• Tidak ada hasil yang ditemukan

IbP. GRAFIK IMT SEBAGAI ALAT UKUR STATUS GIZI MANDIRI DI PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IbP. GRAFIK IMT SEBAGAI ALAT UKUR STATUS GIZI MANDIRI DI PESANTREN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IbP. GRAFIK IMT SEBAGAI ALAT UKUR STATUS GIZI MANDIRI DI PESANTREN

Ai Sri Kosnayani1, Iseu Siti Aisah1)

1) Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya e-mail : asirikosnayani@unsil.ac.id, iseusitiaisyah@unsil.ac.id

ABSTRAK

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran para santri pesantren Srahtarjuning Rahayu dan Pesantren Daruzzahra yang beralamat di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya untuk menjaga status gizi melalui pengetahuan dan keterampilan menghitung IMT dan membaca grafik IMT. Materi pengabdian adalah bidang ilmu gizi dan promosi kesehatan, yaitu menggunakan cara penentuan status gizi dengan menggunakan rumus dan grafik IMT. Sehingga dengan mengetahui status gizi, para santri dapat menjaga pola makan yang baik dan menjaga kesehatan. Target dari kegiatan ini adalah para santri mampu mengkontrol status gizi secara mandiri. Metode yang digunakan adalah melakukan edukasi melalui pelatihan penimbangan berat dan tinggi badan yang akurat, perhitungan menggunakan rumus dan membaca grafik IMT yang dibuat oleh pengusul. Luaran kegiatan ini adalah jurnal pengabdian dan iptek bagi pesantren. Hasil pengabdian ini menyimpulkan bahwa 1) santri belum memahami tentang asupan gizi yang dibutuhkan tubuh, cara menentukan status gizi dan belum menyadari bahwa status gizi dapat dijadikan kontrol kesehatan; 2) hasil pengukuran status gizi banyak santri yang masih berstatus gizi kurang dan gizi lebih, dan 3) setelah mengikuti penyuluhan dan pelatihan status gizi diharapkan diharapkan santri membiasakan mengukur status gizi untuk kontrol kesehatan dan mengaplisikan pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan sehari, dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan tidak berfikir bahwa makanan bergizi mahal. Berdasarkan simpulan tersebut, maka disarankan 1) untuk para santri masih perlu diberi penyuluhan tentang aplikasi hasil pengukuran status gizi dalam pengaturan pola makan dan menu makan harian; dan perlu diberi perlu tambahan pengetahuan tentang prilaku hidup bersih dan sehat, karena asupan gizi yang baik saja tidak cukup untuk menjaga kesehatan tubuh.

Kata kunci : Pesantren, Status Gizi, Remaja, Santri

The purpose of this activity is to increase awareness among santri of pesantren Srahtarjuning Rahayu and Daruzzahra which is located in District Ciawi Tasikmalaya District to maintain nutritional status through the knowledge and skills to calculate BMI and read charts BMI. The material devotion is the science of nutrition and health promotion, using the method of determining the nutritional status using the equations and graphs BMI. So by knowing the nutritional status, the students can maintain a good diet and maintaining good health. The target of this project are the students were able to control the nutritional status independently. The method used is to educate through training weighing and height are accurate calculations using formulas and read the BMI chart made by the proposer. Outcomes of these activities is the journal of devotion and science for pesantren. This dedication results concluded that 1) santri do not understand about the intake of nutrients the body needs, how to determine the nutritional status and have not realized that the nutritional status can be used as healthy controls; 2) the results of measurements of nutritional status of many santri who are still malnutrition and over nutrition, and 3) after attending counseling and training nutritional status is expected is expected of santri getting used to measure nutritional status for health control and mengaplisikan knowledge about

(2)

nutrition in everyday life, by eating nutritious foods and do not think that nutritious food is expensive. Based on this conclusion, it is recommended 1) for the santri still need to be counseled about the application of the results of measurements of nutritional status in the pattern of food and the dinner menu daily; and need to be given the necessary additional knowledge about the behavior of clean and healthy, because good nutrition is not enough to maintain a healthy body. Keywords: pesantren, nutritional status, youth, santri

I. PENDAHULUAN

Pesantren Srahtarjuningrahyuterletak di Jalan Pesantren Kiara Kuda Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh Drs. KH Daruttahqiq, MM. MHyang berdiri di atas sebidang tanah seluas kurang lebih 2 Ha. Jumlah santri yang mondok saat ini adalah 100 orang santri, terdiri dari 42 santri wanita dan 58 santri pria. Dengan total tenaga pengajar adalah 60 orang pengajar. Selain menyediakan tempat mondok, pesantren

Shahtarjuningrahyu membuka sekolah

Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah murid 240 orang, SMP Islam dengan jumlah siswa 550 orang, dan SMK dengan jumlah siswa 896 orang yang datang dari berbagai kota. Walaupun jumlah santri yang mondok hanya

sedikit, tapi semua siswa sebelum

pembelajaran dimulai yaitu dari pukul 07.00 – 08.00 mengikuti pengajian (ceramah keagamaan).

Pesantren Daruzzahra terletak di Kampung Ciparanten Desa Kurniabakti Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh Drs. KH. Ahmad Hidayat. Berdiri di atas sebidang tanah seluas kurang lebih 6.000 m2. Jumlah Santri saat ini adalah 80 orang santri, terdiri dari 40 orang santri wanita dan 40 orang santri pria. Dengan total tenaga pengajar adalah 10 orang pengajar.

Selain tempat mondok, pesantren

Daruzzahra juga menyelenggarakan

pendidikan SMP Terpadu. Pesantren ini juga mendidik santri yang datang dari berbagai kota.

Kegiatan para santri di pesantren Srahtarjuningrahyu dan Daruzzahra cukup padat, mulai dari bangun jam 02.30 sampai

bisa istirahat kembali pada pukul 21.30. Kegiatan yang cukup padat memerlukan energi yang cukup tinggi. Para santri kurang memahami tentang pentingnya asupan zat gizi untuk menunjang aktivitas yang mereka lakukan setiap hari, bahkan ada para santri yang pingsan saat pembelajaran sedang dilaksanakan karena tidak makan pagi. Selain itu, pengusul juga melihat ada beberapa santri yang memiliki status gizi kurang dilihat dari bentuk dan ukuran tubuh. Di Pesantren Srahtarjuningrahyu, para santri makan dengan menyediakan sendri, dengan cara memasak atau membeli. Karena di pesantren tidak semua monsok, maka pihak pesantren menyediakan membeli di kantin-kantin sekolah, sebagaimana terlihat pada gambar terlampir. Penyajian makanan di Pesantren Daruzzahra berbeda dengan di pesantren Srahtarjuningrahyu. Di Pesantren Daruzzahra ada pembagian tugas kelompok setiap hari. Santri laki-laki mendapat tugas untuk belanja ke pasar dan santri wanita memasak untuk makan seluruh santri.

Dari susunan menu dan komposisi makanan yang dipasak, terlihat bahwa para santri tetap mengutamakan nasi dalam jumlah yang cukup banyak tanpa memperhitungkan zat gizi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan dihidangkan dalam wadah yang cukup besar, dimana 1 nampan diperuntukkan untuk 5 orang.

Dari analisis situasi yang telah dipaparkan sebelumnya dan kesepakatan dengan mitra pesantren, maka dapat

(3)

dirumuskan beberapa prioritas masalahyang harus diselesaikan, diantaranya:

1. Penyuluhan dan pelatihan penentuan status gizi mandiri belum pernah di pesantren, padahal kegiatan para santri yang padat memerlukan kondisi tubuh dengan status gizi yang baik.

2. Tidak adanya ahli di bidang gizi dan kesehatan yang dapat memberikan pelatihan kepada santri

3. Kurangnya pemahaman para santri maupun pengajar tentang pentingnya menjaga sttaus gizi

4. Terdapat beberapa santri yang malnutrisi baik itu gizi lebih maupun gizi kurang yang harus segera ditangani, sehingga cara yang efektif dengan hasil maksimal pada perbaikan status gizi.

5. Para santri belum memahami tentang makanan sumber zat gizi, mereka hanya berfikir “makan untuk kenyang”. 6. Para santri banyak yang berfikir

“langsing itu cantik” atau “gemuk itu sehat”

Materi kegiatan yang diperlukan oleh mitra adalah pemberian pengetahuan tentang kecukupan gizi untuk remaja karena masa remaja merupakan pertumbuhan yang akan menentukan kesehatan pada fase usia selanjutnya. Selain itu para santri juga memerlukan keterampilan untuk mengukur status gizi secara mandiri, sehingga dapat dijadikan kontrol mandiri.

Khalayak dan sasaran penyuluhan dan pelatihan adalah seluruh santri di Pesantren Srahtarjuningrahayu dan Pesantren Daruzzahra. Santri di Pesantren Srahtarjuningrahayu sangat banyak tetapi sebagian besar tidak menginap di pesantren. Oleh karena itu yang diutamakan untuk mengikuti penyuluhan di Pesantren Srahtarjuningrahayu adalah santri yang mondok sebanyak 30 orang.

Berbeda dengan penyelenggaraan

pendidikan di Pesantren

Srahtarjuningrahayu, penyelenggaraan pendidikan di Pesantren Daruzzahra mengharuskan seluruh santri untuk mondok. Jumlah santri seluruhnya sebanyak 85 orang, tetapi karena keterbasan penyelenggaraan, di Pesantren Daruzzahra juga hanya 30 orang santri yang mengikuti penyuluhanm terdiri dari santri putra dan putri.

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah menjaga keseimbangan antara emergi yang masuk (bersumber dari asupan makanan) dan energi yang dikeluarkan saat beraktivitas (Indriati, 2010). Remaja pada umumnya tidak memperhatikan keseimbangan tersebut. Pemahaman pada remaja dan masyarakat pada umumnya, makan diperlukan saat perut merasa lapar. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi akan berakibat pada status gizi seseorang. Cabang ilmu untuk mengukur status gizi disebut antropometri.

Cara mengukur asupan energi yang paling sering digunakan adalah menggunakan Food Recall 24 jam dan keluaran energi dengan menggunakan activity recall 24 jam (Jensen, et all 1983). Tetapi dalam pelatihan ini karena untuk para remaja, yang akan disampaikan adalah pelatihan menentukan status gizi dengan menghitung dan membaca grafik IMT sebagai akibat dari keseimbangan atau ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi.

IMT dapat menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan secara sederhana dan pengukurannya hanya membutuhkan 2 data, yaitu berat badan (kg) dan tinggi badan (m) (WHO, 2004)

Rumus menentukan IMT : 𝐼𝑀𝑇 =

𝐵𝐵 (𝐾𝑔) 𝑇𝐵2(𝑚)

Keterangan : BB : Berat badan TB : Tinggi badan

(4)

Pemasalahan mitra yang utama adalah bagaimana mengontrol status gizi para santri dilakukan secara mandiri sehingga para santri dapat menjaga kesehatannya dengan menjaga keseimbangan antara asupan energi yang bersumber dari makanan dan keluaran energi untuk aktivitas.

Rincian dari tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

Tahapan ke-1: Penemuan Masalah

Tim pengabdian yang terdiri dari ketua, anggota dan mahasiswa setelah pembagian tugas dan fungsi masing-masing, melakukan survey ke pesantren untuk menemukan permasalahan yang berkaitan dengan masalah gizi dan kesehatan. Pembagian tugas dalam tim dilakukan untuk menjamin kegiatan yang diajukan dapat berjalan lancar.Tugas ketua adalah mengontrol, evaluasi dan koordinasi dengan pesantren, sedangkan anggota tim membantu teknis kegiatan, melakukan evaluasi dan membantu ketua melakukan koordinasi kepada mitra, bersama ketua menyususn pelaporan kegiatan. Mahasiswa membantu teknis di lapangan.

Tahapan ke-2: Pencarian solusi

Setelah ditemukan pokok permasalahan, tim mencari solusi dan menawarkan solusi penyelesaian kepada mitra. Bila mitra menyetujui maka mitra memberikan pernyataan kesediaan.

Tahapan ke-3: Pembagian Tugas

Pada tahapan ini mitra dan tim pengusul berbagi tugas, tim pengusul menyiapkan semua materi dan bahan untuk penyelesaian masalah dan mitra menentukan peserta pelatihan yang nantinya bisa mentransfer ipteks yang diterima kepada santri lainnya, mengingat jumlah santri yang banyak tidak mungkin untuk mengikuti pelatihan dari tim pengabdian.

Tahapan ke 4 :Pelatihan Mitra.

Pelatihan mitra dilakukan di lingkungan mitra, mitra akan diberi pelatihan berupa bagaimana menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dengan benar, menghitung IMT dan memabaca grafik IMT untuk melihat status gizi.

Tahapan ke-5: Evaluasi kegiatan

Evaluasi kegiatan IbP berupa kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh mitra yang berkaitan dengan kegiatan IbP yang dilaksanakan dan kemudian dikumpulkan kembali pada akhir acara pelatihan.

Tahapan ke-6: Pelaporan kegiatan

Pelaporan kegiatan meliputi pelaporan pelaksanaan IbP, pembuatan jurnal pengabdian yang akan diajukan penerbitan di UNSIL.

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah menjaga keseimbangan antara emergi yang masuk (bersumber dari asupan makanan) dan energi yang dikeluarkan saat beraktivitas (Indriati, 2010). Remaja pada umumnya tidak memperhatikan keseimbangan tersebut. Pemahaman pada remaja dan masyarakat pada umumnya, makan diperlukan saat perut merasa lapar. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi akan berakibat pada status gizi seseorang. Cabang ilmu untuk mengukur status gizi disebut antropometri.

Cara mengukur asupan energi yang paling sering digunakan adalah menggunakan Food Recall 24 jam dan keluaran energi dengan menggunakan activity recall 24 jam (Jensen, et all 1983). Tetapi dalam pelatihan ini karena untuk para remaja, yang akan disampaikan adalah pelatihan menentukan status gizi dengan menghitung dan membaca grafik IMT sebagai akibat dari keseimbangan atau ketidakseimbangan asupan dan keluaran energi.

(5)

Survey pertama dalam rangka penyampaian disetujuinya pengajuan proposal Pengabdian Pada Masyarakat Iptek bagi Pesantren dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 Juni 2016 di Pesantren Srahtarjuning Rahayu dan hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 di Pesantren Daruzzahra. Menindaklanjuti hasil survey pertama, pada hari Sabtu taggal 23 Juli 2016, menemui

perwakilan pimpinan Pondok Pesantren Srahtarjuning Rahayu dan pada tanggal 13 Agustus 2016 menemui perwakilan pimpinan Pondok Pesantren Daruzzahra berdiskusi tentang bentuk kegiatan dan waktu pelaksanaan. Hasil diskusi dengan pimpinan Pondok Pesantren seperti disajikan dalam tabel 1

Tabel 1 Hasil Diskusi Rencana Bentuk Kegiatan Pesantren

Srahtarjuning Rahayu

Pesantren Daruzzahra Ciparanten Waktu Sabtu, 6 Agustus 2016 Sabtu, 13 September 2016 Bentuk Kegiatan Penyuluhan kebutuhan zat gizi

dan status gizi remaja.

Pelatihan penentuan status gizi remaja dengan menggunakan grafik IMT.

Penyuluhan kebutuhan zat gizi dan status gizi remaja.

Pelatihan penentuan status gizi remaja dengan menggunakan grafik IMT.

Alat/bahan yang dibuat/disiapkan

Materi penyuluhan Grafik IMT dewasa Neraca badan Microtoise

Materi penyuluhan Grafik IMT dewasa Neraca badan Microtoise Pelaksanaan kegiatan pengabdian

yang awalnya dilakaukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati, tetapi untuk

jumlah peserta ternyata lebih banyak dari yang disepakati yaitu masing-masing pesantren 30 orang.

Tabel 2 Materi Penyuluhan, Nara Sumber, Peserta dan Tempat Penyuluhan

Materi Nara Sumber Peserta Tempat

Pola Makan dan Status Gizi Pelatihan Penentuan Status Gizi Dewasa Ai Sri Kosnayani, M.Si >30 orang santri kelas XI yang mondok di Pesan-tren Srahtarjuning Rahayu Mesjid Pesantren Srahtarjuning Rahayu >30 orang santri

kelas VIII, IX yang mondok di Pesantren Daruzzahra. Mesjid Pesantren Pesantren Daruzzahra.

Untuk mempermudah pemahaman peserta dalam menentukan status gizi, dibuat grafik IMT dengan menggunakan neraca

badan dan microtoise untuk mengukur tinggi badan.

(6)

Gambar 1 Grafik IMT untuk Penentuan Status Gizi Remaja Kegiatan penyululuhan pada mitra 1

(santri Pesantren Srahtarjuningrahayu dilakukan di Mesjid Pesantren Srahtarjuning Rahayu Kiara Kuda Desa Ciawi Kecamatan

Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, dihadiri oleh 100 orang santri kelas XI yang mondok di Pesantren.

Gambar 2 Pelaksanaan Pengabdian di Pesantren Srahtarjuning Rahayu Penyuluhan pada Mitra 2 (santri

Pesantren Daruzzahra Ciparanten Desa Kurnia Bakti Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) dihadiri oleh 42 orang yang terdiri siswa kelas VIII dan IX MTs Daruzzahra.

Peserta penyuluhan sangat antusias mengikuti penyuluhan apalagi saat

membahas tentang kaitan antara kebiasaan makan, kebutuhan zat gizi, status gizi dan kesehatan.

Setelah selesai penyampaian meteri tentang Status Gizi Remaja dilanjutkan dengan pelatihan penentuan status gizi dengan menggunakan Grafik Indeks Massa Tubuh.

(7)

Gambar 4 Pengukuran Tinggi Badan Dengan menggunakan data berat

badan dan tinggi badan maka status gizi dapat dilihat pada grafik.

Gambar 5 Cara Membaca Grafik Status Gizi Pelaksanaan Pengabdian Pada

Masyarakat Ilmu Teknologi bagi Pesantren dapat terlaksana dengan baik. Santri dapat menerima hasil penyuluhan dengan baik

walaupun berdasarkan hasil evaluasi ada beberapa hal yang masih diperlukan oleh para santri yaitu sebagaimana tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 3 Hasil Evaluasi Kegiatan Pengabdian

Mitra Hasil Kegiatan IPTEK yang Masih Diperlukan

Santri Pesantren Srahtarjuning

Rahayu

Penyuluhan dan Penerapan model bendung sederhana sudah dapat diterima dengan baik

Aplikasi hasil perhitungan curah hujan efektif maksimu dan curah hujan efektif padi dan palawija untuk penentuan waktu penanaman dan pola tanaman yang untuk

(8)

memenuhi kebutuhan pangan di Desa Sukamantri

Tim Penggerak

PKK

Penyuluhan tentang pola makan dan status gizi dapat dimengerti. Peserta dapat menentukan status gizi remaja dan dewasa sebagai kontrol derajat kesehatan

Pengetahuan tentang penyusunan menu harian dengan memanfaat- kan hasil tanam di daerah sendiri dalam rangka mewujudkan Desa Sukamantri sebagai Desa Swasembada pangan.

Cara menghitung kebutuhan dan keluaran energi untuk menjaga status gizi yang baik.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengabdian ini menyimpulkan bahwa 1) santri di Pesantren Srahtarjuning Rahayu dan Daruzzahra belum memahami tentang asupan gizi yang dibutuhkan tubuh, cara menentukan status gizi dan belum menyadari bahwa status gizi dapat dijadikan kontrol kesehatan; 2) hasil pengukuran status gizi banyak santri yang masih berstatus gizi kurang dan gizi lebih, menurut mereka“Biar kurus atau gemuk yang penting sehat”; dan 3) setelah mengikuti penyuluhan dan pelatihan status gizi diharapkan santri mengaplisikan pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan sehari, dengan

mengkonsumsi makanan bergizi dan tidak berfikir bahwa makanan bergizi mahal. Setelah mengikuti pelatihan penentuan status gizi diharapkan santri membiasakan mengukur status gizi untuk kontrol kesehatan. Berdasarkan simpulan tersebut, maka disarankan 1) untuk para santri masih perlu diberi penyuluhan tentang aplikasi hasil pengukuran status gizi dalam pengaturan pola makan dan menu makan harian; dan perlu diberi perlu tambahan pengetahuan tentang prilaku hidup bersih dan sehat, karena asupan gizi yang baik saja tidak cukup untuk menjaga kesehatan tubuh. PUSTAKA

Barasi, Mary E., At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga Medical Series, 2002.

Indriati, Etty. Antropometri. Yogyakarta : PT Citra Aji Pratama, 2005.

Jensen, Terri G., et all. Nutritional Assessment A Manual For Practitioners. USA : Appleton-Century-Crofts, 1983.

Tejasari, Nilai Gizi-Pangan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2005.

WHO. Appropriate body-mass index for asian populations and its implications

for policy and intervention strategies. Public Health. 2004, 363: 157-63.

Gambar

Tabel 1 Hasil Diskusi Rencana Bentuk Kegiatan  Pesantren
Gambar 2 Pelaksanaan Pengabdian di Pesantren Srahtarjuning Rahayu  Penyuluhan  pada  Mitra  2  (santri
Gambar 4 Pengukuran Tinggi Badan  Dengan  menggunakan  data  berat

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, buku ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang ke- arifan lokal di Kepulauan Riau yang berakar dari suku Melayu lewat tradisi Tujuh Likur

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 86 Tahun 2017 tentang tata cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Hasil identifikasi faktor strategis lingkungan internal dan eksternal yang telah dibedakan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukkan kedalam

Berdasarkan hasil uji statistik maka hubungan tipe kepribadian dan kejenuhan berkepanjangan dalam hipotesis 4 yang menyatakan bahwa tipe kepribadian

Untuk menyusun Tugas Akhir Jurusan Teknik Industr Universitas Kristen Maranatha, saya mengharapkan bantuan dari saudara untuk mengisi jawaban mengenai kuesioner

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan secara simultan dari nilai Terminologi Arab dan Atribut Busana Muslim terhadap Sensitivitas

parsial terhadap kepuasan konsumen Puri Saron Hotel Seminyak Kuta. e) Berdasarkan hasil analisis nilai t hitung variabel empati berpengaruh secara. parsial terhadap

Sign system Taman Wisata yang dipunyai saat ini masih kurang mendukung navigasi pengunjung, sign system di Mekarsari juga mempunyai desain kurang terpadu