• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN FOLKLOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh :

Vinsensia Nanong Astuti 044114001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

  iv

Motto

Dalam tangan-Mu, ya Tuhan, kuserahkan hidupku

Orang yang mencari Tuhan tak-kan kekurangan suatupun

Kegagalan adalah bagian hidup. Jangan biarkan kegagalan menjatuhkan

dirimu (Vincent P. Collins)

Jika mereka dapat melakukannya, saya pun bisa (Vincent P. Collins)

Skripsi ini kupersembahkan:

My Jesus Christ

My Parent (Petrus Salim &

Natalia Sumarni)

My Grand Father (T. Hadir)

My Brothers (Kacip, ubek, dan

Kuap)

(5)
(6)

  vi

Kalimantan Barat Tinjauan Folklor. Skripsi strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas makna ritual KanjanSerayong bagi suku Dayak Pesaguan dengan tinjauan folklor. Judul ini dipilih karena tiga alasan, yaitu (1) peneliti beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan Serayong secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di Pesaguan; (2) masyarakat Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal dan tetap melestarikan budaya KanjanSerayong sampai sekarang; (3) keingin tahuan penulis yang begitu besar untuk meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang tradisi KanjanSerayong.

Ritual KanjanSerayong (ritual kematian) merupakan salah satu ritual yang masih terus dilakukan oleh masyarakat Dayak Pesaguan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendekripikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; (2) mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Tinjauan yang digunakan dalam studi ini adalah tinjauan folklor. Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: metode kepustakaan, metode observasi, dan metode wawancara.

(7)

  vii

Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan. A Folklore. A Graduate Thesis. Study Program of Bahasa Indonesia Literature, Literature Faculty of Sanata Dharma University.

This thesis discusses about the folklore observation on the ritual meaning of Kanjan Serayong for Dayak Pesaguan ethnic. This title is chosen for three reasons: (1) the writer considers the fact that only few people who comprehends the tradition of Kanjan Serayong, especially the nonnatives who live in Pesaguan, (2) the society of Dayak Pesaguan still respect their relatives or ancestors who already passed away and keep their culture of Kanjan Serayong up to now, (3) the writer’s curiousity motivates her to examine and to study deeper about the tradition of Kanjan Serayong.

The ritual of Kanjan Serayong (death ritual) is one of the rituals which is stilll done by the society of Dayak Pesaguan. The objectives of this study are: (1) to find out the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan, (2) to explain and to depict the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan.

The observation used in this study was a folklore observation. There are several data collecting methods that are used in this study: literary method, observation and interview.

(8)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Vinsensia Nanong Astuti NIM : 044114001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data. Mendistribusikan secara terbatas, dan mempulikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 20 Januari 2010

Yang menyatakan

(9)

  viii

kemurahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Makna KanjanSerayong Bagi Suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana sastra sesuai dengan Program Studi Sastra Indonesia

yang di tempuh di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Drs. Fransisca Tjandra Adji, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

2. Ibu S.E Peni Adji, SS, M.Hum, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas

kesabaran dan dorongannya kepada penulis selama kuliah dan penulisan

skripsi ini

3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Drs. P. Ari Subagio M. Hum, Drs. Yoseph

Yapi Taum, Drs. Hery Antono, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, Drs. FX.

Santosa, MS, atas ilmu dan perkuliahan yang telah diberikan kepada penulis

selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Hurus, Bapak Raji’in, Bapak Siron, Ibu Antonia Norma, Agnesia, dan

Nur’afni sebagai nara sumber yang telah bersedia menyedikan waktunya dan

kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka

(10)

  ix

Erisius Erimayanto (Ubek) dan istri Deni, dan Vinsensius Nono Priono

(Kuap) dan istri Christina (Uteh).

7. Kakekku tercinta T. Hadir ( Almarhum), terima kasih atas semua yang telah

engkau berikan dari aku kecil sampai besar, semoga engkau bisa beristirahat

dengan tenang di sana.

8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2004, aku akan selalu merindukan

kalian semua.

9. Teman-teman terbaikku, Gustin, Ketty, Friska Ermi, dan Felly kalian

teman-teman yang selalu ada untukku dan selalu memberi masukan untuku.

10.Teman-teman kosku Jl. Lingkar utara, karang nongko maguwoharjo, terima

kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih

perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik sebagai masukan . Akhir kata penulis berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(11)

  x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Tinjauan Pustaka ... 6

1.6 Kerangka Teori ... 6

1.7 Landasan Teori ... 6

1.7.1 Folklor ... 6

1.7.2 Folklor Sebagian Lisan ... 8

1.8 Metode Penelitian ... 13

(12)

  xi

BAB II DESKRIPSI RITUAL KANJAN SERAYONG ... 16

2.1 Pengantar ... 16

2.2 Deskripsi Singkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di kecamatan Tumbang Titi ... 16

2.3 KanjanSerayong ... 18

2.4 Ritual-Ritual ... 19

2.5 Deskripsi Ritual KanjanSerayong ... 20

2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong Bagi yang Meninggal ... 20

2.5.2 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi keluarga yang Ditinggal oleh yang meninggal ... 21

2.5.3 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi Masyarakat (khususnya bagi masyarakat setempat yang ikut secara langsung dalam kegiatan ritual Kanjan Serayong ... 22

2.5.4 Maksud Ritual KanjanSerayong bagi Pemimpin Ritual Kanjan ... 23

2.6 Ritual KanjanSerayong ... 25

2.6.1 Persiapan ... 26

2.6.1.1 Waktu ... 26

(13)

  xii

2.6.2 Proses Ritual Kanjan Serayong ... 37

2.6.2.1 Menyimak Tihang Sandung ... 37

2.6.2.2 Mematik Tambiring ... 38

2.6.2.3 Melanggaran Bulen ... 39

2.6.2.4 Penyerahan Palawat ... 40

2.6.2.5 Menungkung Garung ... 41

2.6.2.6 Me’alap Tulang ... 42

2.6.2.7 Memutus Bulen ... 42

2.6.2.8 Pantang Kasau ... 43

2.7 Penutup ... 44

BAB III MAKNA KANJAN SERAYONG ... 46

3.1 Pengantar ... 46

3.2 Makna Ritual KanjanSerayong ... 46

3.2.1 Makna Ritual Kanjan Serayong Bagi Suku Dayak Pesaguan ... 46

3.2.2 Makna KanjanSerayong yang Berkaitan dengan Ekonomi ... 47

3.2.3 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Pendidikan ... 49

3.2.4 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Religi ... 49

(14)

  xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN

(15)

1

1.1Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai budaya dan

suku yang beraneka ragam. Setiap suku sudah memiliki budaya serta tradisi

masing-masing, begitu juga dengan suku Dayak Pesaguan.

Masyarakat suku Dayak Pesaguan merupakan kelompok masyarakat

yang menyebut diri mereka sebagai orang Dayak Pesaguan Sekayu. Mereka

tinggal di sepanjang Sungai Pesaguan bagian hulu dan sekitarnnya sampai di

Kecamatan Tumbang Titi, kampung Melayu Raya, dan Pemaham. Ada tiga

kelompok besar pada suku Dayak Pesaguan Sekayu, yaitu Pesaguan Hulu,

Pesaguan Tengah, dan Pesaguan Hilir. Kelompok yang masuk wilayah

Pesaguan Hulu adalah Serongkah Onam, kelompok yang masuk wilayah

Pesaguan Tengah adalah Kekubang Jelayan, dan kelompok yang masuk

wilayah Pesaguan Hilir adalah Batu Tajam dan Sungai Melayu. Suku Dayak

Pesaguan adalah masyarakat yang kaya dengan budaya peninggalan nenek

moyang. Salah satu antaranya adalah buadaya tradisi Kanjan Serayong

(Raji’in wawancara 28 April 08).

Ritual Kanjan Serayong di suku Dayak Pesaguan merupakan salah

satu bentuk pemujaan terhadap benda-benda dan bentuk penghormatan

(16)

penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa dan sensaji yang

sampai saat masih sering dilakukan.

Pemujaan terhadap roh disebut Animisme dan pemujaan terhadap

benda-benda disebut Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan manusia

terhadap mahluk halus yang menempati alam di sekitar manusia sehingga

menjadi objek penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa,

sensaji dan tumbal (Tylor via Koentjaraningrat, 1967 : 220-221). Dinamisme

adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti benda-benda tertentu yang

dipercaya dihuni oleh roh leluhur (Marett via Koentjaraningrat, 1967 : 223)

KanjanSerayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk

mengungkapkan rasa iklas terhadap keluarga yang telah lama meninggal dunia

agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di surga.

Kanjan Serayong merupakan tradisi adat suku Dayak Pesaguan yang

berada di kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Dalam ritual Kanjan dipandu seorang dukun dan diiringi dengan beberapa

tarian untuk menghormati arwah.

Dilihat dari asal mulanya, tradisi KanjanSerayong ini ada sejak zaman

dulu. Di sebuah kuningan atau keningratan (sama dengan kerajaan) daerah

yang dihuni oleh orang Dayak Pesaguan. Daerah Kuningan tersebut memiliki

pemimpin bernama Temenggung Tanjung Kebowong dan Patih Pantai

Kerurai, kedua pemimpin ini mempunyai kesepakatan untuk menjodohkan

anak mereka setelah istri mereka sama-sama melahirkan. Tetapi, pada saat

(17)

mengungkapkan rasa iklas dan supaya arwah anak Temenggung Tanjung

Kebowong yang sudah meninggal bisa tenang di alamnya diadakanlah ritual

kematian yang diberi nama Kanjan Serayong (Nur’afni, wawancara 01 Mei

08).

Dalam Ritual Kanjan Serayong selalu diadakan makan bersama

dengan seluruh masyarakat setempat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan

memanggang kepala ayam (ayam kampung) yang akan dijadikan sesaji.

Dukun kemudian akan melelatakkan sesaji tersebut ke arah matahari terbenam

dan matahari terbit. Warga yang sudah dipilih mengambil tambak atau

sandong (rumah untuk orang meninggal yang sudah disediakan satu bulan

sebelum ritual kanjan dilaksanakan) dari kuburan.(Nur’afni, wawancara 09

juni 08).

Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan adalah rangkaian

upacara terakhir dari adat kematian. Namun tidak semua yang meninggal

dunia dikanjankan atau dibuatkan ritual Kanjan Serayong, apabila keluarga

yang masih hidup tidak mampu untuk mengadakan ritual Kanjan Serayong

bagi keluarganya yang sudah meninggal, maka keluarga yang masih hidup

bisa tidak melakukan budaya KanjanSerayong ini. Makna KanjangSerayong

bagi Suku Dayak pesaguan adalah ungkapan kemenangan atas maut dan

melepas suasana duka dalam masa berkabung (masa berpantang) dan

menggantinya dengan suasana riang gembira(Nur’afni, 09 Juni 08)

Tradisi KanjanSerayong suku Dayak Pesaguan ini menarik perhatian

(18)

ilmiah. Adapun alasan penulis memilih topik “Tradisi KanjanSerayong (ritual

penghormatan para arwah) sebagai berikut.

1. Penulis beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan

Serayong secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di

Pesaguan.

2. Penulis menyadari sebelum budaya Kanjan Serayong diketahui dan

diteliliti orang yang bukan orang Dayak, peneliti ingin lebih dulu

memahami dan menelitinya.

3. Tradisi KanjanSerayong menurut penulis sangat menarik untuk dijadikan

sebagai bahan penelitian studi khusus, karena suku Dayak termasuk suku

Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal

dan tetap melestarikan budaya KanjanSerayong sampai sekarang.

4. Keingin tauan penulis yang begitu besar mendorong penulis untuk

meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang budaya Kanjan Serayong.

Sehingga penulis mengambil topik tentang “Makna KanjanSerayong bagi

suku Dayak pesaguan kecamatan Tumbang Titi Kalimantan Barat”

Dengan mengkaji topik ini, penulis berharap dapat memberikan

informasi yang dapat berguna bagi siapapun yang ingin mengetahui ritual

KanjanSerayong suku Dayak Pesaguan yang ada di Kalimantan Barat.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masah yang dibahas dalam

(19)

1.2.1 Bagaimana proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan

Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat?

1.2.2 Bagaimana makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan

Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan,

Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

1.3.2 Mendeskripsikan makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan

Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketang, Kalimantan Barat.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat

folklor lisan ataupun folklor agar dapat dijadikan acuan bagi yang

ingin meneliti dan mengembangkan ritual KanjanSerayong lebih luas

lagi.

1.4.2 Agar bisa menyediakan data dan informasi kebudayaan sehingga

nilai-nilai sosial budaya masyarakat Kalimantan Barat khususnya budaya

Kanjan Serayong dapat dipahami oleh suku bangsa lain, dan dengan

demikian dapat diharapkan bisa saling menghargai kebudayaan

(20)

1.4.3 Sebagai dokumentasi untuk pendidikan yang ada di kecamatan

Tumbang Titi Kebupaten Ketapang. Dengan adanya dokumentasi

tentang Kanjan Serayong akan memudahkan serta bisa membantu

dunia pendidikan yang berkaitan dengan budaya. Serta dapat

menambah dokumentasi tentang budaya di perpustakaan daerah yang

ada di Kabupaten Ketapang.

1.5Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan peneliti belum ada studi khusus yang

membicarakan makna tradisi Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan

Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

1.6Kerangka Teori

Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan dua kerangka teori untuk

memecahkan masalah di atas, yaitu (i) Folklor dan (ii) Folklor sebagian lisan.

1.7Landasan Teori

1.7.1 Folklor

Folklor berasal dari kata folklore (bahasa Inggris). Jika dieja

menjadi folk-lore. Folk artinya ‘ rakyat ‘ dan lore artinya ‘ tradisi ‘.

Folk adalah kelompok atau kolektif yang memiliki ciri-ciri pengenal

kebudayaan yang membedakan dengan kelompok yang lain. Lore

merupakan wujud tradisi folk. Tradisi tersebut dituturkan secara oral

(lisan) dan turun temurun. Folklor berarti tradisi rakyak yang sebagian

(21)

(Endraswara,2005: 11). Folklor adalah kebudayaan kolektif yang

terbatas dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam lisan

maupun tulisan yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat (Danandjaja, 1984: 2).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (edisi kedua), folklor adalah

adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan

turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Atau ilmu adat-istiadat tradional dan

cerita rakyat yang tidak dibukukan.

Menurut Brunvard, folklor adalah satu ciptaan (creations) dari

satu kelompok atau seorang individu yang beorientasi pada kelompok

dan berdasarkan pada tradisi yang merefleksikan cita-cita dari suatu

komunitas sebagai suatu ungkapan jati diri kebudayaan masyarakat;

batasan-batasan, standar-standar, dan nilainya diwariskan secara lisan,

mencontoh (imitation), atau dengan cara lain (Danandjaja, 2003:35).

Adapun ciri-ciri folklore adalah: 1) It is Oral (penyebaran

/pewarisannya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut atau disertai

contoh/gerak dan alat pembantu pengingat (memory device), 2) It is

traditional (disebarkan dalam bentuk standar/relative tetap) disebarkan

di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling

kurang dua generasi (bertahan sampai dua atau lebih generasi), 3) It is

exist in different versions (hadir dalam versi-versi bahkan

varian-varian yang berbeda-beda). Karena penyebaran dari mulut ke mulut

(22)

antara lain disebabkan oleh (a) lupa, (b) proses interpolasi, dan (c)

tranformasi. Meskipun demikian, core atau bentuk dasar folklor

relative tetap (Taum, 2003).

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi

masyarakat dan manusia. Kebudayaan diciptakan oleh manusia untuk

menentukan norma-norma atau kaidah. Dengan kebudayaan yang

diciptakan, manusia mengatur hidupnya. Karya masyarakat

mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu

untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakat

(Soekamto,1990:202). Pola-pola tingkah laku masyarakat di samping

ditentukan oleh kebiasaan dipengaruhi pula oleh kebudayaan

masyarakatnya (Soekamto, 1990).

1.7.2 Folklor Sebagian Lisan

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya

merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Ada dua

macam folklor Indonesia yang masuk dalam folklor sebagian lisan

yaitu kepercayaan rakyat dan permainan rakyat (Danandjaja, 1991 :

153)

Kepercayaan rakyat atau yang sering kali disebut “ takhayul”

adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap

sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga secara

ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kata “takhayul“

(23)

modern lebih senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat (folk

belief) atau keyakinan rakyat dari pada “takhayul” (superstitious),

karena takhayul berarti “hanya khayalan belaka”, (sesuatu yang) hanya

di angan-angan saja (sebenarnya tidak ada) (Poerwadarminta,

1976:966 via Danandjaja,1991 : 153)

Walaupun sudah dihindarkan pemakaian istilah takhayul dan

lebih banyak dipergunakan istilah kepercayaan, namaun bagi orang

awam yang berpendidikan barat, masih tetap memandang rendah

kepercayaan rakyat. Hal ini disebabkan mereka menganggapnya tidak

modern dan bodoh. Sikap ini menurut para ahli folklor sudah tentu

tidak dapat dibenarkan, sikap ini tidak dapat dibenarkan berdasarkan

dua hal seperti berikut. Pertama takhayul bukan saja mencakup

kepercayaan (belief), melainkan juga kelakuan (behavior),

pengalaman-pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan

biasanya juga ungkapan serta sajak (Brunvand, 1968: 178 via

Danandjaja,1991 : 153). Kedua dalam kenyataan dapat dikatakan tidak

ada orang yang bagaimanapun modernnya, dapat bebas dari takhayul,

baik dalam hal kepercayaan maupun dalam hal kelakuannya

(Brunvand, 1968: 178 via Danandjaja,1991 : 154).

Takhayul adalah semacam ungkapan tradisional, maka ia

termasuk juga dalam folklor, tetapi berbeda dengan ungkapan

tradisional lainnya ( seperti bahasa rakyat, pribahasa, teka-teki, sajak,

(24)

asumsi atas kesadaran atau bukan kesadaran mengenai syarat-syarat

(condition) dan akibat-akibat (results), sebab dan akibat dalam dunia

kehidupan sehari-hari. Walaupun asumsi itu tidak ilmiah, aspek

kepercayaan takhayul sangat luas persebarannya disemua lapisan

masyakat (Brunvand, 1968: 179 via Danandjaja,1991: 155).

Beberapa contoh takhayul atau kepercayaan dalam masyarakat.

Pertama takhayul mengenai kematian orang betawi keturunan cina

yang tidak senang jika kerabatnya kebetulan meninggal pada hari

saptu, karena menurut kepercayaannya almarhum atau almarhumah

akan membawa salah satu orang kerabatnya yang lain untuk meninggal

(Danandjaja,1991: 158). Kedua takhayul yang berhubungan dengan

perjalan dan perhubungan ( komunikasi ) adalah jika seorang dayak Ot

Danum, dari Kalimantan Tengah, melakukan perjalan dalam perjalan

tersebut dia melihat ular melintas menyebrang jalan maka perjalan itu

akan segera ia batalkan karena jika diteruskan akan terjadi kecelakaan

(Danandjaja,1991: 157 ). Ketiga takhayul yang berhubungan dengan

musibah bagi orang dayak pesaguan atau suku dayak pesaguan

Kalimantan barat adalah jika sesorang mau pergi dari rumah dan

dirumah tersebut ada saudaranya yang lagi makan, maka yang mau

pergi itu harus bepusak ( menyentuk tepi piring saudaranya yang lagi

makan) jika tidak maka yang akan pergi itu bisa mendapat musibah

(25)

Permainan rakyat selalu dimiliki oleh setiap bangsa di dunia ini

pada umumnya. Kegiatan ini juga termasuk folklor, kerena diperoleh

melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku pada permainan rakyat

anak-anak, karena permainan ini disebarkan hampir murni melalui

tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tampa bantuan

orangtua mereka atau guru mereka(Danandjaja,1991: 171).

Berdasarkan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk

game) dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu permainan untuk

bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan

permainan bermain dan permainan bertanding adalah bahwa yang

pertama bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi,

sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun

yang kedua hampir selalu mempunyai lima sifat khusus, seperti: (1)

terorganisasi, (2) perlombaan (competitive), (3) harus dimainkan paling

sedikit oleh dua orang peserta, (4) mempunyai kreteria yang

menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan (5)

mempunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh para

pesertanya ( Roberts, Arth, dan Bursh, 1959: 597 via Danandjaja,1991:

171).

Permainan rakyat dapat pula digolongkan menjadi permainan

rakyat yang bersifat sekuler (keduniawian) dan permainan rakyat

(26)

berdasarkan perbedaan umur (orang dewasa dan kanak-kanak),

berdasarkan jenis kelamin (pria dan wanita) (Danandjaja,1991: 171).

Penggolongan permainan rakyat berdasarkan perbedaan

kelamin dilakukan berdasarkan jenis kelamin para pesertanya.

Misalnya permainan yang bersifat perjudian merupakan monopoli

kaum laki-laki, baik kanak-kanak maupun dewasa. Permainan ini erat

hubungannya dengan kepercayaan rakyat di desa Trunyan Bali yang

menganggap bahwa wanita itu lebih bodoh dalam hitung-menghitung.

Para wanita, pada umumnya, bahkan tidak berani mendekati

gelanggang perjudian, karena takut dituduh pembawa sial terutama

oleh orang laki-laki yang kalah (Danandjaja,1991: 172).

Permainan bermain yang bersifat sakral atau ritual adalah di

Trunyan adalah permainan para remaja laki-laki (teruna) Trunyan,

yang dilakukan dalam upacara Serba Gede untuk memperingati hari

kelahiran dewa tertinggi mereka yang bernama Ratu Sakti Pancaring

Jagat (Danandjaja,1991: 172).

Teori folklor dalam sekripsi ini digunakan untuk menjelaskan

tradisi ritual KanjanSerayong yang berkaitan dengan dibuatnya sesaji

dan peralatan khusus yang dipakai dalam ritual KanjanSerayong serta

apa akibat yang ditimbulkan bila mengadakan atau tidak mengadakan

ritual Kanjan Serayong sedangkan teori Folklor Sebagian Lisan

digunakan untuk menjelaskan kepercayaan masyarakat Dayak

(27)

1.8Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga metode, yaitu metode

kepustakaan, metode obsevasi, dan metode wawancara.

1.8.1 Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1993 : 234). Teknik kepustakaan

berfungsi untuk mendapatkan data yang konkret. Teknik ini

dilaksanaan dengan cara menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan

objek penetian yaitu Makna KanjanSerayong dan proses ritual Kanjan

Serayong.

1.8.2 Observasi

Observasi adalah metode yang dapat menghasilkan dan

mendeskripsi data secara khusus tentang apa yang telah terjadi, dari

peristiwa-peristiwa sejarah, atau hasil dari peristiwa-peristiwa

(Komaruddin, 1974 : 97 ). Cara ini berfungsi untuk mendukung hasil

wawancara. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran budaya Kanjan

Serayong berkaitan dengan proses berlangsungnya ritual Kanjan

Serayong tersebut, cara ini akan menambah kelengkapan data hasil

wawancara.

Observasi dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat

dimana masyarakat sedang melakukan ritual KanjanSerayong. Setelah

(28)

Kanjan Serayong dan orang yang mengerti tentang ritual Kanjan

Serayong.

1.8.3 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab lisan, antara dua orang

atau berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat menglihat muka

yang lain dan mendengarkan. Metode ini merupakan metode

pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data

sosial, baik yang terpendam ( latent ) maupun yang manifes ( Hadi,

1979 : 192 ). Teknik wawancara ini berfungsi untuk mendapatkan

informasi secara langsung di lapangan dengan cara bertanya pada

responden. Dengan menggunakan teknik ini maka, penelitian tentang

Kanjan Serayong bisa berjalan lancar dengan banyaknya data yang

dipeoleh lewat responden tersebut. Tanpa wawancara peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan cara bertanya

langsung kepada responden.

Metode wawancara ini digunakan untuk mewawancarai para

informan yang dianggap mampu memberi penjelasan tentang ritual

KanjanSerayong. Para informan adalah orang yang mengadakan ritual

Kanjan Serayong dan masyarakat setempat yang mengerti tentang

(29)

1.9Sistematika Penyajian

Penelitian ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut :

Bab I Berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan prihal latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika

penyajian.

Bab II Berisi uraian tentang deskripsi singgkat masyarakat Dayak pesaguan

yang ada di Kecamatan Tumbang Titi, budaya, proses ritual kematian,

proses ritual kanjan, sensaji, mantra, dan makna Kanjan Serayong.

Bab III Berisi Makna Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan

(30)

16

2.1Pengantar

Dalam bab ini akan dijelaskan deskripsi ritual Kanjan Serayong yang

dilakukan suku Dayak Pesaguan, dari persiapan ritual, pelaksanaan, dan

penyelesaian atau penutup ritual Kanjan Serayong dalam masyarakat Dayak

Pesaguan di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan

Barat.

2.2Deskripsi Singgkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di Kecamatan Tumbang Titi

Kecamatan Tumbang Titi memiliki jumlah penduduk 13 jiwa dengan

pertumbuhan penduduk 1,21 % pertahun dan luas wilayah1,35 Km² dengan

22 desa. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Tumbang Titi adalah

berbukit dan datar.(www.ketapang.co.id, 15-12-2008 jam 07:30)

Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi

dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan wilayah pemukimannya,

pertama, kelompok Serongkah (pesaguan Hulu). Orang serongkah mendiami

wilayah paling hulu sungai pesaguan, letak wilayahnya di timur Kecamatan

Tumbang Titi. Kelompok ini tinggal di kampung Tanjung Mulai, Kaliambu,

Tanjung Bunga, Sekelumbi, Serongkah Kiri, Serongkah Kanan, Batu Bulan,

(31)

daerah serongkah berbukit-bukit. Kedua, kelompok Kengkubang-Jelayan

(Pesaguan Tengah). Kelompok Kengkubang-Jelayan tinggal di sekitar

wilayah sungai pesaguan. Kelompok ini tinggal di kampung Titibuluh,

Jelayan, Natai Panjang, dan Suka Damai. Secara geografis letak

Kengkubang-Jelayan berbukit tinggi, bukit yang tinggi di wilayah ini adalah bukit jelayan

dan bukit sepawar. Ketiga, kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu

(Pesaguan Hilir). Kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu tinggal di

sebelah barat kecamatan Tumbang Titi, Kelompok ini tinggal di kampung

Batu Tajam I, Batu Tajam II, Pengatapan, Sungai Melayu, dan Pengancingan.

Keempat, kelompok Mehawa (Pesaguan Kanan). Kelompok Mehawa tinggal

di sebelah selatan kecamatan Tumbang Titi. Mereka tinggal di kampung

Punuk, Mehawa, dan Sepauhan.

Masyarakat Dayak Pesaguan tinggal di sepanjang sungai pesaguan

termasuk juga anak-anak sungainya. Kelompok masyarakat Pesaguan ini

terdiri dari beberapa kelompok kecil yang memiliki bahasa yang sama tapi,

dialek yang berbeda. Orang Dayak Pesaguan memiliki bayak kesamaan

sejarah, tradisi, adat-istiadat, dan hukum adat. Sejarah, tradisi, adat-istiadat,

dan hukum adat masyarakat pesaguan masih banyak yang belum terlacak dan

belum ada secara intensif meneliti budaya-budaya yang masih tersimpan untuk

dijadikan studi perbandingan dengan budaya daerah lain. (Nur’afni,

wawancara 09 juni 08).

Istilah Dayak sendiri tidak jelas asal usulnya. Menurut Fridolin (1971:

(32)

arti positif, mulai digunakan oleh Agust Herdeland dalam bukunya yang

berjudul Dajakschdeutsches Woerterbuch yang diterbitkan di Belanda pada

tahun 1859. Sebelumnya, istilah ini dipergunakan sebagai kata ejekan atau

penghinaan bagi penduduk asli yang memang masih ketinggalan,

dibandingkan dengan suku-suku pendatang yang masih banyak bermukim di

pesisir. Sejak saat itu kata ‘ Dayak’ banyak digunakan penulis untuk menyebut

kelompok masyarakat asli Kalimantan termasuk dalam ras Proto-Malay dan

tidak beragama islam (Mikhail,1992: 4).

Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi

sama dengan masyarakat yang ada di Kecematan-kecamatan lain dan

masyarakat pada umumnya. Dalam kesehariannya mereka saling bersosialisasi

seperti, memberi bantuan pada warga yang tertimpa musibah baik bantuan

berupa materi maupun berupa tenaga. Nilai sosial yang ada dalam masyarakat

Dayak Pesaguan masih tinggi misalnya gotong-royong pembersihan jalan,

gorong-royong pembuatan rumah, gotong-royong dalam berladang dan

sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang bertani,

berdagang, dan ada yang mejadi pegawai baik PNS maupun swasta seperti

menjadi guru dan bekerja di kantor kecamatan.

2.3KanjanSerayong

KanjanSerayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk

mengungkapkan rasa iklas terhadap anggota keluarga yang telah lama

(33)

Kanjan Serayong merupakan rangkaian upacara terakhir dari adat kematian

dan merupakan adat yang penting bagi masyarakat Dayak Pesaguan. Karena

Kanjan Serayong merupakan ritual kematian yang sangat penting dan

merupakan ritual terakhir maka keluarga yang berduka akan menyiapkan ritual

Kanjan Serayong sebagai tanda mengakhiri masa berkabung (berpantang)

yang telah dilakukan semejak kematian anggota keluarganya.

Ritual Kanjan Serayong ada dua macam yaitu menyandong dan

tambak. Menyandong adalah ritual khusus untuk domong (dukun) dan

keluarganya. Dalam ritual menyandong tulang-tulang orang yang sudah lama

meninggal dibakar terlebih dahulu baru disandongkan. Sandong berupa tiang

tinggi, di atas tiang tersebut ada tempat tulang jenasah yang sudah dibakar

berupa rumah dengan ukuran kecil. Sandong disimpan keluarga duka di depan

rumah dengan tujuan biar keluarga masih merasa dekat dengan keluarganya

yang sudah meninggal. Sedangkan Tambak ritual khusus untuk masyarakat

biasa. Dalam ritual Tambak keluarga duka akan membuat sebuah rumah

berukuran kecil dan disimpan di atas kuburan orang yang di Kanjankan. Ritual

Tambak jenazah tidak digali dan tidak dibakar, ritual Tambah hanya

membuatkan rumah kecil yang akan disimpan di atas kuburan. Untuk ritualnya

baik Sandong maupun Tambah prosesnya sama.

2.4Ritual-ritual

Ritul adalah ‘hal ihwal yang berkenaan dengan ritus’. Ritus adalah

(34)

yang masih dilakukan masyakat Dayak Pesaguan tidak jauh berbeda dengan

masyarakat Dayak pada umumnya yang ada di Kabupaten Ketapang.

Masyarakat Dayak Pesaguan juga mengenal ritual-ritual seperti menujuh hari

yaitu menagadakan ritual setelah tujuh hari melahirkan.

Ritual-ritual lain yang masih dilakukan masyarakat Dayak Pesaguan

adalah (makan tohon) pesta panen. Pesta panen dilakukan setiap tahun saat

mau mulai panen hasil ladang. Ritual ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas

kerja keras mereka merawat ladangnya sehingga terhindar dari hama, binatang

buas dan bahkan dari sumpah atau kutukan nenek monyang sehingga ladang

mereka bisa panen dengan melimpah. Selain ritual pesta panen juga diadakan

ritual yang dilakukan sebelum panen agar panen mereka bisa mendapatkan

hasil yang melimpah. Ritual ini dilakukan dengan cara memberi sesaji

berisikan hasil panen yang diletakan di sudut ladang yang menuju kearah mata

hari tenggelam.

2.5Deskripsi Ritual KanjanSerayong

2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual KanjanSerayong bagi yang Meninggal

Orang mengadakan ritual Kanjan Serayong ini dilandasi oleh

pokok pemikiran kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Mereka

menganggap roh orang yang sudah meninggal masih memiliki

hubungan dengan orang yang masih hidup. Menurut kepercayaan

orang Dayak Pesaguan bahwa ritual Kanjan Serayong ini bertujuan

(35)

mininggal dunia agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di

surga. KanjanSerayong juga dianggap sebagai ungkapan kasih sayang

dan pernghormatan terakhir dari yang hidup untuk yang mati. Jadi

tujuan dari Kanjan Serayong untuk orang yang meninggal adalah

sebagai penghormatan terakhir dan wujut kasih sayang dari yang

hidup.

Ritul Kanjan Serayong hanyalah merupakan ritual tambahan

dari ritual kematian. Karena ritual ini hanya ritual tambahan, maka

ritual Kanjan Serayong ini tidaklah mutlak untuk dilaksanakan,

tergantung itikat baik dari keluarga dan disesuaikan dengan

kemampuan dari segi material.

Dalam ritual Kanjan Serayong tidak ada ketentuan adat yang

menyatakan berapa tahun baru diadakan ritual Kanjan Serayong.

Ritual Kanjan Serayong ini bisa dilaksanakan kapan saja dengan

memperhitungkan kapan daging manyat yang ditanam itu menjadi

hancur dan yang tersisa tinggal tulang belulangnya saja, bisa juga

dilaksanakan dalam waktu yang lama asal kuburanya masih dikenali.

2.5.2 Maksud dan Tujuan RitualKanjan bagi Beluarga yang Ditinggal oleh

yang Meninggal

Pada dasarnya maksud dan tujuan manusia adalah berusaha

mencapai hidup bahagia lahir dan batin. Baik hidup maupun mati

menurut alam pemikiran orang Dayak Pesaguan, segala sesuatu yang

(36)

Kaharingan memberikan jalan keluar untuk melepaskan kesengsaraan

keluarga yang ditinggal pergi (meninggal) anggota keluarganya serta

mengalami kedukaan karena orang yang mereka kasihi meninggalkan

mereka dengan cara mengadakan ritual KanjanSerayong.

Ritual Kanjan Serayong dilaksanakan keluarga yang masih

hidup dengan tujuan melepaskan masa duka menjadi suka ria dan

melepas pantang yang sudah lama dijalni oleh kekuarga terdekat yang

meninggal. Bagi yang tidak melaksanakan ritual Kanjan Serayong

tidak bisa melepas pantangnya sampai yang menjalani patang itu

meninggal dunia

2.5.3 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan bagi Masyarakat (khususnya bagi

masyarakat setempat yang ikut secara langsung dalam kegiatan ritual

Kanjan Serayong)

Dalam masyarakat desa akan kita dapati pola hidup yang

mengutamakan kebersamaan. Bila ada ritual kematian di dalam desa

maka, warga desa akan datang ketempat keluarga yang mengadakan

ritual tersebut dan mengikuti jalannya ritual. Warga datang diundang

secara langsung oleh yang mengadakan ritual maupun melalui

perwakilan yang sudah ditunjuk dan ada juga dari mulut kemulut.

Ada tiga keuntungan yang didapat oleh warga bila mengikuti

ritual-ritual yang diadakan di Desa mereka.

1. Dengan ikut kegiatan ini mereka bisa mendapat pahala karena telah

(37)

2. Tanpa disadari mereka telah menyumbangkan tenaga yang suatu

saat bila mereka sedang mengalami musibah orang-orang yang

pernah dibantunya akan membantunya juga.

3. Karena sering mengikuti ritual kematian mereka bisa mengerti

norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tersebut

serta pantangan-pantangan yang harus mereka dihindari.

Tujuan KanjanSerayong ini untuk masyarakat setempat adalah

sebagai kebudayaan dari system religi mereka, baik secara langgsung

atau tidak langsung ikut memperkaya kekhasan serta perbendaharaan

kebudayaan Nasional dan yang paling penting adalah mempererat

hubungan sosialisasi antar masyarakat setempat sehingga hubungan

persaudaraan tetap terjaga.

2.5.4 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan bagi Pemimpin RitualKanjan

Pemimpin ritual menyadari bahwa dirinya terpanggil untuk

melaksanakan upacara. Kedudukannya sebagai balian diyakini sebagai

anugrah dan keahlianya dianggap pemberian Dewa, sehingga dia dapat

berhubungan dengan roh nenek monyang. Balian menyadari bahwa

tugasnya adalah sebagai balian (dukun) bukan untuk kemulian dirinya

supaya dia dipuja-puja dan disanjung banyak orang, tapi dia

memasrahkan dirinya karena dia ditakdirkan oleh dewa sebagai

(38)

Maksud dan tujuan ritual Kanjan Serayong bagi balian adalah

memberikan kepuasan bagi batinnya karena bisa menolong orang yang

butuh pertolongannya. Selain itu melalui pekerjaannya masyarakat

dapat memberi respek terhadap agama kharingan dan kepercayaan

masyarakat dapat menebal karenanya.

Ritual Kanjan Serayong ini dilaksanakan untuk

mengungkapkan rasa iklas agar arwah orang yang sudah lama

meninggal dapat sampai Kesebayan Tujoh Seruge Dalam(dalam surga)

dan keluarga yang berpantang bisa melepas pantangnya. Asal mula

diadakannya ritual KanjanSerayong itu ada ceritanya.

Dilihat dari asal mulanya, tradisi KanjanSerayong ini ada sejak

zaman dulu. Disebuah Kuningan atau Keningratan (sama dengan

kerajaan) daerah yang dihuni oleh orang Dayak Pesaguan. Di kuningan

tersebut memiliki pemimpin bernama Temenggung Tanjung

Kebowong dan Patih Pantai Kerurai, kedua pemimpin ini mempunyai

kesepakatan untuk menjodohkan anak mereka setelah istri mereka

sama-sama melahirkan. Tetapi, saat dilahirkan anak Temenggung

Tanjung Kebowong meninggal dunia. Untuk mengungkapkan rasa

iklas dan supaya arwah anak Temenggung Tanjung Kebowong yang

sudah lama meninggal bisa tenang di alamnya diadakanlah ritual

kematian yang diberi nama KanjanSerayong. (Nur’afni, 01 Mei 08).

Cerita di atas diwariskan oleh nenek monyak suku Dayak

(39)

Serayong masih terus dilaksanakan oleh suku Dayak Pesaguan

walaupun, tidak semua masyarakat Dayak Pesaguan bisa

melaksanakan ritual Kanjan Serayong untuk keluarga mereka yang

sudah lama meninggal karena keterbatasan ekonomi.

Bagi masyarakat Dayak Pesaguan yang merasa mampu (dalam

hal materi) mereka akan melaksanakan ritual Kanjan Serayong untuk

keluarganya yang sudah lama meninggal sedangkan masyarakat Dayak

yang kurang mampu tidak melaksanakan ritual Kanjan Serayong

karena ritual Kanjan Serayong tidak diharuskan bagi semua suku

Dayak Pesaguan. Mereka melaksanakan ritual Kanjan Serayong

dengan tujuan mengiklaskan kepergian keluarganya yang meninggal

dan melepaskan rasa sedih dengan kegembiraan. Bagi mereka yang

tidak mampu hanya akan melaksanakan ritual seratus hari setelah

keluarganya meninggal sebagai tanda bahwa mereka telah

mengiklaskan kepergian keluaganya untuk beristirahat dengan tenang.

2.6Ritual KanjanSerayong

Sebelum melaksanakan upacara Kanjan Serayong, terlebih dahulu

pihak keluarga mengadakan pertemuan untuk musyawarah antar keluarga,

dilanjutkan pertemuan yang melibatkan masyarakat. Setelah melalui

pertemuan dan merundingkan serta menemukan kata sepakat maka, waktu

pelaksanaanpun ditentukan. Penentuan ini meliputi, waktu, tempat, dan yang

(40)

Ritual Kanjan Serayong ini akan dipimpin oleh Betara dan Dukun

yang sudah biasa memimpin upacara Kanjan Serayong. Upacara ini akan

diawali dengan meramu dan membuat persiapan seperti, Memandak Rukun

Ranggau, Tetarok, dan Natar. Memandak Rukun Ranggau adalah

menyiapkan bahan-bahan untuk isi ancak (sensaji) seperi, torong keladi, labu,

keribang, kacang, jawa, longa, hanjoli, lekotan putih mirah, padi ronik

bangkal, ketupat sengkolah, manuk sikor, tolor dua, dan bahan untuk balon

lompi seperti, hehidup, sensabang, papanggil, kombang tamiang, kebayan

bajik, pekawai, linang, dan modang parawas. Tetarok adalah sebuah bangsal

tempat duduk yang cukup luas dipersiapkan sebagai pusat kegiatan dalam

pelaksanaan upacara Kanjan Serayong bagi para tamu maupun warga

setempat agar dapat menyaksikan seluruh rangkaian kegiatan, dibagian depan

Tetarok ada sebuah lapangan yang digunakan untuk tempat pelaksanaan

menganjan seperti, tempat menari dan tempat disimpan alat-alat yang akan

digunakan untuk menari. Natar adalah tanah lapang yang disediakan untuk

tempat orang-orang bersukaria, berpantun, menyanyi dan menari. Di

tengah-tengah Natar disediakan Temiang Pugu, Sensabang, dan Lumpang tempat

untuk para undangan minum sebelum dan sesudah menari.

2.6.1 Persiapan

2.6.1.1Waktu

Sebelum melaksanakan ritual KanjanSerayong, terlebih dahulu pihak

keluarga mengadakan pertemuan untuk musyawarah antar keluarga,

(41)

pertemuan dan merundingkan serta menemukan kata sepakat maka, waktu

pelaksanaanpun ditentukan. Menentukan kapan upacara akan dilaksanakan,

berapa lama upacara akan digelar, berapa kampung akan diundang, dan

pembagian tugas dalam pelaksanaan Kanjan Serayong. Dalam proses ritual

KanjanSerayong biasanya lamanya waktu acara KanjanSerayong adalah tiga

hari tiga malam.

Menentukan kapan upacara akan dilaksanakan, berapa lama upacara

akan digelar, berapa kampung akan diundang, dan pembagian tugas dalam

pelaksanaan Kanjan tidak ada hubungannya atau pengaruhnya terhadap

jenazah yang akan dibuatkan ritual Kanjan Serayong ataupun keluarga

jenazah yang masih hidup tapi, untuk melaksanakan ritual Kanjan Serayong

pihak keluarga jenazah merencanakan dan mempersiapkannya satu atau dua

bulan sebelumnya. Untuk ritual KanjanSerayong persiapannya harus

benar-benar siap supaya tidak terjadi kesalahan saat ritual berlangsung, bila

kesalahan terjadi bisa membayakan nyawa orang. Ritual Kanjan Serayong

tidak bisa diadakan oleh semua suku Dayak contohnya seperti suku Dayak

Kayong kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang tidak bisa

mengadakan ritual tersebut, karena bila ritual tersebut diadakan maka akan

ada korban jiwa. Penentuan waktu dan lamanya Ritual Kanjan Serayong

digelar berdasarkan biaya yang dimiliki yang masih hidup, jadi dalam

pelaksanaan ritual Kanjan Serayong tidak ada hari, tanggal, bulan dan tahun

apa yang baik untuk mengadakan ritual. Dalam proses ritual lama waktu ritual

(42)

Hari pertama merupakan tahap awal dari persiapan untuk proses

berlangsungnya ritual Kanjan serayong seperti, mempersiapakan tempat dan

keperluan lainya. Hari pertama dipilih untuk mempersiapkan segala keperluan

yang berhubungan dengan jenazah karena ritual KanjanSerayong merupakan

ritual kematian, maka keperluan jenazahlah yang harus didahulukan. Selain

untuk mendahulukan segala persipan jenazah, hari pertama dikhususkan

untuk para keluarga jenazah berkumpul serta menunggu keluarga yang

tinggalnya jauh dari tempat dilaksanakannya ritul KanjanSerayong dan untuk

hari pertama belum dibuka untuk umum.

Hari kedua acara khusus untuk suka ria yang berlangsung dari pagi

hingga malam dan acara Palawatan (memberi bantuan), Kelompok

masyarakat yang tergabung dalam wilayah kampung setempat akan

menyerahkan bantuan berupa, beras, tuak, babi, ayam, umbut kelapa, dan

bahan untuk kosumsi lainya. Bahan-bahan kosumsi tersebut akan diserahkan

seorang juru bicara pada pihak keluarga duka. Hari ke dua dipilih sebagai hari

suka ria dan memberikan bantuan karena hari ke dua para tamu undangan dan

masyarakat sekitar mulai datang dan boleh menyaksikan ritual Kanjan

Serayong.

Hari ketiga merupakan puncak dari proses Kanjan Serayong, yaitu

proses menyandong (tempat terakhir disemanyamkannya jenazah yang sudah

jadi abu) dan ritual penyambutan secara khusus untuk para tamu dari

kampung lain yang disebut Menunggung Garung. Garung adalah kayu yang

(43)

kampung. Para tamu undangan yang datang akan disambut dan dijemput dua

atau empat pasang penari di pintu gerbang masuk. Hari ketiga sebagai puncak

dari ritual KannjanSerayong karena segala persiapan dan kelengkapan untuk

ritual Kanjanserayong sudah siap dan jenazah siap untuk di sandong atau di

tambak. Keesokan harinya dilanjutkan dengan acara yang disebut Papalit

Porang Beliung

Keesokan harinya dilanjutkan dengan acara yang disebut Papalit

Porang Beliung. Acara ini untuk pembersihan semua alat yang digunakan

selama proses ritual Kanjan Sarayong. Bila masih ada tamu dari kampung

lain maka akan diadakan acara perpisahan dan memberikan tanda ucapan

terima kasih atas kehadiran dan semua bantuan. Dengan demikian seluruh

rangkaian ritual Kanjan Serayong sudah selesai. Kepuasan dan kebahagian

dapat dirasakan oleh seluruh keluarga, karena telah berhasil

menyelenggarakan acara penghormatan terakhir terhadap jenazah

keluarganya.

2.6.1.2Tempat

Ritual Kanjan Serayong ini akan dipimpin oleh Betara dan Dukun

yang sudah biasa memimpin Ritual Kanjan Serayong. Untuk tempat

pelaksaan ritual Kanjan Serayong yang mengadakan acara Kanjan akan

menyediakan tempat, untuk warga setempat maupun tamu yang ikut hadir

dalam proses Kanjan Serayong yang disebut Tentarok dan Natar. Tetarok

adalah sebuah bangsal tempat duduk yang cukup luas dipersiapkan sebagai

(44)

maupun warga setempat agar dapat menyaksikan seluruh rangkaian kegiatan,

dibagian depan Tetarok ada sebuah lapangan yang digunakan untuk tempat

pelaksanaan menganjan seperti, tempat menari dan tempat disimpan alat-alat

yang akan digunakan untuk menari. Natar adalah tanah lapang yang

disediakan untuk tempat orang-orang bersukaria, berpantun, menyanyi dan

menari. Di tengah-tengah Natar disediakan Temiang Pugu, Sensabang, dan

Lumpang tempat untuk para undangan minum sebelum dan sesudah menari.

Selain tempat untuk minum disedeakan juga alat-alat yang digunakan

untuk menari seperti, Mandau, Bidak Penari, Kombang Kambung, dan

Temtupung.

2.6.1.3Yang Terlibat Dalam Berlangsungnya Proses RitualKanjan

Bila ada warga masyarakat yang akan mengadakan ritual kematian

(Kanjan Serayong), maka warga yang mengetahui hal itu akan membantu

menyebarkan berita kewarga masyarakat sekitar bahwa ada warga mereka

yang akan mengadakan Ritual kematian. Berita tentang kematian dianggap

berita yang sangat penting, maka berita ini akan cepat diketahui oleh warga

baik secara langsung maupun dari mulut ke mulut. bagi warga yang

membantu secara suka rela mempunyai tugas masing-masing dan

berkelompok. Kelompok tersebut ada 3 sampai 7 orang, kelompok ini sudah

mempunyai tugas masing-masing seperti, memasak, membuat tempat abu

jenazah, melayani tamu, dan sebagainya. Sedangkan warga yang sudah

ditunjuk melalui musyawarah secara keluarga maupun musyawarah seperti,

(45)

bertugas sebagai juru bicara mengenai adat kematian, dan Bukong bertugas

sebagai abdi (selalu siap melakukan apa saja yang diperintahkan).

Dalam proses ritual Kanjan Serayong yang terlibat adalah semua

warga sekitar seperti dukun sampai yang bertugas memasak. Semua yang

terlibat ditujuk melalui musyawarah secara keluarga maupun musyawarah

secara umum tidak semua yang terlibat ditunjuk melalui musyawarah tetapi

ada yang membantu secara sukarela. Setiap ada ritual baik kematian ataupun

kelahiran masyarakat Dayak Pesaguan selalu bekerja sama dan melibatkan

warganya. Tradisi seperti ini sudah ada sejak dulu, masyarakatnya juga sudah

terbiasa dengan hal seperti ini, tanpa diminta mereka dengan kesadaran

masing-masing datang untuk membantu, bantuan disini tidak hanya berupa

tenaga tapi bantuan materi seperti, beras, sayuran, gula, kopi, rokok, babi,

ayam, tuak(minuman khas orang Dayak), dan ada juga bantuan berupa uang,

tapi yang banyak bantuan berupa pangan. Bantuan tersebut langsung

diberikan pada keluarga jenazah karena dalam suku Dayak khusnya Dayak

Pesaguan bila masih dalam satu lingkungan dianggap keluarga karena

dianggap masih keluarga maka tidak perlu perwakilan untuk menerima

bantuannya. (Nur’afni, 09 Juni 08).

2.6.1.4Perlengkapan

Dalam Ritul Kanjan Serayong ada beberapa perlengkapan yang

disediakan secara khusus demi kelangsungan ritul supaya ritual itu bisa

(46)

a. Peralatan untuk menari

1. Tentabohan (alat musik tradisional)

2. Selendang

3. Tekulok (ikat kepala/topi)

4. Bidak penari(sarung batik)

5. Mandau

6. Lumpang Temiang (bambu)

7. keris

Peralatan untuk menari seperti tentabohan, selendang, tekulok, bidak

penari, mandau, lumping temiang, dan keris. Alat-alat tersebut digunakan

sebagai tanda pengenal. Kalau menari mengunakan alat-atat tersebut maka

sedang mengadakan ritual Kanjan Serarong. Selain untuk Ritual Kanjan

Serayong alat menari tersebut tidak bisa digunakan, karena di dalam suku

Dayak khususnya Dayak Pesaguan setiap ritual mempunyai alat tersendiri

misal, untuk menikah dan pesta panen punya alat menari sendiri.

Alat menarinya ada yang mempunyai dua kegunaan, seperti tekulok.

Tekulok untuk yang masa berpantang dan tidak berpantang berbeda. Untuk

yang berpantang tekuloknya tidak bewarna, bahan tekoloknya terbuat dari

daun kelapa. Tekulok tidak bewarna dan terbuat dari daun kelapa menandakan

yang memakainya belum membuat ritual KanjanSerayong untuk keluarganya

yang sudah meninggal kerena belum mengadakan ritual Kanjan Serayong

maka belum bisa melepas masa berpantangnya dan belum bisa memakai

(47)

tekulok berwarna terbuat dari anyaman bambu. Bagi yang memakai Tekulok

berwarna sudah tidak berpantang lagi dan bisa memakai pakaian berwarna

cerah.

Untuk Tentabohan (alat musik tradisional) irama musik yang

dimainkan tidak sama, kalau ritual melangaran bulen belum dilakukan maka

irama Tentabohannya beirama pilu dan sedih karena masih dalam masa duka.

Saat ritual Melanggaran Bulen dilakukan maka irama Tentabohan akan

berbeda dan berirama suka ria, irama tentabohan tersebut menandakan masa

duka berganti menjadi masa bersuka ria karena tentabohan tersebut

menyambut kedatangan orang yang membuat tempat jenazah dari dalam

hutan. Bila orang yang membuat tempat jenazah sudah dijemput menandakan

tempat jenazahnya sudah selesai dan keluarga jenazahpun merasa gembira

karena jenazah keluarga sudah mempunyai tempat dan tidak berduka lagi.

Untuk selendang, Bidak penari dan Madau mempunyai arti yang sama

sebagai alat pengenal. Bila melakukan ritual Kanjan Serayong maka alat

menari yang dipakai adalah alat tersebut. Sedangkan untuk LumpingTemiang

dan Keris (keris ukuran kecil) dipegang oleh para penari perempuan supaya

jadi penahan tubuh biar mereka kuat dan tidak kemasukan roh halus. Para

penari laki-laki tidak memegang Lumpang Temiang dan keris karena para

laki-laki dianggap kuat tidak seperti perempuan jadi mereka tidak perlu ada

(48)

b. Peralatan untuk persembahan ke roh

Peralatan untuk persembahan ke roh adalah ancak(sesaji).

Sesaji berasal dari kata saji yang berarti ‘hidangan’ (makanan dan

lauk-pauk yang telah disediakan pada suatu tempat untuk dimakan)

(KBBI,1988:768). Bersesaji adalah mempersembahkan sajian dalam

upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan

untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib, dengan jalan

mempersembahkan makanan dan benda-benda lain yang

melambangkan maksud dari komunikasi tersebut (KBBI, 1988:768).

Sajen atau sesaji ditunjukan kepada penjaga yang tidak kasat mata dan

gaib, sesungguhnya mencerminkan kesadaran manusia kepada

lingkungan hidupnya. Sajen juga mengungkapkan rasa syukur atas

anugrah yang dilimpahkan. Sajen mencerminkan penyerahan diri

sepenuhnya untuk memperoleh perlindungan atau lainya agar hidup

tentram dan selamat (Kamajaya, 1992:5). Peralatan untuk persembahan

ke roh adalah ancak (sesaji) ) isi dari sesaji seperi, torong keladi, labu,

keribang, kacang, jawa, longa, hanjoli, lekotan putih mirah, padi ronik

bangkal, ketupat sengkolah, manuk sikor, tolor dua, dan bahan untuk

balon lompi seperti, hehidup, sensabang, papanggil, kombang

tamiang, kebayan bajik, pekawai, linang, dan modang parawas. Sesaji

akan disimpan di kedua ujung kampong.

Berikut akan dibahas mengenai sesaji yang digunakan dalam

(49)

1) Tiga macam beras boras kocik, boras bangkal, boras mirah, boras

hitam (beras kecil, beras besar, beras merah, dan beras hitam)

2) Ayam jantan berwana hitam satu ekor

3) Telur ayam kampung dua butir

4) Buah-buahan, pekawai, linang, dan pinang (durian isinya warna

kuning, rambutan hutan, dan pinang).

5) Dua macam padi, padi ronik dan bangkal (padi yang bijinya

bentuknya kecil dan besar).

6) Sayur hasil kebun, torong, keladi, labu, keribang, kacang, jawa,

longa, hanjoli, lekotan putih dan mirah.

7) Ketupat Sengkolahan ( ketupat sengkolahan merupakan ketupat

khusus untuk ritual Kanjan Serayong dan hanya dibuat pada saat

ada ritual Kanjan Serayong).

8) Tumbuhan hutan, hehidup, sensabang, papanggil, kombang

tamiang, kebayan bajik, dan modang parawas.

Sesaji akan disimpan di ujung kampung, isi dari sesaji adalah

segala hasil dari ladang ataupun kebun. Sesaji tersebut disiapkan

supaya dimakan oleh roh atau makluk halus. Makanan ini diberikan ke

roh atau mahluk halus supaya tidak mengganggu proses berjalannya

ritual Kanjan Serayong, supaya proses tersebut bisa berjalan dengan

lancer. Semua isi sesaji tersebut sama untuk dipersembahkan supaya

(50)

c. Peralatan untuk tempat menyemayamkan jenazah

Tempat penyemanyaman jenazah ada dua pertama Sandong

dan ke dua Tambak. Untuk sandong ada bermacam-macam yaitu

1) Sandong Kakaran terbuat dari kayu belian dikhususkan untuk abu

jenazah laki-laki.

2) Sandong Burung (sandung dibuat dengan bentuk burung). Sandong

berbentuk burung dibuat khusus untuk abu jenazah perempuan.

3) Sandong Poho, Sandong Pohon ini untuk tempat abu jenazah anak

kecil baik perempuan maupun laki-laki.

Dari ketiga Sandong tersebut dibuat supaya bisa membedakan

yang mana Sandong untuk laki-laki, mana sandong untuk perempuan,

dan mana sandong untuk anak kecil.

Untuk jenazah yang sudah menjadi abu sudah disiapkan tempat

khusus yang disebut Sandong. Sandong adalah tempat jenazah orang

yang mempunyai kedudukan penting di kampungnya seperti Balian

atau dukun, Domong dan keturunan dari orang-orang tersebut. Bila

jenazah yang Sandong proses ritualnya adalah pembakaran jenazah,

ritual sandong menggunakan proses pembakaran karena orang yang

disandongkan mempunyai kedudukan dan pengangaruh yang besar di

kampungnya maka setelah dia meninggal akan dibuatkan ritual khusus

sebagai tanda penghormatan terhadap jasa-jasanya selama dia masih

hidup. Tambak adalah sebuah rumah berukuran kecil dan disimpan di

(51)

gali dan tidak dibakar, ritual tambah hanya membuatkan rumah kecil

yang akan disimpan di atas kuburan.

Tambak tempat jenazah bagi rakyat biasa dan mereka akan

dibuatkan ritual tidak melalui proses pembakaran supaya bisa

membedakan antara orang biasa dan orang yang mempunyai peranan

penting di kampungnya maka dibuatlah dua macam ritual Kanjan

Serayong. Sandong atau pun tambak secara khusus tidak terlalu

berbeda yang membedakannya hanya tempat dan ada proses

pembakarannya, kalau untuk proses ritual yang lainnya sama.

2.6.2 Proses Ritual KanjanSerayong

2.6.2.1Menyimak Tihang Sandung

Menyimak Tihang Sandung adalah Menyimah (melumuri)

Tihang Sandung dengan darah ayam dan darah kura-kura, kemudian

bulu dibagian leher ayam yang akan dipotong dicabuti. Menyimak

Tihang Sandung dilaksanakan apabila ritual yang akan dilaksanakan

adalah ritual menyandung atau Sandong. Khusus untuk ritual Tambak

tidak menggunakan ritual MenyimakTihang.

Menyimak Tihang Sandung dilaksanakan apabila ritual yang

akan dilaksanakan adalah ritual menyandong, karena menyadong

jenazah dibuatkan tempat yang lebih tinggi berbentuk rumah ukuran

kecil. Menyimak Tihang ini dilakukan supaya kayu yang menopang

(52)

yang lama serta supaya arwah bisa tenang, bisa diterima di alamya,

dan yang masih hidup tidak ada cekcok selama ritual berlangsung.

Dalam ritual Sandung bila tidak diikuti dengan ritual

Menyimak Tihang Sandung akan ada musibah yang dialami oleh

keluarga yang masih hidup dan jenazah yang disandong tidak bisa

diterima dialamnya. Khusus untuk ritual Tambak tidak menggunakan

ritual Menyimak Tihang, karena ritual Tambak hanya membuatkan

sebuah replika berbentuk rumah kecil yang akan di letakan di atas

kuburan jenazah yang akan dibuatkan ritual KajanSerayong.

2.6.2.2Mematik Tambiring

Mematik Tambiring adalah melakukan ritual menggantung Ancak

Koncik (sejenis sesaji) oleh seorang Batara (dukun) lengkap dengan isinya

kemudian meneteskan Tuak (minuman khas orang dayak) ke tanah sambil

membaca mantra dengan bahasa yang susah untuk dimengerti. Secara

bersamaan di Natar,Batara yang lain juga melaksanakan ritual.

Mematik Tambiring dilakukan oleh seorang Batara. Mematik

Tambiring adalah melakukan ritual menggantung atau menyimpan Ancak

(sejenis sesaji) di kedua ujung kampung untuk memberi roh halus makanan

supaya tidak mengganggu proses berjalannya ritual Kanjan Serayong.

Dengan melakukan ritual Mematik Tambiring maka diyakini para roh jahat

tidak akan mengganggu berjalannya ritual Kanjan Serayong karena para roh

(53)

Bila Mematik Tambiring ini tidak dilakukan ritual Kanjan Serayong

tidak bisa berjalan dengan lancar, seperti akan terjadi kesalahan

berulang-ulang dalam proses ritual dan bisa memakan korban jiwa. MematikTambiring

mempunyai pengaruh yang besar dalam ritual KanjanSerayong dan Mematik

Tambiring wajib dilakukan dalam ritual Kanjan Serayong biar ritualnya bisa

berjalan lancar.

2.6.2.3Melanggaran Bulen

Melanggaran Bulen merupakan ritual menjemput para pembuat

Sandung dan Tambak yang berada di luar kampung. Selesai Melanggaran

Bulin, Gamelan dan Tabuhan kanjan terus dimainkan mengiringi orang-orang

menari, terutama muda-mudi yang menarikan tarian dansai.Tabuhan Kanjan

Serayong tidak boleh dihentikan dan harus dimainkan sepanjang malam.

Menjemput para pembuat Tambak dan Sandong supaya pembuat

Tambak dan Sandong tidak tersesat dalam hutan, karena membuat Tambak

dan Sandong harus dilakukan dalam hutan. Membuat Sandong dan Tambak

harus di hutan karena tidak semua kayu bisa di jadikan tempat jenazah,

karena kayunya merupakan kayu pilihan maka pembuat Sandong dan Tambah

harus pergi mencari kayu ke dalam hutan.

Membuat tempat jenazah harus dilakukan di hutan, bila dilakukan di

rumah maka, orang yang membuat tempat jenazah akan mendapat petaka.

Petaka tersebut bisa membuat orang celaka dan terluka. Karena, kayu yang

digunakan dapatnya dari hutan maka tempat jenazahnya harus dibuat di hutan

(54)

bulin, gamelan dan tabuhan kanjan terus dimainkan mengiringi orang-orang

menari, terutama muda-mudi yang menarikan tarian dansai. Tabuhan kanjan

tidak boleh dihentikan dan harus dimainkan sepanjang malam.

2.6.2.4Penyerahan Palawat

Kelompok masyarakat yang tergabung dalam wilayah kampung

setempat akan menyerahkan Palawatan (bantuan) berupa, beras, tuak, babi,

ayam, umbut kelapa, dan bahan untuk kosumsi lainya pada hari kedua.

Bahan-bahan kosumsi tersebut akan diserahkan seorang juru bicara pada

pihak keluarga duka.

Penyerahan palawatan(bantuan) pada hari kedua setelah acara

dimulai, karena hari pertama khusus untuk mempersiapkan keperluan dan

peralatan yang berhubungan dengan jenazah. Palawatan tidak diserahkan

kepada orang yang mengadakan ritual Kanjan Serayong karena sudah ada

orang yang dipilih untuk menerima Palawatan. Untuk penemenerima

Palawatan sudah ditetapkan orang yang telah dipilih melalui musyawarah,

tugas untuk menerima Palawatan ini tidak semua orang bisa melakukannya,

karena orang yang dipilih harus mengerti tentang hukum adat terutama

mengerti tentang tatacara kematian. Tidak semua Palawatan diterima oleh

orang yang sudah dipilih, Palawatan juga bisa diterima langsung oleh

keluarga jenazah. Palawatan yang diterima oleh orang yang sudah dipilih bila

Palawatan tersebut dari tamu karena, tamu adalah orang harus dihormati

maka tamu harus diperlakukan sebaik mungkin. Sedangkan orang yang

(55)

berhubungan dengan jenazah dan untuk urusan yang lainnya sudah ada yang

mengurusnya.

2.6.2.5Manungkung Garung (Memotong Kayu)

MenungkongGarung merupakan ritual khusus untuk para tamu. Tidak

semua tamu disambut dengan ritual Menukung Garung, hanya tamu-tamu

terhormat dan memiliki kedudukan yang tinggi di kampungnya atau

wilayahnya yang disambut dengan ritual Menungkung Garung. Ritual

Menungkung Garung ini dilakukan sebagai ungkapan rasa hormat yang

mengadakan ritual Kanjan Serayong terhadap tamu yang diundangnya,

karena sudah bersedia datang untuk ikut melaksakan ritual KanjanSerayong.

Garung (kayu) dipasang menghalangi di pintu gerbang masuk di kedua ujung

kampung. Tamu undangan yang datang akan disambut dan dijemput dua atau

empat pasang penari yang menarikan tarian khas Dayak. Para penari akan

menaburkan bunga kepada tamu sebagai ungkapan selamat datang.

Garung (kayu) yang dipasang menghalangi gerbang dipotong oleh

Angsang, setelah putus para tamu undangan diiringi oleh para penyambut

tamu berjalan menuju Natar. Para tamu akan dijamu dengan SirihPinang dan

minum Tuak. Sambil berbincang-bincang tamu akan menyerahkan palawatan

Referensi

Dokumen terkait