TINJAUAN FOLKLOR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh :
Vinsensia Nanong Astuti 044114001
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Motto
Dalam tangan-Mu, ya Tuhan, kuserahkan hidupku
Orang yang mencari Tuhan tak-kan kekurangan suatupun
Kegagalan adalah bagian hidup. Jangan biarkan kegagalan menjatuhkan
dirimu (Vincent P. Collins)
Jika mereka dapat melakukannya, saya pun bisa (Vincent P. Collins)
Skripsi ini kupersembahkan:
My Jesus Christ
My Parent (Petrus Salim &
Natalia Sumarni)
My Grand Father (T. Hadir)
My Brothers (Kacip, ubek, dan
Kuap)
vi
Kalimantan Barat Tinjauan Folklor. Skripsi strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas makna ritual KanjanSerayong bagi suku Dayak Pesaguan dengan tinjauan folklor. Judul ini dipilih karena tiga alasan, yaitu (1) peneliti beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan Serayong secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di Pesaguan; (2) masyarakat Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal dan tetap melestarikan budaya KanjanSerayong sampai sekarang; (3) keingin tahuan penulis yang begitu besar untuk meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang tradisi KanjanSerayong.
Ritual KanjanSerayong (ritual kematian) merupakan salah satu ritual yang masih terus dilakukan oleh masyarakat Dayak Pesaguan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendekripikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; (2) mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Tinjauan yang digunakan dalam studi ini adalah tinjauan folklor. Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: metode kepustakaan, metode observasi, dan metode wawancara.
vii
Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan. A Folklore. A Graduate Thesis. Study Program of Bahasa Indonesia Literature, Literature Faculty of Sanata Dharma University.
This thesis discusses about the folklore observation on the ritual meaning of Kanjan Serayong for Dayak Pesaguan ethnic. This title is chosen for three reasons: (1) the writer considers the fact that only few people who comprehends the tradition of Kanjan Serayong, especially the nonnatives who live in Pesaguan, (2) the society of Dayak Pesaguan still respect their relatives or ancestors who already passed away and keep their culture of Kanjan Serayong up to now, (3) the writer’s curiousity motivates her to examine and to study deeper about the tradition of Kanjan Serayong.
The ritual of Kanjan Serayong (death ritual) is one of the rituals which is stilll done by the society of Dayak Pesaguan. The objectives of this study are: (1) to find out the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan, (2) to explain and to depict the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan.
The observation used in this study was a folklore observation. There are several data collecting methods that are used in this study: literary method, observation and interview.
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Vinsensia Nanong Astuti NIM : 044114001
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data. Mendistribusikan secara terbatas, dan mempulikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 20 Januari 2010
Yang menyatakan
viii
kemurahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Makna KanjanSerayong Bagi Suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat”.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sastra sesuai dengan Program Studi Sastra Indonesia
yang di tempuh di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan
skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Drs. Fransisca Tjandra Adji, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.
2. Ibu S.E Peni Adji, SS, M.Hum, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas
kesabaran dan dorongannya kepada penulis selama kuliah dan penulisan
skripsi ini
3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Drs. P. Ari Subagio M. Hum, Drs. Yoseph
Yapi Taum, Drs. Hery Antono, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, Drs. FX.
Santosa, MS, atas ilmu dan perkuliahan yang telah diberikan kepada penulis
selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Hurus, Bapak Raji’in, Bapak Siron, Ibu Antonia Norma, Agnesia, dan
Nur’afni sebagai nara sumber yang telah bersedia menyedikan waktunya dan
kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka
ix
Erisius Erimayanto (Ubek) dan istri Deni, dan Vinsensius Nono Priono
(Kuap) dan istri Christina (Uteh).
7. Kakekku tercinta T. Hadir ( Almarhum), terima kasih atas semua yang telah
engkau berikan dari aku kecil sampai besar, semoga engkau bisa beristirahat
dengan tenang di sana.
8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2004, aku akan selalu merindukan
kalian semua.
9. Teman-teman terbaikku, Gustin, Ketty, Friska Ermi, dan Felly kalian
teman-teman yang selalu ada untukku dan selalu memberi masukan untuku.
10.Teman-teman kosku Jl. Lingkar utara, karang nongko maguwoharjo, terima
kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih
perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik sebagai masukan . Akhir kata penulis berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
x
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Tinjauan Pustaka ... 6
1.6 Kerangka Teori ... 6
1.7 Landasan Teori ... 6
1.7.1 Folklor ... 6
1.7.2 Folklor Sebagian Lisan ... 8
1.8 Metode Penelitian ... 13
xi
BAB II DESKRIPSI RITUAL KANJAN SERAYONG ... 16
2.1 Pengantar ... 16
2.2 Deskripsi Singkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di kecamatan Tumbang Titi ... 16
2.3 KanjanSerayong ... 18
2.4 Ritual-Ritual ... 19
2.5 Deskripsi Ritual KanjanSerayong ... 20
2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong Bagi yang Meninggal ... 20
2.5.2 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi keluarga yang Ditinggal oleh yang meninggal ... 21
2.5.3 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi Masyarakat (khususnya bagi masyarakat setempat yang ikut secara langsung dalam kegiatan ritual Kanjan Serayong ... 22
2.5.4 Maksud Ritual KanjanSerayong bagi Pemimpin Ritual Kanjan ... 23
2.6 Ritual KanjanSerayong ... 25
2.6.1 Persiapan ... 26
2.6.1.1 Waktu ... 26
xii
2.6.2 Proses Ritual Kanjan Serayong ... 37
2.6.2.1 Menyimak Tihang Sandung ... 37
2.6.2.2 Mematik Tambiring ... 38
2.6.2.3 Melanggaran Bulen ... 39
2.6.2.4 Penyerahan Palawat ... 40
2.6.2.5 Menungkung Garung ... 41
2.6.2.6 Me’alap Tulang ... 42
2.6.2.7 Memutus Bulen ... 42
2.6.2.8 Pantang Kasau ... 43
2.7 Penutup ... 44
BAB III MAKNA KANJAN SERAYONG ... 46
3.1 Pengantar ... 46
3.2 Makna Ritual KanjanSerayong ... 46
3.2.1 Makna Ritual Kanjan Serayong Bagi Suku Dayak Pesaguan ... 46
3.2.2 Makna KanjanSerayong yang Berkaitan dengan Ekonomi ... 47
3.2.3 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Pendidikan ... 49
3.2.4 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Religi ... 49
xiii
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN
1
1.1Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai budaya dan
suku yang beraneka ragam. Setiap suku sudah memiliki budaya serta tradisi
masing-masing, begitu juga dengan suku Dayak Pesaguan.
Masyarakat suku Dayak Pesaguan merupakan kelompok masyarakat
yang menyebut diri mereka sebagai orang Dayak Pesaguan Sekayu. Mereka
tinggal di sepanjang Sungai Pesaguan bagian hulu dan sekitarnnya sampai di
Kecamatan Tumbang Titi, kampung Melayu Raya, dan Pemaham. Ada tiga
kelompok besar pada suku Dayak Pesaguan Sekayu, yaitu Pesaguan Hulu,
Pesaguan Tengah, dan Pesaguan Hilir. Kelompok yang masuk wilayah
Pesaguan Hulu adalah Serongkah Onam, kelompok yang masuk wilayah
Pesaguan Tengah adalah Kekubang Jelayan, dan kelompok yang masuk
wilayah Pesaguan Hilir adalah Batu Tajam dan Sungai Melayu. Suku Dayak
Pesaguan adalah masyarakat yang kaya dengan budaya peninggalan nenek
moyang. Salah satu antaranya adalah buadaya tradisi Kanjan Serayong
(Raji’in wawancara 28 April 08).
Ritual Kanjan Serayong di suku Dayak Pesaguan merupakan salah
satu bentuk pemujaan terhadap benda-benda dan bentuk penghormatan
penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa dan sensaji yang
sampai saat masih sering dilakukan.
Pemujaan terhadap roh disebut Animisme dan pemujaan terhadap
benda-benda disebut Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan manusia
terhadap mahluk halus yang menempati alam di sekitar manusia sehingga
menjadi objek penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa,
sensaji dan tumbal (Tylor via Koentjaraningrat, 1967 : 220-221). Dinamisme
adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti benda-benda tertentu yang
dipercaya dihuni oleh roh leluhur (Marett via Koentjaraningrat, 1967 : 223)
KanjanSerayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk
mengungkapkan rasa iklas terhadap keluarga yang telah lama meninggal dunia
agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di surga.
Kanjan Serayong merupakan tradisi adat suku Dayak Pesaguan yang
berada di kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Dalam ritual Kanjan dipandu seorang dukun dan diiringi dengan beberapa
tarian untuk menghormati arwah.
Dilihat dari asal mulanya, tradisi KanjanSerayong ini ada sejak zaman
dulu. Di sebuah kuningan atau keningratan (sama dengan kerajaan) daerah
yang dihuni oleh orang Dayak Pesaguan. Daerah Kuningan tersebut memiliki
pemimpin bernama Temenggung Tanjung Kebowong dan Patih Pantai
Kerurai, kedua pemimpin ini mempunyai kesepakatan untuk menjodohkan
anak mereka setelah istri mereka sama-sama melahirkan. Tetapi, pada saat
mengungkapkan rasa iklas dan supaya arwah anak Temenggung Tanjung
Kebowong yang sudah meninggal bisa tenang di alamnya diadakanlah ritual
kematian yang diberi nama Kanjan Serayong (Nur’afni, wawancara 01 Mei
08).
Dalam Ritual Kanjan Serayong selalu diadakan makan bersama
dengan seluruh masyarakat setempat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
memanggang kepala ayam (ayam kampung) yang akan dijadikan sesaji.
Dukun kemudian akan melelatakkan sesaji tersebut ke arah matahari terbenam
dan matahari terbit. Warga yang sudah dipilih mengambil tambak atau
sandong (rumah untuk orang meninggal yang sudah disediakan satu bulan
sebelum ritual kanjan dilaksanakan) dari kuburan.(Nur’afni, wawancara 09
juni 08).
Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan adalah rangkaian
upacara terakhir dari adat kematian. Namun tidak semua yang meninggal
dunia dikanjankan atau dibuatkan ritual Kanjan Serayong, apabila keluarga
yang masih hidup tidak mampu untuk mengadakan ritual Kanjan Serayong
bagi keluarganya yang sudah meninggal, maka keluarga yang masih hidup
bisa tidak melakukan budaya KanjanSerayong ini. Makna KanjangSerayong
bagi Suku Dayak pesaguan adalah ungkapan kemenangan atas maut dan
melepas suasana duka dalam masa berkabung (masa berpantang) dan
menggantinya dengan suasana riang gembira(Nur’afni, 09 Juni 08)
Tradisi KanjanSerayong suku Dayak Pesaguan ini menarik perhatian
ilmiah. Adapun alasan penulis memilih topik “Tradisi KanjanSerayong (ritual
penghormatan para arwah) sebagai berikut.
1. Penulis beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan
Serayong secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di
Pesaguan.
2. Penulis menyadari sebelum budaya Kanjan Serayong diketahui dan
diteliliti orang yang bukan orang Dayak, peneliti ingin lebih dulu
memahami dan menelitinya.
3. Tradisi KanjanSerayong menurut penulis sangat menarik untuk dijadikan
sebagai bahan penelitian studi khusus, karena suku Dayak termasuk suku
Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal
dan tetap melestarikan budaya KanjanSerayong sampai sekarang.
4. Keingin tauan penulis yang begitu besar mendorong penulis untuk
meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang budaya Kanjan Serayong.
Sehingga penulis mengambil topik tentang “Makna KanjanSerayong bagi
suku Dayak pesaguan kecamatan Tumbang Titi Kalimantan Barat”
Dengan mengkaji topik ini, penulis berharap dapat memberikan
informasi yang dapat berguna bagi siapapun yang ingin mengetahui ritual
KanjanSerayong suku Dayak Pesaguan yang ada di Kalimantan Barat.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah-masah yang dibahas dalam
1.2.1 Bagaimana proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan
Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat?
1.2.2 Bagaimana makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan
Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan,
Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
1.3.2 Mendeskripsikan makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan
Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketang, Kalimantan Barat.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat
folklor lisan ataupun folklor agar dapat dijadikan acuan bagi yang
ingin meneliti dan mengembangkan ritual KanjanSerayong lebih luas
lagi.
1.4.2 Agar bisa menyediakan data dan informasi kebudayaan sehingga
nilai-nilai sosial budaya masyarakat Kalimantan Barat khususnya budaya
Kanjan Serayong dapat dipahami oleh suku bangsa lain, dan dengan
demikian dapat diharapkan bisa saling menghargai kebudayaan
1.4.3 Sebagai dokumentasi untuk pendidikan yang ada di kecamatan
Tumbang Titi Kebupaten Ketapang. Dengan adanya dokumentasi
tentang Kanjan Serayong akan memudahkan serta bisa membantu
dunia pendidikan yang berkaitan dengan budaya. Serta dapat
menambah dokumentasi tentang budaya di perpustakaan daerah yang
ada di Kabupaten Ketapang.
1.5Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan peneliti belum ada studi khusus yang
membicarakan makna tradisi Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan
Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
1.6Kerangka Teori
Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan dua kerangka teori untuk
memecahkan masalah di atas, yaitu (i) Folklor dan (ii) Folklor sebagian lisan.
1.7Landasan Teori
1.7.1 Folklor
Folklor berasal dari kata folklore (bahasa Inggris). Jika dieja
menjadi folk-lore. Folk artinya ‘ rakyat ‘ dan lore artinya ‘ tradisi ‘.
Folk adalah kelompok atau kolektif yang memiliki ciri-ciri pengenal
kebudayaan yang membedakan dengan kelompok yang lain. Lore
merupakan wujud tradisi folk. Tradisi tersebut dituturkan secara oral
(lisan) dan turun temurun. Folklor berarti tradisi rakyak yang sebagian
(Endraswara,2005: 11). Folklor adalah kebudayaan kolektif yang
terbatas dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam lisan
maupun tulisan yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat (Danandjaja, 1984: 2).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (edisi kedua), folklor adalah
adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan
turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Atau ilmu adat-istiadat tradional dan
cerita rakyat yang tidak dibukukan.
Menurut Brunvard, folklor adalah satu ciptaan (creations) dari
satu kelompok atau seorang individu yang beorientasi pada kelompok
dan berdasarkan pada tradisi yang merefleksikan cita-cita dari suatu
komunitas sebagai suatu ungkapan jati diri kebudayaan masyarakat;
batasan-batasan, standar-standar, dan nilainya diwariskan secara lisan,
mencontoh (imitation), atau dengan cara lain (Danandjaja, 2003:35).
Adapun ciri-ciri folklore adalah: 1) It is Oral (penyebaran
/pewarisannya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut atau disertai
contoh/gerak dan alat pembantu pengingat (memory device), 2) It is
traditional (disebarkan dalam bentuk standar/relative tetap) disebarkan
di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling
kurang dua generasi (bertahan sampai dua atau lebih generasi), 3) It is
exist in different versions (hadir dalam versi-versi bahkan
varian-varian yang berbeda-beda). Karena penyebaran dari mulut ke mulut
antara lain disebabkan oleh (a) lupa, (b) proses interpolasi, dan (c)
tranformasi. Meskipun demikian, core atau bentuk dasar folklor
relative tetap (Taum, 2003).
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi
masyarakat dan manusia. Kebudayaan diciptakan oleh manusia untuk
menentukan norma-norma atau kaidah. Dengan kebudayaan yang
diciptakan, manusia mengatur hidupnya. Karya masyarakat
mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu
untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakat
(Soekamto,1990:202). Pola-pola tingkah laku masyarakat di samping
ditentukan oleh kebiasaan dipengaruhi pula oleh kebudayaan
masyarakatnya (Soekamto, 1990).
1.7.2 Folklor Sebagian Lisan
Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya
merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Ada dua
macam folklor Indonesia yang masuk dalam folklor sebagian lisan
yaitu kepercayaan rakyat dan permainan rakyat (Danandjaja, 1991 :
153)
Kepercayaan rakyat atau yang sering kali disebut “ takhayul”
adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap
sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga secara
ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kata “takhayul“
modern lebih senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat (folk
belief) atau keyakinan rakyat dari pada “takhayul” (superstitious),
karena takhayul berarti “hanya khayalan belaka”, (sesuatu yang) hanya
di angan-angan saja (sebenarnya tidak ada) (Poerwadarminta,
1976:966 via Danandjaja,1991 : 153)
Walaupun sudah dihindarkan pemakaian istilah takhayul dan
lebih banyak dipergunakan istilah kepercayaan, namaun bagi orang
awam yang berpendidikan barat, masih tetap memandang rendah
kepercayaan rakyat. Hal ini disebabkan mereka menganggapnya tidak
modern dan bodoh. Sikap ini menurut para ahli folklor sudah tentu
tidak dapat dibenarkan, sikap ini tidak dapat dibenarkan berdasarkan
dua hal seperti berikut. Pertama takhayul bukan saja mencakup
kepercayaan (belief), melainkan juga kelakuan (behavior),
pengalaman-pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan
biasanya juga ungkapan serta sajak (Brunvand, 1968: 178 via
Danandjaja,1991 : 153). Kedua dalam kenyataan dapat dikatakan tidak
ada orang yang bagaimanapun modernnya, dapat bebas dari takhayul,
baik dalam hal kepercayaan maupun dalam hal kelakuannya
(Brunvand, 1968: 178 via Danandjaja,1991 : 154).
Takhayul adalah semacam ungkapan tradisional, maka ia
termasuk juga dalam folklor, tetapi berbeda dengan ungkapan
tradisional lainnya ( seperti bahasa rakyat, pribahasa, teka-teki, sajak,
asumsi atas kesadaran atau bukan kesadaran mengenai syarat-syarat
(condition) dan akibat-akibat (results), sebab dan akibat dalam dunia
kehidupan sehari-hari. Walaupun asumsi itu tidak ilmiah, aspek
kepercayaan takhayul sangat luas persebarannya disemua lapisan
masyakat (Brunvand, 1968: 179 via Danandjaja,1991: 155).
Beberapa contoh takhayul atau kepercayaan dalam masyarakat.
Pertama takhayul mengenai kematian orang betawi keturunan cina
yang tidak senang jika kerabatnya kebetulan meninggal pada hari
saptu, karena menurut kepercayaannya almarhum atau almarhumah
akan membawa salah satu orang kerabatnya yang lain untuk meninggal
(Danandjaja,1991: 158). Kedua takhayul yang berhubungan dengan
perjalan dan perhubungan ( komunikasi ) adalah jika seorang dayak Ot
Danum, dari Kalimantan Tengah, melakukan perjalan dalam perjalan
tersebut dia melihat ular melintas menyebrang jalan maka perjalan itu
akan segera ia batalkan karena jika diteruskan akan terjadi kecelakaan
(Danandjaja,1991: 157 ). Ketiga takhayul yang berhubungan dengan
musibah bagi orang dayak pesaguan atau suku dayak pesaguan
Kalimantan barat adalah jika sesorang mau pergi dari rumah dan
dirumah tersebut ada saudaranya yang lagi makan, maka yang mau
pergi itu harus bepusak ( menyentuk tepi piring saudaranya yang lagi
makan) jika tidak maka yang akan pergi itu bisa mendapat musibah
Permainan rakyat selalu dimiliki oleh setiap bangsa di dunia ini
pada umumnya. Kegiatan ini juga termasuk folklor, kerena diperoleh
melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku pada permainan rakyat
anak-anak, karena permainan ini disebarkan hampir murni melalui
tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tampa bantuan
orangtua mereka atau guru mereka(Danandjaja,1991: 171).
Berdasarkan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk
game) dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu permainan untuk
bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan
permainan bermain dan permainan bertanding adalah bahwa yang
pertama bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi,
sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun
yang kedua hampir selalu mempunyai lima sifat khusus, seperti: (1)
terorganisasi, (2) perlombaan (competitive), (3) harus dimainkan paling
sedikit oleh dua orang peserta, (4) mempunyai kreteria yang
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan (5)
mempunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh para
pesertanya ( Roberts, Arth, dan Bursh, 1959: 597 via Danandjaja,1991:
171).
Permainan rakyat dapat pula digolongkan menjadi permainan
rakyat yang bersifat sekuler (keduniawian) dan permainan rakyat
berdasarkan perbedaan umur (orang dewasa dan kanak-kanak),
berdasarkan jenis kelamin (pria dan wanita) (Danandjaja,1991: 171).
Penggolongan permainan rakyat berdasarkan perbedaan
kelamin dilakukan berdasarkan jenis kelamin para pesertanya.
Misalnya permainan yang bersifat perjudian merupakan monopoli
kaum laki-laki, baik kanak-kanak maupun dewasa. Permainan ini erat
hubungannya dengan kepercayaan rakyat di desa Trunyan Bali yang
menganggap bahwa wanita itu lebih bodoh dalam hitung-menghitung.
Para wanita, pada umumnya, bahkan tidak berani mendekati
gelanggang perjudian, karena takut dituduh pembawa sial terutama
oleh orang laki-laki yang kalah (Danandjaja,1991: 172).
Permainan bermain yang bersifat sakral atau ritual adalah di
Trunyan adalah permainan para remaja laki-laki (teruna) Trunyan,
yang dilakukan dalam upacara Serba Gede untuk memperingati hari
kelahiran dewa tertinggi mereka yang bernama Ratu Sakti Pancaring
Jagat (Danandjaja,1991: 172).
Teori folklor dalam sekripsi ini digunakan untuk menjelaskan
tradisi ritual KanjanSerayong yang berkaitan dengan dibuatnya sesaji
dan peralatan khusus yang dipakai dalam ritual KanjanSerayong serta
apa akibat yang ditimbulkan bila mengadakan atau tidak mengadakan
ritual Kanjan Serayong sedangkan teori Folklor Sebagian Lisan
digunakan untuk menjelaskan kepercayaan masyarakat Dayak
1.8Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga metode, yaitu metode
kepustakaan, metode obsevasi, dan metode wawancara.
1.8.1 Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1993 : 234). Teknik kepustakaan
berfungsi untuk mendapatkan data yang konkret. Teknik ini
dilaksanaan dengan cara menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan
objek penetian yaitu Makna KanjanSerayong dan proses ritual Kanjan
Serayong.
1.8.2 Observasi
Observasi adalah metode yang dapat menghasilkan dan
mendeskripsi data secara khusus tentang apa yang telah terjadi, dari
peristiwa-peristiwa sejarah, atau hasil dari peristiwa-peristiwa
(Komaruddin, 1974 : 97 ). Cara ini berfungsi untuk mendukung hasil
wawancara. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran budaya Kanjan
Serayong berkaitan dengan proses berlangsungnya ritual Kanjan
Serayong tersebut, cara ini akan menambah kelengkapan data hasil
wawancara.
Observasi dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat
dimana masyarakat sedang melakukan ritual KanjanSerayong. Setelah
Kanjan Serayong dan orang yang mengerti tentang ritual Kanjan
Serayong.
1.8.3 Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab lisan, antara dua orang
atau berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat menglihat muka
yang lain dan mendengarkan. Metode ini merupakan metode
pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data
sosial, baik yang terpendam ( latent ) maupun yang manifes ( Hadi,
1979 : 192 ). Teknik wawancara ini berfungsi untuk mendapatkan
informasi secara langsung di lapangan dengan cara bertanya pada
responden. Dengan menggunakan teknik ini maka, penelitian tentang
Kanjan Serayong bisa berjalan lancar dengan banyaknya data yang
dipeoleh lewat responden tersebut. Tanpa wawancara peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan cara bertanya
langsung kepada responden.
Metode wawancara ini digunakan untuk mewawancarai para
informan yang dianggap mampu memberi penjelasan tentang ritual
KanjanSerayong. Para informan adalah orang yang mengadakan ritual
Kanjan Serayong dan masyarakat setempat yang mengerti tentang
1.9Sistematika Penyajian
Penelitian ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut :
Bab I Berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan prihal latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
penyajian.
Bab II Berisi uraian tentang deskripsi singgkat masyarakat Dayak pesaguan
yang ada di Kecamatan Tumbang Titi, budaya, proses ritual kematian,
proses ritual kanjan, sensaji, mantra, dan makna Kanjan Serayong.
Bab III Berisi Makna Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan
16
2.1Pengantar
Dalam bab ini akan dijelaskan deskripsi ritual Kanjan Serayong yang
dilakukan suku Dayak Pesaguan, dari persiapan ritual, pelaksanaan, dan
penyelesaian atau penutup ritual Kanjan Serayong dalam masyarakat Dayak
Pesaguan di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan
Barat.
2.2Deskripsi Singgkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di Kecamatan Tumbang Titi
Kecamatan Tumbang Titi memiliki jumlah penduduk 13 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk 1,21 % pertahun dan luas wilayah1,35 Km² dengan
22 desa. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Tumbang Titi adalah
berbukit dan datar.(www.ketapang.co.id, 15-12-2008 jam 07:30)
Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi
dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan wilayah pemukimannya,
pertama, kelompok Serongkah (pesaguan Hulu). Orang serongkah mendiami
wilayah paling hulu sungai pesaguan, letak wilayahnya di timur Kecamatan
Tumbang Titi. Kelompok ini tinggal di kampung Tanjung Mulai, Kaliambu,
Tanjung Bunga, Sekelumbi, Serongkah Kiri, Serongkah Kanan, Batu Bulan,
daerah serongkah berbukit-bukit. Kedua, kelompok Kengkubang-Jelayan
(Pesaguan Tengah). Kelompok Kengkubang-Jelayan tinggal di sekitar
wilayah sungai pesaguan. Kelompok ini tinggal di kampung Titibuluh,
Jelayan, Natai Panjang, dan Suka Damai. Secara geografis letak
Kengkubang-Jelayan berbukit tinggi, bukit yang tinggi di wilayah ini adalah bukit jelayan
dan bukit sepawar. Ketiga, kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu
(Pesaguan Hilir). Kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu tinggal di
sebelah barat kecamatan Tumbang Titi, Kelompok ini tinggal di kampung
Batu Tajam I, Batu Tajam II, Pengatapan, Sungai Melayu, dan Pengancingan.
Keempat, kelompok Mehawa (Pesaguan Kanan). Kelompok Mehawa tinggal
di sebelah selatan kecamatan Tumbang Titi. Mereka tinggal di kampung
Punuk, Mehawa, dan Sepauhan.
Masyarakat Dayak Pesaguan tinggal di sepanjang sungai pesaguan
termasuk juga anak-anak sungainya. Kelompok masyarakat Pesaguan ini
terdiri dari beberapa kelompok kecil yang memiliki bahasa yang sama tapi,
dialek yang berbeda. Orang Dayak Pesaguan memiliki bayak kesamaan
sejarah, tradisi, adat-istiadat, dan hukum adat. Sejarah, tradisi, adat-istiadat,
dan hukum adat masyarakat pesaguan masih banyak yang belum terlacak dan
belum ada secara intensif meneliti budaya-budaya yang masih tersimpan untuk
dijadikan studi perbandingan dengan budaya daerah lain. (Nur’afni,
wawancara 09 juni 08).
Istilah Dayak sendiri tidak jelas asal usulnya. Menurut Fridolin (1971:
arti positif, mulai digunakan oleh Agust Herdeland dalam bukunya yang
berjudul Dajakschdeutsches Woerterbuch yang diterbitkan di Belanda pada
tahun 1859. Sebelumnya, istilah ini dipergunakan sebagai kata ejekan atau
penghinaan bagi penduduk asli yang memang masih ketinggalan,
dibandingkan dengan suku-suku pendatang yang masih banyak bermukim di
pesisir. Sejak saat itu kata ‘ Dayak’ banyak digunakan penulis untuk menyebut
kelompok masyarakat asli Kalimantan termasuk dalam ras Proto-Malay dan
tidak beragama islam (Mikhail,1992: 4).
Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi
sama dengan masyarakat yang ada di Kecematan-kecamatan lain dan
masyarakat pada umumnya. Dalam kesehariannya mereka saling bersosialisasi
seperti, memberi bantuan pada warga yang tertimpa musibah baik bantuan
berupa materi maupun berupa tenaga. Nilai sosial yang ada dalam masyarakat
Dayak Pesaguan masih tinggi misalnya gotong-royong pembersihan jalan,
gorong-royong pembuatan rumah, gotong-royong dalam berladang dan
sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang bertani,
berdagang, dan ada yang mejadi pegawai baik PNS maupun swasta seperti
menjadi guru dan bekerja di kantor kecamatan.
2.3KanjanSerayong
KanjanSerayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk
mengungkapkan rasa iklas terhadap anggota keluarga yang telah lama
Kanjan Serayong merupakan rangkaian upacara terakhir dari adat kematian
dan merupakan adat yang penting bagi masyarakat Dayak Pesaguan. Karena
Kanjan Serayong merupakan ritual kematian yang sangat penting dan
merupakan ritual terakhir maka keluarga yang berduka akan menyiapkan ritual
Kanjan Serayong sebagai tanda mengakhiri masa berkabung (berpantang)
yang telah dilakukan semejak kematian anggota keluarganya.
Ritual Kanjan Serayong ada dua macam yaitu menyandong dan
tambak. Menyandong adalah ritual khusus untuk domong (dukun) dan
keluarganya. Dalam ritual menyandong tulang-tulang orang yang sudah lama
meninggal dibakar terlebih dahulu baru disandongkan. Sandong berupa tiang
tinggi, di atas tiang tersebut ada tempat tulang jenasah yang sudah dibakar
berupa rumah dengan ukuran kecil. Sandong disimpan keluarga duka di depan
rumah dengan tujuan biar keluarga masih merasa dekat dengan keluarganya
yang sudah meninggal. Sedangkan Tambak ritual khusus untuk masyarakat
biasa. Dalam ritual Tambak keluarga duka akan membuat sebuah rumah
berukuran kecil dan disimpan di atas kuburan orang yang di Kanjankan. Ritual
Tambak jenazah tidak digali dan tidak dibakar, ritual Tambah hanya
membuatkan rumah kecil yang akan disimpan di atas kuburan. Untuk ritualnya
baik Sandong maupun Tambah prosesnya sama.
2.4Ritual-ritual
Ritul adalah ‘hal ihwal yang berkenaan dengan ritus’. Ritus adalah
yang masih dilakukan masyakat Dayak Pesaguan tidak jauh berbeda dengan
masyarakat Dayak pada umumnya yang ada di Kabupaten Ketapang.
Masyarakat Dayak Pesaguan juga mengenal ritual-ritual seperti menujuh hari
yaitu menagadakan ritual setelah tujuh hari melahirkan.
Ritual-ritual lain yang masih dilakukan masyarakat Dayak Pesaguan
adalah (makan tohon) pesta panen. Pesta panen dilakukan setiap tahun saat
mau mulai panen hasil ladang. Ritual ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas
kerja keras mereka merawat ladangnya sehingga terhindar dari hama, binatang
buas dan bahkan dari sumpah atau kutukan nenek monyang sehingga ladang
mereka bisa panen dengan melimpah. Selain ritual pesta panen juga diadakan
ritual yang dilakukan sebelum panen agar panen mereka bisa mendapatkan
hasil yang melimpah. Ritual ini dilakukan dengan cara memberi sesaji
berisikan hasil panen yang diletakan di sudut ladang yang menuju kearah mata
hari tenggelam.
2.5Deskripsi Ritual KanjanSerayong
2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi yang Meninggal
Orang mengadakan ritual Kanjan Serayong ini dilandasi oleh
pokok pemikiran kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Mereka
menganggap roh orang yang sudah meninggal masih memiliki
hubungan dengan orang yang masih hidup. Menurut kepercayaan
orang Dayak Pesaguan bahwa ritual Kanjan Serayong ini bertujuan
mininggal dunia agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di
surga. KanjanSerayong juga dianggap sebagai ungkapan kasih sayang
dan pernghormatan terakhir dari yang hidup untuk yang mati. Jadi
tujuan dari Kanjan Serayong untuk orang yang meninggal adalah
sebagai penghormatan terakhir dan wujut kasih sayang dari yang
hidup.
Ritul Kanjan Serayong hanyalah merupakan ritual tambahan
dari ritual kematian. Karena ritual ini hanya ritual tambahan, maka
ritual Kanjan Serayong ini tidaklah mutlak untuk dilaksanakan,
tergantung itikat baik dari keluarga dan disesuaikan dengan
kemampuan dari segi material.
Dalam ritual Kanjan Serayong tidak ada ketentuan adat yang
menyatakan berapa tahun baru diadakan ritual Kanjan Serayong.
Ritual Kanjan Serayong ini bisa dilaksanakan kapan saja dengan
memperhitungkan kapan daging manyat yang ditanam itu menjadi
hancur dan yang tersisa tinggal tulang belulangnya saja, bisa juga
dilaksanakan dalam waktu yang lama asal kuburanya masih dikenali.
2.5.2 Maksud dan Tujuan RitualKanjan bagi Beluarga yang Ditinggal oleh
yang Meninggal
Pada dasarnya maksud dan tujuan manusia adalah berusaha
mencapai hidup bahagia lahir dan batin. Baik hidup maupun mati
menurut alam pemikiran orang Dayak Pesaguan, segala sesuatu yang
Kaharingan memberikan jalan keluar untuk melepaskan kesengsaraan
keluarga yang ditinggal pergi (meninggal) anggota keluarganya serta
mengalami kedukaan karena orang yang mereka kasihi meninggalkan
mereka dengan cara mengadakan ritual KanjanSerayong.
Ritual Kanjan Serayong dilaksanakan keluarga yang masih
hidup dengan tujuan melepaskan masa duka menjadi suka ria dan
melepas pantang yang sudah lama dijalni oleh kekuarga terdekat yang
meninggal. Bagi yang tidak melaksanakan ritual Kanjan Serayong
tidak bisa melepas pantangnya sampai yang menjalani patang itu
meninggal dunia
2.5.3 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan bagi Masyarakat (khususnya bagi
masyarakat setempat yang ikut secara langsung dalam kegiatan ritual
Kanjan Serayong)
Dalam masyarakat desa akan kita dapati pola hidup yang
mengutamakan kebersamaan. Bila ada ritual kematian di dalam desa
maka, warga desa akan datang ketempat keluarga yang mengadakan
ritual tersebut dan mengikuti jalannya ritual. Warga datang diundang
secara langsung oleh yang mengadakan ritual maupun melalui
perwakilan yang sudah ditunjuk dan ada juga dari mulut kemulut.
Ada tiga keuntungan yang didapat oleh warga bila mengikuti
ritual-ritual yang diadakan di Desa mereka.
1. Dengan ikut kegiatan ini mereka bisa mendapat pahala karena telah
2. Tanpa disadari mereka telah menyumbangkan tenaga yang suatu
saat bila mereka sedang mengalami musibah orang-orang yang
pernah dibantunya akan membantunya juga.
3. Karena sering mengikuti ritual kematian mereka bisa mengerti
norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tersebut
serta pantangan-pantangan yang harus mereka dihindari.
Tujuan KanjanSerayong ini untuk masyarakat setempat adalah
sebagai kebudayaan dari system religi mereka, baik secara langgsung
atau tidak langsung ikut memperkaya kekhasan serta perbendaharaan
kebudayaan Nasional dan yang paling penting adalah mempererat
hubungan sosialisasi antar masyarakat setempat sehingga hubungan
persaudaraan tetap terjaga.
2.5.4 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan bagi Pemimpin RitualKanjan
Pemimpin ritual menyadari bahwa dirinya terpanggil untuk
melaksanakan upacara. Kedudukannya sebagai balian diyakini sebagai
anugrah dan keahlianya dianggap pemberian Dewa, sehingga dia dapat
berhubungan dengan roh nenek monyang. Balian menyadari bahwa
tugasnya adalah sebagai balian (dukun) bukan untuk kemulian dirinya
supaya dia dipuja-puja dan disanjung banyak orang, tapi dia
memasrahkan dirinya karena dia ditakdirkan oleh dewa sebagai
Maksud dan tujuan ritual Kanjan Serayong bagi balian adalah
memberikan kepuasan bagi batinnya karena bisa menolong orang yang
butuh pertolongannya. Selain itu melalui pekerjaannya masyarakat
dapat memberi respek terhadap agama kharingan dan kepercayaan
masyarakat dapat menebal karenanya.
Ritual Kanjan Serayong ini dilaksanakan untuk
mengungkapkan rasa iklas agar arwah orang yang sudah lama
meninggal dapat sampai Kesebayan Tujoh Seruge Dalam(dalam surga)
dan keluarga yang berpantang bisa melepas pantangnya. Asal mula
diadakannya ritual KanjanSerayong itu ada ceritanya.
Dilihat dari asal mulanya, tradisi KanjanSerayong ini ada sejak
zaman dulu. Disebuah Kuningan atau Keningratan (sama dengan
kerajaan) daerah yang dihuni oleh orang Dayak Pesaguan. Di kuningan
tersebut memiliki pemimpin bernama Temenggung Tanjung
Kebowong dan Patih Pantai Kerurai, kedua pemimpin ini mempunyai
kesepakatan untuk menjodohkan anak mereka setelah istri mereka
sama-sama melahirkan. Tetapi, saat dilahirkan anak Temenggung
Tanjung Kebowong meninggal dunia. Untuk mengungkapkan rasa
iklas dan supaya arwah anak Temenggung Tanjung Kebowong yang
sudah lama meninggal bisa tenang di alamnya diadakanlah ritual
kematian yang diberi nama KanjanSerayong. (Nur’afni, 01 Mei 08).
Cerita di atas diwariskan oleh nenek monyak suku Dayak
Serayong masih terus dilaksanakan oleh suku Dayak Pesaguan
walaupun, tidak semua masyarakat Dayak Pesaguan bisa
melaksanakan ritual Kanjan Serayong untuk keluarga mereka yang
sudah lama meninggal karena keterbatasan ekonomi.
Bagi masyarakat Dayak Pesaguan yang merasa mampu (dalam
hal materi) mereka akan melaksanakan ritual Kanjan Serayong untuk
keluarganya yang sudah lama meninggal sedangkan masyarakat Dayak
yang kurang mampu tidak melaksanakan ritual Kanjan Serayong
karena ritual Kanjan Serayong tidak diharuskan bagi semua suku
Dayak Pesaguan. Mereka melaksanakan ritual Kanjan Serayong
dengan tujuan mengiklaskan kepergian keluarganya yang meninggal
dan melepaskan rasa sedih dengan kegembiraan. Bagi mereka yang
tidak mampu hanya akan melaksanakan ritual seratus hari setelah
keluarganya meninggal sebagai tanda bahwa mereka telah
mengiklaskan kepergian keluaganya untuk beristirahat dengan tenang.
2.6Ritual KanjanSerayong
Sebelum melaksanakan upacara Kanjan Serayong, terlebih dahulu
pihak keluarga mengadakan pertemuan untuk musyawarah antar keluarga,
dilanjutkan pertemuan yang melibatkan masyarakat. Setelah melalui
pertemuan dan merundingkan serta menemukan kata sepakat maka, waktu
pelaksanaanpun ditentukan. Penentuan ini meliputi, waktu, tempat, dan yang
Ritual Kanjan Serayong ini akan dipimpin oleh Betara dan Dukun
yang sudah biasa memimpin upacara Kanjan Serayong. Upacara ini akan
diawali dengan meramu dan membuat persiapan seperti, Memandak Rukun
Ranggau, Tetarok, dan Natar. Memandak Rukun Ranggau adalah
menyiapkan bahan-bahan untuk isi ancak (sensaji) seperi, torong keladi, labu,
keribang, kacang, jawa, longa, hanjoli, lekotan putih mirah, padi ronik
bangkal, ketupat sengkolah, manuk sikor, tolor dua, dan bahan untuk balon
lompi seperti, hehidup, sensabang, papanggil, kombang tamiang, kebayan
bajik, pekawai, linang, dan modang parawas. Tetarok adalah sebuah bangsal
tempat duduk yang cukup luas dipersiapkan sebagai pusat kegiatan dalam
pelaksanaan upacara Kanjan Serayong bagi para tamu maupun warga
setempat agar dapat menyaksikan seluruh rangkaian kegiatan, dibagian depan
Tetarok ada sebuah lapangan yang digunakan untuk tempat pelaksanaan
menganjan seperti, tempat menari dan tempat disimpan alat-alat yang akan
digunakan untuk menari. Natar adalah tanah lapang yang disediakan untuk
tempat orang-orang bersukaria, berpantun, menyanyi dan menari. Di
tengah-tengah Natar disediakan Temiang Pugu, Sensabang, dan Lumpang tempat
untuk para undangan minum sebelum dan sesudah menari.
2.6.1 Persiapan
2.6.1.1Waktu
Sebelum melaksanakan ritual KanjanSerayong, terlebih dahulu pihak
keluarga mengadakan pertemuan untuk musyawarah antar keluarga,
pertemuan dan merundingkan serta menemukan kata sepakat maka, waktu
pelaksanaanpun ditentukan. Menentukan kapan upacara akan dilaksanakan,
berapa lama upacara akan digelar, berapa kampung akan diundang, dan
pembagian tugas dalam pelaksanaan Kanjan Serayong. Dalam proses ritual
KanjanSerayong biasanya lamanya waktu acara KanjanSerayong adalah tiga
hari tiga malam.
Menentukan kapan upacara akan dilaksanakan, berapa lama upacara
akan digelar, berapa kampung akan diundang, dan pembagian tugas dalam
pelaksanaan Kanjan tidak ada hubungannya atau pengaruhnya terhadap
jenazah yang akan dibuatkan ritual Kanjan Serayong ataupun keluarga
jenazah yang masih hidup tapi, untuk melaksanakan ritual Kanjan Serayong
pihak keluarga jenazah merencanakan dan mempersiapkannya satu atau dua
bulan sebelumnya. Untuk ritual KanjanSerayong persiapannya harus
benar-benar siap supaya tidak terjadi kesalahan saat ritual berlangsung, bila
kesalahan terjadi bisa membayakan nyawa orang. Ritual Kanjan Serayong
tidak bisa diadakan oleh semua suku Dayak contohnya seperti suku Dayak
Kayong kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang tidak bisa
mengadakan ritual tersebut, karena bila ritual tersebut diadakan maka akan
ada korban jiwa. Penentuan waktu dan lamanya Ritual Kanjan Serayong
digelar berdasarkan biaya yang dimiliki yang masih hidup, jadi dalam
pelaksanaan ritual Kanjan Serayong tidak ada hari, tanggal, bulan dan tahun
apa yang baik untuk mengadakan ritual. Dalam proses ritual lama waktu ritual
Hari pertama merupakan tahap awal dari persiapan untuk proses
berlangsungnya ritual Kanjan serayong seperti, mempersiapakan tempat dan
keperluan lainya. Hari pertama dipilih untuk mempersiapkan segala keperluan
yang berhubungan dengan jenazah karena ritual KanjanSerayong merupakan
ritual kematian, maka keperluan jenazahlah yang harus didahulukan. Selain
untuk mendahulukan segala persipan jenazah, hari pertama dikhususkan
untuk para keluarga jenazah berkumpul serta menunggu keluarga yang
tinggalnya jauh dari tempat dilaksanakannya ritul KanjanSerayong dan untuk
hari pertama belum dibuka untuk umum.
Hari kedua acara khusus untuk suka ria yang berlangsung dari pagi
hingga malam dan acara Palawatan (memberi bantuan), Kelompok
masyarakat yang tergabung dalam wilayah kampung setempat akan
menyerahkan bantuan berupa, beras, tuak, babi, ayam, umbut kelapa, dan
bahan untuk kosumsi lainya. Bahan-bahan kosumsi tersebut akan diserahkan
seorang juru bicara pada pihak keluarga duka. Hari ke dua dipilih sebagai hari
suka ria dan memberikan bantuan karena hari ke dua para tamu undangan dan
masyarakat sekitar mulai datang dan boleh menyaksikan ritual Kanjan
Serayong.
Hari ketiga merupakan puncak dari proses Kanjan Serayong, yaitu
proses menyandong (tempat terakhir disemanyamkannya jenazah yang sudah
jadi abu) dan ritual penyambutan secara khusus untuk para tamu dari
kampung lain yang disebut Menunggung Garung. Garung adalah kayu yang
kampung. Para tamu undangan yang datang akan disambut dan dijemput dua
atau empat pasang penari di pintu gerbang masuk. Hari ketiga sebagai puncak
dari ritual KannjanSerayong karena segala persiapan dan kelengkapan untuk
ritual Kanjanserayong sudah siap dan jenazah siap untuk di sandong atau di
tambak. Keesokan harinya dilanjutkan dengan acara yang disebut Papalit
Porang Beliung
Keesokan harinya dilanjutkan dengan acara yang disebut Papalit
Porang Beliung. Acara ini untuk pembersihan semua alat yang digunakan
selama proses ritual Kanjan Sarayong. Bila masih ada tamu dari kampung
lain maka akan diadakan acara perpisahan dan memberikan tanda ucapan
terima kasih atas kehadiran dan semua bantuan. Dengan demikian seluruh
rangkaian ritual Kanjan Serayong sudah selesai. Kepuasan dan kebahagian
dapat dirasakan oleh seluruh keluarga, karena telah berhasil
menyelenggarakan acara penghormatan terakhir terhadap jenazah
keluarganya.
2.6.1.2Tempat
Ritual Kanjan Serayong ini akan dipimpin oleh Betara dan Dukun
yang sudah biasa memimpin Ritual Kanjan Serayong. Untuk tempat
pelaksaan ritual Kanjan Serayong yang mengadakan acara Kanjan akan
menyediakan tempat, untuk warga setempat maupun tamu yang ikut hadir
dalam proses Kanjan Serayong yang disebut Tentarok dan Natar. Tetarok
adalah sebuah bangsal tempat duduk yang cukup luas dipersiapkan sebagai
maupun warga setempat agar dapat menyaksikan seluruh rangkaian kegiatan,
dibagian depan Tetarok ada sebuah lapangan yang digunakan untuk tempat
pelaksanaan menganjan seperti, tempat menari dan tempat disimpan alat-alat
yang akan digunakan untuk menari. Natar adalah tanah lapang yang
disediakan untuk tempat orang-orang bersukaria, berpantun, menyanyi dan
menari. Di tengah-tengah Natar disediakan Temiang Pugu, Sensabang, dan
Lumpang tempat untuk para undangan minum sebelum dan sesudah menari.
Selain tempat untuk minum disedeakan juga alat-alat yang digunakan
untuk menari seperti, Mandau, Bidak Penari, Kombang Kambung, dan
Temtupung.
2.6.1.3Yang Terlibat Dalam Berlangsungnya Proses RitualKanjan
Bila ada warga masyarakat yang akan mengadakan ritual kematian
(Kanjan Serayong), maka warga yang mengetahui hal itu akan membantu
menyebarkan berita kewarga masyarakat sekitar bahwa ada warga mereka
yang akan mengadakan Ritual kematian. Berita tentang kematian dianggap
berita yang sangat penting, maka berita ini akan cepat diketahui oleh warga
baik secara langsung maupun dari mulut ke mulut. bagi warga yang
membantu secara suka rela mempunyai tugas masing-masing dan
berkelompok. Kelompok tersebut ada 3 sampai 7 orang, kelompok ini sudah
mempunyai tugas masing-masing seperti, memasak, membuat tempat abu
jenazah, melayani tamu, dan sebagainya. Sedangkan warga yang sudah
ditunjuk melalui musyawarah secara keluarga maupun musyawarah seperti,
bertugas sebagai juru bicara mengenai adat kematian, dan Bukong bertugas
sebagai abdi (selalu siap melakukan apa saja yang diperintahkan).
Dalam proses ritual Kanjan Serayong yang terlibat adalah semua
warga sekitar seperti dukun sampai yang bertugas memasak. Semua yang
terlibat ditujuk melalui musyawarah secara keluarga maupun musyawarah
secara umum tidak semua yang terlibat ditunjuk melalui musyawarah tetapi
ada yang membantu secara sukarela. Setiap ada ritual baik kematian ataupun
kelahiran masyarakat Dayak Pesaguan selalu bekerja sama dan melibatkan
warganya. Tradisi seperti ini sudah ada sejak dulu, masyarakatnya juga sudah
terbiasa dengan hal seperti ini, tanpa diminta mereka dengan kesadaran
masing-masing datang untuk membantu, bantuan disini tidak hanya berupa
tenaga tapi bantuan materi seperti, beras, sayuran, gula, kopi, rokok, babi,
ayam, tuak(minuman khas orang Dayak), dan ada juga bantuan berupa uang,
tapi yang banyak bantuan berupa pangan. Bantuan tersebut langsung
diberikan pada keluarga jenazah karena dalam suku Dayak khusnya Dayak
Pesaguan bila masih dalam satu lingkungan dianggap keluarga karena
dianggap masih keluarga maka tidak perlu perwakilan untuk menerima
bantuannya. (Nur’afni, 09 Juni 08).
2.6.1.4Perlengkapan
Dalam Ritul Kanjan Serayong ada beberapa perlengkapan yang
disediakan secara khusus demi kelangsungan ritul supaya ritual itu bisa
a. Peralatan untuk menari
1. Tentabohan (alat musik tradisional)
2. Selendang
3. Tekulok (ikat kepala/topi)
4. Bidak penari(sarung batik)
5. Mandau
6. Lumpang Temiang (bambu)
7. keris
Peralatan untuk menari seperti tentabohan, selendang, tekulok, bidak
penari, mandau, lumping temiang, dan keris. Alat-alat tersebut digunakan
sebagai tanda pengenal. Kalau menari mengunakan alat-atat tersebut maka
sedang mengadakan ritual Kanjan Serarong. Selain untuk Ritual Kanjan
Serayong alat menari tersebut tidak bisa digunakan, karena di dalam suku
Dayak khususnya Dayak Pesaguan setiap ritual mempunyai alat tersendiri
misal, untuk menikah dan pesta panen punya alat menari sendiri.
Alat menarinya ada yang mempunyai dua kegunaan, seperti tekulok.
Tekulok untuk yang masa berpantang dan tidak berpantang berbeda. Untuk
yang berpantang tekuloknya tidak bewarna, bahan tekoloknya terbuat dari
daun kelapa. Tekulok tidak bewarna dan terbuat dari daun kelapa menandakan
yang memakainya belum membuat ritual KanjanSerayong untuk keluarganya
yang sudah meninggal kerena belum mengadakan ritual Kanjan Serayong
maka belum bisa melepas masa berpantangnya dan belum bisa memakai
tekulok berwarna terbuat dari anyaman bambu. Bagi yang memakai Tekulok
berwarna sudah tidak berpantang lagi dan bisa memakai pakaian berwarna
cerah.
Untuk Tentabohan (alat musik tradisional) irama musik yang
dimainkan tidak sama, kalau ritual melangaran bulen belum dilakukan maka
irama Tentabohannya beirama pilu dan sedih karena masih dalam masa duka.
Saat ritual Melanggaran Bulen dilakukan maka irama Tentabohan akan
berbeda dan berirama suka ria, irama tentabohan tersebut menandakan masa
duka berganti menjadi masa bersuka ria karena tentabohan tersebut
menyambut kedatangan orang yang membuat tempat jenazah dari dalam
hutan. Bila orang yang membuat tempat jenazah sudah dijemput menandakan
tempat jenazahnya sudah selesai dan keluarga jenazahpun merasa gembira
karena jenazah keluarga sudah mempunyai tempat dan tidak berduka lagi.
Untuk selendang, Bidak penari dan Madau mempunyai arti yang sama
sebagai alat pengenal. Bila melakukan ritual Kanjan Serayong maka alat
menari yang dipakai adalah alat tersebut. Sedangkan untuk LumpingTemiang
dan Keris (keris ukuran kecil) dipegang oleh para penari perempuan supaya
jadi penahan tubuh biar mereka kuat dan tidak kemasukan roh halus. Para
penari laki-laki tidak memegang Lumpang Temiang dan keris karena para
laki-laki dianggap kuat tidak seperti perempuan jadi mereka tidak perlu ada
b. Peralatan untuk persembahan ke roh
Peralatan untuk persembahan ke roh adalah ancak(sesaji).
Sesaji berasal dari kata saji yang berarti ‘hidangan’ (makanan dan
lauk-pauk yang telah disediakan pada suatu tempat untuk dimakan)
(KBBI,1988:768). Bersesaji adalah mempersembahkan sajian dalam
upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan
untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib, dengan jalan
mempersembahkan makanan dan benda-benda lain yang
melambangkan maksud dari komunikasi tersebut (KBBI, 1988:768).
Sajen atau sesaji ditunjukan kepada penjaga yang tidak kasat mata dan
gaib, sesungguhnya mencerminkan kesadaran manusia kepada
lingkungan hidupnya. Sajen juga mengungkapkan rasa syukur atas
anugrah yang dilimpahkan. Sajen mencerminkan penyerahan diri
sepenuhnya untuk memperoleh perlindungan atau lainya agar hidup
tentram dan selamat (Kamajaya, 1992:5). Peralatan untuk persembahan
ke roh adalah ancak (sesaji) ) isi dari sesaji seperi, torong keladi, labu,
keribang, kacang, jawa, longa, hanjoli, lekotan putih mirah, padi ronik
bangkal, ketupat sengkolah, manuk sikor, tolor dua, dan bahan untuk
balon lompi seperti, hehidup, sensabang, papanggil, kombang
tamiang, kebayan bajik, pekawai, linang, dan modang parawas. Sesaji
akan disimpan di kedua ujung kampong.
Berikut akan dibahas mengenai sesaji yang digunakan dalam
1) Tiga macam beras boras kocik, boras bangkal, boras mirah, boras
hitam (beras kecil, beras besar, beras merah, dan beras hitam)
2) Ayam jantan berwana hitam satu ekor
3) Telur ayam kampung dua butir
4) Buah-buahan, pekawai, linang, dan pinang (durian isinya warna
kuning, rambutan hutan, dan pinang).
5) Dua macam padi, padi ronik dan bangkal (padi yang bijinya
bentuknya kecil dan besar).
6) Sayur hasil kebun, torong, keladi, labu, keribang, kacang, jawa,
longa, hanjoli, lekotan putih dan mirah.
7) Ketupat Sengkolahan ( ketupat sengkolahan merupakan ketupat
khusus untuk ritual Kanjan Serayong dan hanya dibuat pada saat
ada ritual Kanjan Serayong).
8) Tumbuhan hutan, hehidup, sensabang, papanggil, kombang
tamiang, kebayan bajik, dan modang parawas.
Sesaji akan disimpan di ujung kampung, isi dari sesaji adalah
segala hasil dari ladang ataupun kebun. Sesaji tersebut disiapkan
supaya dimakan oleh roh atau makluk halus. Makanan ini diberikan ke
roh atau mahluk halus supaya tidak mengganggu proses berjalannya
ritual Kanjan Serayong, supaya proses tersebut bisa berjalan dengan
lancer. Semua isi sesaji tersebut sama untuk dipersembahkan supaya
c. Peralatan untuk tempat menyemayamkan jenazah
Tempat penyemanyaman jenazah ada dua pertama Sandong
dan ke dua Tambak. Untuk sandong ada bermacam-macam yaitu
1) Sandong Kakaran terbuat dari kayu belian dikhususkan untuk abu
jenazah laki-laki.
2) Sandong Burung (sandung dibuat dengan bentuk burung). Sandong
berbentuk burung dibuat khusus untuk abu jenazah perempuan.
3) Sandong Poho, Sandong Pohon ini untuk tempat abu jenazah anak
kecil baik perempuan maupun laki-laki.
Dari ketiga Sandong tersebut dibuat supaya bisa membedakan
yang mana Sandong untuk laki-laki, mana sandong untuk perempuan,
dan mana sandong untuk anak kecil.
Untuk jenazah yang sudah menjadi abu sudah disiapkan tempat
khusus yang disebut Sandong. Sandong adalah tempat jenazah orang
yang mempunyai kedudukan penting di kampungnya seperti Balian
atau dukun, Domong dan keturunan dari orang-orang tersebut. Bila
jenazah yang Sandong proses ritualnya adalah pembakaran jenazah,
ritual sandong menggunakan proses pembakaran karena orang yang
disandongkan mempunyai kedudukan dan pengangaruh yang besar di
kampungnya maka setelah dia meninggal akan dibuatkan ritual khusus
sebagai tanda penghormatan terhadap jasa-jasanya selama dia masih
hidup. Tambak adalah sebuah rumah berukuran kecil dan disimpan di
gali dan tidak dibakar, ritual tambah hanya membuatkan rumah kecil
yang akan disimpan di atas kuburan.
Tambak tempat jenazah bagi rakyat biasa dan mereka akan
dibuatkan ritual tidak melalui proses pembakaran supaya bisa
membedakan antara orang biasa dan orang yang mempunyai peranan
penting di kampungnya maka dibuatlah dua macam ritual Kanjan
Serayong. Sandong atau pun tambak secara khusus tidak terlalu
berbeda yang membedakannya hanya tempat dan ada proses
pembakarannya, kalau untuk proses ritual yang lainnya sama.
2.6.2 Proses Ritual KanjanSerayong
2.6.2.1Menyimak Tihang Sandung
Menyimak Tihang Sandung adalah Menyimah (melumuri)
Tihang Sandung dengan darah ayam dan darah kura-kura, kemudian
bulu dibagian leher ayam yang akan dipotong dicabuti. Menyimak
Tihang Sandung dilaksanakan apabila ritual yang akan dilaksanakan
adalah ritual menyandung atau Sandong. Khusus untuk ritual Tambak
tidak menggunakan ritual MenyimakTihang.
Menyimak Tihang Sandung dilaksanakan apabila ritual yang
akan dilaksanakan adalah ritual menyandong, karena menyadong
jenazah dibuatkan tempat yang lebih tinggi berbentuk rumah ukuran
kecil. Menyimak Tihang ini dilakukan supaya kayu yang menopang
yang lama serta supaya arwah bisa tenang, bisa diterima di alamya,
dan yang masih hidup tidak ada cekcok selama ritual berlangsung.
Dalam ritual Sandung bila tidak diikuti dengan ritual
Menyimak Tihang Sandung akan ada musibah yang dialami oleh
keluarga yang masih hidup dan jenazah yang disandong tidak bisa
diterima dialamnya. Khusus untuk ritual Tambak tidak menggunakan
ritual Menyimak Tihang, karena ritual Tambak hanya membuatkan
sebuah replika berbentuk rumah kecil yang akan di letakan di atas
kuburan jenazah yang akan dibuatkan ritual KajanSerayong.
2.6.2.2Mematik Tambiring
Mematik Tambiring adalah melakukan ritual menggantung Ancak
Koncik (sejenis sesaji) oleh seorang Batara (dukun) lengkap dengan isinya
kemudian meneteskan Tuak (minuman khas orang dayak) ke tanah sambil
membaca mantra dengan bahasa yang susah untuk dimengerti. Secara
bersamaan di Natar,Batara yang lain juga melaksanakan ritual.
Mematik Tambiring dilakukan oleh seorang Batara. Mematik
Tambiring adalah melakukan ritual menggantung atau menyimpan Ancak
(sejenis sesaji) di kedua ujung kampung untuk memberi roh halus makanan
supaya tidak mengganggu proses berjalannya ritual Kanjan Serayong.
Dengan melakukan ritual Mematik Tambiring maka diyakini para roh jahat
tidak akan mengganggu berjalannya ritual Kanjan Serayong karena para roh
Bila Mematik Tambiring ini tidak dilakukan ritual Kanjan Serayong
tidak bisa berjalan dengan lancar, seperti akan terjadi kesalahan
berulang-ulang dalam proses ritual dan bisa memakan korban jiwa. MematikTambiring
mempunyai pengaruh yang besar dalam ritual KanjanSerayong dan Mematik
Tambiring wajib dilakukan dalam ritual Kanjan Serayong biar ritualnya bisa
berjalan lancar.
2.6.2.3Melanggaran Bulen
Melanggaran Bulen merupakan ritual menjemput para pembuat
Sandung dan Tambak yang berada di luar kampung. Selesai Melanggaran
Bulin, Gamelan dan Tabuhan kanjan terus dimainkan mengiringi orang-orang
menari, terutama muda-mudi yang menarikan tarian dansai.Tabuhan Kanjan
Serayong tidak boleh dihentikan dan harus dimainkan sepanjang malam.
Menjemput para pembuat Tambak dan Sandong supaya pembuat
Tambak dan Sandong tidak tersesat dalam hutan, karena membuat Tambak
dan Sandong harus dilakukan dalam hutan. Membuat Sandong dan Tambak
harus di hutan karena tidak semua kayu bisa di jadikan tempat jenazah,
karena kayunya merupakan kayu pilihan maka pembuat Sandong dan Tambah
harus pergi mencari kayu ke dalam hutan.
Membuat tempat jenazah harus dilakukan di hutan, bila dilakukan di
rumah maka, orang yang membuat tempat jenazah akan mendapat petaka.
Petaka tersebut bisa membuat orang celaka dan terluka. Karena, kayu yang
digunakan dapatnya dari hutan maka tempat jenazahnya harus dibuat di hutan
bulin, gamelan dan tabuhan kanjan terus dimainkan mengiringi orang-orang
menari, terutama muda-mudi yang menarikan tarian dansai. Tabuhan kanjan
tidak boleh dihentikan dan harus dimainkan sepanjang malam.
2.6.2.4Penyerahan Palawat
Kelompok masyarakat yang tergabung dalam wilayah kampung
setempat akan menyerahkan Palawatan (bantuan) berupa, beras, tuak, babi,
ayam, umbut kelapa, dan bahan untuk kosumsi lainya pada hari kedua.
Bahan-bahan kosumsi tersebut akan diserahkan seorang juru bicara pada
pihak keluarga duka.
Penyerahan palawatan(bantuan) pada hari kedua setelah acara
dimulai, karena hari pertama khusus untuk mempersiapkan keperluan dan
peralatan yang berhubungan dengan jenazah. Palawatan tidak diserahkan
kepada orang yang mengadakan ritual Kanjan Serayong karena sudah ada
orang yang dipilih untuk menerima Palawatan. Untuk penemenerima
Palawatan sudah ditetapkan orang yang telah dipilih melalui musyawarah,
tugas untuk menerima Palawatan ini tidak semua orang bisa melakukannya,
karena orang yang dipilih harus mengerti tentang hukum adat terutama
mengerti tentang tatacara kematian. Tidak semua Palawatan diterima oleh
orang yang sudah dipilih, Palawatan juga bisa diterima langsung oleh
keluarga jenazah. Palawatan yang diterima oleh orang yang sudah dipilih bila
Palawatan tersebut dari tamu karena, tamu adalah orang harus dihormati
maka tamu harus diperlakukan sebaik mungkin. Sedangkan orang yang
berhubungan dengan jenazah dan untuk urusan yang lainnya sudah ada yang
mengurusnya.
2.6.2.5Manungkung Garung (Memotong Kayu)
MenungkongGarung merupakan ritual khusus untuk para tamu. Tidak
semua tamu disambut dengan ritual Menukung Garung, hanya tamu-tamu
terhormat dan memiliki kedudukan yang tinggi di kampungnya atau
wilayahnya yang disambut dengan ritual Menungkung Garung. Ritual
Menungkung Garung ini dilakukan sebagai ungkapan rasa hormat yang
mengadakan ritual Kanjan Serayong terhadap tamu yang diundangnya,
karena sudah bersedia datang untuk ikut melaksakan ritual KanjanSerayong.
Garung (kayu) dipasang menghalangi di pintu gerbang masuk di kedua ujung
kampung. Tamu undangan yang datang akan disambut dan dijemput dua atau
empat pasang penari yang menarikan tarian khas Dayak. Para penari akan
menaburkan bunga kepada tamu sebagai ungkapan selamat datang.
Garung (kayu) yang dipasang menghalangi gerbang dipotong oleh
Angsang, setelah putus para tamu undangan diiringi oleh para penyambut
tamu berjalan menuju Natar. Para tamu akan dijamu dengan SirihPinang dan
minum Tuak. Sambil berbincang-bincang tamu akan menyerahkan palawatan