• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA - Repository IPDN"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA

Disampaikan Kepada Seluruh

Pamong Desa

Se-Kabupaten Bandung Barat

Oleh :

(2)

Biodata Narasumber

• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

• NIP : 1977 0304 1995 11 1 001

• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

• Pangkat : Pembina (IV/a)

• Instansi: Kampus IPDN Jatinangor

• Alamat : Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(3)

PERENUNGAN AWAL

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI PEMERINTAHAN ?

ATAU

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI KEMASYARAKATAN?

APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT UNTUK MATERI INI

“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”

ATAU

(4)

HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA

1. UU No. 28 Tahun 1948 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ”

2. UU No. 1 Tahun 1957 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah”

3. UU No. 18 Tahun 1965 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah”

4. UU No.19 Tahun 1965 tentang “Desa Praja”

5. UU No. 5 Tahun 1974 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah”

6. UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa” 7. UU No. 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah” 8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah” 9. UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”

YANG LANGSUNG MENGATUR TENTANG DESA :

10.UU No. 19 Tahun 1965 tentang “Desapraja”

11.UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa”

(5)

HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA TERBARU

Undang-undang No. 6 Tahun

2014

menyebutkan

Judul

Undang-undangannya bukan

“Pemerintahan Desa” namun

hanya “Desa”, hal tersebut

menampakkan

keragu-raguan

dari

pemerintah

pusat

saat

merumuskan

Undang-undang

ini,

bagaimanakah

caranya

(6)

ENTITAS ORGANISASI DESA YANG HARUS

SEGERA DIPETAKAN

Undang-undang No. 6 Tahun 2014

menggambarkan adanya hirarkhi

organisasi yang perlu segera

dipetakan oleh kawan-kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi

tentang Konsep bagaimanakah

sebenarnya ”Manajemen

(Pemerintahan) Desa”, dimana dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat) entitas Organisasi :

1. Entitas organisasi Desa Adat 2. Entitas organisasi DESA

3. Entitas organisasi Desa Persiapan 4. Entitas organisasi Kelurahan

(7)

DIMENSI-DIMENSI MANAJEMEN

PEMERINTAHAN DESA

1. Manajemen Kewenangan Desa 2. Manajemen Perencanaan Desa 3. Manajemen Keorganisasian Desa 4. Manajemen Sumberdaya Manusia

Desa

5. Manajemen Keuangan Desa 6. Manajemen Kinerja Desa

7. Manajemen Pelayanan Umum Desa

8. Manajemen Pengawasan Desa

9. Manajemen Kolaborasi dan Konflik Desa

10.Manajemen Logistik Desa

(8)

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan

bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat

bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi

lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best

government’

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”

bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan

sedang berkembang

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan

bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat

bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi

lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best

government’

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

6. Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”

bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan

(9)

Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya

salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan

terutama pemerintah.

Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua

tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun

filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).

Diantara semua komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,

(10)

EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL

MANAJEMEN PERTUMBUHAN

PEMERINTAHAN EKONOMI

YANG BAIK YANG CUKUP

(11)

PERKEMBANGAN TEORI

DAN KONSEP MANAJEMEN

Sampai saat ini, manajemen telah berkembang

mencapai generasi kelima.

Perkembangannya yaitu sbb:

Generasi I : Management by Doing/Jungle Management Generasi II : Management by Direction

Generasi III : Management by Objectives/Management by Targetting Generasi IV : Management by Value Creation/

Total Quality Management

(Brian L. Joiner, 1994)

Generasi V : Management by Knowledge Networking, Virtual Enterprise and Dynamic Teamming

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

MANAJEMEN KEWENANGAN DESA

UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa:

“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa mencakup :

a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan

(20)

Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,

bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?

Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.

Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu

menimbulkan kerancuan dalam sistem dalam

(21)

Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).

(22)

Urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangan daerah diatur dengan PP No.

38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintah

Daerah

Propinsi

dan

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota

Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007

menyebutkan bahwa:

“Dalam

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan daerah yang berdasarkan

kriteria pembagian urusan pemerintahan

yang

menjadi

kewenangannya,

pemerintahan

daerah

kabupaten/kota

dapat:

a. menyelenggarakan sendiri; atau

(23)

KONSEP DESA DENGAN OTONOMI PEMBERIAN

KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI

OTONOMI PENGAKUAN

DESA

GEJALA MASA TRANSISI FILOSOFI DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI :

- Adanya pemberian ADD (SE. Mendagri 140/640/sj)

- Pengangkatan Sekdes menjadi PNS (PP 45/07)

- Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan pengaturannya kepada Desa (Permen 30/06)

- Perdes bagian dari Perda (UU 12/11)

- Adanya tugas pembantuan kepada desa (PP

7/08)

- Dokumen Perencanaan

1.Filosofis dan

bentuk otonomi 2 Kelembagaan 3 Keuangan 4 Bentuk organisasi 5 Kepegawaian 6 Kedudukan organisasi 7 Pemimpin 8 Hubungan pemimpin dengan rakyat

ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MENJALANKAN TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAHAN KELURAH AN P E R U B A H A N S O S I A L Paguyuban (Gemeinsc haft) Patembay an (Gesellsch aft) PELAYANAN PRIMA KEPADA MASYARAKA T PENGEMBANGAN ORGANISASI: 1. Reframing 2. Restructuring 3. Revitalization 4. Renewal

KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI

OTONOMI PENGAKUAN

KONSEP DESA DENGAN OTONOMI PEMBERIAN

DESA

(24)

GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN TENTANG DESA

OTONOMI PENGAKUAN

ARAH PERKEMBANGANNYA ???

OTONOMI PEMBERIAN

OTONOMI PENGAKUAN

(25)

BAGAIMANA KEWENANGAN DESA

VERSI UU NO 6 TAHUN 2014

Kewenangan desa meliputi kewenangan di

bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat Desa berdasarkan

prakarsa

(26)

Kewenangan Desa Meliputi :

a. Kewenangan bedasarkan hak asal usul

b. Kewenangan lokal berskala desa

c. Kewenangan

yang

ditugaskan

oleh

Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,

atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh

pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,

atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

(27)

Kewenangan Desa

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul

dan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana

dimaksud dalam pasal 19 huruf a dan huruf b

diatur

dan diurus oleh desa

(Psl 20)

Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan

pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah

Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal

19 huruf c dan huruf d

diurus oleh desa

(Psl 21)

Penugasan

dari pemerintah dan/atau pemerintah

daerah kepada desa meliputi penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan

desa,

pembinaan

kemasyarakatan

desa,

dan

pemberdayaan masyarakat desa (Psl 22 ayat 1)

Penugasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(28)

Bahan Perenungan

• Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan

konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/ medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)

• adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas

penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution

menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran anglosaxion

(29)
(30)

PROBLEMATIKA PERENCANAAN INDONESIA

Belum semua pejabat pimpinan memahami cara menyusun

visi dan menjalankan visi secara konsisten

Seringkali antara visi unit organisasi yang satu dengan

lainnya tidak saling berkaitan, padahal semuanya

merupakan bagian dari sebuah sistem.

Kurang adanya konsistensi antara visi, misi, tujuan,

strategi, program dan kegiatan yang disusun oleh suatu

unit organisasi.

Visi yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan

dengan baik karena kurangnya dukungan anggaran

ataupun karena Terlampau banyaknya pertimbangan

politis didalamnya.

(31)

ENVISIONING THE FUTURE

ENVISIONING THE FUTURE

Fokus

Penciptaan Nilai Tambah

ENVISIONING THE FUTURE

(32)

KONDISI MENUJU VISI 1

MISI (Upaya menuju Visi)

Kebijakan

TUJUAN (VISI)

TERCAPAI?

Meskipun sudah dibungkus dengan

(33)

KONDISI MENUJU VISI 2

MISI (Upaya menuju Visi)

TUJUAN (VISI)

TERCAPAI !

KEBIJAKAN

Jabaran visi dan misi, tujuan, skenario makro, langkah strategis,

(34)

Abstrak

Visi Pemerintah

Daerah

Visi Perangkat

Daerah

Kongkret &

Terukur Hierarkhi Visi Daerah

(35)

Ciri Visi yang Baik :

Spesifik (specific)

Sederhana (simple)

Terikat Waktu (time-bound)

Mungkin untuk dicapai (achieveable)

(36)

Visi Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program KINERJA

PRIMA

Keselarasan Kebijakan dan Pelaksanaan Program

(mengacu struktur UU No.25/2004)

Kebingunan

X

Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program

Visi

X

Tujuan Strategi Kebijakan Program Frustrasi

Tidak Terarah

Visi Misi

X

Strategi Kebijakan Program

Visi Misi Tujuan

X

Kebijakan Program TidakEfektif

Strategi

X

Program SalahLangkah

Visi Misi Tujuan

Kebijakan Tidak

Efisien

X

Strategi

(37)

?

?

 VISI NASIONAL  VISI NASIONAL VISI DAERAH PROPINSI VISI DAERAH PROPINSI VISI DAERAH KAB./KOTA VISI DAERAH KAB./KOTA

TAP MPR RI NO. VII/MPR/2001 Visi Indonesia 2020

adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara

Uu NO. 17 TAHUN 2007 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

TAP MPR RI NO. VII/MPR/2001

Visi Indonesia 2020

adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara

Uu NO. 17 TAHUN 2007 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR P R O P E D A            

 

?

Seluruh Dunia dan di wilayah manapun di ujung dunia tujuannya pasti satu yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga Visi dan misi

harus disusun sesuai dengan Kondisi Masyarakat dan Kekuaatan Bisnis

(38)

Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan

Dalam Menyusun Visi Daerah

Kontributor PDRB Terbesar 1) 2) 3) Mata Pencarian Penduduk Terbanyak 1) 2) 3) Penetapan Bisnis Inti (Core Business) Susun Visi

10 kata

Keunggulan yang di-Rencanakan di masa Mendatang :

(39)

BAHAN PERENUNGAN

• Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26 Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOP-OVOP)

(40)
(41)

Ada kaitan erat antara Dokumen Perencanaan

( Dokumen Jangka Panjang-RPJP, maupun

Jangka Menengah-RPJMD) dengan perumusan

struktur organisasi (core business).

Pada masa lalu, penyusunan organisasi

pemerintah

didasarkan

pada

peraturan

perundang-undangan

(Rule

Driven

Organization).

Seiring dengan penggunaan

visi dan misi dalam menentukan program

organisasi, sudah seharusnya di dalam

penyusunan

organisasi

pemerintah

menggunakan prinsip

RULE DAN MISSION

DRIVEN ORGANIZATION

(42)

Sumber : Sadu Wasistiono

Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah

Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah (Rule dan Mission Driven Organization)

Pemerintah Pusat

Kewenangan Daerah

Rakyat

Mandat

Visi Daerah Jangka Panjang

Visi Pemda Jangka Menengah

Potensi SDA, SDM, SDB

Organisasi Pemerintah Daerah

Transfer Kewenangan

(43)

Dilihat dari teori organisasi, Penyusunan Organisasi Desa yang ada selama ini

mengalami Kemunduran, karena aturan dalam penyusunan organisasi desa yang ada saat ini masih berorietnasi pada konsep organisasi generasi kedua (Structural organization), dimana jika dikaji lebih dalam konsep awal berdirinya organisasi desa sebenarnya organisasi desa sudah masuk pada tataran generasi keempat (fuctional organization) dimana pada generasi ini sebuah organisasi didorong mnjadi organisasi yang fungsional dengan dipenuhi oleh tenaga atau kelompok fungsional agar profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan jika awalnya dipahami bahwa desa sebagai organisasi yang diandalkan dalam memajukan sebuah wilayah dan negara tidak menutup kemungkinan desa akan di dorong menjadi organisasi generasi kelima (Quantum Organization).

Pada zaman dahulu organisasi desa sebenarnya telah dibentuk oleh

sekumpulan jabatan fungsional dimana di desa dikenal jabatan-jabatan fungsional seperti : Modin (Pengurus agama), Kepala angon, jaga alas, Ulu-ulu, Kebayan dsb. Saat ini jabatan tersebut dapat dihidupkan kembali sebagai indikator dalam mengindentifikasi posisi sebuah desa apakah desa adat, desa, desa persiapan atau kelurahan.

Bennis & Townsend mengemukakan bahwa perubahan organisasi abad ke-21

mengarah pada prinsip FROM MACHO to MAESTRO. Organisasi generasi keempat lebih mengarah pada functional organization.

Makin besar organisasi pemerintah daerah berarti anggaran yang diperlukan juga semakin besar. Konsekuensinya, anggaran publik untuk kepentingan masyarakat menjadi semakin kecil. ( Penelitian IRDA 2002, Rutin 75%, Pembangunan 25%, Penelitian Depdagri 2005 : 60% belanja aparatur dan 40% belanja publik).

(44)

PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI

OG I : Nonformal Organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan dengan manajemen generasi pertama.

OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979 dll)

OG III : Wide Structural Organization (Frank Ostroff,1999 dll)

OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman et all, 1998 dll).

(45)

BAHAN PERENUNGAN

Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl 25

bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Psl 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut nama lain. Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap mengikuti organisasi generasi yang kedua yaitu Structural Organization, namun tidak menutup kemungkinan terbuka bagi organisasi desa untuk mengangkat perangkat-perangkat desa atau disebut dengan nama lain sebagai pola mendorong organisasi desa menjadi organisasi generasi keempat (fuctional organization).

Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam

(46)
(47)

PENCARIAN SUMBER DAYA MANUSIA

DESA

Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk

memimpin desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu : a.Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES

dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan hukum adat yang sudah diwariskan turun temurun

b.setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan dari panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten

(48)

BAHAN PERENUNGAN

• Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada

keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan mengembangkan kembali pola PILKADES yang berorientasi otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa)

• Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang

Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan

Pemerintah. Disini terlihat bahwa pola yang akan

(49)
(50)

SALAH KAPRAH SECARA KONSEP

Belum memahami “arena bermain” dan apa

“aturan mainnya”.

Contoh 1: “arena bermain” adalah akuntansi,

namun menggunakan “aturan main” yang tidak

sesuai

dengan

Standar

Akuntansi

Pemerintahan.

Contoh 2: “arena bermain” penatausahaan,

namun menggunakan “aturan main” selain

peraturan KDH.

Contoh 3: “aturan main” APBN dibawa ke

(51)

SALAH KAPRAH DI

PENGANGGARAN

“Mengharamkan” penambahan jenis kegiatan dan rekening

belanja, membuat mekanisme anggaran pemerintahan seperti mekanikal pemerintahan, hal tersebut terjadi di PEMDA dan Desa juga wajib mengikutinya.

Standar harga untuk APBD menggunakan KMK (Keputusan

Menteri Keuangan), hal tersebut juga dijadikan patolan oleh Desa.

Belanja modal yang dianggap sebagai penambahan aset

pada APBD menggunakan patokan dari KMK, hal tersebut harus diikuti oleh PEMDA dan tidak terkecuali juga DESA

Merasa” sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja

(52)

3. SALAH KAPRAH DI

PENATAUSAHAAN

“Bingung” membedakan sistem pembayaran dan

sistem pengadaan, hal tersebut terjadi di PEMDA

dan juga terjadi di tingkat DESA.

Perbendaharaan hanya melulu mengurusi uang,

sehingga

terkadang

melupakan

pengadministrasian ASET, hal tersebut terjadi di

Kabupaten Begitu ditingkat desa.

Pengesahan SPJ untuk Dana desa terbagi dua pola

ada yang di bawah BPMPD dan ada yang dibawah

Kabag PEMDES.

Pajak harus disetor ke kasda pada akhir tahun,

(53)

4. SALAH KAPRAH DI

AKUNTANSI

Anggapan bahwa jumlah kas sama

dengan SILPA.

Rekening Kas Umum Daerah (Dana

Desentralisasi) disamaartikan dengan

Kasda (Ada dana desentralisasi,

dekonsentrasi, tugas pembantuan dan

Pola Bantuan)

Memandang lampiran format laporan

(54)

PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN

Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa hanya memiliki sumber-sumber keuangan tradisional yang diatur berdasarkan hukum adat setempat dan dipelihara secara turun temurun.

Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum adatnya semakin memudar, sehingga ikatan-ikatan sosial masyarakat desa digantikan oleh ikatan-ikatan ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomi berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang mengalami kekurangan sumber keuangan desa.

Untuk mengatasinya, pemerintah supradesa

(55)

Karena bentuknya bantuan, maka jumlahnya

tergantung pada pihak yang memberi. Pengalaman empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di

berbagai kabupaten tidak menerima bantuan

keuangan, atau hanya menerima bantuan sekadarnya.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72

Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri dari :

a. pendapatan asli desa;

b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota.

c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang diterima oleh kabupaten/kota.

d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

(56)

Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang mirip seperti dana perimbangan keuangan antara pemerintah dengan daerah otonom sebagaimana diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1).

Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes (Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur mirip seperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang ditunjuk.

(57)
(58)

BAHAN PERENUNGAN

• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.

• Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran T-count bergeser menjadi I-count.

• Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah

(59)
(60)

Mengapa Perlu Pengukuran Kinerja

Jika tidak mengukur hasil, anda tidak dapat

mengatakan terbebas dari kegagalan.

Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda

tidak dapat menghargainya

Jika tidak dapat menghargai keberhasilan, mungkin

anda menghargai kegagalan

Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda

tidak akan dapat belajar darinya

Jika anda tidak mengenali kegagalan, anda tidak

akan dapat memperbaikinya

Jika anda dapat menunjukkan hasil, anda dapat

memenangkan dukungan publik.

(61)

PENGUKURAN KINERJA DESA

Konsep pengembangan kinerja desa selama ini tidak

lepas dari Pola Musyawarah untuk Mufakat, dan ini merupakan ciri mendasar dari kehidupan masyarakat desa.

Selama ini Pemerintah baik di pusat maupun di daerah

memposisikan dalam pengukuran kinerja antara desa

dan kelurahan itu pada posisi yang sama, seperti

Lomba Desa

Selama ini, kinerja organisasi desa senantiasa

(62)

BAHAN PERENUNGAN

• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 diterangkan bahwa

kinerja (pemerintahan) desa diukur dari proses Musyawarah

Desa dalam memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis (Psl 54 ayat 1 dan 2) yaitu penataan desa, perencanaan desa, kerjasama desa, rencana investasi yang akan masuk ke desa, pembentukan BUMDes, penambahan dan pelepasan aset desa dan kejadian luar biasa. Musyawarah mendorong konsep bahwa di desalah pola musyawarah merupakan sebuah tradisi asli bangsa Indonesia.

• Saat ini desa didorong layaknya PEMDA, dimana konsep kinerja

(63)
(64)

PELAYANAN UMUM

Pengukuran Kinerja pelayanan publik

seringkali

dipertukarkan

dengan

pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini

tidak lah terlalu mengherankan karena

pada dasarnya pelayanan publik memang

menjadi tanggung jawab pemerintah.

Dengan

demikian,

ukuran

kinerja

pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya

dalam

menyelenggarakan

pelayanan

publik.

Sehingga

apabila

organisasi

tersebut menyelenggarakan pelayanan

dengan baik, maka kinerja organisasinya

dapat dianggap baik.

Dengan demikian kinerja organisasi dan

(65)

Bagi organisasi, melayani konsumen mrpkan

“saat yg menentukan”

(moment of thruths),

peluang bagi organisasi utk menunjukkan

kredibilitas dan kapabilitasnya.

Abad ke-21 adalah “abad pelanggan”

(Carlzon,

1987).

Prinsip “ Close to the customers”

Semakin maju sebuah negara, akan semakin

banyak masyarakatnya yg bekerja di sektor jasa.

Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg

(66)
(67)

PARADIGMA PELAYANAN DI KANTOR DESA MASA LALU

Bingung / Harus Mencari

Orang yang melayani

Tidak ada kepastian waktu selesai

produk pelayanan Proses

pelayanan tidak jelas

Tidak ada kejelasan biaya

pelayanan

Ruang Pelayanan Tidak Nyaman

(68)

Mari kita coba membayangkan sejenak Apa Itu Gunung ?

PENYAMAAN PERSEPSI

Asri dan nyaman Banyak Pepohonan

Indah dan Teduh

(69)

Sekarang Mari kita membayangkan

Sebuah Pantai ?

Hamparan pasir pantai

Indahnya matahari tenggelam

Berjemur di Pantai

(70)

Sekarang Mari kita membayangkan

Seorang Laki2 atau Perempuan

(71)

Sekarang mari kita membayangkan KANTOR DESA

Meubelair seadanya

kurang rapih

Bangunan kaku

Sempit dan kurang tertata Ruang pelayanan dan ruang tunggu

seadanya

(72)
(73)

AZAS PEMERINTAHAN :

1 . DESENTRALISASI

2 . DEKOSENTRASI

3. TUGAS PEMBANTUAN

PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI DENGAN :

1. PERSONIL 2. PERALATAN 3. PEMBIAYAAN

4 . DOKUMENTASI

ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL STUDIES)

ILMU PEMERINTAHAN DI INDONESIA

ALIRAN EROPAH KONTINENTAL ALIRAN ANGLO SAXION (AMERIKA) (PEMERINTAHAN

MODEL UNITARIS MODEL FEDERALIS

AUTHORITY (KEWENANGAN) POWER

(KEKUASAAN)

PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB

PEMERINTAHAN NASIONAL

PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)

AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION

PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI DENGAN :

1. PEMBIAYAAN

2. DOKUMENTASI CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA

ILMU KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY STUDIES)

SEBAGAI MEDIA MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN

YANG MEWARNAI ILMU PEMERINTAHAN

ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC ADMINISTRATION STUDIES) (KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?

(74)
(75)

TINGKATAN ESKALASI GANGGUAN SOSIAL

KERESAHAN INDIVIDU

KERESAHAN MASYARAKAT

GEJOLAK SOSIAL

KERUSUHAN SOSIAL

(76)

KONFLIK DAN KOLABORASI DITINGKAT DESA

1. Konflik di tingkat Desa senantiasa berkisar pada saat PILKADES

2. Kolaborasi di tingkat desa juga terjadi saat PILKADES

3. Pasal 28 sanksi bagi kepala desa yang Tidak Melakukan Kewajiban akan dikenakan sanksi administratif baik berupa teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian penuh.

4. Pasal 30 bagi kepala desa yang Melanggar Aturan akan dikenakan sanksi administratif baik berupa teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian penuh.

5. Pasal 41 bagi kepala desa yang dijadikan terdakwa dan diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun berdasarkan register perkara di pengadilan akan dilakukan pemberhentian sementara

6. Pasal 42 bagi kepala desa yang ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara akan dilakukan pemberhentian sementara

(77)
(78)

Aset & Liabilitas

Aset : Kekayaan atau apa yg dimiliki,

sumber daya ekonomi yg diharapkan

akan memperoleh manfaat ekonomi/

sosial yg diukur dengan satuan moneter/

uang .

Aset sebagai multiplier/pelipat ganda

(79)

Filosofi Robert Kyosake Dalam Mengelola Aset :

Aset : sesuatu yang memasukkan uang

Contoh : Usaha yg tidak menuntut

kehadiran

Jumlah hari dimana anda dapat bertahan

tanpa bekerja secara fisik, jadi aset

diukur oleh waktu

(80)

Pola Arus Kas Orang Miskin

Pekerjaan

Pemasukan Gaji

Pengeluaran Pajak

Makan Minum Sewa Rumah Pakaian

Hiburan

Transportasi,dll

(81)

Pola Arus Orang Kaya

Pemasukan Bunga

Sewa

rumah

Royalty

Deviden

Pengeluaran Pajak

Makan

Minum

Sewa

Rumah

Pakaian

Hiburan

Transportasi,dll

Aset Liabilitas

Saham.

(82)

PERSEPSI RUMAH

Ayah Kaya

Aset Liabilitas

Rumah

Ayah Miskin

(83)

Tipe Desa

Desa Nelayan

Ds. Persawahan

Ds. Perladangan

Ds. Jasa/

Perdagangan

Ds. Perkebunan

Ds.

Pertam-bangan/gal. C

Ds. Peternakan

Ds. Indus.

Kecil

& kerajinan

Ds. Indust.

(84)

BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN

DARI MASYARAKAT DESA

SAMPAI PADA INSTANSI PEMBERI BANTUAN

Pemerintah Pusat

Gubernur

Propinsi

Pemerintah Kabupaten/ Kota

Pemerintah Kecamatan

Pemerintah Desa

Pemerintah Desa

(85)

BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA

Gubernur

Pemerintah Pusat

Donor

Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kab/Kota

Pemerintah Desa

Masyarakat

Desa

(86)

BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI

PROPINSI KEPADA DESA

Identifikasi Desa Menurut Kemampuan Sumber Keuangan Desa Pusat Propinsi Mampu Kurang mampu Tidak mampu Kabupaten/ Kota Pemeliharaan & Pengembangan Pengem-bangan Pemberian Modal Awal Bantuan - manajemen - teknik - perencanaan Bantuan - sumber keuangan desa - manajemen Bantuan dalam semua aspek sesuai dengan

karakteristik desa

Desa Ung-gulan

(87)

KONDISI UMUM DESA

(88)

KONDISI SAAT INI”

Kemiskinan semakin “meningkat”;

Ketertinggalan semakin bertambah;

Ketahanan semakin “rapuh”;

Daya saing bangsa semakin “melemah”

Budaya Gotong Royong masyarakat dalam

pembangunan “pudar”;

Tingkat ketergantungan “meningkat”;

Persatuan dan kesatuan yang semakin

“terkikis”.

(89)

PERTANYAAN MENDASAR!

TUJUAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KINERJA

PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DESA

MEMBANGUN DESA

? ? ? ? ? ?

atau

DESA MEMBANGUN

? ? ? ? ? ?

Bagaimana Kualitas SDM ?

-

Pemerintah Desa

(90)

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pedesaan

(91)
(92)

KUNCI KEBERHASILAN

Adanya kepemimpinan visioner oleh PEMERINTAHAN

DESA yang mampu menawarkan gagasan baru dan

konsisten mengawal perubahan yang telah

direncanakan melalui RPJP Desa dan RPJMDes.

Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Desa

untuk sama-sama berubah. Harus pula adanya keyakinan bahwa perubahan yang terjadi akan menguntungkan semua pihak.

 Pada dasarnya orang tidak suka perubahan, sehingga mereka mempunyai daya tolak terhadap perubahan. Semakin besar perubahan mengganggu kepentingannya, maka semakin besar daya tolaknya terhadap perubahan.

(93)

SI N G K O N G Daun Batang Umbi Farmasi Pakan Ternak Pangan Manusia Kulit Daging Charcoal Briquet Kreasi/Bunga kering Papan Partikel Keripik Pakar Ternak Hasil Olahan Tape Ketela Gaplek Pati Fermentasi Etanol Tepung Tape Pangan pangan Tepung Singkong Pellet/Pakan Ternak Tepung Tapioka Pearl/Flakes Gula Pati Modifikasi Teknologi Baru Protein (Protein Sel Tunggal) Alkohol/ Etanol Roti Casabe Meal Farina Milk Makanan

(94)
(95)

PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA

(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)

Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Camat Desa Desa Desa Desa Otonom (baru) Kecamatan Urusan2 Pemerintahan yg dijalankan oleh desa

Proses amalgamasi

(Vide Tap MPR No. IV/2000 Rekomendasi no. 7)

Isi otonominya bersifat pemberian dari Pemerintah

1 .Luas mencakup beberapa desa lama.

2 . Otonomi Rasional (DO Tk III)

Konsekuensi dihapus

(96)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pangsa pasar bibit Ate yang demikian luas, sementara belum ada usaha sejenis secara profesional khususnya yang menerapkan teknologi tersebut membawa

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 /PMK.011 /20 14 tentang Bea Masuk Ditanggung Pernerintah Atas Impor Barang

Ikatan dalam molekul ini terjadi karena pemakaian electron bersama dimana atom yang berikatan memiliki keelektronegatifan yang sama, sehingga merupakan ikatan kovalen

Diduga senyawa metabolit sekunder yang ada pada ekstrak herba apuh- apuhan ( Azolla microphylla K) berpotensi sebagai anti aging melalui penghambatan enzim

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar dengan arahan

Ekstraksi capsaicin pada penelitian ini menggunakan bahan baku cabai rawit dengan metode Microwave Assisted Soxhlet Extraction (MASE). Metode MASE merupakan metode

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang

Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam.. 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat