIS MODEL FEDERALIS
AUTHORITY (KEWENANGAN) POWER
(KEKUASAAN)
PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB
PEMERINTAHAN NASIONAL
PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)
AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION
PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI DENGAN :
1. PEMBIAYAAN
2. DOKUMENTASI CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA
ILMU KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY STUDIES)
SEBAGAI MEDIA MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN
YANG MEWARNAI ILMU PEMERINTAHAN
ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC ADMINISTRATION STUDIES) (KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?
TINGKATAN ESKALASI GANGGUAN SOSIAL
KERESAHAN INDIVIDU
KERESAHAN MASYARAKAT
GEJOLAK SOSIAL
KERUSUHAN SOSIAL
KONFLIK DAN KOLABORASI DITINGKAT DESA
1. Konflik di tingkat Desa senantiasa berkisar pada saat PILKADES
2. Kolaborasi di tingkat desa juga terjadi saat PILKADES
3. Pasal 28 sanksi bagi kepala desa yang Tidak Melakukan Kewajiban akan dikenakan sanksi administratif baik berupa teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian penuh.
4. Pasal 30 bagi kepala desa yang Melanggar Aturan akan dikenakan sanksi administratif baik berupa teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian penuh.
5. Pasal 41 bagi kepala desa yang dijadikan terdakwa dan diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun berdasarkan register perkara di pengadilan akan dilakukan pemberhentian sementara
6. Pasal 42 bagi kepala desa yang ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara akan dilakukan pemberhentian sementara
Aset & Liabilitas
•
Aset : Kekayaan atau apa yg dimiliki,
sumber daya ekonomi yg diharapkan
akan memperoleh manfaat ekonomi/
sosial yg diukur dengan satuan moneter/
uang .
Aset sebagai multiplier/pelipat ganda
Filosofi Robert Kyosake Dalam Mengelola Aset :
•
Aset : sesuatu yang memasukkan uang
Contoh : Usaha yg tidak menuntut
kehadiran
•
Jumlah hari dimana anda dapat bertahan
tanpa bekerja secara fisik, jadi aset
diukur oleh waktu
Pola Arus Kas Orang Miskin
Pekerjaan
Pemasukan Gaji
Pengeluaran Pajak
Makan Minum Sewa Rumah Pakaian
Hiburan
Transportasi,dll
Pola Arus Orang Kaya
Pemasukan Bunga
Sewa
rumah
Royalty
Deviden
Pengeluaran Pajak
Makan
Minum
Sewa
Rumah
Pakaian
Hiburan
Transportasi,dll
Aset Liabilitas
Saham.
PERSEPSI RUMAH
•
Ayah Kaya
Aset Liabilitas
Rumah
•
Ayah Miskin
Tipe Desa
Desa Nelayan
Ds. Persawahan
Ds. Perladangan
Ds. Jasa/
Perdagangan
Ds. Perkebunan
Ds.
Pertam-bangan/gal. C
Ds. Peternakan
Ds. Indus.
Kecil
& kerajinan
Ds. Indust.
BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN
DARI MASYARAKAT DESA
SAMPAI PADA INSTANSI PEMBERI BANTUAN
Pemerintah Pusat
Gubernur
Propinsi
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Pemerintah Kecamatan
Pemerintah Desa
Pemerintah Desa
BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA
Gubernur
Pemerintah Pusat
Donor
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab/Kota
Pemerintah Desa
Masyarakat
Desa
BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI
PROPINSI KEPADA DESA
Identifikasi Desa Menurut Kemampuan Sumber Keuangan Desa Pusat Propinsi Mampu Kurang mampu Tidak mampu Kabupaten/ Kota Pemeliharaan & Pengembangan Pengem-bangan Pemberian Modal Awal Bantuan - manajemen - teknik - perencanaan Bantuan - sumber keuangan desa - manajemen Bantuan dalam semua aspek sesuai dengan
karakteristik desa
Desa Ung-gulan
KONDISI UMUM DESA
“
KONDISI SAAT INI”
•
Kemiskinan semakin “meningkat”;
•
Ketertinggalan semakin bertambah;
•
Ketahanan semakin “rapuh”;
•
Daya saing bangsa semakin “melemah”
•
Budaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan “pudar”;
•
Tingkat ketergantungan “meningkat”;
•
Persatuan dan kesatuan yang semakin
“terkikis”.
PERTANYAAN MENDASAR!
TUJUAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KINERJA
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DESA
“
MEMBANGUN DESA
”
? ? ? ? ? ?
atau
“
DESA MEMBANGUN
”
? ? ? ? ? ?
Bagaimana Kualitas SDM ?
-
Pemerintah Desa
Pembangunan Ekonomi Berbasis Pedesaan
KUNCI KEBERHASILAN
• Adanya kepemimpinan visioner oleh PEMERINTAHAN
DESA yang mampu menawarkan gagasan baru dan
konsisten mengawal perubahan yang telah
direncanakan melalui RPJP Desa dan RPJMDes.
• Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Desa
untuk sama-sama berubah. Harus pula adanya keyakinan bahwa perubahan yang terjadi akan menguntungkan semua pihak.
Pada dasarnya orang tidak suka perubahan, sehingga mereka mempunyai daya tolak terhadap perubahan. Semakin besar perubahan mengganggu kepentingannya, maka semakin besar daya tolaknya terhadap perubahan.
SI N G K O N G Daun Batang Umbi Farmasi Pakan Ternak Pangan Manusia Kulit Daging Charcoal Briquet Kreasi/Bunga kering Papan Partikel Keripik Pakar Ternak Hasil Olahan Tape Ketela Gaplek Pati Fermentasi Etanol Tepung Tape Pangan pangan Tepung Singkong Pellet/Pakan Ternak Tepung Tapioka Pearl/Flakes Gula Pati Modifikasi Teknologi Baru Protein (Protein Sel Tunggal) Alkohol/ Etanol Roti Casabe Meal Farina Milk Makanan
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA
(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)
Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Camat Desa Desa Desa Desa Otonom (baru) Kecamatan Urusan2 Pemerintahan yg dijalankan oleh desa
Proses amalgamasi
(Vide Tap MPR No. IV/2000 Rekomendasi no. 7)
Isi otonominya bersifat pemberian dari Pemerintah
1 .Luas mencakup beberapa desa lama.
2 . Otonomi Rasional (DO Tk III)
Konsekuensi dihapus