LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 4, 2006
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 4 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang serta ketentuan Pasal 53 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perlu diatur dengan Peraturan Daerah;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab, maka Pemerintah Desa sebagai salah satu sistem penyelenggaraan Pemerintahan berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan asal usul dan adat istiadat dalam sistem penyelenggaraan nasional, yang dalam implementasinya dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih secara langsung oleh penduduk setempat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah-Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dengan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4539);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan
BUPATI ALOR MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Alor.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor.
3. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
4. Bupati adalah Bupati Alor.
5. Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam wilayah sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Perangkat Desa lainnya adalah Penyelenggara Pemerintah Desa yang terdiri dari
Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan dan unsur kewilayahan.
10. Tokoh masyarakat adalah orang-orang yang ditokohkan sebagai tokoh adat, tokoh
agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda dan pemuka- pemuka masyarakat lainnya di Desa yang bersangkutan.
11. Bakal Calon adalah orang yang diusulkan dusun melalui hasil penjaringan untuk
ditetapkan sebagai calon oleh panitia pemilihan.
12. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih adalah Calon Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan BPD untuk dipilih dalam Pemilihan Kepala Desa.
13. Penjabat Kepala Desa adalah Perangkat Desa atau Tokoh Masyarakat yang diangkat oleh
Bupati berdasarkan usulan BPD untuk melaksanakan tugas sebagai Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa definitif.
14. Pemilih adalah Penduduk yang berusia sekurang-kurangnya 17 Tahun atau sudah pernah
kawin yang terdaftar sebagai pemilih di Daerah Pemilihan.
15. Panitia Pemilihan Kepala Desa, selanjutnya disebut panitia adalah pelaksana seluruh proses mulai dari pencalonan, pemilihan, pengangkatan dan pelantikan Kepala Desa yang ditetapkan oleh BPD.
16. Hak pilih adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menentukan sikap pilihannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
17. Penjaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh panitia pemilihan untuk
mendapatkan Bakal Calon.
18. Penjaringan adalah suatu tahapan seleksi yang dilakukan oleh panitia pemilihan, baik dari
segi administrasi, kemampuan dan kepemimpinan para Bakal Calon untuk mendapatkan Calon Kepala Desa.
19. Kampanye adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Tim kampanyenya
untuk mempengaruhi pemilih agar dapat menentukan pilihannya pada Calon Kepala Desa yang bersangkutan.
20. Pemilihan Kepala Desa adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh pemilih untuk
memilih Kepala Desa.
21. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
22. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian,
monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB II
MEKANISME PEMBENTUKAN PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Kesatu
Umum Pasal 2
(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan
Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
(2) BPD memproses pemilihan Kepala Desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.
Bagian Kedua Pembentukan Panitia
Pasal 3
BPD membentuk Panitia Pemilihan 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa dan berakhir masa tugasnya 30 (tiga puluh) hari setelah pelantikan Kepala Desa terpilih.
Pasal 4
(1) Komposisi panitia sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat dengan memperhatikan aspek perwilayahan.
(2) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berjumlah 7 (tujuh) orang, terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota, 1 (satu) orang bendahara merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota dengan memperhatikan aspek jender.
Bagian Ketiga
Tugas, Wewenang Dan Tanggungjawab Panitia Pasal 5
(1) Panitia mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. merencanakan dan memyelenggarakan pemilihan;
b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
c. mengumumkan adanya rencana pemilihan Kepala Desa dan persyaratannya; d. menetapkan tata cara, tahapan dan penjadwalan pelaksanaan pemilihan; e. melaksanakan penjaringan, penyaringan dan pemilihan Kepala Desa; f. melaksanakan pendaftaran pemilihan;
g. meneliti/melakukan ferivikasi terhadap persyaratan calon yang diusulkan serta mengusulkan kepada BPD untuk disahkan;
h. meneliti/melakukan ferivikasi terhadap pemilih dan mengusulkan kepada BPD untuk disahkan;
j. mengumumkan kepada masyarakat nama-nama calon yang telah ditetapkan; k. mengumumkan kepada masyarakat daftar nama pemilih yang telah ditetapkan; l. memberikan tanda bukti pendaftaran kepada calon pemilih;
m. menerima pendaftaran dan menetapkan tanggal kampanye masing-masing
calon;
n. menetapkan, mengumumkan waktu dan tempat serta tata cara pelaksanaan kampanye, pemungutan dan perhitungan suara;
o. menyiapkan kartu suara, kotak suara serta perlengkapan lainnya;
p. menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan; q. melakukan evaluasi dan pelaporan serta membuat berita acara pelaksanaan pemilihan; r. mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan pemilihan.
(2) Panitia mempunyai tanggungjawab sebagai berikut :
a. melaksanakan setiap tahapan pemilihan secara jujur, adil, obyektif dan transparan; b. menyampaikan laporan setiap tahapan pelaksanaan pemilihan kepada BPD dan
menginformasikannya kepada masyarakat;
c. menyimpan/memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengolah bahan inventaris secara baik dan benar;
d. memperlakukan semua calon secara adil;
e. penggunaan anggaran pemilihan dilaksanakan sesuai mekanisme dan dilaporkan kepada Pemerintah Desa;
f. melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu;
g. menyerahkan semua dokumen dan inventaris panitia kepada Pemerintah Desa sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
HAK MEMILIH DAN DIPILIH Bagian Kesatu
Syarat-syarat Pemilih Pasal 6
(1) Untuk dapat menggunakan hak pilih, setiap pemilih harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. warga Negara Republik Indonesia;
b. sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/ pernah kawin pada saat pendaftaran;
c. nyata- nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
d. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
e. berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk. (2) Setiap penduduk desa yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
Bagian Kedua Persyaratan Calon
Pasal 7
(1) Calon Kepala Desa adalah Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi
persyaratan :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia pada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. berpendidikan paling rendah Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau
sederajat;
d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; e. bersedia dicalonkan sebagai Kepala Desa;
f. penduduk Desa setempat;
g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;
h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan.
(2) Kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. foto copy ijazah terakhir; b. foto copy akte kelahiran;
c. foto copy Kartu Tanda Penduduk;
d. foto copy Surat Keterangan dari Pengadilan;
e. surat Keterangan Camat tentang belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan;
f. surat Keterangan Camat tentang tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Desa; g. surat keterangan Camat tentang tidak dalam status sebagai Pegawai Negeri, anggota
Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; h. surat keterangan kesehatan dari Dokter Puskesmas setempat;
i. surat keterangan catatan Kepolisian setempat; j. daftar riwayat hidup lengkap;
k. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala Desa;
l. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan Pegawai Negeri bagi calon yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil, atau jabatan-jabatan lainnya yang akan mempengaruhi pelaksanaan tugas Kepala Desa apabila calon terpilih sebagai Kepala Desa;
m. menyampaikan program kerja;
n. pas foto warna ukuran 4x6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;
o. surat pernyataan bersedia tinggal di desa apabila terpilih menjadi Kepala Desa dan bersedia di kenakan sanksi atau di berhentikan jika meninggalkan tugas berturut-turut selama 30 (tiga puluh) hari kerja atau tidak berturut-turut selama 90 (sembilan puluh) hari kerja.
BAB IV
TATA CARA PENCALONAN DAN PEMILIHAN Bagian Kesatu
Penjaringan Bakal Calon Pasal 8
(1) Penjaringan bakal calon di lakukan oleh panitia yang didahului dengan memberikan
pengumuman secara tertulis kepada masyarakat yang di tempelkan di tempat-tempat umum.
(2) Setiap Dusun hanya dapat mengusulkan paling banyak 3 (tiga) bakal calon dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) bakal calon.
(3) Dusun sebelum mengusulkan bakal calon, wajib membuka kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat yang memenuhi syarat untuk di lakukan penjaringan sebagai bakal calon.
(4) Proses penjaringan bakal calon sebagaimana di maksud pada ayat (3), dilakukan secara
demokrasi dan transparan.
(5) Bakal calon Kepala Desa di daftarkan oleh masing- masing Dusun kepada Panitia.
(6) Masa pendaftaran calon sebagaimana di maksud pada ayat (1), paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak pengumuman pendaftaran calon. Bagian Kedua Penyaringan Calon
Pasal 9
(1) Setelah menerima pengajuan berkas bakal calon di sertai kelengkapan administrasinya, panitia wajib meneliti berkas kelengkapan bakal calon dan mengumumkan kepada masyarakat untuk mendapat masukan/keberatan dan melakukan penelitian terhadap kebenaran dan keabsahan kelengkapan administrasi bakal calon.
(2) Waktu penelitian terhadap kebenaran dan keabsahan kelengkapan administrasi
sebagaimana di maksud pada ayat (1) paling lama 2 (dua) hari.
(3) Waktu pengumuman kepada masyarakat tentang kebenaran dan keabsahan kelengkapan
administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 2 (dua) hari.
(4) Apabila jumlah bakal calon tidak memenuhi jumlah yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 ayat (2), maka panitia wajib meminta kepada dusun untuk melengkapi kekurangan berkas calon Kepala Desa baru untuk diseleksi kembali sesuai dengan mekanisme penyaringan.
(5) Selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender setelah masa pengajuan keberatan dan
penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka panitia mengajukan nama bakal calon kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.
Bagian Ketiga
Penetapan Calon Yang Berhak di pilih Pasal 10
(1) Selambat- lambatnya 2 (dua) hari kalender sejak diterimanya pengajuan usulan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), BPD wajib menetapkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih dengan keputusan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada panitia selambat- lambatnya 2 (dua) hari kalender.
(3) Setelah panitia menerima keputusan penetapan calon Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), panitia wajib mengumumkan kepada masyarakat selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender.
Bagian Keempat Kampanye
Pasal 11
(1) Panitia menetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan kampanye serta pemasangan alat
peraga kampanye.
(2) Penyelenggaraan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sendiri oleh
calon sesuai jadwal dan tempat serta terbuka untuk umum.
(3) Materi kampanye adalah program kerja calon yang bersangkutan.
(4) Materi kampanye disampaikan dengan cara yang sopan, tertib dan bersifat edukatif.
(5) Kampanye dilakukan selama 5 (lima) hari berturut-turut dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
(6) Waktu 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) merupakan masa tenang.
(7) Apabila calon terpilih menjadi Kepala Desa, program kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), ditetapkan sebagai dokumen resmi desa dan merupakan pedoman pembangunan desa.
(8) Peserta kampanye tidak dibenarkan membawa atau menggunakan tanda gambar
dan/atau atribut calon lain.
Pasal 12 Kampanye dapat dilaksanakan melalui:
a. rapat umum;
b. tatap muka dan dialog;
c. pemasangan alat peraga ditempat umum; d. penyebaran bahan kampanye kepada umum; e. mass media.
Pasal 13 (1) Dalam melaksanakan kampanye, calon dilarang :
a. mempersoalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menghina pemerintah, agama, suku, ras, golongan dan calon lainnya; c. menghasut atau mengadu domba;
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan atau kelompok masyarakat;
e. mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban umum;
f. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye calon lainnya;
g. menggunakan fasilitas pemerintah serta anggaran pemerintah dan/atau sumbangan pihak ketiga yang bersifat mengikat;
h. berkampanye di luar jadwal dan tempat yang telah ditetapkan panitia pemilih;
i. melakukan pawai atau arak-arakan dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan di jalan raya tanpa izin dari aparat yang berwenang.
(2) Selain larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap calon dilarang untuk menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi dalam bentuk apapun dan kepada siapapun yang dapat mempengaruhi pemilih dan panitia.
Pasal 14
(1) Pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 merupakan
pelanggaran dan patut dikenai sanksi.
(2) Sanksi atas ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 berupa:
a. peringatan;
b. penghentian kampanye; c. pelarangan kampanye; d. pencabutan hak kampanye.
(3) Penghentian kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan setelah
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut.
(4) Pelanggaran kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan apabila
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan kerusuhan dan/atau kekacauan setempat.
(5) Pencabutan hak kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan kerusuhan dan/atau kekacauan pada seluruh wilayah desa.
Bagian Kelima
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pasal 15
(1) Pemungutan suara dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
(2) Pemungutan suara dilakukan 14 (empat belas) hari kalender sebelum berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa.
(3) Pemungutan suara dilakukan pada tempat-tempat yang ditentukan.
(4) Pemungutan suara dilakukan pada pukul 08.00 dan berakhir pukul 13.00 Waktu
Indonesia Bagian Tengah.
(5) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan mencoblos
salah satu nama/gambar calon pada surat suara dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh panitia.
(6) Pemungutan suara dihadiri oleh utusan calon yang menjadi saksi dengan menyerahkan
surat mandat dari calon yang bersangkutan kepada Ketua Panitia. Pasal 16
Pemungutan suara dilaksanakan dengan mencoblos surat suara yang telah disiapkan oleh panitia dan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pemilih terdaftar.
Pasal 17
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan panitia menyediakan:
a. papan pengumuman yang memuat nama-nama calon sesuai penetapan BPD;
b. surat suara yang sudah ditandatangani oleh panitia sebagai tanda surat suara yang sah;
c. kotak suara yang jumlah dan besarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilengkapi dengan segel dan kuncinya;
e. alat pencoblosan didalam bilik suara; f. formulir perhitungan suara.
(2) Bentuk surat suara dan formulir perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan f sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Bilik suara, alat pencoblos dan peralatan pemilihan lainnya ditetapkan oleh panitia. Pasal 18
(1) Pemilih yang menderita sakit dan cacat seperti tuna netra, tuna daksa atau yang mempunyai halangan fisik lainnya pada saat memberikan suaranya di TPS dibantu oleh panitia dan didampingi oleh saksi calon.
(2) Panitia dan saksi calon yang membantu pemilih yang sakit dan cacat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan. Pasal 19
(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh panitia.
(2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tinta pada salah satu jari tangan.
(3) Kualitas tinta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh panitia.
Pasal 20
Surat suara untuk pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila: a. surat suara ditanda tangani oleh panitia;
b. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon;
c. tanda coblos lebih dari 1 (satu), tetapi masih didalam satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon;
d. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon.
Pasal 21
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara panitia melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. membuka kotak suara;
b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara;
c. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan; d. menghitung setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dihadiri dan disaksikan oleh
saksi calon dan warga masyarakat.
(3) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam berita acara yang ditandatangani oleh panitia dan saksi calon.
Pasal 22
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, panitia memberikan
penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam pemberian suara, pemilih diberi kesempatan oleh panitia berdasarkan prinsip
urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima surat suara dan ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada panitia.
(4) Apabila pemilih keliru memberikan surat suara, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada panitia.
(5) Surat suara yang rusak dan yang keliru memberikan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4), panitia hanya memberikan surat suara pengganti sebanyak 1 (satu) kali.
(6) Surat suara yang telah dicoblos dimasukkan ke dalam kotak yang telah disediakan oleh
pemilih secara langsung.
Pasal 23
(1) Perhitungan suara di TPS dilakukan oleh panitia setelah pemungutan suara berakhir.
(2) Pelaksanaan perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selambat-lambatnya di mulai pada pukul 13.30 Waktu Indonesia Bagian Tengah sampai selesai.
(3) Sebelum perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) panitia menghitung :
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap untuk TPS;
b. jumlah pemilih dari TPS lain;
c. jumlah surat suara yang tidak dipakai;
d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos. (4) Perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan di TPS oleh panitia
dan harus dihadiri oleh saksi calon serta warga masyararakat.
(5) Saksi calon dalam perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus
membawa surat mandat dari calon yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada panitia.
(6) Perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan cara yang
memungkinkan saksi calon dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses perhitungan suara.
(7) Segera setelah selesai perhitungan suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
panitia membuat berita acara hasil perhitungan suara yang ditanda tangani oleh panitia serta saksi calon.
(8) Salinan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat diberikan kepada
masing-masing saksi calon yang hadir.
(9) Berita acara serta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dimasukkan
dalam sampul ksusus yang disediakan dan dimasukkan kedalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau segel.
(10) Panitia yang bertugas di TPS wajib menyerahkan berita acara hasil perhitungan suara,
surat suara dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan perhitungan suara kepada ketua panitia segera setelah selesai perhitungan suara dalam kotak suara yang disegel.
Pasal 24
(1) Panitia setelah menerima berita acara hasil perhitungan suara, membuat berita acara penerimaan dan melakukan rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat desa, dihadiri oleh saksi calon, panitia pengawas pemantau dan warga masyarakat.
(2) Setelah melakukan rekapitulasi hasil perhitungan suara untuk semua TPS, panitia
membuat berita acara rekapitulasi hasil perhitungan suara yang ditanda tangani oleh semua anggota panitia dan saksi calon.
(3) Salinan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimasukkan kedalam sampul
khusus yang disediakan dan dimasukkan kedalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label dan segel.
Pasal 25
(1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi kerusuhan yang mengakibatkan
hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau perhitungan suara tidak dapat dilakukan.
(2) Pemungutan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila dari hasil penelitian dan
pemeriksaan panitia terbukti terdapat 1 (satu) atau lebih dari keadaan :
a. pembukuan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan perhitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan Peraturan perundang-undangan;
b. petugas panitia meminta pemilih memberi tanda khusus, menandatangani atau menulis nama atau alamatnya pada surat suara yang sudah digunakan;
c. lebih dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 (satu) kali pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda;
d. petugas panitia merusak lebih dari 1 (satu) surat suara yang sudah digunakan oleh pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah;
e. lebih dari seorang pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih mendapat kesempatan memberikan suara pada TPS.
Pasal 26
Perhitungan ulang surat suara di TPS dilakukan apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan terbukti terdapat 1 (satu) atau lebih penyimpangan :
a. perhitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. saksi calon dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses perhitungan suara; c. perhitungan suara dilakukan ditempat lain diluar tempat dan waktu yang telah ditentukan; d. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara yang sah dan surat suara yang tidak sah.
Bagian Keenam
Mekanisme pengaduan dan Penyelesaian Masalah Pasal 27
(1) Keberatan dapat diajukan oleh masyarakat pada saat penjaringan dan penyaringan bakal
calon.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada panitia
paling lambat 2 (dua) hari kalender setelah masa penjaringan bakal calon. Pasal 28
(1) Panitia menyelesaikan masalah berdasarkan pengaduan atas hasil penjaringan dan
penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 paling lambat 2 (dua) hari kalender sejak diterimanya permohonan keberatan.
(2) Apabila penyelesaian yang dilakukan oleh panitia belum ada kata sepakat maka panitia menyerahkan penyelesaian kepada BPD dan keputusan BPD bersifat final dan mengikat.
(3) BPD sudah harus menetapkan keputusan BPD tentang penyelesaian pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari. Pasal 29
(1) Keberatan terhadap hasil pemilihan Kepala Desa dapat diajukan oleh calon Kepala Desa
dan/atau masyarakat secara tertulis kepada panitia pemilihan paling lambat 2 (dua) hari kalender setelah penetapan hasil pemilihan.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya calon Kepala Desa.
Pasal 30
(1) Panitia menyelesaikan masalah berdasarkan pengaduan hasil perhitungan suara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), paling lambat 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan keberatan dari calon Kepala Desa yang bersangkutan.
(2) Apabila penyelesaian yang dilakukan oleh panitia belum ada kata sepakat maka panitia menyerahkan penyelesaian kepada BPD dan keputusan BPD bersifat final dan mengikat.
Bagian Ketujuh Penetapan Calon Terpilih
Pasal 31
(1) Setelah menerima kotak suara yang berisi berita acara hasil perhitungan suara dari panitia ditingkat TPS, panitia membuat berita acara penerimaan dan malakukan rekapitulasi jumlah suara.
(2) Panitia setelah menerima hasil perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
melakukan rapat pleno untuk menetapkan calon terpilih selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.
Pasal 32
(1) Calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak.
(2) Penetapan calon terpilih harus dituangkan dalam berita acara oleh panitia.
Pasal 33
(1) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih calon yang memperoleh suara sama maka
dilakukan pemilihan ulang.
(2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dilakukan 2 (dua) kali.
(3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), masih terdapat calon yang memiliki suara sama, maka panitia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender wajib melaporkan kepada BPD secara tertulis disertai berita acara pemilihan ulang dan berita acara perhitungan suara.
(4) BPD setelah menerima hasil perhitungan suara pemilihan ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender sejak diterimanya laporan panitia sudah harus mengusulkan kepada Bupati melalui Camat untuk ditetapkan salah satunya menjadi calon terpilih.
(5) Keputusan Bupati bersifat final dan mengikat.
(6) Prosedur dan mekanisme pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh BPD, dengan tetap mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 34
(1) Penetapan calon Kepala Desa terpilih ditetapkan dengan keputusan BPD.
(2) Penetapan keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender setelah tanggal diterimanya berita acara perhitungan suara dari panitia.
(3) Penetapan calon terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.
Pasal 35
(1) Kepala Desa terpilih disahkan oleh Bupati dengan Keputusan Bupati.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan selambat-lambatnya
15 (lima belas) hari kalender setelah diterimanya usulan Kepala Desa terpilih. BAB V
PELANTIKAN KEPALA DESA Pasal 36
(1) Pelantikan Kepala Desa dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati;
(2) Pelantikan Kepala Desa dilaksanakan di Desa yang bersangkutan atau ditempat lain dihadapan masyarakat.
Pasal 37
Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji. Pasal 38
Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 sebagai berikut :
‘”Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;
bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-Undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pasal 39
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
BAB VI
PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA KEPALA DESA Bagian Kesatu
Pemberhentian Kepala Desa Pasal 40
(1) Kepala Desa berhenti karena :
a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa; f. melanggar larangan bagi Kepala Desa.
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan
ayat (2) huruf a dan huruf b, diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan Keputusan musyawarah BPD.
(4) Usulan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf
d, huruf e dan huruf f, disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak usul diterima.
(6) Setelah dilakukan Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa. Pasal 41
(1) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti
melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati
mengangkat Penjabat Kepala Desa.
Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara Pasal 42
(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila
dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan tindak pidana paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan keputusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD karena
berstatus sebagai tersangka yang diduga melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, maka dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
(3) Pemberhentian sementara Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak diperkenankan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai Kepala Desa. Pasal 43
(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dimaksud dalam
pasal 24 ayat (1), setelah melalui proses peradilan dan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya keputusan Pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan.
(2) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati merehabilitasi Kepala Desa yang bersangkutan.
Pasal 44
Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 42, maka sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Bagian Tiga
Pengangkatan Penjabat Kepala Desa Pasal 45
Penjabat Kepala Desa diangkat dengan Keputusan Bupati atas usul BPD melalui Camat. Pasal 46
Pengangkatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 dapat diangkat dari :
a. perangkat desa; b. pegawai negeri sipil; c. tokoh masyarakat.
Pasal 47
Penjabat Kepala Desa yang diangkat dari Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a, harus melepaskan jabatannya sebagai perangkat desa.
Pasal 48
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil sebagai Penjabat Kepala Desa harus memenuhi syarat : a. mempunyai pengalaman dibidang pemerintahan yang dibuktikan dengan daftar riwayat jabatan;
b. memiliki pangkat golongan sekurang- kurangnya II/a;
c. memiliki Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) selama 3 (tiga) tahun terakhir secara berturut-turut dengan nilai baik.
Pasal 49 Pejabat Kepala Desa mempunyai tugas :
a. melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban Kepala Desa; b. mempersiapkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa definitif.
Pasal 50
Dalam melaksanakan tugasnya, Penjabat Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat.
Pasal 51
Masa jabatan Penjabat Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung tanggal pengangkatannya.
Pasal 52
Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dilakukan sekurang- kurangnya setiap 3 (tiga) bulan.
BAB VII BIAYA PEMILIHAN
Pasal 53
(1) Biaya pencalonan, pemilihan sampai pelantikan Kepala Desa dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. Sumbangan yang bersifat tidak mengikat.
(2) Biaya pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan secara
transparan, tepat dan hemat dengan mengutamakan aspek kualitas, keamanan, tepat waktu dan tepat anggaran.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 54
(1) Pemerintah Kabupaten, Camat dan BPD wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan
pencalonan, pemilihan, dan pelantikan Kepala Desa.
(2) Mekanisme dan tata cara pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut oleh Bupati.
BAB IX
TINDAKAN PENYIDIKAN Pasal 55
Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa, dilaksanakan setelah adanaya persetujuan tertulis dari Bupati.
Pasal 56
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. Pasal 57
Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari.
BAB X
KETENTUAN LAIN- LAIN Pasal 58
(1) Pegawai Negeri Sipil yang dicalonkan dan dipilih menjadi Kepala Desa harus mendapat izin tertulis dari pimpinan instansi induknya, selain memenuhi persyaratan dan kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Peraturan Daerah ini.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencalonan Pegawai Negeri Sipil menjadi Kepala Desa tetap berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 59
Ketentuan mengenai tata cara pelantikan Kepala Desa akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 60
(1) Dalam hal suatu Desa pelilihan terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam
atau gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan penilaian tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal, pemilihan ditunda dan pelaksanaannya lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Dalam hal suatu desa pemilihan terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam
atau gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan pemilihan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal, pemilihan ditunda dan pelaksanaannya lebih lanjutditetapkan dengan keputusan Panitia setelah mendapat persetujuan BPD.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 61
Masa jabatan Kepala Desa dan Penjabat Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai akhir masa jabatannya dan selanjutnya proses pemilihan Kepala Desa disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 62
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 7 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2004 Nomor 10 Seri D) dinyatakan tidak berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 63
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 64
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor.
Ditetapkan di Kalabahi
pada tanggal 23 Desember 2006 BUPATI ALOR,
CAP TTD
ANSGERIUS TAKALAPETA Diundangkan di Kalabahi
pada tanggal 27 Desember 2006 BUPATI ALOR,
CAP TTD
ANSGERIUS TAKALAPETA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 4 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
I. UMUM
Bahwa Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan Undang Nomor 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah semakin mempertegas kompetensi prinsip-prinsip dasar pengaturan mengenai Desa.
Penekanan tentang diakuinya otonomi asli yang dimiliki desa bermakna kewenangan mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak-hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pad masyarakat setempat, namun harus dilaksanakan dalam perspektif administrasi negara yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Sedangkan prinsip demokrasi bermakna penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan agregasi melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya merupakan komitmen yang memposisikan Pemerintahan Desa sebagai bagian yang tumbuh dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.
Pelaksanaan demokrasi dalam pencalonan, pemilihan, pengangkatan, pelantikan, dan pemberhentian Kepala Desa sebagai komitmen dasar penyelenggaraan otonomi daerah, maka demi mewujudkan serta menjamin keamanan dan ketertiban maupun kelancaran proses pencalonan, pemilihan, pelantikan dan pemberhentian perangkat desa dan Kepala Desa berdasarkan pasal 26 dan 53 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Alor tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :
Angka 1 : cukup jelas
Angka 2 : cukup jelas
Angka 3 : cukup jelas
Angka 4 : cukup jelas
Angka 5 : Definisi Desa sebagaimana dimaksud pada pasal ini tidak membatasi
persehatian tapal batas wilayah administrasi pemerintahan desa/ kelurahan.
Angka 6 s/d 22 : Cukup jelas
Pasal 2 : cukup jelas
Pasal 3 : cukup jelas
Pasal 4 : cukup jelas
Pasal 5 : cukup jelas
Ayat (1)
Huruf a : Seseorang mempunyai hak memilih apabila yang bersangkutan dapat
menunjukan identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk dan atau Surat Keterangan Penduduk dari desa setempat atau apabila yanag bersangkutan ternyata telah memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa setempat yang masih berlaku, tetapi tidak dapat menunjukkannya karena satu dan lain hal, maka pembuktian Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk dilakukan melalui register desa dan/ atau register kecamatan yang dikukuhkan dengan Surat Keterangan bahwa yang bersangkutan telah memiliki Kartu Tanda Penduduk dan masih berlaku.
Huruf b : cukup jelas
Huruf c : cukup jelas
Huruf d : cukup jelas
Huruf e : cukup jelas
Pasal 7 :
Ayat (1)
Huruf a : cukup jelas
Huruf b : cukup jelas
Huruf c : Yang dimaksud dengan sederajat adalah telah lulus ujian Paket B atau
telah lulus dalam ujian persamaan.
Huruf d : cukup jelas
Huruf e : cukup jelas
Huruf f : Yang dimaksud dengan penduduk desa setempat adalah penduduk
yang memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa atau memiliki tanda bukti lain yang sah seperti Kartu Keluarga atau Surat Keterangan Penduduk Sementara. Sedangkan SIM, Kartu Anggota Partai dan lain- lain bukan merupakan bukti identitas penduduk setempat.
Huruf g : cukup jelas
Huruf h : cukup jelas
Huruf i : Yang dimaksud dengan masa jabatan paling lama 10 (sepuluh) tahun
adalah 2 (dua) kali masa jabatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah, Peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Yang dimaksud dengan 2 (dua) kali masa jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 (dua) kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak.
Ketentuan 2 (dua) kali masa jabatan berlaku juga bagi Kepala Desa yang dipilih dan ditetapkan sebagai Kepala Desa berdasarkan Undang-undanag Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Ayat (2)
Huruf a : cukup jelas
Huruf b : cukup jelas
Huruf c : cukup jelas
Huruf d : Yang dimaksud dengan Surat Keterangan dari Pengadilan adalah Surat
Keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) Tahun yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri setempat.
Huruf e : cukup jelas
Huruf e : cukup jelas
Huruf g : cukup jelas
Huruf h : Yang dimaksud dengan dokter puskesmas adalah dokter yang bertugas
pada puskesmas setempat dan/atau apabila dokter yang dimaksud berhalangan/ tidak berada ditempat maka Surat Keterangan dapat ditandatangani oleh Kepala Puskesmas setempat.
Yang dimaksud dengan puskesmas setempat yaitu puskesmas yang wilayah pelayanannya mencakup desa dimana calon Kepala Desa berada.
Huruf i : Yang dimaksud dengan catatan kepolisian setempat adalah Surat
Keterangan yang menyatakan tentang kelakuan seseorang atau surat keterangan sejenisnya yang dikeluarkan oleh Kepolisian setempat.
Huruf j : cukup jelas
Huruf k : cukup jelas
Huruf l : cukup jelas
Huruf m : cukup jelas
Huruf n : cukup jelas
Huruf o : Surat Pernyataan bersedia tinggal di desa dan surat pernyataan untuk
dikenakan sanksi atau diberhentikan apabila meninggalkan tugas; diberi materai Rp. 6000,- (enam ribu) dan dibubuhi tandatangan.
Pasal 8 :
Ayat (1) : Pengumuman dapat dilakukan menurut cara-cara yang lazim di desa
seperti melalui warta jemaat di Gereja atau pengumuman di Masjid.
Ayat (2) : cukup jelas
Ayat (3) : cukup jelas
Ayat (4) : Demokrasi dan transparan maksudnya proses penjaringan bakal calon
di tingkat dusun dilaksanakan dalam suasana musyawarah mufakat pengambilan keputusan atas bakal calon yang diajukan juga dilaksanakan secara musyawarah mufakat.
Ayat (5) : cukup jelas
Ayat (6) : cukup jelas
Pasal 9 : cukup jelas
Pasal 10 :
Ayat (1) : cukup jelas
Ayat (2) : Hari kalender tidak termasuk hari minggu
Ayat (3) : Hari kalender tidak termasuk hari minggu
Pasal 11 :
Ayat (1) : cukup jelas
Ayat (2) : cukup jelas
Ayat (3) : cukup jelas
Ayat (4) : Yang dimaksud bersifat edukatif adalah bahwa penyampaian kampanye
harus bersifat mendidik.
Pasal 12 :
Huruf a : Rapat umum maksudnya pelaksanaan kampanye berlangsung di
lapangan terbuka seperti lapangan bola kaki (stadion) yang telah ditetapkan Panitia dan dihadiri oleh masyarakat.
Huruf b : Tatap muka dan dialog maksudnya pelaksanaan kampanye berlangsung
calon menyampaikan pokok-pokok program, untuk selanjutnya dibuka babak dialog/tanya jawab antara masyaraat yang hadir dengan bakal calon.
Dalam tatap muka dan dialog tersebut bakal calon dapat menunjuk seorang Tim Kampanyenya sebagai moderator.
Huruf c : Pemasangan alat peraga di muka umum maksudnya bakal calon
menyampaikan pokok-pokok program atau ajakan untuk memilih yang ditulis pada spanduk atau foto/gambar diri bakal calon yang dipasangkan/ditempelkan ditempat-tempat umum dan strategis.
Huruf d : Penyebaran bahan kampanye kepada umum maksudnya bakal calon
menyebarluaskan pokok-pokok program atau tulisan yang berisikan ajakan untuk memilih dalam bentuk brosur atau leflet.
Huruf e : Melalui mass media maksudnya bakal calon menyebarluaskan
pokok-pokok program melalui media cetak seperti surat kabar/koran, media elektronik seperti radio, TV, atau dalam bentuk CD.
Pasal 13 : cukup jelas
Pasal 14 : cukup jelas
Pasal 15 :
Ayat (1) : Langsung artinya masyarakat sebagai pemilih mempunyai hak untuk
memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak dan hati nuraninya tanpa perantara.
Umum artinya semua masyarakat yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan Daerah ini berhak mengikuti pemilihan kepala Desa. Pemilihan bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga masyarakat, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, asal dusun, pekerjaan dan status sosial.
Bebas artinya masyarakat yang punya hak pilih bebas menentukan pilihannya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapapun. Didalam melaksanakan haknya semua masyarakat dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak dan hati nuraninya. Rahasia artinya dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa
pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya diberikan.
Jujur artinya dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa panitia pemilihan, aparat desa dan perangkatnya, BPD, pasangan calon pengawas, pemantau, pemilih serta semua pihak terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Adil artinya dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa panitia pemilihan dan semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak netral/tidak memihak pada salah 1 (satu) calon pemilih dan pasangan calon harus mendapat perlakuan yang adil serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Ayat (2) : hari kalender tidak termasuk hari minggu
Ayat (3) : cukup jelas
Ayat (4) : cukup jelas
Ayat (6) : cukup jelas
Ayat (7) : cukup jelas
Pasal 16 : cukup jelas
Pasal 17 : cukup jelas
Pasal 18 : cukup jelas
Pasal 19 : cukup jelas
Pasal 20 : cukup jelas
Pasal 21 :
Ayat (1) : cukup jelas
Ayat (2) : cukup jelas
Ayat (3) : Berita Acara di TPS ditandatangani oleh semua pihak dan saksi calon
yang hadir. Anggota panitia dan saksi calon yang tidak hadir tidak berwenang menandatangani Berita Acara.
Pasal 22 :
Ayat (1) : cukup jelas
Ayat (2) : untuk menentukan urutan kehadiran pemilih, panitia wajib
menyediakan daftar hadir. Masyarakat yang mendaftar untuk memilih wajib menunjukan kartu Tanda Pemilih atau bukti lain yang ditetapkan Panitia Pemilih.
Masyarakat yang tidak dapat memperhatikan bukti-bukti sebagai pemilih yang sah, dengan dalih/alasan apapun tidak diperkenankan untuk memilih.
Ayat (3) : cukup jelas
Ayat (4) : cukup jelas
Ayat (5) : cukup jelas
Ayat (6) : cukup jelas
Pasal 23 : cukup jelas
Pasal 24 :
Ayat (1) : Panitia Pengawas Pemantau adalah BPD dan perangkat Pemerintah
Kecamatan
Ayat (2) : cukup jelas
Ayat (3) : cukup jelas
Ayat (4) : cukup jelas
Pasal 25 : cukup jelas
Pasal 26 : cukup jelas
Pasal 27 : cukup jelas
Pasal 28 : cukup jelas
Pasal 29 : cukup jelas
Pasal 30 : cukup jelas
Pasal 31 : cukup jelas
Pasal 32 : cukup jelas
Pasal 33 : cukup jelas
Pasal 34 : cukup jelas
Pasal 35 : cukup jelas
Pasal 36 : cukup jelas
Pasal 37 : cukup jelas
Pasal 38 : cukup jelas
Pasal 39 : cukup jelas
Pasal 41 : cukup jelas
Pasal 42 : cukup jelas
Pasal 43 : cukup jelas
Pasal 44 : cukup jelas
Pasal 45 : cukup jelas
Pasal 46 : cukup jelas
Pasal 47 : cukup jelas
Pasal 48 : cukup jelas
Pasal 49 : cukup jelas
Pasal 50 : cukup jelas
Pasal 51 : cukup jelas
Pasal 52 : cukup jelas
Pasal 53 : cukup jelas
Pasal 54 : cukup jelas
Pasal 55 : cukup jelas
Pasal 56 : cukup jelas
Pasal 57 : cukup jelas
Pasal 58 : cukup jelas
Pasal 59 : cukup jelas
Pasal 60 : cukup jelas
Pasal 61 : cukup jelas
Pasal 62 : cukup jelas
Pasal 63 : cukup jelas
Pasal 64 : cukup jelas